BAB II Kajian Pustaka Bab II ini berisi Kajian Teori, Penelitian yang Relevan, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Beberapa ahli pendidikan memberikan definisi belajar secara berbeda yang pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama. Menurut Slameto (2010:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Oemar Hamalik (2004:27) berpendapat bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Kemudian menurut Trianto (2009:7) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Berdasarkan pengertian belajar yang telah dikemukakan diatas, dapat didefinisikan pengertian belajar sebagai berikut: a) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat mengarah pada tingkah laku yang buruk. b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Sebagai tanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan peningkatan pengetahuan, ketrampilan serta perubahan perilaku, maka sebenarnya belum mengalami proses belajar. 8 9 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Menurut Sudjana, (2004:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Uno (2008:213), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang dikarenakan adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suprijono (2009:7) bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja. Menurutt Sugandi, (2007: 115) dalam pelaksanaanya hasil belajar perlu diadakan evaluasi agar hasil belajar tersebut dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam hal ini sasaran dari evaluasi hasil belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan berkenaan dengan proses mental (intelektual) yang berawal dari tingkat paling rendah (pengetahuan) sampai ke tingkat paling tinggi (evaluasi). Adapun urutan tingkatan dalam ranah kognitif adalah sebagai berikut: i. Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. ii. Tingkat pemahaman (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. iii. Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. iv. Tingkat analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data yang lain. 10 v. Tingkat sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsure pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang menyeluruh. vi. Tingkat evaluasi (evaluation), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan criteria atau pengetahuan yang dimiliki. b. Ranah Afektif Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, antara lain: i. Penerimaan (receiving), yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. ii. Jawaban (responding), yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datamg kepada dirinya. iii. Penilaian (valuing), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepatan terhadap nilai tersebut. iv. Organisasi (Organization), yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan niali lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. v. Internalisai nilai atau karakteristik nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. c. Ranah Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek dalam ranah psikomotorik ini, yaitu: 11 i. Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar). ii. Ketrampilan gerakan sadar. iii. Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-lain. iv. Keharmonisan atau ketepatan (kemampuan di bidang fisik). v. Gerakan ketrampilan kompleks (gerakan-gerakan skill). vi. Gerakan ekspresif dan interpretative (kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar adalah perubahan perilaku seseorang setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar mencakup afektif, kognitif dan psikomotorik. Dalam penelitian yang dilakukan ini yang akan ditingkatkan khusunya aspek kognitif dan afektif. Karena dari penelitian yang akan di lakukan adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap siswa. 2.1.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menuut Anitah, (2009: 2.6) keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor diri dalam siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah, guru, pelaksan pembelajaran, dan teman sekolah. Untuk mencapai hasil belajar sesuai apa yang diharapkan, maka diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Slameto (2010:54) menyertakan sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: a. Faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, yang termasuk di dalamnya: i. Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh). ii. Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan). 12 iii. Faktor kelelahan. b. Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yang termasuk di dalamnya: i. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan). ii. Faktor sekolah (Model mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, Model mengajar, dan tugas rumah). iii. Faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Dari pendapat-pendapat diatas dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor dari dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari diri siswa sendiri (Intern) yaitu faktor yang ditimbulkan dari dalam siswa (individu) sendiri. Kemudian yang termasuk dalam faktor intern adalah: a. Kecerdasan Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Perkembangan ini biasanya ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebaya. Oleh karena itu jelas bahwa factor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. b. Bakat Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. 13 c. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. d. Motivasi Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh seseorang kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Motivasi juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Faktor dari luar ( ekstern ) adalah faktor yang tentu saja bukan dari diri siswa tersebut. Faktor dari luar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor yang masuk ke dalam faktor ekstern adalah : a. Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Ada rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. b. Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat pentingdalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhhi hasil-hasil belajarnya. c. Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu factor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena alam sekitar sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi anak. Pengaruh lingkungan dapat bersifat positif ataupun negatif tergantung 14 bagaimana siswa ( individu ) menerima pengaruh tersebut. Sebagai contoh apabila siswa tinggal di lingkungan yang banyak anak yang rajin belajarnya maka siswa akan terpengaruh untuk ikut belajar dengan rajin. Sebaliknya apabila siswa tinggal di lingkungan yang jarang anak yang belajarnya rajin maka siswa tersebut akan malas belajar pula. 2.1.3 Pengertian Sikap Menurut Eagle dan Chaiken (1993) yang dikutip dalam buku A. Wawan dan Dewi M. (2010, p.20) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam prosesproses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari) perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten). Hal ini berhubungan erat dengan perasaan murid terhadap pelajaran IPA dan bagaimana perasaan ini mempengaruhi prestasi belajar mereka. Hasil belajar IPA dalam ranah afektif tercermin dalam suatu sikap, yaitu sikap ilmiah. Penilaian dimensi sikap dalam pembelajaran IPA dilaksanakan melalui pengamatan (observasi), melakukan wawancara (interviu), menyebarkan angket (kuesioner), dan dokumen (dokumentasi). Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar sikap ilmiah haruslah dikembangkan. Menurut Sulistyorini (2007), ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA yaitu: 1. sikap ingin tahu 2. ingin mendapat sesuatu yang baru 3. sikap kerja sama 4. tidak putus asa 5. tidak berprasangka 6. mawas diri 7. bertanggungjawab 15 8. berpikir bebas 9. kedisiplinan diri Hal tersebut senada dengan Gega dalam Patta Bundu (2006: 39) ada empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam IPA yaitu: (a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) mendorong akan penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda pendapat. 2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA biasanya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Penggunaan kata “sains” sebagai IPA berbeda dengan pengertian sosial science, educational science, political science, dan penggunaan kata science yang lainnya. Patta Bundu (2006: 9) menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains. Carin (dalam Yusuf, 2007:1) menyatakan cakupan IPA yaitu “Produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hokum-hukum, dan teori IPA”. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Dari penjelasan di atas IPA dapat di tarik kesimpulan bahwa IPA bukan hanya pengetahuan atau fakta-fakta yang hanya di hafalkan, akantetapi IPA juga melakaukan sikap ilmiah dan proses ilmiah yang nantinya akan menghasilkan suatu produk ilmiah. Di sini siswa dituntut untuk lebih aktif dan terlibat secara langsung dalam kegiatan proses pembelajaran agar mendapatkan hasil belajar yang optimal. Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) oleh Maslichah Asy’ari (2006: 23) meyebutkan secara rinci tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut. 16 a. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, teknologi, dan masyarakat. b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. d. Berperan aktif dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Dari tujuan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa tujuan dari pembelajran IPA adalah menumbuhkan sikap positif terhadap alam sekitar dengan menggunakan proses berpikir ilmiah untuk menyelasaikan masalah yang berhubungan dengan lingkungan alam. 2.1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar Berdasarkan panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) terkait dengan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI kelas IV semester 2, standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebagai berikut. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahannya 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda 17 Standar Kompetensi 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik Bumi dan Alam Semesta 9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut) 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan 11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan 18 SK dan KD nya adalah : STANDAR KOMPETENSI 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari KOMPETENSI DASAR 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut 2.1.5 Model Pembelajaran Berbasis Proyek 2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Thomas (2000) Pembelajaran berbasis proyek merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau presentasi-presentasi. Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Santyasa (2006), yang menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi dan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Menurut Mahanal, (2009). Pembelajaran berbasis proyek diketahui sangat mendukung pelaksanaan KTSP untuk mencapai tujuan pembelajaran biologi, mengingat pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang komprehensif mengikutsertakan siswa melakukan investigasi secara kolaboratif. Santyasa (2006) juga menjelaskan bahwa di dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa atau masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dalam pelaksanaannya menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif. 19 2.1.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis proyek 1. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Moursund, Bielefeldt, & Underwood (dalam Waras Khamdi, 2007) kelebihan model pembelajaran berbasis proyek adalah: a. Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan dari pada komponen kurikulum yang lain. b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan proyekproyek yang kompleks. c. Meningkatkan kecakapan kolaboratif. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davydov, 1995). d. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. pembelajaran berbais proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. 20 2. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut : a. Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks. b. Banyak orang tua siswa yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru. c. Banyak pengajar merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana pengajar memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi pengajar yang kurang atau tidak menguasai teknologi. d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan. 2.1.5.3 Langkah-langkah (Syntax) Model Pembelajaran berbasis proyek Langkah-langkah pembelajaran dalam Project-Based Learning atau pembelajaran Berbasis Proyek sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari: 1) Start With the Essential Question Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan essensial, yaitu pertanyaan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa serta memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. 2) Design a Plan for the Project Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa, dalam menentukan aturan main pengerjaan proyek. Pada tahap ini guru membantu siswa untuk menentukan judul proyek yang sesuai dengan materi dan permasalahannya. 3) Create a Schedule Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. 4) Monitor the Students and the Progress of the Project Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. 21 5) Assess the Outcome Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standard an tujuan belajar. 6) Evaluasi the Experince Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil akhir proyek yang sudah dijalankan. Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan proses evaluasi baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pembelajaran. 2.2. Penelitian yang Relevan Dalam membuat suatu penelitian perlu memperhatikan penelitian lain yang digunakan sebagai kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dibuat, adapun penelitianpenelitian sebelumnya yang relevan dengan penggunaan Pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan hasil belajar adalah sebagai berikut : Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lilik Nurhayati ini terdapat peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 24,6% dan peningkatan pada siklus II sebesar 41,0%. Kelebihan dari penelitian ini adalah Pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sedangkan kekurangan dalam penelitian ini belum dijelaskan alat yang dugunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Rully Kurniawati (2010) dengan judul “Penerapan Pembelajaran berbasis proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Aktivitas Ekonomi dalam Pembelajaran IPS SD Kelas IV SDN Bareng 5 Malang” . memperoleh hasil sebagai berikut : (1 ) Hasil belajar pemahaman konsep aktivitas ekonomi siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang sebelum penerapan Pembelajaran berbasis proyek (PBP) yaitu kurang dari nilai ketuntasan minimal. 22 (2) Rancangan pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis proyek baik pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat meningkatkan pemahaman konsep aktivitas ekonomi siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang. (3) Pembelajaran IPS dengan Pembelajaran berbasis proyek dapat berjalan secara efektif dan lancar. Siswa terlihat antusias untuk mengikuti pembelajaran, karena mereka berani untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan menanggapi pendapat kelompok lain yang tidak sesuai dengan pendapat kelompoknya. (4) Hasil belajar pemahaman konsep aktivitas ekonomi siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang setelah penerapan Pembelajaran berbasis proyek pada siklus I ke siklus selanjutnya mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari hasil rata-rata hasil tes belajar siswa pada siklus I yaitu (71,7) sedang pada siklus II yaitu (75,0) sedang pada siklus III yaitu (82,1) baik. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh Rully Kurniawati, pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan pemahaman konsep aktivitas ekonomi pada siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang akan tetapi penelitian ini memiliki kekurangan yaitu belum adanya penjelasan tentang bentuk rancangan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep aktivitas ekonomi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Willy Syaiful Bachri (2010) yang berjudul Upaya Meningkatkah Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa Menggunakan Model Pembelajaran berbasis proyek Mata Pelajaran TIK dengan hasil penelitian dari hasil observasi peneliti, aktivitas siswa sebelum melalui model pembelajaran berbasis proyek hanya memperoleh skor 36,48%. Rata-rata aktivitas siswa meningkat setelah melalui pendekatan model pembelajaran berbasis proyek, skor menjadi 76,40%. Nilai rata-rata siswa dari Siklus pertama terus meningkat pada Siklus ke-1 (pertama) untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan materi menu icon drawing dan autoshape pada program pengolah kata dan gambar rata-rata nilai siswa 70,15 mencapai kategori tinggi, Siklus ke-2 dengan skor nilai 73,63 mencapai kategori tinggi dan siklus ke-3 dengan skor nilai 75,87 mencapai kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Pada 23 mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dikelas VI.b SD Negeri Cibaduyut 2 Kota Bandung. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh Willy Syaiful Bachri adalah penggunaan Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, kelemahan dari penelitian ini adalah belum tercantum persentase peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya karena hanya dicantumkan skor aktivitas sebelum dan sesudah digunakannya Pembelajaran berbasis proyek. Penelitian lain juga dilakukan oleh Triwahyuningsih (2009) yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran berbasis proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Memecahkan Soal-soal Cerita pada Mata Pelajaram Matematika Kelas I di SDN Nguling 01 Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan”. Dalam memecahkan masalah soal-soal cerita mata pelajaran matematika dilakukan dengan langkah-langkah: mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing pemecahan masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SDN Nguling 01 Kecamatan Nguling. Hal ini terbukti bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pratindakan adalah 58 (cukup) dan pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 67,3 (baik). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 80,3 (baik sekali) . Dalam penelitian yang dilakukan oleh Triwahyuningsih terdapat kelebiahan yaitu Penggunaan Model Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan soal-soal cerita, kelemahannya yaitu belum dijelaskan tentang penyajian hasil karya seharusnya dalam penelitian ini di berikan sedikit penjelasan tentang hasil karya yang disajikan untuk memecahkan soal-soal cerita. Beberapa penelitian sebelumnya relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis karena sama-sama mengunakan pembelajaran bebasis proyek untuk pemecahan masalah yaitu meningkatkan hasil belajar siswa, akan tetapi subyek penelitian dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, subyek daripenelitian yang dilakukan 24 oleh penulis adalah siswa kelas IV SD Negeri Wonokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo. 2.3 Kerangka Pikir Dari observasi yang telah di lakukan oleh peneliti, peneliti memiliki alasan mengapa hasil belajar dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Wonokerto sebanyak 17 siswa (68%) masih belum mencapai KKM yang di tentukan oleh sekolah dengan minimum nilai 65. Hal ini di sebabkan karena penggunaan Model guru yang masih konvensional yang dimana dalam proses pembelajaran masih di dominasi oleh guru sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Maka dari itu peneliti mencoba melakukan PTK untuk meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki sikap belajar siswa. Penelitian Tindakan kelas dilakukan dengan tahapan: perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan diulangi kembali sampai hasil mencapai KKM (65). Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Berdasarkan uraian diatas maka untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dibuatlah kerangka berfikir sebagai berikut: Gambar 2.3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Subyantoro (2010) Siklus I Siklus II Perencanaan Perencanaan Tindakan Refleksi Observasi Refleksi Tindakan Observasi Berdasarkan gambar di atas dapat kita simpulkan penelitian ini dilakukan dengan 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observas dan refleksi dimana tindakan dan observasi akan dilakukan secara bersamaan. 25 2.4. Hipotesis Penelitian Dengan menggunaan Pembelajaran berbasis proyek diduga dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap siswa kelas IV SD Negeri Wonokerto, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo.