BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Corporate Strategy “Tanpa strategi, perusahaan seperti kapal tanpa kendali, berputar-putar dalam lingkaran. Seperti pengemis, tidak memiliki tempat yang ingin dituju.” Dikutip dari Joel Ross dan Michael Kami dalam Strategic Management karangan David (2006:3) Kutipan Joel Ross dan Michael Kami menyiratkan bahwa strategi merupakan suatu kebutuhan bagi perusahaan yang ingin maju dan berkembang. Perusahaan tanpa strategi tidak akan bertahan dalam kondisi persaingan ekonomi yang ketat. Istilah perencanaan strategis diperkenalkan tahun 1950-an dan menjadi sangat populer di pertengahan tahun 1960-an hingga 1970-an. Selama periode ini, perencanaan strategis dipercaya secara luas sebagai jawaban untuk segala masalah. Menurut David (2006:16), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Selain itu, strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi memengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khususnya untuk lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Pearce et al (2008:6) mengungkapkan bahwa strategi (strategy) bagi para manajer adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan. Meskipun tidak merinci seluruh pemanfaatan (manusia, keuangan, dan material) di masa depan, rencana tersebut menjadi kerangka bagi keputusan manajerial. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan di mana perusahaan akan bersaing; dengan siapa perusahaan sebaiknya bersaing; dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing. Warren (2008 : 5) mendefiniskan strategi sebagai serangkaian rencana dan tindakan terintegrasi yang didesign bagi perusahaan sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan melebihi pesaingnya sekaligus untuk memaksimalkan laba sedangkan Dess et al (2005:31) mendefinisikan strategi sebagai: “Strategic management is defined as consisting of the analysis, decisions, and action an organization undertakes to create and sutain competitive advantages.” Teori-teori tersebut mengartikan bahwa strategi merupakan rencana yang ditetapkan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Adapun definisi dan tujuan strategi perusahaan menurut Anthony et al (2005:59), strategi adalah rencanarencana untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan yang semestinya bagi sebuah perusahaan yang mencari laba adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Pemegang saham merupakan perseorangan maupun organisasi yang berinvestasi pada suatu perusahaan. Para pemegang saham akan mendapatkan dividen setiap periodik. Untuk memuaskan para pemegang saham, perusahaan harus memperlihatkan kinerja yang baik agar mendapatkan kepercayaan terhadap perusahaannya. Sedangkan menurut Pearce (2008:251), untuk mencapai kemakmuran jangka panjang, para perencana strategis umumnya menetapkan tujuan jangka panjang dalam tujuh bidang: 1. Profitabilitas, kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang bergantung pada perolehan tingkat laba yang memadai. Perusahaan yang dikelola secara strategis pada umumnya memiliki tujuan laba, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk laba per saham atau tingkat pengembalian atas ekuitas. 2. Produktivitas, perusahaan terus-menerus meningkatkan produktivitas sistem mereka. Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umumnya dapat meningkatkan profitabilitas 3. Posisi kompetitif, salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah dominasi relatifnya di pasar. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar pada umumnya menetapkan tujuan dalam hal posisi kompetitif, seringkali menggunakan penjualan total atau pangsa pasar sebagai ukuran posisi kompetitifnya. 4. Pengembangan karyawan, karyawan menghargai pendidikan dan pelatihan, sebagian karena hal tersebut mengarah pada kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Menyajikan peluang semacam itu sering kali meningkatkan produktivitas dan mengurangi perputaran karyawan. Oleh karena itu, para pembuat keputusan strategis sering kali memasukkan tujuan pengembangan karyawan dalam rencana jangka panjangnya. 5. Hubungan dengan Karyawan, apakah terikat dengan kontrak serikat pekerja atau tidak, perusahaan-perusahaan secara aktif mencoba untuk mengembangkan hubungan baik dengan karyawannya. Bahkan, langkahlangkah proaktif dalam mengantisipasi kebutuhan dan harapan karyawan merupakan karakteristik dari para manajer strategis. 6. Kepemimpinan Teknologi, perusahaan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau hanya menjadi pengikut di pasar. Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing-masing membutuhkan postur strategi yang berbeda. 7. Tanggung-jawab kepada Masyarakat, para manajer memahami tanggungjawab mereka terhadap pelanggan dan masyarakat secara umum. Bahkan, banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi tanggung-jawab sosialnya melampaui persyaratan pemerintah. 2.1.2 Manfaat Penerapan Corporate Strategy David (2005:20) mengungkapkan bahwa manfaat corporate strategy terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Finansial Bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategis menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas, dan produktivitas (kinerja keuangan) dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis. Perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi di masa depan dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip dengan teori manajemen strategis menunjukan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik dibanding industrinya. 2. Manfaat non-Finansial Greenley (1986:106) menyatakan manajemen strategis memberikan manfaat berikut ini: 1. Kemungkinan untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan eksploitasi peluang 2. Memberikan pandangan objektif atas masalah manajemen 3. Mempresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas kontrol dan koordinasi yang lebih baik. 4. Meminimalkan efek dari kondisi dan perubahan yang jelek 5. Memungkinan agar keputusan besar dapat mendukung dengan lebih baik tujuan yang ditetapkan 6. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk peluang yang telah teridentifikasi 7. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit untuk mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terencana 8. Menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal di antara staf 9. Membantu mengintegrasikan perilaku individu ke dalam usaha bersama 10. Memberikan dasar untuk mengklarifikasi tanggung jawab individu 11. Mendorong pemikiran ke masa depan 12. Menyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk menghadap masalah dan peluang 13. Mendorong terciptanya sikap positif terhadap perubahan 14. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen suatu bisnis. Menurut Richard Lester (1989), ada tujuh manfaat dari penerapan strategi dalam perusahaan, yaitu “seven benefit of strategic practice were : Simultaneous continuous improvement in cost, tecnology, quality, service, and product in novation Breaking down organizational barriers between departments Eliminating layers of management creating flatter organizational hierarchies. Closer relationships with customers and suppliers Intelligent use of new technology Global focus Improving huma n resource skills.” 2.1.3 Komponen Corporate Strategy David (2005:227) menyatakan bahwa terdapat sedikitnya 6 strategi dalam meraih tujuan perusahaan, diantaranya : 1. Architecture Strategic Architecture Strategic adalah strategi yang digunakan dalam menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan saat ini untuk memotong masa depan, bagaimana membuat rantai penghubung antara tujuan masa kini dengan hari esok maupun antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang dan jawaban atas pertanyaan kompetensi apa yang harus dibangun untuk memanjakan pelanggan yang harus dipahami dalam prioritas produk yang ditawarkan dalam memotong masa depan seperti: - Ketersediaan visi dan misi perusahaan - Strategi dalam merespons hal yang berkembang dimasyarakat seperti kebijakan pemerintah, kebijakan daerah, undang-undang yang berlaku, - 2. Keteresediaan Tata kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) Concentration Strategy Strategi yang dilakukan perusahaan dalam menempatkan organisasi perusahaan dimasyarakat seperti: - Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), - Kegiatan mempertahankan konsumen - Pengembangan dan kerjasama lainnya dengan lingkungan perusahaan. 3. Integration Strategy Strategi integrasi (Integration Strategy) adalah mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan atau pesaing. Strategi ini terkait dengan hal seperti: - Strategi meningkatkan kontrol atas pemasok - Strategi meningkatkan kontrol atas pesaing Davidson (1987:45) menjelaskan bahwa: “Merger antar pesaing langsung cenderung menciptakan efisiensi dibandingkan merger antar bisnis yang tidak saling berkaitan, karena terdapat potensi yang lebih besar untuk untuk menghilangkan duplikasi fasilitas dan karena manajemen dari perusahaan pembeli lebih cenderung memahami bisnis tersebut.” David (2005:233) mengungkapkan bahwa: “Pesaing kebingungan karena kurangnya keahlian atau memiliki kebutuhan atas sumber daya tertentu yang dimiliki perusahaan. Perhatikan bahwa integrasi horizontal tidak akan cocok bila pesaing berkinerja buruk, karena dalam kasus tersebut penjualan dalam industri secara keseluruhan menurun.” 4. Diversification Strategy Diversifikasi strategi adalah menambahkan produk atau jasa baru yang masih berkaitan atau tidak berkaitan dengan produk atau jasa yang telah diproduksi sejak lama. Adapun strategi-strategi yang berkaitan dengan strategi diversifikasi adalah: - Diversifikasi Konsentrik - Diversifikasi Horizontal - Diversifikasi Konglomerat 5. Growth Strategy Menurut Pearce et al (2002:265) strategi pertumbuhan (Growth Strategy) adalah strategi perusahaan yang mengarahkan sumber dayanya pada pertumbuhan yang menguntungkan dari suatu produk, disuatu pasar, dengan satu teknologi baru yang dominan. Strategi ini terkait dengan hal-hal berikut: - Strategi memasuki pasar baru - Strategi pengembangan pasar yang sudah ada - Strategi pengembangan produk 6. Devensive Strategy Strategi efisiensi biaya yang dikeluarkan perusahaan, strategi divestasi untuk menambah modal perusahaan, pengembangan SDM. pengembangan teknologi, ketersediaan management assurance likuidasi, merger, atau akuisisi perusahaan. Strategi ini terkait dengan beberapa hal berikut: - Retrenchment strategy - Strategi Divestasi - Strategi likuidasi - Pengembangan teknologi - Pengembangan SDM - Ketersediaan management assurance Terkait dengan Retrenchment strategy (Strategi efisiensi biaya untuk menaikkan penjualan), Warren et al (2008: 6) mengungkapkan bahwa : “Para pesaing dapat memberikan produk yang kurang terdiferensiasi dengan harga yang lebih murah. Dalam hal lain, konsumen dapat merubah persepsinya atas fitur-fitur yang berbeda pada produk tersebut. Akibatnya, konsumen tidak ingin lagi terus membayar dengan harga premium atas produk tersebut.” Terkait dengan Strategi Divestasi (Strategi penjualan aset yang tidak efektif), David (2005:244) mengungkapkan bahwa: “Berikut ini enam panduan efektif kapan divestasi bisa menjadi strategi yang efektif adalah: 1. Ketika perusahaan telah menjalankan retrenchment dan gagal untuk mencapai perbaikan yang diharapkan. 2. Ketika sebuah divisi membutuhkan lebih banyak sumber daya baru agar kompetitif daripada yang dapat diberikan perusahaan. 3. Ketika sebuah perusahaan bertanggung jawab untuk keseluruhan kinerja perusahaan yang buruk. 4. Ketika sebuah divisi tidak cocok dengan keseluruhan organisasi. 5. Ketika sejumlah besar uang dibutuhkan secara cepat dan tidak dapat diperoleh secara wajar dari sumber lainnya. 6. Ketika tindakan antimonopoli pemerintah mengancam perusahaan“. David (2005:446) menyatakan bahwa kriteria kuantiatatif yang umum digunakan dalam evaluasi strategi adalah rasio keuangan. Sedangkan menurut Sartono (2001:114), rasio keuangan yang dapat mempengaruhi harga saham adalah rasio profitabilitas dan dividen di masa yang akan datang. Premis dari kedua teori tersebut adalah pengaruh corporate strategy terhadap kinerja keuangan yang berdampak pada harga saham. 2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan 2.1.4.1 Definisi Laporan Keuangan Warren, et al (2008 : 525) mendefinisikan Laporan Keuangan sebagai laporan yang mengihktisarkan semua pengaruh dari kejadian pada suatu usaha. Aniek (2006) mendefinisikan laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Dari dua penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang berisi informasi atas seluruh kejadian yang terjadi di perusahaan. Dalam Laporan Keuangan, pihak yang berkepentingan maupun yang tidak berkepentingan secara tidak langsung dapat memahami kondisi finansial maupun non-finansial suatu perusahaan. 2.1.4.2 Komponen Laporan Keuangan Komponen-komponen laporan keuangan menurut PSAK No. 1 tahun 2002 laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: 1. Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. 2. Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. 3. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban 4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian Pendapatan adalah aliran masuk atau pertambahan aktiva suatu perusahaan atau penyelesaian atas hutang.dari penyerahan atau produksi barang, sedangkan beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau terjadinya utang dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan utama suatu perusahaan. 5. Arus kas adalah aliran kas masuk ataupun aliran kas keluar yang disebabkan oleh proses produksi maupun proses jual-beli. 2.1.4.3 Definisi Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai melalui 2 (dua) aspek yaitu aspek keuangan dan aspek non keuangan. Penilaian terhadap aspek keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang di perhatikan para investor dalam mengambil keuputusan untuk berinvestasi. Manajemen perusahaan berusaha meningkatkan kinerja keuangan untuk mempertahankan eksistensinya dan juga untuk menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya. Pengertian kinerja keuangan menurut Sucipto (2003) adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa pengukuran kinerja keuangan dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih dan juga untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan, yang mencakup analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial yang akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Menurut Sartono (2001:114), Pemegang saham preferen dan obligasi akan lebih menitikberatkan pada aliran kas dalam jangka panjang, sementara pemilik (pemegang saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan risiko, karena kestabilan harga saham sangat tergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan dividen di masa datang. Sedangkan menurut Weston et al (2001:26), salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah EPS. Dalam kaitannya dengan harga saham, Husnan et al (2002:76) mengungkapkan bahwa terdapat rasio-rasio nilai pasar, dimana rasio-rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal. Sartono (2001:114) mengelompokkan rasio keuangan menjadi empat bagian, yaitu : 1. Rasio Likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. 2. Rasio aktivitas, menunjukan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. 3. Financial leverage ratio, menunjukan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri. Menurut Sartono (2001:123), rasio profitabilitas terdiri dari : 1. Gross profit margin 2. Net profit Margin 3. Return On Investment atau Return On Assets yang menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Adapun rumus yang digunakan dalam mengukur Return On Asset adalah Return On Assets = Net Income Total Assets 4. Return On Equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Adapun rumus yang digunakan dalam mengukur Return On Equity adalah Return On Equity = Net Income Equity Menurut Husnan (2002:76), rasio-rasio nilai pasar terdiri dari : 1. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini membandingkan antara harga saham (yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Rumus yang digunakan dalam menghitung PER adalah Price Earning Ratio = Harga per lembar saham di pasar Laba per saham 2. Market to Book Value Ratio Rasio ini menunjukkan berapa nilai perusahaan dari apa yang telah dan sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (2001:26) , rasio keuangan yang mempengaruhi harga saham adalah: 1. Laba per lembar saham ( Earning Per Share /EPS) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Rumus yang digunakan dalam menghitung EPS adalah Earning Per Share = Net Income – Preference Dividends Average Number of Share Capital Outstanding Ordinary 2. Jumlah kas dividen yang diberikan Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. Adapun rumus dari Dividend per Share adalah Dividend Per Share = Dividend Average Number of Share Capital Ordinary Outstanding 3. Tingkat risiko dan pengembalian Berdasarkan definisi tersebut, penulis akan menganalisis pengaruh strategi perusahaan terhadap kinerja keuangan yang berdampak pada harga saham dengan menggunakan lima analisis kinerja keuangan, yaitu : ROA, ROE, EPS, PER, dan DPS. 2.1.5 Pasar Modal 2.1.5.1 Definisi Pasar Modal UU No. 8 tahun 1995 pasal 1 tentang pasar modal mendefinisikan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Sartono (2001:21), “Pasar modal merupakan tempat terjadinya asset keuangan jangka panjang atau long-term financial assets. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah : (a) obligasi, (b) saham preferen, dan (c) saham biasa. Setiap jenis instrumen pasar modal tersebut merupakan bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan.” Sundjaja et al (2003:424) mendefinisikan Pasar Modal menjadi arti sempit dan luas, yaitu: - Pengertian Pasar Modal dalam arti sempit Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang. - Pengertian Pasar Modal dalam arti luas a. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek. b. Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka. 2.1.5.2 Tujuan pasar modal Menurut Sundjaja et al (2003:425), pasar modal memiliki tujuan, yaitu: a. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan b. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan pemilikan saham c. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif 2.1.5.3 Tipe pasar modal Menurut Hartono (2000:15-16), pasar modal memiliki beberapa tipe pasar, yaitu: 1) Pasar primer (primary market) Pasar primer (perdana) adalah tempat penjualan atau penawaran saham baru dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pasar primer merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham yang dijual untuk pertama kalinya sebelum saham dicatatkan di bursa. 2) Pasar sekunder (secondary market) Pasar sekunder adalah tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar. Pasar ini merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lainnya diperjualbelikan secara luas setelah melalui penjualan atau penawaran di pasar perdana. Pasar sekunder dibedakan menjadi stock exchange market (pasar bursa saham atau bursa efek) dan over the counter (OTC) market. Sekuritas dari perusahaan kecil umumnya diperdagangkan di OTC market, sedangkan sekuritas untuk perusahaan besar di stock exchange. 3) Pasar ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lainnya di luar bursa OTC market. Pasar ini merupakan pasar perdagangan surat berharga yang dijalankan oleh broker (pialang) yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. 4) Pasar keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara investor tanpa melalui perantara pedagang efek (broker) atau pasar modal yang dilakukan di antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar. 2.1.6 Saham 2.1.6.1 Pengertian Saham Menurut Kieso (2008:199), “Share Capital is the par or stated value of shares issued. It includes ordinary shares (sometimes referred to as common shares) and preference shares (sometimes referred to as preferred shares)” Menurut Sundjaja et all (2003:284), “Modal sendiri/Ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan/pemegang saham. Ada 2 sumber utama dari modal sendiri yaitu : 1) Modal saham preferen 2) Modal Saham biasa yang terdiri dari modal saham biasa dan laba ditahan. Saham biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal biaya modalnya diikuti dengan laba ditahan dan saham preferen.” Saham biasa biasanya sering disebut dengan pemilik perusahaan. Menurut Husnan (1996:276), Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan sedangkan saham preferen merupakan kombinasi antara bentuk utang dan modal sendiri. Adapun karakteristik saham biasa yang dikemukakan oleh Keown (2008:273) adalah “Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, tetap ada selama perusahaan ada. Juga tidak mempunyai batas terhadap pembayaran dividen. Pembayaran dividen harus diumumkan oleh dewan direksi perusahaan sebelum dibayarkan. Pada saat bangkrut, pemegang saham biasa – sebagai pemilik – tidak dapat mengklaim aset sebelum kreditur, termasuk pemegang obligasi dan saham preferen, merasa puas.” Keuntungan dan kerugian penerbitan saham biasa menurut Sundjaja et al (2003:364) adalah Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Penerbitan Saham Biasa Keuntungan bagi perusahaan Kerugian bagi perusahaan a. Tidak ada biaya (ada laba -> bayar h. dividen, tidak ada laba -> tidak bayar dividen) Penjualan saham memperluas hak suara i. b. Saham biasa tidak mempunyai jatuh Saham biasa memberi hak kepada pemegangnya untuk mendapatkan tempo bagian c. Karena saham biasa memberikan perlindungan terhadap kerugian biasa atas penghasilan perusahaan j. Biaya pertanggungan dan kreditor, maka penjualan saham distribusi saham biasa lebih besar biasa daripada meningkatkan kepercayaan orang kepada perusahaan. d. Saham biasa kadang-kadang dapat dijual lebih mudah dari hutang saham preferen atau hutang. Biaya penerbitan sekuritas untuk menjual saham biasa selalu lebih tinggi, karena : karena : e. f. k. Biaya penelitian investasi saham Memberikan pendapatan yang biasa lebih besar dari saham preferen daripada atau hutang kelayakan Menunjukan pemilikan atas biaya tinggi penelitian hutang yang l. Saham mempunyai risiko lebih g. Saham biasa meningkatkan kekuatan perusahaan. lebih sebanding perusahaan. meminjam selalu besar Semakin yang berarti kepemilikannya harus banyak saham biasa dijual, semakin didiversifikasi -> pembelinya besar ekuitas perusahaan, karenanya harus lebih banyak daripada semakin mudah dan murah dapat hutang. memperoleh pembiayaan hutang m. Jika penerbitan saham baru lebih jangka panjang. besar dari jumlah yang dibutuhkan, biaya rata-rata modal akan lebih tinggi dari biaya yang dibutuhkan n. Dividen saham biasa tidak dapat dianggap sebagai biaya karena tidak bisa dikurangkan perhitungan dalam pendapatan perusahaan o. Pembiayaan dengan saham biasa merupakan sinyal negatif dimana peserta pasar penjualan merasa saham perusahaan biasa bahwa oleh menceerminkan kepercayaan manajemen bahwa saham sehingga dinilai hasilnya harga saham. lebih tinggi, menurunkan 2.1.6.2 Harga Saham Saham memiliki dua jenis, yaitu saham preferen maupun saham biasa. Salah satu perbedaan antara kedua jenis saham ini adalah hak kepemilikan suara. Saham biasa memiliki hak suara terhadap perusahaan sedangkan saham preferen tidak. Ditinjau dari sisi perusahaan yang menerbitkan saham, menurut Sundjaja et al (2003:348), saham dapat diterbitkan dengan 2 cara, yaitu 1. saham dengan nilai nominal adalah saham yang nilai per lembarnya telah tercantum dalam akta pendirian perusahaan. 2. Saham tanpa nilai nominal, adalah saham yang nilai per-lembarnya tidak tercantum dalam akta pendirian perusahaan serta diterbitkan tanpa memiliki nilai nominal yang tercetak dalam sertifikat saham. Hartono (2000:69) menyatakan bahwa harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Ada 3 jenis penilaian saham (Hartono, 2000:79), yaitu: 1) Nilai buku Nilai buku ialah nilai aset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor. Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku (Hartono, 2000:80-82): Nilai nominal, ialah nilai yang ditetapkanoleh emiten Agio saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari yang dibayarkan investor kepada emiten dikurangi harga nominalnya Nilai modal disetor, ialah total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio saham. Laba ditahan, ialah laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan diinvestasikan kembali ke perusahaan dan merupakan sumber dana internal. 2) Nilai pasar Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan. 3) Nilai intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham tersebut mencerminkannilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain (Sulistyastuti, 2002). Menurut Hendarto (2005:48), metode analisis yang dapat digunakan untuk memprediksi harga saham terbagi menjadi 2, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental menganggap bahwa strategi analisis, manajemen, produk, statistik finansial, dan segala hal yang terkait dengan informasi finansial mempengaruhi pengambilan keputusan investasi di dalam pembelian sekuritas di bursa. Lebih dari itu para fundamentalis melihat harga suatu sekuritas lebih ditekankan pada sebab-sebab apa saja yang mengakibatkan suatu harga sekuritas mengalami pergerakan naik atau turun dalam suatu range (batasan) harga tertentu. Sedangkan analisis teknikal adalah suatu metode analisis yang menggunakan pengujian atas pergerakan harga di masa lampau untuk tujuan prediksi (forecast) pergerakan harga di masa yang akan datang. Analisis teknikal digunakan untuk forecasting harga sekuritas, antara lain saham (stock), Forex , option, atau instrument lain yang bisa diperdagangkan di pasar. Harga di sini merujuk pada kombinasi antara open price, high price, low price dan close price suatu sekuritas pada suatu rentang waktu (timeframe) tertentu. Hendarto (2005:54) mengungkapkan juga bahwa analisis teknikal lebih memperhatikan faktor berapa harga sekuritas daripada mengapa atau apa yang menyebabkan terjadi pergerakan harga sekuritas. Analisis teknikal juga memperhatikan faktor historis harga suatu sekuritas untuk kebutuhan forecasting harga sekuritas di masa yang akan datang. Harga adalah informasi terakhir atas fenomena pergerakan faktor demand dan supply sekuritas perdagangan. Dengan menitikberatkan perhatian pada harga sekuritas, analisis teknikal memberikan suatu pendekatan langsung kepada fenomena pasar yang dalam hal ini adalah pergerakan harga. Sedangkan yang membedakannya dengan analisis fundamental adalah adanya suatu pertanyaan mengapa harga sekuritas tersebut naik? Para chartist . menganggap fokus pcrhatian para fundamentalis terlalu luas. Chartist hanya butuh tahu berapa harga kemarin dan berapa harga sckarang tanpa peduli faktor apa yang menyebabkan pcrgcrakan harga. Dengan melihat teori tersebut, maka penelitian ini lebih berfokus pada analisis fundamental karena melihat alasan mengapa harga saham berubah. Alasan tersebut berupa ada atau tidaknya pengaruh corporate strategy dan kinerja keuangan terhadap harga saham. 2.1.7 Pengertian dan Fungsi Annual Report Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor : KEP-134/BL/2006 mendefiniskan laporan tahunan Emiten dan Perusahaan Publik merupakan sumber informasi penting bagi pemegang saham dan masyarakat dalam membuat keputusan investasi. Menurut Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor : KEP-134/BL/2006 poin 2(b) mengenai Ikhtisar Data Keuangan Penting berisi 2 hal, yaitu : 1) Laporan tahunan wajib memuat informasi keuangan dalam bentuk perbandingan selama 5 (lima) tahun buku atau sejak memulai usahanya jika perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya selama kurang dari 5 (lima) tahun, sekurang-kurangnya: a) penjualan/pendapatan usaha; b) laba (rugi) kotor; c) laba (rugi) usaha; d) laba (rugi) bersih; e) jumlah saham yang beredar; f) laba (rugi) bersih per saham ; g) proforma penjualan/pendapatan usaha (jika ada); h) proforma laba (rugi) bersih (jika ada); i) proforma laba (rugi) bersih per saham (jika ada); j) modal kerja bersih; k) jumlah aktiva; l) jumlah investasi; m) jumlah kewajiban; n) jumlah ekuitas; o) rasio laba (rugi) terhadap jumlah aktiva; p) rasio laba (rugi) terhadap ekuitas; q) rasio lancar; r) rasio kewajiban terhadap ekuitas; s) rasio kewajiban terhadap jumlah aktiva; t) rasio kredit yang diberikan terhadap jumlah simpanan (khusus untuk perbankan); u) rasio kecukupan modal (khusus untuk perbankan); dan v) informasi keuangan perbandingan lainnya yang relevan dengan perusahaan. 2) Laporan tahunan wajib memuat informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan, serta jumlah saham yang diperdagangkan untuk setiap masa triwulan dalam 2 (dua) tahun buku terakhir (jika ada). Harga saham sebelum perubahan permodalan terakhir wajib disesuaikan dalam hal terjadi antara lain karena pemecahan saham, dividen saham, dan saham bonus. 2.1.8 Analisis Corporate Strategy terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut David (2005:437) dalam bagan tahapan strategi, mengungkapkan bahwa cara untuk mengevaluasi implementasi strategi adalah dengan mengukur kinerja keuangan. Menurut David (2005:16), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Tujuan yang dimaksud adalah dengan memaksimumkan nilai pemegang saham. Biasanya nilai pemegang saham dikaitkan dengan perolehan laba. Sehingga perusahaan menerapkan strategi untuk memperoleh laba. Tinggi rendahnya laba dan performance perusahaan dapat dilihat dengan seberapa efektifnya strategi perusahaan yang tercermin pada kinerja keuangan. 2.1.9 Analisis Corporate Strategy terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan dampaknya pada harga saham Dalam mengoperasikan kegiataan operasional maupun memperbesar wilayah bisnis, perusahaan akan memerlukan modal atau ekuitas. Salah satu cara mendapatkan modal adalah dengan menerbitkan saham. Menurut Myers et al (2008:46), “harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Oleh sebab itu, peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer.” David (2005:446) menyatakan bahwa kriteria kuantiatatif yang umum digunakan dalam evaluasi strategi adalah rasio keuangan. Sedangakan menurut Sartono (2001:114), rasio keuangan yang dapat mempengaruhi harga saham adalah rasio profitabilitas dan dividen di masa yang akan datang. Penelitian ini menggabungkan kedua teori tersebut bahwa corporate strategy memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan dan berdampak pada harga saham. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Literatur Pendukung Tahun Judul Penyusun Penelitian Penelitian Penelitian 2011 Obje k Penelitian perusahaan Hasil Penelitian Pengaruh Taufik Hidayat 100 corporate strategy dalam annual report Corporate Universitas terbaik menurut SWA berpengaruh positif terhadap Assets Growth, Strategy Widyatama 2011 Debt to Equity, Earning Per Share, Net Profit terhadap Kinerja Margin, Return on Assets, Market Share, dan Keuangan Market Share pada kelompok perusahaan yang mengungkapkan Market Share dalam annual report. Hal lain yang penulis temukan dalam penelitian ini adalah corporate berpengaruh negatif terhadap strategy Return On Equity, Sales Growth, dan Debt To Equity pada kelompok segmen Bank. Anders Strategic Planning And 2010 McilquhamSchmidt Corporate (Aarhus Performance. University What Is The Relationship? Department Of conducted on 88 individual studies representing a total sample size of 32,472 observations. Dari hasil penelitian, perencanaan dan implementasi strategi sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Management ) 2002 Analisis Putu Suteja Aneka Industri yang Uji F : Variabel sales, PBV, DPS, DER, dan Pengaruh Universitas diperdagangkan Beberapa Diponegoro BEJ periode 1997 - menjelaskan harga saham. Indikator 2000 di CR secara bersama-sama cukup signifikan Uji T : hanya variabel DPS yang menerangkan Kinerja harga saham Keuangan Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas : Korelasi terhadap Harga Saham antar variabel cukup rendah Aneka Industri yang Diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta Periode 1997-2000 Noel Capon, 1994 Strategic John U. Planning And 500 perusahaan Farle y, Financial manufaktur Meskipun kecil, terdapat pengaruh James M. Performance menurut majalah positif perencanaan strategi te rhadap Hulbert Fortune (Fortune kinerja keuangan. ( Columbia 500) : More Evidance University) 2.3 Kerangka Pemikiran Peneliian ini membahas tentang pengaruh corporate strategy terhadap kinerja keuangan yang terdiri dari Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Dividend per Share (DPS), Return on Asses (ROA), Return on Equity (ROE) dan berdampak pada harga saham. Sebagai variabel eksogen, corporate strategy dibagi kedalam 6 jenis strategy yang dituangakan dalam 20 poin straegy dan memiliki manfaat finansial yaitu perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilias, serta produktivitas (David, 2005:227). Menurut Anthony (2005:59), strategi merupakan rencana untuk mencapai tujuan organisasi yang mana tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Variabel endogen yang diteliti terdiri dari kinerja keuangan dan harga saham. Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah EPS, DPS, ROA, ROE karena dapat mempengaruhi harga saham (Weston dan Brigham, 2001:26). Menurut Husnan (2002:76), PER merupakan perbandingan harga saham dan laba per lembar saham sehingga PER juga digunakan sebagai salah satu variabel kinerja keuangan. Harga saham sebagai variabel Z menggunakan harga saham sekunder karena dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di pasar modal (Hartono, 2000:79). Pada model komprehensif strategy menurut David (2005:437), strategi yang telah diterapkan akan dievaluasi sebagai kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio-rasio keuangan. Adapun rasio keuangan yang mempengaruhi harga saham adalah rasio profitabilitas, EPS, PER, dan DPS (Weston dan Brigham, 2001:26). Penulis berpendapat bahwa variabelvariabel ini penting untuk diteliti dengan tujuan membuktikan kebenaran teori bahwa corporate strategy dapat mempengaruhi kinerja keuangan yang tercermin dalam rasio profitabilitas, EPS, PER, dan DPS serta dampaknya terhadap harga saham. Berdasarkan kajian, telaah pustaka, dan hasil penelitian terdahulu maka kerangka pemikiran teoritis yang dapat saya sampaikan adalah Figur 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antar variabel Earning per Shares (EPS) Price Earning Ratio (PER) Corporate Strategy Dividend Per Share (DPS) Share Price Return On Assets (ROA) Return On Equity (ROE) Return On Investment (ROI) 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian berdasarkan kerangka pikiran dapat dikemukakan sebagai berikut: H1 : 1. Terdapat pengaruh signifikan dari variabel Corporate Strategy, EPS, PER, DPS, ROA, ROI, serta ROE terhadap harga saham 2. Terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap EPS 6. Terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy dan EPS terhadap PER 7. Terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap DPS 8. Terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap ROA 9. Terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap ROE 10. Terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap harga saham H0 : 1. Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel Corporate Strategy, EPS, PER, DPS, ROA, ROI, serta ROE terhadap harga saham 2. Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap EPS 3. Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy dan EPS terhadap PER 4. Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap DPS 5. Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap ROA 6. Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap ROE 7. Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel corporate strategy terhadap harga saham