INTEGRITAS DAN KOMITMEN BAHAN AJAR DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III BADAN DIKLAT DIY http://diklat.jogjaprov.go.id LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA GBPP DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III Agenda Nama mata diklat Deskripsi singkat Hasil Belajar NO 1. 2. Materi Pokok Kejujuran Konsistensi : Integritas : Integritas dan komitmen : mata diklat ini membahas tentang integritas dan komitmen PNS yang meliputi kejujuran, kesetiaan akan janji-janji , ketegasan dalam bersikap, serta kedisiplinan : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menunjukkan sikap perilaku integritas dan komitmen sebagai PNS dan berkemampuan memprioritaskan profesi PNS. Indikator Hasil belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, a. peserta mampu bersikap jujur b. c. d. e. f. Setelah mengikuti pembelajaran ini, a. peserta mampu bersikap konsisten b. dan dapat memenuhi janji c d. e. f. 3 Ketegasan Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu bersikap tegas a. b. c. d. 4. Kedisiplinan PNS Setelah mengikuti pembelajaran ini a. peserta mampu bersikap disiplin b. c. d. Sub Materi Pokok Pengertian Nilai-nilai yang terkandung dalam kejujuran Mengapa orang harus jujur Pentingnya suatu kejujuran Akibat jika tidak jujur Hasil dari suatu kejujuran Pengertian Nilai sebuah janji Mengapa orang menepati janji harus Pentingnya menepati janji Akibat bila mengingkari janji Hasil dari suatu pemenuhan janji Perlunya bersikap tegas Percaya kepada nilai-nilai Dapat mengaktualisasi nilai baik dalam perilaku kehidupannya Komitmen dan konsistem Pengertian disiplin PNS Kewajiban PNS Larangan PNS Sanksi pelanggaran disiplin 5 Cinta Profesi PNS Setelah mengikuti pembelajaran ini a peserta dapat mencintai profesinya b sebagai PNS c d 6 Prioritas PNS Profesi Setelah mengikuti pembelajaran ini a peserta mengutamakan kepentingan profesinya di atas kepentingan b pribadi/golongan Ciri-ciri profesionalitas Kesadaran diri akan peran profesinya dalam organisasi, dalam pemerintahan/negara Dapat mengaktualisasikan profesionalitasxa Menyadari sebagai orang penting Perlunya mengutamakan kepentingan profesi Pelaksanaan tugasnya sebagai bagian dari ibadahnya BAB I PENDAHULUAN A. Umum Menghadapi tantangan arus perkembangan global ke depan, semangat reformasi dalam pendayagunaan aparatur Negara adalah tuntutan untuk mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara pemerintahan. Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan suatu keharusan, karena dengannya penyelenggaraan kekuasaan Negara oleh pemerintah dapat dilaksanakan secara transparan dan bertanggung jawab (akuntabel). Azas-azas kepemerintahan yang baik yang mendukung ke arah transparansi dan akuntabilitas antara lain kepastian hukum, keadilan, keseimbangan, keterbukaan, tidak melampaui dan atau mencampuradukkan kewenangan (antara dinas dan pribadi), tidak diskriminatif, tertib penyelengga administrasi pemerintahan, proporsionalitas, profesionalitas dan akuntabilitas. Dari semua azas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor sumber daya manusia aparatur yang berkualitas merupakan faktor dominan untuk terselenggaranya kepemerintahan yang baik, bersumber dari adanya Pegawai Negeri Sipil yang berintegritas. Integritas merupakan perwujudan identitas diri yang berdedikasi secara konsisten dalam menerapkan prinsipnya, dan bertindak dengan nilai-nilai positif yg diketahui atau dianutnya. Integritas merupakan inti dari perwujudan sikap dan perilaku. Menurut Walgito (1990:108) sikap dan perilaku adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Secara lengkap sikap merupakan kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai sesuatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Di dalam integritas terkandung makna konsistensi antara tindakan dan nilai. Orang yang mempunyai integritas, hidup sejalan dengan nilai-nilai prinsipnya. Suatu karakter yang tanpa memandang waktu dan tempat senantiasa menunjukkan ketaatan dalam menjalankan kode etik dan moral, memegang prinsip, tulus, jujur dan dapat dipercaya, disiplin, memiliki kekuatan dalam mempertahankan keteguhan/ kemantapan/ kestabilan/ kepenuhan, serta konsisten dalam sikap dan perilakunya. Ukuran nilai dari unsur-unsur yang mendukung integritas tersebut berlaku secara universal, dan menjadi acuan baku bagi perilaku kehidupan manusia secara umum. Namun konsep diri terhadap nilai-nilai tersebut akan sangat mempengaruhi manifestasi integritas seseorang. Perbedaan atas konsep nilai itulah yang membedakan tingkat integritas seseorang dengan yang lain. Untuk dapat mengaktualisasi diri sebagai pribadi yang berintegritas dalam organisasi beberapa faktor berikut ini menjadi landasan utama, yakni: 1. Mengetahui nilai-nilai keterbukaan. positif yang mendasar, seperti kejujuran dan 2. Mengetahui etika organisasi dan nilai-nilai yang dijunjung oleh organisasi. 3. Bertindak konsisten dengan nilai kejujuran dan keterbukaan, sesuai dengan tuntutan terhadap posisinya/aturan/nilai/prinsip 4. Meski tidak mudah, berani mengakui kesalahan/ bersikap terbuka/ mengubah perilaku sesuai dengan acuan tanggung jawab 5. Bertindak sesuai dengan nilai-nilai prinsip sekalipun ada risiko / konsekwensi yang harus ditanggung olehnya pribadi 6. Menjadi teladan perilaku yang sesuai prinsip; menciptakan suasana keterbukaan ; menyatakan dukungan terhadap orang lain yang bertindak jujur Pada organisasi swasta maupun pemerintahan, Integritas perlu dimiliki oleh mereka yang terlibat di dalamnya. Tanpa integritas, sebuah institusi akan segera hancur walau pernah berjaya sekalipun. Pimpinan yang tidak memiliki integritas, pada waktunya akan kehilangan kepercayaan dari anak buahnya, dan dampaknya akan kehilangan loyalitas. Secara umum, integritas profesional menjadi landasan yang mutlak. Bagaimana dengan kehidupan birokrasi dalam pemerintahan? Institusi yang orang-orangnya tidak memiliki integritas, akan menjadi rapuh, karena masyarakat tidak akan percaya. Pemerintah tidak lagi mempunyai wibawa, dan akhirnya masyarakat menjadi korban. Karena sifatnya yang konsisten maka kemampuan integritas seseorang akan semakin kuat, bila terbangun seiring berjalannya waktu. Faktor penting dalam memupuk integritas menjadi semakin kuat adalah melalui penghayatan atas sesuatu yang dialami berhubungan dengan pekerjaan, interaksi dengan sesama PNS di dalam dan di luar kedinasan, dengan organisasi, di dalam masyarakat, serta interaksi dengan diri sendiri secara utuh. Oleh karena pentingnya integritas dalam birokrasi pemerintahan, maka dalam diklat prajabatan, peserta perlu dibekali dengan materi Integritas sebagai bagian dari kurikulumnya. Dengan materi tersebut peserta diajak memperhatikan nilainilai luhur yang dalam kehidupan ini yang mendukung integritas, sehingga yang dapat diwujudkan dalam , agar sebelum melaksanakan tugasnya sebagai PNS, peserta diajak memiliki integritas yang tinggi melalui konsep nilai, cara berpikir, cara menanggapi sesuatu, dan menyikapinya dengan bekal yang cukup, sehingga akan menciptakan situasi kondusif, dan pelaksanaan tugasnya dapat dipertanggung jawabkan. Komitmen berasal dari kata “Commit”, yang berarti mempercayakan atau menghubungkan. Dalam diri seorang yang berintegritas akan selalu melandaskan perilakunya kepada sesuatu nilai yang dia percayai, dan tidak melepaskan nilai yang dipercayai tersebut dengan tindakannya. B. DESKRIPSI SINGKAT Mata diklat ini membahas tentang integritas PNS yang meliputi kejujuran, kesetiaan akan janji-janji , ketegasan dalam bersikap, serta kedisiplinan C. HASIL BELAJAR Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menunjukkan integritas dan komitmen sebagai PNS dan berkemampuan memprioritaskan profesi PNS. D. INDIKATOR HASIL BELAJAR Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu: 1. bersikap jujur 2. memenuhi janji 3. bersikap tegas 4. bersikap disiplin 5. mencintai profesinya sebagai PNS 6. mengutamakan kepentingan profesinya di atas kepentingan pribadi/ golongan E. MATERI POKOK: 1. Pendahuluan 2. Kejujuran 3. Konsistensi 4. Sikap tegas 5. Mencintai profesi 6. penutup F. MANFAAT Berbekal hasil belajar pada modul Integritas dan Komitmen ini, peserta mampu menunjukkan sikap perilaku integritas dan komitmen sebagai PNS dan berkemampuan memprioritaskan profesi PNS. BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN PERTAMA KEJUJURAN Setelah mengikuti pembelajaran pertama, peserta diklat diharapkan bersikap jujur A. Pengertian Arti kata “jujur” dalam kamus Purwodarminto disejajarkan dengan “lurus hati”, tidak bohong. Kejujuran berarti kelurusan hati atau ketulusan hati. Dalam Surat Edaran BKN nomor 02/SE/80 tentang Petunjuk Pengisian Daftar Penilaian Pekerjaan bahwa pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang diberikan kepadanya. Jujur adalah suatu sikap yang terpuji, bahkan menjadi tolok ukur kebaikan perilaku seseorang. Dengan kejujuran seseorang menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Dipercaya melakukan sesuatu pekerjaan, atau dipercaya untuk suatu tanggung jawab yang kecil ataupun besar, dan dipercaya untuk menyimpan sesuatu rahasia yang penting, bagi seseorang, kelompok, lembaga, bahkan Negara. Kejujuran menjadi salah satu kunci keberhasilan institusi dalam melaksanakan tugasnya, juga keberhasilan masing-masing pribadi yang terlibat di dalamnya. Setiap manusia mengetahui bahwa jujur itu baik dan perlu, tetapi apakah juga setiap manusia dapat mewujudkan perilaku jujur dalam kehidupannya? Bagaimana agar nilai positif yang terkandung dalam kejujuran dapat menjiwai seseorang dalam bertindak dan berkata-kata, sehingga akan menampakkan sikap jujur dalam perilaku kehidupannya. Sikap jujur merupakan salah satu wujud “keutuhan” manusia, menjadi bagian dari integritas. Yang dapat dipahami dalam sikap jujur yakni kesesuaian antara data, fakta, kenyataan bahkan ketentuan dan peraturan perundangan yang ada, dengan tindakan, perbuatan, dan kata-kata yang keluar dan dinampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini dijiwai oleh keluhuran budi dan kedekatan naluriahnya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sikap jujur dapat diwujudkan karena pembawaan lahiriah, yang berarti bahwa seseorang dilahirkan dengan sifat bawaan jujur. Tetapi kejujuran juga dapat dipelajari dan dilatih apabila seseorang mau belajar dan dengan tekat mau mencoba melaksanakannya. Dorongan untuk berperilaku jujur sangat tergantung pada pemahaman kita tentang betapa fananya manusia, dan juga bagaimana cara menyikapi akan kehidupan yang serba menantang. Kesadaran akan betapa fana hidup manusia akan membawa orang menyadari hidup ini sungguh berharga, jangan dicemari oleh halhal yang tidak baik. Sedangkan sikap terhadap kehidupan yang penuh tantangan dan tawaran duniawi membawa orang kepada konsumerisme yang tiada batas, sehingga keinginan orang untuk memiliki sesuatu dapat membawanya kepada sikap tidak jujur. Keinginan akan sesuatu yang akan dimiliki, atau keinginan mempertahankan nilai kejujuran menentukan kegagalan atau keberhasilan seseorang untuk berperilaku jujur. Orang yangmenginginkan sesuatu mempunyai dorongan yang kuat seolah membawanya ke dalam tekanan hidupkehidupan. Keberhasilannya dalam mengendalikan hatinya untuk mempertahankan kejujuran sangat dipengaruhi oleh respon orang tersebut terhadap adanya tekanan, baik tekanan dari luar (faktor eksternal) maupun dari dalam (internal). Seseorang bisa saja melanggar keinginannya untuk jujur mana kala didesak oleh keinginan-keinginan akan sesuatu yang ada di luar batas kewenangan atau kemampuannya. Karena itu yang terpenting dalam mempertahankan kejujuran dalam sikap dan perilakunya adalah kemampuannya untuk mengutamakan dan mempertahankan nilai kejujuran itu sendiri tanpa terpengaruh oleh tekanan apapun, baik dari dalam maupun dari luar. Untuk itu pemahaman akan nilainilai yang terkandung dalam kejujuran itu perlu dipahami secara baik. B. Nilai-nilai yang terkandung dalam kejujuran Kejujuran sendiri merupakan nilai yang mendapatkan penghargaan sangat tinggi. Nilai itu akan tercermin dalam perilaku berikut ini. 1) Terbuka Kejujuran mengandung makna keterbukaan, tidak menyimpan sesuatu untuk kepentingannya sendiri. Sesuatu yang menurut kelayakannya bisa disampaikan seharusnyalah disampaikan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu dihadapan orang lain, karena penyampaian yang proporsional sangat diperlukan bagi siapapun yang berhak menerimanya. 2) Bersahaja Bersahaja dapat diartikan sederhana. Kesederhanaan dalam menyampaikan jati diri melalui penampilan, ucapan, tindakan dan juga fikiran. Dalam sikap yang jujur tidak layak untuk melakukan sesuatu yang dibuat-buat, sesuai dengan pribadi masing-masing, seharusnyalah tampil apa adanya. Di jaman yang serba global tidak ada lagi batas negara dan budaya. Begitu besarnya pengaruh luar sehingga semua terbuka untuk ditiru, diserap, dan diadopsi. Gaya hidup wah sudah menjadi tren. Tidak ada satu orangpun yang terbebas dari pengaruh tren masa kini. Sandang, papan, pangan, semua serba masa kini. Orang yang jujur akan senantiasa berpegang pada keteguhan hati dalam menyikapi gejolak masa kini. Mengapa harus ikiut-ikut? Kan bukan lahiriah itu yang penting dalam hidup ini, tetapi ada hal esensial yang kokoh dipertahankan, yakni hidup yang aman, nyaman, tidak terbeban oleh kebutuhan untuk selalu berpenampilan trendy, tapi tetap apik dan sopan. 3) Tulus Segala pekerjaannya dilaksanakan dengan hati yang rela, motifasinya positif tidak untuk dilihat orang lain atau karena suka atau tidak suka. Keyakinannya sangat kuat akan adanya kebenaran untuk sesuatu yang dipercayainya mendatangkan kebaikan. 4) Tertib Orang yang bersikap jujur akan melakukan sesuatu secara tertib, sesuai aturan (on track). Kemampuannya untuk mempertahankan nilai kebenaran membuatnya tidak mengenal kompromi. Sasarannya jelas, yakni tercapainya sesuatu sesuai aturan atau kebenaran yang ia yakini. 5) Lurus jalannya, tidak berliku-liku, Karena sifatnya yang tertib, maka pelaksanaan tugas dikerjakan sesuai dengan aturan dan kebenaran yang ia yakini. Sulit baginya untuk melakukan sesuatu di luar keyakinannya, karena di luar keyakinannya tidak ada yang baik dan karenanya tidak boleh dilanggar. Oleh karena itu seorang yang berperilaku jujur tidak mudah masuk dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak jelas atau belum ada arahan yang tepat dan pasti. Sebaliknya ketidak jujuran tanpa rasa malu berupaya membelokkan jalan, untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. (seperti kata raja Daud bahwa Orang fasik bermuka tebal, tetapi orang jujur mengatur jalannya). 6) Menjauhi kejahatan Keyakinannya akan kebenaran menuntun orang yang bersikap jujur melakukan hal yang diyakininya benar. Sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya tidak akan dilakukan, karena melanggar hakekatnya dalam menegakkan kejujuran. 7) Percaya diri keyakinannya akan kebenaran menuntunnya kepada suatu kepercayaan bahwa dirinya dipakai sebagai alat menegakkan kebenaran, dan di luar dirinya belum tentu meyakini hal yang sama. Karenanya kepercayaan dirinya besar, dan keyakinannya kuat. 8) Menerima yang menjadi haknya Kunci kejujuran adalah rasa percaya bahwa kehidupannya akan dicukupkan tanpa harus mengambil yang bukan haknya. Hidupnya bersahaja, sehingga tidak memerlukan hal yang aneh-aneh yang dianggap trendy. Apa yang diperlukan terasa cukup, sehingga ia akan selalu pasrah dan menerima yang menjadi haknya, tentang apa yang menjadi bagiannya. Percaya kepada Sang Pencipta yang akan mmenuhi kehidupannya. Sifat jujur tidak peduli terhadap komentar orang lain atas apa yang ia lakukan. Sikapnya pasif, tidak banyak komentar tentang hal terkini, dan untuk sesuatu yang berada di luar kewenangannya akan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak orang lain. Tidak ingin mencampuri urusan orang lain, dan pasrah terhadap persepsi orang lain terhadap dirinya, walaupun kadang-kadang merugikan nama baiknya. C. Mengapa orang harus jujur Kalau ditanyakan kepada seseorang yang mempunyai sifat jujur, “mengapa harus jujur” pastilah orang akan berbalik bertanya: ” bukankah memang yang seharusnya demikian?”. Dan itu berarti bahwa jawaban atas pertanyaan “mengapa harus jujur”, dikembalikan kepada masing-masing pribadi, apa motivasinya dibalik kejujuran tersebut. Satu hal yang dapat kita tarik dari makna yang terkandung dalam kejujuran bahwa kejujuran merupakan cerminan iman dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa. Salah satu kewajiban PNS yang tertuang dalam PP nomor 30 tahun , bahwa PNS adalah insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa. Ciri orang yang bertaqwa adalah menjaga perilaku dan tindakannya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Bagaimana orang mengaku bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi sikap dan perilakunya tidak sesuai dengan yang dikendakiNya. Ini merupakan sesuatu yang bertolak belakang. Saat ini banyak orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi dalam sikap dan perilakunya tidak mencerminkan kepercayaannya tersebut.. Salah satu azas Pemerintahan yang baik (Good Governance) adalah akuntabilitas. Hal ini menegaskan bahwa setiap tindakan pemerintah harus dipertanggung jawabkan secara jujur, sesuai kaidah pertanggung jawaban yang benar. Untuk itu setiap penggunaan sumber daya harus dikelola secara baik, transparan. Kejujuran mutlak diperlukan agar pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan dalam dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya. Satunya kata dan tindakan mengharuskan seorang yang taqwa harus melakukan perintahNya, salah satunya adalah kejujuran. Dengan analogi terbaliknya, bahwa orang yang tidak jujur berarti tidak taqwa, beriman kepada sang pencipta. Keimanan seseorang bukan diukur dari kegiatan keagamaannya, tetapi dari buah-buah kehidupannya yang dinampakkan dalam sikap dan perilaku antara lain dalam hal kejujurannya. Sumber dari kejujuran itu adalah rasa Takut akan Tuhan. Kita tahu bahwa Tuhan sang pencipta langit dan bumi: a) Maha mengetahui, perbuatan manusia yang tersembunyi sekalipun. Jadi walaupun mungkin orang lain tidak mengetahui apa yang kita lakukan, tetapi Tuhan tahu, apakah perbuatan manusia sesuai dengan nilai kebaikan, menurut kaidah dan ketentuan, atau melanggarnya b) Maha adil, akan memperhitungkan perbuatan manusia yang salah, sebagai yang harus dipertanggung jawabkan dihadapanNya. c) Maha kaya dan maha pengasih, akan mencukupkan kebutuhan manusia seturut dengan kebesaran kasihnya kepada masing-masing pribadi manusia d) Dan masih banyak lagi (yang tidak di sebtkan disini) Dengan pemahaman tersebut maka seharusnyalah manusia menyadari, bahwa apa yang tersebunyi di hadapan orang tidak tersembunyi di depan Tuhan Sang Maha Mengetahui. Dan bila kita mengkhawatirkan tentang kecukupan kita, Tuhan Sang Maha Pengasih akan memberikan apa yang kita perlukan, seturut dengan kasih sayang dan kuasaNya, dan kita wajib menuruti perintahNya. Karenanya kita tahu mengapa harus bersikap tidak jujur, supaya kita mendapatkan perkenanNya, dan Tuhan akan melengkapi segala kebutuhan kita. Telah diuraikan di atas bahwa kejujuran adalah salah satu kunci keberhasilan institusi dalam melaksanakan tugasnya, juga keberhasilan masing-masing pribadi yang terlibat di dalamnya. Jadi dengan kejujuran kita berharap apa yang kita lakukan senantiasa memberikan hasil yang baik. Mengapa demikian? Karena dengan kejujuran kita mendapatkan data yang benar, mengelola dan mengolahnya dengan baik, dan mencari solusi dengan tepat, sehingga permasalahan dapat diatasi. Apabila di dalam pelaksanaan tugas institusi tidak ada kejujuran, maka dapat dibayangkan betapa institusi tersebut berada pada kondisi yang tidak menentu, karena tidak ada kepercayaan orang terhadap institusi tersebut. Demikian juga dengan personil yang ada di dalamnya, jika seseorang kedapatan tidak jujur dalam satu kali saja perbuatan atau kata-katanya, maka orang lain akan memandangnya sebagai yang tidak dapat dipercaya, dan alangkah sulit mengembalikan kepercayaan itu. Apalagi kalau itu terjadi pada instusi pemerintah, maka akan menjadi preseden buruk bagi pemerintahan. Indonesia sudah dianggap Negara Nomor 4 terkorup di dunia, dan karenanya Pemerintah saat ini giat melakukan pemberantasan korupsi melalui lembaga yang dibentuk sejak tahun 2002, Komisi pemberantasan Korupsi. Kejujuran merupakan hal yang mutlak dan sangat diperlukan agar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan benar-benar dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan, yaitu mensejahterakan kehidupan bangsa. Kejujuran merupakan harga mati untuk suatu keberhasilan. Dalam kehidupan di masyarakat saat ini banyak dibicarakan tentang langkanya sikap jujur. Dikatakan oleh Raja Daud pada 3500 th sebelum masehi, karena rusaknya kehidupan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab, bahwa Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tidak ada lagi orang jujur diantara manusia, juga menurutnya (sebagai ungkapan hikmat yang dikirim oleh Allah kepadanya), bahwa orang jujurlah yang akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal disitu. Mendiami tanah, sebagai kiasan dari orang yang dikaruniai usia panjang dan kuasa atas wilayah yang diberikan kepadanya. Sebagai orang berhikmat, Daud menyampaikan janji Tuhan tentang akan diberiNya sejahtera bagi kehidupan seseorang yang memiliki kejujuran. Siapapun yang memiliki sifat jujur akan memperoleh pemenuhan janji tersebut. Siapa akan mendapatkannya hendaklah ia mengusahakan sikap jujur dalam hidupnya D. Pentingnya suatu kejujuran Dalam pelaksanaan tugas organisasi, kejujuran mutlak diperlukan. Penyelenggaraan tugas dan fungsi memerlukan input yang memadai untuk suatu proses dalam menghasilkan output. Sejak input disiapkan, dikelola dan digunakan, seluruhnya menggunakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik. Demikian juga untuk pelaksanaan atau prosesnya, memerlukan kecermatan dan ketelitian serta kejujuran dalam pengelolaannya. Suatu ketidak jujuran dalam penggunaan input, proses, dan pemantauan hasil akan menyebabkan tidak efektifnya suatu kegiatan bahkan kegagalan. Suatu kegiatan dilaksanakan untuk tujuan tertentu dalam memecahkan permasalahan yang ada. Namun apabila usaha yang telah dirancang dengan baik, menurut perencanaan yang analitis tidak dilakukan dengan kejujuran, sia-sialah semua yang telah diusahakan. Demikian juga dalam kehidupan masyarakat, bahwa salah satu nilai yang terkandung dalam kejujuran adalah Takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan senantiasa mengikatkan diri dengan kehendakNya. Segala perbuatannya selalu dihubungkan dengan perkenan Sang Penciptanya. Oleh karenanya dia akan bersikap jujur agar setiap usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas maupun kehidupannya sebagai pribadi, keluarga maupun masyarakat dapat berhasil sesuai dengan kehendak Tuhan. Dapat dikatakan juga bahwa orang yang takut akan Tuhan pasti menjaga kehidupannya untuk senantiasa berlaku jujur. Kalau hal ini dilanggar ada akibat yang harus ditanggungnya, misalnya saja ia kuatir bahwa nanti Tuhan marah, sehingga dalam kehidupannya mengalami berbagai gangguan. Dikatakan dalam kitab Nabi Daud bahwa: Korban orang fasik adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi doa orang jujur dikenaNya. E. Akibat jika tidak jujur Dari uraian tentang pentingnya kejujuran dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, baik di dalam institusi, di masyarakat, di rumah dan secara pribadi sangat diperlukan sikap jujur. Indikasi ketidak jujuran dapat diidentifikasi oleh adanya: 1. Penyampaian informasi yang tidak benar/penggelapan atau pemutarbalikan fakta Sesuatu dikatakan tidak benar kalau tidak sesuai antara keterangan/penjelasan tentang sesuatu hal dengan fakta yang dapat ditangkap oleh sebagian besar masyarakat. Memang seringkali kebenaran bernilai relatif, tetapi setidaknya ada kesamaan pandangan terhadap sesuatu nilai yang diyakini kebenarannya. Ketidak jujuran membawa kepada suatu penyesatan tentang sesuatu informasi, pemutar balikan fakta/ 2. Korupsi Ada tiga puluh jenis tindakan korupsi sebagaimana diuraikan dalam PP nomor… tentang pemberantasan korupsi. Dari ke 30 jenis tindakan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: kegiatan yang merugikan keuangan Negara Suap menyuap penggelapan dalam jabatan pemerasan perbuatan curang Benturan kepentingan dalam kegiatan pengadaan barang milik Negara Gratifikasi Hal tersebut sebagai tindakan melawan hukum yang mengarah pada: Memperkaya diri dengan cara melawan hukum, merugikan keuangan negara Menyalah gunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya sehingga dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian negara Menerima hadiah yang karena jabatan atau kewenangannya dapat mempengaruhi dilakukan atau tidak dilakukannya sesuatu sehingga bertentangan dengan kewajibannya. 3. Suap Dalam PP tersebut disebutkan juga bahwa “suap” merupakan bagian dari tindakan korupsi. Suap adalah tindakan seseorang yang memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada PNS atau penyelenggara Negara dengan maksud supaya yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya. Demikian juga bagi PNS atau penyelenggara Negara yang menerima suap, dia telah melakukan tindakan “korupsi” 4. Pementingan diri Tindakan seseorang merupakan cerminan dari kehendak hati yang tersembunyi dan tidak dapat diketahui orang lain. Bisa saja orang mengatakan bahwa dirinya jujur dan tidak bercela tetapi dari tindakannya dapat diketahui apakah pernyataannya tersebut benar. Kejujuran tidak mengarah pada pementingan diri sendiri. Tindakannya hanya didasarkan pada sesuatu nilai yang diyakini kebenarannya. Sesuatu yang bernilai jika bermanfaat bagi institusi, dan orang jujur akan mengutamakannya. Nilai keutamaan menjadi lebih penting disbanding dengan kepentingan diri. 5. Pamrih Obyektivitas terhadap sesuatu yang kita lakukan, adalah melihat pekerjaan sebagai suatu tugas yng harus dilakukan, dan bukan untuk mendapatkan sesuatu sebagai imbalan. Manajemen kepegawaian PNS telah mengatur tentang imbalan, berupa gaji dan kesejahteraan lainnya. Jadi PNS tidak berhak menuntut imbalan langsung atas hal yng dilakukan. Akibat langsung secara nyata bila ada pamrih adalah ketidak lancaran dalam tugas, karena menginginkan imbalan dari setiap hal yang dikerjakan. F. Hasil dari suatu kejujuran Sikap jujur adalah respon positif dari apa yang sudah kita terima dari Tuhan. Segala yang kita alami dan dapatkan adalah semata-mata karuniaNya. Jadi karena Tuhan sudah memberikan yang baik untuk kita, maka kita wajib memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Hasil dari kejujuran antara lain: 1. Dapat dipercaya. Kepercayaan sulit mendapatkannya, dan juga sulit mempertahankannya. Janganlah kepercayaan ini hilang hanya karena kita mengingini sesuatu yang bulan hak kita. Berjalan apa adanya, tidak memikirkan yang tinggi-tinggi di luar kemampuan kita akan memberikan hikmat untuk menjalani kehidupan ini apa adanya. 2. Akan mendapatklan tanggung jawab yang lebih besar. Seseorang yang telah dipercayai melaksanakan pekerjaan dan terbukti dapat menyelesaikannya dengan baik disertai kejujuran maka pimpinan tidak segan-segan memberikan kepercayaan yang lebih besar lagi, sehingga tidak akan kekurangan pekerjaan. Dengan demikian akan dapat meningkatkan kemampuan dan pengalamannya melalui tugas dan tanggung jawab yang semakin besar. 3. Kelancaran pelaksanaan tugas, karena setiap proses yang kita lakukan dalam menjalankan tugas terselenggara dengan jelas, dan transparan BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN KEDUA KONSITENSI Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memenuhi janji A. Pengertian Dalam kamus bahasa Indonesia, konsisten diartikan sebagai tetap, selaras, sesuai. Seseorang yang bertindak secara konsisten artinya tindakannya selalu sesuai dengan nilai yang dianutnya, perbuatannya selaras dengan perkataannya. Orang yang konsistensi adalah orang yang setia memenuhi janji-janjinya. Janji adalah sebuah pernyataan kesanggupan tentang sesuatu, yang akan dilakukan atau tidak dilakukan, perihal yang dijanjikan. Pernyataan kesanggupan atau janji dinyatakan oleh seseorang kepada orang lain, institusi, atau dirinya sendiri adalah sebuah keputusan. Jan ji kepada diri sendiri misalnya di masa depan yang ia tentukan sendiri, akan melakukan sesuatu perubahan, atau janji kepada institusi, atau orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang ia janjikan. Setelah sebuah janji ditetapkan, secara tertulis ataupun lisan, atau bahkan yang disimpan di dalam hati, maka si pembuat janji telah menetapkan sendiri kewajibannya untuk menepatinya. Tetapi apakah janji itu dapat dipenuhi atau akan diingkarinya, tergantung pada pribadi masing-masing orang yang berjanji. Sebagai suatu pernyataan kesanggupan pemenuhannya merupakan kemampuan seseorang untuk dapat melaksanakannya sesuai janjinya. Misalnya seorang bapak yang telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak merokok lagi. Ternyata dalam proses pemenuhan janji tersebut sulit melaksanakan, dan perlu perjuangan serta pengorbanan. Contoh bapak tadi menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak sanggup memenuhi janjinya. Pemenuhan janji merupakan nilai integritas diri. Karenanya dalam modul ini diuuraikan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam hal menepati janji. B. Nilai sebuah janji Ada istilah yang secara umum dipahami bersama bahwa janji merupakan hutang, dan itu harus dibayar. Mengapa demikian?, apa yang ada sebenarnya ada dibalik sebuah janji? mari kita simak hal berikut ini. 1) Janji adalah sebuah keputusan Sebelum janji diucapkan ada suatu proses transaksi batiniah yang terjadi, antara pemberi janji dengan penerima. Kalau janji itu untuk diri sendiri maka pihak pemberi dan penerima adalah diri sendiri. Orang yang mudah mengucapkan janji akan mudah bertransaksi dan menyatakan kesanggupan untuk melakukan sesuatu sesuai transaksi batiniah yang terjadi. Setelah bertransaksi secara batiniah, maka ada sebuah “kesepakatan” antara keduanya, sebagai kompensasi dari ketidak seimbangan, dan merupakan sebuah solusi yang berasal dari pemberi janji, sehingga keduanya sama-sama dapat menerima transaksi tersebut. Kalau kesepakatan terjadi dan pemberi janji menyatakan kesanggupan melakukan sesuatu, maka hal ini merupakan sebuah keputusan Keputusan yang diambil sebagai pernyataan kesanggupan bersifat mengikat bagi yang mengucapkan, namun belum tentu untuk penerima janji. Adakalanya penerima janji tidak mengindahkan apa yang telah diucapkan oleh pemberi janji, namun tidak demikian untuk pemberi janji. Sebuah keputusan merupakan ketetapan yang tidak dapat secara mudah dibatalkan. 2) Janji adalah sebuah pernyataan keberanian Janji merupakan pernyataan kesanggupan dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan. Kesanggupan tersebut sebagai konsekuensi dari ketidak seimbangan ke dua belah pihak yang berawal dari si pemberi janji merupakan keberanian yang muncul dari sifat ksatrianya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa janji adalah pernyataan keberanian dari pemberi janji, untuk memberikan keseimbangan antar ke dua belah pihak menurut pertimbangan si pemberi janji. 3) Janji mengandung resiko Keberanian untuk memberikan janji harus disertai dengan keberanian memenuhinya. Ada perbedaan waktu antara pemenuhan janji yang terjadi kemudian setelah pengucapan janji. Resiko tidak terpenuhi ada karena suasana hati sudah berganti. Suasananya sudah berubah, sehingga ketetapan hati untuk memenuhi diperlukan bagi si pemberi janji untuk tetap pada keputusannya memberikan pemenuhan janjinya. 4) Janji mengandung unsur moral dan etik Orang yang mengucapkan janji biasanya terjebak pada tekanan, karena transaksi batin yang terjadi dalam hatinya. Desakan tersebut diproses, dan dicari solusi yang baik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak, dan ini merupakan tuntutan moral dari si pembuat janji, namun belum tentu demikian untuk si penerima janji. Solusi yang mengutamakan keseimbangan adalah nilai etika yang layak dihargai, bersumber dari kepekaannya untuk tidak membuat ketidak seimbangan di dalam kehidupannya antar sesama. C. Mengapa orang harus menepati janji 1) Menepati janji memerlukan komitmen Seperti disampaikan di atas bahwa ada perubahan suasana pada saat pengucapan janji dengan saat pemenuhan janji. Maka untuk pemenuhannya diperlukan komitmen dan ketetapan hati untuk tidak berubah pikiran dan memenuhi janjinya. Dengan komitmen yang tinggi maka seseorang tidak begitu saja melupakan janjinya untuk segera memenuhinya. 2) Menepati janji memerlukan pengorbanan Pemenuhan janji merupakan hasil ketetapan hati. Dengan situasi yangberlainan orang mudah saja melupakan apa yang sudah dijanjikan. Tetapi sebagai nilai moral dia akan tetap menjadi hutang terhadap si penerima janji. Pemenuhan terhadap hutang tersebut diperlukan pengorbanan yang kuat agar pemenuhan janji sesuai dengan saat janji diucapkan. 3) Menepati janji menghilangkan rasa takut Setelah memenuhi janji seseorang akan merasa lega dan tidak berhutang dengan orang yang diberikan janji. Dengan pemenuhan janji tersebut tidak ada lagi perasaan tidak mampu, atau takut dikatakan sebagai orang yang tidak konsekuen. Sehingga dengan pemenuhan tersebut tidak ada lagi kesenjangan di antara kedua belah pihak. 4) Menepati janji memerlukan ketekunan Seberapa pemenuhan janji, apakah seperti saat janji itu diucapkan, maka hal ini merupakan perjuangan yang cukup berat. Dengan situasi yang berbeda seorang pemberi janji harus memberikan apa yang dia janjikan tanpa desakan dari manapun. Untuk itu diperlukan kesungguhan hati dan ketekunan. 5) Menepati janji membahagiakan Perasaan bahagia setelah melalui ketekunan, pengorbanan, dan akhirnya terlepas dari rasa takut dapat dirasakan oleh seseorang yang pernah mengucapkan janji dan dapat menepatinya. Rasa puas dan lega membuat dia bahagia, dan tidak ada ganjalan apapun. Pergaulan dapat normal kembali karena tidak ada lagi tekanan. D. Pentingnya menepati janji 1) Hak dan kewajiban Bagi si pembuat janji, menepati janji merupakan suatu kewajiban, dan bagi si penerima merupakan suatu hak. Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain (dalam hal ini pembuat janji). Orang yang mempunyai hak bisa menuntut bahwa pembuat janji akan memenuhi dan menghormati hak itu. Klaim yang sah, atau klaim yang dapat dibenarkan. Ada dua macam hak, yaitu hak legal dan hak moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas peraturan perundang-undangan. Tetapi hak penerima janji dapat dimasukkan ke dalam hak moral, yaitu hak yang berada dalam ranah system moral. Pemenuhan atas kewajiban tersebut merupakan beban moral yang harus ditanggung oleh pembuat janji. 2) Janji mengandung harapan Bagi si pembuat janji, janji merupakan hutang maka pemenuhannya merupakan kewajiban membayarnya, dan bagi si penerima sebuah janji merupakan harapan akan adanya sesuatu yang dilakukan oleh pemberi janji, sebuah harapan yang pasti, suatu saat akan terpenuhi. 3) Menyatakan sebuah kekuatan Janji yang ditepati memberikan dampak positif terhadap orang yang berjanji. Sebagai manusia dia berhasil mengaktualisasi diri sebagai yang penggenap janji. Hal ini menjadi kekuatan bahwa di tengah pergaulannya ia dianggap layak mendapatkan pujian E. Akibat bila mengingkari janji 1) Janji mengandung harapan Telah disebutkan di atas bahwa janji merupakan harapan bagi si penerima janji. Apabila sebuah harapan tidak terpenuhi, dan si penerima sangat yakin akan dipenuhinya janji tersebut, maka yang terjadi adalah kekecewaan yang melanda si penerima janji, yang mengakibatkan tidak lagi percaya kepada pembuat janji. Nilai negatif segera diberikan untuk pembuat janji, yang berarti bahwa dia dianggap tidak memiliki nilai kehidupan yang baik. 2) Kegagalan pertama, kedua, ketiga Janji yang tidak ditepati akan memberikan kesan sebuah kegagalan. Persepsi orang terhadap kegagalan adalah sesuatu yang tidak baik, sehingga orangyang telah mengalami kegagalan akan dianggap gagal untuk ke dua kali, dan seterusnya. 3) Hilangnya kepercayaan Suatu persepsi negatif yang sudah terlanjur tercetak di benak seseorang, akan memberkan dampak negative, sehingga orang yang dipersepsikan negative akan kehilangan kepercayaan untuk masa-masa yang akan datang. 4) Nilai diri Sigmund freud pernah mengatakan bahwa hidup psikis manusia diibaratkan seperti gunung es, yang terapung-apung di laut, hanya puncaknya yang kelihatan. Seorang yang tidak menepati janji yang telah dianggap gagal dan kehilangan kepercayaan tidak seluruh kehidupannya buruk. Dia masih mempunyai keinginan, cita-cita, dan kehendak yang baik. Yang nampak dipermukaan dan menjadi persepsi orang adalah nilai negative karena tidak memenuhi janjinya, maka kebaikan, cita-cita dan kehendak baik orangtersebut tidak diperhitungkan sebagai nilai pribadinya. F. Hasil bila menepati janji 1) Menyenangkan orang lain Paham hedonisme mengatakan bahwa yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Tujuan orang hidup adalah mencari kesenangan. Walaupun paham tersebut banyak ditentang, tetapi kenyataan bahwa hati yang senang merupakan suasana hati yang diinginkan oleh semua orang. Janji yang ditepai merupakan pemenuhan kewajiban terhadap penerima janji. Dan bagi penerima, itu merupakan pemenuhan hak atas janji yang pernah diterima. Dengan demikian dia akan merasa senang karena harapannya telah terwujud. 2) Menempa diri Ada pendapat yang mengatakan bahwa “Anda mungkin tidak mampu mengubah dunia yang anda lihat, tetapi anda pasti mampu mengubah cara anda melihat dunia yang ada dalam diri anda. Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa orang yang biasa menepati janji adalah orang yang mempunyai komitmen dan konsistensi yang tinggi. Dia akan mendapatkan kepercayaan untuk kesempatankesempatan yang berikut, sehingga dia akan terus mendapatkan peluang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar tanggung jawabnya. Dengan demikian dia akan semakin kompeten dan meningkat kapabilitasnya dalam pelaksanaan tugas. Dia melihat dunia dengan caranya, dan dapat menterjemahkan berbagai fenomena dengan kemampuan yang ada padanya. 3) Nilai diri Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan dan mencoba lagi dengan suatu cara yang berbeda. Sebuah janji untuk memperbaiki diri dan pemenuhan atas janji tersebut merupakan nilai diri yang luar biasa besar. Akan menajdi sumber mata air kebaikan yang tidak akan kering, dan memberikan dampak positif terhadap penampilannya. Dia akan menajdi orang yang layak disegani, dihargai, dihormati, disenangi serta bertambah percaya diri. 4) Mempertahankan keutuhan persahabatan dan pergaulan Sebuah penghargaan yang diterima dari lingkungan kita adalah apabila teman dekat, handai taulan dapat menghargai karya kita. Orang yang berani memutuskan, memberikan janji, dan berabi mengambil resiko untuk menepati janjinya, maka dunia akan diri, dan orang akan senang bergaul dengan kita. Dengan demikian keutuhan persahabatan dan pergaulan aka nada di tangan kita. 5) Pemenang sejati (9 succed) Uraian di atas telah menguakkan tabir keberhasilan (sukses) yang diidamkan oleh setiap manusia, yang dapat kita raih bila kita mempunyai nilai diri yang baik dari pemenuhan atas janji-janji yang kita ucapkan. Buti-butir sukses tersebut adalah: a. Berani mengambil keputusan b. Berani melangkah c. Mengutamakan moral dan etika d. Berani mengambil resiko e. Nerani berkorban f. Menyenangkan orang lain g. Siap menempa diri h. Memiliki nilai diri positif, dan i. Mempertahankan persahabatan dan pergaulan yang baik BAB IV KEGIATAN PEMBELAJARAN KETIGA SIKAP TEGAS Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu bersikap tegas A. Perlunya bersikap tegas Tegas diartikan sebagai nyata, jelas, dan terang benar. Sesuatu yang pasti, tidak ragu-ragu. Dengan sikap tegas maka seseorang dapat mengetahui secara pasti apa yang dimaksudkan, dan tidak menimbulkan persepsi yang berbeda. Ketegasan itu perlu, agar orang lain dapat mengerti maksud hati, sehingga mudah menentukan sikap, apakah setuju atau tidak setuju dengan pendapat dan caranya. Ketegasan bersumber dari hati yang teguh dan kemantapan jiwa. Orang yang bersikap tegas dilandasi oleh kepercayaannya akan nilai yang dianggapnya benar, konsistensi terhadap nilai-nilai tersebut, komitmen, dapat mengaktualisasikan kebenaran dalam hidupnya, serta konsiten. B. Percaya kepada nilai-nilai Setiap manusia memiliki dan mempercayai nilai-nilai yang ia dapatkan sejak masa kecil. Didikan dan pengajaran ia dapatkan dalam pengasuhan. Gambaran masa lalu serta cita-cita masa depan yang jelas, akan menuntun manusia kepada suatu pola kehidupan yang ia yakini kebenarannya. Dan hal itulah yang akan mewarnai kehidupannya, dan yang akan diajarkan juga kepada anak-anaknya secara turun menurun. Apa yang ditanamkan oleh keluarga dan lingkungannya, sesuatu yang diinginkan, serta keteladanan dari seseorang yang menjadi idolanya akan merasuki jiwanya, dan menjadi pola yang melekat kuat dan menginspirasi perilaku dan sikap seseorang. Seseorang yang dididik keras, dengan disiplin yang tinggi akan menjadi insan yang keras dan berdisiplin. Apa yang ditanam pada masa pengasuhan, itulah yang akan dituainya pada masa tuanya. Hal di atas adalah merupakan kewajaran yang biasa terjadi. Namun tidak menutup kemungkinan juga bagi yang dalam pengasuhan belum mendapatkan didikan tentang nilai-nilai luhur, dapat mengadopsinya sejak dia sadar akan nilai-nilai tersebut dan menggenggamnya sebagai panduan hidupnya. Karenanya apabila seseorang menginginkan kehidupannya menjadi lebih baik, maka kepadanya harus diberikan masukan yang baik, sesuai nilai yang diingikan. Masukan tersebut dapat berupa tuntunan agama, buku-buku panduan tentang pembangunan karakter, dan juga keteladanan orang yang diidolakan. Nilai yang diyakini kebenarannya entahkah didapatkan dari didikan dan pengajaran lingkungaannya sejak kecil, ataupun dipelajarinya setelah dewasa, akan melandasi sikap dan perilakunya, sehingga ketegasan dapat dimanifestasikan dalam kehidupannya. C. Dapat mengaktualisasi nilai baik dalam perilaku kehidupannya Nilai baik, siapapun ingin melakukakannya. Tetapi kemampuan orang untuk melawan godaan dan kehendak hati sendiri lebih sulit disbanding dengan godaan yang datang dari orang luar. Sebuah pandangan menjadi landasan dalam bersikap, bertutur kata, dan bertindak. Dengan komitmen dan kesetiaan terhadap nilai-nilai yang dianggapnya benar, akan menjadi pendorong dalam mengaktualisasikan kebenaran tersebut dalam kehidupannya. Tanpa ragu dan malu-malu dilakukannya segala sesuatu yang menurut keyakinannya benar, walaupun banyak tantangan dan godaan, . Tantangan dan godaan dapat datang diri sendiri maupun dari luar, antara lain: 1) Konsumerisme Jaman globalisasi disertai dengan tanda-tanda melimpahnya produk asing di pasar lokal. Produk yang biasanya memberikan kemudahan dan kenikmatan menawarkan suatu gaya hidup tertentu. Kalau tidak mempunyai prinsip yang kuat untuk memberlakukan nilai-nilai kebenaran maka dengan mudahnya orang akan memenuhi keinginannya dengan gaya hidup terkini, dengan tambahan belanja yang bersumber dari luar kekuatannya. 2) Gengsi Gengsi biasanya dihubungkan dengan harga diri dalam berpenampilan. Ingin tampil wah, walaupun sebenarnya penuh keterbatasan dan keinginan lain yang di luar kemampuannya. Kalau seseorang memang punya kemampuan yang memadai maka penampilan yang baik bukan karena gengsi, tetapi memang kebutuhan hidupnya yang dapat dipenuhi untuk penampilannya tersebut. Tantangan mengaktualisasi kebenaran dalam hidup sering berbenturan dengan gengsi, dan biasanya akan memenangkan gengsi karena merupakan hal yang mudah dilihat dan kasat mata. Gengsi bersumber dari cara berfikir yang tinggi, melebihi kemampuannya. Perasaan gengsi timbul karena kemampuannya tidak sepadan dengan keinginannya tampil, sehingga untuk menutup kekurangan tersebut berbagai upaya dilakukan dan al hasil mengorbankan kebenaran yang seharusnya diperjuangkan. 3) Solidaritas Banyak orang melakukan sesuatu didorong oleh solidaritas antar sesama atau oleh atasan. Kebenaran yang akan ditegakkan sulit mendapat kesempatan, sehingga yang nampak dipermukaan adalah sebuah kompromi dengan nilai yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Kadang kebenaran yang akan ditegakkan dikorbankan oleh rasa solidaritas. Orang yang prinsipnya kuat sulit mengorbankan kebenaran untuk suatu solidaritas. Terasa aneh di dalam lingkungan pergaulannya, karena pendapatnya: biar saja dikatakan aneh, tetapi kebenaran mutlak harus diberlakukan. 4) Menyenangkan hati orang Seperti halnya solidaritas, kebiasaan menyenangkan hati orang dapat mengganggu dalam mengaktualisasikan kebenaran. Terlebih bila orang disekelilingnya memanfaatkan kelemahannya, serba tidak enak, dan lain sebagainya, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam mengaktualisasikan kebenaran. Melawan godaan dan tantangan dalam mengaktualisasikan kebenaran adalah seperti sebuah peperangan melawan musuh. Musuhnya bukanlah musuh yang kelihatan, tetapi penguasa kejahatan yang menginginkan manusia jatuh dan melakukan kejahatan. Oleh karenanya dalam memerangi kejahatan harus diperlengkapi dengan senjata perang, seperti kiasan berikut ini: “berikat pinggang kebenaran, berperisai iman, berpedang roh, berbajuzirahkan keadilan, dan berkasutkan kerelaan”*) maksud dari kiasan tersebut antara lain bahwa: 1) Ikat pinggang, sebagai simbul pengencang pakaian, kalau tidak memakainya akan kedodoran, dan tidak berpakaian secara layak. Ikat pinggang kebenaran dipakai untuk pergi (melaksanakan tugas), yang berarti kebenaran disandang terus dalam kegiatan sehari-hari, agar layak dalam berkarya. 2) Berperisai iman, artinya setiap ada serangan, kita berlindung pada iman, yakni menaruh harap hanya kepada pertolongan Tuhan sang pencipta 3) Berbajuzirahkan keadilan, yakni dengan baju perang yang memberikan jaminan perlindungan, kita melakukan sesuatu secara adil, tidak memihak, dan tanpa pamrih. Dengan demikian kita akan terbebas dari pelanggaran agar terhindar dari tuntutan kesalahan. 4) Berkasutkan kerelaan, yang berarti bahwa alas kaki (kasut) kita adalah kerelaan. Dengan rela kita melakukan kebenaran dalam menjalani hidup walaupun situasi tidak menyenangkan. D. Komitmen dan konsiten Sikap yang mengutamakan kesetiaan terhadap sesuatu, secara terus menerus, secara bertanggung jawab adalah sikap orang yang berintegritas. Komitmen terhadap kebenaran adalah kunci untuk sikap yang tegas. Landasannya berupa nilai-nilai positif yang diyakini kebenarannya akan terus diperjuangkan untuk dapat diberlakukan dalam kehidupannya sepanjang umur hidupnya. Apabila ditemui sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai tersebut maka situasi tersebut membuatnya tegang dan tertekan (stress). Bila tidak dapat mengelola tekanan dan ketegangan dengan baik ia akan menjadi murung, dan menampakkan sikap yang aneh. Tetapi apabila dapat mengelola stress tersebut maka dia akan semakin dewasa, dan berhasil keluar dan menang dari gejolak ketidak selarasan, dan untuk selanjutnya akan selalu berhasil memenangkan setiap situasi, walau kurang nyaman sekalipun. BAB V KEGIATAN BELAJAR IV KEDISIPLINAN Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu bersikap disiplin A. Pengertian Umum Secara umum istilah disiplin diartikan sebagai ketaatan kepada aturan dan tata tertib. Sebagai kata kerja, disiplin merupakan latihan batin atau watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (WJS Poerwodarminta, Kamus Bahasa Indonesia, 19 ...). . Menurut Prof. Bukhari Zainun dalam bukunya Manajemen Sumber daya manusia dan Manajemen Personalia, bahwa disiplin adalah aksi manajemen yang memberikan semangat kepada pegawai untuk mengikuti standar dan pencegahan pelanggaran peraturan. Sedangkan Aliminsyah, SE dan Drs. Pandji, MA mengemukakan bahwa disiplin adalah kemampuan menguasai diri sendiri yang diatur. Disiplin berasal dari kata “DISCIPLINA” yang berarti “Latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat baik. Disiplin menitik beratkan pada panduan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap pekerjaan. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa disiplin adalah suatu kemampuan pengendalian diri atau suatu pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan prilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Kemampuan pengendalian diri selalu melekat pada seorang PNS yang berintegritas. Padanya melekat nilai-nilai luhur yang dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. Pemberlakuakn nilai maupun ketaatannya pada aturan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kapanpun, dan dimanapun manifestasi dari nilai-nilai tersebut akan terus dilakukan secara spontan, tidak mempertimbangkan apakah dilihat oleh yang lain, atasan atau teman, maupun dalam keadaan sendiripun. Karenanya peraturan disiplin baginya hanyalah suatu aturan kedinasan yang secara resmi diberlakukan untuk menjaga ketertiban berorganisasi. Norma yang terkandung dalam aturan bukan lagi sesuatu asing, yang berlainan dengan prinsip hidupnya. B. Peraturan disiplin PNS sebagai unsur aparatur Negara yang adalah abdi Negara dan abdi mayarakat, dalam menjalankan tugas dan peranannya harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Hal ini sangat diperlukan agar penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing personil dapat berjalan dengan baik, untuk mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. Secara alamiah, integritas seseorang akan menuntun orang tersebut kepada suatu iklim kehidupan yang tertib dan berdisiplin. Salah satu manifestasi dari nilai-nilai yang terkandung dalam integritas, adalah kedisiplinan. Walaupun demikian secara umum diperlukan panduan yang menuntun kepada suatu keseragaman tindak dan langkah dalam menegakkan disiplin PNS. Dalam rangka pembinaan disiplin PNS, telah ditetapkan Peraturan Disiplin PNS sebagaimana tertuang dalam PP no. 30 tahun 1980 dan peraturan yang berkaitan dengan hal itu. Dalam PP tersebut diuraikan secara mendetail tentang kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PNS dan larangan yang tidak boleh dilanggar, serta sanksi apabila kewajiban tidak dipenuhi atau larangannya dilanggar. Berbagai peraturan tentang disiplin tersebut tidak untuk membatasi secara kaku ruang gerak Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus dibatasi secara, tetapi kreativitas, inovasi dan ide-ide yang membangun serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat tetap harus dipupuk dan dikembangkan. Peraturan tersebut ditetapkan mengingat: 1. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan Nasional, diperlukan adanya PNS sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih, bermutu tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pernbangunan. 2. Untuk membina PNS yang demikian itu, antara lain diperlukan adanya Peraturan Disiplin yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati, atau larangan dilanggar. Ketentuan tentang hal tersebut diuraikan berikut ini. 1. Kewajiban PNS . Kewajiban PNS tertera pada pasal 2 PP 30 tahun 1980 sebagai berikut: a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri serta menghindarkan dari segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain; c. Menjunjung tinggi kehormatan clan martabat Negara, Pernerintah clan PNS; d. Mengangkat dan mentaati sumpah clan janji PNS clan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Menyimpan rahasia Negara atau rahasia jabatan dengan sebaikbaiknya; f. Memperhatikan clan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah baik yang langsung dengan tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum; g. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya clan dengan penuh pengabdian, kesadaran, clan tanggungjawab; h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, clan bersemangat untuk kepentingan Negara; i. Memelihara clan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan clan kesatuan Korps PNS; j. Segera melapor kepada atasannya, apabila mengetahui dan ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan Negara/Pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuangan clan material; k. Mentaati ketentuan jam kerja; l. Menciptakan clan memelihara suasana kerja yang baik; m. Menggunakan clan memelihara barang-barang milik Negara dengan sebaikbaiknya; n. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing. o. Bertindak clan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya. p. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya. q. Menjadi clan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya. r. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja. s. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya. t. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan. u. Berpakaian rapih clan sopan serta bersikap clan bertingkah laku sopan santun kepada masyarakat sesama PNS clan terhadap atasan. v. Hormat menghormati antara sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan. w. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat. x. Mentaati segala peraturan perundang-undangan clan peraturan kedinasan yang berlaku. y. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang. z. Memperhatikan clan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya terhadap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin. 2. Larangan Pegawai Negeri Sipil Disamping kewajiban yang harus dilakukan oleh PNS, diatur juga tentang larangan yang tidak boleh dilanggar, sebagai berikut:. Pegawai negeri Sipil dilarang: a. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan & martabat Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil; b. menyalahgunakan wewenangnya; c. tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing; d. menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara; e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah; f. melakukan kegiatan bersama dgn atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan utk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; g. melakukan tindakan yg bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya; h. menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yg diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan PNS ybs; i. memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau mar tabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan; j. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya; k. melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yg dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yg dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani; l. menghalangi berjalannya tugas kedinasan; m. membocorkan & atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain; n. bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapat kan pekerjaan tau pesanan dari kantor/instansi pemerintah; o. memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya; p. memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan; q. melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yg memangku jabatan eselon I; r. melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi atau golongan atau pihak lain; 3. Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS Disamping peraturan tentang disiplin PNS, dalam rangka membina sikap dan perilaku PNS serta untuk memupuk jiwa kesatuan dan kebersamaan PNS telah pula ditetapkan PP tentang Kode etik dan Pembinaan Jiwa Korps sebagaimana diatur dalam PP no. 45 tahun 2003. Kode etik PNS adalah norma-norma sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan PNS yang diharapkan dan dipertanggung jawabkan dalam melaksanakan tugas pengabdiannya kepada bangsa, Negara, masyarakat, dan tugas-tugas kedinasan organisasinya, serta pergaulan hidup sehari-hari sesame PNS dan individu-individu dalam masyarakat. Adapun maksud dan tujuan Kode Etik PNS adalah: 1. Untuk memberikan arah dan pedoman bagi PNS dalam bersikap, bertingkah laku dan berbuat baik dalam melaksanakan tugas maupun pergaulan hidup 2. seharihari. 3. Untuk menjaga integritas, martabat, kehormatan, citra, dan kepercayaan PNS melaksanakan setiap tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab kepada Negara, pemerintah, dan sesame PNS, masyarakat, dan organisasi. Dalam PP tersebut selain Kode Etik PNS juga ditetapkan tentang pembinaan jiwa korps, dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: 1. Membina karakter, watak, rasa persatuan dan kesatuan, solidaritas, kebersamaan, kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi PNS dalam melaksanakan tugas pemerintah, organisasi dan masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan dan dapat dipertanggung jawabkan. 2. Untuk mewujudkan budaya kerja yang dijiwai oleh rasa persatuan dan kesatuan, solidaritas, kebersamaan, kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, kreativitas, kebanggaan, dan rasa memiliki organisasi, sehingga terwujud PNS yang bermutu tinggi dan sadar akan kedudukan dan tanggung jawabnya sesuai nilainilai moral yang disepakati bersama selaku unsure aparatur Negara. Hubungan PNS dengan Tuhan Yang Maha Esa 1. Setiap PNS bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memilih agama sesuai keyakinannya masing-masing. 2. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus bersikap hormat menghormati antar sesama warga negara pemeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan kerukunan antar umat beragama dalam semangat persatuan dan kesatuan. 3. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghayati dan mentaati serta mengamalkan sikap kepatutan, kelayakan dan tata niiai yang berlaku dan berkembang di dalam masyarakat sesuai nilai-nilai agama yang ada sebagai bagian dari jati diri dan integritas Pegawai Negeri Sipii Hubungan PNS dengan Negara 1. Setiap Pegawai Negeri Sipil ,wajib serta taat kepada Pancasi!a dan Undang undang Dasar 1945, dengan selalu mencoba memahami nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya melaksanakan dan mengamalkannya 2. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghayati, rnentaati, melaksanakan dan mengamalkan sumpah/dan janji Pegawai negeri Sipil yang pernah diucapkan dalam wujud sikap, perilakunya, dan perbuatannya sehari-hari, baik daiarn melaksanakan tugas maupun dalam pergaulan sehari-hari. 3. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjunjung tinggi martabat dan kehormatan bangsa dan Negara dengan menjaga, memelihara, mempertahankan unsure-unsur dan simbolsimbol negara sesuai kemampuan dan bidang tugasnya. 4. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mengutamakan kepentingan negara, Bangsa, Pemerintah dan Masyarakat di atas kepentingan pribadi atau golongan yang diwujudkan dengan tekad dan kerja keras tanpa pemikiran dengan tujuan hasilnya akan menguntungkan dirinya. 5. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi kepada Negara yang diwujudkan dengan sikap, perilaku dan perbuatan yang mencerminkan jawaban akan kebutuhan kegiatan Negara 6. Setiap Pegawai Negeri wajib memegang rahasia Negara 7. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang berdampak pada kehormatan bangsa Hubungan PNS dengan Pemerintah 1. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib setia dan taat pada Pemerintah Republik Indonesia dengan wujud melaksanakan tugas clan kewajiban Pemerintah sesuai dengan bidang tugasnya. 2. Setiap Pegawai Negeri Sipil membela, menjunjung tinggi kehormaatan Negara dan Pemerintah Republik Indonesia dengan wujud melaksanakan bela Negara dan Pemerintahan dalam bentuk pemikiran dan lainnya sesuai kebutuhan yang ada. 3. Setiap Pegawai Negeri Sipil senantiasa meningkatkan dan mengembangkan profesionalitas dirinya baik melalui pendidikan formal maupun informal yang diwujudkan dengan ketekunannya memperluas dan mendalami lingkup bidang tugasnya, sehingga terlihat kecakapan dan keterampilannya dalam menjalankan tugas kewajibannya. Hubungan PNS dengan Organisasi 1. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan Korps Pegawai Negeri Sipil dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa. 2. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib memegang teguh norma kedinasan, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinygi sikap clan kehormatan Pegawai Negeri Sipil yang diwujudkan dengan menjalankan tugas dar, kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan hierarkhi yang ada. 3. Setiap Pegawai Negeri Sipi! wajib memelihara dan menjaga keutuhan asset arganisasi yang ada sebagaimana miliknya sendiri. 4. Setiap Pegawai Negeri Sipi! wajib mengutamakan kepentingan organisasi didalam melaksanakan tugas serta senantiasa siap sedia berbakti dalam tugas dan fungsi organisasi yang diwujudkan dengan ketekunannya dalam melaksanakan tugas sebagai pencerminan dan kepentingan organisasi. 5. Setiap Pegawai kepemimpinan bawahan serta bawahan dalam 6. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap berani mengawasi, memberi koreksi kepada bawahan dan sebaliknya secara santun dan transparan terhadap sikap, perilaku, perbuatan yang dianggap tercela dalam satu ikatan organisasi. 7. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai sikap loyal yang timbal balik dari atasan terhadap bawahan dan dari bawahan terhadap atasan serta kesamping dengan cara bertenggang rasa terhadap kebutuhan kebersamaan dalam mewujudkan tujuan kedinasan. 8. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan segala kekayaan kedinasan sesuai perencanaan, pelaksanaan dan tujuan kedinasan. 9. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya dengan kesiapan memberikan penjelasan clan pertanggung jawaban secara transparan atas perbuatan yang dilakukan. 10. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus mempunyai kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkann tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi berikutnya dengan tanpa harus mempertahankannya, dengan segala cara. Negeri Sipil wajib memberi suri tauladan yang baik sesuai norma terhadap bawahan, menggugah semangat di tengah-tengah mempengaruhi dan member dorongan dari belakang terhadap lingkungan organisasi profesinya. Hubungan PNS dengan Masyarakat 1. Pegawai Negeri Sipil sebagai anggota masyarakat wajib mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan diri sendiri; seseorang atau golongan yang diwujudkan dengan memberikan pelayanan secara cepat, murah, dan benar. 2. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus menjaga iintegritas, martabat dna wibawa sebagai aparatur Negara dengan berperilaku yang baik di tengah masyarakat dengan memperhatikan budaya, tradisi, kebiasaan, adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Hubungan PNS dengan diri sendiri 1. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjaga kesehatannya dengan sempurna untuk menunjang pekerjaan sehari-hari baik sebagai Pegawai negeri Sipil maupun kehidupan pribadi dan rumah tangganya. 2. Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib membina kehidupan dirinya dan keluarganya dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kelancaran pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus memahami dan melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya, menjunjung tinggi ketidak berpihakan terhadap semua golongan, masyarakat, individu, serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan. Dengan demikian PNS dalam melaksanakan tugasnya tidak terjebak untuk bertindak kolusif dan nepotisme, menguntungkan individu atau golongan masyarakat yang satu dengan cara yang merugikan pihak individu atau golongan masyarakat yang fainnya. Sehingga jika hal itu terjadi maka setiap PNS yang melakukan pelanggaran tersebut harus dapat mempertanggung-jawabkan tindakannya. Kode Etik PNS Di Luar Kedinasan Di luar kedinasan, setiap PNS harus tetap menjaga martabatnya dengan tetap rnenunjukkan pola sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan Kode Etik PNS. Hal ini sangat penting, karena di luar kedinasan itu setiap PNS akan berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya dan dirinya sendiri sebagai warga masyarakat yang memiliki jati diri sebagi PNS. Untuk itu ketentuan-ketentuan yang mengatur sikap PNS di iuar kedinasan Setiap Pegawai Negeri Sipil harus memiliki sikap, tingkah laku dan perbuatan yang mencerminkan moral aparatur negara di luar kedinasan, yaitu: (1) Berkelakuan baik dan tidak melakukan perbuatan yang dapat merendahkan martabat PNS (2) Tidak menyalah gunakan wewenang yang dimiliki (3) Tidak melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (4) Tidak rnenggunakan sarana dan prasarana kedinasan untuk kepentingan pribadi; (5) Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan sesuai maksud dan tujuan sarana dan prasarana itu diadakan. Pembinaan Jiwa Korp Pegawai Negeri Sipil Jiwa korps adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaa, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi PNS dalam NKRI. Pembinaan Jiwa korps PNS dimaksudkan untuk meningkatkan perjuangan, pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan PNS kepada Negara kesatuan dan pemerintah RI. Pembinaan jiwa korsa PNS bertujuan untuk: a. Membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan/kesatuan guna mewujudkan kerja sama dan semangat pengabdian kepada masyarakat serta meningkatkan kemampuan dan keteladanan PNS b. Mendorong etos kerja PNS untuk mewujudkan PNS yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsure aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat c. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesdaran, dan wawasan kebangsaaan PNS sehingga dapat menaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam NKRI. Setiap Pegawai Negeri Sipil harus senantiasa membina jiwa korps dengan menciptakan dan memelihara kesetia-kawanan, kekompakan, dan kesatuan Krps Pegawai Negeri Sipil dalam hubungan kedinasan yang meliputi: (1) (2) (3) (4) Hubungan Pegawai Negeri Sipil selaku bawahan terhadap atasan; Hubungan Pegawai Negeri Sipil terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil; Hubungan Pegawai Negeri Sipii selalu atasan terhadap bawahan; Sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil terhadap organisasi dan masyarakat. Ruang lingkup pembinaan Korps Pegawai Negeri Sipil mencakup : (1) Pemupukan dan peningkatan kesadaran cinta terhadap bangsa, negara dan tanah air melalui berbagai kegiatan penyadaran yang diperlukan untuk itu; (2) Peningkatan kerjasama antar PNS untuk memelihara dan memupuk kesetiakawanan dalam rangka meningkatkan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil baik dalam tugas kedinasan maupun pergaulan sehari-hari. (3) Partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah yang terkait dengan Pegawai Negeri Sipil melalui pemberian sumbangan pemikiran baik secara individu atau kelompok; (4) Peningkatan budaya kearja dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja secara profesionalitas; (5) Usaha-usaha bagi terwujudnya kesejahteraan Pegawai Negen Sipil dengan memberikan sumbang saran pemikiran dan pelaksanaan tugas sesuai bidangnya; Pembinaan jiwa korps sebagaimana dimaksud dalam ketentuan-ketentuan tersebut dilakukan lebih lanjut oleh masing-masing instansi berdasarkan penjabaran dari ketentuan mengenai Kode Etik PNS tersebut. Dengan segala ketentuan mengenai Kode Etik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut di atas, sesungguhnya terdapat jaminan yang cukup memadai bagi terwujudnya sosok PNS yang profesional, berwibawa, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sehingga PNS akan mampu mengembangkan citra dan jati dirinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. C. Sanksi Terhadap Pelanggaran Disiplin Sanksi terhadap pelanggaran disiplin tertuang dalam PP 30 tahun …., tantang Disiplin PNS, yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh PNS. Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin adalah : Tidak mentaati kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh PNS. Melanggar larangan yang seharusnya tidak boleh dilanggar oleh PNS. Termasuk pelanggaran disiplin adalah: a. Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang bertentangan dengan kewajiban dan atau larangan adalah pelanggaran disiplin. b. setiap perbuatan memperbanyak, mengedarkan, mempertontonkan, menempelkan, menawarkan, menyimpan, memiliki tulisan/rekaman yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar ketentuan disiplin PNS. Setiap pelanggaran disiplin yang dilakukan PNS, dikenakan sanksi dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan tingkat/jenis pelanggaran yang dilakukan. Pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama PNS yang melakukan pelanggaran itu, dan sesuai dengan bobot pelanggarannya, dijatuhi hukuman. Jenis hukuman Tingkat dan jenis Hukuman Disiplin terdiri dari : a) hukuman disiplin ringan; b) hukuman disiplin sedang; dan c) hukuman disiplin berat. Jenis Hukuman Disiplin Ringan terdiri dari : a) tegoran lisan; b) tegoran tertulis; dan c) pernyataan tidak puas secara tertulis. Jenis Hukuman Disiplin sedang terdiri dari : a) penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu) tahun: b) penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun; dan c) penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun Jenis Hukuman Disiplin berat terdiri dari : a) penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun: b) pembebasan dari jabatan; c) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil; dan e) pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sebelum sampai pada keputusan penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana tertera di atas, perlu dilakukan proses pemeriksaan secara seksama, dengan mempertimbangkan berbagai hal yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin yang bersangkutan. Pemeriksanaan secara seksama dilakukan oleh Tim, untuk mengetahui factor-faktor pendorong atau penyebab PNS melakukan pelanggaran. Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan objektif, sehingga dengan demikian pejabat yang berwenang menghukum dapat mempertimbangkan dengan seksama tentang jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkan setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan. Hukuman disiplin seperti tersebut di atas dijatuhkan apabila seorang PNS telah benarbenar terbukti bersalah melanggar hukuman disiplin dengan berbagai bukti yang sah yang diakui kebenarannya. Keputusan tentang sanksi pelanggaran disiplin perlu mempertimbangkan bahwa: a. Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk memperbaiki dan mendidik PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. b. Dalam menjatuhkan hukuman disiplin pejabat yang berwenang menghukum wajib terlebih dahulu mempelajari dengan teliti hasil pemeriksaan clan memperhatikan dengan seksama faktor--faktor yang mendorong atau menyebabkan PNS melakukan pelanggaran disiplin. c. Walaupun wujud pelanggaran disiplin sama tetapi apabila faktor yang mendorong untuk melakukan pelanggaran disiplin tersebut berbeda, maka jenis hukuman disiplin yang dijatuhkan akan berbeda. d. PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifatnya sama, maka terhadapnya dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan kepadanya. e. PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi hukuman satu jenis hukuman disiplin. Sanksi terhadap pelanggaran kode etik (1). Pelanggaran Kode Etik PNS adalah perbuatan tercela; (2). Pelanggaran terhadap Kode Etik Pegawai Negeri Sipif dikenakan sanksi moral berupa sanksi organisatoris atau rekomendasi; (3). Sanksi organisatoris berupa teguran tertulis dan atau pemberhentian sementara atau pemberhentian tetap dari keanggotaan profesi Pegawai Negeri SipiL (4). Sanksi rekomendasi berupa masukan kepada instansI terkait tentang tindakan yang dapat diiakukan kepada Pegawai Negeri Sipif; Ketentuan mengenai pertanggung-jawaban dan sanksi-sanksi tersebut tampaknya tidak akan memiliki arti apa-apa dalam rangka pelaksanaan Kode Etik PNS, jika tidak ada upaya pengawasan terhadap pelaksanaannya oleh setiap PNS. Oleh karena itu dalam pelaksanaan kode etik PNS dilakukan pengawasan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan Kode Etik PNS diawasi oleh Komisi Kehormatan Kode Etik Pusat dan Daerah (2) Organisasi dan Tata kerja Komisi Kehormatan Kode Etik PNS ditetapkan dengan keputusan Pimpinan Komisi kehormatan Kode Etik PNS Pusat (3) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Kode Etik dan jiwa Korps dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja Negara (4) Tata cara pemeriksaan dan persidangan pelanggaran kode Etik PNS ditetapkan oleh Komisi Kode Etik PNS Pusat. BAB VI KEGIATAN BELAJAR V CINTA PROFESI PNS Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat mencintai profesinya, sebagai PNS A. Profesi dan profesionalitas Profesi merupakan kedudukan atau peran seseorang dalam suatu pekerjaan atau dalam organisasi. PNS merupakan profesi karena sebagai pelaku dalam menjalankan roda pemerintahan menjadi wakil pemerintah untuk berfikir, bersikap dan berbuat, sesuai kedudukannya yang adalah pemerintahan negara memerlukan orang-orang yang berperan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan. Setiap jenjang dalam pemerintahan, kedudukan itu sangat penting dan strategis. PNS Orang yang mencintai profesinya menyadari tentang profesionalitasnya. Dia mampu mengaktualisasi profesinya sebagai sumber kekuatan pribadinya. Untuk mengetahui apakah seseorang profesional atau tidak, apa saja yang nampak dari seseorang yang profesional, akan diuraikan dulu arti dari sebuah profesionalitas. Tenaga profesional adalah tenaga yang benar-benar ahli di bidangnya, menggantungkan mata pencahariannya dari profesinya. Bekal keahliannya dalam bidang tertentu yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan pengalamannya sebagai hasil dari ketekunannya dalam menerima dan melaksanakan tugasnya membuatnya mampu mendalami bidang kepakarannya, dan dapat mengaktualisasi profesinya dalam penyelenggaraan tugas organisasinya. Beberapa ciri dari suatu profesionalitas, antara lain: 1. Berbekal keahlian khusus 2. Bidang keaahliannya sesuai dengan minat dan bakatnya, merupakan panggilan hidup; 3. Berlandaskan pada teori-teoriyang baku dan universal; 4. Mengabdikan profesinya dengan suka rela, untuk mesyarakat dan bukan untuk diri sendiri; 5. Dilengkapi dengan kecakapan diaognostik dan kompetensi aplikatif 6. Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya’ 7. Memiliki kode etik; 8. Memiliki klien yang jelas; 9. Mempunyai organisasi profesi yang kuat, dan 10. Mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang lain (Tilaar, 2000: 137-138) Dengan kriteria-kriteria tersebut maka dapat diketahui bagaimana seorang profesional dipersiapkan dan dibina dalam pekerjaannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berkembang, maka seorang profesional harus selalu mengembangkan diri untuk terus meningkatkan kemampuannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tenaga profesional hendaknya menyadari bahwa kemampuannya yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya akan terus dibutuhkan. Oleh karenanya mereka akan terlibat dalam pembelajaran seumur hidup, dan melibatkan diri pada perkembangan global yang terjadi berkaitan dengan profesinya. Mereka menyadari bahwa dunia global saling terhubung dan mempengaruhi dari satu bidang ke bidang lain, dan saling ketergantungan. Dengan sikap profesionalnya nya menghadapi globalisasi di segala bidang, maka tenaga professional yang berfikir secara global akan: memiliki pola pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan, terus menerus membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mau mengikuti perubahan dan mau diubah. terus menerus mencari konteks, memperhatikan latar belakang berbagai peristiwa yang terjadi. terus berusaha belajar secara global dengan memikirkan kembali batasbatas, dan berusaha untuk menjadi yang terbaik. mengikuti perkembangan dunia global dan memperhatikan tanda-tanda serta dampak perubahan menantang diri sendiri untuk mempelajari situasi dunia yang semakin luas agar dapat memahami kondisi internasional melatih dan mengembangkan orang lain dalam manajemen global yang efektif menjadikan seluruh aktivitas organisasi lebih responsive dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan global selalu berusaha menyeimbangkan kontradiksi yang melekat pada berbagai tuntutan yang disebabkan oleh persaingan pasar, berbagai pihak yang berkepentingan terhadap organisasi dan lingkungannya. melibatkan proses pertama-tama dengan belajar mempercayai bahwa proses berada di atas struktur, kemudian menyesuaikannya untuk menjamin konsistensi pelaksanaan strategi global dan menyiapkan kebijaksanaan global secara efektif. Tenaga professional yang dicirikan dengan hal-hal sebagaimana uraian di atas akan menyadari bahwa ia akan selalu dibutuhkan dan diberdayakan oleh organisasi. B. Kesadaran diri akan peran profesinya dalam organisasi, dalam pemerintahan/ negara Menyadari akan peranannya sebagai unsur aparatur, abdi negara dan abdi masyarakat dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik, dan bahwa ia akan selalu dibutuhkan dan diberdayakan oleh organisasi, maka PNS yang profesional akan senantiasa meningkatkan kompetensi dan memadukan kiprahnya dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, melalui terlembagakannya karakteriktik sebagai berikut : a) Melaksanakan tugas dengan terampil,kreatif dan inovatif b) Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tugas dan program c) Komitmen terhadap pelayanan publik, d) Bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional, e) Memiliki daya tanggap (responsivness dan akuntabilitas f) Memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam membuat keputusan, dan g) Memaksimalkan efisiensi dan kreativitas. Tuntutan kompetensi melalui peningkatan profesionalitas aparatur harus ditunjang dengan integritas yang tinggi (Stilman H, 1992). B Bagi mereka yang mengutamakan profesionalitas, dengan berbekalkan pemahaman tentang nilai-nilai positif dalam membangun integritas pribadinya tuntunan utamanya adalah hati nurani. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan orang bijak bahwa tidak mengikuti hati nurani berarti menghancurkan integritas pribadi kita dan mengkhianati martabat terdalam kita. Dengan kesadaran PNS yang demikian maka harapan akan terwujudnya penyelenggara negara yg konsisten untuk bersikap jujur, tidak melakukan kebohongan publik, amanah, sportif, siap dan tanggap melayani masyarakat, memiliki keteladanan dan tidak arogan mudah terlaksana. Seorang yang profesioanal dan berintegritas tinggi apabila dari jabatan yang diembannya terbukti melakukan kesalahan dan atau mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan hukum dan merugikan kepentingan masyarakat, maka ia tidak segan untuk meminta maaf dan bertanggung jawab atas kesalahannya. Kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian aparatur negara. Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara bertugas memberikan pelayanan yang terbaik, adil dan merata kepada masyarakat. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang professional dan berkarakter. Agar Pegawai Negeri Sipil mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di atas secara berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan. C. Dapat mengaktualisasikan profesionalitasnya Untuk dapat mengaktualisaikan profesionalitasnya seseorang memerlukan keteguhan hati dan kemantapan atas apa yang akan diperjuangkan. Banyak tantangan dan hambatan dari sekitarnya, terutama dari orang yang sulit menerima perubahan. Tetapi dengan percaya diri yang besar segala tantangan dan hambatan dapat diatasi. Apabila ia berhasil melewati hambatan dan dapat menjawab tantangan yang ada, maka tumbuhlah kepercayaan orang di lingkungannya atas kemampuannya dalam mengaktualisasi diri. Sehingga dengan demikian akan terus diberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi. Agar dapat mengaktualisasi profesionalitasnya dan melewati hambatan serta menjawab tantangan dalam pelaksanaan tugas organisasi, perlu melakukan pembelajaran dalam organisasi. Peter Senge menyebutkan, setidaknya ada lima disiplin untuk terwujudnya pembelajar organisasi, yakni: . 1. Pola fikir kesisteman Pola fikir kesisteman merupakan salah satu kunci untuk melihat segala sesuatu secara keseluruhan. Kaitan antara hal satu dengan hal yang lain, pengaruhnya, dampak yang ditimbulkannya serta bagaimana mengelola masing-masing sub system agar keseluruhannya berdampak positif terhadap kelancaran tugas dan pencapaian tujuan organisasi. Berbagai hal tersebut menjadi bahan pertimbangan yang tepat untuk dapat mengatasi berbagai gejolak dan perubahan yang muncul dalam suatu mekanisme proses yang sedang dijalankan. 2. Mental models Memahami gejolak dan perubahan yang terjadi dalam proses yang sedang berjalan memerlukan pola yang general serta analisis yang mendalam. 3. Personal mastery Keahlian pribadi yang melekat pada diri seorang professional tidak tergantikan dengan apapun. Analisi dan justifikasi yang didasarkan pada keahliannya dalam melihat masalah, memperhatikan gejala, mencari penyebabnya, dan menemukan solusinya menjadi kunci pelaksanaan tugasnya. 4. Team pembelajar Tidak seorangpun dapat bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Karenanya pekerjaan yang dilakukan oleh tim hasilnya relativ lebih baik, dibandingkan kalau dikerjakan seorang diri. Perubahan yang akan terjadi menjadikannya terus menerus belajar menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Karenanya pola kerja yang memberdayakan tim pembelajar akan memberikan hasil lebih optimal. 5. Kesamaan visi. Sekecil apapun kontribusi anggota tim dalam pelaksanaan pekerjaan akan sangat berarti. Karenanya dalam menetapkan visi hendaknya semua anggota terlibat, sehingga akan memudahkan pencapaian kesamaan visi sebagai landasan pelaksanaan tugas. Melalui aktualisasi profesionalitasnya secara konsisten, seorang PNS akan mendapatkan pengalaman baru melalui pekerjaannya. Belajar dari keberhasilan dan kegagalan memaksa seseorang melahirkan kreativitas dan inovasi serta memampukannya mengutarakan ide-ide baru, melakukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Dengan demikian eksistensinya sebagai PNS yang professional dan berintegritas akan menjadi nilai lebih terhadap organisasi dan akan menjadikan organisasi semakin kuat dan berkualitas. Dengan kelembagaan yang kuat maka akan tercipta organisasi pemerintah yang baik, yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara bertanggung jawab. BAB VI KEGIATAN BELAJAR V PRIORITAS PROFESI PNS Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu mengutamakan kepentingan profesinya di atas kepentingan pribadi/golongan A. Perlunya mengutamakan Profesi Telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa profesi merupakan kedudukan atau peran seseorang dalam suatu pekerjaan atau dalam organisasi. PNS merupakan profesi karena sebagai pelaku dalam menjalankan roda pemerintahan menjadi wakil pemerintah untuk berfikir, bersikap dan berbuat, sesuai posisi dan kedudukannya dalam pemerintahan negara. Profesi merupakan status seseorang dalam lingkup pekerjaannya yang menunjukkan kewenangan untuk melakukan sesuatu pekerjaan tertentu. Status tersebut identik dengan kewenangan yang diberikan dari pimpinannya. Siapa melakukan apa adalah kewenangan yang diberikan oleh atasan setelah seseorang berhasil menunjukkan kinerjanya yang memadai atau setelah atasan melihat bahwa orang tersebut professional. Dengan kewenangan tersebut PNS dipercaya melakukan apapun untuk penyelenggaraan tugasnya secara bertanggung jawab. Kewenangan tidak serta merta datangnya. Kinerja dan ukuran integritas menjadi pertimbangan seorang pimpinan dalam memberikan kewenangan kepada stafnya untuk melakukan sesuatu yang dipercayakan. Seorang PNS yang telah dipercaya untuk melakukan suatu pekerjaan, walau sekecil apapun pekerjaan itu, harus menunjukkan profesionalitasnya, agar kepercayaan tersebut tidak diambil dari padanya karena melakukan yang tidak selaras dengan tanggung jawabnya. Karenanya segala yang menjadi penghalang dalam mengaktualisasi profesionalitasnya harus diatasi secara bijak. Kewenangan dapat diambil kembali manakala kita tidak dapat mempertahankannya secara konsisten. Apabila suatu ketika kepada kita diberikan tugas untuk mengerjakan sesuatu dan kita tidak melaksanakan secara professional, tanpa penerapan nilai-nilai integritas. Maka kepercayaan itu akan diambil kembali, dan untuk mendapatkannya lagi akan sulit, lebih sulit dari membangunnya untuk pertama kali. Hal ini sangat merugikan kita, karena kita tidak dapat membangun profesionalitas melalui tugas-tugas yang diberikan. Mengutamakan profesi menjadi pilihan yang harus dilakukan, agar segala tugas dan pekerjaan yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik, menghasilkan kinerja yang prima. Hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka mengasah kepekaan nurani dan upaya mempertahankan kepercayaan yang sudah diberikan. Dalam hal ini, standar aturan perilaku dari masing-masing bidang profesi menjadi rujukan utama yang diselaraskan dengan nilai-nilai dari organisasi tsb. Hal ini ditandai dengan perilaku yang mendukung nilai kejujuran (honesty), kepercayaan (trustworthyness), keadilan (fairness), serta kehormatan (dignity). Lebih lanjut, anggota secara terus menerus mengupayakan terpeliharanya konsistensi antara keseluruhan tindakan profesionalnya maupun keputusan profesionalnya dengan nilai kejujuran (honesty), kepercayaan (trustworthyness), keadilan (fairness)serta kehormatan (dignity) tersebut. Upaya mempertahankan konsistensi antara sikap, perilaku kerja dengan keseluruhan standar profesionalisme serta nilai-nilai organisasi adalah kunci keberhasilan dalam mewujudkan profesionalitas. Seorang professional mengerti bagaimana harus mengutamakan profesinya. Namun perwujudannya dalam mengutamakan profesi tersebut akan bergantung pada tingkat kemampuan mengaktualisasi integritas masing-masing. Tantangan paling berat yang dialami oleh organisasi adalah memberdayakan SDM yang tidak kompeten. Kompetensi seseorang diukur dari kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilannya, serta sikap dan perilaku yang mendukung terselenggaranya pelaksanaan tugas. Dari segi kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi serta keterampilan banyak orang cerdik pandai yang menjadi bagian dalam organisasi. Tetapi berapa persen orang yang mempunyai integritas, yang sikap dan perilakunya mendukung penyelenggaraan tugasnya dalam organisasi? Mengingat terbatasnya SDM yang mempunyai kualifikasi seperti tersebut di atas, maka yang sering terjadi bahwa apabila seseorang telah mampu mengaktualisasi dirinya sebagai orang yang berintegritas, mencintai profesinya, dan professional dalam melaksanakan tugasnya, maka setiap pekerjaan akan melibatkan orang tersebut. Pimpinan tidak mau ambil resiko dengan melibatkan orang yang belum jelas kemampuannya, maka yang telah sesuai dengan cara kerja, pola tindak, dan sikap kerjanya akan terus dibebani tanggung jawab yang lebih besar. Ia tidak akan kekurangan pekerjaan, tetapi akan kekurangan waktu untuk melaksanakan tugas. Kesempatan melaksanakan pekerjaan yang strategis lebih banyak, dengan demikian kesempatan untuk berinteraksi secara intens dengan pimpinan juga akan menjadi lebih banyak. Setiap saat pimpinan akan mencarinya untuk membahas berbagai masalah yang ditemui. Situasi ini membuatnya menjadi pribadi yang mantap, yang semakin terdorong semangatnya untuk meberikan kontribusi lebih banyak kepada organisasi, dan bahkan rahasia organisasipun ada di tangannya. Dari pengalaman demi pengalaman yang didapatkannya dalam pelaksanaan tugas, membekali dirinya untuk dapat melihat permasalahan organisasi secara keseluruhan, bahkan dapat melihatnya secara tajam untuk dapat mencari solusinya. Peranan yang didapatkan membawanya menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi, dan inilah yang membuat yang bersangkutan menjadi merasa ingin semakin banyak terlibat, dan menjadi penting untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Ia menjadi orang penting di organisasi. Dalam menerapkan serangkaian kompetensi yang relevan dengan aktivitas pekerjaan profesional, baik itu kompetensi inti (personal, sosial-keorganisasian, metode kerja) maupun kompetensi teknis profesional, konsistensi mutlak diperlukan. Dalam mengutamakan profesi akan dihadapkan pada factor pendorong dan penghambat. Factor pendorong utamanya berasal dari diri sendiri, antara lain motivasi diri yang kuat dan situasi dan kondisi yang mendukung. Sedangkan factor penghambat bisa saja berasal dari keluarga, atau situasi kondisi yang tidak mendukung. Situasi dan kondisi bisa berupa kondisi fisik yaitu kondisi ruang kantor, maupun non fisik antara lain hubungan antar manusia di dalam organisasi. PNS sebagai pribadi memiliki kebutuhan dasar yang mutlak harus terpenuhi. Kebutuhan akan keamanan, kenyamanan, rasa diterima dan dihargai, serta aktualisasi diri menjadi factor penting dalam motivasi. Bila kebutuhan keluarganya tidak terpenuhi, maka hal tersebut akan menjadi penghalang untuk pengutamaan profesi. Karenanya PNS perlu mengelola rumah tangganya dan menyesuaikan diri dengan pendapatannya, karena kecukupan tidak hanya diukur dari banyaknya yang dapat diberikan, tetapi dari persepsi atas kebutuhan itu sendiri. Dengan kecukupan yang didapatkan oleh keluarga, maka seisi rumahnya dapat mendukung pengutamaan profesi PNS yang ada di dalamnya. B. Pelaksanaan tugas adalah bagian dari ibadah Ibadah atau juga disebut ibadat, adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Tuhan, atau menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan agama dengan sungguh-sungguh. Seperti diajarkan dalam agama apapun, bahwa manusia diciptakan tujuannya adalah untuk beribadah kepada Tuhan sang pencipta. Jadi dalam segala hal yang dilakukan, seharusnyalah hal tersebut merupakan perwujudan ibadahnya kepada Tuhan. Seorang PNS setiap harinya dihadapkan pada tugas-tugas dan pekerjaan rutin yang memerlukan tenaga dan konsentrasi yang tinggi agar dapat menghasilkan sesuatu untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi. Dengan profesionalitas dan berbekal integritas dan komitmen seorang PNS akan menghadapi tugasnya dengan dedikasi, tanpa memandang rendah pekerjaan yang sederhana dan melaksanakan pekerjaan dan tugasnya dengan kesungguhan. Setiap pelaksanaan tugas dipertanggung jawabkan secara baik, tidak hanya untuk organisasi dan atasannya, tetapi terlebih untuk Khaliknya yang telah memberikan kemampuan dan kesempatan. Suatu nikmat yang harus disyukuri apabila kepada kita diberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas-tugas negara, terlebih lagi bila tugas-tugas tersebut terkait erat dengan tugas pokok dan tujuan organisasi. Tidak semua orang diberikan kepercayaan dan nikmat seperti yang kita terima. Apabila kita sadar akan hal tersebut maka seorang PNS tidak akan sembarangan dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan kepadanya, yang mungkin akan mengakibatkan kesembronoan dan keteledoran. Kesembronoan dan keteledoran akan menyebabkan hasil yang dicapai tidak optimal, bahkan mungkin akan terjadi suatu kegagalan yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan organisasi. Dengan pemahaman yang demikian, maka selayaknyalah setiap yang dilakukan merupakan cerminan dari wujud ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Integritas pribadi yang telah dibangun menuntun setiap PNS mengasah kepekaan nuraninya dalam memperjuangankan perwujudan nilai luhur yang diyakininya, menjadi landasan kerja untuk membina situasi batiniah yang nyaman. Bentuk ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa berarti menjaga integritas dan komitmen dalam tugas, menjaga hubungan batin yang kondusif dengan sesama PNS di dalam maupun di luar kedinasan, dengan masyarakat, negara dan bangsa, dan juga dengan diri sendiri. Memandang tugas dan pekerjaan sebagai bagian integral dari ibadahnya kepada sang pencipta tidak dapat dipisahkan dengan perilaku dan sikap dalam menghadapi pekerjaan itu sendiri. Semua tugas dan pekerjaan pada akhirnya ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi. Segi positif yang kita pahami dari tugas kita, akan menjadi faktor penting dalam motivasi, dan akan menjadi kekuatan besar dalam mendorong semangat pengabdian. Sekecil apapun peranan kita, maka hal tersebut kita pahami sebagai bagian dari ibadah karena kita lakukan demi tercapainya tujuan organisasi. BAB VI PENUTUP Setelah memahami tentang lingkup nilai dan perjuangan untuk menegakkan integritas dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan dalam tugas, sesungguhnya integritas yang dimiliki oleh seseorang merupakan kekayaan yang sangat berharga, dia bernilai kekal, tidak lekang di makan jaman, dan tidak lapuk oleh hama apapun. Bahwa seseorang dapat mempertahankan dan mengaktualisasi nilai-nilai luhur dalam hidupnya merupakan kemampuan yang datangnya tidak serta merta. Kemampuan integritas seseorang merupakan suatu karunia yang diberikan setelah berhasil melakukan perjuangan yang tidak mudah, berupa latihan-latihan dalam kehidupan berkenaan dengan berbagai tugas dan hal yang dialaminya. Bagaimana seseorang dapat mempertahankan perilaku kehidupannya lurus di hadapan Tuhan dan manusia, merupakan kesempatan yang luar biasa mulianya, dan tidak dapat dianggap kecil. Banyak faktor pendorong yang menyebabkan kekuatan integritas kita menjadi lemah, salah satunya karena tergoda oleh hawa nafsu atau gemerlapnya dunia. Menganggap belum cukup terus, sehingga terdorong melakukan hal-hal yang bukan menjadi kewenangannya. Tentang kecukupan manusia telah dijamin oleh sang pencipta. Namun adanya tawaran dunia yang serba gemerlap seringkali mengganggu konsentrasi manusia dalam menegakkan kesungguhannya untuk melakukan kebaikan. Hanya orangorang yang sadar dan dapat mengendalikan diri saja yang dapat menikmati hidup sesuai petunjukNya. Pengendalian diri penting dilatih, dan hasilnya kita dapat merasakan terbangunnya integritas dalam hidup kita. Dan ini akan menjadi harta termahal yang membawa kita kepada jenjang kehormatan di hadapan manusia maupun Tuhan sang pencipta. Cermati kata-kata bijak ini: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi, dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Seorang pegawai negeri sipil akan menjadi Profesional apabila unsur penguasaan ilmu pengetahuan selalu dapat mengikuti perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, disamping keahlian atau keterampilan dalam menyelesaikan suatu tugas jabatan dikuasai benar dan juga dalam menghadapi jabatan tersebut dituntut untuk mempunyai prilaku yang baik sehingga kendala di lapangan sekompleks apapun yang terjadi akan selalu dapat diselesaikan dengan baik. Integritas dan komitmen sebagaimana diuraikan di bab sebelumnya, akan menuntun kepada suatu budaya kerja yang taat azas, menurut ketentuan dan nilai yang dianutnya. Setiap PNS dituntut oleh organisasinya untuk menunjukkan kinerja yang baik, dan dalam setiap pelaksanaan tugasnya harus dapat dipertanggung jawabkan secara akuntabel, sesuai dengan hati nurani serta tuntutan moral.