hidup yang Berlimpah di dalam Allah r Versi yang disederhanakan dari The Life of God in the Soul of Man oleh Henry Scougal dan Rules and Instructions for a Holy Life oleh Robert Leighton , Uskup Agung Glasgow Dirangkum oleh Steve Hanchett Penerbit Momentum 2005 Copyright © momentum.or.id Hidup yang Berlimpah di dalam Allah (God’s Abundant Life) Oleh: Henry Scougal dan Robert Leighton Penerjemah: Fenny Veronika Editor: Irwan Tjulianto Pengoreksi: Jessy Siswanto Tata Letak: Djeffry Desain Sampul: Ricky Setiawan Editor Umum: Solomon Yo Originally published in English under the title, God’s Abundant Life © 2003 by Grace Publications Trust 175 Tower Bridge Road London SE1 2AH, England All rights reserved Hak cipta terbitan bahasa Indonesia © 2004 pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature) Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275 – Indonesia. Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275 e-mail: [email protected] Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Scougal, Henry dan Robert Leighton Hidup yang berlimpah di dalam Allah/Henry Scougal dan Robert Leighton, terj. Fenny Veronika – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2005. xvi + 121 hlm.; 14 cm. ISBN 979-8131-97-5 1. Kehidupan Kristen – Praktis 3. Doktrin Anugerah 2005 2. Ketekunan Orang Kudus 248.4 (dc20) Cetakan pertama: Januari 2005 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab. Copyright © momentum.or.id r Daftar Isi Prakata Penerbit vii Pendahuluan ix BAGIAN 1 Bagaimana Mengalami Hidup yang Berlimpah 1. Kekristenan yang Sejati 1 3 1. Gagasan yang Salah mengenai Kekristenan 4 2. Arti Kekristenan 6 3. Arti Kehidupan Alamiah 12 4. Bagaimana Karakter Kehidupan Ilahi Dimanifestasikan 17 5. Kehidupan Kristus Menggambarkan Kehidupan Allah 21 6. Doa agar Menjadi Serupa dengan Kristus 30 2. Keunggulan dari Hidup yang Berlimpah 33 1. Keunggulan dari Mengasihi Allah 34 2. Keuntungan dari Mengasihi Allah 37 3. Keunggulan dari Mengasihi Sesama 44 4. Keunggulan dari Kemurnian 46 Copyright © momentum.or.id vi H IDUP YANG B ERLIMPAH DI DALAM A LLAH 5. Keunggulan dari Kerendahan Hati 48 6. Doa untuk Memperoleh Hati yang Diubahkan 51 3. Problema dan Kewajiban Kehidupan Kristen 53 1. Mengatasi Perasaan Kecil Hati 53 2. Mempercayai Allah dan Mengambil Tindakan 59 3. Langkah-langkah yang Harus Kita Ambil 61 4. Meditasi Merupakan Sarana yang Tangguh 77 5. Doa akan Mendekatkan Kita kepada Allah 91 6. Perjamuan Kudus Menolong Kita untuk Maju 93 7. Doa Penutup 94 BAGIAN 2 Bagaimana Memelihara Hidup yang Berlimpah 97 1. Disiplin dalam Bermeditasi tentang Allah 102 2. Yesus sebagai Tuhan 105 3. Mati terhadap Diri Sendiri 108 4. Meninggalkan Segalanya demi Pengenalan akan Kristus 112 5. Bersukacita dalam Penderitaan 114 6. Pemikiran Umum mengenai Pertumbuhan Rohani 117 7. Penutup 119 Copyright © momentum.or.id r Prakata Penerbit B uku ini merupakan versi ringkasan bahasa yang disederhanakan dari dua karya klasik yang telah dipakai Tuhan untuk menjadi berkat besar dalam kehidupan rohani banyak orang Kristen, termasuk para pemimpin Kristen terkenal, seperti John dan Charles Wesley, serta George Whitefield. Dalam buku ini, kebenaran iman Kristen (kerohanian) yang mendasar diuraikan secara sederhana, hidup, dan praktis. Karena itu, bagi orang-orang yang baru menjadi Kristen buku ini akan memberi pertolongan besar untuk bertumbuh dalam iman Kristen yang sejati, demikian juga bagi mereka yang sudah lama menjadi Kristen, buku ini tetap akan memberikan kesegaran dan kekuatan rohani yang baru. Doa kami, kiranya tulisan Henry Scougal dan Robert Leighton ini dalam bahasa Indonesia, sekali lagi dipakai Tuhan untuk membawa umat Allah untuk masuk dalam pengalaman hidup yang berlimpah di dalam Allah. Soli Deo Gloria! Surabaya, Penerbit Copyright © momentum.or.id r Pendahuluan “O rang bisa saja menulis buku-buku yang tebal dan berbicara banyak tetapi sesungguhnya tidak mengatakan apa-apa. Di lain pihak, sungguh luar biasa jika seseorang hanya sedikit berbicara tetapi mengungkapkan banyak hal.” Perkataan ini diucapkan oleh George Gairden pada pemakaman sahabatnya, Henry Scougal, pada tanggal 13 Juni 1678. Scougal meninggal karena TBC beberapa hari sebelumnya. Ia baru berusia dua puluh delapan tahun. Dipandang dari sudut mana pun, Scougal adalah seorang pemuda yang saleh dan berotak cemerlang. Sejak awal hidupnya, ayahnya, Patrick, telah menyerahkan Henry untuk melayani Tuhan. Masa kanak-kanak Scougal ditandai dengan perkembangan yang luar biasa dalam segi rohani maupun intelektual. Ia hafal sebagian besar isi Kitab Suci serta belajar bahasa Ibrani, Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa lain. Ia menguasai matematika dan sejarah dengan baik serta mempelajari sendiri seluk beluk filsafat. Scougal mulai kuliah di King’s College di Aberdeen, Skotlandia, pada usia lima belas tahun dan menyelesaikan studinya empat tahun kemudian. Copyright © momentum.or.id x H IDUP YANG B ERLIMPAH DI DALAM A LLAH Sepanjang masa hidupnya yang singkat, Scougal mengabdikan diri sebagai profesor di King’s College selama empat tahun, menjadi pendeta di gereja Auchterless selama satu tahun, lalu kembali ke King’s College untuk memangku jabatan Professor of Divinity untuk mempersiapkan para pemuda terjun dalam pelayanan. Scougal menggunakan jabatannya untuk melaksanakan misi hidupnya, yaitu menolong sesamanya untuk mengalami hidup yang berlimpah melalui hubungan dengan Kristus. Dalam pengajaran, khotbah, tulisan, dan hubungan pribadinya, Scougal selalu terfokus pada satu tujuan laksana cahaya laser – menolong orang lain untuk mengenal Kristus serta memperoleh kebahagiaan di dalam Dia. Setiap percakapan yang dilakukannya dipandangnya sebagai kesempatan untuk menanamkan benih Injil ke dalam hati orang lain. Setiap khotbah dipersiapkan dengan baik, bukan saja dengan mempelajari arti dari sebuah teks Kitab Suci, melainkan juga dengan merenungkan kata-kata, ungkapan, dan ilustrasi apa yang paling tepat untuk mengomunikasikan kebenaran itu kepada orangorang yang akan mendengarnya. Setiap kali Scougal membeli buku, ia pasti memikirkan seseorang yang bisa memperoleh berkat dari isi buku tersebut. Kerinduan Scougal untuk membawa orang lain pada Kristuslah yang memunculkan buku The Life of God in the Soul of Man. Pada mulanya, ia menulis buku ini sebagai surat kepada seorang temannya, dengan harapan temannya itu akan memiliki iman yang benar. Beberapa teman Scougal membaca surat tersebut dan merasa sangat tersentuh oleh isinya. Lalu mereka memberikan satu salinan surat tersebut kepada Uskup Copyright © momentum.or.id Pendahuluan xi Gilbert Burnet dengan permohonan agar beliau berkenan mempertimbangkan untuk menerbitkannya. Setelah membaca isi surat tersebut, Burnet tidak ragu untuk mengabulkan permintaan tersebut, dan memerintahkan agar surat tersebut diterbitkan. Orang tidak akan menduga bahwa Burnet mungkin telah mengetahui dampak yang luas dari keputusannya untuk menerbitkan surat Scougal. Daftar nama orang-orang yang jalan hidupnya sangat dipengaruhi oleh buku ini berderet, seperti “Daftar Tokoh Besar” dalam sejarah gereja. John Newton, komposer dari lagu pujian “Amazing Grace” memperhitungkan buku ini sebagai salah satu karya kesukaannya. Belum lama berselang, J. I. Packer menulis kata pengantar untuk salah satu edisi The Life of God. Buku The Pleasures of God karya John Piper juga diilhami oleh karya Scougal. Susanna Wesley, ibu dari John dan Charles Wesley, merasa sangat tersentuh oleh isi buku ini sehingga ia mendorong anak-anaknya untuk mempelajarinya. John melakukannya, dan pendalamannya terhadap isi buku ini ikut membentuk keyakinannya bahwa Kekristenan pertama-tama dan terutama merupakan agama hati dan jiwa. John merasa sangat terpikat oleh cara Scougal mempresentasikan Injil sehingga ia bersama-sama ibunya meminta Charles membaca tulisan Scougal. Buku itu pastilah juga menimbulkan kesan yang mendalam pada Charles karena ketika temannya yang bernama George Whitefield sedang bergumul untuk menemukan kedamaian dalam hubungannya dengan Allah, buku inilah yang diberikan Charles kepadanya untuk dibaca. Copyright © momentum.or.id xii H IDUP YANG B ERLIMPAH DI DALAM A LLAH Allah menggunakan buku The Life of God untuk membuka mata George Whitefield bahwa semua perbuatannya yang saleh tidak dapat menyelamatkan hidupnya dan bahwa ia membutuhkan hidup baru yang berasal dari Kristus. Berbicara mengenai peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya ini, Whitefield mengatakan, “Meskipun saya telah berpuasa, mengamati, dan berdoa, serta menerima sakramen selama ini, saya tidak pernah mengetahui arti agama yang sesungguhnya sampai Allah mengirimkan kepada saya risalah yang sangat bagus ini melalui tangan seorang sahabat yang tidak mungkin saya lupakan.” Dalam sebuah khotbahnya bertahuntahun kemudian, Whitefield menceritakan kembali pengalamannya dengan mengatakan, “Saya ingin memberikan kesaksian mengenai teman lama saya, Charles Wesley. Dia memberi saya sebuah buku yang berjudul The Life of God in the Soul of Man. Melalui buku itu Allah menunjukkan kepada saya bahwa saya harus dilahirkan kembali atau saya akan dihukum.” Whitefield, tentu saja, menjadi alat Allah yang luar biasa dalam masa Kebangunan Rohani Besar yang membawa begitu banyak orang ke dalam Kerajaan Allah. Pesan yang dikhotbahkannya adalah berita yang pertama kali dipelajarinya ketika membaca The Life of God in the Soul of Man. Penulis [Steve Hanchett – ed.] pertama kali mengetahui nama Henry Scougal melalui karya John Piper dan biografi George Whitefield. Pada mulanya, saya membaca The Life of God karena ingin mengetahui isi dari sebuah buku yang begitu mempengaruhi kehidupan sangat banyak orang secara luar biasa. Terus terang, bahasa dan struktur kalimatnya yang sudah kuno menjadi penghalang bagi saya untuk memahami maksud Copyright © momentum.or.id Pendahuluan xiii Scougal sepenuhnya. Untuk mengatasi rintangan itu saya meminjam kamus bahasa Inggris yang sangat kuno dan mulai menerjemahkan kata-kata Scougal ke dalam bahasa Inggris modern. Selama beberapa tahun saya berusaha mempelajari The Life of God berulang kali. Karya Scougal merupakan cara pandang baru yang indah mengenai apa artinya mengalami hidup yang berlimpah di dalam Allah. Pada masa ini, banyak orang menganut suatu agama, tetapi tampaknya hanya sedikit yang memiliki kehidupan rohani yang nyata. Scougal berbicara secara langsung mengenai masalah ini dan membuka jalan bagi orang lain untuk mengalami kepenuhan hidup di dalam Allah. Harapan saya yang tulus adalah supaya terjemahan modern dari karyanya ini kembali berdampak mengubah kehidupan banyak orang seperti karya aslinya. Meskipun Scougal hanya hidup selama dua puluh delapan tahun yang singkat, hidupnya membawa dampak yang sungguh luar biasa. Apabila kita kutip kembali pesan yang disampaikan oleh George Gairden pada upacara pemakamannya, “Lamanya hidup seseorang sesungguhnya tidak diukur melalui banyaknya perubahan yang terjadi di cakrawala, melainkan melalui kemajuan yang dicapainya untuk menggenapi rancangan agung yang telah ditetapkan baginya di dunia ini.... Scougal telah menjalani kehidupan yang penuh arti selama kurun waktu beberapa tahun dan mati sebagai seorang yang penuh kematangan pada usia dua puluh delapan tahun.” Disatukan bersama dengan karya Scougal ini adalah karya singkat oleh Robert Leighton (1611-1684) yang berjudul Rules and Instructions for a Holy Life. Kedua karya ini tampak sangat serasi untuk disatukan. Leighton memiliki pengaruh Copyright © momentum.or.id xiv H IDUP YANG B ERLIMPAH DI DALAM A LLAH yang besar terhadap Henry Scougal. Leighton hidup pada masa yang penuh pergolakan dalam sejarah gereja. Sepanjang hidupnya terjadi pergumulan yang tidak henti-hentinya antara para pemimpin gereja Presbiterian dan Episkopal di Skotlandia untuk menjadi pemimpin dalam gereja. Ayahnya adalah seorang pendeta Presbiterian yang dianiaya karena keyakinannya dan yang menganiaya orang lain karena keyakinan mereka. Robert pertama kali memulai pelayanannya sebagai pendeta Presbiterian yang ditahbiskan, namun setelah mengalami kekecewaan karena tindakan beberapa rekannya, ia menerima penahbisan dari gereja Episkopal. Tujuan akhir Leighton adalah menemukan yang terbaik dari kedua sistem gereja itu dan menyatukannya dalam satu gereja. Pengalaman tersebut membuatnya frustrasi, dan akhirnya ia berhenti berusaha. Warisan dari Robert Leighton bukanlah bahwa ia mengubah dunia di mana ia hidup, melainkan bahwa dunia tidak dapat mengubahnya. Ia hidup di tengah badai, namun tetap menjadi seseorang yang memiliki integritas moral dan kerohanian yang mendalam. Ia tidak pernah mencari kekuasaan, dan sepanjang hidupnya ia bersikap hormat terhadap orang lain. Ia tidak pernah berusaha menggunakan paksaan atau kekerasan untuk mengubah orang lain. Ia berpendapat bahwa menganiaya seseorang karena keyakinannya berarti “menapak ke sorga dengan anak tangga dari neraka.” Leighton sangat meyakini bahwa yang dibutuhkan oleh manusia adalah kehidupan rohani yang benar dalam batin. Kerinduan Leighton akan agama yang dihayati dengan sepenuh hati inilah yang sedikit banyak mempengaruhi pemikiran Copyright © momentum.or.id xv Pendahuluan Henry Scougal. Kita dapat melihat apa yang penting bagi Leighton dalam responsnya terhadap sebuah pertanyaan yang pada suatu kali diajukan mengenai isi khotbahnya. Ketika ditanya mengapa ia tidak memberikan khotbah mengenai masalah-masalah yang hangat, ia menjawab dengan kembali bertanya siapa yang menyampaikan khotbah semacam itu. Ia diberi tahu bahwa semua pendeta lain berbuat demikian. Terhadap perkataan itu ia memberikan jawaban, “Jika kalian semua berkhotbah tentang zaman ini, tentunya kalian berkenan mengizinkan saudara kalian yang malang ini untuk berkhotbah tentang Yesus Kristus dan hidup kekal.” Sungguh, itulah yang menjadi kerinduan dalam kehidupan Robert Leighton – membuat Yesus Kristus dikenal serta memperoleh kehidupan di dalam Dia. Visi dan jiwa Leighton sama dengan yang terdapat pada Henry Scougal. Karena itu, tepatlah apabila keduanya mendapati bahwa karya mereka tertuang dalam satu buku yang mengajak kita untuk mengalami bukan hanya agama melainkan hidup yang berlimpah dalam Yesus Kristus. Steve Hanchett, 2003 Copyright © momentum.or.id