MENEMUKAN KEHENDAK ALLAH SINCLAIR B. FERGUSON Penerbit Momentum 2003 Copyright © momentum.or.id Menemukan Kehendak Allah (Discovering God’s Will) Oleh: Sinclair B. Ferguson Penerjemah: Jing Mik Editor: Hendry Ongkowidjojo Tata Letak: Djeffry Desain Sampul: Ricky Setiawan Editor Umum: Solomon Yo Copyright © 1982 by Sinclair B. Ferguson Originally published in English under the title, Discovering God’s Will by The Banner Of Truth Trust, 3 Murrayfield Road, Edinburgh, EH12 6EL, Scotland. ISBN: 0 85151 334 4 All rights reserved Hak cipta terbitan bahasa Indonesia pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature) Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia. Copyright © 1997 Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275 e-mail: [email protected] Perpustakaan LRII: Katalog dalam Terbitan (KDT) Ferguson, Sinclair B., Menemukan kehendak Allah/Sinclair B. Ferguson, terj. Jing Mik – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2003. xvii + 121 hlm.; 14 cm. ISBN 979-8131-08-8 1. Kehidupan Kristen - Praktis 2003 2. Anugerah - Kekristenan 248.4 (dc20) Cetakan pertama: Agustus 2003 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab. Copyright © momentum.or.id Daftar Isi Prakata Penerbit Prakata Penulis Pengantar ix xi xiii Bab 1 Rencana Ultimat Allah 1 Bab 2 Prinsip-prinsip Bimbingan Allah 13 Bab 3 Menjaga Hati 27 Bab 4 Gaya Hidup Kristen 39 Bab 5 Prinsip-prinsip Perilaku 53 Bab 6 Mempertimbangkan Panggilan Hidup 65 Bab 7 Pernikahan? 81 Bab 8 Nantikanlah Tuhan 95 Bab 9 Dia Memimpinku 111 Copyright © momentum.or.id Pengantar A pakah Anda memerlukan bimbingan. Sebagian besar orang Kristen percaya bahwa Allah adalah Pembimbing hidup mereka. Kita sulit membayangkan ada orang Kristen yang tidak mempercayai hal ini. Semenjak bertobat, Anda mungkin telah dapat berkata: “Tuhan adalah gembalaku. Ia menuntunku” (Mzm. 23:1-2). Jika Anda seorang Kristen, maka dalam perjalanan hidup Kristen Anda, pasti ada saat-saat dimana Anda berpaling kepada Tuhan dan berkata, “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di sini, tolonglah aku!” Anda telah melihat bimbingan-Nya di dalam berbagai bidang kehidupan, baik sempit maupun luas. Ya, Anda memerlukan bimbingan. Ya, Allah telah berjanji untuk menjadi Pembimbing Anda. Ya, tidak diragukan lagi, Allah telah membimbing Anda. Sejauh ini baik! Tetapi, kita tahu bahwa keadaan tidak selalu semulus ini. Terkadang kita merasa sangat bingung. Kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau mana yang harus dipilih di antara dua hal yang harus dikerjakan. Kita amat memerlukan bimbingan Allah. Tetapi, bagaimana cara Allah membimbing kita? Bagaimana kita dapat mengenali kehendak-Nya? Copyright © momentum.or.id xiv MENEMUKAN KEHENDAK ALLAH Tak lama setelah menjadi orang Kristen, sebagian besar kita sudah dibingungkan oleh berbagai pertanyaan ini. Bukannya berpikir tentang keajaiban bimbingan, kita justru mulai merasa bingung dan tidak yakin. Kita mengenang masa “bulan madu” dalam hidup kekristenan kita dan kita menyadari betapa dengan kemurahan seorang Bapa, Allah telah banyak meluruskan jalan kita. Ia telah menolong kita yang masih bayi rohani untuk belajar melangkah di dalam pengawasan-Nya. “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya” (Yes. 40:11). Dulu kita masih terlalu muda untuk menyadari semua jurang dan masalah yang ada. Sekarang kita sudah semakin dewasa dalam iman. Kita mungkin sudah sedikit lebih bijaksana dan rendah hati, tetapi mungkin juga kita merasa lebih rumit dan bahkan bingung. Kita tetap percaya bahwa Allah membimbing kita, tetapi pertanyaannya adalah: Bagaimana cara Allah membimbing kita? Orang Kristen yang hidup pada perempat terakhir abad ke20 mungkin memiliki lebih banyak jawaban bagi pertanyaan ini dibandingkan dengan mereka yang hidup sebelumnya. Sebelum itu, belum pernah ada begitu banyak pandangan yang berbeda tentang cara Allah memimpin kita. Ada banyak penulis, pengkhotbah, pemimpin Kristen, sahabat yang semuanya menawarkan nasihat, dan bahkan bimbingan – mengenai bimbingan! Dunia di mana kita hidup turut menekan pikiran kita. Secara diam-diam, dunia menetapkan standar yang kita terima tanpa sadar, yang terus menggerogoti prinsip-prinsip bimbingan sejati yang dinyatakan di dalam Alkitab, dan yang membutakan kita dengan hikmatnya yang menyilaukan. Hikmat dunia inilah yang membuat manusia menyalibkan Kristus. Hikmat serupa yang sedang dicoba untuk ditanamkan di dalam hidup kita akan menyalibkan lagi Tuhan kita yang mulia (Ibr. 6:6). Roh zaman yang di dalamnya kita hidup ini juga menawarkan bimbingan kepada kita. Roh itu lapar akan hasil yang segera Copyright © momentum.or.id Pengantar xv dan berjangka pendek. Ia tidak dapat melihat hidup dalam jangka panjang karena ia melihat kehidupan tanpa perspektif realitas kekekalan. Bimbingannya akan membawa kita memperoleh seisi dunia. Tetapi jika untuk mendapatkan seisi dunia ini kita harus kehilangan jiwa kita, lalu apakah gunanya? Selain itu, bahkan gereja pun bisa menjatuhkan kita. Gereja dapat menganjurkan alternatif bimbingan yang berbeda dari dunia! Gereja dapat menawarkan berbagai macam bimbingan melalui intuisi, mimpi, penglihatan, nubuat, bahasa lidah, kelompok tumbuh bersama, konseling, dan sebagainya, yang semuanya mengalir tanpa akhir. Kita dapat dengan serius mengambil salah satunya dan bahkan menambatkan jiwa kita padanya. Atau, kita dapat berpindah dari satu cara ke cara yang lain sampai akhirnya menemukan tempat perhentian. Kata-kata dari sebuah himne dengan begitu akurat menggambarkan hal ini: “Dan bimbinglah kami di saat kami bingung.” Masalahnya, banyak orang Kristen yang justru dibingungkan oleh begitu beragamnya bimbingan. Dengan latar belakang seperti ini, orang yang masih berani menawarkan alternatif lain mengenai bimbingan kepada sesama orang Kristen tentu adalah orang yang sangat berani. Buku ini tidak dimaksudkan untuk menjadi semacam alternatif terakhir, tetapi sekadar menggarisbawahi hal-hal tertentu yang bisa sangat menolong kehidupan gereja pada momen-momen khusus seperti ini. Pertama-tama, kita hendaknya menyadari bahwa kita tidak mungkin menemukan bimbingan Allah atas hidup kita dengan cara membaca buku tentang bimbingan! Semua buku itu hanya dapat menggarisbawahi jalan yang telah Allah janjikan untuk menyatakan maksud-Nya bagi umat-Nya dan prinsip-prinsip yang Ia sediakan untuk membimbing mereka. Seperti yang akan terlihat jelas sementara Anda meneruskan pembacaan buku ini, tidak ada pengganti bagi pengalaman menemukan kehendak Allah di dalam hidup kita yang terkadang lama dan sukar itu. Copyright © momentum.or.id xvi MENEMUKAN KEHENDAK ALLAH Ada perbedaan yang sangat besar antara mengetahui bagaimana bimbingan Allah akan terjadi, dengan mengalaminya secara nyata di dalam hidup kita. Kedua, saya mencoba untuk memfokuskan pada pengajaran Alkitab tentang bimbingan yang terus-menerus mewarnai kehidupan orang-orang Kristen. Statistik membuktikan bahwa sebagian besar orang Kristen bertobat pertama kali di saat mereka masih muda. Dengan demikian, penemuan kehidupan Kristen dan jalan Allah terjadi bersamaan dengan banyak penemuan mendasar yang kita lakukan atas keberadaan dan kehidupan kita pada umumnya. Ada tiga bidang yang di dalamnya kita membentuk pola kehidupan yang akan sangat menentukan seluruh arah hidup kita. Kita membentuk pola kebiasaan – gaya hidup. Kita menentukan pekerjaan dan karier apa yang akan kita kejar. Kita memutuskan apakah kita akan menikah atau tidak. Untuk masing-masing bidang yang sangat penting ini, saya telah menuliskan bab khusus. Di dalam buku ini Anda tidak akan menemukan jawaban yang tegas untuk pertanyaan seperti: Bolehkah orang Kristen minum bir? Apakah saya harus menikahi Wendy atau Jenny? Tetapi Anda akan menemukan prinsip-prinsip, yang jika Anda terapkan dengan hati-hati ke dalam situasi Anda, akan menjaga Anda tetap berada di jalan yang membawa Anda menemukan kehendak Allah. Sampai sedemikian jauh, saya akan mencoba untuk membahas isu-isu praktis. Ketiga, saya mencoba untuk menyampaikan bahwa kita belajar tentang bimbingan dengan cara terlebih dulu mengenal Allah Sang Pembimbing kita. Pengenalan akan Allah dan jalanjalan-Nya akan memberikan kestabilan kepada kita di saat melakukan kehendak Allah. Pikirkan betapa hal inilah yang sungguh-sungguh dialami oleh orang-orang kudus pada zaman Perjanjian Lama. Ayub misalnya. Ia berada dalam kondisi yang sangat sulit. Hatinya telah Copyright © momentum.or.id xvii Pengantar hancur oleh penderitaan dan kesusahan. Ia sangat membutuhkan bimbingan untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Allah dalam hidupnya. Ia menerima bimbingan dari para teolog terbaik di zamannya; orang-orang yang (terlepas dari celaan mereka) cukup sabar untuk duduk diam bersamanya selama berhari-hari (Ayb. 2:13). Tetapi, saat dicobai, Ayub perlu lebih daripada sekadar mengenal tentang Allah. Ia perlu mengenal Allah sendiri. Dan inilah yang Allah berikan kepadanya. Jika sebelumnya, ia sekadar mendengar tentang Allah; sekarang ia telah melihat Allah dan mengenal-Nya (Ayb. 42:5). Tidak ada jalan untuk melarikan diri dari prinsip agung ini. Itulah sebabnya Martin Luther berkata bahwa kekristenan yang sejati bersangkut paut dengan kata ganti perorangan. Sebagai bimbingan, pengenalan akan kehendak Allah bukan merupakan kemampuan untuk berkata bahwa Allah adalah Gembala, Penyedia, Pembimbing, Pemimpin, dan Pemulih. Ini adalah kemampuan untuk berkata: Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Doa saya adalah supaya melalui buku ini Anda dapat memperoleh pertolongan dan penjelasan tentang bagaimana Allah akan menolong Anda dan mungkin mendapat pencerahan dalam aspek-aspek kehidupan yang sedang membingungkan Anda. Tetapi yang terutama, saya berdoa agar Anda dapat kembali menemukan jalan Allah yang penuh kemurahan dan menemukan Allah sendiri sebagai Pembimbing Anda. Sinclair B. Ferguson Glasgow, 1981. Copyright © momentum.or.id Satu Rencana Ultimat Allah A llah adalah Gembala umat-Nya. Ia membimbing mereka (Mzm. 23:1). Ia mengutus Putra-Nya untuk menuntun mereka (Yoh. 10:3). Selaku orang Kristen, kita memiliki berbagai jaminan bahwa Ia akan membimbing dan menjaga kita. Inilah tugas seorang gembala. Inilah tugas yang Allah kerjakan karena kasih-Nya yang begitu besar kepada umat-Nya. Adanya kepastian akan bimbingan Allah merupakan salah satu karakteristik orang Kristen yang membedakan mereka dari orang lain. Mengapa demikian? Karena ide bahwa Allah membimbing kita mengimplikasikan bahwa kita hidup seturut jalan yang Ia bentangkan, bahwa hidup kita memiliki tujuan pada saat ini dan takdir (destiny) di masa depan. Akibatnya, banyak petobat baru tersentak oleh perubahan ini. Dahulu mereka hidup mengembara tanpa arah, tetapi sekarang mereka hidup dengan penuh makna dan tujuan. Copyright © momentum.or.id 2 MENEMUKAN KEHENDAK ALLAH Di dalam Alkitab, hal ini menjadi pemikiran yang revolusioner bagi orang-orang yang baru pertama kali mendengar berita Injil dan panggilan Allah. Peristiwa dimana Allah berbicara kepada Abraham, mengikat perjanjian dengannya, dan menjamin adanya tujuan yang agung dan mulia bagi masa depan Abraham, bukan sekadar memperbarui kehidupan Abraham, namun juga cara pandangnya. Ketika penginjilan tersebar hingga ke seluruh wilayah Perjanjian Baru, yang didominasi oleh pola pikir Yunani, sesuatu yang sama dahsyatnya mulai terjadi. Cara pandang yang telah lama mengakar, yang menyatakan bahwa sejarah pada umumnya dan hidup pada khususnya berproses secara siklis – yaitu terus-menerus berputar – mulai ditinggalkan. Kristus mulai meluruskan cara pandang manusia terhadap sejarah. Ketika Paulus berbicara mengenai akhir zaman dan penghakiman Allah kepada para filsuf di Atena, ia berkata bahwa hidup memiliki awal, tujuan dan akan berakhir di dalam penghakiman. Sejarah umat manusia (dan sejarah diri kita selaku pribadi) bukan terus berputar, tetapi memiliki arah. Kita bisa saja menganggap hal ini sekadar abstrak dan teoretis, namun cobalah Anda melihat sekitar Anda. Perspektif hidup orang-orang yang sezaman dengan Anda sangat mirip dengan mereka yang hidup pada zaman Yunani kuno. Bagi mereka, hidup semata-mata merupakan lingkaran aktivitas yang di dalamnya mereka mencari segala bentuk kepuasan. Rata-rata manusia tidak mau memeras otak untuk mempertanyakan apakah hidup ini memiliki makna ultimat. Mereka terlanjur menerima pemikiran yang mengatakan bahwa hidup ini tidak memiliki tujuan akhir, sehingga mereka menyerahkan diri kepada apa saja yang menarik hati mereka. Tidak heran mereka melihat orang Kristen bagaikan makhluk yang datang dari zaman dan dunia yang lain. Seperti yang akan kita lihat, pendapat ini sama sekali tidak salah! Orang Kristen berjalan di jalan yang telah Copyright © momentum.or.id Rencana Ultimat Allah 3 Allah bentangkan, menikmati tujuan yang telah Allah tetapkan, dan berharap pada takdir yang telah Allah rencanakan baginya. Mari kita meneliti ketiga aspek hidup orang Kristen tersebut. Kita akan melakukannya dalam urutan terbalik, dan sementara melakukannya, kita akan mendapati betapa masing-masing ciri tersebut terkait langsung dengan pimpinan Allah. Takdir yang Telah Allah Rencanakan Mengapa Allah menciptakan saya? Apakah tujuan hidup saya? Tuhan Yesus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini pada saat yang paling menyedihkan dalam hidup-Nya. Ketika Ia berdoa bagi murid-murid-Nya dan bagi semua orang yang akan beriman kepada-Nya melalui kesaksian mereka, Ia berkata: Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Yohanes 17:24 Tuhan Yesus tahu bahwa Allah telah memiliki rencana bagi umat-Nya (“mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku”). Tuhan Yesus meminta agar tujuan dari karya penebusan-Nya bagi kita dapat digenapi di dalam kita, agar kita melihat kemuliaan Allah dan hidup dalam penyertaan-Nya. Allah, kemuliaan dan kehadiran-Nya, membentuk takdir orang Kristen. Oleh karena itu, Alkitab mengibaratkan kehidupan iman sebagai pengembaraan. Perspektif orang percaya di sepanjang Alkitab bersifat melihat ke depan. Mereka pergi ke suatu tempat dan mengharapkan sesuatu di masa depan. Contoh orang yang tidak percaya diilustrasikan dalam diri istri Lot. Ketika diperingatkan agar lari dari kota yang akan Allah musnahkan, ia jus- Copyright © momentum.or.id 4 MENEMUKAN KEHENDAK ALLAH tru menoleh ke belakang (Kej. 19:26). Sebaliknya, semua pahlawan iman yang tercatat dalam Ibrani 11, tanpa kecuali, memiliki ciri-ciri antisipasi, berharap dan menantikan masa depan (secara khusus lihat Ibr. 11:13). Karena kita memiliki takdir, maka kita menjadi para musafir. Kita sedang melakukan apa yang John Bunyan deskripsikan secara cemerlang sebagai: Perjalanan Seorang Musafir dari dunia ini menuju dunia yang akan datang. Perjanjian Baru secara eksplisit menyebut kita sebagai musafir. Tema ini tampaknya menjadi salah satu tema favorit Petrus. Ia menyebut para penerima suratnya yang pertama sebagai “orang-orang pendatang” di dunia (1Ptr. 1:1) dan sebagai “pendatang dan perantau” di dunia (1Ptr. 2:11). Yang ingin ia kemukakan di sini adalah bahwa tempat tinggal kita di dunia ini semata-mata bersifat sementara. Karena kita bukan milik zaman ini, maka kesimpulannya adalah cara hidup kita pun tidak selayaknya ditentukan oleh zaman ini. Paulus mengemukakan hal serupa saat ia menegur jemaat Korintus yang hidup seperti manusia duniawi. Orang Kristen bukan manusia duniawi! (1Kor. 3:3). Ia adalah orang asing. Apa yang mempengaruhi hidupnya berasal dari dunia lain. Tidak heran jika dunia menganggap orang Kristen aneh dan sulit dipahami (1Ptr. 4:4). Anak Allah merupakan warga kerajaan lain. Ia memiliki Raja lain yang bernama Yesus (Kis. 17:7) yang menurut Paulus, kerajaan-Nya bukan di atas bumi, melainkan di dalam sorga (Flp. 3:20). Ia adalah utusan Kristus (2Kor. 5:20). Hidupnya dimaksudkan untuk menjadi miniatur dari kehidupan raja mereka. Suatu hari kelak, panggilan untuk pulang ke tempat asal akan tiba. Namun sementara itu, ia harus terus hidup sesuai prinsipprinsip sorgawi, bukan duniawi. Ia telah mengarahkan hatinya kepada perkara yang di atas – di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah (Kol. 3:1). Tidak heran jika ia berbeda! Apakah Anda sempat menengarai bahwa prinsip dasar kehidupan iman ini dapat segera menyelesaikan sebagian masalah Copyright © momentum.or.id