Menjamin Likuiditas Melalui Perbankan Dr Wimboh Santoso Dr. Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia Agenda Pembahasan I. Kondisi Sektor Keuangan dan Perbankan II. Kebijakan BI dalam menjamin likuiditas perekonomian III. Antisipasi Pemda terhadap Krisis 2 Overview 3 • Secara fundamental, perbankan Indonesia tetap stabil dan menunjukkan kinerja yang positif itif ditengah dit h berbagai b b i gejolak j l k di pasar keuangan k global. l b l • Tekanan likuiditas sempat terjadi, namun saat ini likuiditas pasar membaik. Bank Indonesia melakukan beberapa policy measures antara lain melalui penyesuaian Giro Wajib Minimum Bank. Disisi lain, perkembangan terakhir memperlihatkan adanya kenaikan DPK yang cukup tinggi melampaui kenaikan kredit. • Dilihat dari permodalan bank yg relatif besar, besar bank masih mampu untuk menyalurkan tambahan kredit yang cukup besar. Bila hanya memperhitungkan SBI/Fasbi kemampuan tambahan lending masih sebesar Rp58 T. • Meski demikian, BI mewaspadai hal-hal sbb: – Likuiditas pasar keuangan lebih ketat, ditandai dengan penurunan IHSG (sebesar 13,5%) , ) dan volatilitas yyangg lebih tinggi gg yyangg mencerminkan liquidity q y risk ppremium yyangg masih relatif tinggi. – Tekanan inflasi yang masih cukup tinggi – Debt D b repayment capacity dan d kepemilikan k l k aset keuangan k yang menurun. Indikator Utama Perbankan: Tetap Positif Indikator Utama Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) - Giro - Tabungan - Deposito Aktiva Produktif (T Rp) - Kredit (T Rp) * - S B I (T Rp) - FASBI (T Rp) - SSB + Tagihan Lainnya - Antar Bank Aktiva - Penyertaan NII (T Rp) CAR (%) Kredit/AP (%) NPLs (T Rp) PPAP (T Rp) NPLs Gross (%) NPLs net (%) ROA ((%)) NIM (NII/AP) (%) BOPO (%) LDR (%) Aset Likuid/TA (%) Core Deposits/TA p (%) ( ) Jumlah Bank Jumlah Kantor Mar-07 Jun-07 Sep-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 1,704.6 1,770.8 1,850.5 1,291.4 1,353.7 1,400.6 331.8 371.2 378.8 333.4 354.6 378.5 626 2 626.2 628 0 628.0 643 3 643.3 1,575.0 1,641.4 1,707.3 843.0 904.1 956.7 211.2 202.1 205.1 19.1 22.1 5.9 339 9 339.9 342 0 342.0 353 8 353.8 155.6 165.1 180.4 6.1 6.0 5.3 7.7 7.7 8.1 20.7 20.7 20.0 53.5 55.1 56.0 56.01 57.5 55.0 41.39 43.4 42.5 6.6 6.4 5.8 3.1 2.9 2.6 2.7 2.8 2.8 0.5 0.5 0.5 88.1 84.6 84.2 65.3 66.8 68.3 22.4 21.3 20.0 0.5 0.5 0.5 130 130 130 9,240 9,375 9,619 1,986.5 1,510.7 405.5 438.5 666 7 666.7 1,792.0 1,045.7 203.9 46.8 350 2 350.2 139.8 5.6 8.9 19.3 58.4 48.6 41.3 4.6 1.9 2.8 0.5 78.8 69.2 23.0 0.5 130 9,680 1,940.3 1,471.2 379.7 429.3 662 2 662.2 1,776.6 1,031.1 231.4 9.6 347 0 347.0 151.7 5.7 8.8 20.1 58.0 49.7 41.6 4.8 2.0 3.2 0.5 79.4 70.1 21.5 0.5 128 9,726 1,949.3 1,481.8 378.0 434.1 669 7 669.7 1,794.2 1,103.1 169.35 25.5 347 9 347.9 142.6 5.9 8.6 18.4 61.5 48.4 41.8 4.4 1.8 2.6 0.5 81.3 74.4 18.5 0.5 128 10,072 1,972.5 1,505.6 392.4 440.5 672 7 672.7 1,816.0 1,137.7 148.73 27.6 351 3 351.3 144.7 6.0 8.9 17.1 62.6 49.1 42.7 4.3 1.8 2.6 0.5 80.7 75.6 17.4 0.5 128 10,060 1,940.7 1,474.5 374.6 430.1 669 7 669.7 1,784.0 1,045.9 211.2 6.7 348 7 348.7 165.6 5.8 8.4 19.2 58.6 50.0 41.0 4.8 2.1 2.9 0.5 78.7 70.9 19.9 0.5 128 9,888 1,944.7 1,466.2 379.7 428.0 658 5 658.5 1,786.0 1,080.1 162.1 21.0 353 9 353.9 162.9 6.0 9.0 18.6 60.5 46.7 40.9 4.3 1.8 2.7 0.5 79.7 73.7 18.3 0.5 128 9,926 2,040.9 1,553.4 409.0 457.4 687 0 687.0 1,875.6 1,190.0 113.66 39.0 352 4 352.4 174.5 6.1 9.6 16.4 63.4 48.6 43.1 4.1 1.7 2.5 0.5 80.9 76.6 16.0 0.5 127 10,153 4 Jul-08 Aug-08 2,057.1 1,532.9 404.5 453.6 674 7 674.7 1,856.9 1,210.9 95.51 21.8 348 3 348.3 174.3 6.1 9.63 16.2 65.2 49.0 44.4 4.0 1.6 2.7 0.5 79.5 79.0 14.1 0.5 127 10,290 2,066.6 1,528.1 386.4 450.9 690 9 690.9 1,867.1 1,246.6 84.53 13.5 349 7 349.7 166.5 6.2 9.4 16.0 66.8 49.2 46.4 3.9 1.4 2.7 0.5 79.3 81.6 12.7 0.5 125 10,432 Proyeksi Financial Stability Index (FSI) 5 • FSI akhir Ags’08 sebesar 1,70, meningkat dibandingkan posisi akhir Jul’08 sebesar 1,60. Peningkatan tersebut terutama merupakan dampak dari turunnya IHSG dari 2.300 pada (Juli’08) menjadi 2.165 (Ags’08) serta turunnya harga SUN. Tekanan juga timbul dari kenaikan suku bunga yang berpotensi meningkatkan NPL. • Sejalan dengan naiknya ketidakpastian perekonomian global dan dampak tekanan inflasi yang berlanjut sampai akhir tahun yang mulai mempengaruhi kemampuan membayar korporasi dan rumah tangga, FSI pada Des’08 diperkirakan meningkat menjadi 1,79. 2.5 1.70 1.79 2 1.79 1.60 1.5 1 0.5 Proyeksi FSI FSI Based on June 2008 FSI with real data of Jan‐Juli 2008 2008M12 2008M10 2008M08 2008M06 2008M04 2008M02 2007M12 2007M10 2007M08 2007M06 2007M04 2007M02 2006M12 2006M10 2006M08 2006M06 2006M04 2006M02 2005M12 2005M10 2005M08 2005M06 2005M04 2005M02 2004M12 2004M10 2004M08 2004M06 2004M04 2004M02 2003M12 2003M10 2003M08 2003M06 2003M04 0 Agenda Pembahasan I. Kondisi Sektor Keuangan dan Perbankan II. Kebijakan BI dalam menjamin likuiditas perekonomian III. Antisipasi Pemda terhadap Krisis 6 Peraturan Pemerintah Pengganti UU Tujuan: Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan nilai tukar rupiah Pre-emptive policy responses dari Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dan Krisis: A. Pemerintah menerbitkan 3 Perppu yaitu : 1. Perppu Jaring Pengaman Sektor Keuangan 2 Perppu mengenai Amandemen UU Bank Indonesia 2. 3. Perppu mengenai LPS B. Bank Indonesia : 1. Penyesuaian ketentuan GWM 2. Perpanjangan jangka waktu transaksi Swap dari sebelumnya 7 hari j 1 bulan menjadi 3. Pengaturan Mekanisme Transaksi Valas 4. Penyesuaian ketentuan terkait dengan pembatasan PLN Jangka Pendek 7 Perppu No.4/2008: Jaring Pengaman Sistem Keuangan (1/2) 8 • Mencermati kondisi saat ini, Pemerintah dan Bank Indonesia bertekad menciptakan k d dan memelihara lh stabilitas bl sistem keuangan k melalui l l pencegahan h d dan penanganan Krisis. • Untuk itu diterbitkan Perppu JPSK yang cakupannya adalah: – Pencegahan krisis, yaitu mengatasi permasalahan : • Bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang Berdampak Sistemik; • Bank B k yang mengalami l i permasalahan l h solvabilitas l bili atau kkegagalan l pelunasan l FPD yang Berdampak Sistemik; dan • LKBB yang mengalami kesulitan likuiditas dan masalah solvabilitas yang Berdampak Sistemik. Sistemik – Penanganan krisis, yaitu mengatasi permasalahan: • Bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan/atau solvabilitas yang secara individu Berdampak Sistemik atau bank yang secara individu tidak berdampak sistemik tetapi secara bersama-sama dengan bank lain berdampak sistemik, pada kondisi Krisis; dan • LKBB yang mengalami kesulitan likuiditas dan/atau permasalahan solvabilitas yang Berdampak Sistemik. 1ntisari Perppu No.4/2008: Jaring Pengaman Sistem Keuangan (2/2) Tujuan/ Ruang Lingkup Pengambilan g Keputusan p Keputusan p 9 Tool Kits / Mekanisme Sumber Pendanaan 1. Pemberian bantuan likuiditas FPD oleh BI, dijamin Pemerintah 2. a. Penyertaan Modal Sementara untuk Bank Sistemik 2. b. Penyelesaian Bank Non-sistemik Non sistemik 2.a. PMS oleh LPS 2.b. Penutupan Bank dan Pembayaran jaminan oleh LPS Sumber pendanaan Pemerintah untuk pencegahan dan penanganan Krisis berasal dari APBN melalui penerbitan SBN atau tunai. 3. Pemberian pinjaman atau penyertaan modal untuk LKBB 3. Pinjaman atau penyertaan modal oleh Pemerintah BI dapat membeli SBN dimaksud di pasar primer. 1.a. Pemberian bantuan likuiditas 1.b. Penyertaan Modal Sementara 1.a. FPD oleh BI 1.b. PMS oleh LPS atau Pemerintah atau Badan Khusus 2. Pemberian bantuan likuiditas / Penyertaan Modal Sementara 2. Pinjaman/PMS oleh Pemerintah atau Badan Khusus. Pencegahan Krisis 1. Likuiditas Bank 2. Solvabilitas Bank / Bank Gagal KSSK melakukan: a. Evaluasi masalah b. Penetapan masalah c. Penetapan langkah penanganan masalah 3. Likuiditas dan/atau solvabilitas LKBB P Penanganan Krisis Ki i 1. Likuiditas dan/atau solvabilitas Bank 2. Likuiditas dan/atau solvabilitas LKBB KSSK melakukan: a. Evaluasi masalah b. Penetapan masalah c. Penetapan p langkah g penanganan masalah Penggunaan dana APBN untuk pencegahan dan penanganan krisis harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari DPR Perppu Tentang LPS 1 N l simpanan yang dijamin 1.Nilai d LPS dapat d diubah d b h jika k terjadi: d • Bank run • Inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun • Pengurangan jumlah nasabah yang dijamin menjadi kurang dari 90% dari jumlah penyimpan seluruh bank • ancaman krisis 2. PP No 66 Tahun 2008 jumlah simpanan yang dijamin menjadi paling banyak Rp 2 milyar jika terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud angka (1). (1) 10 Perppu Tentang Amandemen UU BI UU No. 3 Tahun 2004 PERPU No. 2/2008 TENTANG PERUBAHAN UU No No.3 3 TAHUN 2008 Penjelasan Pasal 11 Penjelasan Pasal 11 Ayat (2) Y di Yang dimaksud k dd dengan agunan yang berkualitas b k lit tinggi ti i dan mudah dicairkan meliputi surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan oleh Pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang kompeten dan sewaktu-waktu dengan mudah dapat dijual ke pasar untuk dijadikan uang tunai.Yang dimaksud dengan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah y misalnya y bagi g hasil atau risiko yang y g ditanggung gg g bersama secara proporsional. Ayat (5) Ketentuan dan tatcara pengambilalihan keputusan mengenai kkesulitan l keuangan k Bank B k yang berdampak b d k Sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diatur dalam UndangUndang tersendiri, tersendiri yang ditetapkan selambatselambat lambatnya akhir tahun 2004 11 Ayat (2) Y di Yang dimaksud k dd dengan agunan yang berkualitas b k lit tinggi ti i meliputi surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan oleh Pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang kompeten dan sewaktu-waktu dengan mudah dapat dijual ke pasar untuk dijadikan uang tunai dan asset kredit kolektibilitas lancar. Yang dimaksud dengan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah misalnya bagi hasil atau risiko yang ditanggung bersama secara proporsional. Ayat (5) A Ketentuan dan tatcara pengambilalihan keputusan mengenai kesulitan keuangan Bank yang berdampak Sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diatur dalam UndangUndang tersendiri. Kebijakan BI: Penyesuaian GWM 12 • Bank Indonesia menempuh kebijakan pelonggaran likuiditas untuk memberikan fleksibilitas kepada perbankan dalam mengelola likuiditasnya shg tidak tjd keketatan likuiditas spt yg dialami banyak negara lain dan meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem perbankan, yaitu a.l. melalui penurunan giro wajib minimum (GWM) : • Penyederhanaan P d h GWM Rupiah R i h menjadi j di GWM utama t d GWM sekunder dan k d • GWM Rupiah diturunkan dari efektif sebesar 9,01% menjadi 7,5%, terdiri dari: – – 5% GWM Utama ((statutory y reserve)) dipenuhi p dengan g saldo g giro bank di BI 2,5% GWM Sekunder dipenuhi dengan SBI/SUN dan atau excess reserve • GWM valas diturunkan dari 3% menjadi 1%. – Pemenuhan GWM sekunder diberikan masa transisi 1 tahun (paling lambat 24 Oktober 2009), guna memberi ruang bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian terkait dgn aturan tsb sehingga tidak memberikan tekanan di pasar uang. Kebijakan BI: Devisa •Perpanjangan jangka waktu transaksi Swap dari sebelumnya 7 hari menjadi 1 bulan yang dinyatakan dalam hari kalender dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan OPT di pasar valuta asing dan mengantisipasi gejolak pasar keuangan global yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi stabilitas makroekonomi nasional. •Pengaturan Mekanisme Transaksi Valas: •Bank dapat mengajukan permintaan kebutuhan Valas terhadap Rupiah kepada Bank Indonesia untuk Korporasi Domestik dan / atau untuk instansi pemerintah. •Pengajuan permintaan kebutuhan valas di atas wajib memiliki underlying kegiatan ekonomi di Indonesia yang meliputi: •a)) pembayaran b utang t V l b) pembayaran Valas; b i impor; d / t c)) keperluan dan/atau k l lain yang didukung dengan dokumen, sepanjang tidak untuk diperjualbelikan (trading) dan tidak untuk investasi di pasar keuangan. 13 Kebijakan BI: Penyesuaian ketentuan PLN Bank Indonesia melakukan ppenyempurnaan y p terhadapp Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/1/PBI/2005 tentang Pinjaman Luar Negeri Bank yaitu penghapusan ketentuan terkait dengan pembatasan PLN Jangka Pendek sbb: • Kewajiban bank membatasi posisi saldo harian PLN Jangka P d k paling Pendek l tinggi 30% (tiga ( puluh l h per seratus)) dari d M d l Modal Bank. • P Pengecualian li terhadap t h d kewajiban k jib bank b k membatasi b t i posisi i i saldo ld harian PLN Jangka Pendek paling tinggi 30% (tiga puluh per seratus) dari Modal Bank. • Sanksi terhadap bank yang melanggar kewajiban bank membatasi posisi saldo harian PLN Jangka Pendek tersebut. 14 Kebijakan BI: Perubahan FPJP FFasilitas l pendanaan d jangka k pendek d k (FPJP) adalah d l h fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada Bank untuk mengatasi g kesulitan likuiditas yang y g dialami oleh bank Dalam ketentuan baru diatur mengenai antara lain: Perubahan persyaratan bank yang dapat mengajukan permohonan FPJP Perubahan pemberian FPJP dan jangka waktu FPJP Penyesuaian persyaratan agunan dengan Perpu No.2 tahun 2008 Jenis dan nilai Surat berharga yang dapat diagunkan 15 Agenda Pembahasan I. Kondisi Sektor Keuangan dan Perbankan II. Kebijakan BI dalam menjamin likuiditas perekonomian III. Antisipasi Pemda terhadap Krisis 16 Kredit Berbagai Daerah 17 Kredit di Jawa (Rp850 T) lebih besar drpd Kredit di Luar Jawa (Rp360 T) Kredit beberapa Propinsi di Jaw a 900 800 700 (Rp Triliu un) 600 500 400 300 200 100 0 Jabar DKI DIY Jateng Jatim Total Jaw a (data Agustus ’08) Kredit Beberapa Propinsi Luar Jaw a 400 350 250 200 150 100 50 Be ng ku Ja lu m b N i A Su D Su m u m t ba R r Su ia u La m s m el pu Ka ng l Ka se l lb Ka ar Ka l tim lt Su eng l te Su ng ls e Su l l Su ut l tr a N TB Ba li N T M T al u Pa ku pu T Lu M a ar al Ja ut w a (Rp T Triliun) 300 (data Agustus ’08) Dana Pihak Ketiga (DPK) Berbagai Daerah 18 DPK di Jawa (Rp1130 T) lebih besar drpd DPK di Luar Jawa (Rp400 T) DPK beberapa Propinsi di Jaw a 1,200 1,000 (Rp Triliu un) 800 600 400 200 0 Jabar DKI DIY Jateng Jatim Total Jaw a (data Agustus ’08) ku Ja lu m b N i AD Su Su m u m t ba R r S ia u La um m se pu l Ka ng l Ka se l lb Ka ar Ka l tim l Su teng l te Su ng ls e Su l lu Su t l tr N a TB Ba l N i T M T al u Pa ku pu T Lu M a ar al u Ja t w a 450 400 350 300 250 200 150 100 50 Be ng (Rp Trriliun) DPK Beberapa Propinsi Luar Jaw a (data Agustus ’08) LDR Berbagai Daerah 19 LDR Beberapa Propinsi di Jaw a 120 LDR Jawa Ja a (75%) < LDR Nasional Nasi nal (81,6%) (81 6%) 100 LDR Luar Jawa (90.5%) > LDR Nasional Lebih tingginya rasio LDR (kredit dibagi DPK) Luar Jawa dibandingkan dengan rasio LDR Jawa karena faktor pembagi yang lebih kecil (DPK) untuk Luar Jawa NPL L (%) 80 60 40 20 as io na l a N Ja w Ja tim Ja te ng IY D KI D Ja ba r 0 (data Agustus ’08) A Su D Su m u m t ba R r Su ia u La m s m el pu Ka ng l Ka se l lb a Ka r Ka l tim lt Su eng l te n Su g ls e Su l l Su ut l tr a N TB Ba l N i M TT al M P uku al a uk p u Lu u U a ar tar J a N aw as a io na l 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 N LDR ((%) LDR Beberapa Propinsi di Luar Jaw a (data Agustus ’08) Potensi Luar Jawa Kredit di Luar JJawa lebih kecil drpd p Kredit di JJawa Æ masih ada potensi peningkatan kredit Namun demikian, DPK di Luar Jawa lebih kecil drpd DPK di Jawa J Æ masih ih ada d potensii peningkatan i k DPK Diperlukan tindakan-tindakan untuk memobilisasi dana masyarakat Pengenalan lebih dekat produk-produk perbankan (Program Ayo ke Bank dan sarana edukasi lainnya) Pemanfaatan sarana kas keliling yang lebih baik ¾ Ti Tingkat k t DPK yang llebih bih ti tinggii akan k memberikan b ik likuiditas yang lebih tinggi sehingga memungkinkan bank untuk melaksanakan fungsi intermediasi dengan l bih aman lebih 20 Antisipasi dalam Hadapi Krisis (1) Monitoringg terhadapp sektor riil secara ketat Industri dengan orientasi ekspor Industri terkait dengan komoditi Industri terkait dengan pariwisata dan transportasi IIndustri d i yang human h resource iintensive i (analisa ( li dampak kemungkinan PHK) UMKM (terutama usaha-usaha usaha usaha yang mendapatkan pendanaan dari bank) 21 Antisipasi dalam Hadapi Krisis (I1) 22 Dialogg dan Komunikasi dengan g instansi terkait (Bank ( Indonesia/Kantor Bank Indonesia (KBI) Memberikan masukan terkait sektor riil Memahami langkah-langkah yang diambil untuk kemudian dapat membantu memberikan pemahaman kepada pelaku sektor riil (misal kredit diprioritaskan untuk usaha produktif) Menjajagi kemungkinan diversifikasi tujuan ekspor bagi industri ekspor p p ppenyelesaian y pproyek-proyek y p y pemerintah p Mempercepat dan pembayarannya Melakukan efisiensi biaya diberbagai bidang Terima Kasih