bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kondisi tingkat inflasi saat ini yang sering berubah-ubah sesuai
dengan informasi yang diberitakan di www.kompas.com periode Februari (2013)
yaitu, dari prediksi 0,3% menjadi 0,75% dan berdasarkan data inflasi menurut
badan pusat statistik pada www.bps.go.id untuk lima tahun terakhir menunjukkan
perubahan yang cukup signifikan. Tingkat inflasi menurut www.bps.go.id dari
tahun 2008 hingga 2012 yaitu sebesar 11,6%, 2,78%, 6,96%, 3,79% dan 4,30%.
Hal tersebut membuat perusahaan mengalami kesulitan untuk melihat dan
mengambil keputusan dalam jangka panjang padahal keputusan atau kebijakan
tersebut menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Perubahan tingkat inflasi
yang tak tentu bisa mempengaruhi realisasi dari budget perusahaan.
Budget
diperlukan
oleh
perusahaan
untuk
mengontrol
kegiatan
operasional perusahaan agar dapat berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan.
Apabila terjadi peningkatan atau penurunan inflasi yang cukup signifikan
menyebabkan penyimpangan atau selisih yang terlalu besar antara realisasi
dengan budget yang sudah dianggarkan dan perusahaan bisa mengalami kerugian,
sebaliknya dapat mengalami profit. Dalam mengantisipasi masalah pengambilan
keputusan jangka panjang maka perusahaan perlu untuk melakukan penilaian
1
dalam jangka pendek atau berdasarkan satu siklus operasi. Hal tersebut dapat
membantu perusahaan untuk mempertahankan bisnisnya dalam jangka waktu
panjang.
Perusahaan bisa mempertahankan bisnisnya dengan menjalankan kegiatan
operasionalnya secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan dikatakan efektif
apabila dapat mencapai tujuannya atau hasil yang didapatkan sesuai dengan yang
diharapkan. Sedangkan perusahaan yang efisien apabila dana yang dikeluarkan
untuk melaksanakan operasional sesuai dengan kebutuhan namun tidak
mengurangi kualitas barang atau jasa yang dihasilkan dan dapat menggunakan
modal kerjanya untuk menghasilkan penjualan. Semakin sesuai dana yang
dikeluarkan oleh perusahaan tersebut dengan kebutuhan atau budget, maka
semakin efisien perusahaan tersebut. Keefektifan suatu perusahaan dapat terlihat
dari penjualan atau profit yang dihasilkan dan keefisienan perusahaan dapat
terlihat dari kemampuannya dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya,
baik itu kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Wild et al.
(2005) dalam Sianturi (2009), “Likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Perusahaan
menggunakan kas yang dimiliki untuk memenuhi atau membayar kewajiban
jangka pendek tersebut. Semakin perusahaan itu mampu memenuhi kewajiban
jangka pendeknya melalui kas yang dimiliki maka semakin perusahaan itu
dikatakan liquid. Sebaliknya, jika perusahaan kurang mempunyai kas yang cukup
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dikatakan illiquid.
2
Likuiditas perusahaan adalah hal yang sangat penting, karena semakin
tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan akan berdampak pada kegiatan
operasional atau kelangsungan hidup (Going concern) perusahaan tersebut.
Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan
dilikuidasi dalam jangka pendek (Hany et. al., 2003, dalam Santosa dan Wedari,
2007). Ramadhany (2004) dalam Santosa dan Wedari (2007) mengatakan,
“Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan
sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going
concern.” Kondisi keuangan bisa dilihat dari rasio keuangan perusahaan seperti
likuiditas. Menurut Petronela (2004) dalam Santosa dan Wedari (2007), kajian
atas going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan
yang tercermin dalam profitabilitas dan likuiditas.
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan kas jangka pendek (Wild, 2005 dalam Sianturi, 2009),
sehingga tingginya likuiditas suatu perusahaan mengindikasikan kecukupan kas
yang dimiliki oleh perusahaan. Adanya kecukupan kas tersebut, membuat
perusahaan
dapat
memenuhi
kebutuhan
dan
melaksanakan
kegiatan
operasionalnya seperti melakukan proses produksi sesuai dengan rencana. Ketika
proses produksi yang dilakukan perusahaan sesuai dengan rencana yang didukung
oleh ketersediaan kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka
berarti kegiatan operasional perusahaan tersebut berjalan dengan baik. Apabila
operasional perusahaan berjalan dengan baik maka tujuan perusahaan untuk
3
mendapatkan profit dapat tercapai. Seiring dengan profit yang dicapai tersebut,
membuat perusahaan memiliki kas untuk membayar atau melunasi utang sehingga
semakin mampu untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Selain itu, apabila suatu perusahaan tingkat likuiditasnya tinggi, maka
perusahaan tersebut akan dipandang baik oleh kreditor. Kreditor perlu untuk
mengetahui kebutuhan dana dari perusahaan tersebut, agar bisa menentukan
principal dan interest yang akan diberikan. Interest yang diberikan bisa berbedabeda tergantung jumlah principal-nya dan risiko yang dimiliki. Sebelum
memberikan pinjaman tersebut kreditor perlu untuk menganalisis risiko terkait
kemampuan untuk membayar atau melakukan pengembalian. Pentingnya
likuiditas bagi kreditor adalah untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
membayar utang, seperti cepat atau lambat dalam melakukan pengembalian.
Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan
tersebut karena berarti perusahaan tersebut mempunyai kas yang cukup untuk
membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau tidak mempunyai
kesulitan
dalam
memenuhi
kewajibannya.
Sebaliknya,
apabila
tingkat
likuiditasnya rendah, maka itu berarti perusahaan tidak mempunyai kemampuan
atau kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya terlebih untuk
kewajiban jangka panjangnya. Tingkat likuiditas yang tinggi berpengaruh kepada
kepercayaan kreditor dalam memberikan utang kepada perusahaan.
Semakin tinggi tingkat likuiditas berarti perusahaan semakin bisa
menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan rencana dan tujuan
perusahaan untuk mendapatkan profit bisa tercapai, sehingga perusahaan memiliki
4
kemungkinan untuk membayar dividen kepada pemegang sahamnya. Adanya
kemungkinan tersebut membuat investor tertarik untuk menanamkan modal di
perusahaan, karena likuiditas yang tinggi berarti perusahaan mempunyai kas yang
cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk untuk membayar
dividen kepada pemegang saham. Sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki
kecukupan kas, belum tentu bisa memenuhi kewajiban untuk membayar dividen
kepada pemegang saham. Sedangkan yang diharapkan oleh investor adalah
perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
termasuk untuk membayar dividen kepada pemegang saham atau mengharapkan
return. Berdasarkan hal tersebut penting bagi perusahaan untuk meningkatkan
likuiditas perusahaannya.
Untuk meningkatkan likuiditas perusahaan agar perusahaan mampu
menjalankan kegiatan operasionalnya maka salah satu hal penting yang harus
diperhatikan adalah aset lancarnya dalam hal ini kas dan setara kas, karena
berguna untuk membayar utang jangka pendek. Hal ini sesuai dengan definisi
likuiditas yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya atau utang jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi (Muktiadji
dan Trisnawati, 2008). Kas dan setara kas dapat diperoleh dari persediaan yang
terjual, baik secara kredit (piutang) ataupun secara tunai. Bagi perusahaan
manufaktur persediaan dalam bentuk raw material secara terus-menerus
diperoleh, kemudian diubah menjadi finished good oleh perusahaan melalui
proses produksi dan kemudian nantinya akan dijual. Kas dan setara kas yang
5
dihasilkan dari penjualan persediaan tersebut digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional dan melunasi utang jangka pendeknya.
Adanya pengelolaan persediaan yang baik, membuat perusahaan dapat
segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui penjualan
secara kas atau kredit (piutang). Likuiditas dalam penelitian ini diukur
menggunakan cash ratio. Perusahaan bisa melihat dan mengontrol ketersediaan
kas yang dimiliki dengan memperhatikan cash ratio. Cash Ratio yaitu
kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus dipenuhi dengan kas
yang tersedia dalam perusahaan dan efek atau surat berharga yang diuangkan
(Kirnasari, 2012). Cash ratio yang tinggi berarti kas yang dimiliki perusahaan
mampu untuk membayar utang jangka pendeknya. Semakin tinggi cash ratio
maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas suatu perusahaan karena berarti
semakin perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya lewat kas yang ada. Sebaliknya, semakin rendah
cash ratio suatu perusahaan maka semakin rendah pula tingkat likuiditasnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi likuiditas perusahaan diantaranya,
perputaran piutang, pengumpulan piutang dan perputaran persediaan. Dari sekian
banyak faktor yang mempengaruhi likuiditas, ketiga faktor tersebut mempunyai
peran yang sangat penting dalam meningkatkan likuiditas karena, piutang dan
persediaan tersebut yang menghasilkan dan membutuhkan kas. Kas yang
dihasilkan dari penjualan secara kredit atau piutang biasanya lebih besar
proporsinya dibandingkan dengan kas yang dihasilkan dari penjualan secara tunai,
sehingga perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap peningkatan atau
6
penurunan likuiditas perusahaan. Santoso dan Nur (2008) mengatakan penjualan
secara kas sangat jarang dilakukan oleh perusahaan karena persaingan yang begitu
ketat sehingga semua berlomba-lomba untuk memberikan kemudahan-kemudahan
bagi konsumen melalui pemberian kredit atau piutang. Sehingga walaupun kas
merupakan unsur yang paling liquid, namun kas sangat tidak produktif.
Berbeda dengan kas, jika melakukan penjualan secara kredit maka itu
berarti bisa meningkatkan penjualan karena orang-orang atau konsumen tidak
selalu mempunyai dana atau uang ketika akan memenuhi kebutuhan mereka saat
itu. Sehingga kebanyakan konsumen lebih memilih untuk membeli secara kredit.
Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin cepat piutang tersebut tertagih
atau dikonversi menjadi kas dan perusahaan memperoleh kas yang cukup untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga perputaran piutang yang tinggi
atau cepat meningkatkan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Sebaliknya, semakin
rendah perputaran piutang maka semakin rendah pula likuiditas perusahaan karena
piutang belum tertagih semuanya dan kas yang dimiliki perusahaan belum cukup
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian Santoso dan Nur
(2008) menunjukkan pengaruh perputaran piutang signifikan terhadap likuiditas
perusahaan. Manurung dan Nugraha (2012) juga menyatakan bahwa perputaran
piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.
Apabila perputaran piutang berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan
maka secara tidak langsung pengumpulan piutang juga mempengaruhi
peningkatan dan penurunan likuiditas. Pengumpulan piutang mempunyai
pengaruh terhadap likuiditas perusahaan karena, pengumpulan piutang yang tinggi
7
berarti perusahaan mengumpulkan atau melakukan penagihan piutang dengan
cepat sehingga perusahaan dapat memperoleh kas yang cukup dengan cepat,
dengan begitu semakin cepat pula kewajiban jangka pendek perusahaan terpenuhi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengumpulan piutang yang
tinggi dapat meningkatkan likuiditas perusahaan karena semakin cepat perusahaan
melakukan penagihan piutang dan memperoleh kas yang cukup untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Penelitian sebelumnya, yaitu menurut Santoso dan
Nur (2008) menunjukkan pengumpulan piutang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Selain itu, Manurung dan Nugraha
(2012) juga dalam penelitiannya terdahulu menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pengumpulan piutang terhadap likuiditas perusahaan.
Selain perputaran piutang dan pengumpulan piutang, perputaran
persediaan juga berpengaruh terhadap tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Perputaran persediaan merupakan berapa kali, rata-rata persediaan terjual selama
periode berjalan (Weygandt, 2011). Perputaran persediaan yang tinggi memiliki
arti bahwa semakin cepat persediaan di konversi ke penjualan, dan itu berarti
semakin perusahaan bisa memperoleh kas dari penjualan tersebut untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Disisi lain, perputaran persediaan yang
tinggi mengakibatkan perusahaan semakin membutuhkan dana atau kas yang
cukup untuk membeli persediaan. Oleh karena itu, perusahaan akan semakin cepat
pula dalam melakukan penagihan piutang.
Hidayat dan Muttaqien (2009) mengatakan bahwa “Semakin tingginya
perputaran persediaan maka perusahaan semakin membutuhkan uang kas dalam
8
kegiatan operasionalnya sehingga perusahaan akan semakin cepat dalam
melakukan penagihan piutang”. Sehingga, berdasarkan hal tersebut, semakin
tinggi perputaran persediaan semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan.
Sianturi dan Mulyani (2009) yang meneliti pengaruh perputaran persediaan
terhadap likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI,
hasilnya menunjukkan adanya pengaruh perputaran persediaan secara signifikan
dan positif terhadap likuiditas. Hal tersebut berarti, perputaran persediaan yang
tinggi dapat meningkatkan likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi perputaran
persediaan, berarti semakin perusahaan mempunyai kas dan setara kas yang cukup
untuk membayar utang jangka pendek serta kegiatan operasionalnya. Berbeda
dengan Sianturi dan Mulyani (2009), pada penelitian Yulianingrum (2011)
menunjukkan bahwa perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh
terhadap likuiditas (Current Ratio) dikarenakan persediaan merupakan elemen
aktiva lancar yang memiliki tingkat likuiditas yang rendah dan sering mengalami
fluktuasi harga.
Pada penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan hasil yang signifikan
yaitu, menurut Santoso dan Nur (2008) bahwa perputaran piutang dan
pengumpulan piutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas
perusahaan. Selain itu, Yulianingrum (2011) menyatakan pada penelitian
sebelumnya bahwa perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan
berpengaruh terhadap likuiditas. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian
Santoso dan Nur (2008).
9
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya:
1. Pada penelitian ini menambahkan variabel perputaran persediaan yang
diambil dari penelitian Sianturi (2009) sedangkan pada penelitian Santoso
dan Nur (2008) menggunakan variabel independen perputaran piutang dan
pengumpulan piutang. Alasan penambahan variabel perputaran persediaan
karena persediaan dan piutang saling terkait. Piutang terjadi karena adanya
penjualan persediaan, sebaliknya kas yang didapat dari penagihan piutang
tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk membeli persediaan kembali.
Sehingga perputaran persediaan yang cepat dapat mempengaruhi perputaran
piutang dan pengumpulan piutang. Sebaliknya perputaran dan pengumpulan
piutang yang lambat juga mempengaruhi perputaran persediaan.
2. Pada penelitian ini objeknya adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia dan tergolong perusahaan manufaktur. Sedangkan pada penelitian
Santoso dan Nur (2008) objek penelitiannya satu perusahaan di Gresik yaitu
CV. Bumi Sarana Jaya.
3. Pada penelitian ini menggunakan laporan keuangan mulai tahun 2010 sampai
2011 sedangkan pada penelitian Santoso dan Nur (2008) tahun penelitiannya
adalah mulai tahun 2001 sampai 2005.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan terhadap
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010
10
hingga 2011. Dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI ini, diambil yang
tergolong sektor manufaktur. Terkait dengan variabel yang diteliti, variabel
dependen pada penelitian ini adalah likuiditas perusahaan yang diproksikan
dengan cash ratio, sedangkan variabel independen yang dipakai yaitu, perputaran
piutang, pengumpulan piutang, dan perputaran persediaan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap likuiditas
perusahaan?
2.
Apakah pengumpulan piutang mempunyai pengaruh terhadap likuiditas
perusahaan?
3.
Apakah perputaran persediaan mempunyai pengaruh terhadap likuiditas
perusahaan?
4.
Apakah perputaran piutang, pengumpulan piutang dan perputaran persediaan
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap likuiditas perusahaan?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh perputaran piutang terhadap
likuiditas perusahaan.
11
2.
Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh pengumpulan piutang
terhadap likuiditas perusahaan.
3.
Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh perputaran persediaan
terhadap likuiditas perusahaan.
4.
Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh perputaran piutang,
pengumpulan piutang, dan perputaran persediaan secara simultan terhadap
likuiditas perusahaan
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.
Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh investor untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas suatu perusahaan. Sehingga dapat
membantu investor dalam mengambil keputusan ketika melakukan investasi
pada perusahaan.
2.
Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan di dalam
menentukan kebijakan pemberian kredit kepada pelanggan dan pengelolaan
persediaan. Serta membantu perusahaan dalam meningkatkan likuiditas
perusahaannya untuk kelancaran kegiatan operasional dan kelangsungan
hidup perusahaan.
12
3.
Kreditor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kreditor dalam membuat
keputusan untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan dan membantu
kreditor untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
4.
Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti sendiri
dalam hal mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas suatu
perusahaan serta dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
5.
Mahasiswa dan akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
13
BAB II: TELAAH LITERATUR
Bab ini berisi tentang penjelasan dan pembahasan secara rinci terkait
dengan likuiditas, perputaran piutang, pengumpulan piutang, dan
perputaran persediaan dari berbagai literatur, dan perumusan hipotesis
yang akan diuji.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, penjabaran mengenai
variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis yang
digunakan untuk pengujian hipotesis.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pemaparan hasil-hasil dari penelitian, tahap
analisis, desain, hasil pengujian hipotesis dan implementasinya, berupa
penjelasan teoritik secara kuantitatif.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan, keterbatasan dan saran. Simpulan merupakan
jawaban atas masalah penelitian serta tujuan penelitian, beserta
informasi tambahan yang diperoleh atas dasar temuan penelitian.
Sedangkan, keterbatasan meliputi keterbatasan dari penelitian, maupun
kendala-kendala lain yang akan menjadi masukan berguna bagi
pengembangan penelitian berikutnya. Saran merupakan manifestasi atas
14
sesuatu yang belum ditempuh dan layak untuk dilaksanakan pada
penelitian lanjutan.
15
Download