mandiri transaction banking Optimalkan Likuiditas di kala Krisis

advertisement
mandiri transaction banking
Optimalkan Likuiditas di kala Krisis
Krisis ekonomi dunia yang berkepanjangan telah memaksa negara-negara ekonomi kuat
seperti AS, Uni Eropa, Jepang dan China, untuk bertindak lebih sebagai upaya
penyembuhan perekonomian dunia. Mereka secara sendiri maupun bersama-sama,
telah menelurkan paket stimulus ekonomi dan penyelamatan finansial (bailout) untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi masing masing negara dan dunia. Meskipun
demikian, efek dari paket tersebut hingga sekarang masih belum terasa signifikan.
Seorang Joseph E. Stiglitz, ekonom pemenang Nobel yang dikenal dengan
komentarnya yang tajam, berpendapat bahwa paket pemerintah AS tidak cukup kuat
untuk mendorong pemulihan. Ini dikarenakan porsi stimulus ekonomi relatif kecil,
sedangkan paket penyelamatan institusi finansial seharusnya lebih diarahkan untuk
memulihkan bank agar tetap dapat mengucurkan kredit (untuk menggerakkan
perekonomian) dan memangkas unit bank yang sibuk dengan asset eksotis namun
tidak
paham
penuh
akan
risikonya.
Minimnya eksposur terhadap “toxic assets” dan relatif rendahnya kontribusi ekspor
terhadap perekonomian secara keseluruhan (27%), berakibat adanya anggapan bahwa
ekonomi Indonesia lebih tahan terhadap dampak krisis global. Namun krisis yang
berkepanjangan ini akhirnya berimbas terhadap Indonesia. Kegiatan ekspor melemah
karena turunnya permintaan dan jatuhnya harga komoditi serta pertumbuhan konsumsi
domestik, sebagai motor ekonomi kita (57% dari ekonomi) melambat. Akibatnya,
ekonomi 2009 diprediksi hanya tumbuh berkisar sekitar 4.% , lebih rendah dari tahun
2008 yang berkisar sekitar 6,1%.
Namun, tidak semuanya merupakan kabar buruk.
Pemilu yang relatif aman,
permintaan domestik yang masih cukup kuat, dan ekonomi Indonesia yang tetap
tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebesar 4,4% pada kuartal 1 2009 (termasuk
pertumbuhan di China dan India), merupakan beberapa titik cahaya dalam prospek
perekonomian yang umumnya suram
Waktunya untuk (juga) melihat ke dalam
Hingga pertengahan 2008, perusahaan dapat mengandalkan sumber luar antara lain
perbankan untuk memperoleh likuiditas dengan mudah. Kini tidak lagi. Indikator
seperti Non Performing Loan yang merambat naik dan penempatan di SBI yang tetap
meningkat merupakan indikasi merupakan bukti melemahnya selera perbankan untuk
memberikan pinjaman pada perusahaan.
Saatnya bagi Anda mempersiapkan
perusahaan untuk menghadapi skenario paceklik Dalam keterbatasan ini, perusahaan
sebaiknya berpaling ke dalam untuk mendapat likuiditas. Inilah saatnya bagi para
CFO, atau manajer keuangan untuk mengambil peran lebih besar.
Tugas sehari hari para manajer keuangan umumnya mencakup inisiatif perusahaan
untuk (i) menekan biaya modal (Cost of Capital), (ii) menjaga likuiditas dan mengelola
risiko antara lain risiko pasar, counterparty dan operasional. Mengingat terbatasnya
pembiayaan perbankan, menjaga likuiditas boleh jadi menjadi prioritas/fokus utama
para pimpinan puncak perusahaan .
Pengelolaan likuiditas itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
besarkecilnya transaksi/scale, jangkauan geografis bisnis, waktu/timing karena pengaruh
musiman dan/atau siklikal , serta unsur ketidak pastian yang berkaitan dengan scale
dan timing keluar masuknya dana perusahaan. Oleh karena itu, menjaga likuiditas
merupakan serangkaian proses atau perbaikan yang saling terkait. Mulai dari proses
yang “murni” Treasury seperti seperti antara lain penyederhanaan struktur rekening,
cash pooling sampai dengan perbaikan cash conversion cycle dengan antara lain
berbagai insiatif untuk mempercepat Day Sales Outstanding (DSO) yang berasal dari
pembayaran pelanggan dan memperpanjang (dalam batas tertentu) Day Payables
Outstandings kepada para pemasok. Intensitas perusahaan dalam melaksanakan hal
hal di atas juga bervariasi mulai dari perbaikan proses sampai dengan perubahan
organisasi dengan memusatkan kendali unit-unit yang terkait dengan collection dan
payment di atas ke satu divisi .
Pengelolaan likuiditas dan mitigasi risiko pada akhirnya akan berkaitan dengan
hubungan dengan bank dan kehandalan proses transaksi. Beberapa kriteria bank
yang wajib diperhatikan adalah kecukupan modal, jaringan cabang dan electronic
channel yang “fit” dengan karakteristik bisnis Anda. Tak lepas pula keahlian untuk
mengemas solusi produk mencakup cash management dan trade dipadu dengan
kemampuan IT yang memadai. Dalam hal ini, Anda tentunya setuju bahwa tidak
semua bank setara. Oleh karena itu, pilih mitra bank yang pas.
Ini merupakan pengantar dari serangkaian pembahasan mengenai Transaction Banking.
Setiap tulisan akan membahas lebih dalam per bagian inisiatif untuk mengoptimalkan
pengelolaan modal kerja Anda.
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Wholesale Product Management Group
Trade Finance Department
Plaza Mandiri lt. 24
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta 12190
Telp. (6221) 524 5184 & 524 5149, Faks. (6221) 527 5723
Download