aporan ekonomi dan keuangan mingguan

advertisement
L
APORAN EKONOMI DAN KEUANGAN MINGGUAN
BADAN KEBIJAKAN FISKAL
8—14 Februari 2016
“Fundamental ekonomi yang cukup baik membangkitkan optimisme
ekonomi Indonesia yang stabil di tengah ancaman risiko ketidakpastian
kondisi finansial dan perlambatan perekonomian global.”
12 Feb
‘16
Indikator
Change (%)
WoW
YoY
Ytd
T1 ---- Nilai Tukar/USD ---Euro
Yen
GBP
Real
Rubel
Rupiah
Rupee
Yuan
KRW
SGD
Ringgit
Baht
Peso
Perekonomian negara maju
Sumber: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNNMoney, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News, Bisnis Indonesia, Vibiznews.
The Fed masih membuka peluang untuk kenaikan FFR pada tahun 2016 secara
bertahap walaupun kondisi perekonomian global masih tidak menentu. Masih
berlanjutnya gejolak di pasar global disadari dapat mengancam rencana
kenaikan tersebut.
Perekonomian kawasan Eropa pada Q4-2015 tumbuh 0,3% (qoq) dan tumbuh
1,5% (yoy). Sementara itu, kegiatan industri pada Desember 2015
menunjukkan adanya penurunan aktivitas baik secara bulanan maupun
tahunan.
1,1256
113,25
1,4829
0,3081
0,01605
13490
68,235
6,5743
1211,54
1,398
4,164
35,59
44,42
(0,88)
0,98
1,98
3,81
2,85
0,98
(0,86)
0,00
(1,17)
0,73
(0,25)
(0,01)
(0,25)
1,29
4,92
10,92
27,59
41,32
(5,37)
(9,52)
(5,26)
(9,07)
(3,07)
(15,52)
(9,14)
0,53
(3,68)
6,06
(0,56)
16,00
(9,63)
2,46
(3,17)
(1,24)
(3,33)
1,01
3,01
1,26
(0,60)
(11,12)
(10,71)
(16,84)
(5,48)
(18,34)
(4,26)
4,97
(11,77)
(24,99)
(12,92)
(25,71)
(8,12)
(20,88)
(13,74)
(8,33)
(8,77)
(21,44)
(6,43)
(7,72)
(2,01)
(20,18)
2,64
(16,40)
(21,92)
(11,89)
(2,88)
(0,90)
(4,28)
T2 ---- Pasar Modal ---DJIA
S&P500
Nikkei
KOSPI
Brazil IBX
MICEX
SENSEX
JCI
Hangseng
Shanghai
STI
FBMKLCI
SET
PCOMP
Perekonomian negara berkembang
Bank sentral Tiongkok menyatakan bahwa tidak ada lagi alasan mendasar
bagi berlanjutnya devaluasi Yuan karena posisi balance of payments dan
capital outflow yang masih terkontrol serta nilai tukar terhadap basket currency
yang relatif stabil. Sebagaimana diketahui, posisi cadangan devisa Tiongkok
bulan Januari 2016 yang mencatatkan level terendah sejak 2012 menunjukkan
adanya upaya bank sentral untuk melakukan intervensi dalam menopang nilai
tukarnya.
Perkembangan politik antara Rusia dengan negara sekutu semakin memanas.
PM Rusia menyampaikan pengumuman perang dingin dengan AS dan
sekutunya. Hal ini didorong oleh sikap AS dan sekutunya yang memojokkan
Rusia terkait keterlibatan Rusia dalam konflik Ukraina dan perang saudara di
Suriah.
15.973,84
1.864,78
14.952,61
1.835,28
16.732,88
1.726,04
20.882,89
4.714,393
18.319,58
2.763,492
2.539,95
1.643,74
1.276,49
6.654,45
(1,43)
(0,81)
(11,10)
(4,30)
(1,90)
(3,06)
1,34
(1,76)
(5,02)
0,00
(3,17)
(1,13)
(2,28)
(1,64)
T3 ---- Surat Berharga Negara ---Yield FR56
Kep, Asing*
7,93
39,32
21 bps
48 bps
N/A
87 bps
79 bps
111
bps
(50.99)
15.04
1.31
(30.60)
(46.82)
(13.42)
8.33
16.7
(5.84)
(8.05)
T4 ---- Komoditas ----
Perekonomian nasional
Oil
CPO
Gold
Coal
Nickel
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Q4-2015 mengalami surplus
sebesar US$5,1 miliar, setelah pada kuartal sebelumnya mengalami defisit
US$4,6 miliar. Surplus NPI ditopang oleh surplus pada transaksi modal dan
finansial yang tercatat sebesar US$9,5 miliar melebihi besaran defisit dari
transaksi berjalan yang sebesar US$5,1 miliar (2,39% PDB).
30,28
2.639,00
1.093,00
43,55
7.820,00
(2.06)
8.38
5.50
(1.36)
(4.17)
T5 ---- Rilis Data Minggu ini ---PDB
Bank Indonesia, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah menyepakati
sepuluh rekomendasi dan kesepakatan untuk stabilisasi harga dan
pengembangan ekonomi daerah.
Jerman
Jepang
AS
Q4 : 0,3
Q4 : (0,4)
Jan : 0,2
Q3 : 0,3
Q3 : 0,3
Des : 0,2
Penjualan
Ritel
*) Data kepemilikan asing per ( 15 Januari 2016 )
Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X yang difokuskan
pada revisi daftar negatif investasi (DNI). Sebelumnya, DNI diatur dalam
Perpres No. 34 Tahun 2014.
Perkembangan komoditas global
Perkembangan harga minyak global pekan ini sangat fluktuatif. Setelah
sempat menyentuh level terendah sejak 2003, pada akhir pekan harga minyak
menguat di atas sepuluh persen walaupun masih berada di bawah tiga puluh
US dollar per barrel. Lonjakan harga minyak tersebut dipicu oleh isu bahwa
OPEC akan bekerja sama dengan produsen lain di luar OPEC untuk
memangkas produksi. Isu lain yang mendorong kenaikan harga minyak mentah
adalah penurunan kegiatan pengeboran minyak mentah AS.
Harga nikel yang sempat menyentuh level terendah dalam tiga belas tahun
belakangan akibat tekanan perlambatan ekonomi Tiongkok, pada penutupan
pekan ini mengalami rebound dari level terendah sejalan pernyataan Yellen
yang memberikan sinyal penundaan kenaikan suku bunga. Oleh karena itu,
tetap rendahnya suku bunga acuan the Fed diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi sehingga meningkatkan permintanan terhadap
Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Kepala Pusat
Kebijakan Ekonomi Makro
Penyusun: Syaifullah, Ronald Yusuf, Munafsin Al Arif, Alfan Mansur, Haryadi,
Priska Amalia, Nurul Fatimah
Kontributor: Syahrir Ika, Suparman Zen Kemu, Dalyono, Ahmad Ali Rifan,
Taufan, Bramantyo, Innes, Dhoni, Rizki
Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul
terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.
Laporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan
2
komoditas.
Harga emas masih melanjutkan tren penguatan, bahkan sempat mencatatkan level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Namun
demikian, di akhir pekan harga emas mengalami tekanan dipicu oleh aksi ambil untung investor. Lebih lanjut, naiknya indeks dolar
AS dikhawatirkan akan memberikan tekanan lanjutan pada permintaan terhadap emas mengingat penguatan dolar AS akan
menyebabkan harga emas menjadi lebih mahal bagi investor global.
Komoditas utama seperti nikel, batubara, dan minyak mentah masih mengalami pelemahan mingguan sementar emas melanjutkan
tren penguatan sejak pertengahan Januari lalu. Sementara itu, komoditas pertanian masih menunjukkan tren sideway pada pekan
ini.
Perkembangan sektor keuangan
Sebagian indeks regional dan global mengalami pelemahan mingguan kecuali indeks S&P500 yang menguat 0,81% dan
Sensex1,34% (lihat T2). Pelemahan terdalam dicatatkan oleh Nikkei yang melemah 11,1% didorong oleh kebijakan negative interest
rate BoJ. IHSG mengalami pelemahan mingguan sejalan dengan penurunan volume transaksi dan posisi net sell oleh investor non
residen. Namun demikian sejak awal tahun, secara umum, asing masih tercatat surplus. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh
sentimen negatif dari indeks Wall Street yang tertekan oleh penurunan harga minyak global.
Nilai tukar rupiah masih melanjutkan tren penguatan bersamaan dengan menguatnya yen, poundsterling, rubel, dan dolar
Singapura. Pekan ini rupiah ditutup menguat dibanding pekan sebelumnya (lihat T1). Tekanan terhadap nilai tukar rupiah mengalami
fluktuasi, tercermin dari spread antara nilai spot dengan non deliverable yang fluktuatif.
3
Laporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan
3
ISU UTAMA 1: Paket Kebijakan X: Relaksasi Investasi yang Melindungi UMKMK





Paket kebijakan kesepuluh berfokus pada Daftar Negatif Investasi (DNI).
Sebanyak 35 bidang usaha dikeluarkan dari DNI.
Reklasifikasi bidang usaha untuk meningkatkan perlindungan UMKMK.
Berbagai pihak seperti Gubernur BI dan Presiden ADB menyambut baik diluncurkannya Paket Kebijakan kesepuluh ini.
Masih banyak PR yang harus diselesaikan untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia.
Fokus pada PAKET KEBIJAKAN KESEPULUH
Pemerintah terus melanjutkan upaya untuk mendorong perekonomian nasional di tengah masih berlanjutnya tekanan akibat dari
kelesuan perekonomian global. Upaya terbaru adalah dengan meluncurkan paket kebijakan kesepuluh pada tanggal 11 Februari
2016. Fokus pada paket ini adalah merevisi Perpres 39/2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha
Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal atau yang sering disebut dengan Daftar Negatif Investasi (DNI).
Secara umum, paket kebijakan ini memberikan kelonggaran berinvestasi bagi penanam modal asing namun di sisi yang lain juga
meningkatkan perlindungan bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK).
Revisi 35 bidang usaha
Dalam revisi DNI ini, terdapat 35 bidang usaha yang dikeluarkan dari DNI, diantaranya adalah pariwisata, industri perfilman,
bahan baku obat, dan pengusahaan jalan tol. Lebih lanjut, pemerintah juga membuka 20 bidang usaha untuk asing dengan
besaran kepemilikan tertentu dari yang sebelumnya 100% harus dimiliki local, diantaranya adalah jasa pelayanan penunjang
kesehatan (67%), angkutan orang dengan moda darat (49%), dan industri perfilman, termasuk peredaran film (100%).
Reklasifikasi bidang usaha
Untuk meningkatkan perlindungan terhadap UMKMK, pemerintah akan mereklasifikasi bidang usaha sehingga menjadi lebih
sederhana. Jenis/bidang usaha yang semula terdiri dari 139 bidang usaha, direklasifikasi menjadi hanya 92 jenis usaha. Upaya
ini dilakukan untuk memperluas kegiatan UMKMK. Selain itu, paket kebijakan ini juga menambah bidang usaha untuk program
kemitraan antara PMDN atau PMA dengan UMKMK dari yang semula hanya 48 bidang usaha menjadi 110 bidang usaha.
Respon positif berbagai pihak
Respon positif atas paket kebijakan pemerintah terbaru ini diberikan oleh Gubernur Bank Indonesia yang meyakini bahwa
kebijakan ini dapat membuka peluang investasi yang semakin besar. Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Asian
Development Bank, Takehiko Nakao, yang menyatakan bahwa kebijakan ini melengkapi berbagai reformasi kebijakan yang
telah dilakukan oleh Pemerintah sebelumnya, seperti pengurangan subsidi BBM, peningkatan belanja infrastruktur dan layanan
sosial, percepatan pelaksanaan proyek dan pengurusan izin usaha yang lebih cepat.
PR besar masih menanti
Ditengah harapan positif terhadap paket kebijakan pemerintah terbaru ini, pemerintah masih perlu menyelesaikan berbagai
persoalan yang terjadi di lapangan seperti yang disampaikan dalam survey terbaru Bank Dunia tentang kemudahan berbisnis
(ease of doing business), antara lain birokrasi yang panjang, pungutan liar, dan kurangnya koordinasi antar instansi terkait.
Meskipun dalam survei tersebut, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indonesia mengalami kenaikan peringkat dari 120
menjadi 109 (dari 189 negara), namun bila dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, peringkat
Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini menjadi persoalan penting dalam menghadapi persaingan pada era Masyarakat
Ekonomi Asia (MEA) sehingga Indonesia dapat mengambil manfaat besar bukan sebaliknya hanya menjadi pasar bagi produkproduk negara tetangga.
Laporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan
4
ISU UTAMA 2: Optimisme Ekonomi Indonesia di Tengah Volatilitas Kondisi Finansial dan Perlambatan
Perekonomian Global






Skenario “double track growth” telah berakhir.
Longggarnya kebijakan moneter negara maju merupakan pemicu aliran modal masuk ke negara berkembang.
“Great divergence” *) pada kebijakan moneter negara maju.
Potensi kerentanan kondisi finansial negara berkembang meningkat.
Pelajaran dari krisis Meksiko 1994.
Fundamental perekonomian dan kondisi finansial domestik masih cukup baik.
Berakhirnya skenario “double track growth”
Seiring lambatnya pertumbuhan ekonomi negara maju sejak krisis keuangan global 2008, pertumbuhan ekonomi global tertolong
oleh akselerasi perekonomian negara berkembang, terutama Tiongkok. Saat ini dan mungkin beberapa tahun ke depan ceritanya
akan berbeda. Kembali dipimpin oleh Tiongkok, perekonomian negara berkembang mengalami perlambatan sejak tahun lalu
dan masih akan berlanjut. Hal ini menyebabkan perekonomian global masih akan dalam kondisi tertekan di tahun ini dan mungkin
dalam beberapa tahun mendatang.
Faktor pemicu aliran modal masuk ke negara berkembang
Longgarnya kebijakan moneter di negara maju termasuk program Quantitative Easing (QE) di AS, Eropa dan Jepang merupakan
faktor pemicu besarnya aliran modal masuk ke negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini kemudian mendorong
meningkatnya likuiditas dan rendahnya borrowing cost di negara berkembang yang pada akhirnya mendorong peningkatan
kredit dan pertumbuhan ekonomi.
“Great divergence” pada kebijakan moneter negara maju
Mayoritas negara maju melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya sebagai respon atas perlambatan perekonomian global
dengan suku bunga di Jepang dan beberapa negara di kawasan Eropa telah memasuki teritori negatif. Sebaliknya, the Fed
telah menaikkan suku bunganya pada Desember lalu dan masih membuka peluang untuk kenaikan lebih lanjut secara gradual.
Pada pekan lalu, Gubernur the Fed, Yellen, mengatakan bahwa kemungkinan untuk pelonggaran kebijakan moneter AS sangat
kecil. Sebaliknya, the Fed masih berkeyakinan bahwa suku bunga the Fed bisa naik secara gradual mengingat 2 hal yang menjadi
mandat the Fed mununjukkan perkembangan sesuai harapan. Tingkat pengangguran dan initial jobless claim AS kembali menurun.
Sementara ekspektasi inflasi inti AS juga bergerak menuju target 2%. Pernyataan Yellen tersebut telah menjadi sentimen negatif
bagi pelaku pasar, dimana bursa saham AS sempat mengalami pelemahan yang cukup dalam pada pertengahan pekan lalu.
Kerentanan kondisi finansial negara berkembang
Memasuki tahun 2016, ketidakpastian dan risiko yang dihadapi sektor finansial negara berkembang meningkat. Selama 2015
sendiri, negara berkembang mengalami aliran modal keluar secara net sebesar USD735 miliar, yang merupakan aliran net
negatif yang pertama kali sejak 1988. Menurut Institute of International Finance (IIF), dari jumlah tersebut, sebanyak USD700
miliar merupakan jumlah aliran modal keluar hanya dari Tiongkok. Untuk Indonesia, meskipun dampak secara lebih riil belum
terlihat, satu hal yang patut diwaspadai adalah dampak penularan melalui market confidence index.
Pelajaran dari krisis Meksiko 1994
Defisit transaksi berjalan Meksiko di tahun 1994 tercatat sangat besar yang mencapai 8% PDB. Umumnya, negara berkembang
yang bisa menarik modal dari luar negeri akan mempunyai neraca transaksi berjalan yang defisit yang akan dibiayai oleh
masuknya modal dari luar negeri tersebut. Permasalahan Meksiko adalah bahwa kebanyakan modal yang masuk ke Meksiko
bersifat spekulatif atau jangka pendek, bukan investasi yang bersifat jangka panjang. Ketidakmampuan pemerintah Meksiko
menjaga nilai tukar Peso dan ketidakpastian situasi politik di tahun 1994 telah membuat modal tersebut kembali mengalir keluar.
Ketahanan ekonomi dan kondisi finansial di dalam negeri
Rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB Indonesia mengalami penurunan sejak 2013, tetapi menunjukkan tren peningkatan
pada akhir 2015 dari 1.94% pada Q3 menjadi 2.39% pada Q4. Rupiah terhadap USD ditutup pada level Rp13,490 per USD
pada pekan lalu atau menguat 2.21% secara ytd. IHSG menguat 2.64% secara ytd dengan investor asing mencatatkan net buy
secara ytd sebesar Rp1.52T (sampai dengan 12/02/16). Di pasar SBN, kepemilikan asing atas SBN mengalami kenaikan sebesar
Rp30.28T secara ytd sehingga menjadi 39.37% secara total. Mayoritas investor asing di pasar SBN merupakan investor jangka
panjang dengan 39% di SBN dengan tenor >5-10 tahun dan 44% di SBN dengan tenor >10 tahun. Dengan fundamental ekonomi
yang cukup baik tersebut, ekonomi Indonesia termasuk sektor finansial diyakini akan tetap stabil di tengah ancaman risiko
ketidakpastian kondisi global. Akselerasi belanja infrastruktur, realisasi paket-paket kebijakan ekonomi pemerintah, dan situasi
politik yang kondusif akan semakin memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia.
*) Iwan
Jaya Aziz
Download