UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN)

advertisement
UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN) COLIFORM DAN KANDUNGAN Escherichia coli PADA AIR
MINUMAN DI KANTIN X CIMAHI
Intan Kurnia.,Amd.AK
ABSTRAK
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi. Air yang bersih dapat
digunakan
sebagai
air
minum
dengan
beberapa
persyaratan
berdasarkan
Permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang standar Air Minum berdasarkan SNI 7388 tahun 2009 tentang batas
maksimum cemaran mikroba dalam makanan dan minuman. Jarak sumber air di kantin X Cimahi dengan
septictank adalah 7 meter, sedangkan jarak sumber air dengan sungai adalah 6,8 meter. Berdasarkan SNI 032453-2002 tentang tata cara sumur resapan bahwa jarak minimal sumber air dengan sumber kontaminasi
adalah 10 meter. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Stikes Jenderal Achmad Yani pada
Bulan Februari sampai dengan Maret 2015. Metode deskriptif digunakan pada 6 jenis sampel minuman. Hasil
penelitian menunjukan nilai MPN dari 6 sampel minuman tidak memenuhi persyaratan dengan nilai MPN
>2400/100 mL untuk sampel 1-5, dan 1100/100 mL untuk sampel 6. Hasil uji biokimia IMViC menunjukan
bahwa 3 sampel adalah Escherichia coli dan 3 sampel lainnya adalah Citrobacter sp, dan Providencia sp. Dari
hasil penelitian menunjukan 6 sampel yang di uji, tidak memenuhi persyaratan Permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990 dan SNI No 7388 tahun 2009 dan 3 sampel dinyatakan mengandung bakteri E.
coli.
Kata Kunci : Air minum, Coliform, Escherichia coli, MPN, IMViC.
Kepustakaan : 49, 1993-2010
PENDAHULUAN
dan tanah. Air yang mengandung golongan Coliform
Air merupakan senyawa kimia yang sangat
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran
penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi, manusia.
Dengan
demikian
pemeriksaan
karena air digunakan dalam kehidupan sehari-hari. bakteriologik, tidak dilakukan secara langsung
Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan
apakah bakteri tersebut mengandung bakteri patogen
adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang
tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan
baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Coliform.
Air bersih yang digunakan sebagai sumber air
Mengingat air dapat berfungsi sebagai media
minum memiliki beberapa persyaratan, berdasarkan penularan penyakit, maka untuk mengurangi
Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
timbulnya penyakit atau menurunkan angka kematian
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dapat
salah satu upaya yang harus dilakukan adalah
ditinjau dari persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi, dan
meningkatkan penggunaan air minum yang
radioaktif. Untuk persyaratan mikrobiologi air bersih
memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas. Salah
total Coliform 0/100 mL dan untuk air minum total satu tempat yang dapat diuji kualitas air minum
Coliform 0/100 mL.
adalah kantin.
Beberapa sumber air dapat terkontaminasi oleh
Kantin merupakan tempat menjajakan aneka
bakteri patogen yang dapat menyebabkan gangguan
jenis minuman yang relatif murah dan terjangkau
kesehatan. Hal ini karena jarak sumber air dengan
bagi mahasiswa. Jenis minuman yang dijual
sumber pencemar (septictank), sungai yang
beraneka ragam, dari minuman jus sampai air putih.
terkontaminasi oleh limbah, dan tempat pembuangan Standar SNI 7388 tahun 2009 tentang batas
sampah sangat dekat. Berdasarkan Peraturan
maksimum cemaran mikroba dalam pangan telah
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
ditetapkan untuk menjaga terjadinya penyakit yang
2011 tentang sungai bahwa jarak sungai dengan
ditimbukan dari makanan dan minuman. Kasus diare
sumber air minimal 10 meter.
yang terjadi di kantin dengan tingkat hygiene yang
Bakteri golongan Coliform digunakan sebagai rendah sering terjadi terutama air minum yang
indikator dari adanya pencemaran air minum, bakteri dikonsumsi telah tercemar oleh mikroorganisme yang
golongan Coliform ini berasal dari usus besar (feses)
dapat tertular melalui air minum misalnya bakteri
golongan Coli.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Yunaenah
(2009:23) kontaminasi Escherichia coli pada
makanan dan minuman yang dijual di kantin di
wilayah Jakarta pusat sekitar 56,92% pada makanan
dan 61,54%. Kejadian diare yang terjadi akibat
makanan dan minuman yang tercemar semakin
banyak, mahasiswa dan pegawai banyak yang
mengeluhkan
gangguan
kesehatan
akibat
mengkonsumsi makanan dan minuman di kantin.
Jarak sumber air yang digunakan di kantin dengan
septictank sangat mempengaruhi pencemaran dari
sumber air yang digunakan. Jarak sumber air di
kantin X Cimahi dengan septictank adalah 7 meter,
sedangkan jarak sumber air dengan sungai adalah
6,8 meter.
Salah satu perameter uji kelayakan air minum
secara mikrobiologi menggunakan Most Probable
Number (MPN). MPN merupakan suatu metode yang
digunakan untuk melakukan pemeriksaan kualitatif
dari pertumbuhan mikroorganisme golongan Coliform
dalam medium cair yang spesifik.
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dilakukan uji MPN dan identifikasi Escherichia coli
pada minuman yang dijual di kantin X Cimahi. Hal ini
untuk mengetahui kualitas mikrobiologi air minum
bedasarkan
Permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990 untuk air putih dan
standar SNI 7388 tahun 2009 tentang batas
maksimum cemaran mikroba dalam pangan untuk
sampel susu, kopi, jus mangga dan air teh.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
bersifat deskriptif, dimana pada penelitian ini
dilakukan pemeriksaan terhadap sampel air minum
dengan melalui beberapa tahapan, diantaranya
persiapan alat dan bahan, melakukan sterilisasi
peralatan, pembuatan media agar, pembutaan laruta
uji, pengambilan sampel secara aseptis, uji
pendugaan, uji konfirmasi, dan uji pelengkap. Pada
penelitian yang telah dilakukan, sampel yang
digunakan untuk penelitian berdasarkan sampel
acak/random. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan beberapa data
berdasarkan pengumpulan dari literatur, baik dari
sumber buku maupun dari internet, pengambilan data
dari observasi dan analisa laboratorium.
Hasil Penelitian
Tabel 1 Hasil MPN pada Media LB
No.
Sampel
10
mL
1
mL
0,1
mL
Jumlah
1
2
3
4
5
6
Kontrol
+++
+++
+++
+++
+++
+++
---
+++
+++
+++
+++
+++
+++
---
+++
+++
+++
+++
+++
++---
3-3-3
3-3-3
3-3-3
3-3-3
3-3-3
3-3-2
0-0-0
Nilai
(MPN/100
mL)
>2.400
>2.400
>2.400
>2.400
>2.400
1.100
<3
Kesesuaian
Perme
SNI
nkes
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Dari tabel 1 diatas bahwa semua sampel
menunjukan adanya pertumbuhan mikroorganisme
yang dapat memfermentasi laktosa kecuali sampel 6
pada volume 0,1 mL pada salah satu tabung
menunjukkan hasil negatif.
Tabel 2 Hasil MPN pada Media BGLB
No.
Sampel
10
mL
1
mL
0,1
mL
Jumla
h
1
+++
+++
+++
3-3-3
Nilai
(MPN/10
0mL)
>2.400
2
+++
+++
+++
3-3-3
>2.400
3
+++
+++
+++
3-3-3
>2.400
4
+++
+++
+++
3-3-3
>2.400
5
+++
+++
+++
3-3-3
>2.400
6
+++
+++
++-
3-3-2
1.100
Kontrol
---
---
---
0-0-0
<3
Kesesuaian
Permen
SNI
kes
Tidak
Tida
k
Tida
k
Tida
k
Tida
k
Tida
k
Dari tabel 2 hasil uji pada media BGLB
semua sampel memiliki nilai MPN yang tinggi yaitu
sampel 1-5 >2.400/100 mL, dan sampel 6 1100/100
mL. hasil uji dibandingkan dengan standar SNI 7388
tahun 2009 sampel 2-6, dan Permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990 untuk sampel 1. Dari
hasil tersebut bahwa dapat dikatakan semua sampel
tidak memenuhi persyaratan.
Tabel 3 Hasil Makroskopis pada Media EMB
No.
Sampel
Bentuk
1
Bulat
2
Bulat
3
Bulat
4
Bulat
5
Bulat
6
Bulat
Hasil Makroskopis pada Media EMB
Ukuran
Pinggira
Elevasi
Warna
(mm)
n
Merah0,2-0,3
Rata
Cembung
Ungu
Merah-Hijau
0,2-0,3
Rata
Cembung
Metalik
Merah-Hijau
0,2-0,3
Rata
Cembung
Metalik
Merah-Hijau
0,2-0,3
Rata
Cembung
Metalik
Merah0,2-0,3
Rata
Cembung
Ungu
Merah-Hijau
0,2-0,3
Rata
Cembung
Metalik
Bakteri
Dugaan
Coliform
Lainnya
E. coli
E. coli
E. coli
Coliform
Lainnya
E. coli
Kontrol
Tidak terdapat pertumbuhan bakteri
Dari tabel 3 dapat dikatakan sampel 1 dan 5
terdapat pertumbuhan bakteri Colifom, sedangkan
sampel 2, 3, 4, dan 6 terdapat pertumbuhan bakteri
yang diduga E. coli dengan ciri khas adanya warna
hijau metalik pada permukaan media.
Tabel 4 Hasil Makroskopis pada Media MC
No.
Sampel
2
3
4
6
Kontrol
Bentuk
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Hasil Makroskopis Pada Media MC
Ukuran
Pinggiran
Elevasi
Warna
(mm)
0,1-0,2
Rata
Cembung
Pink
0,1-0,2
Rata
Cembung
Pink
0,1-0,2
Rata
Cembung
Pink
0,1-0,2
Rata
Cembung
Pink
Tidak terdapat pertumbuhan bakteri
Dari tabel 4 diatas dapat dikatakan bahwa
semua sampel memiliki ciri khas laktosa fermenter
yang merupakan ciri-ciri E. coli.
Tabel 5 Hasil Uji Biokimia IMViC
No.
Sampel
2
3
4
6
Kontrol
Indol
Positif
(+)
Positif
(+)
Positif
(+)
Positif
(+)
Negatif
(-)
Hasil uji biokimia IMViC
MR
VP
Positif
Negatif
(+)
(-)
Positif
Negatif
(+)
(-)
Positif
Negatif
(+)
(-)
Positif
Negatif
(+)
(-)
Negatif
Negatif
(-)
(-)
SC
Negatif
(-)
Positif
(+)
Negatif
(-)
Negatif
(-)
Negatif
(-)
Bakteri
Dugaan
E. coli
Coliform
Lainnya
E. coli
E. coli
Negatif (-)
Dari hasil uji biokimia IMViC tersebut
kemudian
dibandingkan
dengan
tabel
Key
Identificatioin Characteristies For The Most Common
Enterobacteriaceae, yang memiliki hasil uji biokimia
IMViC yang sama dengan sampel no 3 adalah
Citrobacter sp dan Providencia sp. Hasil uji sampel
no 2, 4, dan 6 yang diperiksa mengandung bakteri E.
coli.
Pembahasan
Dari hasil uji MPN Coliform dan kandungan
E. coli pada air minuman di kantin X Cimahi
didapatkan bahwa pada media LB semua sampel
terdapat pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan
adanya gas yang terperangkap pada tabung durham.
Setelah dibandingkan dengan tabel SNI 01-28971992 sampel 1-5 nilai memiliki nilai MPN >2.400/100
mL, sedangkan pada sampel 6 terdapat tabung
dengan hasil negatif pada volume 0,1 ml dengan nilai
MPN 1100/100 mL.
Untuk mengetahui apakah hasil positif pada
media LB dikarenakan adanya pertumbuhan dari
bakteri Coliform atau hasil positif yang ditimbulkan
akibat hasil fermentasi bakteri lainnya, maka
dilakukan uji pada media BGLB yang merupakan
media selektif bakteri Coliform. Hasil positif ditandai
dengan adanya asam dan gas yang terperangkap
pada tabung durham hasil fermentasi laktosa bakteri
Colifom yang tumbuh pada media BGLB. Pada
media BGLB sampel 1-5 terdapat pertumbuhan
bakteri, sedangkan pada sampel 6 salah satu tabung
Bakteri
Dugaan
menunjukan hasil negatif yaitu tabung 0,1 mL.
E.
coli
Sampel
1 memiliki nilai MPN >2.400/100 mL setelah
E. coli
dibandingkan
dengan
Permenkes
E. coli
E.
coli
No.416/MENKES/PER/IX/1990
untuk batas cemaran
mikroba pada sampel air minum yaitu 0/100 mL maka
sampel 1 tidak sesuai dengan Permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990.
Sampel 2 nilai MPN >2.400/100 mL, sampel
3 nilai MPN >2.400/100 mL, sampel 4 nilai MPN
>2.400/100 mL, sampel 5 nilai MPN >2.400/100 mL
dan sampel 6 nilai MPN 1100/100 mL setelah
dibandingkan dengan SNI 7388 tahun 2009 dengan
nilai MPN Coliform air susu 1000/100 mL, air kopi
<2/100 mL, jus mangga 2000/100 mL, dan air teh
<2/100 mL, sampel 2-6 tidak sesuai dengan
persyaratan SNI 7388 tahun 2009 tentang cemaran
maksimum mikroba dalam pangan.
Selanjutnya setelah dilakukan uji selektif
pada media BGLB hasil positif dilanjutkan dengan uji
pada media EMB untuk mengetahui bakteri E. coli,
koloni bakteri E. coli akan berwarna hijau metalik
atau hijau logam karena terdapat eosin dan methylen
blue pada media tersebut sebagai indikator adanya
perubahan pH yang diakibatkan dari hasil bakteri
yang memfermentasi laktosa sehingga bakteri yang
dapat mempermentasi laktosa yang tinggi maka akan
terwarnai ungu-hijau metalik. Media EMB dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,
bakteri dapat tumbuh pada media EMB adalah
bakteri Gram negatif .
Koloni hijau metalik selanjutnya ditanam ke
media MC untuk mendapatkan koloni murni dari
bakteri E. coli bakteri ini bersifat laktosa fermenter,
kandungan dalam media MC terdapat laktosa, garam
empedu, Kristal violet dan neutral red. Garam
empedu dan kristal violet sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif, dan membedakan
bakteri yang memfermentasi laktosa dan yang tidak.
Penguraian laktosa oleh bakteri akan menurunkan
pH media, hal ini mendorong penyerapan zat warna
oleh koloni, sehingga pada media MC koloni dari E.
coli akan berwarna merah muda-merah. Untuk
mengetahui bakteri yang tumbuh merupakan bakteri
E. coli maka dilakukan uji biokimia.
Uji biokimia IMViC dilakukan untuk menguji
bakteri E. coli , hasil yang didapatkan dari hasil
pengamatan pada tabel 5. Sampel 2, 4, dan 6 adalah
E. coli dengan hasil uji IMViC seperti pada tabel 5
sampel 3 berdasarkan hasil uji IMViC yang
dibandingkan dengan tabel Key Identification
Characteristies
For
The
Most
Common
Enterobacteriaceae, adalah Citrobacter sp dan
Providencia sp.
E. coli mempunyai enzim triptofanase yang
membentuk indol, asam piruvat dan amoniak dari
triptofan, untuk mengetahuinya dapat dilakukan uji
indol. Pada uji indol menunjukan reaksi positif
dengan ditandai terbentuknya lapisan berwarna
merah. Lapisan berwarna merah terbentuk setelah
ditambahkannya reagen kovac. E. coli pada uji MR
akan menghasilkan hasil positif karena E. coli mampu
memfermentasi glukosa dan menghasilkan banyak
asam laktat, asam suksinat dan CO2, H2, dan Etanol.
Hasil positif pada MR ditandai dengan terbentuk
warna merah pada media setelah ditambahkan
reagen KOH 40% dan alfha-nafhthol 5% pada media.
E. coli pada uji VP akan menghasilkan hasil
negatif karena E. coli tidak dapat membentuk 2,3
butanadiol dengan ditambahkan larutan α-naftol dan
KOH 40% tidak terbentuk warna merah. E. coli juga
tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon oleh karena itu pada uji sitrat hasilnya adalah
negatif.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa semua sampel tidak sesuai dengan standar
dan sampel telah tercemar oleh Coliform. Dari hasil
penelitian terdapat 3 sampel dengan hasil uji biokimia1.
E. coli yaitu sampel 2,4, dan 6. Terdapatnya E. coli
pada sampel air minuman dapat menjadi indikasi
adanya oranisme patogen lainnya, selain itu bakteri
E. coli juga dapat menjadi patogen yang2.
menyebabkan penyakit seperti infeksi kandung
kemih, diare, sepsis dan meningitis.
Sumber kontaminasi air minuman yang3.
dikonsumsi bisa berasal dari sumber air yang
dimasak tidak matang, bahan dan alat yang
terkontaminasi sumber air, dan es balok yang dibuat
kurang higienis. Keadaan tersebut menunjukan
kurangnya higienis serta sumber air yang harus
segera diperbaiki sesuai dengan standar SNI 032453-2002 tentang tata cara sumur resapan, bahwa
jarak sumur air minum dengan septictank berjarak 10
meter. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang sungai
bahwa jarak sungai dengan sumber air minimal 10
meter dengan kedalaman sungai 3 meter, jarak
sumber air minimal 15 meter dengan kedalaman 3-20
meter, dan jarak minimal 30 meter dengan
kedalaman sungai lebih dari 20 meter.
Jarak sumber air yang digunakan di kantin X
Cimahi berjarak 7 meter dari sumber air sumur galian
dengan septictank dan jarak sungai yang dengan
sumber air yang digunakan adalah 6,8 meter.
Berdasarkan hasil tersebut sumber air yang
digunakan tidak sesuai dengan standar. Diperlukan
adanya perbaikan dari sumber air yang digunakan
serta penanganan proses pengolahan air minuman
yang baik tidak menggunakan es atau air olahan
yang belum matang.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa 3 dari 6 sampel air minuman dari kantin X
Cimahi yang diperiksa mengandung bakteri E. coli,
dan semua sampel air minuman dari kantin X Cimahi
yang diperiksa nilai MPN tidak memenuhi
persyaratan standar SNI 7388 tahun 2009 tentang
batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan
dan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990
persyaratan
air
minum.
SARAN
Dengan melihat hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan maka penulis menyarankan :
Kepada pihak pembuat dan penyedia minuman untuk
lebih memperhatikan pengolahan air yang digunakan
untuk minuman dengan proses yang benar dan
higienis sehingga tidak merugikan pihak lainnya.
Kebersihan tempat pengolahan dan sumber air lebih
diperhatikan kembali, tidak mempergunakan bahan
yang tidak layak untuk proses pembuatan minuman.
Kepada pihak sekolah untuk membuatkan sumber air
yang baru bagi kantin yang sesuai standar atau
melakukan pengolahan dengan klorin 250 mg/L.
Kepada peneliti selanjutnya untuk dilakukan uji
biokimia lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Carson. (2001). Miniaturized Tests Forcomputer
Assisted Identification of Motile
Aeromonas Species With An
Improved Probabi Lity Matrix. Di
dalam
Journal
of
Applied
Microbiology. 90, 109-200.
Chandra,
B.
(2005).
Pengantar
Kesehatan
Lingkungan.
Jakarta
:
Buku
Kedokteran EGC
Elliot, dkk. (2002). Mikrobiologi kedokteran & Infeksi.
4. Yogyakarta : EGC
Ester, M. (2002). Mikrobiologi Terapan Untuk
Perawat. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Fardiaz, S. (2006). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta
: Kanisius
Jawets, dkk. (2001). Mikrobiologi Kedokteran .
Jakarta : Salemba Medika.
Jawets, Melnick.,& Adelberg’s. (2010). Medical
Mikrobiology. 26.USA : MCGrawHill Companies.
Kusnaedi, 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air
Minum.Bekasi : penebar swadya
Koneman, E.W., et al. (2006). Color Atlas and
Textbook
of
diagnostic
Mikrobiology, 6 th ed. Philadelphia :
J.B. Lippincott company
Lay, B. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium.
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Mara, D., & Nigel, H. (2003). Handbook of Water and
WasteWater
Microbiology
.
California : Academic press.
Mulia, R.M. (2005). Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nuria, M. (2009). Uji Kandungan Bakteri Escherichia
Coli Pada Air Minum Isi Ulang dari
Depot Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Rembang, 5 (1), 27 –
35.
Purwawijayanti. (2001). Sanitasi Hygiene dan
Keselamatan
Kerja
dalam
Pengolahan Makanan. Yogyakarta :
Kanisius
Slamet, J.S. (2002). Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Sutrisno,T., & Eni.S. (2004). Teknologi Penyediaan
Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta.
Volk,W.A.,dkk. (1993). Mikrobiologi Dasar. Jakarta :
Erlangga.
Yunaenah.(2009). Kontaminasi E.coli pada Makanan
Jajanan di Kantin Sekolah Dasar
Wilayah Jakarta Pusat.
Depok:Universitas Indonesia.
Download