BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusi yang dinamis
dan syarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam
arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Menurut John Dewey bahwa pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan
pertumbuhan. Pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan
manusia untuk menghantarkan anak manusia ke dunia perubahan.
Dalam UUSPN (pasal 1 UU RI No. 20 tahun 2003) dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran dalam proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Di lain pihak, selain kesiapan mental dan penguasaan materi yang akan diajarkan, guru
perlu membuat startegi atau pendekatan-pendekatan mengajar yang relevan agar tujuan
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Jika tujuan pembelajaran yang diinginkan sudah
dicapai oleh siswa, maka prestasi belajarpun akan mengarah pada peningkatan. Karena
strategi atau pendekatan yang digunakan untuk membelajarkan siswa sangat mempengaruhi
pemahaman siswa akan materi yang akan diajarkan.
Salah satu metode pembelajaran yang sampai sekarang ini masih mendominasi adalah
metode ceramah yang masih diterapkan oleh guru-guru yang lahir dari kurikulum lama.
Kelemahan dari metode ceramah adalah siswa hanya menjadi pendengar setia sehingga
menyebabkan situasi yang kurang produktif. Sangat tidak relevan jika guru masih
menerapkan metode ceramah sebagai pilihan utama dalam proses pembelajaran. Karena
pendidikan sains sendiri menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar mampu memahami dan menjelajahi alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Depdiknas 2003). Hal ini berarti guru tidak lagi menjadi penguasa kelas tetapi hanya
sebagai pembimbing dan fasilitator, selanjutnya yang berperan aktif adalah siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi Larutan Elektrolit dan Konsep
Redoks. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab, ceramah, pemberian tugas dan
praktikum.
Sebagai
motivator
dan
fasilitator
tentunya
pendidik
harus
mampu
membangkitkan semangat belajar siswa, menciptakan suasana yang dapat menarik perhatian
siswa dalam kegiatan pembelajaran, memberikan arahan dan motivasi agar siswa merasa
senang dan memiliki rasa ingin tahu serta yakin akan kemampuan dirinya.
Dalam sebuah proses pembelajaran, pembelajaran bukan semata-mata proses
penyampaian sesuatu materi kepada siswa namun bagaimana materi yang disampaikan dapat
dimengerti oleh siswa. Selain itu, dalam menerapkan strategi yang tepat, maka pendidik
harus menguasai teknik-teknik penyajian dan beragam cara mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran atau pendekatan yang sesuai sehingga membuat siswa termotivasi
untuk sering dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian prestasi belajar siswa dapat
ditingkatkan (Sumantri, 1999:49).
Kegiatan pembelajaran perlu adanya dorongan atau motivasi, baik motivasi dari dalam
diri maupun motivasi dari luar diri siswa, sebagai seorang pendidik hendaknya memberikan
motivasi yang positif karena motivasi yang baik dan positif akan sangat berpengaruh pada
hasil belajar siswa. Semakin baik motivasi yang diberikan kepada siswa maka hasil
belajarnya akan semakin baik, begitu juga sebaliknya motivasi yang buruk akan
mengakibatkan menurunnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba menampilkan sebuah pendekatan yang
lebih memberdayakan siswa. Pendekatan ini tidak hanya mengharuskan siswa menghafal
fakta-fakta yang ada tetapi sebuah pendekatan yang mendorong siswa untuk mengonstruksi
pengetahuan dibenak mereka sendiri.Pendekatan Pembelajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai adalah Pendekatan Kontekstual (CTL). Pendekatan Kontekstual
(CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2008: 17).
Pendekatan kontekstual (CTL) sangat cocok diterapkan berkaitan dengan materi pokok
Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks, karena materi pokok ini sangat sesuai dengan
konteks dunia nyata kita, dalam kehidupan sehari-hari sering dan bahkan kita lakukan dan
alami seperti proses perkaratan besi pada tiang-tiang listrik, seng pada atap rumah, minyak
goreng menjadi tengik dan proses pembakaran yang
merupakan contoh dari redoks
sedangkan contoh larutan elektrolit dan nonelektrolit seperti listrik di rumah dapat menyala
karena ion-ionnya dapat terurai sehingga dapat menghantarkan listrik.
Pendekatan Kontekstual (CTL) ini akan peneliti terapkan di SMA Negeri 1 Amarasi
dengan mengambil materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks. Peneliti tertarik
untuk memilih lokasi ini karena berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi dari guru
kimia bahwa kurikulum yang digunakan adalah KTSP namun suasana kelas masih
didominasi dengan metode ceramah, walaupun semua model pembelajaran sudah digunakan
namun siswa tetap merasa tidak termotivasi untuk belajar kimia, sehingga yang digunakan
hanya model yang sama dari dulu hingga sekarang dengan berpatokan pada metode
ceramah. Peneliti juga tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan motivasi dalam
pendekatan kontekstual (CTL) pada kelas X SMA Negeri 1 Amarasi karena berdasarkan
hasil observasi yang diperoleh dari guru kimia bahwa motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran kimia masih rendah. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata
pelajaran kimia yang diindikasikan dengan perolehan nilai yang sangan rendah.
Berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan, peneliti juga memperoleh
informasi kepasifan dalam belajar sebagian besar disebabkan oleh anggapan bahwa mata
pelajaran adaptif, dalam hal ini termasuk mata pelajaran kimia, hanya menjadi prasyarat.
Dampaknya terlihat pada nilai prestasi belajar kimia pada pokok bahasan Larutan
Elektrolit dan Konsep Redoks 3 tahun berturut-turut yaitu tahun pelajaran 2010/2011 dari
120 siswa kelas X, 50 siswa atau 41% mencapai KKM, tahun pelajaran 2011/2012 dari 123
siswa kelas X, 65 siswa atau 42% mencapai KKM dan tahun pelajaran 2012/2013 dari 133
siswa kelas X, 56 siswa atau hanya 42,10% dari keseluruhan siswa dengan nilai sudah
mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) yaitu 75%.
Ditandai dengan permasalahan yang lain, yaitu keaktifan siswa menjadi rendah,
terlihat malas untuk membaca buku pelajaran dan mencatat penjelasan guru, merasa jenuh,
kurang antusias ketika kegiatan belajar mengajar serta respon rendah terhadap pertanyaan
dan penjelasan guru, kerja sama dalam kelompok kurang optimal, dan kegiatan belajar
mengajar tidak efisien.
Dari hasil perbincangan dengan guru-guru di SMA Negeri 1 Amarasi sekitar 38 guru
yang mengajar pada SMA tersebut beberapa guru (guru matematika, guru fisika, guru
biologi, kimia 2 orang, guru antropologi, guru geografi, guru bahasa Indonesia, guru
ekonomi, guru sejarah, guru penjaskes 2 orang dan guru kesenian) mengatakan bahwa siswa
kurang aktif dalam mengikuti pelajaran didalam kelas diakibatkan kurang adanya sarana dan
prasarana yang mendukung dan kurang adanya ketertiban dalam mengikuti pelajaran
menjadikan siswa malas untuk belajar karena beranggapan bahwa pelajaran kimia hanya
syarat untuk lulus, dengan demikian anggapan tersebut menjadikan siswa malas untuk
berusaha dalam belajar.
Berdasarkan hasil observasi, SMA Negeri 1 Amarasi memiliki enam rombongan
belajar pada kelas X tahun pelajaran 2013/2014 dengan kondisi siswanya heterogen laki-laki
dan perempuan, dari lingkungan keluarga (kaya dan miskin) dan perilaku yang berbeda-beda
membuat siswa lebih bersifat individualis dan tidak ada rasa ingin tahu antara satu dengan
yang lainnya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi proses pembelajaran apabila tidak
segera diatasi, sehingga perlu dibentuk kelompok-kelompok kecil dari latar belakang yang
berbeda, dengan harapan agar setiap siswa dalam kelompoknya bisa saling kerjasama.
Berdasarkan masalah yang digambarkan dalam latar belakang maka peneliti
mengambil judul : “Pengaruh Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan
Pendekatan Kontekstual (CTL) Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks Pada
Siswa Kelas XB Semester genap SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan judul penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Efektifitas Pembelajaran dalam penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL)
pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep redoks Kelas XB SMA Negeri 1
Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014?
Secara spesifik, masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kimia dalam penerapan
pendekatan kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
pada siswa kelas XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014?
b. Bagaimana ketuntasan Indikator Hasil Belajar pada mata pelajaran kimia dalam
penerapan pendekatan Kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep
Redoks pada Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 AmarasiTahun Pelajaran 2013/2014?
c. Bagaimana Hasil Belajar kimia siswa dalam penerapan pendekatan Kontekstual (CTL)
materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks pada siswa kelas XB SMA Negeri
1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014?
d. Bagaimana Motivasi siswa pada kegiatan dalam Penerapan pendekatan kontekstual
(CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks pada Siswa Kelas XBSMA
Negeri 1 Amarasi tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Adakah hubungan motivasi terhadap hasil belajar siswa dalam penerapan pendekatan
Kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks pada siswa kelas
XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014?
3. Adakah pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa dalampenerapan Pendekatan
Kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks pada siswa kelas
XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Efektifitas pembelajaran dalam penerapan Pendekatan Kontekstual
(CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep redoks Kelas XB SMA Negeri 1
Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014.
Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kimia dalam
penerapan pendekatan kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep
Redoks pada siswa kelas XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014.
b. Untuk mengetahui ketuntasan Indikator Hasil Belajar dalam penerapan pendekatan
kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks pada siswa
kelas XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014.
c. Untuk mengetahui Hasil Belajar kimia dalam penerapan pendekatan kontekstual
(CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks pada siswa kelas XB SMA
Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014.
d. Untuk mengetahui Motivasi siswa pada kegiatan Pembelajaran dalam penerapan
pendekatan kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
pada Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan motivasi terhadap hasil belajar siswa dalam
penerapan pendekatan kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep
Redoks pada Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa dalam
penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep
Redoks pada Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Amarasi Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai kesempatan bagi peneliti untuk memperluas wawasan tentang pendekatan
kontekstual (CTL).
2. Sebagai bahan refleksi bagi guru kimia terutama dengan menerapkan pendekatan
Kontekstual (CTL).
3. Sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia siswa kelas X
SMA Negeri 1 Amarasi.
E. Batasan Penelitian
Adapun penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA Negeri 1 Amarasi
2. Perlakuan kurang dari satu semester yakni hanya 3 kali pertemuan pada semester genap
tahun ajaran 2013/2014 materi pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks.
3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan Kontekstual.
F. Batasan Istilah
1. Pengaruh
Pengaruh adalah efek atau akibat yang diberikan variabel bebas kepada variabel tak bebas
(Sudjana, 2000 : 13).
2. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan seorang individu untuk melakukan suatu
tingkah laku atau tindakan (Dimyati dan Mudjiono, 2009).
3. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual adalah pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sehari-hari (Retno Dwi Suyanti, 2010 : 125).
4. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Jihad
& Haris, 2012 : 14).
Download