B. LANDASAN TEORI 1. Kajian Teori a. Penalaran dan Hasil Belajar Matematika 1) Hakekat matematika Matematika merupakan ilmu tentang bilangan – bilangan tetapi pada kenyaatnya cakupan matematika lebih luas .Metematika tidak hanya mempelajari tentang bilangan saja , tetapi juga mempelajari tentang ruang ,bidang dan metodologi untuk memperoleh kesimpulan Menurut Romberg, matematika memiliki tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan matematika? Ketiga, matematika dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual (Jackson, 1992: 750). Dari beberapa pendapat ahli yang di temukan penulis maka matematika dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mempunyai ide – ide dan hubungan – hubunga sevara structural sedang fungsinya sebagai cara mempermudah berfikir. 2) Konsep belajar Belajar, pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana, 1989 belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”. Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. 3) Hakekat belajar Menurut Mudjiono (2006 : 18), belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. O. Whittaker (1999), Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil suatu proses belajar dapat ditunjukkaan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, daya penerimanya dan lain – lain aspek yang ada pada individu (Sujana, 2000: 28) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang dilakukan secara aktif oleh setiap individu yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan aspek sikap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan 4) Keaktifan siswa Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indra (pengamatan empirik ) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian . Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis , berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar , orang menyimpilkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui .Proses inilah yang disebut penalaran ( Warsono,2000:36) Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis ( antesedens) dan hasil kesimpulan disebut konklusi ( Consequence) . Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah pemikiran yang berdasarkan logika dan empiric yang menghasilkan konsep – konsep dan pengertian yang berbentuk proposisi – proposisi. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuhnya minat belajar seseorang, diantaranya : a) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal meliputi : dorongan, perasaan, cita – cita dan pengalaman masa lampau. b) Faktor Eksternal Faktor dari luar yang menimbulkan minat adalah faktor motivasi sosial, orang tua dan guru. Adanya situasi ya ng berkembang dalam masyarakat mendorong seseorang untuk berminat melakukan aktifitas. Maksud dari kegiatan tersebut adalah agar dirinya diakui sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat. 5) Hasil Belajar Matematika Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Gagne dan Briggs (1979: 3), pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Abdurrahman (2003 : 37) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. 6) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (CTL) a) Hakekat pembelajaran Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajara yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada ”Bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada ”Apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai (Uno, 2006 : 135). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses untuk membantu peserta didik agar belajar matematika lebih baik . Proses pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dengan mengembangkan metode yang tepat untuk mencapai hal yang diinginkan b) Hakekat Pembelajaran Berbasis Masalah (CTL) Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid, 2005:3). c) Penerapan CTL dalam pembelajaran matematika Pembelajaran berhitung dengan Permasalahan dalam kehidupan sehari – hari Berikut pandangan beberapa peneliti sebelumnya tentang pembelajaran CTL dengan mengaitkan materi dengan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari . Menurut Poerwodarminto (1996: 311) berhitung berasal dari kata hitung yang berarti perihal membimbing yang mencakup menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan,dan membagi. Pembelajaran berhitung sedapat mungkin menggunakan benda-benda riil untuk membantu memudahkan siswa dalam merumuskan model dan simbol matematikanya. Penerapan model pembelajaran dipengaruhi oleh materi yang diajarkan oleh sekolah. Seperti halnya CTL, materi yang diajarkan harus dapat dikaitkan dengan dunia nyata atau benda-benda konkret sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang diperolehnya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kajian Pustaka Penelitian ini juga menggunakan merupakan kajian empiris sebagai kajian penelitian terdahulu yang landasan untuk berpikir , mempelajari berbagai metode analisis yang digunakan yang kemungkinan dapat diterapkan oleh peneliti . Menurut Harun rusdi (2004), berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisis yang didapat, ia menyimpulkan bahwa: a. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada pokok bahasan System persamaan linear , setelah di cobakan dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran konseptual ternyata di kelas terjadi perbedaan . b. Prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik . Menurut Ulfah Zakiyah (2005), berdasarkan pembahasan hasil analisis data yang ia peroleh dapar disimpulkan bahwa: a. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dengan metode ceramah. b. Proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik prestasi belajarnya yang ditunjukkan oleh mean siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan mean siswa yang diajar dengan metode ceramah. Menurut Erni subandi (2004),berdasarkan dari hasil analisis ia menyimpulkan bahwa: a. Penalaran siswa lebih baik dengan pembelajaran kontekstual dari pada pembelajaran konseptual b. Dari nilai rata-rata prestasi belajar menunjukkan bahwa siswa yang dikenakan model pembelajaran kontekstual memiliki rata-rata prestasi belajar yang lebih baik 3. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal siswa kelas VII SMP N 1 Gemolong mempunyai minat belajar matematika yang rendah , sehingga hal tersebut berakibat pada rendahnya hasil belajarnya. Hal tersebut disebabkan guru masih mengguanakan pembelajaran konseptual dari pada menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual ). Salah satu pendekaan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah strategi pembelajaran berbasisi masalah ( Kontekstual ) , Strategi ini mengajarkan siswa untuk memaknai matematika dan semua pembelajaran matematika di kaitkan dengan kehidupan sehari – hari dilingkungan sekitar Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: KONDISI AWAL Guru belum mengenakan metode CTL dalam pembelajaran Kondisi awal siswa mempunyai keaktifan yang rendah TINDAKAN Guru mulai menerapkan metode CTL dalam pembelajaran Dalam pembelajaran materi dikaitkan dengan kehidupan dunia nyata siswa KONDISI AKHIR Diduga melalui penerapan metode CTL dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa 4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang mendapatkan pembelajaran matematika melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah ( Kontekstual ) lebih baik di bandingkan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran konvensional