pemberian ekstrak daun putri malu (mimosa pudica linn)

advertisement
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU
(MIMOSA PUDICA LINN) SECARA ORAL MENURUNKAN
KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL PADA
TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR PREDIABETES
AGATHA SRI PUJIATININGSIH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU
(MIMOSA PUDICA LINN) SECARA ORAL MENURUNKAN
KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL PADA
TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR PREDIABETES
AGATHA SRI PUJIATININGSIH
NIM 1290761028
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU
(MIMOSA PUDICA LINN) SECARA ORAL MENURUNKAN
KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL PADA
TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR PREDIABETES
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
AGATHA SRI PUJIATININGSIH
NIM 1290761028
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
2
3
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL : 26 November 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila,SpAnd,FAACS
NIP. 194612131971071001
Prof. dr. I Gusti Made Aman, SpFK
NIP. 194606191976021001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof.Dr.dr.Wimpie I Pangkahila,SpAnd,FAACS
NIP. 194612131971071001
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K)
NIP. 195902151985102001
3
4
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal : 26 November 2014
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor
:
3456/UN14.4/HK/2014
Tanggal
:
19 September 2014
Ketua
:
Prof.Dr.dr.Wimpie I Pangkahila,SpAnd,FAACS
Anggota
:
1.
Prof. dr. I Gusti Made Aman, SpFK
2.
Prof.Dr.dr. J. Alex Pangkahila, MSc, Sp. And
3.
Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, Sp. PD-KEM
4.
Dr.dr. Ida Sri Iswari, Sp. MK, M.Kes
4
5
5
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya dapat penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul ―Pemberian Ekstrak Daun Putri malu (Mimosa
pudica Linn) Secara Oral Menurunkan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Tikus
(Rattus Norvegicus) Wistar Jantan Pradiabetes‖.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan
yang dijalani penulis untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister
Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine,
Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas
Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana.
2. Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Pasca Sarjana
Universitas Udayana.
6
7
4. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS., selaku Ketua
Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas
Udayana dan selaku Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah
memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
5. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK., selaku Pembimbing II yang dengan
penuh perhatian dan sabar telah memberikan dorongan, semangat,
bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And., selaku penguji yang telah
memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan tesis ini.
7. Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, Sp PD-KEM, selaku penguji yang
telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan tesis ini.
8. Dr. dr.Ida Sri Iswari, M. Kes. , selaku penguji yang telah memberikan
banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis
ini.
9. Bapak Khamdan Khalimi, SP.MSi, yang banyak membantu dalam
pembuatan ekstrak daun putri malu selama penelitian di Fakultas Teknik
Pertanian Universitas Udayana.
10. Bapak Gede Wiranatha, S.Si yang banyak membantu dan menjaga hewan
coba selama penelitian di Animal Laboratory Unit bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
11. Seluruh dosen di Universitas Udayana atas ilmu dan bimbingan yang
sangat bermanfaat, serta dr. Okanegara, Geg Eni, Geg Wah, Pak Edy, Geg
7
8
Yethi, Geg Ami dan seluruh staf atas bantuan yang diberikan kepada
penulis selama studi.
12. Keluarga tercinta yaitu suami saya Ir. Yohanes Harry Tuwaidan, anak –
anak saya Richard Wicaksono Tuwaidan, Renaldy Wibisono Tuwaidan
serta ayah saya P. D. Sukrowinarso dan mendiang ibu saya atas doa,
bantuan, dukungan, semangat, dan pengertiannya selama penulis
menempuh pendidikan.
13. Rekan-rekan sejawat yaitu Dian Bniarie, Rini Diana Sari, Imelda Audrey
Chandra, F.M Delly Dahlia, Lilies, Yessy, Kadek Trisnawati, dr. Eka
Sp.S, R.Tania Marini dan rekan sejawat lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan, dorongan,
semangat, dan saran selama penulis mengikuti studi, khususnya dalam
penulisan tesis ini.
14. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan
maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini dan penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk memperbaikinya. .
Meski jauh dari sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan
manfaat baik bagi penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta bagi
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
8
9
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat
dan rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.
Denpasar, November 2014
Penulis
9
10
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (MIMOSA PUDICA LINN)
SECARA ORAL MENURUNKAN KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL
PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR
PREDIABETES
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok gangguan metabolik
yang berhubungan dengan karakteristik hiperglikemia. Faktor penyebab
hiperglikemia di antaranya penurunan sekresi insulin, peningkatan glikogenolisis,
resistensi insulin dan peningkatan dari glukoneogenesis. Pemberian obat-obatan
diabetes oral dan tanaman herbal, salah satunya daun putri malu diduga dapat
menurunkan kadar glukosa darah post prandial. Empat puluh persen prediabetes
akan berlanjut menjadi diabetes. Diet merupakan upaya utama dalam
menanggulangi tingginya kadar gula darah, disertai olah raga teratur. Bila usaha
ini gagal maka perlu dipertimbangankan untuk memulai penggunaan obat penurun
kadar glukosa darah post prandial. Kenyataannya obat sintetis penurun kadar
glukosa darah post prandial cukup mahal, sehingga perlu upaya pengobatan lain
yang relatif murah, salah satunya adalah ektrak daun putri malu. Ekstrak yang
banyak mengandung quercetin yang bekerja sebagai α-glukosidase inhibitor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun putri malu (Mimosa
pudica Linn) untuk menurunkan kadar glukosa darah post prandial dan untuk
mengetahui dosis pemberian ekstrak daun putri malu yang tepat pada tikus wistar
jantan pradiabetes.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan memakai
pretest posttest control group design. Tikus wistar jantan dibuat menjadi
pradiabetes dengan memberikan deksamethasone 0,06mg. Jumlah sampel dalam
penelitian ini 30 tikus putih jantan pradiabetes yang dibagi menjadi 2 kelompok,
masing-masing berjumlah 15 tikus, yaitu kelompok kontrol diberikan dekstrosa
40% ad libitum dan plasebo yang berupa aquadest. Kelompok perlakuan diberi
dekstrosa 40% ad libitum dan ekstrak putri malu 300mg/kgbb 1 kali sehari selama
7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar glukosa darah post prandial
pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).
Rerata kadar gula darah sewaktu pada kedua kelompok sesudah diberikan
perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok perlakuan terjadi
penurunan kadar gula darah post prandial secara signifikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Penelitian ini menyimpulkan ekstrak daun putri malu dengan dosis
300mg/kgbb selama 7 hari menurunkan kadar gula darah post prandial pada tikus
wistar jantan (albino rat) pradiabetes.
Kata kunci : Tikus pradiabetes, deksametason, ekstrak daun putri malu, kadar gula
darah post prandial.
10
11
ABSTRACT
ORAL ADMINISTRATION OF BASHFUL MIMOSA (MIMOSA PUDICA
LINN) EXTRACT DECREASED THE POST PRANDIAL GLUCOSE
LEVEL INI PREDIABETIC MALE RATS
Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases related to the
characteristic of hyperglycemia. Factors causing hyperglycemic condition are low
insulin secretion, increased glycogenolysis, insulin resistance and increased
glukoneogenesis.. Based on the World Health Organization (WHO), diabetes
mellitus is a condition when fasting plasma glucose level is ≥ 126 mg/dL and
random plasma glucose level is ≥ 200 mg/dL. Forty procent of prediabetic patients
will become diabetes. Administration of oral diabetic medicine and herbal such as
bashful mimosa may reduce random post prandial glucose level. Diet and physical
activity play a major role in the management of random plasma glucose level,
pharmacotherapy with post prandial glucose level lowering agent may be
considered when diet and exercise alone is inadequate to normalized the post
prandial glucose level. Synthetic post prandial glucose level are relatively
expensive, therefore there is a need to have alternative with the natural substance
which is relatively inexpensive, e.g. Quercetin rich bashful mimosa extract that
may reduce post prandial glucose level, the compound has the ability to inhibit αglukosidase. This research aims to find out the benefit of bashful mimosa extract
(Mimosa pudica Linn) as an alternative to reduce post prandial glucose level
Wistar rats prediabetes.
This study was a pure experimental research, with a pretest posttest control
group design. Rats were made to prediabetic condition by administering a single
dose of 0,06mg dexamethasone per oral.The samples of 30 prediabetic rats were
divided into two groups of 15 subjects each for control group (aquadest) and
bashful mimosa extract group. Control group was treated with a dekstrosa 40% ad
libitum and 1 ml of placebo (aquadest) for 7 days. Bashful mimosa extract group
was treated with 40% dextrose ad libitum and a dosage of 300 mg/kgBW for 7
days.
The study showed that before treatment, mean of post prandial glucose
level both in control group and bashful mimosa group were not significantly
different (p>0,05). Meanwhile, mean of post prandial glucose level both in control
group and bashful mimosa after treatment showed significant difference (p<0,05).
In basfhful mimosa group there was significant decrease plasma glucose more
than control group.
The research concluded that the administration of 300 mg/kgBW bashful
mimosa extract for 7 days reduced the post prandial glucose level of prediabetic
rats.
11
12
Key words: prediabetes male rats (albino rat), dexamethasone, bashful mimosa
extract, post prandial level.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ........................................................................................
i
PRASYAERAT GELAR .............................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TES ....................................................
iv
BEBAS PLAGIAT .........................................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
vi
ABSTRAK .....................................................................................................
x
ABSTACT ......................................................................................................
xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...................................................................................
1.2
Rumusan Masalah ...............................................................................
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................................
1.4
Manfaat Penelitian ...............................................................................
1
5
6
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penuaan ...............................................................................................
2.1.1 Definisi Penuaan .................................................................... ..
2.1.2 Penyebab Penuaan ...................................................................
2.2. Penyakit Degeneratif ...........................................................................
2.2.1 Definisi Pradiabetes ..................................................................
2.2.2 Definisi Hiperglikemik ............................................................
2.2.3 Terapi Hiperglikemik ……… .................................................
2.2.4 Mekanisme Deksametason Menginduksi Pradiabetes .............
2.3
Tanaman Obat .................................................................................
2.3.1 Definisi Tanaman Obat ............................................................
2.3.2 Penggunaan Tanaman Obat .....................................................
2.4
Putri Malu (Mimosa pudica Linn) ......................................................
2.4.1 Definisi Putri Malu ..................................................................
2.4.2 Komposisi Kimia Putri Malu ...................................................
2.4.3 Kegunaan Putri Malu ...............................................................
2.5
Hewan Percobaan ................................................................................
2.5.1 Tikus Putih (Rattus novergicus) sebagai Hewan Coba ...........
2.5.2 Kriteria Tikus Pradiabetes .......................................................
7
7
7
8
8
11
12
17
18
18
18
20
20
23
24
25
25
29
12
13
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir ...............................................................................
3.2
Konsep Penelitian ................................................................................
3.3
Hipotesis Penelitian .............................................................................
30
31
32
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian ..........................................................................
4.2
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
4.2.1 Tempat Penelitian ....................................................................
4.2.2 Waktu Penelitian .....................................................................
4.3
Penentuan Sumber Data .....................................................................
4.3.1 Variabilitas Populasi .............................................................. ..
4.3.2 Kriteria Subjek .........................................................................
4.3.3 Kriteria Drop Out ................................................................... .
4.3.4 Besaran Sampel .......................................................................
4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel ..................................................
4.4
Variabel Penelitian ..............................................................................
4.4.1 Identifikasi Variabel ................................................................
4.4.2 Definisi Operasional Variabel .................................................
4.4.3 Hubungan Antar Variabel ......................................................
4.5
Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................
4.6
Prosedur Penelitian ..............................................................................
4.6.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Putri Malu .......................
4.6.2 Pemelihara Hewan Percobaan .................................................
4.6.3 Pelaksanaan Penelitian ............................................................
4.6.4 Cara Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu .................
4.7
Alur Penelitian .....................................................................................
4.8
Analisis Data .......................................................................................
33
34
34
35
35
35
35
35
35
36
36
36
37
38
38
39
39
40
41
42
43
44
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1.
Analisis Deskriptif ..............................................................................
5.2.
Uji Normalitas Data ............................................................................
5.3. Uji Homogenitas Data .........................................................................
5.4
Gula Darah Sewaktu ............................................................................
5.4.1. Uji Komparabilitas ………………….............................. ........
5.4.2. Uji Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Putri Malu .............
45
45
46
46
46
50
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subjek Penelitian .................................................................................
6.2. Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian ............................
6.3. Induksi Hiperglikemia Oleh Deksametason dan Dekstrosa .................
6.4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Putri Malu ......................
52
52
53
53
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan...............................................................................................
57
13
14
7.2.
Saran .....................................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
DAFTAR TABEL
58
63
Halaman
2.1
Kadar Glukosa Darah Post Prandial dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring Diagnosa pada Manusia ........................................................
12
2.2
Data Biologis Tikus Wistar ...................................................................
27
5.1
Hasil Uji Normalitas Data Kadar Gula Darah Post Prandial .................
46
5.2
Homogenitas Data Kadar Gula Darah Post Prandial Antar Kelompok
Perlakuan ...............................................................................................
5.3
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum Perlakuan
dengan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok Kontrol .............................
5.4
49
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok
Sesudah Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu .............................
5.7
48
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Antar Kelompok
Sebelum Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu ...........................
5.6
47
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum Perlakuan
dengan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan ........................
5.5
46
50
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok
dengan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Perlakuan .............
14
51
15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Prevalensi Diabetes di Indonesia ..........................................................
9
2.2
Mekanisme Glukokortikoid Menginduksi Resistensi Insulin ..............
17
2.3
Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica Linn) ........................................
21
2.4. Daun Putri Malu ...................................................................................
22
2.5. Bunga Putri Malu ..................................................................................
22
2.6. Buah dan Biji Putri Malu ......................................................................
22
2.7. Akar Putri Malu ....................................................................................
23
2.8. Tikus Wistar (Rattus novergicus) ........................................................
26
3.1
Konsep Penelitian .................................................................................
31
4.1
Skema Rancangan Penelitian ................................................................
33
4.2
Skema Hubungan Antar Variabel .........................................................
38
4.3
Alur Penelitian ......................................................................................
43
5.1
Perbandingan Kadar Gula Darah Sewaktu Antar Kelompok Kontrol ...
47
5.2
Perbandingan Kadar gula darah sewaktu antar pre test dengan post test
Kelompok Perlakuan .............................................................................
5.3
49
Perbandingan Kadar gula darah sewaktu antara Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan .................................................................
15
51
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik ..........................................................
63
Lampiran 2. Hasil Analisis Putri Malu ...........................................................
64
Lampiran 3. Pengelolaan Hewan Coba pada Penelitian..................................
66
Lampiran 4. Foto-foto Peneltian .....................................................................
68
Lampiran 5. Data Hasil Pemeriksaan Gula Darah Post Prandial ...................
73
Lampiran 6 Analisis Data Statistik .................................................................
74
16
17
DAFTAR SINGKATAN
AAM
: Anti Aging Madicine
ADA
: American Diabetes Association
DM
: Diabetes Mellitus
dpl
: di atas permukaan laut
GDP
: Glukosa Darah Puasa
GDPT
: GlukosaDarahPuasaTerganggu
GPT
: Glukosa Puasa Terganggu
IFG
: Impaired Fasting Glucose
IGT
: Impaired Glocose Tolerance
IRS-1
: Insulin receptor substrate 1
LSD
: Least Significant Difference
PDAM
: Perusahaan Daerah Air Minum
PERKENI
: Persatuan Penderita Kencing Manis
RISKESDA : Riset Kesehatan Dasar
TGT
: Toleransi Glukosa Terganggu
THR
: Target Heart Rate
TTGO
: TesToleransiGlukosa Oral
TZD
: Thiazolidnedione
WHO
: World Health Organisation
0
: derajat Celcius
C
17
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan atau aging process merupakan rangkaian proses alami yang akan
terjadi pada semua makhluk hidup di mana seluruh komponen tubuh tidak dapat
berkembang lagi, dan mulai terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
tersebut. Pada umumnya orang menganggap menjadi tua itu wajar terjadi dan
membiarkan berbagai tanda dan gejala penuaan mulai muncul.
Pada tahun 1993 dicetuskan konsep baru Anti Aging Medicine (AAM).
Konsep baru ini terdiri dari 3 konsep yaitu pertama, konsep ini menganggap
bahwa penuaan adalah suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati
sehingga dapat berfungsi kembali ke keadaan semula. Dengan demikian, manusia
tidak lagi harus membiarkan begitu saja proses penuaan dengan segala
keluhannya, dan bila perlu mendapatkan pengobatan atau perawatan. Kedua,
manusia bukanlah orang hukuman yang pasrah terperangkap dalam takdir
genetiknya. Ketiga, manusia mengalami keluhan atau gejala penuaan karena kadar
hormonnya menurun, bukan kadar hormon menurun karena manusia menjadi tua
(Pangkahila, 2011).
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses
penuaan, yang kemudian menjadi sakit dan akhirnya menyebabkan kematian.
Faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal ialah terbentuknya radikal
bebas yang bersifat merusak sel, penurunan efisiensi mitokondria, terjadinya
18
19
ikatan glukosa-protein, penurunan kemampuan membran sel dan penurunan
sistem imun, hormon yang berkurang, proses glikolisis, metilasi, apoptosis dan
gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, stress, polusi
lingkungan dan kemiskinan (Fowler, 2003; Pangkahila, 2007).
Dengan bertambahnya usia biasanya proses penuaanpun bertambah,
dimana terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Hal ini dapat memicu
munculnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang
timbul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, dari keadaan normal menjadi
lebih buruk. Penyakit degeneratif dapat dikatakan pula sebagai penyakit yang
mengiringi proses penuaan (Karyani, 2003).
Timbulnya penyakit degeneratif dapat dipengaruhi oleh perubahan gaya
hidup dan terjadinya pegeseran pola makan tradisional ke pola makan yang
komposisi makanannya cenderung tinggi energi, tinggi protein, tinggi lemak
jenuh, dan tinggi gula akan tetapi rendah serat sedangkan aktivitas fisik makin
berkurang (sedentary lifestyle) akan menimbulkan ketidakseimbangan asupan zatzat gizi. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit degeneratif
salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM) (Samsudin, 1994).
Tipe diabetes yang banyak diderita (90%) adalah NIDDM/Tipe II. Adanya
kegagalan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan resistensi penggunaan insulin
di tingkat perifer menjadi penyebab terjadinya diabetes tipe II ini. Peningkatan
glukosa darah adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya penyakit diabetes. Glukosa darah dapat meningkat karena adanya aktivitas
dari α-glukosidase, suatu enzim yang membantu pemecahan karbohidrat
19
20
kompleks menjadi karbohidrat sederhana seperti maltosa dan glukosa darah (Bhat
et al., 2011). Salah satu tujuan terapetik pada terapi antidiabetes adalah dapat
menurunkan absorpsi glukosa di gastrointestinal, dengan cara menghambat
aktivitas enzim pencernaan karbohidrat seperti α-glucosidase (Narkhede et al.,
2011).
Sebelum menderita diabetes, seorang penderita mengalami prediabetes
dimana gula darah puasa 100 mg/dL - 125 mg/dL, gula darah sewaktu 140 mg/dL
- 199 mg/dL. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menjadi diabetes dari
prediabetes.
Dalam perjalanan penyakitnya 1/3 prediabetes akan menjadi DM, 1/3 akan
tetap sebagai prediabetes, 1/3 lagi akan menjadi normoglikemi (PERKENI, 2009).
Prediabetes mempunyai risiko terjadinya penyakit kardiovaskular sama
dengan penyakit DM karena sensibilitas insulin berbanding terbalik dengan kadar
glikemik dalam rentang glukosa puasa normal. Peningkatan konsentrasi glukosa
puasa dalam rentang 70-125 mg/dl akan menyebabkan penurunan sensitivitas
insulin > 3 kali. Individu dengan glukosa puasa terganggu (GPT) menunjukkan
penurunan sensibilitas insulin sekitar 25%, sedangkan individu dengan glukosa
puasa terganggu (GPT) dan toleransi glukosa terganggu (TGT) menunjukkan
penurunan sensibilitas insulin sekitar 80% (Pour dan Dagago, 2011).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2008), prevalensi
prediabetes di Indonesia cukup tinggi yakni 10,2%, sehingga pengelolaan
prediabetes yang baik menjadi sangat penting, karena proses untuk terjadinya
20
21
komplikasi dan proses aging sudah terjadi pada fase prediabetes (Boedisantoso,
2007).
Menurut penelitian Diabetes Prevention Program menunjukkan bahwa
7,9% pasien dengan TGT dan 12,6% individu yang baru didiagnosis diabetes
sudah mengalami retinopati ( Aroda dan Ratner,2008).
Pengobatan alternatif dengan memanfaatkan bahan alami menjadi
pertimbangan pencegahan hiperglikemia karena harga terjangkau dan
didapat.
Tumbuh-tumbuhan
obat
mengendalikan gula darah. Hal ini
secara
empiris
telah
terbukti
mudah
dapat
merupakan cara baru untuk mencegah
komplikasi DM (Dalimarta, 2008). Secara empiris putri malu (Mimosa pudica
Linn) telah lama digunakan oleh penduduk di negara tropis seperti India,
Thailand, Malaysia dan Indonesia antara lain sebagai pengobatan tradisional
terhadap diabetes.
Tumbuhan putri malu mempunyai ciri khas yaitu daunnya akan
menguncup bila disentuh dan akan mengembang kembali beberapa saat kemudian
bila didiamkan. Daun putri malu paling banyak digunakan untuk pengobatan
tradisional diikuti kulit batang kayu, akar, seluruh tanaman, buah, biji, bunga
(Banik et al., 2009).
Beberapa penelitian tentang khasiat putri malu terhadap diabetes yang
meneliti aktivitas daun putri malu diekstraksi menggunakan petroleum eter dosis
600 mg/kg/hari dan daun putrimalu diekstraksi menggunakan etanol dosis 600
mg/kg/hari yg diberikan secara oral pada tikus wistar diabetes. Hasilnya
menunjukkan bahwa ekstrak daun putri malu menggunakan etanol secara
21
22
signifikan menunjukkan penurunan kadar gula darah 32.46% pada jam ke 5
setelah pemberian obat. Pada pemeriksaan hari ke 7 ekstrak etanol daun putri
malu mengurangi kadar gula darah 50,35% (Sutar et al., 2009).
Peneliti lain meneliti efek antidiabetik dari serbuk kering akar putri malu
dosis 2mg/kg, 4mg/kg, 6mg/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum tragacanth
pada kelinci putih (Albino Rabbit) yang beratnya 1,5-2kg yang kadar gula
darahnya 250-300mg/dL karena sudah diintervensi dengan Alloxan 150mg/kg
secara intravenous untuk menginduksi diabetes dibandingkan dengan Glimepride
secara oral dosis 800ug/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum tragacanth
(Sumon et al., 2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek antidiabetik
serbuk kering akar putri malu pada dosis 6mg/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi
gum tragacanth secara signifikan menurunkan kadar gula darah kelinci putih
diabetes pada jam ke 12 setelah pemberian serbuk kering akar putri malu hari ke
10 yaitu 147.23mg/100mL dibandingkan pemberian glimepride 256.82mg/100ml
(Bashir et al., 2013).
Putri malu yang digunakan pada penelitian ini adalah putri malu dari
Depok, Jawa-Barat. Hasil analisa putri malu Depok, Jawa-Barat terdapat pada
lampiran 2.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut: Apakah pemberian ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa
pudica Linn) secara oral menurunkan kadar gula darah post prandial pada tikus
(Rattus norvegicus) prediabetes?
22
23
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa
pudica Linn) secara oral menurunkan kadar gula darah post prandial pada tikus
(Rattus norvegicus) prediabetes.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)
Manfaat Ilmiah : diharapkan didapatkan data-data ilmiah yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan untuk memberikan informasi ilmiah
efektifitas ekstrak daun putri malu yang dikonsumsi untuk penurunan
kadar gula darah post prandial pada tikus prediabetes, serta
kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya.
2) Manfaat klinis : kalau sudah ada uji klinik dapat digunakan sebagai
alternatif
pengobatan
terhadap
prediabetes
sehingga
dicegah
berlanjutnya proses penyakit menjadi diabetes melitus.
3) Manfaat sosial : dapat digunakan sebagai acuan oleh masyarakat
untuk memahami penggunaan putrimalu (Mimosa pudica Linn).
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
2.1.1 Definisi Penuaan
Penuaan adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan atau sel
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan serta memperbaiki kerusakan
yang diderita. Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi, dan semakin banyak distorsi metabolik dan struktural,
yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti hipertensi, aterosklerosis,
diabetes mellitus, dan kanker). Penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang
akan dialami oleh seluruh makhluk hidup (Wibowo, 2003).
2.1.2 Penyebab Penuaan
Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses
penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit dan akhirnya membawa kepada
kematian. Pada dasarnya beberapa faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal antara lain radikal bebas,
hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan
yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat,
diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan
(Pangkahila, 2011).
24
25
2.2 Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu
penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari
keadaan normal menjadi lebih buruk. Dari berbagai hasil penelitian modern
diketahui bahwa munculnya penyakit degeneratif memiliki hubungan yang cukup
kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang. Penyakit degeneratif
dapat dikatakan pula sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan (Karyani,
2003).
Penyakit degeneratif dapat terjadi karena adanya proses penuaan, tidak
termasuk penyakit menular dan berlangsung kronis seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas dan lainnya (Powers, 2008).
Hasil RISKESDAS menunjukkan bahwa prevalensi prediabetes di
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 10,2% yang merupakan prevalensi
glukosa darah puasa (GDP), sehingga diperkirakan terdapat sekitar 24 juta
penduduk Indonesia telah menderita kelainan ini. (PERSADIA, 2009).
2.2.1 Definisi Prediabetes
Prediabetes adalah suatu keadaan jika kadar glukosa darah lebih tinggi dari
normal tetapi belum dapat didiagnosa sebagai DM, yaitu kadar glukosa darah
puasa 100 - 126 mg/dl, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan 140 - 199 mg/dl
(PB PERKENI, 2009).
Kriteria diagnosis Prediabetes menurut American Diabetes Association
(ADA) :
25
26
Glukosa puasa terganggu (GPT) apabila :
a. kadar glukosa puasa 100 — 125 mg/dl
b. kadar glukosa darah 2 jam setelah beban <140 mg/dl
Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila:
a. kadar glukosa puasa normal : < 100 mg/dl
b. kadar glukosa 2 jam setelah beban : 140 — 199 mg/dl
Keterangan: yang dimaksud dengan 2 jam pasca beban adalah 2 jam setelah
pemberian 75 gram glukosa.
Menurut World Health Organization (WHO) keadaan prediabetes kadar
glukosa darah antara 100 - 125 mg/dL (6,1 sampai 7,0 mmol/L), GPT kadar
glukosanya minimal 110 mg/dl (PERKENI, 2010).
TGT disebabkan resistensi insulin perifer, sedangkan GPT disebabkan
meningkatnya hepatik gluconeogenesis dan gangguan fungsi sel beta pancreas.
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan (Litbang Depkes)
yang hasilnya dipublikasikan bulan Desember 2008 menunjukkan bahwa
prevalensi nasional untuk TGT 10,25% dan DM 5,7% (1,5 % DM yang sudah
terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru diketahui menderita DM
pada pada saat penelitian) (Suyono, 2009a).
Gambar 2.1 Prevalensi Diabetes di Indonesia (Suyono, 2009a)
26
27
Prediabetes
dapat
meningkatkan
risiko
komplikasi
penyakit
makrovaskuler, data penelitian Diabetes Prevention Program menunjukkan
bahwa 7,9% pasien dengan TGT dan 12,6% individu yang baru didiagnosis
diabetes sudah mengalami retinopati. Berbagai studi prospektif juga mendukung
adanya peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien TGT, oleh karena
itu prediabetes harus dicegah menjadi diabetes melalui perubahan gaya
hidup,perubahan pola makan maupun dengan intervensi farmakologis (Aroda and
Ratner, 2008).
Individu-individu dengan prediabetes cenderung akan menjadi DM tipe 2
dalam 10 tahun dan memiliki peningkatan resiko terkena penyakit kardiovaskular
dan kematian bahkan sebelum menjadi diabetes (Pour dan Dagogo-Jack, 2011).
Menghindari komplikasi mikro dan makrovaskular yang dapat terjadi
bahkan sejak pada fase prediabetes maka sangatlah rasional untuk melakukan
intervesi pada individu dengan prediabetes (Pour dan Dagogo-Jack, 2011).
Faktor risiko diabetes sama dengan faktor risiko untuk prediabetes atau
intoleransi glukosa ( Konsensus Perkeni, 2011) :
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
a. Ras dan etnik
b. Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)
c. Umur. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Usia> 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan
DM.
27
28
d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG).
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding
dengan bayi lahir dengan BB normal.
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
a. Berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh/IMT > 23 kg/m2).
b. Kurangnya aktivitas fisik.
c. Hipertensi (> 140/90 mmHg).
d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
e. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah serat
akan meningkatkan risiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa dan
DM tipe 2.
2.2.2 Definisi Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah
lebih tinggi dari keadaan normal. Untuk mengukur kadar glukosa darah
dianjurkan dengan pemeriksaan secara enzimatik dengan bahan darah plasma
vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap
dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka angka kriteria diagnostik yang
berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler.
28
29
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa
Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosa pada Manusia
Kadar Glukosa
plasma vena
Bukan DM
<100
Belum pasti DM
100-199
DM
>200
darah sewaktu
(mg/dl)
darah kapiler
<90
90-199
>200
Kadar Glukosa
plasma vena
<100
100-125
>126
darah puasa (mg/dl)
darah kapiler
<90
90-99
>100
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe2 di Indonesia (PERKENI,2006)
Karakteristik hiperglikemia ini disebabkan adanya kelainan metabolisme
karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik dan
menumpuk di dalam pembuluh darah karena pankreas tidak cukup memproduksi
insulin untuk metabolisme glukosa darah dan terjadi resistensi insulin sehingga
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi tersebut,
sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia (Wijaya et al., 2011).
Penurunan kadar gula darah sewaktu juga dapat disebabkan karena
penghambatan aktivitas dari enzim glucosidase yang bekerja di dalam
gastrointestinal, yang berfungsi untuk mengubah glukosa polisakarida menjadi
glukosa disakarida dan monosakarida, sehingga penyerapan glukosa terhambat
(Kahn, 2002).
2.2.3 Terapi Hiperglikemia
Terapi hiperglikemik secara umum terbagi menjadi 2 yaitu terapi non
farmakologi dan terapi farmakologi.
Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah terapi non farmakologis. Baru kemudian bila pengendalian hiperglikemik
belum tercapai dilanjutkan dengan terapi farmakologi.
29
30
2.2.3.1 Terapi non farmakologi
a. Terapi diet : pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan
jumlah makanan (Perkeni, 2011):
 Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi, 4565% total asupan energi.
 Lemak <30% total asupan energi. Dianjurkan <200 mg/hari
 Protein 10 – 20% total asupan energi.
 Serat ± 25 g/hari
b. Latihan jasmani
Pelatihan olahraga merupakan suatu pelatihan dalam upaya untuk
meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh
secara optimal. Agar pelatihan olahraga mencapai hasil yang maksimal, maka
harus memiliki prinsip pelatihan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan evaluasi pelatihan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis,
dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati
dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan (Nala, 2011).
Dalam berolahraga perlu diperhatikan prinsip F.I.T.T (Ilyas, 2009; Pangkahila,
2012):
Frekuensi : Jumlah olah raga/minggu sebaiknya dilakukan secara 3-5 x /minggu
Dengan periode istirahat tidak lebih dari 2 hari.
Intensitas : Mencapai Target Heart Rate (THR) zone 60-85 % denyut nadi
maksimum.
30
31
Time (durasi) : 30-60 menit
Tipe (jenis) :
a. Pelatihan aerobik (Cardiorespiratory training)
b. Pelatihan anaerobik (Resistance training)
2.2.3.2 Terapi Farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral:
Golongan sulfonylurea: glibenklamid
a. Definisi
Glibenklamid merupakan antidiabetik oral derivat sulfonilurea
generasi kedua dimana rantai samping alifatik digantikan oleh cyclohexyl
group dan mempunyai struktur lebih kompleks dibanding generasi pertama.
b. Farmakodinamik
Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian
sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin dari pankreas. Sifat
perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa karena ternyata
pada saat hiperglikemi gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang
cukup, obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin pada dosis
tinggi (Tony dan Suharto, 2005). Mekanisme kerja sulfonilurea termasuk
menurunkan kadar glukagon dalam darah, meningkatkan pengikatan insulin
pada jaringan target dan reseptor, dan menghambat penghancuran insulin oleh
hati (Mycek et al.,2001).
31
32
c. Farmakokinetik
Absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat
diberikan per oral. Setelah absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel. Dalam darah sebagian terikat dalam protein darah terutama albumin
(70-90%). Glibenklamid dimetabolisme dalam hati, hanya 25% metabolit
diekskresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu dan tinja. Bila
pemberian dihentikan, obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam (Tony dan
Suharto, 2005).
d. Efek samping
1. Saluran cerna : mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung.
2. Susunan saraf pusat : vertigo, bingung, ataksia.
3. Hematologik : lekopeni, agranulositosis.
4. Hipertiroidisme, ikterus obstruktif (Tony dan Suharto, 2005).
Golongan biguanid: metformin
Bekerja dengan cara menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya
terhadap kerja insulin di tingkat seluler dan menurunkan produksi glukosa darah
hati. Metformin tidak memiliki efek stimulasi pada sel beta pankreas sehingga
tidak mengakibatkan hipoglikemia dan penambahan berat badan (Babar dan
Skugor, 2009).
Golongan inhibitor alfa glukosidase:
Bekerja secara lokal dan hampir tidak diabsorbsi. Penghambat αglukosidase bekerja menghambat kerja enzim α-glukosidase di saluran
pencernaan, sehingga pemecahan polisakharida di usus halus menjadi
32
33
monosakharida yang dapat diabsorpsi berkurang, dengan demikian peningkatan
kadar glukosa postprandial dihambat. Monoterapi dengan penghambat αglukosidase tidak mengakibatkan hipoglikemia. A1C dapat turun sebesar 0,5 – 0,8
%.
Quercetin mempunyai pola yang sama untuk mengkontrol hiperglikimia
post prandial dengan cara menghambat α-glucosidase dalam usus halus pada
manusia dengan DM tipe 2 (Hussain, S. A., et al 2012)
Golongan insulin sensitizing: Thiazolidinedione (TZD)
TZD bekerja meningkatkan sensitivitas otot, lemak dan hepar terhadap
insulin baik endogen maupun eksogen. Data mengenai efek TZD dalam
menurunkan kadar glukosa darah pada pemakaian monoterapi adalah penurunan
A1C sebesar 0,5-1,4 %. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah
penambahan berat badan dan retensi cairan sehingga terjadi edema perifer dan
peningkatan kejadian gagal jantung kongestif.
b. Insulin
Insulin merupakan obat tertua untuk diabetes, dan paling efektif dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Bila digunakan dalam dosis adekuat, insulin
dapat menurunkan setiap kadar A1C sampai mendekati target terapeutik.
Tidak seperti obat antihiperglikemik lain, insulin tidak memiliki dosis
maximal. Terapi insulin berkaitan dengan peningkatan berat badan dan
hipoglikemia (Nathan et al., 2008).
33
34
2.2.4 Mekanisme Deksametason Menginduksi Prediabetes
Deksametason mengakibatkan resistensi insulin (Neeharika et al., 2012).
Glukokortikoid juga menurunkan sensitivitas hepar terhadap insulin dengan cara
meningkatkan pengeluaran glukosa hepatic.
Deksametason merupakan glukokortikoid yang memiliki aktivitas efek
anti inflamasi, mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak.
Kortikostreoroid ini menyebabkan glukoneogenesis di jaringan perifer dan hepar.
Pemberian deksametason dalam waktu yang lama akan meningkatkan glukosa
darah (toleransi terhadap glukosa menurun), serta resistensi terhadap insulin,
sehingga
menimbulkan
gejala
seperti
penderita
diabetes
yakni
terjadi
hiperglikemia (Suherman, 2009).
Gambar 2.2 Mekanisme Glukokortikoid Menginduksi Resistensi Insulin
(Ferris, H.A. and Kahn, C.R., 2012)
Mekanisme glukokortikoid memicu resistensi insulin dapat terjadi pada
beberapa jaringan tubuh yang berbeda. Pada sel lemak, glukokortikoid akan
meningkatkan lipolysis, memicu peningkatan asam lemak bebas dalam sirkulasi
dan peningkatan resistensi insulin.
Pada otot, glukokortikoid meningkatkan
34
35
proteolysis, melepaskan asam amino yg dapat meningkatkan resistensi insulin.
Postreceptor insulin mengalami kerusakan akibat penurunan IRS-1 , hal ini juga
menyebabkan resistensi insulin. Pada hepar, terdapat peningkatan steatosis, yang
menyebabkan
resistensi
insulin,
yang
diperparah
dengan
peningkatan
gluconeogenesis dan hyperglycemia.
2.3 Tanaman Obat
2.3.1 Definisi Tanaman Obat
Tanaman rempah dan obat sudah lama dikenal banyak mengandung
senyawa fitokimia yang bermanfaat dalam pencegahan maupun pengobatan
penyakit (Winarti dan Nurjanah, 2005). Tanaman obat adalah tanaman yang
memiliki khasiat obat karena mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung
efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati, serta digunakan
sebagai obat dalam pencegahan penyakit (Esha Flora Plants and Tissue Culture,
2008).
Senyawa fitokimia sebagai senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman obat mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk
fungsinya dalam pencegahan terhadap penyakit degeneratif (Esha Flora Plants
and Tissue Culture, 2008).
2.3.2 Penggunaan Tanaman Obat
1. Waktu Pengumpulan
Untuk mendapatkan bahan yang terbaik dan tumbuhan obat, perlu
diperhatikan saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.
35
36
Pedoman waktu pengumpulan bahan secara umum :
a. Daun : dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak.
b. Bunga : dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar
c. Buah : dipetik dalam keadaan masak
d. Biji
: dikumpulkan dari buah yang masak sempurna
e. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) :
dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhan berhenti.
2. Pencucian dan Pengeringan
Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya
dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila
diperlukan pemakaina yang segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk
disimpan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah
pembusukan oleh bakteri. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin
dibuat serbuk.
Pengeringan cara bahan obat :
a) Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotongpotong seperlunya terlebih dahulu.
b) Pengeringan dapat langsung dibawah sinar matahari atau memakai
pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan tidak terlalu
cepat.
36
37
c) Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan di
tempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya
baik (Tanaman obat, 2012).
2.4 Putri malu (Mimosa pudica Linn)
2.4.1 Definisi Putri malu
Putri malu (Mimosa pudica) pertama kali diperkenalkan oleh Carl
Linnaeus pada tahun 1753. Putri malu biasanya tumbuh diantara rumput-rumput
liar di lahan terbuka, padang rumput atau di sepanjang sisi jalan raya. Putri malu
dikenal juga sebagai tanaman gulma. Nama lain putri malu antara lain chui-mui
(India), bashful mimosa (Inggris), makahiya (Tagalog-Filipina), semalu
(Malaysia), rebah bangun (Jawa-barat). Putri malu berasal dari Amerika selatan
atau Amerika tengah dan telah tersebar di banyak negara tropis seperti Tanzania,
India, Filipina (Varnika et al, 2013).
Putri malu hidup di dataran 1300m dpl, banyak sinar matahari, tidak tahan
terhadap suhu dingin. Putri malu dikenal sebagai semak-semak. Tinggi pohon
putri malu dapat mencapai 50-90 cm. batangnya dipenuhi dengan duri. Daunnya
berpasangan yang terdiri dari 10-20 pasang daun. Ciri khas putri malu yaitu
daunnya menguncup bila disentuh. Batang dan cabangnya dipenuhi dengan duriduri. Buahnya berbentuk polong, kecil, datar dengan 3-5biji di dalamnya.
Bunganya berwarna kemerahmudaan, berbentuk bulat dengan benang-benang sari
sebagai mahkotanya. Akarnya khas berbentuk serabut yg terdiri dari 2-8 helai
(Varnika et al., 2012; Saraswat et al.,2012).
37
38
Klasifikasi botani dari putri malu (Saraswat et al., 2012) :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Division
: Magnoliophyta
Classs
: Magnoliopsida
Subclass
: Rosidae
Order
: Fabales
Family
: Fabaceae
Subfamily
: Mimosoideae
Genus
:Mimosa
Spesies
: Mimosa pudica
Gambar 2.3 Tanaman putri malu (Mimosa pudica Linn)
38
39
Gambar 2.4 Daun putrimalu (Mimosa pudica Linn)
Gambar 2.5 Bunga putri malu (Mimosa pudica Linn)
Gambar 2.6 Buah dan biji putrimalu (Mimosa pudica Linn)
39
40
Gambar 2.7 Akar putri malu (Mimosa pudica Linn)
Di Indonesia putri malu mudah ditemukan bahkan di lahan terbuka yang
tidak terurus sehingga putri malu sering dianggap sebagai tanaman gulma
(semak-semak). Tinggi putri malu dapat mencapai 50-90 cm. Batangnya banyak
ditumbuhi oleh duri tajam. Daunnya kecil berpasangan, dalam satu ranting ratarata terdapat 10-20 pasangan daun. Bunganya berwarna kemerahmudaan
(pinkish), berbentuk bulat dengan mahkota yang terdiri dari benang-benang sari.
Buahnya berkelompok terdiri dari 2-8 polong yg masing-masing ukurannya 12cm. Akarnya khas berbentuk serabut yg terdiri dari 2-8 helai. Putrimalu
mengandung alkaloid (mimosine). Batang dan akarnya mengandung alkaloid,
akar juga mengandung tannis (Srivastava et al., 2012).
2.4.2 Komposisi Kimia Putri malu
Putri malu (Mimosa pudica Linn) kaya akan kandungan kimia. Bagianbagian putri malu memiliki komposisi yang berbeda. Komposisi putri malu antara
lain:
1. Flavonoid.
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa
fenolik. Fungsi flavonoid sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi
40
41
jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas, yang berasal dari
proses-proses dalam tubuh atau dari luar (Azmi et al., 2011)..
Flavonoid utama dalam putri malu adalah quercetin. Quercetin bekerja
sebagai α-glukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas dari α-glucosidase,
enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dalam pencernaan,
dapat secara signifikan menurunkan kadar serum glukosa darah sewaktu
(Azmi et al., 2011).
2. Tanin:
Merupakan flavonoid. Namun kadarnya sedikit dalam tanaman. Tanin
dapat menghambat penyerapan glukosa dalam saluran pencernaan dengan
cara menghambat α-glukosidase.
3. Alkaloid.
Daun, batang dan akarnya mengandung alkaloid tetapi dalam jumlah
sedikit. Alkaloid putri malu dikenal dengan nama mimosine.. Akarnya
mengandung tanin. Bijinya mengandung d-xylose dan d-glucuronic acid
(Saraswat et al., 2012; Kumar et al., 2012)
4. Glikosida
5. Steroid
6. Minyak Atsiri
2.4.3 Kegunaan Putri malu
Putri malu sering digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk
berbagai penyakit.
41
42
Salah satu kegunaan putri malu secara tradisional adalah sebagai
antidiabet. Putri malu mengandung quercetin bekerja sebagai α-glukosidase
inhibitor.
2.5 Hewan Percobaan
2.5.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar jantan sebagai hewan coba
Percobaan ini menggunakan tikus putih jantan sebagai binatang
percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih
stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan
seperti pada tikus putih betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan
metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil
dibanding tikus betina (Ngatijan, 2006). Tikus putih sebagai hewan percobaan
relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat
fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan
sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia
di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan
yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi
yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lubang dan tikus putih
tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Tikus
laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat
tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan
mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan
daripada mencit. Usia tikus 2,5 bulan memiliki persamaan dengan manusia usia
dewasa muda dan belum mengalami proses penuaan intrinsik (Smith dan
42
43
Mangkoewidjojo, 1988). Klasifikasi Tikus putih dalam sistematika hewan
percobaan adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Classis
: Mammalia
Subclassis
: Placentalia
Ordo
: Rodentia
Familia
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: Rattus norvegicus
Gambar 2.8 TikusWistar (Rattus norvegicus)
Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara
lain galur Wistar yangalbino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor
pendek, galur Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekorpanjang,
dan galur Long Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan
ekstremitas bewarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari
pengembangan galur Wistar (Hubrecht dan Kirkwood, 2010).
43
44
Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus,
sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai ujung ekor. Tikus
Wistar memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badan,
sedangkan tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih dari
panjang badan (Krinke, 2000).
Tabel 2.2 Data Biologis Tikus Wistar
Berat badan lahir
4,5 – 6 gram
Berat badan dewasa
Jantan 250 – 300 gram
Betina 180 – 220 gram
2 – 4 tahun
8 – 10 minggu
15 – 30 g/ hari
20 – 45 g/hari
9 – 13 g/ hari
10 – 15 ml/ hari
Usia maksimum
Usia reproduksi
Konsumsi makanan
Konsumsi air minum
Defekasi
Produksi urin
(Sumber: Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Untuk tikus pada laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya
diberikan secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam
terang dan 12 jam gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap
cahaya, maka intensitas cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux
(Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Ngatidjan, 2006;
Hubrecht dan Kirkwood, 2010) antara lain :
a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu
kali seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan
44
45
gigitan dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah
menyerap air pada umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.
b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan
fisiologis tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang
ekstrim harus dihindari).Suhu ruangan yang baik sekitar 20 – 22⁰C, sedangkan
kelembaban udara sekitar 50%,.
c. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus
adalah 600 cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3
ekor.
d. Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres
pada tikus.
Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa
indikator yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah
(Hubrecht dan Kirkwood, 2010):
1.
Penampilan umum.
Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat
badan menurun, kelopak mata tertutup.
2.
Feses.
Feses yang lembek dan diare menunjukkan terjadinya gangguan pada saluran
pencernaan.
3.
Tingkah laku.
Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif awalnya, namun lambat laun
akan menjadi pasif.
45
46
4.
Postur.
Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan
posisi kepala menyentuh abdomen.
5.
Pergerakan.
Pergerakan pada tikus yang sakit sangat berkurang.
6.
Suara.
Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang.
7.
Fisiologi.
Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat.
2.5.2 Kriteria Tikus Prediabetes
Kadar glukosa normal pada tikus yang sehat adalah antara 50 mg/dL
sampai 135 mg/dL. Seperti mamalia lainnya, kadar glukosa ini tergantung pada
tipe makanan yang dikonsumsi dan waktu makan terakhir. Kadar glukosa darah
tikus prediabetes jika kadar glukosa darahnya di atas 135mg/dL (Animalarticle,
2011). Pada pemeriksaan histologi, jaringan pankreas tikus prediabetes tampak
normal.
46
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Pada manusia, setelah mencapai usia dewasa, seluruh komponen tubuh secara
alamiah tidak akan dapat berkembang lagi, melainkan terjadi penurunan fungsi
karena proses penuaan. Dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang
,dimana terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh ini dapat memicu munculnya
penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang timbul akibat
proses kemunduran fungsi sel tubuh, dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Salah
satu penyakit degeneratif yang akhir-akhir ini meningkat prevalensinya adalah
penyakit diabetes mellitus. Sebelum menjadi diabetes mellitus seorang penderita
akan mengalami prediabetes.
Prediabetes adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah lebih tinggi
dari normal yaitu bila kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl,atau kadar glukosa
darah 2 jam setelah pemberian beban 75 gram glukosa 140-199 mg/dl. Prediabetes
tidak memberikan gejala yang khas namun ternyata 7,9% penyandang prediabetes
mengalami retinopati. Pengelolaan pra-diabetes yang dini dan tepat sangatlah
penting untuk mencegah berlanjutnya proses sakit, kecacatan serta mencegah
timbulnya kerusakan yang lebih parah lagi sehingga diharapkan penuaan dini
dicegah. Hiperglikemi dapat terjadi karena pengaruh faktor internal dan eksternal.
Faktor eksternal yang meliputi pola diet tinggi karbohidrat, kurang olahraga,
konsumsi obat obatan tertentu secara berlebihan.
47
48
Banyak cara penanganan terapi yang dapat dilakukan untuk menangani
prediabetes, dengan cara non farmakologik maupun secara farmakologik yang lebih
dikenal dengan obat antihiperglikemi oral. Putri malu merupakan salah satu tanaman
obat yang banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati diabetes.
Quercetin dalam flavonoid merupakan komposisi yang paling dominan.
Quercetin bekerja sebagai alfa glukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas αglucosidase menurunkan kadar gula darah post prandial secara signifikan
Di Indonesia putri malu dikenal sebagai tanaman gulma dan mudah
ditemukan.
3.2 Konsep Penelitian
Ekstrak daun
putri malu
FAKTOR EKSTERNAL


FAKTOR INTERNAL



Pola makan
Aktivitas fisik
Tikus
pradiabetes
Kadar gula
darah
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
Yang diteliti
Yang tidak diteliti
48
Genetik
metabolisme tubuh
hormonal
49
3.3 Hipotesis Penelitian
Ekstrak etanol daun putri malu secara oral menurunkan kadar gula darah post
prandial pada tikus galur wistar jantan prediabetes.
49
50
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control
group design (Pocock, 2008).
Pada kelompok subjek penelitian dilakukan pengambilan sampel secara
random yang memenuhi persyaratan inklusi penelitian. Semua tikus jantan yang
ada dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol yang diberi
deksametasone 0,06mg dan minum dektrosa 40% ad libitum + aquadest 1cc
sebagai placebo, kelompok perlakuan yang diberi deksametason 0,06mg dan
minum dekstrosa 40% ad libitum + ekstrak etanol daun putri malu 300mg/kg BB
secara oral, dosis sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan.
Rancangan penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
P0
O1
P
S
O2
R
P1
O3
O4
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian
33
50
51
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
R = Random
P0 = Perlakuan pada Kelompok Kontrol yang diberikan deksametason 0,06mg +
dekstrosa 40% ad libitum + aquades 1ml
P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan yang diberikan deksametasone
0,06mg + dekstrose 40% ad libitum + ekstrak etanol daun putri malu
300mg/kg BB secara oral.
O1 = Kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan pada kelompok kontrol
(pre test).
O2 = Kadar gula darah post prandial sesudah perlakuan pada kelompok kontrol
(post test).
O3 = Kadar gula darah
post prandial sebelum perlakuan pada kelompok
perlakuan (pre test)
O4 = Kadar gula darah
post prandial sesudah perlakuan pada kelompok
perlakuan (post test)
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit (LAU) Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
51
52
Pemeriksaan gula darah post prandial dengan menggunakan metode enzimatik
dengan alat spektrofotometer dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi Bali.
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 23 hari.
4.3 Penentuan Sumber Data
4.3.1 Variabilitas Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah tikus galur wistar jantan yang sesuai
dengan sampel yang telah ditentukan dalam penelitian, prediabetes.
4.3.2 Kriteria Subyek:
a. Tikus (Rattus norvegicus) dewasa jenis kelamin jantan, galur Wistar
b. Kondisi prediabetes, dengan kadar glukosa darah sewaktu ≥135mg/dL
c. Umur 2,5 bulan – 3 bulan
d. Berat badan tikus 190-200 gr
4.3.3 Kriteria drop out :
Jika selama penelitian tikus mati.
4.3.4 Besar Sampel
Pada penelitian ini jumlah sampel dihitung dengan rumus (Pocock, 2008):
52
53
n
=
jumlah sampel
σ
=
simpangan baku (SD)
α
=
tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)
tingkat kemaknaan (1- α) = 0,95
β
=
tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,1)
f (α,β) =
nilai pada table Pocock (= 10,5) 41
μ1
=
rerata glukosa darah post prandial sebelum perlakuan
μ2
=
rerata glukosa darah post prandial setelah perlakuan
Berdasarkan penelitian pendahuluan diketahui nilai rerata gula darah post
prandial sebelum perlakuan adalah 148,80 ± 5,31 dan nilai rerata gula darah post
prandial setelah perlakuan adalah 142,2 ±4,25. Sehingga didapatkan jumlah
sampel sebesar 13,59 untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop out maka
ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel menjadi 14,95 dibulatkan 15 tikus per
kelompok. Jadi total sampel adalah 30 tikus.
4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Diambil tikus Wistar jantan prediabetes berumur 2,5 bulan – 3 bulan
dengan berat 190-200 gram, kemudian dikelompokkan menjadi 2
kelompok secara random.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun putri
malu (Mimosa pudica Linn).
53
54
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar gula darah post
prandial.
c. Variabel kendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah kualitas serta kuantitas
makanan, minuman, umur, jenis kelamin, galur dan berat badan mencit.
4.4.2 Definisi Operasional Variabel
1. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa
pudica Linn) yang didapatkan dari taman lahan terbuka di Depok, Jawa Barat.
2. Dosis ekstrak daun putri malu yang digunakan adalah 300 mg/kg BB tikus.
Diberikan 1 x sehari melalui sonde selama 7 hari.
3. Kadar gula darah post prandial adalah kadar gula darah tikus galur wistar
yang diukur 2 jam setelah makan (Konsensus Perkeni, 2011).
4. Kadar gula darah tikus hiperglikemia: > 135 mg% (Garrison, 2010).
5. Makanan diberikan pada tempat dan jumlah yang sama untuk tiap kelompok
berupa pelet dengan kadar protein 20 – 25 %, pati 45 – 55%, lemak 10 – 12 %
dan serat kasar 4% (Smith et al., 1988)
6. Minuman yang diberikan adalah dekstrosa 40% ad libitum
7. Hewan penelitian yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus) jantan
galur wistar usia 2,5 bulan dan berat 190-200 gr, prediabetes.
8. Tikus prediabetes dibuat dengan memberikan deksametason 0,06mg secara
oral.
54
55
9. Plasebo yang digunakan pada kelompok kontrol adalah akuades 1 ml 1x/hari
yang diberikan melalui sonde dan diberikan selama 7 hari.
4.4.3 Hubungan Antar Variabel
Ekstrak
Variabeletanol
bebas
daun putri
malu
Kadar
gula
darah
Variabel
tergantung
sewaktu
Variabel terkendali




Jenis kelamin
Usia
Berat badan
Deksametason
0,06mg &
dekstrosa 40%
Gambar 4.2.Skema Hubungan antar Variabel
4.5 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan :
1. Makanan ternak standard
2. Plasebo (aquadest)
3. Deksametason
4. Dextrosa 40%
5. Ketamin
6. Ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica Linn)
Alat-alat :
1. Kandang tikus
55
56
2. Tempat makan & minum tikus
3. Timbangan merek TANITA
4. Sarung tangan karet
5. Sonde lambung
6. Spuit injeksi 3cc
7. Pipa kapiler
8. Tabung mikrohematokrit Mixer Maserasi-Homogizer
9. Alat sentrifugasi
10. Timbangan digital
11. Rotary evaporator
12. Buku dan alat pencatatan data
13. Toples maserasi, erlenmeyer, corong gelas, rotary evaporator,
pisau cutter.
14. kertas saring, pipet
Hewan Percobaan :
Tikus jantan galur Wistar, usia 2,5 bulan dan berat 190-200 gr
4.6. Prosedur Penelitian
4.6.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Putri malu
Ekstrak metanol daun putri malu dibuat di Laboratorium Biopestisida,
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar-Bali.
Prosedur pembuatan ekstrak daun putri malu sebagai berikut:
1.
Daun putri malu (Mimosa pudica Linn) yang didapatkan dari taman lahan
terbuka di Depok, Jawa Barat, dicuci dengan air bersih mengalir.
56
57
2.
Daun putri malu yang telah bersih dikeringanginkan. Waktu untuk
mengeringkan daun selama 7 hari.
3.
Daun yang sudah kering kemudian digiling dengan menggunakan disc mill,
sehingga didapat bentuk serbuk.
4.
Kemudian dimaserasi di dalam pelarut (etanol) dengan perbandingan 1:10
(berat/volume) selama 48 jam dengan tujuan untuk menarik zat aktif pada
bahan yang akan diekstraksi.
5.
Filtrat diperoleh dengan penyaringan melalui 4 lapis kain kasa dilanjutkan
dengan penyaringan menggunakan kertas saring Whatman No 1.
6.
Filtrat yang diperoleh kemudian dievaporasi dengan menggunakan vaccum
rotary evaporator pada suhu 40ºC, sehingga diperoleh ekstrak.
4.6.2 Pemeliharaan Hewan Percobaan
Pemeliharaan tikus percobaan dilakukan di Laboratory Animal Unit bagian
Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Udayana dengan memperhatikan
hal berikut :
1. Tikus dipelihara dalam ruangan yang berventilasi cukup, dikandangkan
masing-masing secara individu berukuran 30 x 20 x 20 cm di Laboratory
Animal Unit (LAU) Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana .
2. Suhu ruangan berkisar 28o-32o C.
3. Makanan 2x sehari dan minuman diberikan secara ad libitum dalam bentuk
pellet dan pakan tikus. Makanan tikus yang baik mengandung protein 20 25%, lemak lemak 5%, karbohidrat 45 - 50%, serat kasar 5%, abu 4 - 5%
57
58
ditambah vitamin & mineral. Setiap hari tikus dewasa diberi makan 12 - 20 gr
(Smith, 1988)
4. Selama pemeliharaan bila tikus sakit maka akan diobati oleh dokter hewan.
5. Setelah berakhir penelitian maka tikus yang masih sehat dikembalikan ke
LAU bagian Farmakaologi FK UNUD.
6. Bila tikus mati, dikubur.
4.6.3 Pelaksanaan Penelitian
1. Dipilih tikus yang sehat
2. Tikus sehat diperiksa kadar gula darah post prandial (pre test).
3. Tikus prediabetes yaitu kadar gula darah post prandial ≥ 135mg/dl dipilih
untuk dijadikan sampel.
4. Kemudian secara acak tikus prediabetes ini dibagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif (PO), kelompok 2 sebagai
kelompok perlakuan (P1).
5. Semua tikus diberi perlakuan menurut kelompoknya, yaitu :
a) Kelompok 1:
 Tikus diberi makanan standar dan minum dextrosa 40% secara ad
libitum.
 Di samping pemberian makanan standar tikus juga diberikan
deksametason 0,06mg untuk tikus 190 - 200gr sekali sehari dan
aquadest 1 cc sekali sehari secara sonde, sebagai plasebo.
 Perlakuan ini dilakukan selama 7 hari.
58
59
b) Kelompok II :
 Tikus diberi makanan standar dan minum dekstrosa 40% secara ad libitum.
 Di samping pemberian makanan standar tikus juga diberikan
deksametason 0,06mg untuk tikus 190 - 200gr sekali setiap hari dan
ekstrak daun putri malu 300mg/kg BB sekali sehari secara sonde.
 Perlakuan ini dilakukan selama 7 hari.
6. Pada hari ke 8 dilakukan pemeriksaan kadar gula darah post prandial.
7. Pengambilan darah vena dengan menggunakan tabung mikro kapiler pada
canthus medial sinus orbitalis tikus 2 jam sesudah makan (post test)
8. Sebelum pengambilan darah melalui canthus medial sinus orbitalis, tikus
dianestesi terlebih dahulu dengan menggunakan ketamin 10% 0,1cc IM.
9. Kadar glukosa darah diperiksa dengan menggunakan metode enzimatik
dengan alat spektrofotometer di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali.
10. Dilakukan analisis data untuk membandingkan hasil dari kedua kelompok
tikus tersebut.
11. Setelah semua tikus selesai diberi perlakuan, tikus hidup yang telah diperiksa
dikembalikan ke Laboratorium Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
12. Jika ada tikus yang mati maka akan dikubur.
4.6.4 Cara Pemeriksaan Kadar Gula Darah Post Prandial
Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan cara mengambil darah
tikus Wistar prediabetes melalui medial canthus sinus orbitalis dengan
menggunakan tabung mikro kapiler sebanyak 1 ml tiap tikus. Pengambilan darah
59
60
dilakukan 2 jam setelah tikus diberi makan. Saat dilakukan pengambilan darah
tikus dibawah pembiusan dengan injeksi ketamin 10% 0,1cc BB IM. Kemudian
darah tikus disentrifugasi dan kemudian diperiksa kadar gula darah post prandial
pada Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali.
4.7 Alur Penelitian
Periksa kadar gula darah post prandial tikus (pre test)
30 tikus prediabetes
(gula darah ≥135mg/dl)
Kelompok 1
15 tikus
Kelompok 2
15 tikus
deksametason 0,06mg
+
dekstrosa 40% ad libitum
+
Aqua 1 ml
deksametason 0,06mg
+
dekstrosa 40% ad libitum
+
Ekstrak etanol daun putri malu
300 mg / kg bb
Periksa kadar gula darah post prandial (post test)
Analisis Data
Laporan
Gambar 4.3 Alur Penelitian
60
7 hari
61
4.8 Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji
hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yaitu mean kadar gula darah
post prandial.
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per
kelompok kurang dari 30. Data dinyatakan berdistribusi normal dengan p>
0,05).
3. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dengan Levene’s Test. Varian data dinyatakan homogen
dengan p > 0,05.
4. Uji Komparasi
Antar pre test dan post test tiap kelompok dilakukan uji t-berpasangan
(paired t-test).
Antar kelompok dilakukan uji t-tidak berpasangan (t-independent test).
61
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan
pretest-postest Control Group Design, menggunakan 30 tikus (Rattus norvegicus)
jantan galur Wistar prediabetes, dengan kadar glukosa darah post prandial
≥135mg/dL, umur 2,5 bulan – 3 bulan, dengan berat badan 190-200 gr sebagai
sampel, yang terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 15 tikus,
yaitu kelompok kontrol yang diberikan deksametason 0,06 mg + dekstrosa 40%
ad libitum + aquades 1ml yang diberikan secara sonde dan kelompok perlakuan
yang diberikan deksametason 0,06 mg + dekstrosa 40% ad libitum + ekstrak
etanol daun putri malu 300mg/kgbb secara sonde. Dalam bab ini akan diuraikan
uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek
perlakuan.
5.2 Uji Normalitas Data
Data kadar gula darah sewaktu diuji normalitasnya dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05),
disajikan pada Tabel 5.1.
62
63
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Kadar Gula Darah Tikus Post Prandial
Kelompok Subjek
Gula darah post prandial
Gula darah post prandial
Gula darah post prandial
Gula darah post prandial
kontrol pre
perlakuan pre
kontrol post
perlakuan post
n
P
Ket.
15
15
15
15
0,442
0,380
0,376
0,969
Normal
Normal
Normal
Normal
5.3 Uji Homogenitas Data
Data kadar gula darah post prandial diuji homogenitasnya dengan
menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05),
disajikan pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2
Homogenitas Data Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok
Perlakuan
Variabel
Gula darah post prandial pre
Gula darah post prandial post
F
P
Keterangan
1,71
0,78
0,103
0,386
Homogen
Homogen
5.4 Gula darah Post Prandial
5.4.1 Uji Komparabilitas
Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan:
a. Rerata kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan dengan sesudah
perlakuan pada kelompok kontrol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t
berpasangan (paired t-test) disajikan pada tabel 5.3
63
64
Tabel 5.3
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum
Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok Kontrol
Kelompok Subjek
Pre test
Post test
n
Rerata Kadar Gula
Darah Post Prandial
(mg/dl)
SB
t
p
15
15
153,73
162,87
6,80
7,46
-3,815
0,002
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post
prandial pre test kelompok kontrol adalah 153,736,80 dan rerata post test
kelompok kontrol adalah 162, 877,46. Analisis kemaknaan dengan
uji t-
berpasangan (paired-t test) menunjukkan bahwa nilai t = -3,815 dan nilai p =
0,002. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada pre test
dengan post test kelompok kontrol berbeda secara bermakna (p<0,05).
162.87
164
162
160
158
153.73
156
154
152
150
148
Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
Gambar 5.1 Perbandingan Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum
Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol
64
65
b. Rerata kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan dengan
sesudah perlakuan (post test) pada kelompok perlakuan. Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t berpasangan (paired t-test) disajikan pada
tabel 5.4
Tabel 5.4
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum
Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan
n
Rerata Kadar Gula
Darah Post Prandial
(mg/dl)
SB
Pre test
15
149,13
5,89
Post test
15
126,67
8,50
Kelompok Subjek
t
p
10,38
0,001
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post
prandial pre test kelompok perlakuan adalah 149,135,89 dan rerata post test
kelompok kontrol adalah 126, 678,50. Analisis kemaknaan dengan
uji t-
berpasangan (paired-t test) menunjukkan bahwa nilai t = 10,38 dan nilai p =
0,000. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada pre test
dengan post test kelompok perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
65
66
149.13
150
145
140
135
126.67
130
125
120
115
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Gambar 5.2 Perbandingan Kadar gula darah post prandial sebelum
perlakuan dengan sesudah perlakuan pada
Kelompok
Perlakuan
c. Rerata kadar gula darah post prandial antar kelompok sebelum
diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol daun putri malu. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.5
Tabel 5.5
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Antar Kelompok
Sebelum Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu
n
Rerata Kadar Gula
Darah Post Prandial
(mg/dl)
SB
Kontrol
15
153,73
6,80
Perlakuan
15
149,13
5,89
Kelompok Subjek
t
p
1,69
0,102
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post
prandial kelompok kontrol adalah 153,736,80 dan rerata kelompok perlakuan
adalah 149,135,89. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan
66
67
bahwa nilai t = 1,69 dan nilai p = 0,102. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula
darah post prandial pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak
berbeda (p>0,05).
5.4.2 Uji efek pemberian ekstrak etanol daun putri malu
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar gula darah post
prandial antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol daun
putri malu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.6
Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok
Sesudah Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu
Kontrol
15
Rerata Kadar Gula
Darah Post Prandial
(mg/dl)
162,87
Perlakuan
15
126,67
Kelompok Subjek
n
SB
7,46
8,50
t
p
12,40
0,001
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post
prandial kelompok kontrol adalah 162,877,46 dan rerata kelompok perlakuan
adalah 126,678,50. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan
bahwa nilai t = 12,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula
darah post prandial pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
secara bermakna (p<0,05).
67
68
Tabel 5.7
Perbandingan Rerata Kadar Gula Post Prandial Antar Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok
Subjek
n
Rerata Kadar Gula
Darah Post Prandial
(mg/dl)
SB
Pre Test
Post Test
Pre
Test
t
Post
Test
Kontrol
15
153,73
162,87
6,80
7,46
Perlakuan
15
149,13
126,67
5,89
8,50
180
153.73
p
Pre
Test
Post
Test
Pre
Test
Post
Test
1,69
12,40
0,102
0,001
162.87
149.13
160
126.67
140
120
100
80
60
40
20
0
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
= Kelompok Kontrol
= Kelompok Perlakuan
Gambar 5.3 Perbandingan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan
68
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak etanol daun putri malu terhadap
penurunan kadar gula darah, maka dilakukan penelitian eksperimental dengan
rancangan pretest-posttest Control Group Design, menggunakan 30 tikus (Rattus
norvegicus) dewasa jantan, galur Wistar prediabetes, dengan kadar gula darah
post prandial ≥135mg/dL, umur 2,5 bulan – 3 bulan, dan berat badan tikus 190200 gr sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok
kontrol yang diberikan deksametason 0,06 mg dan dextrosa 40% ad libitum +
aquades 1cc dan kelompok perlakuan yang diberikan deksametason 0,06 mg dan
dextrose 40% ad libitum + ekstrak etanol daun putri malu 300mg/kg BB secara
oral selama penelitian.
6.2 Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian berupa kadar gula darah sebelum dianalisis lebih
lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji distribusi
digunakan uji Shapiro-Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data dan uji
homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa
masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).
69
70
6.3 Induksi Hiperglikemia oleh Deksametason dan Dekstrosa
Deksametason merupakan glukokortikoid yang memiliki aktivitas efek
anti inflamasi, mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak.
Kortikostreoroid ini menyebabkan glukoneogenesis di jaringan perifer dan hepar.
Pemberian deksametason dalam waktu yang lama akan meningkatkan glukosa
darah (toleransi terhadap glukosa menurun), serta resistensi terhadap insulin,
sehingga
menimbulkan
gejala
seperti
penderita
diabetes
yakni
terjadi
hiperglikemia (Suherman, 2009).
Dekstrosa merupakan karbohidrat sederhana, merupakan suatu bentuk Dglukosa yang dengan cepat akan diabsorbsi di dalam saluran pencernaan masuk ke
dalam sirkulasi darah bila diberikan per oral, sehingga kadar glukosa darah akan
meningkat. Secara normal hormon insulin akan segera disekresi oleh kelenjar
pankreas untuk mengatur kadar glukosa darah yang tinggi setelah makan. Insulin
akan meregulasi glukosa darah yang tinggi masuk ke dalam sel-sel otot yang akan
dipakai sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi. Sebagian lagi akan
digunakan untuk proses pembentukan glikogen otot dan hati (Glikogenesis) dan
pembentukan lemak di jaringan adipose (lipogenesis), sebagai cadangan energi
(Rochelle, 2014).
6.4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Putri Malu
Uji perbandingan antara kedua kelompok sebelum perlakuan berupa
pemberian ekstrak etanol daun putri malu menggunakan uji t-independent. Rerata
kadar gula darah post prandial kelompok kontrol adalah 153,736,80 dan rerata
kelompok perlakuan adalah 149,135,89. Analisis kemaknaan dengan uji tindependent menunjukkan bahwa nilai t = 1,69 dan nilai p = 0,102. Hal ini
70
71
berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial
pada kedua kelompok
sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).
Sedangkan sesudah perlakuan, rerata kadar gula darah post prandial
kelompok kontrol adalah 162,877,46 dan rerata kelompok perlakuan adalah
126,678,50. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 12,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah
post prandial pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p<0,05).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar gula darah sebesar 15,06% dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena daun putri malu (Mimosa
pudica Linn) kaya akan kandungan kimia, antara lain: 1) flavonoid, flavonoid
merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik. Fungsi flavonoid
sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan
oksidatif akibat radikal bebas, yang berasal dari proses-proses dalam tubuh atau
dari luar (Azmi et al., 2011). Flavonoid utama dalam putri malu adalah quercetin.
Quercetin bekerja sebagai α-glukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas dari αglucosidase, enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dalam
pencernaan, dapat secara signifikan menurunkan kadar serum glukosa darah post
prandial (Azmi et al., 2011; Hussain, S.A., et al., 2012); 2). Tannin, merupakan
flavonoid, kadarnya sedikit dalam tanaman. Tanin dapat menghambat penyerapan
glukosa dalam saluran pencernaan dengan cara menghambat α-glukosidase.
71
72
Putri malu sering digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk
berbagai penyakit. Salah satu kegunaan putri malu secara tradisional adalah
sebagai antidiabet. Dimana putri malu mengandung quercetin bekerja sebagai αglukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas dari α-glucosidase, enzim yang
berperan dalam metabolisme karbohidrat dalam pencernaan, dapat secara
signifikan menurunkan kadar serum glukosa darah post prandial (Azmi et al.,
2011; Hussain, S.A., et al., 2012).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
beberapa hasil penelitian tentang khasiat putri malu terhadap diabetes yang
meneliti aktivitas daun putri malu diekstraksi menggunakan petroleum eter dosis
600 mg/kg/hari dan daun putrimalu diekstraksi menggunakan etanol dosis 600
mg/kg/hari yg diberikan secara oral pada tikus wistar diabetes. Hasilnya
menunjukkan bahwa ekstrak daun putri malu menggunakan etanol secara
signifikan menunjukkan penurunan kadar gula darah 32.46% pada jam ke 5
setelah pemberian obat. Pada pemeriksaan hari ke 7 ekstrak etanol daun putri
malu mengurangi kadar gula darah 50,35% (Sutar et al., 2009).
Demikian juga peneliti lain meneliti efek antidiabetik dari serbuk kering
akar putri malu dosis 2mg/kg, 4mg/kg, 6mg/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi
gum tragacanth pada kelinci putih (Albino Rabbit) yang beratnya 1,5-2 kg yang
kadar gula darahnya 250-300mg/dL karena sudah diintervensi dengan Alloxan
150mg/kg secara intravenous untuk menginduksi diabetes dibandingkan dengan
Glimepride secara oral dosis 800ug/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum
tragacanth (Sumon et al., 2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek
antidiabetik serbuk kering akar putri malu pada dosis 6mg/kg dalam 5mL dalam
72
73
2% suspensi gum tragacanth secara signifikan menurunkan kadar gula darah
kelinci putih diabetes pada jam ke 12 setelah pemberian serbuk kering akar putri
malu hari ke 10 yaitu 147.23mg/100mL dibandingkan pemberian glimepride
256.82mg/100ml (Bashir et al. 2013).
73
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak etanol daun putri malu
didapatkan simpulan sebagai berikut: Ekstrak etanol daun putri malu secara oral
dapat menurunkan kadar gula darah sewaktu pada tikus galur wistar jantan
prediabetes sebesar 15,06%.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi
optimal pemberian ekstrak etanol daun putri malu terhadap penurunan
kadar gula darah.
2. Disarankan untuk dilakukan uji klinis terhadap ekstrak etanol daun putri
malu untuk mengetahui dosis tepat menurunkan kadar gula darah.
74
ii
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2011. Executive Summary : Standards of
Medical Care in Diabetes; 34:S4-S10
Animal Article, 2011. Normal Rat Blood Glucose Level. Available at
www.animalarticle.info/Normal-Rat-Blood-Glucose-Level. Accesed at
06/21/2012.
Aroda, V. R., Ratner, R., 2008. Approach to The Patient with Prediabetes. Jounal
lin Endocrinology Metabolism. 93(9) : 3259-3265
Atsumoto, M. K., Yamasaki, H., Akazawa, S. High-dose but not low-dose
dexamethasone impairs glucose tolerance by inducing compensatory
failure of pancreatic beta-cells in normal men. Journal Clinical
Endocrinology Metabolism 1996; 81:2621–2626.11
Azmi, L., Manish, K. S. and Ali, K. A., 2011. Pharmacological and biological
overview on Mimosa pudica Linn. International Journal Pharmacology
Life Science 2: 1226–1234
Babar, T., dan Skugor., M. 2009. Diabetes Mellitus Treatment. Current Clinical
Medicine. 2nd Edition. Saunders Elsevier. Philadelphia. p. 358-363.
Bashir, R., Aslam, B., Javed, I., Muhammad, F., Sindhu, Z., Sarfraz, M. and
Fayyaz, A. 2013. Antidiabetic Efficacy of Mimosa Pudica (Lajwanti) Root
in Albino Rabbits. International Journal of Agriculture and Biology
Banik, G., Bawari, M., Dutta, C. M., Choudhury, S. and Sharma, G.D., 2010.
Some antidiabetic plants of southern Assam, India. Journal Science
Technology, 5: 114–119
Bhat, M., Zinjarde, S. S., Bhargava, S. Y., Kumar, A. R., Joshi, B. N. 2011.
Antidiabetic Indian Plants : A Good Source of Potent Amylase Inhibitors.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Vol 2011.
Boedisantoso, A. 2007. Prediabetic: Should it be Treated? Proceding. PIT
Penyakit Dalam. Hal. 82-83.
Buku Panduan Pengelolaan Prediabetes dan Pencegahan Diabetes Tipe 2. 2009.
Soeatmadji, D.W., Pranoto, A., Manaf, A. Jakarta.
ii
iii
Champanerkar, P. A., Vaidya, V. V., Shailajan, S., Menon, S. N., 2010. A
sensitive, rapid and validat ed liquid chromatography −tandem mass
spectrometry (LC-MS-MS) method fordetermination of Mimosine in
Mimosa pudica Linn. Natural Science Journal.,7:713-717
Depkes, 2008. Laporan Nasional : Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.
Available at www.ppid.depkes.co.id/index. Accesed at 06/21/2012.
Esha Flora Plants and Tissue Culture. 2008. Tanaman Obat Indonesia Untuk
Pengobatan.
Available
at
:
indonesiaherbal.blogspot.com/2008/11/tanaman-obat-indonesia-untukpengobatan.html.
Ferris, H. A. and Kahn, C. R. 2012. New mechanisms of glucocorticoid-induced
insulin resistance: make no bones about it. The Journal of Clinical
Investigation Volume 122:11
Fowler, B.D. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. In : Anti-Aging
Medical Teurapeutics. American Academy of Anti Aging Medicine.
Volume 5 ; 43-52.
Gardner, D. G., Shoback D.,2011. Greenspans’s Basic and Clinical
Endocrinology 9th Edition. Mc Graw-Hill Companies. United States of
America. p. 573-575; 610; 625-631
Garrison, R. 2010. Rat Blood Glucose Level, available from: http:// www.
How.com, accessed at 25/10/2010.
Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and
Management of Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8.
Universities Federation for Animal Welfare. p. 311-324.
Hussain, S. A., Ahmed, Z. A., Mahwi, T. O., Aziz, T. A. 2012. Quercetin
Dampens Postprandial Hyperglycemia in Type 2 Diabetic Patients
Challenged with Carbohydrates Load. International Journal of Diabetes
Research 1(3); 32-35.
Ilyas, E. 2009. Olahraga bagi Diabetesi. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. FKUI, Hal : 69-110.
Kahn, C. R. 2002. Etiology and Pathogenesis of Type 2 Diabetes Mellitus and
Related Disorders. Principles and Practice of Endrocrinology and
Metabolism. Lippincott Williams and Wilkins Publishers. Part IX.
Karyani, I. 2003. Mencegah Penyakit Degeneratif Dengan Makanan. Cermin
Dunia Kedokteran. Volume : 140.
iii
iv
Konsensus Perkeni. 2011. Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe
2 di Indonesia 2011.
Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals.
Academic Press. p. 3-56.
Mycek, M. J., Harvey, R. A., Champe, P.C. 2001 Insulin dan obat-obat
Hipoglikemik Oral. Edisi 2. Penerjemah: Azwar Agoes. Jakarta: Widya
Medika. Halaman: 259-65.
Nala, I. G. N. 2011. Prinsip Pelatihan. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Udayana
University Press. Halaman: 1-8, 23-108.
Narkhede, M. B., Ajimere, P.V., Wagh, A.E., Mohan, M., Shivashanmugam.
2011. Invitro antidiabetic activity of Caesalpina digyna (R). metahnol root
extract.
Nathan, M. N., Buse, J. B., Mayer, B. D., Ferrannini, E., Holman, R. R., Sherwin,
R. 2008. Medical management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes A
consensus Algorithm for the Initiation and Adjustment of Therapy. A
consensus statement of the American Diabetes Association and the
European Association for the Study of Diabetes. Diabetes Care. Vol 31:111.
Neeharika, V., Vamsi, K. R., Madhava, R. B. 2012. Effect of Madhuriktha on
Dexamathasone and Fructose Induced Insulin Resistance in Rats. Journal
Natural Product Plantation Research. 2012 (2). 288-294. Available from
:http/scholarsresearshlibrary.com/archive.html Accessed at 05/09/2012
Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Metode Uji
Toksisitas. Halaman: 86. 52
Pande, M. and Anupam, P., 2010. Preliminary pharmacognostic evaluations and
phytochemical studies on roots of M. pudica (Lajwanti). International
Journal Pharmacology Science Review Research. 1: 50–52
Pangkahila, J. A. 2012. Exercise To Improve Sex Steroids. Proceeding National
Symposium and Workshop on Anti-Aging Medicine. Denpasar, March 16
18, 2012.
Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan sehat. Cetakan ke
1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal : 1-3, 9-10, 36-40.
Pangkahila, W. 2007. Anti-Aging Medicine. Memperlambat
Meningkatkan Kualitas Hidup. Hal 25, 106-108
iv
Penuaan
v
Pocock, S. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. Chichester : John Willey
and Sons. P. 127-128.
Powers, A. C. 2008. Diabetes Mellitus. Harrisons Principles of Internal Medicine.
7th Edition. McGraw-Hill Companies. United States of America.p. 22752304.
Pour, O. R., Dagogo, J. S. 2011. Prediabetes as a therapeutic target. Clinical
Chemistry. 57:215-220.
Ranjan, R. K., Kumar M. S, Seethalakshmi I. and Rao M. R. K . 2013. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research, 5(5): 53-55
Rochelle, J. 2014. What Is Dextrose? [online] Available from:
http//www.ehow.com/about_5387768_dextrose.html [Accessed July 31,
2014].
Saraswat, R. and Pokharkar, R. 2012. GCMS Studies of Mimosa pudica.
International Journal of Pharmacology Technology Research vol.4, No.1,
p 93-98.
Sharkey, B. J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Cetakan pertama. Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Halaman : 3-21, 71-90.
Smith, J. B., dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press), hal: 30 – 32 , 43-44, 54,57.
Suherman, S. K. 2009. Adrenokortikotropin, Adrenokortokosteroid, AnalogSintetik dan Antagonisnya. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5, FKUI, hal:
482-500.
Suprapta, D. N. dan Khalimi, K., 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Senyawa
Alam Dan Agen Hayati. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Udayana. p: 1-2.
Sutar, N. G., Sutar, U. N., Behera, B. C., 2009. Antidiabetic Activity of Leaves of
Mimosa pudica Linn in Albino Rats. Journal of Herbal Medicine and
Toxicology 3 (1) 123-126
Suyono, S. 2009a. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.FKUI, Hal : 3-10.
Tanaman Obat. 2012. Petunjuk Penggunaan Tanaman Obat. Available at :
www.tanaman-obat.com.Accesed at 02/21/2012.
v
vi
The National Institute of Health Research and Development, Minister of Health,
Republic of Indonesia. Report on result of National Basic Health research
(RISKESDAS) 2007.
Tony, H., dan B, Suharto. 2005. Insulin, glukagon dan antidiabetik oral.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas
Indonesia. p: 467-81.
Varnika, S., Ashish, S., Imran, A.. 2012. A Review on Ethnomedical and
Traditional Uses of Mimosa Pudica (Chui-Mui). International Research
Journal of Pharmacy, 3 (2).
Viswanathan, R., Sekar, V., Velpandian, V., Sivasaravanan, K. S., Ayyasamy, S.
2013. Anti-diabetic Activity of Thottal Vadi Choornam (Mimosa Pudica)
in Alloxan Induced Diabetic Rats. International Journal of Natural Product
Science 2013; 3(5): 13-20.
Wibowo. 2003. The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder.
Jakarta : FKUI. Halaman 11-17
Wijaya, C. H., Rahminiwati, M., Wu, M. C., Lo, D. 2011. Inhibition of α–
Glukosidase and α-Amylase Activities of some Indonesian Herbs: In Vitro
Study. The 12th ASEAN Food Conference 2011. Bangkok. Page 285-288.
Winarti, C., dan Nudjanah, N. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat
Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian volume
24(2) : 47-55.
World Health Organization. 2006. Definition and Diagnosis od Diabetes Mellitus
and intermediate hyperglycemia : report of a WHO/IDF consultation.
WHO Document Production services. Geneva, Switzerland.
Yount, W. R., 2006. Research Design and Statictical Analysis in Christian
Ministry 4th Edition. USA. Unit 13: 1-11.
vi
vii
Lampiran 1
Keterangan Kelaikan Etik
vii
viii
Lampiran 2
Hasil Analisis Putri Malu
viii
ix
ix
x
Lampiran 3
Pengelolaan Hewan Coba pada Penelitian dengan judul :
PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn)
SECARA ORAL MENURUNKAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU
PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR PREDIABETES
Sesuai dengan saran dari Komisi Etik Penelitian FK Unud maka hewan
coba yang dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan
hewan yang telah berkorban untuk kepentingan kemanusian tetap terjamin.
Perlakuan sebelum penelitian:
Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen. Tikus yang dipakai
adalah hasil peternakkan sendiri dari kandang yang dibuat nyaman. Luas kandang
adalah 30 kali 20 kali 20 sentimeter. Selama masa adaptasi 7 hari tikus dipelihara
dengan sangat memperhatikan suasana kandang yang nyaman yang meliputi
kebersihan, sirkulasi udara, dan penyedian makan dan minum. Untuk keperluan
ini peneliti menugaskan seorang petugas kandang untuk mengamati hewan coba
didalam kandang – kandang. Penerangan didalam kandang diatur 12 jam gelap 12
jam terang. Kesehatan tikus di monitor dengan memakai konsultan dokter hewan.
Perlakuan selama penelitian:
Selama penelitian tikus-tikus ditaruh sangat teratur dengan nomor urut sesuai
kelompok. Tikus ditaruh secara individu. Makanan dimonitor dua kali sehari (Pagi
dan Siang). Jumlah makanan ditakar agar sesuai kebutuhan dan selalu bersih.
Suhu dan ventilasi serta kelembaban kandang dijaga ketat. Bila ada tikus yang
sakit dikonsulkan ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan yang sesuai.
Untuk mengetahui berat tikus dilakukan penimbangan dengan timbangan Tanita.
x
xi
Setelah 23 hari, tikus dianestesi, lalu diambil darah dari medial kantus sinus
orbitalis, tikus dianestesi secara intra muscular terlebih dahulu sebelum diambil
darahnya. Kemudian dielus-elus supaya rasa sakitnya minimal dan tikus merasa
nyaman. Darah yang diambil 1cc.
Setelah pengambilan darah tikus akan dikembalikan
kekandangnya dan
diperlakukan secara baik dan dibuat nyaman.
Perlakuan setelah penelitian:
Tikus dikembalikan ke Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
xi
xii
Lampiran 4
Foto- Foto Penelitian
Rotary evaporator
Kandang Tikus
xii
xiii
Pemberian Ekstrak secara Oral
xiii
xiv
Ketamin
Mengambil darah melalui sinus orbitalis
xiv
xv
Tabung EDTA
Darah dimasukkan ke dalam tabung mikro
xv
xvi
Mengambil serum darah untuk dikirim ke laboratorium
xvi
xvii
Lampiran 5
Data Hasil Pemeriksaan Gula Darah Post Prandial
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Pre Test
diberikan dexamethasone 0,06mg+ dextrosa 40%
139
158
172
163
160
161
160
162
153
152
151
139
140
146
150
153
148
145
147
156
148
152
147
153
167
155
167
167
164
163
xvii
Post Test
diberikan dexamethasone 0,06mg + dekstrosa 40%
+ akuades
'+ ekstrak putri malu 300mg/kg BB tikus
163
164
165
174
167
180
162
155
167
152
160
155
160
155
164
145
136
137
131
131
145
148
145
151
150
141
155
145
153
145
xviii
Lampiran 6
Analisis Data Statistik
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statisti
c
Kelompok
Kadar_gula Kontrol
.139
_darah_sew Ekstrak Etanol daun
aktu_pre
putri malu 300
.145
mg/kgbb
Kadar_gula Kontrol
.157
_darah_seka Ekstrak Etanol daun
tu_post
putri malu 300
.119
mg/kgbb
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
df
Shapiro-Wilk
Statisti
c
Sig.
df
Sig.
15
.200
*
.944
15
.442
15
.200*
.940
15
.380
15
.200*
.939
15
.376
15
.200*
.980
15
.969
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1 Kadar gula darah post
prandial pre
N
153.73
Kadar gula darah post prandial
162.87
post
a. Kelompok = Kontrol
Std. Error
Mean
Std. Deviation
15
9.801
2.531
15
7.463
1.927
Paired Samples Correlationsa
N
Kadar gula darah post prandial
pre & Kadar gula darah post
prandial post
a. Kelompok = Kontrol
Correlation
Sig.
Pair 1
xviii
15
.450
.093
xix
Paired Samples Testa
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std.
Deviat Error
Mean ion Mean Lower
Upper
Pair Kadar gula darah
1
post prandial pre
-9.133 9.273 2.394 -14.268
& Kadar gula darah
post prandial post
a. Kelompok = kontrol
t
Sig.
df (2-tailed)
-3.998 -3.815 14
.002
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1 Kadar gula darah post
prandial pre
N
149.13
Std.
Deviation
15
Kadar gula darah post
126.67 15
prandial post
a. Kelompok = Ekstrak Etanol daun putri malu 300 mg/kgbb
Std. Error
Mean
3.889
1.004
8.499
2.195
Paired Samples Correlationsa
N
Correlation
Kadar gula darah post prandial
pre & Kadar gula darah post
15
prandial post
a. Kelompok = Ekstrak Etanol daun putri malu 300 mg/kgbb
Sig.
Pair 1
xix
.259
.352
xx
Paired Samples Testa
Paired Differences
Std.
Std.
Deviat Error
Mean ion
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
t
Sig. (2df tailed)
Pair Kadar gula
1 darah post
prandial pre
22.467 8.383 2.164 17.825 27.109 10.380 14
& Kadar gula
darah post
prandial post
a. Kelompok = Ekstrak Etanol daun putri
malu 300 mg/kgbb
.000
Uji t-independent antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan
Group Statistics
Kelompok
N
Kadar_gula_darah_ Kontrol
post prandial _pre Ekstrak Etanol daun
putri malu 300
mg/kgbb
Kadar_gula_darah_ Kontrol
post prandial _post Ekstrak Etanol daun
putri malu 300
mg/kgbb
xx
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
15 153.73
6.801
2.531
15 149.13
5.889
1.004
15 162.87
7.463
1.927
15 126.67
8.499
2.195
xxi
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
F
Kadar_gula_ Equal
darah_ post variances
prandial_pre assumed
1.714
Sig.
.103 1.69
Equal
variances not
assumed
Kadar_gula_
darah_ post
prandial
_ post
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
.776
t
.386
df
Sig.
Mean
Std. Error
(2-tailed) Difference Difference Lower Upper
28
.102
4.600
2.723
1.69 18.30
.108
4.600
2.723 -1.113 10.313
28
.000
36.200
2.920 30.218 42.182
12.39 27.54
5
0
.000
36.200
2.920 30.213 42.187
12.39
5
xxi
-.977 10.177
Download