TESIS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (MIMOSA PUDICA LINN) SECARA ORAL MENURUNKAN KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR PREDIABETES AGATHA SRI PUJIATININGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 TESIS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (MIMOSA PUDICA LINN) SECARA ORAL MENURUNKAN KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR PREDIABETES AGATHA SRI PUJIATININGSIH NIM 1290761028 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 i PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (MIMOSA PUDICA LINN) SECARA ORAL MENURUNKAN KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR PREDIABETES Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana AGATHA SRI PUJIATININGSIH NIM 1290761028 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 2 3 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 26 November 2014 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila,SpAnd,FAACS NIP. 194612131971071001 Prof. dr. I Gusti Made Aman, SpFK NIP. 194606191976021001 Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof.Dr.dr.Wimpie I Pangkahila,SpAnd,FAACS NIP. 194612131971071001 Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K) NIP. 195902151985102001 3 4 Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal : 26 November 2014 Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 3456/UN14.4/HK/2014 Tanggal : 19 September 2014 Ketua : Prof.Dr.dr.Wimpie I Pangkahila,SpAnd,FAACS Anggota : 1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, SpFK 2. Prof.Dr.dr. J. Alex Pangkahila, MSc, Sp. And 3. Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, Sp. PD-KEM 4. Dr.dr. Ida Sri Iswari, Sp. MK, M.Kes 4 5 5 6 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya dapat penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ―Pemberian Ekstrak Daun Putri malu (Mimosa pudica Linn) Secara Oral Menurunkan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar Jantan Pradiabetes‖. Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan yang dijalani penulis untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. 2. Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana. 3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Pasca Sarjana Universitas Udayana. 6 7 4. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana dan selaku Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 5. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK., selaku Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan sabar telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And., selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 7. Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, Sp PD-KEM, selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 8. Dr. dr.Ida Sri Iswari, M. Kes. , selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 9. Bapak Khamdan Khalimi, SP.MSi, yang banyak membantu dalam pembuatan ekstrak daun putri malu selama penelitian di Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana. 10. Bapak Gede Wiranatha, S.Si yang banyak membantu dan menjaga hewan coba selama penelitian di Animal Laboratory Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 11. Seluruh dosen di Universitas Udayana atas ilmu dan bimbingan yang sangat bermanfaat, serta dr. Okanegara, Geg Eni, Geg Wah, Pak Edy, Geg 7 8 Yethi, Geg Ami dan seluruh staf atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama studi. 12. Keluarga tercinta yaitu suami saya Ir. Yohanes Harry Tuwaidan, anak – anak saya Richard Wicaksono Tuwaidan, Renaldy Wibisono Tuwaidan serta ayah saya P. D. Sukrowinarso dan mendiang ibu saya atas doa, bantuan, dukungan, semangat, dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan. 13. Rekan-rekan sejawat yaitu Dian Bniarie, Rini Diana Sari, Imelda Audrey Chandra, F.M Delly Dahlia, Lilies, Yessy, Kadek Trisnawati, dr. Eka Sp.S, R.Tania Marini dan rekan sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan, dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti studi, khususnya dalam penulisan tesis ini. 14. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini dan penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk memperbaikinya. . Meski jauh dari sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. 8 9 Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada kita semua, Amin. Denpasar, November 2014 Penulis 9 10 ABSTRAK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (MIMOSA PUDICA LINN) SECARA ORAL MENURUNKAN KADAR GULA DARAH POST PRANDIAL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR PREDIABETES Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok gangguan metabolik yang berhubungan dengan karakteristik hiperglikemia. Faktor penyebab hiperglikemia di antaranya penurunan sekresi insulin, peningkatan glikogenolisis, resistensi insulin dan peningkatan dari glukoneogenesis. Pemberian obat-obatan diabetes oral dan tanaman herbal, salah satunya daun putri malu diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah post prandial. Empat puluh persen prediabetes akan berlanjut menjadi diabetes. Diet merupakan upaya utama dalam menanggulangi tingginya kadar gula darah, disertai olah raga teratur. Bila usaha ini gagal maka perlu dipertimbangankan untuk memulai penggunaan obat penurun kadar glukosa darah post prandial. Kenyataannya obat sintetis penurun kadar glukosa darah post prandial cukup mahal, sehingga perlu upaya pengobatan lain yang relatif murah, salah satunya adalah ektrak daun putri malu. Ekstrak yang banyak mengandung quercetin yang bekerja sebagai α-glukosidase inhibitor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun putri malu (Mimosa pudica Linn) untuk menurunkan kadar glukosa darah post prandial dan untuk mengetahui dosis pemberian ekstrak daun putri malu yang tepat pada tikus wistar jantan pradiabetes. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan memakai pretest posttest control group design. Tikus wistar jantan dibuat menjadi pradiabetes dengan memberikan deksamethasone 0,06mg. Jumlah sampel dalam penelitian ini 30 tikus putih jantan pradiabetes yang dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing berjumlah 15 tikus, yaitu kelompok kontrol diberikan dekstrosa 40% ad libitum dan plasebo yang berupa aquadest. Kelompok perlakuan diberi dekstrosa 40% ad libitum dan ekstrak putri malu 300mg/kgbb 1 kali sehari selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar glukosa darah post prandial pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05). Rerata kadar gula darah sewaktu pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Pada kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar gula darah post prandial secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini menyimpulkan ekstrak daun putri malu dengan dosis 300mg/kgbb selama 7 hari menurunkan kadar gula darah post prandial pada tikus wistar jantan (albino rat) pradiabetes. Kata kunci : Tikus pradiabetes, deksametason, ekstrak daun putri malu, kadar gula darah post prandial. 10 11 ABSTRACT ORAL ADMINISTRATION OF BASHFUL MIMOSA (MIMOSA PUDICA LINN) EXTRACT DECREASED THE POST PRANDIAL GLUCOSE LEVEL INI PREDIABETIC MALE RATS Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases related to the characteristic of hyperglycemia. Factors causing hyperglycemic condition are low insulin secretion, increased glycogenolysis, insulin resistance and increased glukoneogenesis.. Based on the World Health Organization (WHO), diabetes mellitus is a condition when fasting plasma glucose level is ≥ 126 mg/dL and random plasma glucose level is ≥ 200 mg/dL. Forty procent of prediabetic patients will become diabetes. Administration of oral diabetic medicine and herbal such as bashful mimosa may reduce random post prandial glucose level. Diet and physical activity play a major role in the management of random plasma glucose level, pharmacotherapy with post prandial glucose level lowering agent may be considered when diet and exercise alone is inadequate to normalized the post prandial glucose level. Synthetic post prandial glucose level are relatively expensive, therefore there is a need to have alternative with the natural substance which is relatively inexpensive, e.g. Quercetin rich bashful mimosa extract that may reduce post prandial glucose level, the compound has the ability to inhibit αglukosidase. This research aims to find out the benefit of bashful mimosa extract (Mimosa pudica Linn) as an alternative to reduce post prandial glucose level Wistar rats prediabetes. This study was a pure experimental research, with a pretest posttest control group design. Rats were made to prediabetic condition by administering a single dose of 0,06mg dexamethasone per oral.The samples of 30 prediabetic rats were divided into two groups of 15 subjects each for control group (aquadest) and bashful mimosa extract group. Control group was treated with a dekstrosa 40% ad libitum and 1 ml of placebo (aquadest) for 7 days. Bashful mimosa extract group was treated with 40% dextrose ad libitum and a dosage of 300 mg/kgBW for 7 days. The study showed that before treatment, mean of post prandial glucose level both in control group and bashful mimosa group were not significantly different (p>0,05). Meanwhile, mean of post prandial glucose level both in control group and bashful mimosa after treatment showed significant difference (p<0,05). In basfhful mimosa group there was significant decrease plasma glucose more than control group. The research concluded that the administration of 300 mg/kgBW bashful mimosa extract for 7 days reduced the post prandial glucose level of prediabetic rats. 11 12 Key words: prediabetes male rats (albino rat), dexamethasone, bashful mimosa extract, post prandial level. DAFTAR ISI SAMPUL DALAM ........................................................................................ i PRASYAERAT GELAR ............................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI TES .................................................... iv BEBAS PLAGIAT ......................................................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... x ABSTACT ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 1 5 6 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan ............................................................................................... 2.1.1 Definisi Penuaan .................................................................... .. 2.1.2 Penyebab Penuaan ................................................................... 2.2. Penyakit Degeneratif ........................................................................... 2.2.1 Definisi Pradiabetes .................................................................. 2.2.2 Definisi Hiperglikemik ............................................................ 2.2.3 Terapi Hiperglikemik ……… ................................................. 2.2.4 Mekanisme Deksametason Menginduksi Pradiabetes ............. 2.3 Tanaman Obat ................................................................................. 2.3.1 Definisi Tanaman Obat ............................................................ 2.3.2 Penggunaan Tanaman Obat ..................................................... 2.4 Putri Malu (Mimosa pudica Linn) ...................................................... 2.4.1 Definisi Putri Malu .................................................................. 2.4.2 Komposisi Kimia Putri Malu ................................................... 2.4.3 Kegunaan Putri Malu ............................................................... 2.5 Hewan Percobaan ................................................................................ 2.5.1 Tikus Putih (Rattus novergicus) sebagai Hewan Coba ........... 2.5.2 Kriteria Tikus Pradiabetes ....................................................... 7 7 7 8 8 11 12 17 18 18 18 20 20 23 24 25 25 29 12 13 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 3.2 Konsep Penelitian ................................................................................ 3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 30 31 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 4.2.1 Tempat Penelitian .................................................................... 4.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 4.3 Penentuan Sumber Data ..................................................................... 4.3.1 Variabilitas Populasi .............................................................. .. 4.3.2 Kriteria Subjek ......................................................................... 4.3.3 Kriteria Drop Out ................................................................... . 4.3.4 Besaran Sampel ....................................................................... 4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel .................................................. 4.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 4.4.1 Identifikasi Variabel ................................................................ 4.4.2 Definisi Operasional Variabel ................................................. 4.4.3 Hubungan Antar Variabel ...................................................... 4.5 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 4.6 Prosedur Penelitian .............................................................................. 4.6.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Putri Malu ....................... 4.6.2 Pemelihara Hewan Percobaan ................................................. 4.6.3 Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 4.6.4 Cara Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu ................. 4.7 Alur Penelitian ..................................................................................... 4.8 Analisis Data ....................................................................................... 33 34 34 35 35 35 35 35 35 36 36 36 37 38 38 39 39 40 41 42 43 44 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Deskriptif .............................................................................. 5.2. Uji Normalitas Data ............................................................................ 5.3. Uji Homogenitas Data ......................................................................... 5.4 Gula Darah Sewaktu ............................................................................ 5.4.1. Uji Komparabilitas ………………….............................. ........ 5.4.2. Uji Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Putri Malu ............. 45 45 46 46 46 50 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1. Subjek Penelitian ................................................................................. 6.2. Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian ............................ 6.3. Induksi Hiperglikemia Oleh Deksametason dan Dekstrosa ................. 6.4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Putri Malu ...................... 52 52 53 53 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan............................................................................................... 57 13 14 7.2. Saran ..................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN .................................................................................................... DAFTAR TABEL 58 63 Halaman 2.1 Kadar Glukosa Darah Post Prandial dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Diagnosa pada Manusia ........................................................ 12 2.2 Data Biologis Tikus Wistar ................................................................... 27 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Kadar Gula Darah Post Prandial ................. 46 5.2 Homogenitas Data Kadar Gula Darah Post Prandial Antar Kelompok Perlakuan ............................................................................................... 5.3 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok Kontrol ............................. 5.4 49 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok Sesudah Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu ............................. 5.7 48 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Antar Kelompok Sebelum Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu ........................... 5.6 47 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan ........................ 5.5 46 50 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok dengan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Perlakuan ............. 14 51 15 DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1. Prevalensi Diabetes di Indonesia .......................................................... 9 2.2 Mekanisme Glukokortikoid Menginduksi Resistensi Insulin .............. 17 2.3 Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica Linn) ........................................ 21 2.4. Daun Putri Malu ................................................................................... 22 2.5. Bunga Putri Malu .................................................................................. 22 2.6. Buah dan Biji Putri Malu ...................................................................... 22 2.7. Akar Putri Malu .................................................................................... 23 2.8. Tikus Wistar (Rattus novergicus) ........................................................ 26 3.1 Konsep Penelitian ................................................................................. 31 4.1 Skema Rancangan Penelitian ................................................................ 33 4.2 Skema Hubungan Antar Variabel ......................................................... 38 4.3 Alur Penelitian ...................................................................................... 43 5.1 Perbandingan Kadar Gula Darah Sewaktu Antar Kelompok Kontrol ... 47 5.2 Perbandingan Kadar gula darah sewaktu antar pre test dengan post test Kelompok Perlakuan ............................................................................. 5.3 49 Perbandingan Kadar gula darah sewaktu antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan ................................................................. 15 51 16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik .......................................................... 63 Lampiran 2. Hasil Analisis Putri Malu ........................................................... 64 Lampiran 3. Pengelolaan Hewan Coba pada Penelitian.................................. 66 Lampiran 4. Foto-foto Peneltian ..................................................................... 68 Lampiran 5. Data Hasil Pemeriksaan Gula Darah Post Prandial ................... 73 Lampiran 6 Analisis Data Statistik ................................................................. 74 16 17 DAFTAR SINGKATAN AAM : Anti Aging Madicine ADA : American Diabetes Association DM : Diabetes Mellitus dpl : di atas permukaan laut GDP : Glukosa Darah Puasa GDPT : GlukosaDarahPuasaTerganggu GPT : Glukosa Puasa Terganggu IFG : Impaired Fasting Glucose IGT : Impaired Glocose Tolerance IRS-1 : Insulin receptor substrate 1 LSD : Least Significant Difference PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum PERKENI : Persatuan Penderita Kencing Manis RISKESDA : Riset Kesehatan Dasar TGT : Toleransi Glukosa Terganggu THR : Target Heart Rate TTGO : TesToleransiGlukosa Oral TZD : Thiazolidnedione WHO : World Health Organisation 0 : derajat Celcius C 17 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan rangkaian proses alami yang akan terjadi pada semua makhluk hidup di mana seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi, dan mulai terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan tersebut. Pada umumnya orang menganggap menjadi tua itu wajar terjadi dan membiarkan berbagai tanda dan gejala penuaan mulai muncul. Pada tahun 1993 dicetuskan konsep baru Anti Aging Medicine (AAM). Konsep baru ini terdiri dari 3 konsep yaitu pertama, konsep ini menganggap bahwa penuaan adalah suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat berfungsi kembali ke keadaan semula. Dengan demikian, manusia tidak lagi harus membiarkan begitu saja proses penuaan dengan segala keluhannya, dan bila perlu mendapatkan pengobatan atau perawatan. Kedua, manusia bukanlah orang hukuman yang pasrah terperangkap dalam takdir genetiknya. Ketiga, manusia mengalami keluhan atau gejala penuaan karena kadar hormonnya menurun, bukan kadar hormon menurun karena manusia menjadi tua (Pangkahila, 2011). Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian menjadi sakit dan akhirnya menyebabkan kematian. Faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal ialah terbentuknya radikal bebas yang bersifat merusak sel, penurunan efisiensi mitokondria, terjadinya 18 19 ikatan glukosa-protein, penurunan kemampuan membran sel dan penurunan sistem imun, hormon yang berkurang, proses glikolisis, metilasi, apoptosis dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, stress, polusi lingkungan dan kemiskinan (Fowler, 2003; Pangkahila, 2007). Dengan bertambahnya usia biasanya proses penuaanpun bertambah, dimana terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Hal ini dapat memicu munculnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang timbul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit degeneratif dapat dikatakan pula sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan (Karyani, 2003). Timbulnya penyakit degeneratif dapat dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup dan terjadinya pegeseran pola makan tradisional ke pola makan yang komposisi makanannya cenderung tinggi energi, tinggi protein, tinggi lemak jenuh, dan tinggi gula akan tetapi rendah serat sedangkan aktivitas fisik makin berkurang (sedentary lifestyle) akan menimbulkan ketidakseimbangan asupan zatzat gizi. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit degeneratif salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM) (Samsudin, 1994). Tipe diabetes yang banyak diderita (90%) adalah NIDDM/Tipe II. Adanya kegagalan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan resistensi penggunaan insulin di tingkat perifer menjadi penyebab terjadinya diabetes tipe II ini. Peningkatan glukosa darah adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit diabetes. Glukosa darah dapat meningkat karena adanya aktivitas dari α-glukosidase, suatu enzim yang membantu pemecahan karbohidrat 19 20 kompleks menjadi karbohidrat sederhana seperti maltosa dan glukosa darah (Bhat et al., 2011). Salah satu tujuan terapetik pada terapi antidiabetes adalah dapat menurunkan absorpsi glukosa di gastrointestinal, dengan cara menghambat aktivitas enzim pencernaan karbohidrat seperti α-glucosidase (Narkhede et al., 2011). Sebelum menderita diabetes, seorang penderita mengalami prediabetes dimana gula darah puasa 100 mg/dL - 125 mg/dL, gula darah sewaktu 140 mg/dL - 199 mg/dL. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menjadi diabetes dari prediabetes. Dalam perjalanan penyakitnya 1/3 prediabetes akan menjadi DM, 1/3 akan tetap sebagai prediabetes, 1/3 lagi akan menjadi normoglikemi (PERKENI, 2009). Prediabetes mempunyai risiko terjadinya penyakit kardiovaskular sama dengan penyakit DM karena sensibilitas insulin berbanding terbalik dengan kadar glikemik dalam rentang glukosa puasa normal. Peningkatan konsentrasi glukosa puasa dalam rentang 70-125 mg/dl akan menyebabkan penurunan sensitivitas insulin > 3 kali. Individu dengan glukosa puasa terganggu (GPT) menunjukkan penurunan sensibilitas insulin sekitar 25%, sedangkan individu dengan glukosa puasa terganggu (GPT) dan toleransi glukosa terganggu (TGT) menunjukkan penurunan sensibilitas insulin sekitar 80% (Pour dan Dagago, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2008), prevalensi prediabetes di Indonesia cukup tinggi yakni 10,2%, sehingga pengelolaan prediabetes yang baik menjadi sangat penting, karena proses untuk terjadinya 20 21 komplikasi dan proses aging sudah terjadi pada fase prediabetes (Boedisantoso, 2007). Menurut penelitian Diabetes Prevention Program menunjukkan bahwa 7,9% pasien dengan TGT dan 12,6% individu yang baru didiagnosis diabetes sudah mengalami retinopati ( Aroda dan Ratner,2008). Pengobatan alternatif dengan memanfaatkan bahan alami menjadi pertimbangan pencegahan hiperglikemia karena harga terjangkau dan didapat. Tumbuh-tumbuhan obat mengendalikan gula darah. Hal ini secara empiris telah terbukti mudah dapat merupakan cara baru untuk mencegah komplikasi DM (Dalimarta, 2008). Secara empiris putri malu (Mimosa pudica Linn) telah lama digunakan oleh penduduk di negara tropis seperti India, Thailand, Malaysia dan Indonesia antara lain sebagai pengobatan tradisional terhadap diabetes. Tumbuhan putri malu mempunyai ciri khas yaitu daunnya akan menguncup bila disentuh dan akan mengembang kembali beberapa saat kemudian bila didiamkan. Daun putri malu paling banyak digunakan untuk pengobatan tradisional diikuti kulit batang kayu, akar, seluruh tanaman, buah, biji, bunga (Banik et al., 2009). Beberapa penelitian tentang khasiat putri malu terhadap diabetes yang meneliti aktivitas daun putri malu diekstraksi menggunakan petroleum eter dosis 600 mg/kg/hari dan daun putrimalu diekstraksi menggunakan etanol dosis 600 mg/kg/hari yg diberikan secara oral pada tikus wistar diabetes. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun putri malu menggunakan etanol secara 21 22 signifikan menunjukkan penurunan kadar gula darah 32.46% pada jam ke 5 setelah pemberian obat. Pada pemeriksaan hari ke 7 ekstrak etanol daun putri malu mengurangi kadar gula darah 50,35% (Sutar et al., 2009). Peneliti lain meneliti efek antidiabetik dari serbuk kering akar putri malu dosis 2mg/kg, 4mg/kg, 6mg/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum tragacanth pada kelinci putih (Albino Rabbit) yang beratnya 1,5-2kg yang kadar gula darahnya 250-300mg/dL karena sudah diintervensi dengan Alloxan 150mg/kg secara intravenous untuk menginduksi diabetes dibandingkan dengan Glimepride secara oral dosis 800ug/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum tragacanth (Sumon et al., 2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek antidiabetik serbuk kering akar putri malu pada dosis 6mg/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum tragacanth secara signifikan menurunkan kadar gula darah kelinci putih diabetes pada jam ke 12 setelah pemberian serbuk kering akar putri malu hari ke 10 yaitu 147.23mg/100mL dibandingkan pemberian glimepride 256.82mg/100ml (Bashir et al., 2013). Putri malu yang digunakan pada penelitian ini adalah putri malu dari Depok, Jawa-Barat. Hasil analisa putri malu Depok, Jawa-Barat terdapat pada lampiran 2. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pemberian ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica Linn) secara oral menurunkan kadar gula darah post prandial pada tikus (Rattus norvegicus) prediabetes? 22 23 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica Linn) secara oral menurunkan kadar gula darah post prandial pada tikus (Rattus norvegicus) prediabetes. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Ilmiah : diharapkan didapatkan data-data ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk memberikan informasi ilmiah efektifitas ekstrak daun putri malu yang dikonsumsi untuk penurunan kadar gula darah post prandial pada tikus prediabetes, serta kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2) Manfaat klinis : kalau sudah ada uji klinik dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan terhadap prediabetes sehingga dicegah berlanjutnya proses penyakit menjadi diabetes melitus. 3) Manfaat sosial : dapat digunakan sebagai acuan oleh masyarakat untuk memahami penggunaan putrimalu (Mimosa pudica Linn). 23 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan Penuaan adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan atau sel untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi, dan semakin banyak distorsi metabolik dan struktural, yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus, dan kanker). Penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup (Wibowo, 2003). 2.1.2 Penyebab Penuaan Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada dasarnya beberapa faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal antara lain radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan (Pangkahila, 2011). 24 25 2.2 Penyakit Degeneratif Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Dari berbagai hasil penelitian modern diketahui bahwa munculnya penyakit degeneratif memiliki hubungan yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang. Penyakit degeneratif dapat dikatakan pula sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan (Karyani, 2003). Penyakit degeneratif dapat terjadi karena adanya proses penuaan, tidak termasuk penyakit menular dan berlangsung kronis seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas dan lainnya (Powers, 2008). Hasil RISKESDAS menunjukkan bahwa prevalensi prediabetes di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 10,2% yang merupakan prevalensi glukosa darah puasa (GDP), sehingga diperkirakan terdapat sekitar 24 juta penduduk Indonesia telah menderita kelainan ini. (PERSADIA, 2009). 2.2.1 Definisi Prediabetes Prediabetes adalah suatu keadaan jika kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal tetapi belum dapat didiagnosa sebagai DM, yaitu kadar glukosa darah puasa 100 - 126 mg/dl, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan 140 - 199 mg/dl (PB PERKENI, 2009). Kriteria diagnosis Prediabetes menurut American Diabetes Association (ADA) : 25 26 Glukosa puasa terganggu (GPT) apabila : a. kadar glukosa puasa 100 — 125 mg/dl b. kadar glukosa darah 2 jam setelah beban <140 mg/dl Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila: a. kadar glukosa puasa normal : < 100 mg/dl b. kadar glukosa 2 jam setelah beban : 140 — 199 mg/dl Keterangan: yang dimaksud dengan 2 jam pasca beban adalah 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa. Menurut World Health Organization (WHO) keadaan prediabetes kadar glukosa darah antara 100 - 125 mg/dL (6,1 sampai 7,0 mmol/L), GPT kadar glukosanya minimal 110 mg/dl (PERKENI, 2010). TGT disebabkan resistensi insulin perifer, sedangkan GPT disebabkan meningkatnya hepatik gluconeogenesis dan gangguan fungsi sel beta pancreas. Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan (Litbang Depkes) yang hasilnya dipublikasikan bulan Desember 2008 menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk TGT 10,25% dan DM 5,7% (1,5 % DM yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru diketahui menderita DM pada pada saat penelitian) (Suyono, 2009a). Gambar 2.1 Prevalensi Diabetes di Indonesia (Suyono, 2009a) 26 27 Prediabetes dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit makrovaskuler, data penelitian Diabetes Prevention Program menunjukkan bahwa 7,9% pasien dengan TGT dan 12,6% individu yang baru didiagnosis diabetes sudah mengalami retinopati. Berbagai studi prospektif juga mendukung adanya peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien TGT, oleh karena itu prediabetes harus dicegah menjadi diabetes melalui perubahan gaya hidup,perubahan pola makan maupun dengan intervensi farmakologis (Aroda and Ratner, 2008). Individu-individu dengan prediabetes cenderung akan menjadi DM tipe 2 dalam 10 tahun dan memiliki peningkatan resiko terkena penyakit kardiovaskular dan kematian bahkan sebelum menjadi diabetes (Pour dan Dagogo-Jack, 2011). Menghindari komplikasi mikro dan makrovaskular yang dapat terjadi bahkan sejak pada fase prediabetes maka sangatlah rasional untuk melakukan intervesi pada individu dengan prediabetes (Pour dan Dagogo-Jack, 2011). Faktor risiko diabetes sama dengan faktor risiko untuk prediabetes atau intoleransi glukosa ( Konsensus Perkeni, 2011) : 1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi : a. Ras dan etnik b. Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes) c. Umur. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Usia> 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM. 27 28 d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG). e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal. 2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi : a. Berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh/IMT > 23 kg/m2). b. Kurangnya aktivitas fisik. c. Hipertensi (> 140/90 mmHg). d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL) e. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa dan DM tipe 2. 2.2.2 Definisi Hiperglikemia Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah lebih tinggi dari keadaan normal. Untuk mengukur kadar glukosa darah dianjurkan dengan pemeriksaan secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler. 28 29 Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosa pada Manusia Kadar Glukosa plasma vena Bukan DM <100 Belum pasti DM 100-199 DM >200 darah sewaktu (mg/dl) darah kapiler <90 90-199 >200 Kadar Glukosa plasma vena <100 100-125 >126 darah puasa (mg/dl) darah kapiler <90 90-99 >100 Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe2 di Indonesia (PERKENI,2006) Karakteristik hiperglikemia ini disebabkan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik dan menumpuk di dalam pembuluh darah karena pankreas tidak cukup memproduksi insulin untuk metabolisme glukosa darah dan terjadi resistensi insulin sehingga tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi tersebut, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia (Wijaya et al., 2011). Penurunan kadar gula darah sewaktu juga dapat disebabkan karena penghambatan aktivitas dari enzim glucosidase yang bekerja di dalam gastrointestinal, yang berfungsi untuk mengubah glukosa polisakarida menjadi glukosa disakarida dan monosakarida, sehingga penyerapan glukosa terhambat (Kahn, 2002). 2.2.3 Terapi Hiperglikemia Terapi hiperglikemik secara umum terbagi menjadi 2 yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah terapi non farmakologis. Baru kemudian bila pengendalian hiperglikemik belum tercapai dilanjutkan dengan terapi farmakologi. 29 30 2.2.3.1 Terapi non farmakologi a. Terapi diet : pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan (Perkeni, 2011): Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi, 4565% total asupan energi. Lemak <30% total asupan energi. Dianjurkan <200 mg/hari Protein 10 – 20% total asupan energi. Serat ± 25 g/hari b. Latihan jasmani Pelatihan olahraga merupakan suatu pelatihan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal. Agar pelatihan olahraga mencapai hasil yang maksimal, maka harus memiliki prinsip pelatihan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelatihan untuk mencapai hasil yang maksimal. Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis, dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan (Nala, 2011). Dalam berolahraga perlu diperhatikan prinsip F.I.T.T (Ilyas, 2009; Pangkahila, 2012): Frekuensi : Jumlah olah raga/minggu sebaiknya dilakukan secara 3-5 x /minggu Dengan periode istirahat tidak lebih dari 2 hari. Intensitas : Mencapai Target Heart Rate (THR) zone 60-85 % denyut nadi maksimum. 30 31 Time (durasi) : 30-60 menit Tipe (jenis) : a. Pelatihan aerobik (Cardiorespiratory training) b. Pelatihan anaerobik (Resistance training) 2.2.3.2 Terapi Farmakologi a. Obat hipoglikemik oral: Golongan sulfonylurea: glibenklamid a. Definisi Glibenklamid merupakan antidiabetik oral derivat sulfonilurea generasi kedua dimana rantai samping alifatik digantikan oleh cyclohexyl group dan mempunyai struktur lebih kompleks dibanding generasi pertama. b. Farmakodinamik Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin dari pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa karena ternyata pada saat hiperglikemi gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang cukup, obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin pada dosis tinggi (Tony dan Suharto, 2005). Mekanisme kerja sulfonilurea termasuk menurunkan kadar glukagon dalam darah, meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor, dan menghambat penghancuran insulin oleh hati (Mycek et al.,2001). 31 32 c. Farmakokinetik Absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan per oral. Setelah absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam darah sebagian terikat dalam protein darah terutama albumin (70-90%). Glibenklamid dimetabolisme dalam hati, hanya 25% metabolit diekskresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu dan tinja. Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam (Tony dan Suharto, 2005). d. Efek samping 1. Saluran cerna : mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung. 2. Susunan saraf pusat : vertigo, bingung, ataksia. 3. Hematologik : lekopeni, agranulositosis. 4. Hipertiroidisme, ikterus obstruktif (Tony dan Suharto, 2005). Golongan biguanid: metformin Bekerja dengan cara menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin di tingkat seluler dan menurunkan produksi glukosa darah hati. Metformin tidak memiliki efek stimulasi pada sel beta pankreas sehingga tidak mengakibatkan hipoglikemia dan penambahan berat badan (Babar dan Skugor, 2009). Golongan inhibitor alfa glukosidase: Bekerja secara lokal dan hampir tidak diabsorbsi. Penghambat αglukosidase bekerja menghambat kerja enzim α-glukosidase di saluran pencernaan, sehingga pemecahan polisakharida di usus halus menjadi 32 33 monosakharida yang dapat diabsorpsi berkurang, dengan demikian peningkatan kadar glukosa postprandial dihambat. Monoterapi dengan penghambat αglukosidase tidak mengakibatkan hipoglikemia. A1C dapat turun sebesar 0,5 – 0,8 %. Quercetin mempunyai pola yang sama untuk mengkontrol hiperglikimia post prandial dengan cara menghambat α-glucosidase dalam usus halus pada manusia dengan DM tipe 2 (Hussain, S. A., et al 2012) Golongan insulin sensitizing: Thiazolidinedione (TZD) TZD bekerja meningkatkan sensitivitas otot, lemak dan hepar terhadap insulin baik endogen maupun eksogen. Data mengenai efek TZD dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pemakaian monoterapi adalah penurunan A1C sebesar 0,5-1,4 %. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah penambahan berat badan dan retensi cairan sehingga terjadi edema perifer dan peningkatan kejadian gagal jantung kongestif. b. Insulin Insulin merupakan obat tertua untuk diabetes, dan paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Bila digunakan dalam dosis adekuat, insulin dapat menurunkan setiap kadar A1C sampai mendekati target terapeutik. Tidak seperti obat antihiperglikemik lain, insulin tidak memiliki dosis maximal. Terapi insulin berkaitan dengan peningkatan berat badan dan hipoglikemia (Nathan et al., 2008). 33 34 2.2.4 Mekanisme Deksametason Menginduksi Prediabetes Deksametason mengakibatkan resistensi insulin (Neeharika et al., 2012). Glukokortikoid juga menurunkan sensitivitas hepar terhadap insulin dengan cara meningkatkan pengeluaran glukosa hepatic. Deksametason merupakan glukokortikoid yang memiliki aktivitas efek anti inflamasi, mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak. Kortikostreoroid ini menyebabkan glukoneogenesis di jaringan perifer dan hepar. Pemberian deksametason dalam waktu yang lama akan meningkatkan glukosa darah (toleransi terhadap glukosa menurun), serta resistensi terhadap insulin, sehingga menimbulkan gejala seperti penderita diabetes yakni terjadi hiperglikemia (Suherman, 2009). Gambar 2.2 Mekanisme Glukokortikoid Menginduksi Resistensi Insulin (Ferris, H.A. and Kahn, C.R., 2012) Mekanisme glukokortikoid memicu resistensi insulin dapat terjadi pada beberapa jaringan tubuh yang berbeda. Pada sel lemak, glukokortikoid akan meningkatkan lipolysis, memicu peningkatan asam lemak bebas dalam sirkulasi dan peningkatan resistensi insulin. Pada otot, glukokortikoid meningkatkan 34 35 proteolysis, melepaskan asam amino yg dapat meningkatkan resistensi insulin. Postreceptor insulin mengalami kerusakan akibat penurunan IRS-1 , hal ini juga menyebabkan resistensi insulin. Pada hepar, terdapat peningkatan steatosis, yang menyebabkan resistensi insulin, yang diperparah dengan peningkatan gluconeogenesis dan hyperglycemia. 2.3 Tanaman Obat 2.3.1 Definisi Tanaman Obat Tanaman rempah dan obat sudah lama dikenal banyak mengandung senyawa fitokimia yang bermanfaat dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit (Winarti dan Nurjanah, 2005). Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat karena mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati, serta digunakan sebagai obat dalam pencegahan penyakit (Esha Flora Plants and Tissue Culture, 2008). Senyawa fitokimia sebagai senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman obat mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk fungsinya dalam pencegahan terhadap penyakit degeneratif (Esha Flora Plants and Tissue Culture, 2008). 2.3.2 Penggunaan Tanaman Obat 1. Waktu Pengumpulan Untuk mendapatkan bahan yang terbaik dan tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat. 35 36 Pedoman waktu pengumpulan bahan secara umum : a. Daun : dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak. b. Bunga : dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar c. Buah : dipetik dalam keadaan masak d. Biji : dikumpulkan dari buah yang masak sempurna e. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) : dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhan berhenti. 2. Pencucian dan Pengeringan Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaina yang segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah pembusukan oleh bakteri. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk. Pengeringan cara bahan obat : a) Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotongpotong seperlunya terlebih dahulu. b) Pengeringan dapat langsung dibawah sinar matahari atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan tidak terlalu cepat. 36 37 c) Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan di tempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik (Tanaman obat, 2012). 2.4 Putri malu (Mimosa pudica Linn) 2.4.1 Definisi Putri malu Putri malu (Mimosa pudica) pertama kali diperkenalkan oleh Carl Linnaeus pada tahun 1753. Putri malu biasanya tumbuh diantara rumput-rumput liar di lahan terbuka, padang rumput atau di sepanjang sisi jalan raya. Putri malu dikenal juga sebagai tanaman gulma. Nama lain putri malu antara lain chui-mui (India), bashful mimosa (Inggris), makahiya (Tagalog-Filipina), semalu (Malaysia), rebah bangun (Jawa-barat). Putri malu berasal dari Amerika selatan atau Amerika tengah dan telah tersebar di banyak negara tropis seperti Tanzania, India, Filipina (Varnika et al, 2013). Putri malu hidup di dataran 1300m dpl, banyak sinar matahari, tidak tahan terhadap suhu dingin. Putri malu dikenal sebagai semak-semak. Tinggi pohon putri malu dapat mencapai 50-90 cm. batangnya dipenuhi dengan duri. Daunnya berpasangan yang terdiri dari 10-20 pasang daun. Ciri khas putri malu yaitu daunnya menguncup bila disentuh. Batang dan cabangnya dipenuhi dengan duriduri. Buahnya berbentuk polong, kecil, datar dengan 3-5biji di dalamnya. Bunganya berwarna kemerahmudaan, berbentuk bulat dengan benang-benang sari sebagai mahkotanya. Akarnya khas berbentuk serabut yg terdiri dari 2-8 helai (Varnika et al., 2012; Saraswat et al.,2012). 37 38 Klasifikasi botani dari putri malu (Saraswat et al., 2012) : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Division : Magnoliophyta Classs : Magnoliopsida Subclass : Rosidae Order : Fabales Family : Fabaceae Subfamily : Mimosoideae Genus :Mimosa Spesies : Mimosa pudica Gambar 2.3 Tanaman putri malu (Mimosa pudica Linn) 38 39 Gambar 2.4 Daun putrimalu (Mimosa pudica Linn) Gambar 2.5 Bunga putri malu (Mimosa pudica Linn) Gambar 2.6 Buah dan biji putrimalu (Mimosa pudica Linn) 39 40 Gambar 2.7 Akar putri malu (Mimosa pudica Linn) Di Indonesia putri malu mudah ditemukan bahkan di lahan terbuka yang tidak terurus sehingga putri malu sering dianggap sebagai tanaman gulma (semak-semak). Tinggi putri malu dapat mencapai 50-90 cm. Batangnya banyak ditumbuhi oleh duri tajam. Daunnya kecil berpasangan, dalam satu ranting ratarata terdapat 10-20 pasangan daun. Bunganya berwarna kemerahmudaan (pinkish), berbentuk bulat dengan mahkota yang terdiri dari benang-benang sari. Buahnya berkelompok terdiri dari 2-8 polong yg masing-masing ukurannya 12cm. Akarnya khas berbentuk serabut yg terdiri dari 2-8 helai. Putrimalu mengandung alkaloid (mimosine). Batang dan akarnya mengandung alkaloid, akar juga mengandung tannis (Srivastava et al., 2012). 2.4.2 Komposisi Kimia Putri malu Putri malu (Mimosa pudica Linn) kaya akan kandungan kimia. Bagianbagian putri malu memiliki komposisi yang berbeda. Komposisi putri malu antara lain: 1. Flavonoid. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik. Fungsi flavonoid sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi 40 41 jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas, yang berasal dari proses-proses dalam tubuh atau dari luar (Azmi et al., 2011).. Flavonoid utama dalam putri malu adalah quercetin. Quercetin bekerja sebagai α-glukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas dari α-glucosidase, enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dalam pencernaan, dapat secara signifikan menurunkan kadar serum glukosa darah sewaktu (Azmi et al., 2011). 2. Tanin: Merupakan flavonoid. Namun kadarnya sedikit dalam tanaman. Tanin dapat menghambat penyerapan glukosa dalam saluran pencernaan dengan cara menghambat α-glukosidase. 3. Alkaloid. Daun, batang dan akarnya mengandung alkaloid tetapi dalam jumlah sedikit. Alkaloid putri malu dikenal dengan nama mimosine.. Akarnya mengandung tanin. Bijinya mengandung d-xylose dan d-glucuronic acid (Saraswat et al., 2012; Kumar et al., 2012) 4. Glikosida 5. Steroid 6. Minyak Atsiri 2.4.3 Kegunaan Putri malu Putri malu sering digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit. 41 42 Salah satu kegunaan putri malu secara tradisional adalah sebagai antidiabet. Putri malu mengandung quercetin bekerja sebagai α-glukosidase inhibitor. 2.5 Hewan Percobaan 2.5.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar jantan sebagai hewan coba Percobaan ini menggunakan tikus putih jantan sebagai binatang percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatijan, 2006). Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lubang dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan daripada mencit. Usia tikus 2,5 bulan memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses penuaan intrinsik (Smith dan 42 43 Mangkoewidjojo, 1988). Klasifikasi Tikus putih dalam sistematika hewan percobaan adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Classis : Mammalia Subclassis : Placentalia Ordo : Rodentia Familia : Muridae Genus : Rattus Species : Rattus norvegicus Gambar 2.8 TikusWistar (Rattus norvegicus) Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain galur Wistar yangalbino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor pendek, galur Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekorpanjang, dan galur Long Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan ekstremitas bewarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari pengembangan galur Wistar (Hubrecht dan Kirkwood, 2010). 43 44 Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus, sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai ujung ekor. Tikus Wistar memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badan, sedangkan tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih dari panjang badan (Krinke, 2000). Tabel 2.2 Data Biologis Tikus Wistar Berat badan lahir 4,5 – 6 gram Berat badan dewasa Jantan 250 – 300 gram Betina 180 – 220 gram 2 – 4 tahun 8 – 10 minggu 15 – 30 g/ hari 20 – 45 g/hari 9 – 13 g/ hari 10 – 15 ml/ hari Usia maksimum Usia reproduksi Konsumsi makanan Konsumsi air minum Defekasi Produksi urin (Sumber: Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010) Untuk tikus pada laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya diberikan secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam terang dan 12 jam gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya, maka intensitas cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan Kirkwood, 2010) Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Ngatidjan, 2006; Hubrecht dan Kirkwood, 2010) antara lain : a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan 44 45 gigitan dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi. b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari).Suhu ruangan yang baik sekitar 20 – 22⁰C, sedangkan kelembaban udara sekitar 50%,. c. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus adalah 600 cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3 ekor. d. Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres pada tikus. Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah (Hubrecht dan Kirkwood, 2010): 1. Penampilan umum. Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat badan menurun, kelopak mata tertutup. 2. Feses. Feses yang lembek dan diare menunjukkan terjadinya gangguan pada saluran pencernaan. 3. Tingkah laku. Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif awalnya, namun lambat laun akan menjadi pasif. 45 46 4. Postur. Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan posisi kepala menyentuh abdomen. 5. Pergerakan. Pergerakan pada tikus yang sakit sangat berkurang. 6. Suara. Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang. 7. Fisiologi. Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat. 2.5.2 Kriteria Tikus Prediabetes Kadar glukosa normal pada tikus yang sehat adalah antara 50 mg/dL sampai 135 mg/dL. Seperti mamalia lainnya, kadar glukosa ini tergantung pada tipe makanan yang dikonsumsi dan waktu makan terakhir. Kadar glukosa darah tikus prediabetes jika kadar glukosa darahnya di atas 135mg/dL (Animalarticle, 2011). Pada pemeriksaan histologi, jaringan pankreas tikus prediabetes tampak normal. 46 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pada manusia, setelah mencapai usia dewasa, seluruh komponen tubuh secara alamiah tidak akan dapat berkembang lagi, melainkan terjadi penurunan fungsi karena proses penuaan. Dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang ,dimana terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh ini dapat memicu munculnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang timbul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Salah satu penyakit degeneratif yang akhir-akhir ini meningkat prevalensinya adalah penyakit diabetes mellitus. Sebelum menjadi diabetes mellitus seorang penderita akan mengalami prediabetes. Prediabetes adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal yaitu bila kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl,atau kadar glukosa darah 2 jam setelah pemberian beban 75 gram glukosa 140-199 mg/dl. Prediabetes tidak memberikan gejala yang khas namun ternyata 7,9% penyandang prediabetes mengalami retinopati. Pengelolaan pra-diabetes yang dini dan tepat sangatlah penting untuk mencegah berlanjutnya proses sakit, kecacatan serta mencegah timbulnya kerusakan yang lebih parah lagi sehingga diharapkan penuaan dini dicegah. Hiperglikemi dapat terjadi karena pengaruh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang meliputi pola diet tinggi karbohidrat, kurang olahraga, konsumsi obat obatan tertentu secara berlebihan. 47 48 Banyak cara penanganan terapi yang dapat dilakukan untuk menangani prediabetes, dengan cara non farmakologik maupun secara farmakologik yang lebih dikenal dengan obat antihiperglikemi oral. Putri malu merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati diabetes. Quercetin dalam flavonoid merupakan komposisi yang paling dominan. Quercetin bekerja sebagai alfa glukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas αglucosidase menurunkan kadar gula darah post prandial secara signifikan Di Indonesia putri malu dikenal sebagai tanaman gulma dan mudah ditemukan. 3.2 Konsep Penelitian Ekstrak daun putri malu FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL Pola makan Aktivitas fisik Tikus pradiabetes Kadar gula darah Gambar 3.1 Konsep Penelitian Yang diteliti Yang tidak diteliti 48 Genetik metabolisme tubuh hormonal 49 3.3 Hipotesis Penelitian Ekstrak etanol daun putri malu secara oral menurunkan kadar gula darah post prandial pada tikus galur wistar jantan prediabetes. 49 50 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design (Pocock, 2008). Pada kelompok subjek penelitian dilakukan pengambilan sampel secara random yang memenuhi persyaratan inklusi penelitian. Semua tikus jantan yang ada dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol yang diberi deksametasone 0,06mg dan minum dektrosa 40% ad libitum + aquadest 1cc sebagai placebo, kelompok perlakuan yang diberi deksametason 0,06mg dan minum dekstrosa 40% ad libitum + ekstrak etanol daun putri malu 300mg/kg BB secara oral, dosis sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan. Rancangan penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut : P0 O1 P S O2 R P1 O3 O4 Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian 33 50 51 Keterangan : P = Populasi S = Sampel R = Random P0 = Perlakuan pada Kelompok Kontrol yang diberikan deksametason 0,06mg + dekstrosa 40% ad libitum + aquades 1ml P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan yang diberikan deksametasone 0,06mg + dekstrose 40% ad libitum + ekstrak etanol daun putri malu 300mg/kg BB secara oral. O1 = Kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan pada kelompok kontrol (pre test). O2 = Kadar gula darah post prandial sesudah perlakuan pada kelompok kontrol (post test). O3 = Kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan (pre test) O4 = Kadar gula darah post prandial sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan (post test) 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit (LAU) Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 51 52 Pemeriksaan gula darah post prandial dengan menggunakan metode enzimatik dengan alat spektrofotometer dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali. 4.2.2 Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 23 hari. 4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Variabilitas Populasi Populasi pada penelitian ini adalah tikus galur wistar jantan yang sesuai dengan sampel yang telah ditentukan dalam penelitian, prediabetes. 4.3.2 Kriteria Subyek: a. Tikus (Rattus norvegicus) dewasa jenis kelamin jantan, galur Wistar b. Kondisi prediabetes, dengan kadar glukosa darah sewaktu ≥135mg/dL c. Umur 2,5 bulan – 3 bulan d. Berat badan tikus 190-200 gr 4.3.3 Kriteria drop out : Jika selama penelitian tikus mati. 4.3.4 Besar Sampel Pada penelitian ini jumlah sampel dihitung dengan rumus (Pocock, 2008): 52 53 n = jumlah sampel σ = simpangan baku (SD) α = tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05) tingkat kemaknaan (1- α) = 0,95 β = tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,1) f (α,β) = nilai pada table Pocock (= 10,5) 41 μ1 = rerata glukosa darah post prandial sebelum perlakuan μ2 = rerata glukosa darah post prandial setelah perlakuan Berdasarkan penelitian pendahuluan diketahui nilai rerata gula darah post prandial sebelum perlakuan adalah 148,80 ± 5,31 dan nilai rerata gula darah post prandial setelah perlakuan adalah 142,2 ±4,25. Sehingga didapatkan jumlah sampel sebesar 13,59 untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop out maka ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel menjadi 14,95 dibulatkan 15 tikus per kelompok. Jadi total sampel adalah 30 tikus. 4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel Diambil tikus Wistar jantan prediabetes berumur 2,5 bulan – 3 bulan dengan berat 190-200 gram, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok secara random. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel a. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica Linn). 53 54 b. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar gula darah post prandial. c. Variabel kendali Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah kualitas serta kuantitas makanan, minuman, umur, jenis kelamin, galur dan berat badan mencit. 4.4.2 Definisi Operasional Variabel 1. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica Linn) yang didapatkan dari taman lahan terbuka di Depok, Jawa Barat. 2. Dosis ekstrak daun putri malu yang digunakan adalah 300 mg/kg BB tikus. Diberikan 1 x sehari melalui sonde selama 7 hari. 3. Kadar gula darah post prandial adalah kadar gula darah tikus galur wistar yang diukur 2 jam setelah makan (Konsensus Perkeni, 2011). 4. Kadar gula darah tikus hiperglikemia: > 135 mg% (Garrison, 2010). 5. Makanan diberikan pada tempat dan jumlah yang sama untuk tiap kelompok berupa pelet dengan kadar protein 20 – 25 %, pati 45 – 55%, lemak 10 – 12 % dan serat kasar 4% (Smith et al., 1988) 6. Minuman yang diberikan adalah dekstrosa 40% ad libitum 7. Hewan penelitian yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar usia 2,5 bulan dan berat 190-200 gr, prediabetes. 8. Tikus prediabetes dibuat dengan memberikan deksametason 0,06mg secara oral. 54 55 9. Plasebo yang digunakan pada kelompok kontrol adalah akuades 1 ml 1x/hari yang diberikan melalui sonde dan diberikan selama 7 hari. 4.4.3 Hubungan Antar Variabel Ekstrak Variabeletanol bebas daun putri malu Kadar gula darah Variabel tergantung sewaktu Variabel terkendali Jenis kelamin Usia Berat badan Deksametason 0,06mg & dekstrosa 40% Gambar 4.2.Skema Hubungan antar Variabel 4.5 Bahan dan Alat Penelitian Bahan : 1. Makanan ternak standard 2. Plasebo (aquadest) 3. Deksametason 4. Dextrosa 40% 5. Ketamin 6. Ekstrak etanol daun putri malu (Mimosa pudica Linn) Alat-alat : 1. Kandang tikus 55 56 2. Tempat makan & minum tikus 3. Timbangan merek TANITA 4. Sarung tangan karet 5. Sonde lambung 6. Spuit injeksi 3cc 7. Pipa kapiler 8. Tabung mikrohematokrit Mixer Maserasi-Homogizer 9. Alat sentrifugasi 10. Timbangan digital 11. Rotary evaporator 12. Buku dan alat pencatatan data 13. Toples maserasi, erlenmeyer, corong gelas, rotary evaporator, pisau cutter. 14. kertas saring, pipet Hewan Percobaan : Tikus jantan galur Wistar, usia 2,5 bulan dan berat 190-200 gr 4.6. Prosedur Penelitian 4.6.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Putri malu Ekstrak metanol daun putri malu dibuat di Laboratorium Biopestisida, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Prosedur pembuatan ekstrak daun putri malu sebagai berikut: 1. Daun putri malu (Mimosa pudica Linn) yang didapatkan dari taman lahan terbuka di Depok, Jawa Barat, dicuci dengan air bersih mengalir. 56 57 2. Daun putri malu yang telah bersih dikeringanginkan. Waktu untuk mengeringkan daun selama 7 hari. 3. Daun yang sudah kering kemudian digiling dengan menggunakan disc mill, sehingga didapat bentuk serbuk. 4. Kemudian dimaserasi di dalam pelarut (etanol) dengan perbandingan 1:10 (berat/volume) selama 48 jam dengan tujuan untuk menarik zat aktif pada bahan yang akan diekstraksi. 5. Filtrat diperoleh dengan penyaringan melalui 4 lapis kain kasa dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan kertas saring Whatman No 1. 6. Filtrat yang diperoleh kemudian dievaporasi dengan menggunakan vaccum rotary evaporator pada suhu 40ºC, sehingga diperoleh ekstrak. 4.6.2 Pemeliharaan Hewan Percobaan Pemeliharaan tikus percobaan dilakukan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Udayana dengan memperhatikan hal berikut : 1. Tikus dipelihara dalam ruangan yang berventilasi cukup, dikandangkan masing-masing secara individu berukuran 30 x 20 x 20 cm di Laboratory Animal Unit (LAU) Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana . 2. Suhu ruangan berkisar 28o-32o C. 3. Makanan 2x sehari dan minuman diberikan secara ad libitum dalam bentuk pellet dan pakan tikus. Makanan tikus yang baik mengandung protein 20 25%, lemak lemak 5%, karbohidrat 45 - 50%, serat kasar 5%, abu 4 - 5% 57 58 ditambah vitamin & mineral. Setiap hari tikus dewasa diberi makan 12 - 20 gr (Smith, 1988) 4. Selama pemeliharaan bila tikus sakit maka akan diobati oleh dokter hewan. 5. Setelah berakhir penelitian maka tikus yang masih sehat dikembalikan ke LAU bagian Farmakaologi FK UNUD. 6. Bila tikus mati, dikubur. 4.6.3 Pelaksanaan Penelitian 1. Dipilih tikus yang sehat 2. Tikus sehat diperiksa kadar gula darah post prandial (pre test). 3. Tikus prediabetes yaitu kadar gula darah post prandial ≥ 135mg/dl dipilih untuk dijadikan sampel. 4. Kemudian secara acak tikus prediabetes ini dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif (PO), kelompok 2 sebagai kelompok perlakuan (P1). 5. Semua tikus diberi perlakuan menurut kelompoknya, yaitu : a) Kelompok 1: Tikus diberi makanan standar dan minum dextrosa 40% secara ad libitum. Di samping pemberian makanan standar tikus juga diberikan deksametason 0,06mg untuk tikus 190 - 200gr sekali sehari dan aquadest 1 cc sekali sehari secara sonde, sebagai plasebo. Perlakuan ini dilakukan selama 7 hari. 58 59 b) Kelompok II : Tikus diberi makanan standar dan minum dekstrosa 40% secara ad libitum. Di samping pemberian makanan standar tikus juga diberikan deksametason 0,06mg untuk tikus 190 - 200gr sekali setiap hari dan ekstrak daun putri malu 300mg/kg BB sekali sehari secara sonde. Perlakuan ini dilakukan selama 7 hari. 6. Pada hari ke 8 dilakukan pemeriksaan kadar gula darah post prandial. 7. Pengambilan darah vena dengan menggunakan tabung mikro kapiler pada canthus medial sinus orbitalis tikus 2 jam sesudah makan (post test) 8. Sebelum pengambilan darah melalui canthus medial sinus orbitalis, tikus dianestesi terlebih dahulu dengan menggunakan ketamin 10% 0,1cc IM. 9. Kadar glukosa darah diperiksa dengan menggunakan metode enzimatik dengan alat spektrofotometer di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali. 10. Dilakukan analisis data untuk membandingkan hasil dari kedua kelompok tikus tersebut. 11. Setelah semua tikus selesai diberi perlakuan, tikus hidup yang telah diperiksa dikembalikan ke Laboratorium Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 12. Jika ada tikus yang mati maka akan dikubur. 4.6.4 Cara Pemeriksaan Kadar Gula Darah Post Prandial Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan cara mengambil darah tikus Wistar prediabetes melalui medial canthus sinus orbitalis dengan menggunakan tabung mikro kapiler sebanyak 1 ml tiap tikus. Pengambilan darah 59 60 dilakukan 2 jam setelah tikus diberi makan. Saat dilakukan pengambilan darah tikus dibawah pembiusan dengan injeksi ketamin 10% 0,1cc BB IM. Kemudian darah tikus disentrifugasi dan kemudian diperiksa kadar gula darah post prandial pada Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali. 4.7 Alur Penelitian Periksa kadar gula darah post prandial tikus (pre test) 30 tikus prediabetes (gula darah ≥135mg/dl) Kelompok 1 15 tikus Kelompok 2 15 tikus deksametason 0,06mg + dekstrosa 40% ad libitum + Aqua 1 ml deksametason 0,06mg + dekstrosa 40% ad libitum + Ekstrak etanol daun putri malu 300 mg / kg bb Periksa kadar gula darah post prandial (post test) Analisis Data Laporan Gambar 4.3 Alur Penelitian 60 7 hari 61 4.8 Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yaitu mean kadar gula darah post prandial. 2. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per kelompok kurang dari 30. Data dinyatakan berdistribusi normal dengan p> 0,05). 3. Uji Homogenitas Data Uji homogenitas data dengan Levene’s Test. Varian data dinyatakan homogen dengan p > 0,05. 4. Uji Komparasi Antar pre test dan post test tiap kelompok dilakukan uji t-berpasangan (paired t-test). Antar kelompok dilakukan uji t-tidak berpasangan (t-independent test). 61 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Deskriptif Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pretest-postest Control Group Design, menggunakan 30 tikus (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar prediabetes, dengan kadar glukosa darah post prandial ≥135mg/dL, umur 2,5 bulan – 3 bulan, dengan berat badan 190-200 gr sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 15 tikus, yaitu kelompok kontrol yang diberikan deksametason 0,06 mg + dekstrosa 40% ad libitum + aquades 1ml yang diberikan secara sonde dan kelompok perlakuan yang diberikan deksametason 0,06 mg + dekstrosa 40% ad libitum + ekstrak etanol daun putri malu 300mg/kgbb secara sonde. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan. 5.2 Uji Normalitas Data Data kadar gula darah sewaktu diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1. 62 63 Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Kadar Gula Darah Tikus Post Prandial Kelompok Subjek Gula darah post prandial Gula darah post prandial Gula darah post prandial Gula darah post prandial kontrol pre perlakuan pre kontrol post perlakuan post n P Ket. 15 15 15 15 0,442 0,380 0,376 0,969 Normal Normal Normal Normal 5.3 Uji Homogenitas Data Data kadar gula darah post prandial diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2 Homogenitas Data Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok Perlakuan Variabel Gula darah post prandial pre Gula darah post prandial post F P Keterangan 1,71 0,78 0,103 0,386 Homogen Homogen 5.4 Gula darah Post Prandial 5.4.1 Uji Komparabilitas Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan: a. Rerata kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t berpasangan (paired t-test) disajikan pada tabel 5.3 63 64 Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok Kontrol Kelompok Subjek Pre test Post test n Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial (mg/dl) SB t p 15 15 153,73 162,87 6,80 7,46 -3,815 0,002 Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post prandial pre test kelompok kontrol adalah 153,736,80 dan rerata post test kelompok kontrol adalah 162, 877,46. Analisis kemaknaan dengan uji t- berpasangan (paired-t test) menunjukkan bahwa nilai t = -3,815 dan nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada pre test dengan post test kelompok kontrol berbeda secara bermakna (p<0,05). 162.87 164 162 160 158 153.73 156 154 152 150 148 Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Gambar 5.1 Perbandingan Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol 64 65 b. Rerata kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan (post test) pada kelompok perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t berpasangan (paired t-test) disajikan pada tabel 5.4 Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Sebelum Perlakuan dengan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan n Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial (mg/dl) SB Pre test 15 149,13 5,89 Post test 15 126,67 8,50 Kelompok Subjek t p 10,38 0,001 Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post prandial pre test kelompok perlakuan adalah 149,135,89 dan rerata post test kelompok kontrol adalah 126, 678,50. Analisis kemaknaan dengan uji t- berpasangan (paired-t test) menunjukkan bahwa nilai t = 10,38 dan nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada pre test dengan post test kelompok perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). 65 66 149.13 150 145 140 135 126.67 130 125 120 115 Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Gambar 5.2 Perbandingan Kadar gula darah post prandial sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan pada Kelompok Perlakuan c. Rerata kadar gula darah post prandial antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol daun putri malu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial Antar Kelompok Sebelum Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu n Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial (mg/dl) SB Kontrol 15 153,73 6,80 Perlakuan 15 149,13 5,89 Kelompok Subjek t p 1,69 0,102 Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post prandial kelompok kontrol adalah 153,736,80 dan rerata kelompok perlakuan adalah 149,135,89. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan 66 67 bahwa nilai t = 1,69 dan nilai p = 0,102. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05). 5.4.2 Uji efek pemberian ekstrak etanol daun putri malu Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar gula darah post prandial antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol daun putri malu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4 berikut. Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok Sesudah Diberikan Ekstrak Etanol Daun Putri Malu Kontrol 15 Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial (mg/dl) 162,87 Perlakuan 15 126,67 Kelompok Subjek n SB 7,46 8,50 t p 12,40 0,001 Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar gula darah post prandial kelompok kontrol adalah 162,877,46 dan rerata kelompok perlakuan adalah 126,678,50. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 12,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). 67 68 Tabel 5.7 Perbandingan Rerata Kadar Gula Post Prandial Antar Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek n Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial (mg/dl) SB Pre Test Post Test Pre Test t Post Test Kontrol 15 153,73 162,87 6,80 7,46 Perlakuan 15 149,13 126,67 5,89 8,50 180 153.73 p Pre Test Post Test Pre Test Post Test 1,69 12,40 0,102 0,001 162.87 149.13 160 126.67 140 120 100 80 60 40 20 0 Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan = Kelompok Kontrol = Kelompok Perlakuan Gambar 5.3 Perbandingan Rerata Kadar Gula Darah Post Prandial antar Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan 68 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1. Subyek Penelitian Untuk menguji pemberian ekstrak etanol daun putri malu terhadap penurunan kadar gula darah, maka dilakukan penelitian eksperimental dengan rancangan pretest-posttest Control Group Design, menggunakan 30 tikus (Rattus norvegicus) dewasa jantan, galur Wistar prediabetes, dengan kadar gula darah post prandial ≥135mg/dL, umur 2,5 bulan – 3 bulan, dan berat badan tikus 190200 gr sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan deksametason 0,06 mg dan dextrosa 40% ad libitum + aquades 1cc dan kelompok perlakuan yang diberikan deksametason 0,06 mg dan dextrose 40% ad libitum + ekstrak etanol daun putri malu 300mg/kg BB secara oral selama penelitian. 6.2 Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian Data hasil penelitian berupa kadar gula darah sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro-Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). 69 70 6.3 Induksi Hiperglikemia oleh Deksametason dan Dekstrosa Deksametason merupakan glukokortikoid yang memiliki aktivitas efek anti inflamasi, mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak. Kortikostreoroid ini menyebabkan glukoneogenesis di jaringan perifer dan hepar. Pemberian deksametason dalam waktu yang lama akan meningkatkan glukosa darah (toleransi terhadap glukosa menurun), serta resistensi terhadap insulin, sehingga menimbulkan gejala seperti penderita diabetes yakni terjadi hiperglikemia (Suherman, 2009). Dekstrosa merupakan karbohidrat sederhana, merupakan suatu bentuk Dglukosa yang dengan cepat akan diabsorbsi di dalam saluran pencernaan masuk ke dalam sirkulasi darah bila diberikan per oral, sehingga kadar glukosa darah akan meningkat. Secara normal hormon insulin akan segera disekresi oleh kelenjar pankreas untuk mengatur kadar glukosa darah yang tinggi setelah makan. Insulin akan meregulasi glukosa darah yang tinggi masuk ke dalam sel-sel otot yang akan dipakai sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi. Sebagian lagi akan digunakan untuk proses pembentukan glikogen otot dan hati (Glikogenesis) dan pembentukan lemak di jaringan adipose (lipogenesis), sebagai cadangan energi (Rochelle, 2014). 6.4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Putri Malu Uji perbandingan antara kedua kelompok sebelum perlakuan berupa pemberian ekstrak etanol daun putri malu menggunakan uji t-independent. Rerata kadar gula darah post prandial kelompok kontrol adalah 153,736,80 dan rerata kelompok perlakuan adalah 149,135,89. Analisis kemaknaan dengan uji tindependent menunjukkan bahwa nilai t = 1,69 dan nilai p = 0,102. Hal ini 70 71 berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05). Sedangkan sesudah perlakuan, rerata kadar gula darah post prandial kelompok kontrol adalah 162,877,46 dan rerata kelompok perlakuan adalah 126,678,50. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 12,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar gula darah post prandial pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar gula darah sebesar 15,06% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena daun putri malu (Mimosa pudica Linn) kaya akan kandungan kimia, antara lain: 1) flavonoid, flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik. Fungsi flavonoid sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas, yang berasal dari proses-proses dalam tubuh atau dari luar (Azmi et al., 2011). Flavonoid utama dalam putri malu adalah quercetin. Quercetin bekerja sebagai α-glukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas dari αglucosidase, enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dalam pencernaan, dapat secara signifikan menurunkan kadar serum glukosa darah post prandial (Azmi et al., 2011; Hussain, S.A., et al., 2012); 2). Tannin, merupakan flavonoid, kadarnya sedikit dalam tanaman. Tanin dapat menghambat penyerapan glukosa dalam saluran pencernaan dengan cara menghambat α-glukosidase. 71 72 Putri malu sering digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit. Salah satu kegunaan putri malu secara tradisional adalah sebagai antidiabet. Dimana putri malu mengandung quercetin bekerja sebagai αglukosidase inhibitor. Penghambatan aktivitas dari α-glucosidase, enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dalam pencernaan, dapat secara signifikan menurunkan kadar serum glukosa darah post prandial (Azmi et al., 2011; Hussain, S.A., et al., 2012). Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa hasil penelitian tentang khasiat putri malu terhadap diabetes yang meneliti aktivitas daun putri malu diekstraksi menggunakan petroleum eter dosis 600 mg/kg/hari dan daun putrimalu diekstraksi menggunakan etanol dosis 600 mg/kg/hari yg diberikan secara oral pada tikus wistar diabetes. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun putri malu menggunakan etanol secara signifikan menunjukkan penurunan kadar gula darah 32.46% pada jam ke 5 setelah pemberian obat. Pada pemeriksaan hari ke 7 ekstrak etanol daun putri malu mengurangi kadar gula darah 50,35% (Sutar et al., 2009). Demikian juga peneliti lain meneliti efek antidiabetik dari serbuk kering akar putri malu dosis 2mg/kg, 4mg/kg, 6mg/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum tragacanth pada kelinci putih (Albino Rabbit) yang beratnya 1,5-2 kg yang kadar gula darahnya 250-300mg/dL karena sudah diintervensi dengan Alloxan 150mg/kg secara intravenous untuk menginduksi diabetes dibandingkan dengan Glimepride secara oral dosis 800ug/kg dalam 5mL dalam 2% suspensi gum tragacanth (Sumon et al., 2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek antidiabetik serbuk kering akar putri malu pada dosis 6mg/kg dalam 5mL dalam 72 73 2% suspensi gum tragacanth secara signifikan menurunkan kadar gula darah kelinci putih diabetes pada jam ke 12 setelah pemberian serbuk kering akar putri malu hari ke 10 yaitu 147.23mg/100mL dibandingkan pemberian glimepride 256.82mg/100ml (Bashir et al. 2013). 73 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak etanol daun putri malu didapatkan simpulan sebagai berikut: Ekstrak etanol daun putri malu secara oral dapat menurunkan kadar gula darah sewaktu pada tikus galur wistar jantan prediabetes sebesar 15,06%. 7.2 Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: 1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi optimal pemberian ekstrak etanol daun putri malu terhadap penurunan kadar gula darah. 2. Disarankan untuk dilakukan uji klinis terhadap ekstrak etanol daun putri malu untuk mengetahui dosis tepat menurunkan kadar gula darah. 74 ii DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association. 2011. Executive Summary : Standards of Medical Care in Diabetes; 34:S4-S10 Animal Article, 2011. Normal Rat Blood Glucose Level. Available at www.animalarticle.info/Normal-Rat-Blood-Glucose-Level. Accesed at 06/21/2012. Aroda, V. R., Ratner, R., 2008. Approach to The Patient with Prediabetes. Jounal lin Endocrinology Metabolism. 93(9) : 3259-3265 Atsumoto, M. K., Yamasaki, H., Akazawa, S. High-dose but not low-dose dexamethasone impairs glucose tolerance by inducing compensatory failure of pancreatic beta-cells in normal men. Journal Clinical Endocrinology Metabolism 1996; 81:2621–2626.11 Azmi, L., Manish, K. S. and Ali, K. A., 2011. Pharmacological and biological overview on Mimosa pudica Linn. International Journal Pharmacology Life Science 2: 1226–1234 Babar, T., dan Skugor., M. 2009. Diabetes Mellitus Treatment. Current Clinical Medicine. 2nd Edition. Saunders Elsevier. Philadelphia. p. 358-363. Bashir, R., Aslam, B., Javed, I., Muhammad, F., Sindhu, Z., Sarfraz, M. and Fayyaz, A. 2013. Antidiabetic Efficacy of Mimosa Pudica (Lajwanti) Root in Albino Rabbits. International Journal of Agriculture and Biology Banik, G., Bawari, M., Dutta, C. M., Choudhury, S. and Sharma, G.D., 2010. Some antidiabetic plants of southern Assam, India. Journal Science Technology, 5: 114–119 Bhat, M., Zinjarde, S. S., Bhargava, S. Y., Kumar, A. R., Joshi, B. N. 2011. Antidiabetic Indian Plants : A Good Source of Potent Amylase Inhibitors. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Vol 2011. Boedisantoso, A. 2007. Prediabetic: Should it be Treated? Proceding. PIT Penyakit Dalam. Hal. 82-83. Buku Panduan Pengelolaan Prediabetes dan Pencegahan Diabetes Tipe 2. 2009. Soeatmadji, D.W., Pranoto, A., Manaf, A. Jakarta. ii iii Champanerkar, P. A., Vaidya, V. V., Shailajan, S., Menon, S. N., 2010. A sensitive, rapid and validat ed liquid chromatography −tandem mass spectrometry (LC-MS-MS) method fordetermination of Mimosine in Mimosa pudica Linn. Natural Science Journal.,7:713-717 Depkes, 2008. Laporan Nasional : Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Available at www.ppid.depkes.co.id/index. Accesed at 06/21/2012. Esha Flora Plants and Tissue Culture. 2008. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan. Available at : indonesiaherbal.blogspot.com/2008/11/tanaman-obat-indonesia-untukpengobatan.html. Ferris, H. A. and Kahn, C. R. 2012. New mechanisms of glucocorticoid-induced insulin resistance: make no bones about it. The Journal of Clinical Investigation Volume 122:11 Fowler, B.D. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. In : Anti-Aging Medical Teurapeutics. American Academy of Anti Aging Medicine. Volume 5 ; 43-52. Gardner, D. G., Shoback D.,2011. Greenspans’s Basic and Clinical Endocrinology 9th Edition. Mc Graw-Hill Companies. United States of America. p. 573-575; 610; 625-631 Garrison, R. 2010. Rat Blood Glucose Level, available from: http:// www. How.com, accessed at 25/10/2010. Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and Management of Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8. Universities Federation for Animal Welfare. p. 311-324. Hussain, S. A., Ahmed, Z. A., Mahwi, T. O., Aziz, T. A. 2012. Quercetin Dampens Postprandial Hyperglycemia in Type 2 Diabetic Patients Challenged with Carbohydrates Load. International Journal of Diabetes Research 1(3); 32-35. Ilyas, E. 2009. Olahraga bagi Diabetesi. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. FKUI, Hal : 69-110. Kahn, C. R. 2002. Etiology and Pathogenesis of Type 2 Diabetes Mellitus and Related Disorders. Principles and Practice of Endrocrinology and Metabolism. Lippincott Williams and Wilkins Publishers. Part IX. Karyani, I. 2003. Mencegah Penyakit Degeneratif Dengan Makanan. Cermin Dunia Kedokteran. Volume : 140. iii iv Konsensus Perkeni. 2011. Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals. Academic Press. p. 3-56. Mycek, M. J., Harvey, R. A., Champe, P.C. 2001 Insulin dan obat-obat Hipoglikemik Oral. Edisi 2. Penerjemah: Azwar Agoes. Jakarta: Widya Medika. Halaman: 259-65. Nala, I. G. N. 2011. Prinsip Pelatihan. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Udayana University Press. Halaman: 1-8, 23-108. Narkhede, M. B., Ajimere, P.V., Wagh, A.E., Mohan, M., Shivashanmugam. 2011. Invitro antidiabetic activity of Caesalpina digyna (R). metahnol root extract. Nathan, M. N., Buse, J. B., Mayer, B. D., Ferrannini, E., Holman, R. R., Sherwin, R. 2008. Medical management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes A consensus Algorithm for the Initiation and Adjustment of Therapy. A consensus statement of the American Diabetes Association and the European Association for the Study of Diabetes. Diabetes Care. Vol 31:111. Neeharika, V., Vamsi, K. R., Madhava, R. B. 2012. Effect of Madhuriktha on Dexamathasone and Fructose Induced Insulin Resistance in Rats. Journal Natural Product Plantation Research. 2012 (2). 288-294. Available from :http/scholarsresearshlibrary.com/archive.html Accessed at 05/09/2012 Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Metode Uji Toksisitas. Halaman: 86. 52 Pande, M. and Anupam, P., 2010. Preliminary pharmacognostic evaluations and phytochemical studies on roots of M. pudica (Lajwanti). International Journal Pharmacology Science Review Research. 1: 50–52 Pangkahila, J. A. 2012. Exercise To Improve Sex Steroids. Proceeding National Symposium and Workshop on Anti-Aging Medicine. Denpasar, March 16 18, 2012. Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan sehat. Cetakan ke 1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal : 1-3, 9-10, 36-40. Pangkahila, W. 2007. Anti-Aging Medicine. Memperlambat Meningkatkan Kualitas Hidup. Hal 25, 106-108 iv Penuaan v Pocock, S. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. Chichester : John Willey and Sons. P. 127-128. Powers, A. C. 2008. Diabetes Mellitus. Harrisons Principles of Internal Medicine. 7th Edition. McGraw-Hill Companies. United States of America.p. 22752304. Pour, O. R., Dagogo, J. S. 2011. Prediabetes as a therapeutic target. Clinical Chemistry. 57:215-220. Ranjan, R. K., Kumar M. S, Seethalakshmi I. and Rao M. R. K . 2013. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 5(5): 53-55 Rochelle, J. 2014. What Is Dextrose? [online] Available from: http//www.ehow.com/about_5387768_dextrose.html [Accessed July 31, 2014]. Saraswat, R. and Pokharkar, R. 2012. GCMS Studies of Mimosa pudica. International Journal of Pharmacology Technology Research vol.4, No.1, p 93-98. Sharkey, B. J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Cetakan pertama. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Halaman : 3-21, 71-90. Smith, J. B., dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), hal: 30 – 32 , 43-44, 54,57. Suherman, S. K. 2009. Adrenokortikotropin, Adrenokortokosteroid, AnalogSintetik dan Antagonisnya. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5, FKUI, hal: 482-500. Suprapta, D. N. dan Khalimi, K., 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Senyawa Alam Dan Agen Hayati. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. p: 1-2. Sutar, N. G., Sutar, U. N., Behera, B. C., 2009. Antidiabetic Activity of Leaves of Mimosa pudica Linn in Albino Rats. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 3 (1) 123-126 Suyono, S. 2009a. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.FKUI, Hal : 3-10. Tanaman Obat. 2012. Petunjuk Penggunaan Tanaman Obat. Available at : www.tanaman-obat.com.Accesed at 02/21/2012. v vi The National Institute of Health Research and Development, Minister of Health, Republic of Indonesia. Report on result of National Basic Health research (RISKESDAS) 2007. Tony, H., dan B, Suharto. 2005. Insulin, glukagon dan antidiabetik oral. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. p: 467-81. Varnika, S., Ashish, S., Imran, A.. 2012. A Review on Ethnomedical and Traditional Uses of Mimosa Pudica (Chui-Mui). International Research Journal of Pharmacy, 3 (2). Viswanathan, R., Sekar, V., Velpandian, V., Sivasaravanan, K. S., Ayyasamy, S. 2013. Anti-diabetic Activity of Thottal Vadi Choornam (Mimosa Pudica) in Alloxan Induced Diabetic Rats. International Journal of Natural Product Science 2013; 3(5): 13-20. Wibowo. 2003. The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder. Jakarta : FKUI. Halaman 11-17 Wijaya, C. H., Rahminiwati, M., Wu, M. C., Lo, D. 2011. Inhibition of α– Glukosidase and α-Amylase Activities of some Indonesian Herbs: In Vitro Study. The 12th ASEAN Food Conference 2011. Bangkok. Page 285-288. Winarti, C., dan Nudjanah, N. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian volume 24(2) : 47-55. World Health Organization. 2006. Definition and Diagnosis od Diabetes Mellitus and intermediate hyperglycemia : report of a WHO/IDF consultation. WHO Document Production services. Geneva, Switzerland. Yount, W. R., 2006. Research Design and Statictical Analysis in Christian Ministry 4th Edition. USA. Unit 13: 1-11. vi vii Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik vii viii Lampiran 2 Hasil Analisis Putri Malu viii ix ix x Lampiran 3 Pengelolaan Hewan Coba pada Penelitian dengan judul : PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn) SECARA ORAL MENURUNKAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR PREDIABETES Sesuai dengan saran dari Komisi Etik Penelitian FK Unud maka hewan coba yang dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan hewan yang telah berkorban untuk kepentingan kemanusian tetap terjamin. Perlakuan sebelum penelitian: Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen. Tikus yang dipakai adalah hasil peternakkan sendiri dari kandang yang dibuat nyaman. Luas kandang adalah 30 kali 20 kali 20 sentimeter. Selama masa adaptasi 7 hari tikus dipelihara dengan sangat memperhatikan suasana kandang yang nyaman yang meliputi kebersihan, sirkulasi udara, dan penyedian makan dan minum. Untuk keperluan ini peneliti menugaskan seorang petugas kandang untuk mengamati hewan coba didalam kandang – kandang. Penerangan didalam kandang diatur 12 jam gelap 12 jam terang. Kesehatan tikus di monitor dengan memakai konsultan dokter hewan. Perlakuan selama penelitian: Selama penelitian tikus-tikus ditaruh sangat teratur dengan nomor urut sesuai kelompok. Tikus ditaruh secara individu. Makanan dimonitor dua kali sehari (Pagi dan Siang). Jumlah makanan ditakar agar sesuai kebutuhan dan selalu bersih. Suhu dan ventilasi serta kelembaban kandang dijaga ketat. Bila ada tikus yang sakit dikonsulkan ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan yang sesuai. Untuk mengetahui berat tikus dilakukan penimbangan dengan timbangan Tanita. x xi Setelah 23 hari, tikus dianestesi, lalu diambil darah dari medial kantus sinus orbitalis, tikus dianestesi secara intra muscular terlebih dahulu sebelum diambil darahnya. Kemudian dielus-elus supaya rasa sakitnya minimal dan tikus merasa nyaman. Darah yang diambil 1cc. Setelah pengambilan darah tikus akan dikembalikan kekandangnya dan diperlakukan secara baik dan dibuat nyaman. Perlakuan setelah penelitian: Tikus dikembalikan ke Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana xi xii Lampiran 4 Foto- Foto Penelitian Rotary evaporator Kandang Tikus xii xiii Pemberian Ekstrak secara Oral xiii xiv Ketamin Mengambil darah melalui sinus orbitalis xiv xv Tabung EDTA Darah dimasukkan ke dalam tabung mikro xv xvi Mengambil serum darah untuk dikirim ke laboratorium xvi xvii Lampiran 5 Data Hasil Pemeriksaan Gula Darah Post Prandial No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Pre Test diberikan dexamethasone 0,06mg+ dextrosa 40% 139 158 172 163 160 161 160 162 153 152 151 139 140 146 150 153 148 145 147 156 148 152 147 153 167 155 167 167 164 163 xvii Post Test diberikan dexamethasone 0,06mg + dekstrosa 40% + akuades '+ ekstrak putri malu 300mg/kg BB tikus 163 164 165 174 167 180 162 155 167 152 160 155 160 155 164 145 136 137 131 131 145 148 145 151 150 141 155 145 153 145 xviii Lampiran 6 Analisis Data Statistik Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statisti c Kelompok Kadar_gula Kontrol .139 _darah_sew Ekstrak Etanol daun aktu_pre putri malu 300 .145 mg/kgbb Kadar_gula Kontrol .157 _darah_seka Ekstrak Etanol daun tu_post putri malu 300 .119 mg/kgbb a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. df Shapiro-Wilk Statisti c Sig. df Sig. 15 .200 * .944 15 .442 15 .200* .940 15 .380 15 .200* .939 15 .376 15 .200* .980 15 .969 Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1 Kadar gula darah post prandial pre N 153.73 Kadar gula darah post prandial 162.87 post a. Kelompok = Kontrol Std. Error Mean Std. Deviation 15 9.801 2.531 15 7.463 1.927 Paired Samples Correlationsa N Kadar gula darah post prandial pre & Kadar gula darah post prandial post a. Kelompok = Kontrol Correlation Sig. Pair 1 xviii 15 .450 .093 xix Paired Samples Testa Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Deviat Error Mean ion Mean Lower Upper Pair Kadar gula darah 1 post prandial pre -9.133 9.273 2.394 -14.268 & Kadar gula darah post prandial post a. Kelompok = kontrol t Sig. df (2-tailed) -3.998 -3.815 14 .002 Paired Samples Statisticsa Mean Pair 1 Kadar gula darah post prandial pre N 149.13 Std. Deviation 15 Kadar gula darah post 126.67 15 prandial post a. Kelompok = Ekstrak Etanol daun putri malu 300 mg/kgbb Std. Error Mean 3.889 1.004 8.499 2.195 Paired Samples Correlationsa N Correlation Kadar gula darah post prandial pre & Kadar gula darah post 15 prandial post a. Kelompok = Ekstrak Etanol daun putri malu 300 mg/kgbb Sig. Pair 1 xix .259 .352 xx Paired Samples Testa Paired Differences Std. Std. Deviat Error Mean ion Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper t Sig. (2df tailed) Pair Kadar gula 1 darah post prandial pre 22.467 8.383 2.164 17.825 27.109 10.380 14 & Kadar gula darah post prandial post a. Kelompok = Ekstrak Etanol daun putri malu 300 mg/kgbb .000 Uji t-independent antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Group Statistics Kelompok N Kadar_gula_darah_ Kontrol post prandial _pre Ekstrak Etanol daun putri malu 300 mg/kgbb Kadar_gula_darah_ Kontrol post prandial _post Ekstrak Etanol daun putri malu 300 mg/kgbb xx Mean Std. Deviation Std. Error Mean 15 153.73 6.801 2.531 15 149.13 5.889 1.004 15 162.87 7.463 1.927 15 126.67 8.499 2.195 xxi Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference F Kadar_gula_ Equal darah_ post variances prandial_pre assumed 1.714 Sig. .103 1.69 Equal variances not assumed Kadar_gula_ darah_ post prandial _ post Equal variances assumed Equal variances not assumed .776 t .386 df Sig. Mean Std. Error (2-tailed) Difference Difference Lower Upper 28 .102 4.600 2.723 1.69 18.30 .108 4.600 2.723 -1.113 10.313 28 .000 36.200 2.920 30.218 42.182 12.39 27.54 5 0 .000 36.200 2.920 30.213 42.187 12.39 5 xxi -.977 10.177