Kriteria Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian Permanen

advertisement
TEMU ILMIAH IPLBI 2014
Kriteria Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian
Permanen Korban Bencana Merapi
Studi Kasus : Desa Umbulharjo, Cangkringan, Yogyakarta
Hibatullah Hindami N A(1), Tazkia Agung Fuadi(2), Dimas Rahmatullah(3), Muhammad Kholif L W P(3)
(1)
Mahasiswa Magister, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, & Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Mahasiswa Magister, Manajemen (MM), UGM.
Mahasiswa Magister, Desain Kawasan Binaan (MDKB), UGM.
(2)
(3)
Abstrak
Dampak siklus bencana merapi menyebabkan warga Merapi kehilangan rumah tinggal dan harta
bendanya. Setelah terjadinya bencana, korban bencana Merapi ditempatkan dan tinggal di shelter
hunian sementara (HUNTARA) hingga ada pemberitahuan dari pemerintah untuk tindakan
selanjutnya. Salah satu tindakan pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menjadikan HUNTARA sebagai hunian permanen (resettlement). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepuasan mereka terhadap kondisi HUNTARA saat ini dan ketika kelak dijadikan
hunian permanen. Sehingga mendapatkan kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk alih fungsi
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada HUNTARA yang terletak di Dusun Pangukrejo, Desa
Umbulharjo, Yogyakarta, kriteria dibagi menjadi 2 bagian. Berdasar data teknis kependudukan
seperti sarana kebudayaan, niaga, peribadatan, kesehatan dan pendidikan. Dan yang berdasar
kondisi fisik dan lingkungan sekitar, merupakan infrastruktur yang merespon lokasi HUNTARA.
Kata-kunci: kriteria desain, korban bencana alam, resettlement
Pemukiman kembali (Resettlement) adalah
upaya/kegiatan memukimkan kembali warga
yang terkena dampak dari proyek atau bencana
ke lokasi baru. Dimana lokasi baru tersebut
harus memenuhi kriteria lokasi yang layak
tinggal, sehingga dapat mengembangkan
kehidupan yang lebih baik atau minimal sama
dengan kondisi sebelumnya (BPUI, 2010).
Dalam kasus Resettlement ini, korban Merapi
dipindahkan dari tempat tinggal mereka ke
daerah baru (HUNTARA), dimana HUNTARA
tersebut dikemudian hari akan dijadikan sebagai
hunian permanen. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana tingkat kelayakan lokasi
pengungsian HUNTARA yang akan dijadikan
hunian tetap untuk warga korban erupsi merapi.
desa pasca bencana erupsi Gunung Merapi.
Berdasarkan
teori
resettlement
ADB,
resettlement ini termasuk jenis “Pemindahan
Pedesaan”. Pemindahan pedesaan merupakan
pemindahan lokasi pada lahan pertanian,
padang rumput, tanah gembalaan hewan ternak
atau akses terhadap sumberdaya alam. (Asian
Development Bank, 1999). Pemindahan dilakukan oleh pemerintah ke daerah yang berada
masih di dalam desa yang sama untuk mempermudah pendataan dan agar masyarakat tidak
sulit menemukan mata pencaharian di lokasi
yang baru kedepannya. Selain lokasi, perlu
diperhatikan juga sarana umum dan fasilitas
penunjang yang masih sangat minim di lokasi
HUNTARA.
Melihat histori lokasi HUNTARA di Desa
Umbulharjo, lokasi tersebut merupakan hasil
dari akuisisi lahan pertanian dan perkebunan
Untuk mewujudkan harapan itu, dilakukan
sebuah penelitian mengenai kepuasan penghuni
HUNTARA terhadap hunian yang mereka temProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | A_35
Kriteria Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian Permanen Korban Bencana Merapi. Studi Kasus : Desa Umbulharjo, Cangkringan,
Yogyakarta
pati saat ini, serta kelayakan fasilitas dan sarana
umum di lokasi tersebut.
Metode
Metode pengumpulan data dilakukan melalui
pendekatan kualitatif, dengan melakukan
wawancara langsung kepada 10 keluarga di
beberapa titik HUNTARA di Dusun Pangukrejo,
Desa Umbulharjo. Proses pengumpulan data
dilakukan selama satu pekan. Responden
diminta untuk menceritakan bagaimana persepsi
mereka tentang HUNTARA yang mereka tempati
dimana akan dijadikan hunian permanen. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui survey dan wawancara kepada masyarakat penghuni HUNTARA,
setelah itu kemudian dilakukan interpretasi
berdasarkan SNI dan ilmu arsitektur untuk
memberikan respon desain terhadap kondisi
eksisting tapak dan kebutuhan sarana prasarana
serta fasilitas umum.
Pada Tabel 2.1 menunjukan kebutuhan rumah
susun berdasarkan kepadatan penduduk.
HUNTARA yang berlokasi di tempat dengan
kepadatan penduduk 18 jiwa/ha, termasuk
dalam wilayah dengan kepadatan penduduk
rendah atau termasuk wilayah alternative.
sehingga pendirian rumah susun sebagai hunian
tetap belum perlu dilakukan.
Sarana dan Fasilitas Umum
Berdasarkan hasil survey dan wawancara
dengan masyarakat sekitar, diketahui bahwa
terdapat beberapa kebutuhan fasilitas pada
Huntara Pangukrejo, diantaranya:
1. Fasilitas sarana kebudayaan dan rekreasi.
Berdasarkan tabel 2.2 dengan penduduk
minimal 2500 jiwa, HUNTARA membutuhkan
balai pertemuan dengan luas lahan sekitar 300
m2 dengan radius pencapain dari rumah warga
sekitar 100 m.
Analisis dan Interpretasi
Data Teknis Kependudukan
Sampel HUNTARA terletak di dusun dengan
jumlah penduduk cukup tinggi di Desa Umbulharjo yaitu Dusun Pangukrejo. Berjumlah 684
orang. dengan jumlah KK sebanyak 217 KK.
Luas wilayah keseluruhan Kec. Cangkringan
adalah 262,4 Ha dengan total penduduk 4616
jiwa, sehingga tingkat densitasnya sekitar 18
jiwa/ha. Menurut klasifikasi tabel 2.1 Cangkringan termasuk kecamatan dengan kepadatan
rendah karena kurang dari 150 jiwa/ha.
Sehingga tidak perlu ada reduksi terhadap
kebutuhan lahan.
A_36 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
Walaupun jumlah penduduk di HUNTARA
Pangukrejo kurang dari standar diatas,
sebaiknya di setiap lokasi hunian permanen
nantinya terdapat 1 buah balai warga atau
pertemuan.
2. Fasilitas perdagangan pada lokasi HUNTARA
sangat terbatas. Hanya terdapat beberapa
penduduk yang membuka kios kelontong di unit
shelter HUNTARA miliknya.
Hibatullah Hindami N A
Pengobatan Warga. Akan tetapi fasilitas ini
hanya terdapat 1 di desa tersebut.
Berdasarkan Tabel 2.3 Jenis Sarana Perdagangan, untuk jumlah penduduk minimal 1000
jiwa dibutuhkan 4 warung dengan luas lantai
50m2 dan radius pencapaian 300 m.
3. Sarana peribadatan. Mushola terdapat di
sebuah sekolah dasar dengan jarak yang cukup
jauh dari HUNTARA. Tidak terdapat masjid di
sekitar wilayah tersebut.
Menurut Tabel 2.4 tentang SNI kebutuhan
sarana peribadatan untuk hunian sekitar 250
jiwa membutuhkan 1 Mushola dengan luas
lahan 100m2 dan luasan lantai 45 m 2 di setiap
titik HUNTARA.
Lokasi puskesmas berada di selatan desa dekat
dengan
lokasi
HUNTARA.
pembangunan
puskesmas lain di daerah utara belum
diperlukan, karena kondisi pemukiman di utara
memang belum terekonstruksi kembali. Yang
perlu dilakukan adalah memperlebar kapasitas
puskesmas yang sudah ada sehingga kebutuhan
kesehatan masyarakat dapat terakomodir.
5 Sarana Pendidikan. SDN Pangukrejo juga
merupakan sekolah sementara yang di bangun
tidak permanen. Jarak sarana pendidikan
sekolah dasar tersebut dari titik HUNTARA
agaknya terlalu jauh untuk anak (melebihi jarak
ideal pejalan kaki 500m), terlebih lagi tidak
adanya fasilitas pendidikan taman kanak-kanak
di sekitar lokasi tersebut. Menurut tabel 2.6
standar kenyamanan jarak adalah 500 m 2, lebih
dari itu akan menyulitkan anak-anak didik
menjangkaunya. Selain itu untuk mencapai
sarana tersebut, anak-anak HUNTARA harus
menyebrang jalan kelurahan yang cukup padat
dilalui oleh kendaraan bermotor. Karena
bencana merapi kondisi SD Negri Pangukrejo
masih berupa bangunan sementara seperti
halnya shelter HUNTARA.
4. Sarana Kesehatan. Balai pengobatan warga
sudah diadakan oleh tim relawan shelter. Dan
balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA), apotik,
terketak menjadi satu dengan puskesmas
Kecamatam yang melayani dengan cakupan
wilayah besar, walaupun tidak ditemukan
adanya tempat praktik dokter. Menurut tabel 2.5,
wilayah yang memiliki warga 4000 jiwa
sebetulnya membutuhkan minimal 2 Balai
A_37
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | A_35
Kriteria Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian Permanen Korban Bencana Merapi. Studi Kasus : Desa Umbulharjo, Cangkringan,
Yogyakarta
meresapkan air sehingga tidak memberburuk
drainasi kawasan.
Maka sebaiknya pembangunan permanen
1. Kemiringan Tanah. Pembentukan muka lahan
yang miring terdapat pada lokasi yang dijadikan
relokasi HUNTARA.Tanah Miring kearah selatan,
rata-rata kemiringan 8-13 % menurut tabel 2.7
kemiringan sebesar itu hampir mendekati batas
prasyarat kemiringan untuk hunian sehingga
tanah agar tanah tidak diratakan maka hunian
dibikin terasering namun resikonya Hunian
Berada di bawah Permukaan Jalan sehingga air
dapat masuk ke lingkungan.
lokasi SDN Pangukrejo memilih lokasi yang lebih
dekat dengan HUNTARA karena siswa yang
bersekolah disana mayoritas berasal dari 3
dusun yang dipindahkan. Radius jarak sekarang
tidak ideal karena lebih dari 500 m sehingga
orang tua harus mengantarkan anaknya untuk
ke sekolah dengan sepeda motor. Selain itu
pengadaan TK atau playgrup di setiap titik lokasi
HUNTARA juga merupakan ide yang baik.
Kondisi Fisik & Lingkungan Sekitar
Kecamatan Umbulharjo dan sekitarnya memiliki
jenis tanah lempung kepasiran (sandy clay),
dengan formasi geologi batuan sedimen andesit
tua (old andesit)/kepasiran. Tanah Gembur
(untuk pertanian) dengan pasir lebih dominan.
Karakteristik jenis tanah regosol pada umumnya, profil tanah belum berkembang, tekstur
tanah pasiran, geluh, struktur tanah remahgumpal lemah, infiltrasi sedang, sampai tinggi
dan solum tebal. Jenis tanah ini mempunyai
sifat mudah meresapkan air permukaan, sehingga dalam kondisi tertentu mampu berfungsi
sebagai media perkolasi yang baik bagi imbuhan
air tanah (Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
Tentang Rencana Stretejik Daerah Tahun 20022006). Jenis tanah di huntara adalah sedimen
andesit tua/ bepasir. Tanah ini merupakan tanah
ringan sehingga jika terkena angin akan mudah
terbang sehingga mengakibatkan udara menjadi
tidak bersih. Sehingga perlu adanaya ground
cover, bisa berupa rumput ataupun grass block.
Yang ditekankan adalah material yang mudah
A_38
A_36 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
Perlu dibuat selokan di kedua sisi jalan sehingga
air dapat terbuang rata ke bahu jalan, Selokan
yang berada di selatan huntara dibuat lebih
lebar dan dalam karena kondisi yang tanah yang
miring ke selatan sehingga terjadi penumpukan
volume air di daerah selatan. Selain itu memaksimalkan Peresapan dengan memilih groundcover yang mudah meresap air. Selain itu
berdasarkan Kemiringan lahan yang dibuat
terasering dibutuhkan talud untuk memperkuat
tanah
2. Ekonomi Masyarakat. Dusun Pangukrejo
mengalami kerusakan tak terkecuali sarana
perekonomian sebagai sumber pekerjaan. Berdasarkan survey dampak sosial masyarakat
huntara, banyak orang yang kehilangan pekerjaan seperti peternakan dan pertanian sehingga
perlu diadakannya peternakan pemerahan susu
sapi yang tidak jauh dari huntara sehingga
memudahkan masyarakat mengurusnya. Selain
itu juga perlu pembukaan lahan baru untuk
perkebunan yang cukup untuk penghidupan
warga HUNTARA. Hal ini juga sebagai restorasi
Hibatullah Hindami N A
kehidupan sosial dan perkembangan inventarisasi desa yang diharapkan akan dapat perkembangan. Untuk keperluan pendidikan, sudah
diadakan sekolah-sekolah darurat semi-permanen yang berada di dekat lokasi HUNTARA.
5.Berdasarkan Tabel 2.6 Sarana Pendidikan dan
Pembelajaran adalaha Taman Kanak-Kanak
dengan Luas 216 m2 sedangkan untuk SD
sudah ada yaitu SD Umbulharjo.
Rekomendasi Berdasarkan Kondisi Fisik
dan Lingkungan Sekitar
1. Perlu adanaya Ground Cover dengan daya
resap tinggi (dalam hal ini grass block)
2. Sistem Drainase lahan terdapat rekomedasi
berupa adanya selokan seluas 50 cm dnegan
kedalaman 1 m di kedua sisi jalan utama desa
3. Berdasarkan Kemiringan lahan yang dibuat
terasering dibutuhkan talud untuk memperkuat
tanah
Kesimpulan
Transformasi Desain HUNTARA di Desa
Umbulharjo Sesuai Standar Hunian Permanen
meliputi :
Rekomendasi Berdasarkan Data Teknis
Kependudukan
1.Berdasarkan Tabel 2.2 SNI Kebutuhan Sarana
Kebudayaan dan Rekreasi untuk jumlah
penduduk 1000 jiwa dibutuhkan Balai Warga/
Balai Pertemuan seluas 120 m2 dengan luas
lahan 250 m2 dengan radius pencapaian 100m
2.Berdasarkan
Tabel
2.3
Jenis
Sarana
Perdagangan dan Niaga untuk jumlah penduduk
1000 jiwa dibutuhkan 4 warung dengan luas
lantai 50m2 dan radius pencapaian 300 m
3.Berdasarkan Tabel 2.4 Kebutuhan Sarana
Peribadatan untuk jumlah penduduk 1000 jiwa
dibutuhkan 1 Masjid Warga dengan luas 150 m2
dan luas lahan 300 m2
4. Berdasarkan prasarana maka menggunakan
klasifikasi jalan dengan lebar 4 meter sedangakn
selokan diusulkan berada ditengah sehingga
kemiringan jalan pun menuju ke selokan, hal ini
agar jalan desa didapatkan jalan yang lebih luas.
5. Berdasarkan Sumberdaya Perekonomian
pembibitan ikan eksisiting dibuat menjadi
pembibitan
permanen
sedangkan
untuk
pembudidayaan dibuat tambak di sungai hal ini
karena pembibitan yang ada sekarang hanya
mengandalkan air hujan . Kemudian perbaikan
fasilitas pembibitan tanamanan yang telah ada,
dan perbaikan kandang kambing atau sapi
menjadi kandang yang permanen karena
mayoritas pekerjaan penduduk awal memang
memproduksi susu sapi perah.
6. Transformasi luasan rumah dari 30 m2
menjadi 42 m2 (6x7m sudah termasuk halaman)
untuk
menyesuaikan
kebutuhan
hunian
permanen, beberapa rumah dibentuh union
housing untuk memaksimalkan lahan sehingga
dapat dibuat halaman didepan rumah (Contoh
desain dapat dilihat pada lampiran).
4.Berdasarkan Tabel 2.5 Kebutuhan Sarana
Kesehatan untuk jumlah penduduk 1000 jiwa
dibutuhkan 1buah posyandu dengan luas 36 m2
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | A_39
A_37
Kriteria Desain Alih Fungsi Huntara Menjadi Hunian Permanen Korban Bencana Merapi. Studi Kasus : Desa Umbulharjo, Cangkringan,
Yogyakarta
Daftar Pustaka
Asian Development Bank, 1999. Buku Panduan
Tentang Pemukiman Kembali “Suatu Petunjuk
Praktis”. Asian Development Bank: Manila.
Asian Development Bank, 1999. Handbook on
Ressettlment “A Guide to Good Practice”. Asian
Development Bank: Manila.
Badan Pekerjaan Umum Indonesia, 2010.
Dimyati, Vien, 2010. Huntara Merapi Tidak Jauh dari
Permukiman.
http://www.jurnas.com/news/13196/Huntara_Merap
i_Tidak_Jauh_dari_Permukiman/8/Sosial_Budaya/Lin
gkungan. Diunduh tanggal 10 Mei 2011.
English, R., & Brusberg, Frederick E. 2002. Handbook
for Preparing a Resettlement Action Plan. Automated
Graphic Systems: Washington, DC.
SNI
03-1733-2004.
Tata
Cara
Perencanaan
Lingkungan Perumahan Di Perkotaan. Badan
Standarisasi Nasional: Jakarta.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Tentang Rencana
Stretejik Daerah Tahun2002–2006.
A_40
A_36 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
Download