9 BAB II SKENARIO BARU ASESMEN KINERJA DALAM MENILAI

advertisement
BAB II
SKENARIO BARU ASESMEN KINERJA DALAM MENILAI DISKUSI
KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI
MANUSIA
A. Diskusi Kelompok
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu interaksi antara guru dan
siswa, serta siswa dengan siswa yang saling berhubungan antara ketiganya. Untuk
menunjang proses pembelajaran maka diperlukan adanya suatu model
pembelajaran yang relevan dan efisien. Susilana (2006: 139) mengemukakan
bahwa model pembelajaran harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar ahli tertentu; 2. mempunyai misi
dan tujuan tertentu; 3. dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan; 4. memiliki
sintak, prinsip, dan sistem sosial; 5. memiliki dampak.
Diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
menuntut siswa untuk aktif dan ikut terlibat seluruhnya dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode diskusi adalah cara pembelajaran yang memunculkan masalah
(Rustaman et al., 2003: 125). Permasalahan dalam diskusi kelompok dapat
dilontarkan oleh guru pada awal pembelajaran sehingga setiap kelompok
membahas permasalahan yang sama, tetapi dapat juga diberikan dalam bentuk
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk tiap kelompok. Makmun (2004: 241)
mengemukakan bahwa metode diskusi merupakan cara lain dalam belajar
mengajar dimana guru dan siswa, bahkan antar siswa terlibat dalam suatu proses
interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua arah baik dalam perumusan
masalah, penyampaian informasi maupun dalam pengambilan kesimpulannya.
9
10
Diskusi dalam pembelajaran bukan hanya metode, tetapi juga merupakan
keterampilan. Djamarah (2005: 157) mendefinisikan bahwa diskusi kelompok
adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan individu dalam suatu interaksi
tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat
keputusan, dan memecahkan masalah. Berdasarkan hal inilah dapat dikatakan
diskusi kelompok mempunyai empat karakteristik yaitu: 1. melibatkan
sekelompok individu; 2. melibatkan interaksi dan tatap muka; 3. memiliki tujuan
dan kerja sama; dan 4. mengikuti aturan. Makmun (2004: 241) mengemukakan
mengenai prosedur dan teknik pelaksanaan diskusi yang
meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menentukan topik permasalahan atau tema yang mengidentifikasi masalahmasalah untuk didiskusikan
2. Mengidentifkasi sumber bacaan dan informasi
3. Menetapkan alternatif komunikasi, apakah diskusi kelompok, diskusi kelas,
atau diskusi panel
4. Pelaksanaan diskusi. Pelaksanaan diskusi dibagi dua pola yaitu pola teacher
centre dan student centre. Pada pelaksanaan diskusi diatur apakah siswa atau
guru yang akan menjadi pusat diskusi
5. Pelaporan hasil diskusi, pengumpulan informasi, dan penilaian hasil diskusi.
Hal ini dilakukan bersama-sama antara murid dan guru.
Salah satu pola dalam diskusi adalah diskusi kelompok. Cilstrap dan
Martin (Roestiyah, 1998: 15) mendefinisikan bahwa kerja kelompok adalah
kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil yang diorganisir untuk
11
kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang
kooperatif dari beberapa individu tersebut. Dalam diskusi terjadi tukar menukar
gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat (Rustaman et al.,
2003: 125).
Diskusi kelompok dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk: 1.
menggunakan keterampilan bertanya dan membahas masalah, 2. mengembangkan
bakat kepemimpinan dan keterampilan berdiskusi, 3. memungkinkan guru untuk
lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar, 4. memberi
kesempatan pada siswa untuk aktif, saling menghargai, menghormati, dan saling
membantu kelompok demi mencapai tujuan bersama (Roestiyah, 1998: 17).
Pelaksanaan diskusi kelompok memiliki langkah-langkah yaitu langkah
dengan pola pendekatan masalah dan inquiry discovery approach (Makmun,
2004: 242). Titik utama pada diskusi kelompok adalah siswa (student centre).
Peranan guru dalam suatu diskusi yang bertitik tolak pada siswa adalah: 1. sebagai
initiator yang memberikan rambu-rambu permasalahan untuk didiskusikan, 2.
konsultan, 3. pemberi semangat, 4. observer dan evaluator sedangkan peranan
siswa adalah sebagai moderator, kontributor, dan pemberi informasi.
Kemampuan dalam lima domain asesmen kinerja yaitu keterampilan
komunikasi, keterampilan psikomotor, aktivitas fisik, karakteristik sikap, dan
perolehan konsep Airasian (Wulan, 2008: 2). Kemampuan yang dapat dinilai
dalam diskusi kelompok terdiri dari tiga domain keterampilan komunikasi,
karakteristik sikap, dan perolehan konsep. Kemampuan kinerja siswa dalam
diskusi kelompok menurut Wulan (2008) adalah ide orisinal, konsep benar,
12
konsep relevan, dan pendapat jelas/dapat dipahami. Northwest Regional
Educational Laboratory (1998: 1) mengemukakan mengenai kemampuan yang
dapat dinilai dalam diskusi kelompok adalah dari ide apakah sesuai dengan tujuan
diskusi, konsep relevan, konsep benar dan dapat dipahami secara jelas. Konsep
adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran, atau suatu gagasan yang umum dan
abstrak (Rustaman et al., 2003: 201).
Menurut Gulo (2002: 134), di dalam usaha kelompok atau kelas
mengambil kesimpulan, perlu diperhatikan beberapa cara pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1. Secara aklamasi. Setiap anggota memberi suara setuju kepada keputusan yang
akan diambil.
2. Secara demokrasi. Tidak semua menyatakan persetujuannya, tetapi terbanyak
dari mereka menyatakan setuju.
3. Keputusan hanya ditentukan oleh kelompok minoritas. Tidak semua anggota
terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
4. Secara otoriter. Pimpinan kelompok sendiri yang mengambil keputusan tanpa
melibatkan anggota kelompok. Ada juga pengambilan keputusan dengan
dengan otoritas yang dimanipulasikan. Disini pimpinan sudah menentukan
keputusan, kemudian ditawarkan kepada anggota dengan cara sedemikian
sehingga anggota tidak bisa menolaknya.
5. Mengambil keputusan dengan memperhitungkan pendapat rata-rata semua
anggota.
13
Dengan adanya pembelajaran secara diskusi kelompok, masing-masing
siswa mempunyai tanggung-jawab terhadap tugas dan penyelesaian masalah
sehingga sesama anggota kelompok akan saling kerja sama untuk memberikan
penyelesaian bagi kelompoknya. Kelebihan dari metode diskusi antara lain
merangsang keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan,
membiasakan siswa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima
pendapat orang, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar
bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama (Rustaman et al., 2003:
126). Djamarah (2005: 159) megemukakan pula bahwa kelebihan dari diskusi
kelompok adalah banyaknya sumber dari tiap anggota kelompok sehingga lebih
banyak pengalaman, anggota kelompok dapat saling memotivasi, terlibat, dan
berpartisipasi dalam kelompok. Kebaikan lain dari diskusi kelompok antara lain:
1. Memungkinkan penguasaan perilaku kognitif; 2. Menumbuhkan sikap saling
memahami, 3. Menguatkan daya ingat dan menumbuhkan motif intrinsik untuk
belajar, 4. Memupuk semangat kerjasama.
Pembelajaran dalam diskusi kelompok tentunya terdapat kekurangan
antara lain pembicaraan seringkali didominasi orang-orang tertentu yang sudah
terbiasa mengeluarkan pendapat, untuk mengatasi hal ini maka guru harus
berkeliling kelompok. Pemborosan waktu karena kesalahan informasi sehingga
diskusi tidak relevan dapat menjadi keterbatasan dalam pelaksanaan diskusi
(Djamarah, 2001: 158).
14
B. Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja merupakan asesmen yang harus menunjukkan kinerja,
kemampuan
siswa mengerjakan
tugas,
mengobservasi
dan
memberikan
pertimbangan (judge) terhadap penampilan (performance) nyata atau hasil karya
siswa. Asesmen kinerja dapat mencakup produk, proses, atau keduanya. Zainul
(2001: 4) mengemukakan definisi asesmen kinerja secara sederhana, yaitu
penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan,
melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan mahasiswa/siswa
dalam proses maupun produk.
Slater (1993: 2) mengemukakan bahwa asesmen kinerja mempunyai tiga
komponen penting yaitu task atau tugas, format penilaian (student respon), dan
pedoman penilaian.
Ada beberapa pengertian mengenai task, antara lain:
1. Slater (1993: 2) mendefinisikan task adalah tugas yang didesain untuk
menilai kemampuan siswa, misal kemampuan menyusun percobaan,
menyusun jurnal. Tugas yang dikerjakan siswa harus mempunyai skor
kriteria sehingga siswa tahu dan harus mengerjakan tugas dengan benar.
2. Zainul (2001: 11), mengemukakan bahwa task merupakan tugas-tugas
yang akan dinilai melalui asesmen kinerja, sedangkan rubric terdiri dari
daftar kriteria yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kerja, aspek
proses atau konsep-konsep yang akan dinilai dan gradasi mutu mulai dari
tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang buruk.
15
Selanjutnya untuk menilai kinerja diperlukan rubrik atau kriteria. Kriteria
penilaian dalam penilaian kinerja merupakan alat atau pedoman penilaian hasil
kinerja siswa. Kriteria penilaian dapat membantu guru untuk menentukan tingkat
ketercapaian kinerja yang diharapkan.
Iskandar (2000: 16) mengemukakan bahwa asesmen kinerja penting
dilakukan karena beberapa alasan yaitu ada segi kemampuan siswa yang tidak
dapat dinilai dengan tes tertulis serta penilaian kinerja memberi peluang guru
untuk mengenal siswa lebih dalam dan melihat kemampuannya. Asesmen kinerja
dalam pembelajaran sains amat penting untuk diterapkan karena beberapa hal,
antara lain dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan menganalisis dan
merancang percobaan (Slater, 1993: 1). Asesmen merupakan penilaian terbaik
yang dapat mengungkap dan menilai lima dimensi belajar, yaitu sikap dan
persepsi belajar, perolehan dan pengintegrasian pengetahuan, perluasan dan
penghalusan pengetahuan, penggunaan pengetahuan, dan kebiasaan berfikir.
Stiggins (Iskandar, 2000: 16) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
aspek-aspek yang dapat dinilai melalui asesmen kinerja yaitu: 1. Knowledge atau
pengetahuan; 2. Reasoning atau aplikasi pengetahuan; 3. Skill atau kecakapan
siswa dalam bertanya, berkomunikasi; 4. Product atau kemampuan berbagai
macam karya; dan 5. Affect atau tingkah laku dan nilai.
Slater (1993: 4) mengemukakan tahapan-tahapan dalam melakukan
asesmen kinerja yaitu:
1. Menentukan dan menyusun tujuan yang akan dicapai saat pembelajaran
2. Menentukan tugas apa yang akan dinilai dalam pembelajaran
16
3. Mendefinisikan dan menyusun secara jelas pengetahuan dan keterampilan apa
yang harus didemonstrasikan oleh siswa
4. Menentukan kriteria (rubrik) yang menunjukkan konsep yang akan dinilai dan
indikator tingkatan kompetensinya.
5. Menginformasikan kepada siswa mengenai apa yang diharapkan dalam
pembelajaran dan yang harus siswa lakukan untuk menunjukkan kinerja
6. Memberikan tugas kepada siswa dan pemberian waktu untuk mengerjakan
tugas
7. Mengobsevasi penampilan siswa
8. Mencocokkan hasil kinerja siswa dengan standar kriteria yang telah disusun
Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun task
untuk asesmen kinerja. Menurut Zainul (2001: 14) terdapat beberapa aspek yang
harus diperhatikan dalam penyusunan task dalam asesmen kinerja, diantaranya
yaitu:
1. Waktu siswa menyelesaikan tugas-tugas yang akan diberikan. Disarankan agar
siswa diberikan waktu satu minggu untuk menyelesaikannya.
2. Kedalaman materi yang diberikan. Sebenarnya belum ada batasan yang jelas,
namun sebaiknya tugas diberikan secara sederhana namun tetap menantang.
3. Kesesuaian antara hubungan kinerja dengan tugas asesmen yang akan
dilaksanakan, serta kesesuaian dengan kemampuan kognitif, sosial, dan afektif
siswa.
4. Keterkaitan tugas asesmen dengan keterampilan yang diharapkan dalam
tujuan institusional. Tugas harus berkaitan dengan tujuan institusional.
17
5. Keterkaitan tugas dengan kehidupan nyata di masyarakat. Tugas yang baik
adalah tugas yang mengacu kepada kehidupan nyata di masyarakat.
6. Tugas yang diberikan kepada siswa perlu dipertimbangkan. Tugas tersebut
bukan untuk kepentingan guru semata melainkan untuk kepentingan siswa.
Task atau tugas yang diberikan dapt terwujud dalam berbagai bentuk
yaitu: 1. Tes pilihan ganda; 2. Open ended question; 3. Tugas kelompok atau
individu; 4. interview; 5.observasi; 6. Portofolio; dan 7. proyek (Zainul, 2001:
11).
Dalam penyusunan rubrik perlu diperhatikan adalah kriteria yang jelas,
dan gradasi mutu mulai dari yang paling sempurna sampai paling buruk. Pada
dasarnya asesmen kinerja dapat mengungkapkan kemampuan ilmiah siswa yang
jarang dinilai. Asesmen kinerja dapat mengatasi kelemahan tes tertulis yang tidak
dapat menilai pemahaman siswa secara jauh dan kinerja siswa dalam
mempraktekan pengetahuannya.
C. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Kinerja
Bruner (Zainul, 2001: 5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses aktif dengan mengkonstruksi gagasan baru atau konsep baru atas dasar
konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki. Untuk mengungkap
proses aktif dalam pembelajaran hanya dapat dinilai menggunakan asesmen
kinerja.
Asesmen kinerja dapat mencerminkan kemampuan yang diperlukan
dalam praktek kehidupan sehari-hari serta mengembangkan keterampilan siswa
dalam pembelajaran (Setiadi, 2006: 5). Selain memiliki kelebihan tentunya
18
asesemen kinerja merupakan metode yang tidak memiliki kekurangan. Zainul
(2001: 41) mengemukakan kelemahan yang asesmen kinerja antara lain:
1.
Penskoran dalam asesmen kinerja pada umumnya sangat sukar dan kurang
reliabel.
2.
Validitas tugas-tugas dalam asesmen kinerja pada umumnya rendah, dalam
arti tugas yang satu sedikit sekali dapat menjelaskan keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas yang lain
3.
Bias akan mudah sekali mempengaruhi alat asesmen dan dalam penskoran
hasil asesmen
4.
Ketidakjujuran atau sifat-sifat korup sukar terdeteksi, karena hampir semua
tugas dilakukan di luar kelas.
5.
Asesmen kinerja mahal baik dalam biaya maupun waktu
6.
Asesmen kinerja belum secara empirik menunjukkan hasil pembelajaran yang
berbeda secara berarti dengan penggunaan tes baku.
D. Skenario Baru Asesmen Kinerja
1. Dasar Pemikiran Skenario Baru Asesmen Kinerja
Skenario baru asesmen kinerja dicetuskan pertama kali oleh Wulan pada
tahun
2008.
Tujuan
dari
skenario
baru
asesmen
kinerja
ini
adalah
menyederhanakan prosedur asesmen kinerja yang begitu panjang, mendetail, dan
sulit dilaksanakan oleh guru.Skenario baru asesmen kinerja adalah prosedur baru
dalam mengimplementasikan asesmen kinerja dalam pembelajaran sains seharihari. Skenario baru asesmen kinerja ini adalah salah satu penilaian formatif yang
19
dapat membantu siswa belajar dan memudahkan guru dalam melakukan penilaian.
Dasar pemikiran dari skenario baru asesmen kinerja adalah pemberlakuan analogi
kurva normal (Wulan, 2008: 6). Menurut kurva normal jumlah siswa dengan
kemampuan rata-rata lebih banyak dibandingkan jumlah siswa dengan
kemampuan
tinggi
ataupun
rendah.
Dalam
pelaksanaanya,
guru
dapat
berkonsentrasi pada siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah saja, bukan
berarti siswa dengan kemampuan rata-rata tidak dinilai. Skenario baru asesmen
kinerja digunakan sebagi umpan balik dan upaya memantau potensi siswa yang
tidak tersentuh dalam pembelajaran sehari-hari. Skenario baru asesmen kinerja
difokuskan sebagai asesmen fomatif (Wulan, 2008: 6). Dengan demikian
Penyederhanaan konsep asesmen kinerja yang selama ini dianut masyarakat
ilmiah dilakukan tidak mengabaikan esensi dan filosofinya (Wulan, 2008: 3).
2. Tahapan Pelaksanaan Skenario Baru Asesmen Kinerja
Pelaksanaan skenario baru asesmen kinerja tidak memerlukan format
penilaian khusus. Wulan (2008: 6) mengemukakan bahwa:
“untuk keperluan skenario baru asesmen kinerja, guru hanya perlu penyiapkan
kertas HVS kosong, menyiapkan kolom-kolom dan garis sederhana. Membuat
rubrik sederhana, kemudian guru hanya mencari siswa dengan kinerja terbaik dan
terendah dalam kelompok. Berdasarkan kurva normal, siswa dengan aktivitas
terbaik dan terendah jumlahnya lebih sedikit dari pada siswa rata-rata”.
Tahapan dalam penyusunan skenario baru asesmen kinerja hanya mempersiapkan
secarik kertas HVS kosong karena tidak membutuhkan format-format khusus
yang rumit. Format penyusunan skenario baru asesmen kinerja dalam HVS
berorientasi landscape. Guru hanya perlu menyediakan kotak kosong di bagian
kiri atas HVS untuk menuliskan rubrik sederhana (Gambar 2.1.), di dalam kotak
20
tersebut guru hanya perlu membubuhkan kriteria kemampuan yang akan dinilai
serta skor kemampuan kinerja siswa. Rubrik dalam skenario baru asesmen kinerja
adalah rubrik yang dibuat sesederhana mungkin, tanpa mengurangi efektifitasnya
(Wulan, 2008: 7). Dalam menilai kemampuan kinerja diskusi kelompok siswa
yang rumit , guru perlu mencari kinerja yang mewakili dari tahapan kemampuan
diskusi kelompok.
Setelah kriteria dalam rubrik sederhana ditentukan, guru kemudian dapat
membuat garis yang menunjukkan jumlah kelompok lengkap dengan tanda plusminus. Langkah awal guru hanya memfokuskan pada kinerja kelompok yang
berpatokan pada rubrik sederhana yang telah dibuat. Saat guru menghampiri
kelompok, guru langsung dapat mengecek kemampuan kelompok yang muncul
berdasarkan
rubrik
sederhana.
Berdasarkan
pengamatan
guru
mengenai
kemampuan diksusi kelompok siswa yang tampak, maka guru dapat
membubuhkan nilai kelompok apakah kurang, cukup atau baik. Penentuan nilai
ini dapat memberikan umpan balik bagi guru untuk membimbing kelompokkelompok dengan kemampuan rendah pada pertemuan selanjutnya (Wulan, 2008:
9). Langkah berikutnya adalah guru perlu mencari siswa dengan kinerja terbaik
dan terendah dalam kelompok. Berdasarkan kurva normal, jumlah siswa dalam
kategori tinggi dan rendah akan lebih sedikit dari kemampuan rata-rata. Guru
harus melihat siapakah penggerak yang lebih terlibat dalam kelompok, atau siswa
yang tidak bekerja dalam kelompok. Ktiteria tersebut merupakan dasar bagi guru
untuk mengkategorikan siswa pada tempat plus (kemampuan tinggi) atau minus
(kemampuan rendah) pada kelompoknya (Wulan, 2008: 7). Guru hanya
21
memfokuskan kepada siswa dengan kemampuan yang mencolok. Berikut
merupakan contoh format penilaian dengan rubrik sederhana pada diskusi
kelompok. Rubrik atau kriteria kemampuan yang paling mewakili dapat
dimodifikasi oleh guru dan dituliskan pada bagian kiri atas dari kertas HVS.
Rubrik/Kriteria
............
Hasil Penilaian Kinerja Siswa
Kemampuan dalam
Diskusi Kelompok
Tgl.......
I +
II
-
IV +
-
V
+
III +
-
-
+
VI +
-
-
Gambar 2. 1. Contoh rubrik skenario baru asesmen kinerja dalam
diskusi kelompok
Guru dapat berkeliling sebanyak dua atau tiga kali untuk memberikan nilai
kinerja pada siswa. Pemantauan kelompok dapat dilakukan sambil guru mengelola
kegiatan pembelajaran dan menjelaskan konsep pada siswa. Aktivitas ini tidak
akan membebani guru karena masih dapat melakukan tugasnya dalam mengelola
pembelajaran. Skenario baru asesmen kinerja pada dasarnya adalah penggunaan
asesmen kelompok sebagai dasar untuk menilai individu. Hal ini didasari pada
asumsi bahwa kinerja kelompok merupakan hasil kinerja para individu (Wulan,
2008: 10). Skenario baru asesmen kinerja hanya membutuhkan kertas, rubrik
22
sederhana yang dapat dimodifikasi guru, dan standar nilai yang harus ditentukan
dalam
rubrik. Rubrik sederhana dalam skenario baru asesmen kinerja dapat
dimodifikasi oleh guru untuk berbagai keperluan karena guru hanya perlu mengisi
rubrik sederhana pada kotak kiri atas dengan kemampuan siswa yang dituntut.
E. Tinjauan Pembelajaran Konsep Sistem Reproduksi Manusia
1. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang digunakan
dalam pendidikan di Indonesia mengharuskan siswa untuk aktif dan dapat
menggali kemampuan di dalam dirinya. Dalam standar kompetensi kelas XI
semester II disebutkan bahwa siswa harus dapat menjelaskan struktur dan fungsi
organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin
terjadi serta implikasinya pada salingtemas dan kompetensi dasar yang dituju
adalah mengenai sistem reproduksi pada manusia menjelaskan keterkaitan antara
struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi,
menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI, serta kelainan/penyakit
yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Konsep sistem reproduksi manusia merupakan materi dengan konsep yang
masih abstrak dan tabu dalam pembelajaran. Kebanyakan guru di lapangan,
menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi sistem reproduksi
manusia. Diskusi merupakan salah satu penilaian kelas yang dianjurkan
Depdiknas. Dengan diskusi kemampuan-kemampuan siswa akan terungkap. Salah
satu kemampuan siswa yang penting dan dapat ditunjukkan melalui diskusi adalah
23
kemampuan kinerja dalam melakukan diskusi seperi mengemukakan ide, konsep,
dan pendapat.
Bahasan sistem reproduksi amat luas bila dikaitkan dengan kehidupan
masyarakat. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang pesat
memberikan pengaruh terhadap teknologi reproduksi. Perkembangan IPTEK
dalam teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan, bayi tabung, dan kloning
(Fujaya et al, 2001: 1). Pendapat ini sejalan dengan standar kompetensi yang
telah disebutkan bahwa materi dikaitkan dengan salingtemas (sains, teknologi,
dan masyarakat). Salah satu produk dari teknologi reproduksi adalah bayi tabung.
Pemilihan permasalahan bayi tabung dalam diskusi kelompok sangat
cocok, karena bersifat menantang dan dekat dengan lingkungan. Baird (1997: 1)
menyebutkan bahwa dibutuhkan suatu penilaian yang mampu menilai
kemampuan berfikir yang tinggi dan mengaplikasikan pengetahuan dalam dunia
nyata, berdasarkan hal ini dipilih permasalahan bayi tabung untuk mengetahui
kemampuan penggetahuan siswa dalam dunia nyata. Melalui bahasan bayi tabung,
siswa akan belajar mengenai kemajuan sains dan teknologi di kalangan
masyarakat namun tetap berkaitan dengan konsep pembelajaran. Berdasarkan
permasalahan diskusi bayi tabung, siswa dapat belajar dan mengungkapkan
kembali konsep sistem reproduksi yang telah dipelajari.
Pembelajaran bayi tabung dalam diskusi dapat memunculkan pengetahuan
siswa secara multi-dimensional dan siswa akan memperlihatkan kinerja diskusi
secara nyata. Hal ini merupakan aspek penting dalam penilaian kinerja yaitu
proses penilaian kinerja perilaku siswa secara multi dimensional pada kehidupan
24
nyata (Zainul, 2001: 4). Tugas yang baik adalah tugas yang mengacu kepada
kehidupan nyata di masyarakat dan membutuhkan pendekatan multi-disiplin
(Zainul, 2001: 17).
2. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Sistem Reproduksi Manusia
a.
Organ-Organ Reproduksi
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak atau melakukan
reproduksi. Reproduksi melibatkan suatu sistem dalam tubuh, yaitu sistem
reproduksi (Aryulina, 2007: 285 ). Sebuah sistem terdiri atas beberapa gabungan
aspek-aspek pendukung yang saling bekerja sama membentuk suatu sistem.
Begitu pula dengan sistem reproduksi manusia. Sistem Reproduksi manusia terdiri
atas organ-organ reproduksi, proses-proses reproduksi, dan hormon-hormon
reproduksi. Sistem reproduksi manusia dibedakan menjadi sistem reproduksi pria
dan sistem reproduksi wanita.
1) Sistem Reproduksi Pria
Menurut Kurnadi (2002: 209) Organ-organ reproduksi pria terdiri dari
organ genitalia eksterna, yaitu penis dan skrotum dan organ genitalia interna yaitu
testes, epididimis, vas deferens, kelenjar prostat, vesica seminalis, dan kelenjar
bulbouretra. Berikut merupakan gambar organ-organ reproduksi pada pria:
25
Gambar 2.2 Organ Reproduksi Pria
Sumber : (Scanlon dan Sanders, 2007: 459)
2) Sistem Reproduksi Wanita
Sebagaimana halnya pada pria, sistem reproduksi pada wanita terdiri dari
organ-organ reproduksi dalam dan luar. Organ reproduksi bagian dalam terdiri
dari ovarium, tuba falopii, rahim, dan vagina sedangkan organ reproduksi luar
adalah vulva dan payudara (Kurnadi, 2002: 218).
Ovarium berperan dalam
pembentukan sel telur dan menghasilkan hormon estrogen serta progesteron.
Beberapa proses yang terjadi pada wanita:
a) Siklus Mentruasi. Hormon yang berperan adalah estrogen dan progesteron.
b) Ferlitisasi. Fertilisasi terjadi saat ovum dibuahi oleh sperma.
c) Kehamilan atau gestasi
Kehamilan adalah suatu peristiwa terbentuk dan berkembangnya individu baru
di dalam alat reproduksi wanita akibat bersenyawanya sperma dan ovum
26
(Kurnadi, 2002: 232). Kehamilan mencakup fertilisasi, nidasi, perkembangan
janin, dan kelahiran.
d) Laktasi. Dikenal dengan masa menyusui, hormon yang berpengaruh adalah
prolaktin.
Berikut merupakan gambar dari organ reproduksi wanita dan struktur dari
ovarium :
Gambar 2.3. Organ Reproduksi Wanita
Sumber : (Scanlon dan Sanders, 2007: 463)
27
Gambar 2.4. Struktur Ovarium Wanita
Sumber : (Scanlon dan Sanders, 2007: 464)
Kelainan-kelainan klinik pada sistem reproduksi manusia dapat ditularkan
melalui hubungan kelamin ataupun tidak (gangguan). Beberapa penyakit yang
ditularkan lewat hubungan kelamin antara lain (Kurnadi, 2002: 247) : (1) Syphilis;
(2) Gonorrhoea; (3) Non Gonococcal Urethritis; (4) Herpes. Beberapa gangguan
pada sistem reproduksi manusia lainnya: (1) Vulvovaginatis; (2) Proastatitis; (3)
Infertilitas; (4) Gangguan Menstruasi; (5)Tumor Alat Kelamin.
Karena begitu pentingnya kesehatan alat-alat reproduksi maka diwajibkan
untuk menjaga kesehatan organ reproduksi tiap individu agar tetap sehat. Dengan
menjaga kesehatan reproduksi maka kesuburan atau fertilitas sebagai umat
manusia yang berkembang biak dapat terjaga.
b. Tinjauan Bahasan Bayi Tabung
Teknologi reproduksi merupakan salah satu perkembangan dalam IPTEK
dalam bidang reproduksi. Teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan
28
meliputi : 1). inseminasi buatan; 2). perlakuan hormonal; 3). donor sel telur dan
sel sperma; 4). kultur telur dan embrio; 5). gamet intrafallopian transfer (GIFT);
6). zygote intrafallopian transfer (ZIF); 7). in vitro fertilization; 8). partenogenesis
dan kloning (Fujaya, 2001: 1).
Permasalahan-permasalahan teknologi reproduksi yang banyak terjadi
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan sistem reproduksi manusia
antara lain adalah diagnosis penyakit genetik saat fetus dalam rahim, infertilitas
pasangan suami istri, hingga kloning. Permasalahan ini banyak ditemui dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari dan perlu dibahas untuk kepentingan sosial
masyarakat. Diagnosis penyakit genetik berkaitan dengan deteksi penyakit pada
bayi ketika masih di uterus, cairan amnion dan sel fetus diambil untuk analisis
genetik kemudian dilakukan pencitraan ultrasound, untuk mendeteksi kondisi
fetus (Campbell et al., 2004: 170).
Permasalahan sistem reproduksi manusia yang banyak diperbincangkan
adalah infertilitas pasangan suami istri. Secara normal, sel telur dan sperma akan
bersatu di saluran oviduk wanita dan akan tumbuh dalam rahim selama sembilan
bulan kemudian terjadilah proses melahirkan (US Library, 2009 :1). Hal ini
adalah proses kehamilan secara normal, namun bila sperma dan ovum tidak
bertemu maka tidak akan terjadi kehamilan. Banyak pasangan suami istri yang
menginginkan keturunan namun sulit tercapai . Berbagai cara, beberapa teknik
telah dikembangkan untuk membantu pasangan tanpa anak yang menginginkan
keturunan. Campbell et al. (2004: 171) mengemukakan ada dua teknik mengatasi
infertilitas yaitu melalui donor sperma yang ditempatkan di serviks perempuan
29
yang akan hamil dan fertilisasi in vtiro. Teknik donor sperma dilakukan bila pria
mengalami infertilitas dan fertilisasi in vitro dilakukan bila oviduk perempuan
tersumbat dan sulitnya sperma bertemu dengan ovum.
Produk dari teknologi reproduksi salah satunya adalah bayi tabung. Bayi
tabung dapat dihasilkan dari fertilisasi in vitro. Fertilisasi in vitro melalui
beberapa tahap yaitu: 1) Pengambilan sel telur yang matang dari rahim; 2)
Penggabungan sel telur dan sperma, penggabungan ini dilakukan dalam cawan
kultur khusus di laboratorium dan dimasukkan ke dalam inkubator; 3) bila proses
fertilisasi berhasil maka zygot yang terbentuk akan dipindahkan ke dalam rahim
calon ibu, dan 4) proses penanaman rahim dan pemberian hormon penguat rahim
Nordenberg (2009: 1).
Fertilisasi in vitro sangat mahal namun mempunyai angka keberhasilan
serupa dengan angka kehamilan yang dihasilkan melalui inseminasi dengan cara
hubungan kelamin normal (Campbell et al., 2004: 171). Karena hal inilah banyak
berkembang proses fertilisasi in vitro salah satunya adalah bayi tabung. Proses
pembuatan bayi tabung sudah dilakukan sejak tahun 1978, dimana dilahirkan bayi
tabung pertama di dunia. Hasil bayi tabung pertama dilahirkan di Inggris bernama
Louise Brown (Tn, 2009a: 1) .
Fertilisasi in vitro merupakan prosedur standar kedokteran, untuk
menolong pasangan yang sulit punya anak secara alami namun terdapat beberapa
implikasi. Implikasi penerapan teknologi reproduksi fertilisasi in vitro dilihat dari
berbagai aspek yaitu: 1). agama; 2). etika; dan 3). legalitas (Fujaya, 2001: 1).
Dari aspek agama diyakini bahwa Tuhan adalah pencipta manusia terbaik, bisa
30
saja manusia berusaha namun tetap Tuhan yang memberi kehidupan. Etika dalam
prosedur bayi tabung berkaitan dengan moral dimana embrio ditumbuhkan dalam
cawan petri dan hanya embrio yang dibutuhkan masuk ke dalam rahim sedangkan
sisanya sisanya dibuang, hal ini melanggar hak hidup embrio. Dari segi legalitas
berkaitan dengan izin pemerintah.
Dampak sosial dari bayi tabung antara lain ketidakjelasan status anak
setelah dilahirkan bila sperma atau sel telur berasal dari bukan pasangan sah.
Sperma yang berasal dari bank sperma atau telur dari pendonor akan
memungkinkan terjadinya perkawinan kerabat dan menimbulkan cacat akibat
inbreeding (Fujaya, 2001: 1).
Download