Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat ISSN 1410 - 5675 Vol. 5, No. 1, Mei 2016: 47 - 55 PENINGKATAN COSTUMER VALUE MELALUI INOVASI KOMODITAS KACANG TANAH SEBAGAI ALTERNATIF PRODUK OLAHAN PANGAN LOKAL (ONCOM PASIREUNGIT) DI KECAMATAN PASEH, SUMEDANG Saidah, Z.,1 Djuwendah, E.2 dan Utami, H.U.3 Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran E-mail: [email protected]., [email protected]., [email protected] 1,2,3 ABSTRAK Produk oncom pasireungit merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Sumedang yang merupakan produk makanan alternatif yang merupakan hasil fermentasi kacang tanah yang akhirnya menjadi salah satu produk makanan yang cukup terkenal di Jawa Barat. Mitra IbM pada kegiatan ini adalah usaha rumah tangga penghasil oncom Ika Jaya (Hendi Suhendi) dan usaha peng-olahan oncom Al-Bany (Siti Nurfaida). Produk oncom Pasierungit sangat potensial untuk dikembangkan karena produk yang dihasilkan oleh masing-masing jenis pelaku usaha tidak menghasilkan sisa produk yang terbuang dan hampir semua komponen hasil produk dapat digunakan untuk berbagai jenis produk olahan oncom. Namun demikian dalam menjalankan usahanya para pelaku usaha masih mengalami beberapa kendala diantaranya kendala pemasaran produk terutama yang terkait dengan pengembangan atribut produk untuk pengembangan usaha-nya di masa yang akan datang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan potensi pasar produk mitra melalui perbaikan dan edukasi peningkatan pengetahuan dan keterampilan manajemen bisnis melalui inovasi atribut produk yaitu kemasan, label, dan jaminan produk seperti sertifikat P-IRT dan halal dalam upaya meningkatkan customer value. Aktivitas pengabdian masyarakat yang dilakukan meliputi pemberian bantuan peralatan dan perlengkapan usaha untuk kelengkapan usaha, pendampingan manajemen proses produksi, pengemasan, pelabelan, pemasaran, dan disertai pencatatan keuangan usaha sederhana. Metode yang digunakan adalah pemberdayaan partisipatif, yang meliputi pelatihan, mentoring, monitoring dan evaluasi. Hasil yang telah diperoleh mitra melalui rangkaian kegiatan ini adalah: 1) perbaikan kebersihan dan higienitas lokasi usaha; 2) peralatan dan perlengkapan produksi yang lebih lengkap; 3) perolehan label jaminan produk melalui P-IRT dan sertifikasi halal; 4) peningkatan kemampuan membuat pencatatan pembukuan usaha; dan 5) diperolehnya kualitas dan atribut produk yang lebih baik. Kata kunci: Oncom Pasireungit, Customer Value, Inovasi Produk ABSTRACT Program Ipteks bagi masyarakat (IbM) was done in Pasireungit village, Sumedang District. The distance of Partner’s location from Unpad Jatinangor is around 32 km. This IbM partnered with industry small business Ika Jaya (Bpk. Hendi Suhendi) and Al-Bany (ibu Siti Nurfaida) who produce oncom. Oncom pasireungit is a kind of alternative food commodities that fermented peanut become one of local products are known in West Java. Generally, Pasireungit oncom is managed by household and become a family business that has been passed down from generation to generation. Oncom Pasireungit potential to be developed because oncom pasireungit doesn’t leaving waste and almost all production components can be reused. Unfortunately, industry small business is still experiencing obstacles in their business activities. The most important constraints is a weakness in the marketing of products, especially those related to the development of products attributes to promoting the product so the business can be developing in the future. IbM goal is to increase partner’s market through increasing knowledge and skills in business management, innovation of atribut product to improve customer value by training to get P-IRT sertificate and halal sertificate. IbM activities are includes capital assistance, processing, packaging, marketing, and simple accounting. The method that used is a participatory empowerment, which includes training, mentoring, monitoring and evaluation. Results achieved by partners: 1) place for the production is clean and hygienic; 2) production equipment more complate; 3) marketing broader with P-IRT certificate and halal certificate; 4) Able to perform simple accounting; 5) a better product quality and attributes product. Key words: Oncom Pasireungit, Customer Value, Product Innovation PENDAHULUAN Potensi pangan lokal dari jenis kacang-kacangan merupakan salah satu alternatif sumber protein nabati dengan harga yang cukup murah dan dapat terjangkau oleh masyarakat luas. Namun demikian, potensi keanekaragaman jenis kacang-kacangan yang ada saat ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. 48 Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogeal L.) merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang cukup popular bagi masyarakat. Kacang tanah memiliki sumber protein yang saling melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Selain itu, komoditi ini potensial sebagai sumberr mineral, vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat makanan. Berbagai macam olahan dapat dibuat dari kacang tanah, baik sebagai camilan maupun sebagai campuran dalam berbagai olahan masakan. Salah satu olahan kacang tanah yang saat ini cukup popular di Jawa Barat adalah oncom yang berasal dari desa Pasireungit. Oncom Pasireungit merupakan produk olahan kacang tanah yang berasal dari hasil fermentasi yang dilakukan oleh beberapa jenis kapang. Produk oncom dari kacang tanah ini merupakan salah satu alternatif olahan pangan yang belum banyak dikembangkan, karena pada umumnya produk oncom dibuat dari kedelai. Hal ini tentunya peluang bagi pengusaha oncom dari Desa Pasireungit untuk menjadikan produk oncom kacang tanah ini sebagai salah satu produk unggulan daerah. Saat ini, terdapat dua jenis oncom yang beredar di masyarakat yaitu oncom merah dan oncom hitam. Oncom merah pada umumnya dibuat dari bungkil tahu yang berasal dari kedelai yang telah diambil proteinnya dalam pembuatan tahu dan didegradasi oleh kapang oncom Neurospora sitophila atau N. intermedia. Sedangkan oncom hitam merupakan oncom yang berbahan baku dari kacang tanah dan didegradasi oleh Rhizopus oligosporus dan/atau jenis-jenis Mucor. (a) Oncom Merah (b) Oncom Hitam Gambar 1. Oncom Merah dan Oncom Hitam Oncom yang berasal dari desa Pasireungit merupakan salah satu daerah penghasil oncom hitam yang cukup di kenal di Jawa Barat. Oncom Pasireungit di kenal karena campuran kacang tanahnya yang lebih dominan disbanding bahan lainnya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi rasa oncom yang dibuat karena oncom dari bungkil kacang tanah memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang dapat tercerna cukup tinggi di dalam tubuh. Keunggulan kualitas oncom inilah yang membuat Pasireungit dikenal sebagai sentra produksi oncom. Melihat hal ini maka tim pelaksana IbM mencoba untuk membantu mengembangkan usaha oncom yang ada dengan menjalin kemitraan dengan perajin oncom Ika Jaya (Bpk. Hendi Suhendi) serta perajin oncom AlBany (Ibu Siti Nurfaidah). Mitra Ika Jaya memproduksi oncom mentah sedangkan mitra Al-Bany memproduksi oncom olahan menjadi keripik dan abon oncom. Kedua mitra ini berlokasi di desa Pasireungit, Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang yang berjarak lebih kurang 32 km dari kampus Unpad. Bpk Hendi Suhendi pemilik usaha oncom Ika Jaya telah memulai usahanya sejak tahun 1999 (15 tahun) sedangkan ibu Siti Nurfaidah pemilik oncom Al-Bany memulai usaha oncom sejak tahun 2011 Kedua mitra merupakan perajin oncom dengan skala industry rumah tangga, dimana Bpk. Hendi Suhendi berniat untuk mengembangkan pasarnya dengan merambah menjadi pengolah oncom sedangkan ibu Siti Nurfaidah juga ingin mengembangkan pasar melalui perbaikan produk yang sudah ada. Usaha yang dijalankan oleh kedua mitra bukan saja sekedar sebagai matapencaharian untuk mendapatkan pendapatan namun tidak terlepas dari keinginan untuk turut membantu membuka peluang kerja bagi masyarakat yang ada di sekitar desa. Kedua mitra sendiri sebenarnya tanpa disadari saling terkait karena beberapa pengolah oncom yang ada di desa Pasireungit mengandalkan bahan baku oncom dari perajin oncom mentah seperti pak Hendi. Upaya untuk dapat memperluas jaringan pasar tentu saja tidak terlepas dari keinginan mitra untuk mau memperbaiki diri melalui pelatihan, pembimbingan (mentoring), pendampingan maupun evaluasi dari usaha yang telah dijalankan selama ini. Untuk itu maka tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat mencoba membantu permasalahan mitra melalui program IbM ini. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang analisis situasi mitra, berikut beberapa permasalahan yang dihadapi mitra : 1. produk oncom yang dihasilkan masih kurang berkualitas dan higienis sebagai akibat rendahnya pengetahuan akan sanitasi produk, 2. atribut oncom masih sangat sederhana dan kurang menarik di mata konsumen, 3. pasar yang terbatas karena belum adanya sertifikat P-IRT dan Halal, 4. pendapatan cenderung tetap bahkan terkadang menurun karena keterbatasan modal, peralatan yang konvensional, serta pasar yang terbatas. Adapun tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah: Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U. 1. m eningkatkan pengetahuan mitra dalam hal kebersihan produksi dan higienitas produk yang di hasilkan, 2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra untuk pengembangan atribut produk, 3. ,endampingi mitra dalam pelatihan P-IRT dan halal yang di selenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Dinas Kesehatan Kab. Sumedang, 4. membagi ilmu dalam hal akuntansi sederhana untuk membuat pembukan laba dan rugi usaha Manfaat Kegiatan Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan: 1. mitra menerapkan kebersihan tempat produksi dan menjaga higienitas produk, 2. mitra mampu memanfaatkan hasil perbaikan atribut produk untuk memperluas pemasaran, 3. mitra mampu membuat dan menerapkan pembukuan sederhana dalam kegiatan usahanya Kajian Literatur Dan Pegembangan Hipotesis Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Menurut Rudjito (2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Pengembangan usaha kecil dan menengah (UMKM) perajin oncom di Desa Pasireungit juga perlu dilakukan. Dimana oncom merupakan salah satu produk yang merupakan hasil fermentasi. Saat ini, pembuatan oncom masih menggunakan cara tradisional yang tidak memiliki standar operasional produk sehingga rasa dan kualitas oncom tidak terjamin. Salah satu faktor untuk membuat oncom yang baik adalah kualitas raginya, yaitu kapang Neurospora sp. (James M. Jay, 2000). Oncom hasil fermentasi dinyatakan siap diperdagangkan setelah kapang menghasilkan spora, sementara pada tempe hasil olahan diperdagangkan sebelum kapang menghasilkan spora (baru dalam tahap hifa). Oncom yang di produksi oleh perajin di desa Pasireungit adalah oncom yang berasal dari kacang tanah dimana kacang tanah merupakan jenis kacang-kacangan yang mengandung protein tinggi. Penggunaan protein nabati dari kacang-kacangan (seperti tahu, tempe, dan oncom) telah terbukti ampuh untuk mengatasi masalah kekurangan gizi dan protein tersebut (Siswono, 2002). Saat ini di masyarakat dikenal dua jenis oncom, yaitu oncom merah dan oncom hitam.Oncom merah didegradasi oleh kapang oncom Neurospora sitophila 49 atau N. intermedia yang berasal dari ampas tahu dan mempunyai strain jingga, merah, merah muda, dan warna peach. (Siswono 2002). Sedangkan oncom hitam didegradasi oleh kapang tempe Rhizopus oligosporus dengan bahan baku berupa bungkil kacang tanah atau kulit kacang kedelai yang di campur dengan onggok (ampas tepung tapioka). Perbedaan warna pada oncom ditentukan oleh warna pigmen yang dihasilkan oleh kapang yang digunakan dalam proses fermentasi. Menurut Winarno (1984) warna yang terbentuk pada oncom adalah warna dari spora kapang oncom. warna merah atau hitam pada oncom ditentukan oleh warna pigmen yang dihasilkan oleh kapang yang digunakan dalam proses fermentasi. Saat ini pengolahan oncom di masyarakat sudah cukup beragam. Oncom di jual dalam bentuk mentah maupun olahan. Namun pemanfaan oncom masih kurang meskipun sebenarnya nilai proteinnya jauh lebih besar daripada tempe. Hal ini dikarenakan harganya yang lebih murah daripada tempe. Untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan harga jual oncom, baik melalui perbaikan kualitas produk, inovasi produk maupun inovasi atribut yang melekat pada oncom itu sendiri. Inovasi produk sangat diperlukan untuk meningkatkan nilai pelanggan. Nilai pelanggan atau nilai customer atau customer value adalah selisih antara manfaat yang diperoleh customer dari suatu produk atau jasa dengan upaya dan pengorbanan yang dilakukannya untuk mendapatkan dan menggunakan produk itu. Menurut Tjiptono (2005) nilai pelanggan merupakan ikatan emosional yang terjalin antara pelanggan dan produsen setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa dari perusahaan dan mendapati bahwa produk atau jasa tersebut memberi nilai tambah. Menurut Kotler (2008) cara lain untuk menambah nilai pelanggan adalah melalui desain atau rancangan produk yang berbeda dari yang lain. Suatu produk atau jasa yang dibeli customer dari perusahaan semakin memuaskan jika customer itu mendapatkan nilai (value) yang tinggi. Suatu produk memiliki kualitas yang baik bila produk tersebut telah menjalankan fungsi-fungsinya. Salah satu untuk meningkatkan kualitas produk melalui inovasi atribut. Grifin and Hauser (1993) menyatakan bahwa atribut suatu produk merupakan salah satu pertimbangan pelanggan dalam menilai kepuasannya setelah mengkonsumsi suatu produk, maka sangatlah penting untuk mengetahui penilaian pelanggan terhadap atribut produk yang dihasilkan perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anderson et al. (1994), dinyatakan bahwa atribut dari sebuah produk sangat erat kaitannya dengan customer satisfaction 50 Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah karena semakin tinggi penilaian pelanggan mengenai atribut produk maka akan semakin tinggi kepuasan pelanggan yang dirasakan. METODE Kegiatan IbM ini di laksanakan pada bulan MeiNovember 2014. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu mitra memperbaiki manajemen usahanya dengan cara: 1). memperbaiki manajemen produksi dan higienitas produk, 2) meningkatkan kualitas produk dengan cara melakukan inovasi produk (mendapatkan sertifikat P-IRT dan Halal), 3) meningkatkan produksi dengan bantuan peralatan produksi, 4) membantu membuat akuntansi sederhana serta 5) memperluas pemasaran. Melalui kegiatan tersebut, maka metode yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan beberapa metode pendekatan antara lain: 1. metode pemberdayaan partisipatif yang meliputi penyuluhan, pelatiha dan pendampingan. Pendekatan ini dilakukan untuk menggali potensi yang dimiliki oleh mitra dalam meminimalisir permasalahan yang dihadapi oleh mitra. Dalam hal ini mitra dilibatkan langsung dan ikut berperan dalam kegiatan pengabdian mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Kegiatan ini dilakukan melalui teknik FGD (Focus Group Discussion). Melalui metode ini tim pelaksana bersama-sama dengan mitra berperan aktif mempraktekkan materi yang telah disampaikan, 2. metode Monitoring dan evaluasi internal (monevin) yang dipersiapkan sesuai dengan program dan di desain agar mudah dilakukan sesuai dengan kaedah plan – do – check - action. Dimana penggunaan metode ini bertujuan agar seluruh kegiatan yang telah disepakati dapat dilaksanakan secara bersama-sama dengan harapan sesuai dengan keadaan faktual di lapangan, 3. metode pendampingan yang sangat diperlukan dalam rangka mengontrol keberhasilan program kegiatan dan juga proses keberlanjutan program sehingga mampu berkembang dan menguntungkan para pengrain oncom. pendampingan terhadap para mitra sasaran berkaitan dengan aplikasi teknologi dan keterampilan pengelolaan produk oleh para tim pelaksana bersamasama dengan para pakar yang memang ahli di bidangnya. Kerangka pemecahan masalah yang akan dilakukan pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. melakukan pelatihan intensif mengenai: • pengetahuan mengenai bahan baku oncom (komditas kacang tanah) dan pengembangan produk oncom kacang tanah. • pengetahuan mengenai atribut produk yang terkait dengan kemasan dan label produk untuk snack yang baik dan menarik bagi konsumen, • pengetahuan mengenai perencanaan bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi yang baik dan tepat bagi jenis usaha makanan berskala usaha home industry dan usaha kecil, • pengetahuan mengenai sanitasi dan higienitas dalam bisnis makanan. 2. penerapan dan aplikasi semua hal yang telah dipelajari dalam bentuk pelatihan pada masingmasing mitra sesuai jenis usahanya yang disertai dengan pendampingan dan supervisi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan didesa Pasireungit yang terletak di wilayah Kabupaten Sumedang, tepatnya di Kecamatan Paseh. Secara geogarfis, desa Pasireungit berbatasan di sebelah Utara dengan desa Paseh Kidul, sebelah Selatan dengan desa Cijambe, sebelah Timur dengan desa Padanaan, dan di sebelah Barat dengan desa Paseh Kidul. Pada umumnya mata pencaharian penduduk desa sebagai petani, peternak maupun perajin. Desa Pasireungit terkenal sebagai penghasil berbagai produk kerajinan dan berbagai macam hasil usatani. Namun bagi masyarakat luar Pasireungit lebih dikenal karena produk oncom buatannya. Pada umumnya oncom Pasireungit masih di produksi dalam skala rumah tangga. Oncom Pasireungit ini merupakan oncom kacang tanah yang dikenal karena rasanya yang enak dan gurih. Namun sayang, pengembangan usaha oncom Pasireungit ini masih sangat kurang baik dari segi atribut produk yang ditawarkan maupun inovasi dari berbagai macam olahan oncom. Oleh sebab itu maka, tim pelaksana mencoba untuk membantu perajin oncom (mitra) untuk dapat lebih mengembangkan usahanya melalui Program Ipteks bagi Masyrakat (IbM). Pelaksanaan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini secara teknis dilaksanakan melalui tiga tahapan kegiatan yaitu persiapan awal, pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dan evaluasi kegiatan. Pelaksanaan awal kegiatan IbM ini dimulai dengan kegiatan program sosialisasi kepada aparat desa dan juga mitra. Dalam Pelaksanaan awal ini bersama-sama dengan aparat desa beserta mitra dilakukan identifikasi lanjut mengenai permasalahan yang terjadi. Dari analisa masalah, maka tim berusaha untuk menyusun alur kegiatan pelaksanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan mitra. 51 Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, tim membagi lagi atas beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain: (a) Ika Jaya (Bpk. Hendi Suhendi) (b) Al-Bany (Ibu Siti Nurfaidah) Gambar 1 . Kunjungan Tim IbM ke Rumah Mitra a. melakukan penyuluhan tentang Kebersihan produksi dan higienistas produk. Dari hasil kunjungan pertama ke tempat produksi mitra, tim pelaksana IbM menemukan bahwa tempat dan juga pelaksanaan kegiatan produksi oncom Ika Jaya masih dalam kedaan tidak bersih dan kurang higienis. Oleh karena itu maka kegiatan selanjutnya diarahkan untuk membantu dan meng-edukasi mitra akan pentingnya kehigienis-an produk oncom yang dihasilkannya. Kebersihan lingkungan produk pangan serta kebersihan peralatan dan juga bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan oncom sangat penting dilakukan. Mengingat bahwa produk pangan rentan terhadap pencemaran baik pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis. Selain itu, dilihat dari pentingnya sanitasi produk oncom menjadi syarat mutlak bagi berdirinya industri pangan. Sanitasi juga menjadi tolak ukur kelayakan suatu produk pangan. Berikut disajikan gambaran kegiatan kebersihan tempat produksi mitra sebelum dan sesudah adanya edukasi dari tim pelaksana IbM. (a) Sebelum di Edukasi (b) Setelah di Edukasi Gambar 2. Kondisi Kebersihan Tempat Produksi Oncom Mitra Ika Jaya Sebelum dan Setelah diberikan Edukasi Kebersihan terhadap lingkungan produksi secara tidak langsung akan empengaruhi kebersihan proses produksi dan juga kualitas produk yang dihasilkan. Kebersihan lingkungan dan proses produksi ini juga dipantau oleh tim pelaksana. Penerapan kebersihan lingkungan produksi ini diharapkan mampu dilakukan secara continue dan menyeluruh oleh mitra agar kualitas produk akhir tetap terjaga. Berikut gambaran pendampingan yang dilakukan oleh tim pelaksana. Penerapan kebersihan lingkungan produksi ini diharapkan mampu dilakukan secara continue dan menyeluruh oleh mitra agar kualitas produk akhir tetap terjaga. Berikut gambaran pendampingan yang dilakukan oleh tim pelaksana. b. memberikan bantuan modal dan peralatan produksi Untuk itu tim IbM berusaha memotivasi dan mengedukasi mitra tentang pentingnya kebersihan tempat produksi. Tim IbM juga memberikan bantuan berupa peralatan yang dapat digunakan oleh mitra untuk membantu dalam kerapian dan kebersihan tempat produksi. (a) Ika Jaya (b) Al-Bany Gambar 3. Bantuan Modal dan Peralatan Produksi untuk Mitra Peralatan yang diberikan dapat digunakan mitra agara peralatan pengolahan, wadah atau peralatan lain yang kontak langsung dengan makanan yang bisa menjadi sumber pencemaran dapat di minimalisir. Selain itu peralatan yang diberikan juga bisa di pergunakan sebagai tempat penyimpanan bahan pangan (bungkil) sebelum di produksi lebih lanjut. c. Meningkatkan Pengetahuan tentang Atribut Produk Oncom Persaingan dalam pemasaran produk pangan lokal saat ini sudah memasuki babak baru. Dimana konsumen semakin selektif dalam memilih produk pangan yang akan dikonsumsinya dengan memperhatikan unsurunsur produk baik isi produk, kualitas produk, harga maupun atribut produk. Menyadari akan pentingnya pelayanan bagi konsumen, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi produsen agar mampu menghasilkan produk yang memang dicari dan diinginkan oleh konsumen. Menyadari akan pentingnya meraih peluang pasar melalui pendekatan keinginan konsumen, maka perlu segara dilakukannya inovasi produk untuk meningkatkan daya saing. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh produsen adalah dengan melakukan inovasi terhadap atribut produk yang telah dimiliki. 52 Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah Dalam penyampaian informasi dan/atau transfer teknologi kepada mitra (sebagai UKM) perlu dilakukan untuk memberikan pengetahuan dasar kepada mitra akan pentingnya inovasi produk. Cara ini dapat dilakukan melalu sosialisasi dan sharing pengetahuan yang dimulai dengan mengidentifikasi atribut produk yang saat ini telah dilakukan mitra dalam menjalankan usahanya. Berikut ditampilkan data tentang pengetahuan mitra tentang atribut produk. Tabel 1. Pengetahuan Mitra tentang Atribut Produk Persentase Pengetahuan No Indikator 1. Pengetahuan produsen tentang pengertian atribut produk 13% Mitra tdk tau arti atribut 2. Pengetahuan tentang komponen atribut produk 11% Pengetahuan masih lemah 3. Pengetahuan tentang merek produk 14% Pengetahuan merrek cukup baik 4. Pengetahun tentang label produk 19 % Pengetahuan label cukup baik 5. Pengetahuan tentang keterkaitan kemasan produk dengan peluang pasar 24% Mitra mengetahui arti pentingnya kemasan 6. Pengetahuan tentang pilihan konsumen berdasarkan atribut produk yang dimiliki 10% Pengetahuan masih lemah 7. Pengetahuan tentang pentingnya atribut produk bagi konsumen 9% Mitra tdk mengetahui pentingnya atribut kemasan Keterangan d. melakukan pelatihan akuntansi sederhana Membuat laporan keuangan dalam bentuk akuntansi sederhana bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) sebenarnya sangatlah penting. UKM yang belum memahami pentingnya dan untungnya memiliki pembukuan, tentunya akan sulit untuk menerapkannya. Untuk membuat pembukuan sederhana saja, yang utama diperlukan adalah catatan semua pengeluaran dan semua pemasukan. Padahal dengan adanya pembukuan, mitra dapat mengetahui keefektifan dan keefisienan usaha yang dijalankan. Selain itu, dengan pembukuan yang baik akan mendorong kepercayaan pihak pemberi pinjaman dana perbankkan untuk mendapatkan kredit. Meskipun para pengusaha kecil merasa tidak terlalu penting untuk mempelajari akuntansi, namun pastinya akan jauh lebih baik jika mitra menerapkan akuntansi dalam pengelolaannya. Dalam hal ini mitra berkeinginan untuk membuat akuntansi usahanya agar nanti kedepannya bias dimanfaatkan untuk memperoleh kredit. e. melakukan inovasi produk Atribut produk merupakan sesuatu yang melekat pada suatu produk dan memberikan gambaran yang jelas tentang produk itu sendiri. Atribut produk memegang peran yang sangat penting karena atribut produk merupakan salah satu faktor yang dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh konsumen ketika akan membeli sebuah produk. Atribut-atribut yang menyertai suatu produk dapat digunakan sebagai suatu ciri atau penanda yang dapat membedakan produk sejenis antara produsen satu dengan lainnya. Transfer teknologi berupa inovasi pada produk oncom Pasireungit ini dapat dilakukan melalui 3 unsur penting yaitu kualitas produk (product quality), dan desain produk (product desain) dan harga produk (product value). 1. kualitas produk (product quality) Salah satu cara untuk menambah nilai pelanggan (customer value) adalah dengan memberikan produk yang berkualitas. Kualitas produk merupakan salah satu alat penting dalam meraih peluang pasar karena produk yang berkualitas tentunya akan sangat terkait dengan harga yang akan ditawarkan. Berdasarkan kualitas dari oncom Pasireungit yang dihasilkan oleh mitra kondisinya sudah cukup baik dan bahkan sudah di kenal konsumen karena kelezatan rasanya yang di dominasi oleh banyaknya kacang tanah yang terkandung di dalam oncom. Berikut ini merupakan gambar tentang produk oncom yang di hasilkan mitra. Gambar 4. Produk Oncom Pasireungit 2. desain produk (product desain) Desain kemasan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah produk di pasaran. Bila kemasan produk yang digunakan cukup menarik, ada kemungkinan konsumen akan melirik produk tersebut dan memutuskan untuk membelinya. Desain kemasan menjadi penting dalam meningkatkan customer value karena melalui desain kemasan yang khas dan menarik (eye chaching) tentunya akan membuat ke cendrungan konsumen untuk memilih produk tersebut. Dengan tampilan kemasan produk yang menarik disertai dengan keterangan label yang lengkap tentunya akan meningkatkan daya saing produk di pasar. 53 Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U. (a) Desain Kemasan Lama (b) Desain Kemasan Baru Gambar 5. Desain Kemasan Produk Olahan Oncom Pasir eungit Mitra I (Al-Bany) sebelum dan Sesudah diberikan Pelatihan dan Pendampingan Sebelum dilakukannya program pengabdian masyarakat ini mitra I (Al-Bany) hanya mengandalkan desain sederhana untuk pemberian label pada kemasan oncom yang dipasarakan. Pada kondisi ini label yang dibuat oleh mitra hanya di fotocopy di atas kertas warna, kemudian di potong-potong serta di selipkan di dalam kemasan plastik yang akan di jual. Label yang dibaut oleh mitra juga tidak menujukan informasi tentang jenis produk yang ditawarkan apakah produk keripik oncom atau abon oncom. Nama produk pada label kemasan ini bertuliskan “keripik dan abon oncom Asli Pasireungit Paseh Sumedang”, sedangkan logonya tidak ada. Disudut kiri label mitra menuliskan “makanan ringan” serta di sebelah kanan atas rasa “pedas dan gurih”. Kata-kata yang digunakan mitra pada label kemasannya belum menggambarkan tentang produk oncomnya itu sendiri. Dan dari label yang dibuat oleh mitra masih belum sepenuhnya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen.Melihat kondisi kemasan ini maka, mitra mengharapkan adanya perubahan kemasan yang lebih menarik karena persaingan dengan sesama oncom semakin sengit. Untuk itu maka tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat berusaha untuk membuat desain kemasan yang dianggap sesuai serta yang terpenting tetap harga dari pembuatan label dan kemasan masih dapat di jangkau oleh mitra ketika program ini berakhir. Desain label yang di rancang untuk produk oncom Al-Bany adalah desain label yang tidak meninggalkan ciri khas dan unsur-unsur produk yang akan di pasarkan. Label ini bukan saja sebagai pelengkap kemasan namun juga berfungsi sebagai sumber informasi bagi sebuah produk. Berikut ini merupakan desain kemasan yang dibuat oleh tim IbM beserta saran untuk penggunaan kemasan yang lebih menarik guna meraih peluang pasar. Label kemasan pada gambar tersebut diberikan warna yang cerah yang disertai dengan logo produk yang bertuliskan “Snack Oncom Endes Begendes” yang berarti snack oncom enak sekali. Logo ini berfungsi untuk mengkomunikasikan produk oncom kepada konsumen. a. Desain Kemasan Lama (b) Desain Kemasan Baru Gambar 6. Kemasan Produk Olahan Oncom Pasireungit Mitra I (Al-Bany); Sebelum & Sesudah diberikan Pelatihan dan Pendampingan Label dan desain kemasan akan mempengaruhi pembeli untuk menetapkan pilihan pada produk yang akan dibelinya. Jika disandingkan dua buah produk baru sejenis dengan dua kemasan yang berbeda tentunya konsumen akan lebih memilih produk dengan desain kemasan yang baik dan lengkap. 3. nilai produk (product value) Nilai produk dapat berupa pembanding antara produk yang satu dengan produk lain yang sejenis yang ditawarkan kepada konsumen. Dimana nilai produk yang terkandung dalam suatu produk akan sangat berpengaruh terhadap nilai jual di pasaran. Jika konsumen ingin membeli sebuah produk tentunya konsumen tersebut membutuhkan sesuatu yang dapat menyakinkannya bahwa barang atau produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Nilai pelanggan bukan hanya perhitungan angka akan tetapi juga berupa tatapan pertama konsumen terhadap suatu produk. Nilai produk menjadi ciri khas yang mampu membedakan produk kita dengan produk kompetitor. Salah satu bagian yang dapat meningatkan nilai produk yang bisa diparktekkan langsung oleh mitra adalah dengan memberikan tampilan produk yang berbeda, baik dari segi rasa, bentuk, ukurandan sebagainya yang juga di dukung dengan pelayanan yang baik dengan pelanggannya. Dengan meningkatnya nilai produk maka akan terkait dengan harga produk yang ditawarkan yang tentunya juga tidak terlepas dari kualitas produk itu sendiri. f. perluasan pasar Perluasan atau pengembangan pasar mulai dilakukan ketika perusahaan mulai mencari saluran baru atau wilayah baru untuk bagi pasar produknya. Salah satu syarat untuk memasuki pasar adalah produsen harus sudah memiliki izin pangan. Izin P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) merupakan izin resmi sebagai bentuk jaminan bahwa 54 Peningkatan Costumer Value melalui Inovasi Komoditas Kacang Tanah usaha makanan rumahan yang dihasilkan memenuhi standar keamanan makanan. Karena usaha oncom Pasireungit dilakukan dalam skala Rumah tangga maka perlu dilakukan pendaftaran P-IRT ke Departemen kesehatan Sumedang. Nomor P-IRT ini bagi mitra dapat berguna dipergunakan untuk memasuki pasar baru. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini mitra Ika Jaya belum memiliki izin ini sedangkan mitra Al-Bany telah memiliki no P-IRT. Bagi mitra Ika Jaya langkah yang harus di capai selain kebersihan dan santasi produk adalah dengan cara mendapatkan no Sertiikat P-IRT dari Dinas Kesehatan Kab. Sumedang. Mitra Al-Bany karena telah memiliki no P-IRT maka langkah selanjutnya yang dilakukan untuk mendapatkan sertifikat halal. Sertifikat halal merupakan suatu fatwa yang tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan tentang kehalalan suatu produk yang sesuai dengan syari’at Islam. Suatu produk makanan atau minuman di nyatakan halal bila sudah mendapatkan izin untuk pencantuman “Label Halal” pada kemasan poduk dari instansi yang berwenang. Pengadaan Sertifikasi Halal pada produk pangan, obat-obat, kosmetika dan produk lainnya sebenarnya bertujuan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin konsumen muslim. Selain itu juga sertifikat halal ini merupakan sertifikat yang berguna bagi produsen untuk dapat berkompetisi dalam pasar yang mayoritas konsumennya adalah umat muslim. terhadap kegiatan makadiharapkan akan menjadi masukan bagi perbaikan program berikutnya. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan ditemukan faktor pendorong dan faktor penghambat. Adapun faktor pendorongnya antara lain: 1. penerimaan dari aparat desa Pasireungit yang bersedia membantu untuk mensosialisasikan kegiatan ini kepada mitra, 2. mitra sangat antusias menerima adanya program kegiatan ini, 3. dana yang diberikan dalam kegiatan penelitian ini cukup membantu kedua mitra dan juga tim pelaksana dalam melakukan kegiatan transfer teknologi. Kedua mitra merupakan perajin oncom mentah dan juga pengolah oncom yang saling membutuhkan. Selain itu juga kedua mitra menjadi pendorong adanya penyerapan tenaga kerja yang ada di desa Pasireungit. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: 1. jalan raya Bandung-Sumedang yang cukup buruk sangat menghambat perjalanan tim pelaksana kegiatan karena memakan waktu yang cukup lama untuk dapat sampai di daerah pengabdian, 2. salah seorang mitra harus terus didorong dan dimotivasi untuk melakukan perubahan terhadap perbaikan dan kebersihan tempat produksi, sanitasi produk hingga inovasi produk. Waktu pelaksanaan kegiatan yang berbarengan dengan masa perkuliahan, membuat tim pelaksana harus mampu meluangkan dan membagi waktu dengan baik agar program kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. SIMPULAN (a) Sertifikat PIRT Ika Jaya (b) Undangan Pelatihan Halal Gambar 7. Sertifikat P-IRT yang di dapatkan oleh Mitra Ika Jaya serta; Proses Kegiatan Pelatihan Halal yang dilakukan oleh Mitra Al-Bany 3. pelaporan dan evaluasi kegiatan Setelah semua kegiatan selesai dilakukan maka tahap selanjutnya adalah evaluasi hasil kegiatan serta penyusunan laporan akhir kegiatan. Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Dengan melakukan evaluasi program pendampingan ini telah dilaksanakan dengan baik dan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun. Kegiatan ini mendapat sambutan baik dari aparat desa dan mitra yang terbukti turut mendukung kegiatan ini dengan aktif serta mengikuti petunjuk dari tim pendamping. Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. terjadinya peningkatan pengetahuan dan pemahaman mitra tentang pentingnya sanitasi lingkungan produksi yang terkait dengan kualitas produk pangan yang dihasilkan, 2. mitra juga memahami arti pentingnya penggunaan atau inovasi pada atribut produk untuk meningkatkan daya saiang produk sejenis serta memperluas pemasaran, Saidah, Z., Djuwendah, E. dan Utami, H.U. 3. mitra mendapatkan pelatihan langsung dari Dinas Perindustrian dan Dinas kesehatan Sumedang untuk mengikuti pelatihan guna mendapatkan izin P-IRT dan Halal. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dit. Litabmas - Ditjen Dikti yang telah mendukung dana kegiatan melalui Hibah mono tahun Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) tahun anggaran 2014 dan tidak lupa juga disampaikan terima kasih kepada mitra atas kerjasamanya yang di dukung dengan adanya pengawasan dari aparat desa Pasireungit. REFERENSI Anderson, E.W; Fornell, C and Lehmann, D.R, 1994. Customer Satisfaction, Market Share, and Profitability: Findings From Sweden. Journal of Marketing, Vol.5, p.53-66 Grifin and Hauser. 1993. The Voice of the Customer. Marketing Science. 12. 1-2. Jay, James M. 2000. Modern Food Microbiology, 6th ed., Aspen Publisher Inc., Maryland, pp 595600. Jacques-Francois Thisse. 1992. Discrete Choice Theory of Product. MIT Press Kotler, Philip. 2008. Principles of Marketing.12 Edition. Prentice-Hall, Englewood Cliff, NJ. 55 Rudjito, 2003. Strategi Pengembangan UMKM Berbasis Sinergi Bisnis. Makalah disampaikan pada seminar Peran Perbankan dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional. Kerjasama Lemhanas RI dengan BRI. Sastraatmadja DD, Tomita F, Kasai T. 2002. Production of high-quality oncom, a traditional Indonesian fermented food, by the inoculation with selected mold strains in the form of pure culture and solid inoculum. J. Grad. Sch. Agr. Hokkaido Univ 70:111-127. Sarwono, B., “Membuat Tempe dan Oncom”, Penebar Swadaya, Jakarta, 2005. Simon P. Anderson Andre De Palma William J. Stanton, Michael J. Etzel. Bruce J. Walker. 1994. Fundamentals of marketing. McGrawHill. Siswono. 2002. Oncom Menutup Kekurangan Energi dan Protein. Gizi net.com [20 Mei 2013]. Tjiptono, Fandy dan Chandra. 2005. Service Quality Satisfaction. Yogyakarta : Andi off set. Unpad. 2012. Rencana Induk Penelitian Universitas Padjadjaran 2012-2016. Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat Winarno. 1984. Bahan Pangan Terfermentasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.