peningkatan kemampuan mengenal warna melalui media gambar

advertisement
126
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI
MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELOMPOK A TK DHARMA
WANITA SUMBER KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN
TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 2013/2014
Oleh:
Sularni
TK Dharma Wanita Sumber, Karangan, Trenggalek
Abstrak. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal
warna melalui media gambar pada siswa kelompok A TK Dharma Wanita Sumber Kecamatan
Karangan Kabupaten Trenggalek Semester II Tahun 2013/2014. Penelitian tindakan kelas
menggunakan intrumen observasi aktivitas siswa, tes, dan catatan lapangan. Subyek penelitian
adalah siswa kelompok A TK Dharmawanita Sumber dengan jumlah 12 siswa. Berdasarkan
analisis data dalam penelitian, selanjutnya dapat dikemukakan kesipulan dalam penelitian ini
adalah bahwa dengan menggunakan media gambar terbukti mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengenal warna yaitu adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu,
pada siklus I siswa yang belum berkembang sebanyak 5 siswa dengan prosentase 41,67%, pada
siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang belum berkembang. Siswa yang sudah berkembang tapi
masih memerlukan bantuan pada siklus I sebanyak 2 siswa dengan prosentase 16,67%, sedangkan
pada siklus II masih sama yaitu 2 siswa dengan prosentase 16,67%. Siswa yang sudah berkembang
pada siklus I sebanyak 5 siswa siswa dengan prosentase 41,67%, sedangkan pada siklus II
meningkat menjadi 9 siswa dengan prosentase 75,00%. Siswa yang sangat meningkat pada siklus
II sebanyak 1 siswa dengan prosentase sebesar 8,33%.
Kata Kunci: Media Gambar, Kemampuan Kognitif, Kelompok A.
Media gambar menurut Oemar Hamalik
(1986:43) berpendapat gambar adalah segala
sesuatu yang diwujudkan secara visual
dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan
perasaan atau pikiran. Gambar adalah tiruan
barang binatang tumbuhan dan sebagainya
menurut Arif Sadiman dkk (2003:28-29)
media grafis visual sebagaimana halnya
media yang lain. Media grafis untuk untuk
menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan. Saluran yang dipakai menyangkut
indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbosimbol. Symbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian
pesan dapat berhasil dan efeisien. Selain
fungsi umum tersebut fungsi khusus media
gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin
cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak
digambarkan. Gambar termasukk media
yang relative mudah ditinjuau dari segi
biayanya.
Warna adalah unsur pertama yang terlihat oleh mata dari suatu benda. Depdiknas
(2005: 113) warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh
benda-benda yang dikenainya. Berbeda
dengan Sulasmi Darma Prawira (1989: 4)
Warna merupakan unsur keindahan dalam
seni, warna termasuk unsur yang nampak
dan visual yang dapat membedakan sebuah
bentuk dari sekelilingnya. Dengan demikian
Sularni, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
dari pendapat tersebut warna merupakan
kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang
memiliki unsur keindahan dari suatu benda
yang dapat membedakan.
Kemampuan mengenal warna pada
anak merupakan unsur penting yang dapat
membantu anak dalam mengenal unsurunsur keindahan yang berwujud dan dapat
dinikmati oleh indra penglihatan sesuai
bentuk dari ruang (warna) tersebut. Warna
bersumber dari cahaya, apabila tidak ada
cahaya warna tidak akan terlihat oleh mata.
Dengan demikian unsur penting untuk
menikmati warna adalah cahaya dan mata.
Sajiman Ebdi Sanyoto (2005: 9)
mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara
psikologis warna adalah sebagai bagian dari
pengalaman indera penglihatan. Warna sampai ke mata karena melalui kerjasama antara
mata dan otak (Sulasmi Darmaprawira,
1989: 35).
Unsur penting dari warna adalah objek
(benda) yang kemudian diterima oleh mata
karena adanya pantulan dari cahaya yang
mengenai benda. Dengan demikian secara
umum, warna didefinisikan sebagai unsur
cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda
dan selanjutnya diintrepetasikan oleh kerja
otak ke mata berdasarkan cahaya yang
mengenai benda.
Warna tergolong menjadi dua yaitu
berasal dari cahaya terang dan berasal dari
kegelapan (Sulasmi Darma prawira, 1989:
17). Sedangkan menurut asal kejadian warna
dibagi menjadi dua yaitu warna additive dan
subtractive. Warna additive adalah warna
yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Warna subtractive sendiri adalah
warna yang berasal dari bahan dan disebut
pigmen (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005: 17-
127
19). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat
Newton (Sulasmi Darma Prawira, 1989)
yang mengungkapkan bahwa warna adalah
fenomena alam berupa cahaya yang mengandung spektrum warna atau 7 warna pelangi dan pigmen. Pigmen sendiri adalah
pewarna yang larut dalam cairan pelarut
seperti cat air, cat minyak, akrilik, dan
sebagainya. Rustam & Hardi (2003: 80)
menyatakan bahwa: “Kita dapat melihat
warna karena adanya seberkas gelombang
cahaya yang terurai hingga terjadi spektrum
warna, masing-masing mempunyai kekuatan
gelombang menuju ke mata sehingga kita
dapat melihat warna.
Spektrum cahaya itu sendiri terdiri dari warna pelangi yang kita kenal, yakni
merah, jingga (oranye), kuning, hijau, biru,
nila (indigo) dan ungu (violet), yang
berurutan sehingga membentuk lingkaran
warna. Warna-warna ini disebut warna
dasar, disamping warna putih dan hitam”.
Selain warna tersebut menurut penelitian
warna dasar atau warna primer yang ada di
dunia ini ada tiga, yaitu merah, kuning, dan
biru. Dari ketiga warna ini bila dicampur
akan menghasilkan semua warna lain
(Sriwirasto, 2010: 57). Senada dengan
pendapat tersebut, menurut Harun Rasyid,
dkk. (2009: 146) 29 “...warna pada
prinsipnya hanya terdiri dari tiga warna
yaitu merah, kuning, dan biru. Sementara
warna di luar ketiga tersebut merupakan
gabungan dari ketiga warna itu (Garrett,
dalam Harun Rasyid, dkk., 2009: 146).
Teori Prang dalam Hakim Rustam dan
Hardi Utomo (2003: 80) mengelompokkan
kelas warna sebagai berikut: (1) Primary:
merupakan warna utama/ pokok yaitu
merah, kuning dan biru; (2) Binary: warna
kedua dan terjadi dari gabungan antara dua
warna primary yaitu merah ditambah biru
128
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
akan menjadi violet, merah dan kuning akan
menjadi oranye, dan biru ditambah kuning
akan menjadi hijau; (3) Warna antara
(intermedian): warna dari campuran warna
primary dan binary, misalnya merah dicampur hijau menjadi merah hijau; (4) Tertiary
(warna ketiga): merupakan warna-warna
dari campuran warna binary. Misalkan,
violet dicampur dengan hijau dan sebagainya; (5) Quanternary: ialah warna campuran
dari dua warna tertiary. Misalnya semacam
hijau violet dicampur dengan oranye hijau,
oranye violet dicampur dengan oranye hijau,
dan hijau oranye dicampur dengan violet
oranye.
Di Taman Kanak-kanak banyak sekali
kegiatan menarik yang dapat digunakan
guru dalam mengenalkan macam-macam
warna. Harun Rasyid, dkk. (2009: 147)
berpendapat “...melatih konsentrasi penglihatan anak (dalam hal ini warna) dapat
dilakukan melalui berbagai jenis kegiatan
aktifitas bermain.”
Menggunakan berbagai macam kegiatan bermain akan membuat anak senang dan
menjadi tertarik dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Menurut Kimie (dalam Harun
Rasyid, dkk., 2009: 147) kegiatan aktivitas
bermain tersebut seperti mewarnai, melukis,
menirukan, dan mengeksplorasi. Kegiatan
melukis dan mewarnai merupakan salah satu
kegiatan seni rupa yang sering dilakukan
anak TK usia 4-5 tahun. Guru dapat
menggunakan kegiatankegiatan seni rupa
dalam pengenalan warna karena kegiatan
seni rupa salah satu kegiatan yang dapat
mengeksplor kemampuan kognitif anak.
Sumanto (2006: 14) kreatifitas kegiatan seni
rupa antara lain melukis atau menggambar,
mewarnai, mencetak, melipat, menganyam,
dan membentuk. Namun dalam kegiatan
seni rupa yang paling efektif digunakan
dalam pengenalan warna adalah melukis/
menggambar, mewarnai, melipat, meronce,
dan mencetak atau mengecap.
Berikut beberapa kegiatan seni rupa
menurut (Sumanto, 2006: 47-153): (1)
Melukis, meliputi: (a) Melukis dengan tiupan; (b) Melukis dengan tarikan benang; (c)
Melukis dengan krayon; (d) Melukis dengan
teknik inkblot; (e) Melukis dengan teknik
campur; (2) Mewarnai; (3) Melipat.
METODE PENELITIAN
Kegiatan yang dilakukan dalam setiap
tindakan adalah sebagai berikut:
Kegiatan pra tindakan
Peneliti selaku guru kelas bersama
dengan mitra guru/pengamat mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa kelompok A TK Dharmawanita Sumber sekaligus membuat tes awal, menentukan sumber data, melakukan tes awal dan menentukan subyek penelitian.
Kegiatan pelaksanaan Tindakan
Tahap Perencanaan
Dari kegiatan pra tindakan, disusun
rencana tindakan perbaikan atas masalah
masalah yang ada dalam pembelajaran. Pada
tahap ini ditetapkan dan di susun rancangan
perbaikan pembelajaran mengenal warna
dengan menggunakan media gambar.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
perencanaan, meliputi: (1) Peneliti dan mitra
guru/pengamat merumuskan permasalahan
secara operasional, relevan dengan rumusan
masalah penelitian. (2) Peneliti dan mitra
guru/pengamat merumuskan hipotesis tindakan. Karena penelitian tindakan lebih
meniti beratkan pada pendekatan naturalistik, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat tentatif yang mungkin meng-
Sularni, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
alami perubahan sesuai dengan keadaan
lapangan. (3) Menetapkan dan merumuskan
rancangan tindakan yang di dalamnya meliputi: (a) Menetapkan indikator-indikator
tentang pembelajaran dengan menggunakan
model belajar; (b) Menyusun rancangan metode penyampaian dan pengelolaan pembelajaran mengenal warna (rancangan program, bahan, metode belajarmengajar, dan
evaluasi); (c) Menyusun metode dan alat
perekam data yang berupa angket, catatan
lapangan, pedoman wawancara, pedoman
analisis dokumen, dan catatan harian; (d)
Menyusun rencana pengolahan data, baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Tahap Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dapat
dikemukakan sebagai berikut: (1) Guru
melakukan tindakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat; (2) Peneliti dan
observer melakukan pengamatan dengan
menggunakan format observasi, format
catatan lapangan dan melakukan refleksi
terhadap tindakan melalui diskusi.
Tahap Observasi/ Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, pengamat mengobservasi kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi proses yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Observer juga mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan proses
pembelajaran yang tidak tersedia/tertampung dalam lembar observasi.
Tahap Refleksi
Peneliti dan kolaborator penelitian
mendiskusikan hasil pengamatan yang telah
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi
yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang
129
diperoleh berupa temuan tingkat efektivitas
pembelajaran dengan menggunakan model
belajar jigsaw yang dirancang dan daftar
permasalahan yang muncul di lapangan
yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang.
Subyek penelitian ini adalah semua
siswa TK Dharma Wanita Sumber Kelompok A Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini
berjumlah 12 siswa kelompok A. Alasan
penelitian ini dilakukan karena siswa kelompok A mengalami kesulitan dalam mengenal
warna. Banyak kemampuan siswa yang
belum berkembang. Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrument yang digunakan
adalah instrument tes.Skor hasil tes siswa
dalam mengerjakan soal-soal yang meliputi
tes pada tiap akhir siklus (siklus I dan siklus
II). Hasil dari tes tersebut akan digunakan
untuk melihat peningkatan pemahaman dan
pencapaian hasil belajar siswa.
Data berupa hasil tes tulis siswa juga
dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan
belajar. Ketuntasan belajar yang digunakan
adalah berdasarkan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh
sekolah yaitu sebesar 75. Seorang siswa
dianggap tuntas belajarnya apabila siswa
tersebut telah menyelesaikan sekurangkurangnya 750% dari tujuan pembelajaran
yang harus dicapai dan secara klasikal jika
85% dari banyaknya siwa kelas tersebut
menyelesaikan sekurang-kurangnya 85%
dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Analisis data dilakukan sesuai dengan
sifat data yang diperoleh tergolong data
kualitatif. Langkah-langkah dalam analisis
data adalah :(a) identifikasi data. (b) seleksi
130
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
data, (c) klasifikasi data, (d) penafsiran hasil
analisis data dan (e) persentase.
Seleksi data bertujuan untuk menentukan data yang benar, klasifikasi data
bertujuan untuk memperoleh data yang telah
dipilih sesuai dengan karakteristiknya. Penafsiran hasil analisis data ini akan
digunakan menjadi jawaban sebagai
masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
Adapun langkah-langkah analisis data yang
dilaksanakan yaitu sebagai berikut: (1)
Menilai kemampuan bercerita siswa; (2)
Mengelompokkan berdasarkan nilai yang
diperoleh; (3) Menghitung frekuensi (F),
persentase frekuensi (F%), frekuensi
meningkat (CF) dan persentase frekuensi
meningkat (CF%) dari nilai dengan rumus:
F
F %  x100%
n
Keterangan :
F % = persentase frekuensi.
F
= frekuensi nilai siswa.
N
= jumlah
keseluruhan
sublek
penelitian.
Norma pengujian penelitian secara
keseluruhan diperoleh melalui analisis
kuantitatif digunakan skala persentase
dengan ketentuan sebagai berikut:
90%-100% : kemampuan sangat baik
70%-89% : kemampuan baik
50%-69% : kemampuan cukup
30%-49% : kemampuan kurang
0%-29%
: kemampuan kurang sekali.
tampak beberapa siswa bermian sendiri di
bangkunya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan (Observation)
Pra siklus
Pada tahap ini peneliti melakukan
kegiatan pembelajaran dan observer melakukan kegiatan pengamatan. Dari kegiatan
pembelajaran bercerita yang dilakukan
ternyata guru belum menggunakan medai
pembelajara, dan aktivitas pembelajaran
siswa hanya mendengarkan cerita guru,
Siklus I
Perencanaan
Dalam tahap perencanaan penelitian
ini peneliti mempersiapkan: (1) Gambar; (2)
Menyusun format observasi; (3) Menyusun
format penilaian.
Pelaksanaan (Action)
Langlah-langkah
pembelajarannya
adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal,
meliputi: (a) Salam; (b) Guru membimbing
siswa untuk berdoa bersama; (c) Absensi;
(d) Guru meminta siswa untuk Menyanyikan lagu: “Pelangi-pelangi”. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Guru memasang
gambar pelangi di papan tulis; (b) Siswa
diminta untuk menyebutkan warna-warna
pada pelangi; (c) Siswa diminta maju ke
depan untuk menunjukkan warna merah, kuning, hijau, biru dan ungu pada gambar; (d)
Siswa diberikan tugas individu untuk mengelompokkan warna; (e) Guru mengkonfirmasi hasil pekerjaan siswa; (f) Guru
membuat kesimpulan; (g) Siswa memajang
hasil karyanya di papan pajangan. (3)
Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru melakukan refleksi; (b) Guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan berdoa bersama siswa.
Pengamatan dilakukan oleh kolaborator (Guru/teman sejawat). Pada tahap pengatan ini yang diamati adalah tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar, keberanian siswa, dan hasil belajar siswa.
Aktifitas guru dalam pembelajaran
pada putaran pertama adalah baik dalam hal
memberi motifasi, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan SKH, memantau kema-
Sularni, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
juan siswa, melaksanakan tindak lanjut dengan perolehan skor sebesar 65,00%,
sedangkan aktivitas ssiwa selama pembelajaran berlangsung juga menunjukkan aktivitas yang baik dengan perolehan skor sebesar 60,00%. Untuk memperjelas pengaruh
penggunaan media gambar dalam perkembangan kognitif siswa peneliti tampilkan
perkembangan kognitif siswa pada Tabel I
Dari Tabel 2 di atas tampak bahwa
kemampuan kognitif siswa pada siklus I
sudah tampak mulai berkembang hanya saja
masih ditemukan peserta didik yang belum
berkembang
kemampuan
kognitifnya
sebanyak 5 siswa dengan prosentase
41,67%, 2 siswa dengan kemampuan
kognitif yang berkembang tapi masih
memerlukan bantuan dengan prosentase
16,67%, 5 siswa telah berkembang
kemampuan kognitifnya dengan prosentase
sebesar 41,67%.
Refleksi (Reflection)
Berdasarkan
hasil
pengamatan
poeneliti dan kolaborator maka pelaksana
tindakan pada putran pertama dapat
direflesikan sebagai berikut: (1) Semua
tindakan yang direncanakan yaitu pembelajaran pada putaran pertama dapat
terlaksana meskipun belum efektif; (2)
Keberanian siswa dalam pembelajaran ini
sudah cukup baik; (3) Guru dalam melaksanakan pembelajaran ini masih belum
maksimal; (4) Masih diperlukan tindakan
perbaikan pembelajaran pada siklus
selanjutnya.
Tabel 1. Perbandingan Perkembangan Kognitif Siswa Pada Pra Tindakan Dan Siklus I
Pra Tindakan
Siklus I
No Nama Siswa
1
2
3
4
1
2
1
ADINDA PUTRI RAHMADANI
*
*
2
RAFLI ARAFAT RADITYA P
*
*
3
DIMAS RISKI ADITYA P
*
*
4
DAMAR RADHITAMA J
*
*
5
KHOIRUN NISAK
*
6
ALFINA FEBRIAN ROSITA
*
7
FENTY AYU P
*
8
NUGROHO WIDODO AGUSTINO
*
9
AFIF FATHUR RIZKI AL F
*
*
10 M. FAIZUDDAROINI
*
*
11 GALIH PRATAMA
*
*
12 DWI CANTIKA
*
Jumlah
7
5
0
0
5
2
Rata-rata
58.33
41.67
0.00
0.00
41.67
16.67
Tabel 2 Analisis Data Penilaian
Nilai Awal
Nilai
F
%F
1
7
58.33
2
5
41.67
3
0
0
4
0
0
131
Putaran Pertama
F
%F
5
41.67
2
16.67
5
41.67
0
0
Peningkatan
CF
-2
-3
5
0
3
4
*
*
*
*
*
5
41.67
%CF
-16.67
-25.00
41.67
0.00
0
0.00
132
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Siklus II
Perencanaan (Planning)
Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada putaran pertama yang dijelaskan
diatas, maka peneliti dan kolaborator
merumuskan rencana tindakan untuk putaran kedua yaitu dengan perubahan sebagai
berikut ini: (1) Guru lebih mengoptimalkan
pembelajaran ini; (2) Guru menggunakan
gambar dalam permainan mengenal warna;
(3) Guru mempersiapkan rewad
Pelaksanaan (Action)
Langlah-langkah pembelajaran pada
siklus II mengacu pada perencaan tindakan
siklus II. Adapun diskripsi dari pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut: (1)
Kegiatan Awal, meliputi: (a) Salam; (b)
Guru membimbing siswa untuk berdoa
bersama; (c) Absensi; (d) Guru meminta
siswa untuk Menyanyikan lagu : “Pelangipelangi”. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a)
Guru mengajak siswa keluar kelas; (b) Guru
menjelaskan tujuan dari kompetensi yang
harus diacapai; (c) Guru menjelaskan permainan mengenal warna; (d) Guru mendemosntrasikan permaianan mengenal warna yaitu guru mengeluarkan gambar warna,
kemudian berlari menggambil bola sesuai
dengan warna gambar; (e) Guru menggunakan tiga kotak warna untuk melakukan permainan; (f) Tiga siswa diminta untuk
menempati posisi start; (g) Guru menge-
luarkan tiga gambar dengan warna yang
berbeda, kemudian guru mengucakan abaaba ”Mulai”; (h) Siswa berlari mengambil
bola sesuai dengan warna gambar dan
meletakkanya pada kardus, siswa yang dapat
mengambil bola dengan warna yang tepat
dan banya maka dianggap sebagai pemenang; (i) Guru memberikan reward; (j) Guru
membuat kesimpulan. (3) Kegiatan Akhir,
meliputi: Berdoa bersama.
Pengamatan (Observation)
Pada putaran kedua ini pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik, guru sudah
optimal dalam mengelola pembelajaran dan
juga pengalokasian waktu sudah sesuai
dengan Satuan Kegiatan Harian (SKH),
untuk aktivitas guru pada siklus I
mendapatkan skor sebesar 85,00% dan
termasuk dalam criteria aktivitas yang
sangat baik. Demikian juga respond dan
keberanian siswa juga meningkat. Siswa
menjadi aktif, antusias, senang dalam
pembelajaran ini yang menggunakan media
gambar untuk tema kebutuhan. Untuk
aktivitas siswa pada siklus II mendapatkan
skor sebesar 85,00% dan termasuk dalam
criteria aktivitas yang sangat baik.
Selanjutnya untuk mengetahui efektifitas
penggunaan
media
gambar
dalam
pekermbangan kognitif siswa, peneliti
tampilkan Tabel 3 perkembangan kognitif
siswa berikut ini.
Tabel 3. Perbandingan Perkembangan Kognitif Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II
Siklus I
Siklus II
No
Nama Siswa
1
2
3
4
1
2
1
Septian Tutit Fauzi
*
2
Ridho Ahmad Setiawan
*
*
3
Nur Khoirul Huda
*
4
Fadli Bagus Hermawan
*
5
Octa Dwi Anza
*
6
Arvin Arya Proyoga
*
7
Raditya Dwi Agusian
*
8
Andre Kurniawan
*
3
*
*
*
*
*
*
*
4
Sularni, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
No
Nama Siswa
9
Bisma Apriani
10
Fanreza Angga K
11
Arnela Putrid O
12
Betha Windy Nur O
Jumlah
Rata-rata
Tabel 4. Analisis Data Penilaian
Siklus I
Nilai
F
%F
1
5
41.67
2
2
16.67
3
5
41.67
4
0
0
Siklus I
1
*
*
*
5
41.67
2
3
4
Siklus II
1
2
*
3
133
4
*
*
2
16.67
Siklus II
F
0
2
9
1
%F
0.00
16.67
75.00
8.33
Dari tabel di atas tampak bahwa
kemampuan kognitif pada siklus II 2 siswa
telah berkembang kemampuan kognitifnya
dengan prosentase sebesar 16,67%, 9 siswa
dengan kemampuan kognitif yang melebihi
program guru sebesar 75,00% dan 1 siswa
berkemampuan kognitif sebesar 8,33%.
Dengan demikian 88,89% kemampuan
kognitif siswa sudah berkembang dengan
baik pada akhir siklus II.
Refleksi (Reflection)
Dari hasil pengamatan guru peneliti
dan kolaborator pada putaran kedua dapat
diilustrasikan sebagai berikut: (a) Kekurangan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran putaran pertama sudah dapat
diatasi atau sudah diperbaiakin oleh guru
peneliti; (b) Tingkat keaktifan, keberanian
dan keceriaan siswa sudah merata baik; (c)
Semua tindakan pembelajaran yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan
optimal, baik dari segi metode pembelajaran, alokasi waktu, dan strategi pembelajaran.
Dari hasil analisis data diperoleh
bahwa dengan menggunakan media gambar
terbukti mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengenal warna yaitu adanya
peningkatan prosentase ketuntasan belajar
siswa kemampuan kognitif siswa pada
*
5
41.67
0
0.00
0
0.00
2
16.67
9
75.00
*
1
8.33
Peningkatan
CF
%CF
-5
-41.67
0
0.00
4
33.33
1
8.33
siklus I sudah tampak mulai berkembang
hanya saja masih ditemukan peserta didik
yang belum berkembang kemampuan kognitifnya sebanyak 5 siswa dengan prosentase
41,67%, 2 siswa dengan kemampuan kognitif yang berkembang tapi masih memerlukan bantuan dengan prosentase 16,67%, 5
siswa telah berkembang kemampuan kognitifnya dengan prosentase sebesar 41,67%.
Kemampuan kognitif pada siklus II 2 siswa
telah berkembang kemampuan kognitifnya
dengan prosentase sebesar 16,67%, 9 siswa
dengan kemampuan kognitif yang melebihi
program guru sebesar 75,00% dan 1 siswa
berkemampuan kognitif sebesar 8,33%.
Dengan demikian 88,89% kemampuan kognitif siswa sudah berkembang dengan baik
pada akhir siklus II. Dengan menggunakan
media gambar terbukt akan banyak
membantu siswa Taman Kanak-kanak untuk
meningkatkan kemapuan kognitifnya dengan sangat baik dan benar. Jadi penggunaan media gambar dalam pengajaran
adalah sangat efektif.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dalam penelitian, selanjutnya dapat dikemukakan ke-
134
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
simpulan dalam penelitian ini adalah bahwa
dengan menggunakan media gambar
terbukti mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengenal warna yaitu adanya
peningkatan prosentase ketuntasan belajar
siswa yaitu, pada siklus I siswa yang belum
berkembang sebanyak 5 siswa dengan
prosentase 41,67%, pada siklus II sudah
tidak ada lagi siswa yang belum berkembang. Siswa yang sudah berkembang tapi masih memerlukan bantuan pada siklus I
sebanyak 2 siswa dengan prosentase
16,67%, sedangkan pada siklus II masih sama yaitu 2 siswa dengan prosentase 16,67%.
Siswa yang sudah berkembang pada siklus I
sebanyak 5 siswa siswa dengan prosentase
41,67%, sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 9 siswa dengan prosentase 75,00%.
Siswa yang sangat meningkat pada siklus II
sebanyak 1 siswa dengan prosentase sebesar
8,33%.
Saran
Bagi siswa Taman Kanak-kanak, hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat kebijaksanaan
dalam meningkatkan kemampuan akademik
siswa. Bagi guru hendaknya memperhatikan
siswa yang kurang bisa mengikuti pelajaran
atau lambat dalam belajar dengan cara
memberi latihan-latihan yang lebih sering.
Bagi kepala sekolah hendaknya melakukan
penambahan media atau buku-buku
pendidikan yang sifatnya membantu siswa
dalam peningkatan berbahasa dengan baik
dan benar.
DAFTAR RUJUKAN
Arif. S. Sadiman, dkk (2003). Media
Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta:
PT. Grafindo Pesada.
Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Ebdi Sanyoto, Sadjiman, Drs. (2005) DasarDasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta.
Hakim, Rustam, Hardi Utomo, ( ), Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Bumi Aksara, Jakarta.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.
Sriwirasto.2010.Mari Melukis. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Sumanto. 2006. Pengembangan Kreatifitas
Seni Rupa Anak Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas
Prawira, Sulasmi, Darma. 1989. Warna
Sebagai Salah Satu Unsur Seni dan
Desain. Jakarta: Depdikbud
Download