Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 PEDOMAN TATA KRAMA DOSEN TAHUN 2012–2016 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EKUMENE JAKARTA 2012 Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 0 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dosen adalah salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan di perguruan tinggi. Peran, tugas, dan tanggung jawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yang meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang profesional. Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dosen dinyatakan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Bab 1 Pasal 1 ayat 2). Sementara itu, profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Tugas utama dosen adalah melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan dengan 12 (dua belas) sks dan paling banyak 16 (enam belas) sks pada setiap semester sesuai dengan kualifikasi akademik. Sedangkan profesor atau guru besar adalah dosen dengan jabatan akademik tertinggi pada satuan pendidikan tinggi dan mempunyai tugas khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarkan luaskan Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 1 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 gagasannya untuk mencerahkan masyarakat. Pelaksanaan tugas utama dosen ini perlu dievaluasi dan dilaporkan secara periodik sebagai bentuk akuntabilitas kinerja dosen kepada para pemangku kepentingan. Namun dalam pelaksanaannya seringkali ditemui hal-hal yang tidak sesuai dengan tugas pokok dosen sebagaimana tercantum dalam tri dharma perguruan tinggi. Salah satu indikasi yang terlihat adalah tidak efektifnya proses belajar mengajar diperguruan tinggi, dimana hal tersebut disebabkan oleh tidak kondusifnya berbagai komponen lingkungan akademik, utamanya menyangkut etika dosen sebagai salah elemen terpenting dalam proses belajar mengajar. Kompetensi dosen ini menentukan kualitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi sebagaimana yang ditunjukkan dalam kegiatan profesional dosen. Untuk menjamin pelaksanaan tugas dosen berjalan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam peraturanperundang‐undangan maka perlu dievaluasi setiap periode waktu yang ditentukan. B. Tujuan Penulisan 1. Membentuk citra dosen yang dapat dijadikan teladan bagi mahasiswa yang akan memasuki lingkungan masyarakat modern dan profesional. 2. Membentuk citra dosen sebagai figur yang memiliki integritas intelektual dan terbuka terhadap semua perubahan. 3. Membentuk citra lingkungan civitas akademika yang peduli terhadap lingkungan, kesehatan, dan waktu. 4. Membentuk citra profesional dalam penyelenggaraan manajemen pendidikan. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup makalah ini adalah, membahas tentang etika dosen dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 2 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Kode Etik Etik atau etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasan. Dalam sehari-hari kita sering menyebutnya dengan etiket, yang berarti cara bergaul atau berprilaku yang baik, yang sering juga disebut dengan sopan santun. Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan mengukur prilaku profesional seseorang. Etika juga berkaitan dengan baik dan buruk, benar dan salah, betul dan tidak, bohong dan jujur. Hal tersebut sangat bergantung pada nilai-nilai yang berlaku pada lingkungan dimana orang-orang tersebut berada. Saat ini kita mengenal banyak dikembangkan etika yang mengambarkan kode prilaku yang berkaitan dengan profesi yang disebut sebagai etika profesi seperti, etika kedokteran, etika hukum, etika jurnalistik dan etika guru (dosen) dan sebagainya. B. Kode Etik Dosen Kode etik dosen merupakan salah satu rambu-rambu yang diperlukan para dosen berkaitan dengan sikap, perilaku dan tindakannya selama menjalankan tugasnya baik di lingkungan maupun di lingkungan masyarakat nasional dan internasional. Kode etik dosen mencakup lima hal yaitu: 1. Etika Dosen Secara Umum a. Bertaqwa kepada Tuhan YME dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945. b. Memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar, mempunyai moral dan integritas kepribadian yang tinggi, dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara c. Memiliki perilaku yang dapat diteladani, bersikap jujur, obyektif, bersemangat, bertanggung jawab, serta menghindarkan diri dari ucapan dan perilaku yang tercela. d. Memiliki rasa semangat kebersamaan dan kekeluargaan terhadap semua sivitas akademika maupun tenaga administrasi. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 3 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 2. Etika Dosen dalam Pendidikan dan Pengajaran a. Berkewajiban membimbing mahasiswa secara profesional dalam membentuk pribadi yang berbudi luhur sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. b. Berusaha mengetahui secara maksimal informasi tentang potensi mahasiswa bimbingannya untuk memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran. c. Melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran dengan penuh rasa tanggung jawab dan kreativitas yang tinggi untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif sehingga diperoleh hasil yang maksimal. d. Mengutamakan peningkatan mutu dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. e. Memelihara dan meningkatkan pembinaan kemampuan berkarya dengan semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial. f. Menghormati dan memperlakukan mahasiswa sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia dalam proses pembelajaran. g. Bersikap resonsif dan akomodatif terhadap perkembangan ipteks. 3. Etika Dosen dalam Penelitian a. Melaksanakan Pengabdian kepada masyarakat sebagvai kegiatan untuk pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni bagi masyarakat. b. Menghormati dan memperlakukan khalayak sasaran/masyarakat sebagai mitra kerja yang sederajat. c. Bersikap dan bertingkah laku menghormati agama, kepercayaan, aturan, norma, dan adat istiadat setempat, berpenampilan santun, dan mencerminkan sikap dan kepribadian yang luhur. d. Lugas, tulus, dan jujur dalam menyampaikan informasi, saran, dan rekomendasi, serta tidak memanfaatkan kedudukan/jabatannya untuk kepentingan/keuntungan diri sendiri dan pihak lain. e. Memelihara kesetiakawanan atas prinsip silih asih, silih asah, dan silih asuh. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 4 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 BAB III IDENTIFIKASI, ANALISIS DAN ALTERNATIF A. Identifikasi Masalah Adapun masalah yang menjadi perhatian penting dalam pembahasan ini diuraikan sebagai berikut : 1. Etika dosen dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab Masih ditemuinya dosen yang melalaikan tugas dan tanggungjawabnya selaku pendidik, dalam memenuhi kegiatan perkuliahan. Sebagai contoh : Seringkali ada beberapa oknum dosen yang secara sengaja membatalkan secara mendadak atau menganti jadwal perkulihan dengan alasan mengikuti kegiatan tertentu yang dirasanya lebih penting. 2. Etika terhadap atasan Kurang harmonisnya hubungan dosen dengan atasan karena ketidak sepahaman dengan kebijakan yang dikeluarkan. Hal ini menjadi pemicu sering terjadinya konflik antara atasan dan bawahan. 3. Etika dosen terhadap teman sejawat Profesionalitas dosen perlu di dukung dengan ikatan emosi dalam menjamin jalannya sebuah kerjasama dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Tidak mendahulukan ego pribadi, menghindarkan saling curiga, sehingga suasana lingkungan pendidikan yang dinamis tercipta dengan baik. 4. Etika dosen terhadap mahasiswa. Dosen merupakan teladan bagi mahasiswa. Namun terkadang dosen sering terlalu menjaga jarak dengan mahasiswa sebagai mitra dalam pendidikan, sehingga dosen berperan sebagai pelayan, namun hanya sebagai yang dilayani. Sebagai contoh : membeda-bedakan pelayanan terhadap mahasiswa. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 5 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 B. Masalah Yang Diprioritaskan Adapun masalah yang menjadi sorotan utama dalam pembahasan masalah ini adalah Etika Dosen Terhadap Mahasiswa. C. Alternatif Pemecahan Masalah Metoda pemecahan yang dipilih dalam permasalahan yang dijelaskan di atas salah satunya dengan penjaminan mutu dosen, yakni segala upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu dosen yang dilakukan oleh institusi pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan ini harus dilakukan oleh institusi pendidikan secara terstruktur dan terencana dengan baik sesuai dengan “Roda Deming” yang terdiri atas Perencanaan (Plan), Pelaksanaan atau Implementasi (do), Evaluasi (check) dan Perbaikan atau Penyempurnaan (action) seperti yang tergambar pada bagan berikut : a. Perencanaan Manajemen dosen harus termasuk dalam perencanaan strategik dan merupakan unsur integral dari strategi pengembangan organisasi. Perencanaan manajemen dosen ini meliputi beberapa kriteria di bawah ini. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 6 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 1) Kecukupan Dosen. Kecukupan dosen adalah ratio antara dosen tetap dan mahasiswa program studi. Dengan menetapkan ratio ini maka institusi dapat mengetahui jumlah dosen yang diperlukannya. Hal ini sangat berperan untuk meningkatkan mutu dan kinerja dosen. 2) Kualifikasi Dosen yang Diperlukan. Kualifikasi dosen mencakup pendidikan formal calon dosen di bidang ilmu masing-masing dan pendidikan serta pengalamannya dalam mengajar di pendidikan tinggi. Hal lain yang dapat dipertimbangkan dalam kualifikasi dosen misalnya keanggotaan dan partisipasi dalam organisasi profesi/keilmuan, pengalaman dalam pengelolaan institusi pendidikan dan sebagainya. 3) Sistem Rekrutmen Sistem rekrutmen termasuk seleksi calon dosen harus seragam untuk semua fakultas. Untuk itu perlu adanya pedoman tertulis yang lengkap mengenai bagaimana fakultas dapat merekrut dosen yang diperlukan oleh program studinya. 4) Rencana Pengembangan Lingkungan Kerja yang Sehat dan Kompetitif. Perencanaan ini merupakan bagian dari pembangunan atmosfer akademik yang kondusif. Hal ini akan tercapai apabila ada kejelasan mengenai status, hak dan kewajiban dari setiap civitas akademik dan tersosialisasi dengan baik, agar masing-masing pihak akan dapat menjalankan kewajibannya dengan benar. 5) Sistem Penghargaan, Sanksi, dan Sistem Remunerasi. Memiliki peraturan mengenai status, hak dan kewajiban dosen, juga harus merencanakan sistem penghargaan dan sanksi, serta remunerasi dosen. Setiap dosen harus memperoleh imbalan yang pantas atas tugas yang telah dilakukannya sesuai dengan beban tugasnya masing-masing. Sebaliknya, dia juga harus diberitahu tentang sanksi yang akan diterimanya apabila tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. 6) Program pembinaan dan pengembangan. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 7 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 Sistem pembinaan dan pengembangan termasuk kesempatan yang diberikan oleh institusi kepada para dosennya untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan-pelatihan singkat sesuai dengan jenjang karirnya. Pengembangan meliputi aspek kepakaran dalam keilmuannya masing-masing, maupun keterampilan mengajar yang diperlukan untuk membangun profesionalisme dosen. Untuk mencapai hal ini dosen perlu dimotivasi agar selalu bersedia mengikuti pelatihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Keseluruhan kegiatan pembinaan dan pengembangan harus terprogram dengan jelas agar mutu dan karier dosen terjamin. b. Pelaksanaan Di dalam tahap ini mengimplementasikan seluruh rencana yang telah disusun. Tugas ini seluruhnya dilaksanakan oleh pihak eksekutif baik di tingkat universitas maupun fakultas dan departemen. Dalam implementasi, perhatian diberikan kepada „input, process dan output‟. Di dalam tahap pelaksanaan kegiatan penjaminan mutu biasanya disebut sebagai kegiatan „monitoring dan evaluasi‟ (monev). Kegiatan ini harus „built-in’ di dalam tugas unit-unit pengelola akademik. Hal ini dilakukan untuk menjaga bahwa seluruh pelaksanaan akademik telah sesuai dengan perencanaan dan standar. Kegiatan monitoring dan evaluasi sebaiknya dilakukan oleh satu badan tersendiri di dalam lingkungan unit eksekutif tersebut. c. Evaluasi Dosen Dosen merupakan salah satu komponen yang wajib melakukan evaluasi diri di institusi seperti fakultas, departemen, lembaga/pusat, dan lain-lain. Kegiatan evaluasi ditujukan pada kegiatan individu dosen dan manajemen dosen. Selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimanfaatkan oleh dosen maupun departemen/fakultas/universitas untuk meningkatkan mutu dan manajemen dosen. Di dalam penjaminan mutu dosen perlu dijelaskan perbedaan pokok antara evaluasi diri dosen (staff self evaluation) dan penilaian dosen (staff appraisal). Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 8 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 Evaluasi diri dosen, adalah bentuk penilaian atas berbagai kegiatan akademik yang dilakukan oleh dosen terhadap dirinya sendiri, sebagai wujud dari “potret diri” demi peningkatan kinerja dosen yang bersangkutan. Sebaliknya, penilaian dosen merupakan jenis penilaian atas mutu kinerja dosen tertentu dari luar diri dosen tersebut, yang dilakukan oleh institusi (misalnya departemen, fakultas, pusat atau universitas), yang diwakili oleh pimpinan institusi dan atau suatu komisi yang ditunjuk, dengan maksud untuk meningkatkan mutu dan kapasitas dosen. Selain itu institusi juga dapat melakukan evaluasi diri terhadap berbagai hal yang terkait dengan manajemen dosen. Berikut ini berturut-turut akan dijelaskan mengenai Evaluasi Diri Dosen, Evaluasi Diri Manajemen Dosen, Penilaian Dosen oleh Mahasiswa, dan Penilaian Dosen oleh Institusi. Evaluasi Diri Dosen Prosedur penjaminan mutu dosen dapat dilakukan dengan membiasakan dosen untuk melakukan evaluasi diri terhadap seluruh pekerjaannya, baik di bidang tridharma maupun tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya. Evaluasi diri dosen berfungsi penting dalam: 1. Memberi informasi tentang kondisi dosen pada saat ini; 2. Membantu mengidentifikasi masalah-masalah penting yang berkaitan dengan aspek mutu dosen; 3. Mendorong dosen untuk melaksanakan amalan akademik terbaik dan melakukan penyempurnaan mutu secara berkesinambungan; 4. Menyusun langkah-langkah peningkatan dan penyempurnaan mutu dosen; 5. Memperkuat budaya mutu dosen. Evaluasi diri dosen meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan tugas yang diberikan kepadanya yang mencakup: 1. Pengajaran; 2. Penelitian; Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 9 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 3. Pengabdian/pelayanan pada masyarakat; 4. Partisipasi dalam organisasi profesi; 5. Partisipasi dalam tata pamong institusi. Evaluasi Diri Manajemen Dosen Evaluasi diri institusi yang terkait dosen mencakup evaluasi terhadap: 1. Rekrutmen dosen (aturan, persyaratan, dan lain-lain); 2. Kinerja dosen (motivasi, kedisiplinan, kemampuan adaptasi dan prestasi); 3. Kemampuan untuk melaksanakan best practices; 4. Peluang yang diberikan berkaitan dengan: pendidikan berkelanjutan, pelatihan, penelitian, cuti panjang (sabbatical leave), penghargaan, dan jenjang karier. Dalam pelaksanaannya, tata cara evaluasi termasuk untuk dosen, merupakan tanggung jawab pimpinan eksekutif di universitas, fakultas/lembaga dan departemen. Hasil evaluasi diri dosen merupakan bagian penting dari hasil evaluasi diri universitas, fakultas atau departemen. d. Perbaikan Dan Penyempurnaan Perbaikan dan penyempurnaan manajemen dosen sebagian besar telah dibahas sebelumnya dalam topik Evaluasi Dosen diatas. Namun dapat disimpulkan bahwa hasil analisis evaluasi diri dan penilaian dosen dapat menampilkan kekurangan dan kelemahan manajemen dosen sekaligus kekuatannya. Hasil analisa ini selanjutnya dapat digunakan untuk penyusunan program-program perbaikan yang mengacu pada standar dan sesuai dengan visi, misi dan fungsi institusi. Demikian kegiatan daur penjaminan mutu ini harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 10 Pedoman Tata Krama Dosen – 2012 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan menyangkut Kode Etik Dosen terhadap Mahasiswa: 1. Untuk membentuk citra dosen yang baik, perlu strategi yang terstruktur dan terencana dengan baik secara kelembagaan. 2. Untuk membentuk citra dosen sebagai figur yang memiliki integritas intelektual dan terbuka terhadap semua perubahan, memerlukan dukungan lingkungan pendidikan senergis dan dinamis. 3. Untuk membentuk citra profesional dalam penyelenggaraan manajemen pendidikan menghendaki Perencanaan (Plan), Pelaksanaan atau Implementasi (do), Evaluasi (check) dan Perbaikan atau Penyempurnaan (action) yang terintegrasi pada system pendidikan di tingkat perguruan tinggi. B. Saran Dari uraian diatas dapat pula disarankan : 1. Bahwa profesi dosen merupakan profesi yang sangat mulia, untuk itu hendaknya dalam bekerja tidak hanya berorientasi pada materi semata. Tetapi hendaknya juga berorientasi tugas dan tanggung jawab dosen pada pengembangan keilmuan yang dibina. 2. Dalam menjalankan tugasnya, hendaknya dosen tidak hanya mengambangkan aspek kognitif semata, tetapi turut pula mengembangkan aspek afektif dan psikomotor mahasiswa. 3. Dosen merupakan tenaga pendidik yang berperan dalam membentuk sikap dan prilaku dan etika, oleh karena itu dosen harus menyadari bahwa dirinya adalah sosok yang “di gugu dan di buru”. Sekolah Tinggi Teologi Ekumene | 11