desain sistem bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup 300 gt

advertisement
0
SKRIPSI – ME141501
DESAIN SISTEM BONGKAR MUAT KAPAL
PENGANGKUT IKAN HIDUP 300 GT
WISNU PUTRA KURNIAWAN
NRP 4212 100 122
Pembimbing
Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc.
Dr. Beny Cahyono, ST., MT.
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
BACHELOR THESIS - ME141501
LOADING-UNLOADING
UNLOADING SYSTEM DESIGN FOR
LIVE FISH CARRIER 300 GT
WISNU PUTRA KURNIAWAN
NRP 4212 100 122
Supervisor
Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc.
Dr. Beny Cahyono, ST., MT.
DEPARTMENT OF MARINE ENGINEERING
Faculty of Marine Technology
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
SKRIPSI - ME141501
DESAIN SISTEM BONGKAR MUAT KAPAL
PENGANGKUT IKAN HIDUP 300 GT
WISNU PUTRA KURNIAWAN
NRP 4212 100 122
Pembimbing
Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc.
Dr. Beny Cahyono, ST., MT.
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan
dengan sebenarnya bahwa :
Pada laporan skripsi yang saya susun ini tidak terdapat
tindakan plagiarisme, dan menyatakan dengan sukarela
bahwa semua data, konsep, rancangan, bahan tulisan, dan
materi yang ada di laporan tersebut adalah milik
Laboratorium Marine Machinery and System (MMS) di
Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS yang
merupakan hasil studi penelitian dan berhak dipergunakan
untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan penelitian lanjut dan
pengembangannya.
Nama
NRP
Judul Skripsi
Jurusan
: Wisnu Putra Kurniawan
: 4212 100 122
: Desain Sistem Bongkar Muat Kapal
Pengangkut Ikan Hidup 300 GT
: Teknik Sistem Perkapalan FTK - ITS
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat tindakan
plagiarism, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya
dan menerima sanksi yang diberikan oleh ITS sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Surabaya,
Januari 2017
(Wisnu Putra Kurniawan)
DESAIN SISTEM BONGKAR MUAT KAPAL
PENGANGKUT IKAN HIDUP 300 GT
Nama Mahasiswa
NRP
Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
:
:
:
:
Wisnu Putra Kurniawan
4212 100 122
Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc.
Dr. Beny Cahyono, ST., MT.
ABSTRAK
Kapal Pengangkut Ikan Hidup merupakan kapal yang
berfungsi untuk mengangkut ikan hidup dari suatu pelabuhan
ke pelabuhan lain. Kebutuhan pengangkut ikan hidup semakin
meningkat seiring dengan kebutuhan konsumen. Untuk
memenuhi hal tersebut dibutuhkan perancangan kapal
pengangkut ikan hidup yang sesuai. Oleh karena itu dilakukan
perancangan sistem bongkar muat kapal pengangkut ikan
hidup yang pada penelitian ini menggunakan kapal 300 GT.
Metode yang digunakan adalah perancangan key plan yang
didasari dari berbagai dasar teori dan tinjauan pustaka yang
kemudian dilakukan perhitungan dan pertimbangan
kebutuhan. Setelah perhitungan selesai dilanjutkan dengan
pemilihan spesifikasi alat-alat yang digunakan. Sehingga
dilakukan analisa data dan pembahasan. Pada perancangan ini
dilakukan perbandingan antara sistem bongkar muat dengan
menggunakan vakum dan menggunakan jaring. Perencanaan
diameter pipa untuk bongkar muat ikan disesuaikan dengan
kecepatan aliran dan ukuran ikan kerapu yakni 250 mm.
Kapasitas bongkar muat yang direncanakan berdasarkan
ukuran pipa dan kecepatan aliran air untuk ikan kerapu
sebesar 100 m3/jam. Waktu evakuasi/ waktu pemvakuman
pada setiap ruang muat/ palka selama 4 menit 40 detik. Total
ikan yang dapat dimuat sebanyak 70430 ekor ikan kerapu.
Berdasarkan perhitungan total waktu bongkar muat dengan
menggunakan sistem vakum yakni sebesar 16 Jam. Pada
sistem jaring kebutuhan jaring tangan disesuaikan dengan
ukuran ikan kerapu dan jumlah palka. Ukuran pukat kantong
disesuaikan dengan ukuran ruang muat/palka. Berdasarkaan
i
ii
peraturan FAO mengenai alat perikanan ukuran mata jaring
pukat kantong didapat sebesar 5,7 cm. Berdasarkan hasil
perhitungan waktu total bongkar muat menggunakan jaring
yakni 19 jam 34 menit.
Kata Kunci : Kapal Pengangkut Ikan Hidup, Pukat
Kantong, Sistem Jaring, Sistem Vakum, Waktu
Evakuasi
LOADING-UNLOADING SYSTEM DESIGN FOR
LIVE FISH CARRIER 300 GT
Student Name
Reg. Number
Advisor 1
Advisor 2
:
:
:
:
Wisnu Putra Kurniawan
4212 100 122
Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc.
Dr. Beny Cahyono, ST., MT.
ABSTRACT
Live Fish Carrier was a ship that used for carry life fish from
port to another port. Demand of Life Fish in certain country
was increasing just as the increasing of the consumer need. in
order to fulfill that, its necessary to planning a design for Live
Fish Carrier. So, in order to meet that demand its required to
design loading-unloading system for live fish carrier that meet
the criteria of its. It has been considerated to use a 300 GT
ship for the design. The method of planning is consist of
certain step. The first step was key plan design which is based
on theory and previous observation. After that design
advanced to calculation and a particular consideration depend
on the requirements. If its done then advanced to choosing
components that required for the design. With the result that
its advanced to do the analysis and research. Its compared
between the vacuum system design and net system design.
Based on the requirement and calculation. The pipe diameter
design was based on flow of fluid and the size of average
grouper fish as 250 mm diameter was to be sufficient.
Capacity of the vacuum system loading-unloading based on
flow of fluid and the size of grouper fish was 100 m3/hour.
The evacuation time or vacuuming time for each cargo was 4
minutes 40 seconds. Its calculated the total amount of fish that
can be carried was 70,430 grouper fish. The total time of
loading-unloading using the vacuum system was 16 hours. In
net system, the requirements of hand fishnet was based on the
size of grouper fish and the amount of cargo. The size of
purse seine net was based on the dimension of each cargo.
Based on FAO fisheries & aquaculture rules the size of mesh
iii
iv
for purse seine was 5.7 cm. The time of loading-unloading
using the net system was 19 hours 34 minutes.
Keyword : Evacuation Time, Live Fish Carrier, Net
System, Purse Seine Net, Vacuum System
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
dan selalu memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik
penyusunan skripsi yang berjudul “Desain Sistem
Bongkar Muat Kapal Pengangkut Ikan Hidup 300
GT”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
baik secara material, non-material, bimbingan, saran dan
dorongan motivasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak dan Mama tercinta, Priyo Setiawan dan Utami
Budihastuti, Kakak, Anindita Prita Kusuma, beserta
segenap keluarga yang telah memberikan dukungan
baik secara materi maupun non-materi, motivasi dan
doa sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. dan Bapak Dr.
Beny Cahyono, ST., MT. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan bimbingan, ilmu,
saran dan dukungan sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Eng. M. Badrus Zaman, ST. MT. selaku
kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan.
4. Bapak Prof. Dr. Ketut Buda Artana, ST. M.Sc.
selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi kepada penulis selama kuliah di
Departemen Teknik Sistem Perkapalan.
5. Bapak Faris dari Laboratorium Hidrodinamika
Indonesia dan Bapak Arif selaku dosen perikanan
v
vi
Universitas Hang Tuah yang telah membimbing dan
memberikan ilmu serta dorongan motivasi sehingga
dapat terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh teman seperjuangan yang tidak dapat
penulus sebutkan satu per satu dan keluarga besar
Bismarck ’12 yang telah bersama-sama berjuang dan
memberikan dukungan serta motivasi sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah memberikan ide, saran dan
motivasi sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap adanya kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat disempurnakan untuk
menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Surabaya, Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................ix
DAFTAR TABEL ........................................................................xi
BAB I ........................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ........................................................ 1
1.2
Perumusan dan Pembatasan Masalah...................... 3
1.3
Tujuan ..................................................................... 3
1.4
Manfaat ................................................................... 4
BAB II ....................................................................................... 5
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................................. 5
2.1
Kapal Pengangkut Ikan Hidup ................................ 5
2.2
Jenis Ikan Kerapu .................................................... 7
2.3
Sistem Bongkar Muat Kapal Pengangkut Ikan
Hidup ................................................................................ 8
BAB III .................................................................................... 13
METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 13
3.1
Tahapan Pengerjaan Skripsi .................................. 13
3.2
Flowchart Pengerjaan Skripsi ............................... 18
BAB IV.................................................................................... 21
PEMBAHASAN ....................................................................... 21
4.1
Data Kapal ............................................................ 21
vii
viii
4.2
Perhitungan Perencanaan Sistem Bongkar Muat
Dengan Sistem Vakum ..................................................... 23
4.2.1
Volume Ruang Muat ..................................... 23
4.2.2
Jumlah Ikan Pada Ruang Muat ..................... 25
4.2.3
Perencanaan Alat Bongkar Muat .................. 26
4.2.4
Waktu Evakuasi ............................................ 27
4.2.5
Waktu Bongkar Muat .................................... 28
4.2.6
Komponen Yang Digunakan ......................... 31
4.3
Perencanaan Sistem Bongkar Muat Dengan Sistem
Jaring .............................................................................. 38
4.3.1
Jaring Tangan ................................................ 38
4.3.2
Pukat Kantong ............................................... 40
4.3.3
Waktu Bongkar Muat .................................... 44
4.4
Analisa Perbandingan Sistem Bongkar Muat
Dengan Sistem Vakum dan Sistem Jaring ........................ 44
4.4.1
Sistem Vakum ............................................... 45
4.4.2
Sistem Jaring ................................................. 45
BAB V..................................................................................... 47
KESIMPULAN ......................................................................... 47
5.1
Kesimpulan ........................................................... 47
5.2
Saran ..................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 49
LAMPIRAN ............................................................................. 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Keramba Jaring Apung di Situbondo………
2
Gambar 2.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup……………….. 5
Gambar 2.2 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem
Terbuka……………………………………………………. 6
Gambar 2.3 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem
Tertutup……………………………………………………. 6
Gambar 2.4 Ikan Kerapu Bebek…………………………... 7
Gambar 2.5 Penjaringan Ikan……………………………... 9
Gambar 2.6 Loading Ikan Hidup dengan Pompa Vakum…. 10
Gambar 2.7 Rotary Vacuum Pump………………………... 11
Gambar 3.1 Rancangan Sistem Bongkar Muat……………. 14
Gambar 3.2 Rancangan Bongkar Muat Proses Loading…... 15
Gambar 3.3 Rancangan Bongkar Muat Proses Unloading... 16
Gambar 4.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup……………...... 21
Gambar 4.2 RU Kapal Pengangkut Ikan Hidup 300
GT………………………………………………………… 22
Gambar 4.3 AFAK Fish Vacuum Pump System…………... 32
Gambar 4.4 ASAHI PVC Pipe……………………………. 33
Gambar 4.5 PVC Flexible Hose DN 250mm…..…………. 35
Gambar 4.6 AquaScan Automatic Fish Counter CSE2500……………………………………………………….. 36
Gambar 4.7 AquaScan Control Unit………………………. 37
Gambar 4.8 Computer Integrated Fish Weight & Size
Calculator with HD……………………………………….. 38
ix
x
Gambar 4.9 Jaring Tangan………………………………… 39
Gambar 4.10 Frabill 2324 Sportsman Economy Fish Net… 40
Gambar 4.11 Pukat Kantong……………………………….40
Gambar 4.12 Pemberat Pukat Kantong…………………….42
Gambar 4.13 Pelampung Pukat Kantong…………………..43
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perlakuan Terhadap Ikan Kerapu………………..25
Tabel 4.2 ASAHI PVC Pipe (JIS K6741)…………………..33
Tabel 4.3 Spesifikasi AquaScan Automatic Fish Counter CSE2500…………………………………………………………36
Tabel 4.4 Spesifikasi AquaScan Control Unit……………. .37
xi
xii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan kekayaan laut yang
melimpah. Kekayaan laut yang melimpah dapat berupa flora
dan fauna. Keanekaragaman jenis ikan merupakan salah satu
kekayaan laut fauna yang dimiliki Indonesia. Sehingga
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen
hasil perikanan budidaya (akuakultur) terbesar didunia.
Akuakultur atau lebih dikenal perikanan budidaya kini telah
menjadi tulang punggung dunia dalam memasok pangan
dunia terutama dari sektor perikanan. Produksi akuakultur
yang dapat ditingkatkan dengan lebih cepat, menyebabkan
akuakultur diharapkan dunia dan Indonesia. Akuakultur
menjadi subsektor yang dapat memenuhi pangan yang sehat
untuk masyarakat dunia sebagai konsumsinya sehari-hari.
(Dirjen Perikanan Budidaya KKP, 2015)
Ikan kerapu hidup merupakan salah satu komoditas
ekspor Indonesia dengan daerah tujuan utama Hongkong dan
Singapura yang dari tahun ketahun terus meningkat. Perkiraan
konsumsi ikan kerapu hidup di Hongkong antara 5000-6000
mt. Indonesia merupakan salah satu diantara 5 negara utama
pemasok ikan kerapu hidup untuk Hongkong. Indonesia
memegang 20% pangsa pasar Hongkong, menempati urutan
kedua setelah Thailand. (Darmawan, 2011). Hasil survei
Ditjen Perikanan tercatat 20 jenis kerapu dengan 12 jenis
merupakan kerapu komersial. Ekspor kerapu hidup
berkembang sejak tahun 1990. Daerah-daerah yang tercatat
pernah mengekspor kerapu hidup adalah Sumbawa, Selayar,
Kendari, Palu, Luwuk, Maluku Utara, Jakarta, Pekalongan
dan Denpasar. Namun, daerah-daerah tersebut mendapatkan
komoditas ikan kerapu dari berbagai tempat seperti budidayabudidaya keramba jaring apung (KJA) di beberapa tempat di
Indonesia.
1
2
Dalam penelitian ini mengambil tempat di Situbondo,
Jawa Timur. Di Situbondo terdapat beberapa tempat budidaya
ikan air laut yang salah satunya yakni ikan kerapu. Setidaknya
sudah ada tiga kawasan pesisir pantai di Situbondo yang
sudah dimanfaatkan sebagai sentra budidaya ikan kerapu
dengan sistem KJA. Produksi ikan kerapu dari hasil budidaya
masyarakat Situbondo sejauh ini belum diekspor dan hanya
dijual kepada pemborong dalam negeri. Namun dalam
distribusinya salah satunya menggunakan kapal pengangkut
ikan hidup menuju ke pemborong di Tempat Pelelangan Ikan.
Sehingga dibutuhkan kapal pengangkut ikan hidup yang dapat
menunjang aktivitas tersebut. (Faizal, 2015)
Gambar 1.1 Keramba Jaring Apung di Situbondo
(sumber : bbapsitubondo.com)
Untuk meningkatkan hasil ekspor ikan hidup, maka kualitas
dan karakteristik ikan harus dijaga dengan baik agar tidak
rusak. Sehingga pada saat bongkar muat kapal, ikan harus
dalam keadaan baik dan bongkar muat juga harus dilakukan
secara efisien. Selain itu, dalam penanganan bongkar muat
ikan hidup pada kapal saat ini masih kurang efisien dalam
penghitungan jumlah ikan yang diangkut. Padahal ikan hidup
harganya dinilai per-ekor. Pada penelitian yang dilakukan
untuk penyusunan tugas akhir ini akan mendesain sistem
3
bongkar muat yang dapat menunjang penghitungan jumlah
ikan untuk kapal pengangkut ikan kerapu hidup. Sistem
bongkar muat ini akan membadingkan antara penggunaan
sistem vakum dan penggunaan jaring. Sehingga dapat diambil
manakah yang lebih baik.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat disebutkan perumusan
masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1.
Bagaimana desain sistem bongkar muat dengan
menggunakan sistem vakum?
2.
Bagaimana desain sistem bongkar muat dengan
menggunakan jaring?
3.
Bagaimana perbandingan antara penggunaan
sistem bongkar muat dengan sistem vakum dan
jaring?
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Perancangan sistem bongkar muat untuk kapal
pengangkut ikan ini disesuaikan dengan kondisi
kapal yang telah ada.
2.
Jenis ikan hidup dalam perancangan ini adalah
jenis ikan kerapu.
3.
Bahasan hanya sistem bongkar muat untuk kapal
pengangkut ikan hidup dengan palka atas.
4.
Tidak membahas stabilitas kapal dan sistem
penunjang ikan hidup di kapal.
1.3 Tujuan
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk :
1.
Mempelajari sistem bongkar muat kapal
pengangkut ikan hidup.
2.
Mendapatkan desain sistem bongkar muat kapal
pengangkut ikan hidup.
3.
Melakukan perbandingan antara penggunaan
sistem bongkar muat dengan sistem vakum dan
jaring.
4
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir
ini adalah :
1.
Mendapatkan cara mendesain sistem bongkar
muat kapal pengangkut ikan hidup.
2.
Mengetahui perbandingan desain sistem bongkar
muat antara penggunaan sistem vakum dan
jaring.
3.
Meningkatkan proses bongkar muat kapal
pengangkut ikan hidup.
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan
salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Harga jual
ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh
kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam
pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada
prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan
sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat
tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi
pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama
diperlukan
perlakuan-perlakuan
khusus
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup ikan. (Rinto, 2012)
Gambar 2.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup
(sumber : www.fao.org)
Pada dasarnya, ada dua macam sistem pengangkutan
ikan hidup, yaitu:
(1). Sistem Terbuka
Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau
tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk
mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan.
Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu
pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman
5
6
diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem
aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis
spesies ikan. (Rinto, 2012)
Gambar 2.2 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem
terbuka
(sumber : skmccompan.en.ec21.com)
(2). Sistem Tertutup
Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup
dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah
diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan.
Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang
tertutup. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen,
suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan
(Berka, 1986).
Gambar 2.3 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup
(sumber : pusatbibitikan.com)
7
2.2 Jenis Ikan Kerapu
Jenis Ikan Kerapu yang banyak dibudidayakan antara
lain kerapu macan, kerapu bebek dan kerapu sunu. Kerapu
bebek merupakan pilihan utama konsumen karena memiliki
nilai jual yang lebih tinggi daripada jenis kerapu lainnya. Ikan
ini memiliki bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan
bentuk cembung. Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari
panjang spesifik sedangkan panjang tubuh dewasa antara 30 40 cm dengan berat rata-rata 500 gram. Dengan kecepatan
arus air 0,2 – 0,3 m/s dan dapat melebihi diatas itu. Ikan
kerapu di Indonesia banyak ditemukan di perairan Pulau
Sumatra, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Ambon.
Ikan ini merupakan hewan karnivora yang memangsa ikanikan kecil, kepiting dan udang.
Gambar 2.4 Ikan Kerapu Bebek
(Sumber : bbapsitubondo.com)
Pada tahun 2013 produksi kerapu dunia telah mencapai
130.435 ton dengan kenaikan rata-rata pertahunnya 11,23
persen. Setelah sempat stagnan selama tiga tahun, 2007 –
2009, produksi kerapu dunia mengalami tren kenaikan
produksi. Produksi ikan kerapu dunia yang lebih dikenal di
luar negeri dengan nama Grouper ini terbilang kecil namun
jika dilihat dari nilainya cukup besar. Ikan kerapu dihargai
sangat mahal di pasar Internasional. Harga komoditas kerapu
perekornya dengan ukuran konsumsi dapat mencapai harga
8
jutaan. Hal ini disebabkan kandungan gizi yang cukup besar
didalamnya sementara produksinya masih kecil. (Dirjen
Perikanan Budidaya KKP, 2013)
Produksi Ikan Kerapu Indonesia pada tahun 2013
sebesar 18.864 ton dengan kenaikan rata-rata pertahunnya
sebesar 23,01 persen. Dengan produksinya sebesar tersebut,
posisi Indonesia sebagai produsen ikan kerapu dunia berada di
posisi ketiga. Namun, jika melihat tren produksi tiga besar
negara penghasil kerapu dunia, Indonesia memiliki potensi
untuk berada diperingkat yang lebih baik. Selain melihat tren
positif produksi, Indonesia masih memiliki potensi besar
dalam pengembangan budidaya kerapu terutama dengan
sistem karamba jaring apung. (Dirjen Perikanan Budidaya
KKP, 2013)
2.3 Sistem Bongkar Muat Kapal Pengangkut Ikan
Hidup
Bongkar muat ikan merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan setalah kapal mendarat di tempat pendaratan ikan
diluar pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan,
dimana ikan dikeluarkan dari dalam palkah kapal yang
kemudian disortir. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
lama waktunya bongkar muat ikan adalah hasil jumlah
tangkapan, jumlah pekerja, jenis kapal, alat tangkap dan cara
bongkar muat. (Afandy, 1998)
a.
Penggunaan Jaring
Cara bongkar muat ikan hidup saat ini telah sering
dilakukan dengan beberapa cara. Penggunaan jaring
merupakan salah satu cara penangkapan dan pemindahan ikan
yang banyak dilakukan secara komersial. Jaring ikan adalah
jaring yang dibuat dengan cara menyulam atau menganyam
benang tipis hingga membentuk jaring-jaring.
9
Gambar 2.5 Penjaringan Ikan
(sumber : bbapsitubondo.com)
Pada perancangan jaring ikan penentuan ukuran mata
jaring tergantung dengan ukuran dan jenis ikan yang
ditangkap yakni ikan kerapu. Berikut merupakan
perhitungannya :
OM
=
.
Dimana :
OM
= Bukaan Mata Jaring (mm)
L
= Panjang Ikan (mm)
K
= Koefisien (5 ; 3,5 ; 2,5)
Panjang ikan kerapu dewasa berkisar antara 30-40 cm,
diambil 30 cm. Nilai K = 3,5 untuk bentuk dan ukuran ikan
umum. K = 5 untuk bentuk ikan panjang pipih. Sedangkan K
= 2,5 untuk bentuk ikan lebar pipih.
(FAO fisheries & aquaculture department, 2011)
b.
Penggunaan Pompa Vakum
10
Penggunaan pompa vakum merupakan cara bongkar
muat yang lebih efektif dalam fungsi jumlah ikan perekornya. Selain itu, dengan pemasangan alat berupa fish
counter dan Weight Sensor akan mempermudah dalam
menentukan jumlah dan berat ikan yang akan di bongkar atau
muat. Sehingga sistem bongkar muat akan lebih efektif dan
efisien. Ukuran pipa aliran disesuaikan dengan ukuran ikan
kerapu
Pompa vakum adalah sebuah alat untuk mengeluarkan
molekul-molekul gas dari dalam sebuah ruangan tertutup
untuk mencapai tekanan vakum. Pompa vakum menjadi salah
satu komponen penting di beberapa industri.
Berdasarkan prinsip kerjanya, pompa vakum
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
Positive Displacement : menggunakan cara mekanis
untuk mengekspansi sebuah volume secara terus-menerus,
mengalirkan gas melalui pompa tersebut, men-sealing ruang
volume sistem, dan membuang gas ke atmosfer.
Pompa Momentum Transfer : menggunakan sistem jet
fluida kecepatan tinggi, atau menggunakan sudu putar
kecepatan tinggi untuk menghisap gas dari sebuah ruang
tertutup.
Pompa Entrapment : menggunakan suatu zat padat
atau zat adsorber tertentu untuk mengikat gas di dalam
ruangan tertutup.
11
Gambar 2.6 Loading Ikan Hidup dengan Pompa Vakum
(sumber : www.havyard.com)
Prinsip dari pompa vakum positive displacement ini
adalah dengan jalan mengekspansi volume ruang oleh pompa
sehingga terjadi penurunan tekanan vakum parsial.
Sistem sealing mencegah gas masuk ke dalam ruang tersebut.
Selanjutnya pompa melakukan gerakan buang, dan kembali
mengekspansi ruang tersebut. Jika dilakukan secara siklis dan
berkali-kali, maka vakum akan terbentuk di ruangan tersebut.
Aplikasi pompa ini yang paling sederhana adalah pada
pompa air manual. Untuk mengangkat air dari bawah,
dibentuk ruang vakum pada sisi keluaran air, sehingga air
dapat “terhisap” naik ke atas. (artikel-teknologi.com, 2011)
Gambar 2.7 Rotary Vacuum Pump
(sumber : artikel-teknologi.com)
Untuk mendapatkan kapasitas sistem bongkar muat kapal
pengangkut ikan hidup ini, perhitungan didapat dari persamaan aliran
fluida dalam pipa yaitu :
Q=
V/t
=
Q=
Kapasitas fluida (m3/s)
Dimana :
Axv
12
V=
t =
Volume (m3)
Waktu (s)
A=
v=
Luas penampang pipa yang dilalui fluida (m3)
Kecepatan aliran fluida (m/s)
Pada sistem vakum terdapat waktu agar air dan ikan dapat terhisap
yang disebut waktu evakuasi yang dapat diperoleh dari persamaan
sebagai berikut :
t=
V / Q ln(p0/p1)
t
V
=
=
dimana :
Waktu evakuasi (s)
Volume tangki vakum
Q =
Kapasitas (m3/s)
p0 =
Tekanan awal/ atmosfer (mbar)
p1 =
Tekanan setelah divakum (mbar)
(Engineering Toolbox, Vacuump Pump Evacuation Time
Calculation, 2016)
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengerjaan skripsi sehingga tujuan dari
skripsi ini dapat tercapai. Metodologi dalam pengerjaan
skripsi ini terdapat beberapa langkah yang akan dijelaskan
pada sub bab selanjutnya.
3.1 Tahapan Pengerjaan Skripsi
Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis membagi
pengerjaan dalam beberapa tahapan pengerjaan. Tahapan
pengerjaan skripsi ini antara lain :
1.
Identifikasi dan Perumusan Permasalahan
Merupakan hasil dari identifikasi terhadap
permasalahan yang diangkat dalam pengerjaan skripsi.
Dari hasil identifikasi masalah dapat ditentukan
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengerjaan skripsi beserta metode yang diterapkan
dalam menyelesaikan masalah yang ada.
2.
Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur terhadap
berbagai referensi terkait dengan topik penelitian. Studi
pustaka ini dimaksudkan untuk mencari konsep dan
metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang
telah dirumuskan pada tahap sebelumnya dan untuk
mewujudkan tujuan yang dimaksudkan. Studi pustaka
ini termasuk mencari referensi atas teori-teori terkait
atau hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Studi literatur dapat diperoleh dari
beberapa sumber, seperti buku, jurnal, paper dan
internet.
14
3.
Pengumpulan Data dan Studi Lapangan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan
pengumpulan data untuk pengerjaan skripsi. Data yang
didapat untuk menunjang pengerjaan skripsi ini didapat
baik dari internet maupun pengambilan data secara
langsung. Data yang diambil pada pengerjaan skripsi
ini sebatas data dari kapal yang akan dianalisa untuk
mendukung agar pengerjaan skripsi ini dapat
diselesaikan.
4.
Peracangan Sistem Bongkar Muat untuk Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Dilakukan perancangan sistem bongkar muat
yang menunjang ikan hidup. Yang dalam hal ini
menggunakan pompa vakum untuk menunjang dalam
proses perhitungan ikan tersebut. Jenis ikan yang
dimaksud dalam perancangan ini adalah jenis ikan
kerapu hidup. Perancangan terdiri dari keyplan,
perhitungan kebutuhan alat-alat dan spesifikasi alat-alat
yang digunakan pada sistem bongkar muat. Berikut
rancangan sistem bongkar muatnya:
Gambar 3.1 Rancangan Sistem Bongkar Muat
15
Gambar 3.2 Rancangan Sistem Bongkar Muat Proses Loading
16
Gambar. 3.3 Rancangan Sistem Bongkar Muat Proses
Unloading
17
5.
Analisa data dan Pembahasan
Pada langkah ini akan dilakukan analisa dan
pembahasan terhadap data-data yang telah diperoleh
berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang
telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisa ini akan
didapatkan perancangan sistem bongkar muat untuk
kapal pengangkut ikan hidup. Yang nantinya akan
diperbandingkan antara sistem bongkar muat dengan
sistem vakum dan jaring.
6.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan diambil berdasarkan analisa data dan
perhitungan yang dikerjakan, kesimpulan ini berisi
ringkasan dan poin-poin penting dalam pengerjaan
skripsi ini. Saran merupakan hal-hal apa saja yang
dapat dijadikan masukan dan perbaikan untuk
kedepannya. Sedapat mungkin saran ini dapat berisi
tambahan dan koreksi agar penulisan skripsi ini
menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat untuk
pembaca.
18
3.2 Flowchart Pengerjaan Skripsi
START
IDENTIFIKASI DAN
PERUMUSAN MASALAH
STUDI
LITERATUR
STUDI LAPANGAN DAN
PENGUMPULAN DATA
PERANCANGAN SISTEM BONGKAR MUAT
UNTUK KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP
300 GT
PERANCANGAN KEYPLAN
PERHITUNGAN KEBUTUHAN &
SPESIFIKASI ALAT-ALAT
ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
BUKU
JURNAL
PAPER
INTERNET
19
ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
END
20
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB IV
PEMBAHASAN
Analisa berupa perhitungan dan pembahasan akan
dilakukan pada bab ini. Perhitungan dan pembahasan yang
akan di analisa meliputi kebutuhan komponen-komponen
pada sistem bongkar muat dengan menggunakan sistem
vakum yang terdiri dari kapasitas bongkar muat, volume
ruang muat, jumlah kapasitas ikan, waktu evakuasi/ waktu
pemvakuman, perencanaan diameter pipa dan sepesifikasi
alat-alat yang digunakan. Sedangkan pada sistem jaring
meliputi perhitungan kebutuhan jaring tangan, pukat kantong,
pemberat, pelampung pukat kantong dan tali kolor pukat
kantong.
4.1 Data Kapal
Tipe Kapal
LPP
Lebar
Tinggi
Sarat
Tonnage
Kecepatan
Endurance
:
:
:
:
:
:
:
:
Kapal Pengangkut Ikan Hidup
30,6 meter
7,5 meter
5,7 meter
4,2 meter
300 GT
14 knot
4
hari
Gambar 4.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup
(sumber : www.remoy.no)
21
22
Gambar 4.2 RU Kapal Pengangkut Ikan Hidup 300 GT
23
4.2 Perhitungan Perencanaan Sistem Bongkar Muat
Dengan Sistem Vakum
Perhitungan dan pembahasan yang akan di analisa
meliputi kebutuhan komponen-komponen pada sistem
bongkar muat yang terdiri dari kapasitas bongkar muat,
volume ruang muat, jumlah kapasitas ikan, waktu
evakuasi/ waktu pemvakuman, perencanaan diameter pipa
dan sepesifikasi alat-alat yang digunakan.
4.2.1 Volume Ruang Muat
a. Perhitungan volume palka ikan
• Volume Palka 1 & 2
WL (m)
Luas (A)
Faktor
Simpson
(S)
1,0
15,37
1
15,37
2,175
17,11
4
68,44
3,35
17,35
2
34,70
4,525
17,63
4
70,52
5,7
17,83
1
17,83
∑AxS
206,86
h = 1,175
Volume Palka =
1/3 x h x ∑ A x S
m3
=
81,02
=
162,04 m3
AxS
24
•
Volume Palka 3 & 4
WL (m)
Luas (A)
Faktor
Simpson
(S)
AxS
1,0
14,2
1
14,20
2,175
14,44
4
57,76
3,35
14,44
2
28,88
4,525
14,44
4
57,76
5,7
14,44
1
14,44
∑AxS
173,04
h = 1,175
Volume Palka =
•
1/3 x h x ∑ A x S
m3
=
67,77
=
135,55 m3
Volume Palka 5 & 6
WL (m)
Luas (A)
Faktor
Simpson
(S)
AxS
1,0
16,60
1
16,60
2,175
16,23
4
64,92
3,35
16,23
2
32,46
4,525
16,23
4
64,92
5,7
16,23
1
16,23
∑AxS
206,86
h = 1,175
25
Volume Palka =
1/3 x h x ∑ A x S
m3
=
76,43
=
152,85 m3
Total volume palka sebesar 450,44 m3, namun dengan
adanya ruang untuk udara didalam palka maka
volume palka yang berisi air sebesar 387,379 m3
dengan perbandingan 86% air, 9% ikan dan 5% ruang
untuk udara.
4.2.2 Jumlah Ikan Pada Ruang Muat
Berdasarkan ketentuan pada Desain Kapal
Pengangkut Ikan Kerapu Hidup, BPPT, 2000,
Perbandingan Jumlah Ikan Kerapu sebagai berikut :
1 Ikan Kerapu = 5,5 Liter Air
Sumber : Desain Kapal Pengangkut Ikan Kerapu
Hidup, BPPT, 2000
Tabel 4.1 Perlakuan Terhadap Ikan Kerapu
Sumber : Desain Kapal Pengangkut Ikan Kerapu
Hidup, BPPT, 2000
26
Sehingga, jumlah ekor ikan kerapu pada setiap ruang
muat didapatkan :
•
•
•
Jumlah Ikan Palka 1 & 2
=
69677 : 5,5 liter
=
12668 ekor
=
25336 ekor (Palka 1 &2)
Jumlah Ikan Palka 3 & 4
=
58285 : 5,5 liter
=
10597 ekor
=
21194 ekor (Palka 3 & 4)
Jumlah Ikan Palka 5 & 6
=
65726 : 5,5 liter
=
11950 ekor
=
23900 ekor (Palka 5 & 6)
Sehingga, total ekor ikan kerapu yang dapat
diangkut adalah 70430 ekor = 35215 kg = 35,2 ton.
4.2.3 Perencanaan Alat Bongkar Muat
Kapasitas yang dibutuhkan sistem bongkar muat
untuk kapal pengangkut ikan hidup ini, disesuaikan
dengan ukuran rata-rata ikan kerapu dan kecepatan
aliran untuk ikan kerapu. Perencanaan pipa
disesuaikan dengan ukuran ikan kerapu yang
memiliki ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm diambil
diameter sebesar 25 cm untuk memberi ruang yang
cukup untuk ikan agar tidak berdesakkan dengan
panjang flexible hose 20 m yang disesuaikan dengan
jarak antara palka dan keramba jaring apung.
Kecepatan aliran yang diambil berdasarkan desain
Kapal Pengangkut Ikan Hidup BPPT tahun 2000,
27
yakni kecepatan arus air pada ikan kerapu yakni 0,2 –
0,3 m/s dan dapat melebihi diatas itu, sehingga untuk
menarik ikan kerapu dan mempercepat waktu bongkar
muat kecepatan aliran diambil sebesar 0,55 m/s.
Perhitungan sebagai berikut:
Q = Axv
Q = π x D2 / 4 x v
Dimana :
A = Luas Penampang Pipa, diambil D = 25 cm
v = Kecepatan Aliran (m/s), diambil 0,55 m/s
Sehingga, untuk mendapatkan kecepatan aliran 0,55
m/s pada diameter pipa 25 cm dibutuhkan kapasitas
sebesar :
Q = 97,14 m3/h
Maka, dipilih sistem vakum sebagai berikut:
Tipe
= AFAK Fish Vacuum System
Kapasitas
= 30 -100 m3/h water & fish
Tangki Vakum = 600 – 3000 liter
Valve
= DN 250 / 300 Knife Cutting Valve
Pompa Vakum = Vacuum Pump TRSB 100-980
Max Suction H = 6,5 m
4.2.4 Waktu Evakuasi
Pada sistem vakum terdapat waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan tekanan dari tekanan
atmosfer hingga tekanan yang dibutuhkan agar air dan
ikan dapat berpindah / terhisap. Waktu ini disebut
waktu evakuasi yang dapat diperoleh dari persamaan
sebagai berikut :
t = V / Q ln (p0 / p1)
dimana :
t
= Waktu evakuasi (s)
28
V
= Volume tangki vakum + Hose
Q
= Kapasitas (m3/s)
p0
= Tekanan awal/ atmosfer (mbar)
p1
= Tekanan setelah divakum (mbar)
Berdasarkan pemilihan tangki vakum dan hose
yang digunakan, keduanya memiliki volume 3 m3 dan
0,982 m3. Sedangkan tekanan pemvakuman yang
dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi pompa vakum
yang digunakan yakni 150 mbar. Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tekanan tersebut yakni
sebagai berikut :
t
= 3,982 / 0.026984 ln (1000 / 150)
= 280 detik
= 4 menit 40 detik
Jadi, waktu yang dibutuhkan sistem vakum agar air
dan ikan pada setiap palka dapat terhisap yakni 4
menit 40 detik
4.2.5 Waktu Bongkar Muat
Waktu bongkar muat merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk memindahkan muatan dari kapal ke
pelabuhan dan sebaliknya. Pada sistem bongkar muat
ini waktu didapatkan dari total waktu evakuasi tiap
palka, waktu pemindahan flexible hose, dan waktu
pemindahan ikan setiap palka. Waktu pemindahan
flexible hose pada tiap ruang muat di estimasikan
selama 5 menit. Sedangkan untuk pemindahan ikan
setiap palka menggunakan sistem vakum dengan
kapasitas 100 m3/h menghabiskan waktu sebagai
berikut :
Pada setiap 5,5 liter air terdapat ikan kerapu
seberat 500 gr. Dengan menggunakan sistem vakum
29
berkapasitas 100 m3/h atau sama dengan 0,026984
m3/s dapat menghisap sebagai berikut :
5,5 liter air = 1 ekor ikan kerapu 500 gr
5,5 liter
= 0,0055 m3
n ikan yang terhisap setiap detik yakni :
n
= 0,026984/0,0055
n
= 4,91 ekor ikan kerapu per detik
a. Total waktu pemindahan ikan setiap palka menuju
tangki vakum
Waktu pemindahan setiap palka didapatkan sesuai
dengan kapasitas sistem vakum dan jumlah
muatannya. perhitungan sebagai berikut :
•
Palka 1 & 2
= 69,677 m3 air + ikan
= 2508.37 s
= 41,81 menit
Palka 1 & 2
•
•
Palka 3 & 4
= 58,285 m3 air + ikan
Palka 3 & 4
Palka 5 & 6
= 65,726 m3 air + ikan
Palka 5 & 6
= 83.61 menit
= 2098.26 s
= 34,97 menit
= 69,94 menit
= 2366,14 s
= 39,44 menit
= 78,81 menit
Berdasarkan perhitungan didapatkan total waktu
pemindahan ikan menuju tangki vakum pada 6 palka
menghabiskan waktu 232,43 menit atau 3 jam 52
menit.
30
b. Total siklus sistem vakum
Pada sistem vakum terdapat siklus aliran yang
terjadi setiap pompa vakum dinyalakan dan setelah
proses evakuasi selesai kemudian air dan ikan akan
dialirkan menuju tangki vakum. Berikut merupakan
perhitungannya :
t = V tank / Q system
dimana :
t
= Waktu siklus
V tank = Volume tangki vakum
Q sys = Kapasistas sistem vakum
Didapat t
= 111,18 detik
= 1 menit 51 detik
Kemudian total jumlah siklus pada setiap palka
yakni :
• Palka 1 & 2
= 2508,37 detik x 2
= 5016,74 / 111,18
= 45,12 siklus
• Palka 3 & 4
= 2098,26 detik x 2
= 4196,52 / 111,18
= 37,75 siklus
• Palka 5 & 6
= 2366,14 detik x 2
= 4732,27 / 111,18
= 42,57 siklus
c. Total waktu evakuasi setiap palka
Sesuai dengan perhitungan waktu evakuasi yang
telah didapat yakni selama 4 menit 40 detik dan
jumlah siklus yang didapat yakni selama 1 menit 51
detik, sehingga total waktu evakuasi setiap palka
yakni :
• Palka 1 & 2 = 12634,88 detik
• Palka 3 & 4 = 10569,11 detik
• Palka 5 & 6 = 11918,42 detik
31
d. Total waktu keluaran dari tangki vakum menuju
palka/KJA
Waktu keluaran dari tangki vakum menuju palka/
KJA didapat berdasarkan kecepatan aliran yakni 0,55
m/s dan panjang pipa ditambah dengan flexible hose
yakni 4,5 m ditambah 25 m. Waktu keluaran yang
didapat selanjutnya dikalikan dengan jumlah siklus
setiap palka. Didapatkan hasil perhitungan sebagai
berikut :
• Palka 1 & 2 = 2420,32 detik
• Palka 3 & 4 = 2024,60 detik
• Palka 5 & 6 = 2283,07 detik
e. Total Waktu Bongkar Muat
Pada bongkar muat diasumsikan waktu
pemindahan flexible hose setiap palka membutuhkan
waktu 5 menit dengan jumlah 6 palka menjadi 30
menit. Kemudian didapatkan total waktu bongkar
muat sebagai berikut :
TBM = Total waktu evakuasi + total waktu
pemindahan flexible hose + total waktu pemindahan
ikan pada setiap palka menuju tangki vakum + total
waktu keluaran dari tangki vakum menuju palka/kja
TBM
= 57595,94 detik
= 16
Jam
4.2.6 Komponen Yang Digunakan
Merupakan alat-alat dan spesifikasinya yang
digunakan pada sistem bongkar muat yang dirancang.
Didapat sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya
dan beberapa pertimbangan. Komponennya sebagai
berikut :
32
a. Alat yang digunakan untuk sistem bongkar muat
yakni :
Gambar 4.3 AFAK Fish Vacuum Pump System
(sumber : www.afak.nl/fish vacuum pump system)
Spesifikasi AFAK Fish Vacuum System :
Tipe
= AFAK Fish Vacuum System
Kapasitas
= 30 -100 m3/h water & fish
Tangki Vakum = 600 – 3000 liter
Valve
= DN 250 / 300 Knife Cutting Valve
Pompa Vakum = Vacuum Pump TRSB 100-980
Max Suction H = 6,5 m
Alat
ini
dipilih
berdasarkan
beberapa
pertimbangan yakni, kapasitas yang memenuhi
berkisar antara 30 – 100 m3/jam. Sedangkan
perencanaan memiliki kapasitas 97,14 m3/jam. Selain
itu suction height memenuhi dengan maksimal 6,5 m.
sedangkan kapal yang dirancang memiliki tinggi dek
5,7 m.
33
b. Pipa
Berdasarkan perencanaan diameter pipa yang
akan digunakan sebesar 250 mm atau 25 cm. Dengan
panjang 4,5 meter disesuaikan dari outlet tangki
vakum menuju flexible hose bagian outlet sistem.
Namun berdasarkan pertimbangan kegunaan dan
sesuai ukuruan pipa yang ada di pasaran maka dipilih
pipa sebagai berikut :
Gambar 4.4 ASAHI PVC Pipe
(Sumber : ASAHI PVC Pipe Product List)
Tabel 4.2 ASAHI PVC Pipe (JIS K6741)
34
Sumber : ASAHI PVC Pipe Product List
Pipa dengan material PVC dipilih berdasarkan
pertimbangan berat dan kegunaan material. Bahan
pipa ini memiliki berat yang lebih ringan daripada
bahan metal. Selain itu kegunaannya untuk
memindahkan ikan yang tidak harus menggunakan
material kuat. Diameter 25 cm dipilih karena sudah
memenuhi rata-rata ukuran lebar ikan kerapu dewasa
yang berkisar antara 6,6 – 7,6 cm.
c. Flexible Hose
Flexible hose digunakan pada sisi inlet dan outlet
sistem. Komponen ini dipilih atas pertimbangan
memudahkan untuk proses loading/unloading. Yakni
hanya dengan memindahkan sisi luar flexible hose ini
dari keramba jaring apung ke palkah atau sebaliknya.
Berikut spesifikasinya :
• Diameter Dalam
= 250 mm
• Material Kulit
= PVC polyvinyl chloride
• Ketebalan Kulit
= 0,9 mm
• Spiral
= Galvanized spring steel
• Panjang
= 20 m max
• Warna
= transparan
• Ketahanan Suhu
= -30 - +70°C
• Kemampuan
= Gas, air, benda padat,
vakum, bahan-bahan kimia.
35
Gambar 4.5 PVC Flexible Hose DN 250 mm
(sumber : www.flexi-hoses.com/p/950/flexible-hoses-pvc-mediumlight-dn-250-mm)
Diameter 250 mm disesuaikan dengan pipa
sebelumnya yang terpasang pada sistem. Selain itu
panjang pipa 20 m sesuai dengan kebutuhan yang
pada perencanaan dari inlet/outlet ke ruang muat atau
sebaliknya dan dari inlet/outlet ke keramba jaring
apung memiliki jarak maksimal 15 m.
d. AquaScan Automatic Fish Counter CSE-2500
Fish Counter digunakan untuk menghitung ikan
secara otomatis. Alat ini di pasang pada pipa sistem
setelah keluaran tangki vakum sebelum outlet sistem.
Setiap ikan yang melewati alat ini akan terhitung
secara otomatis.
36
Gambar 4.6 AquaScan Automatic Fish Counter CSE-2500
(sumber : www.aquascan.com/aquascan fish counter/)
Tabel 4.3 Spesifikasi AquaScan Automatic Fish Counter CSE2500
Sumber : www.aquascan.com/aquascan fish counter/
e. AquaScan Control Unit
Alat ini digunakan untuk mendukung fish
counter. Jumlah ikan yang telah dihitung dapat dilihat
dari alat ini.
37
Gambar 4.7 AquaScan Control Unit
(sumber : www.aquascan.com/aquascan control unit/)
Tabel 4.4 Spesifikasi AquaScan Control Unit
Sumber : www.aquascan.com/aquascan control unit/
38
f.
Computer Integrated Fish Weight & Size Calculator
with HD
Gambar 4.8 Computer Integrated Fish Weight & Size
Calculator with HD
(sumber : www.akvagroup.com/products/)
Alat ini dipasang pada pipa setelah keluaran fish
counter. Berfungsi untuk mengetahui berat dan
ukuran ikan. Ikan akan dihitung otomatis beratnya
ketika melewati scanner berupa kamera berukuran
13x20x44 cm yang dipasang pada sambungan pipa.
4.3 Perencanaan Sistem Bongkar Muat Dengan
Sistem Jaring
Jaring Ikan merupakan alat yang paling sering
digunakan dalam menangkap ikan. Alat ini umum
digunakan karena mudah dan sederhana. Alat ini paling
umum digunakan oleh nelayan. Perencanaan sistem jaring
meliputi perhitungan kebutuhan jaring tangan, pukat
kantong, pemberat, pelampung pukat kantong dan tali
kolor pukat kantong.
4.3.1 Jaring Tangan
Jaring merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk menangkap ikan. Jaring ikan adalah jaring yang
dibuat dengan cara menyulam atau menganyam
39
benang tipis hingga membentuk jaring-jaring.
Penjaringan adalah prinsip utama penangkapan ikan
komersial. Jaring tangan berukuran cukup kecil
hingga dapat digenggam oleh tangan atau terikat pada
ujung batang dimana ujung batang yang lain
digenggam oleh tangan.
Gambar 4.9 Jaring Tangan
(sumber : www.ebay.com/bhp/fishing-net)
Berdasarkan ukuran ikan kerapu yang memiliki
berat rata-rata 500 gram dan panjang rata-rata 29 cm,
maka dipilih jaring tangan sebagai berikut :
Frabill 2324 Sportsman Economy Fish Net 17" x 18"
Teardrop Hoop 24" Fixed Handle
Ukuran
: 17” x 18”
= 43,2 x 45,7 cm
Kedalaman
: 24”
= 61
cm
Jumlah
: 6 buah
Sesuai dengan ukuran jaring tangan, setiap
penjaringan dapat mengambil 10 - 16 ekor ikan
kerapu.
40
Gambar 4.10 Frabill 2324 Sportsman Economy Fish Net
(sumber : www.ebay.com/bhp/fishing-net)
4.3.2 Pukat Kantong
Pukat kantong merupakan jaring ikan yang
melebar dengan pemberat hampir sampai ke dasar air
lalu jaring ditarik untuk menggiring dan mengurung
ikan, lalu diangkat.
Gambar 4.11 Pukat Kantong
(Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Seine_fishing)
41
Pada ruang muat pukat kantong ditempatkan
sebelum ikan dimasukkan. Ketika akan di bongkar
muat pukat kantong ditarik dengan tali kolor
mendekat pada lubang palkah, sehingga ikan
terkumpul dan lebih mudah ditangkap dengan
menggunakan jaring tangan. Dalam perancangan
pukat kantong terdapat perhitungan dan pertimbangan
sebagai berikut :
a. Ukuran Pukat Kantong
Panjang dan kedalaman pukat kantong disesuaikan
dengan ukuran ruang muat pada kapal. Jumlah pukat
kantong juga disesuaikan dengan jumlah ruang muat,
yakni :
6 ruang muat : 4,5 x 2,5 x 4,7 m
= 6 buah
Penentuan ukuran mata jaring tergantung dengan
ukuran dan jenis ikan yang ditangkap yakni ikan
kerapu. Berikut merupakan perhitungannya :
OM
=
.
Dimana :
OM
= Bukaan Mata Jaring (mm)
L
= Panjang Ikan (mm)
K
= Koefisien (5 ; 3,5 ; 2,5)
Panjang ikan kerapu dewasa rata-rata 29 cm,
diambil 30 cm. Sedangkan nilai K = 3,5 untuk bentuk
dan ukuran ikan umum.
(FAO fisheries & aquaculture department, 2011)
Sehingga :
OM
= 57,14 mm
= 5,7 cm
42
Jadi, ukuran mata ikan untuk jaring pukat kantong
yakni 5,7 cm.
b. Pemberat Pukat Kantong
Pemberat pukat kantong berfungsi untuk menjaga
pukat kantong menutupi ikan sampai dasar ruang
muat. Berat pemberat pukat kantong yakni 1-3
kg/meter, diambil 3 kg.
(FAO fisheries & aquaculture department, 2011)
Sehingga, pada ukuran ruang muat :
4,5 m
= 4 buah = 12 kg
2,5 m
= 2 buah = 6 kg
4,7 m
= 4 buah = 12 kg
Jadi, jumlah pemberat pada setiap pukat kantong
yakni 10 buah dengan total berat 30 kg.
Gambar 4.12 Pemberat Pukat Kantong
(sumber : en.wikipedia.org/wiki/Seine_fishing)
43
c. Pelampung Pukat Kantong
Pelampung pukat kantong berfungsi untuk
menjaga pukat kantong menutupi ikan sampai
permukaan air di ruang muat. Daya apung yang
diperlukan kira-kira separuh lebih sedikit dari berat
jaring di udara. Jumlah pelampung pukat kantong
kira-kira sama dengan 1,5 sampai 2 kali jumlah
pemberat yang dipasang dibawah.
(FAO fisheries & aquaculture department, 2011)
Jadi, sesuai pemberat yang berjumlah 10 pada
setiap pukat kantong maka jumlah pelampung yang
dibutuhkan untuk setiap pukat kantong yakni 20
buah.
Gambar 4.13 Pelampung Pukat Kantong
(sumber : en.wikipedia.org/wiki/Seine_fishing)
d. Tali Kolor
Tali kolor digunakan untuk mengerutkan pukat
kantong agar ikan terkumpul dan lebih mudah untuk
ditangkap. Tali kolor kebanyakan 1,1 sampai 1,75 kali
44
panjang tali ris bawah, diambil 1,1 kali panjang pukat
kantong.
(FAO fisheries & aquaculture department, 2011)
Panjang tali ris bawah yakni :
Lrb
= (2 x 4,5) + (2 x 2,5) m
= 14 m
Sehingga, panjang tali kolor untuk masing-masing
pukat kantong yakni :
Lt
= 14 m x 1,1
= 15,4 m
4.3.3 Waktu Bongkar Muat
Berdasarkan sistem jaring kapal pengangkut ikan
hidup yang telah dirancang dapat diketahui berapa
waktu bongkar muat. Pada perancangan ini
diasumsikan waktu penjaringan ikan yakni 6 kali
penjaringan per menit yang setiap penjaringannya
dapat mengangkut 10 - 16 ikan namun diambil 10
agar ikan tidak terlalu berdesakkan. Sehingga didapat
perhitungan sebagai berikut :
70430/ 60 ekor
= 1173,83 menit
= 19 jam 34 menit
Jika termasuk perhitungan jumlah dan pengukuran
berat ikan membutuhkan total waktu lebih dari 19 jam
34 menit.
4.4 Analisa Perbandingan Sistem Bongkar Muat
Dengan Sistem Vakum dan Sistem Jaring
Dalam suatu perancangan dibutuhkan proses untuk
menentukan suatu pilihan yang paling tepat dalam
perancangan tersebut. Sehingga perlu dilakukan
perbandingan pada beberapa pilihan. Dalam perancangan
45
ini yakni perbandingan antara sistem jaring dan vakum
pada perancangan sisten bongkar muat kapal pengangkut
ikan hidup.
4.4.1 Sistem Vakum
Kelebihan
:
+ Membutuhkan waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan penggunaan jaring.
+ Lebih efektif dibandingkan dengan sistem jaring
yang dalam hal ini proses penghitungan dan
pengukuran beratnya.
Kekurangan
:
- Membutuhkan ruang yang cukup luas dikapal
untuk penempatan berbagai komponen.
- Memiliki sistem yang lebih rumit dibandingkan
dengan penggunaan jaring.
4.4.2 Sistem Jaring
Kelebihan
:
+ Lebih sederhana dibandingkan dengan sistem
vakum yang lebih rumit.
+ Tidak membutuhkan ruang yang luas di kapal
karena hanya menggunakan jaring.
Kekurangan
:
- Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
proses bongkar muatnya.
- Dapat merusak ikan kerapu, karena dengan jaring
ikan dapat terhimpit dan berdesakkan.
46
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah kapasitas ikan kerapu berdasarkan BPPT
yakni 1 ikan setiap 5,5 liter air. Didapat total ikan
yang dapat dimuat di kapal pengangkut ikan hidup
300 GT sebanyak 70430 ekor ikan kerapu.
2. Berdasarkan perhitungan didapatkan waktu evakuasi/
waktu pemvakuman pada setiap ruang muat/ palka
selama 4 menit 40 detik.
3. Sistem vakum terdiri dari beberapa komponen yakni
pompa vakum, tangki vakum, flexible hose, pipa pvc,
fish counter, fish weight sensor, de-watering box.
4. Sistem jaring terdiri dari 2 komponen yakni jaring
tangan dan jaring pukat kantong. Berdasarkan aturan
FAO mengenai alat perikanan ukuran mata jaring
pukat kantong didapat sebesar 5,7 cm.
5. Bongkar muat menggunakan sistem vakum
membutuhkan waktu lebih cepat dan lebih efektif
daripada menggunakan sistem jaring yakni dengan
waktu total bongkar muat 16 jam pada sistem vakum
dan sekitar 19 jam 34 menit pada sistem jaring.
6. Pada instalasinya sistem jaring lebih sederhana
dibandingkan dengan sistem vakum. Namun, dalam
hal efisien waktu sistem vakum lebih cepat
dibandingkan dengan sistem jaring.
47
48
5.2 Saran
1. Dapat dilakukan optimasi lebih lanjut pada
perancangan sistem vakum seperti penggunaan sistem
vakum lebih dari 1, dan pemasangan sistem perpipaan
bongkar muat yang fixed pada setiap palka.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa analisa
fluida pada aliran sistem vakum agar lebih
mengetahui hal yang terjadi pada ikan ketika
berpindah melalui sistem vakum.
DAFTAR PUSTAKA
Afandy, A. 1998. Study Pengembangan PPi 10 Uli
Palembang. Skripsi. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
BBAP Situbondo. 2013. Budidaya Kerapu di keramba Jaring
Apung. Artikel. <http://bbapsitubondo.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=279:budidayakerapu-di-karamba-jaring-apung&catid=36:kegiatan-danpelayanan&Itemid=54>. April, 2013.
Berka, R. 1986. The Transport of Live Fish A Review.
EIFAC Technical Paper. Organization of The United
Nation. Rome: Food and Agriculture. 52 p.
Darmawan, Dienis. 2011. Perencanaan Sistem Bongkar Muat
Ikan Hidup dengan Menggunakan Simulasi CFD. Skripsi.
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan. Fakultas Teknologi
Kelautan. ITS – Surabaya.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP. 2013. Komoditas Andalan
Indonesia Memasuki Jajaran Produsen Ikan Dunia.
Jakarta.
Ditjen Perikanan Budidaya KKP. 2002. Kumpulan SNI
Bidang Pembudidayaan.
Engineering Toolbox. 2016. Vacuump Pump Evacuation
Time Calculation. Artikel. <http://www.engineeringtoolbox.com/vacuum-evacuation-time-d_844.html>.
Maret, 2016.
Faizal, Achmad. 2015. Kerapu Cantik Si Pencetak Rupiah
Untuk Warga Situbondo. Artikel.
<http://regional.
kompas.com/read/2015/10/02/16574311/Kerapu.Cantik.Si
.Pencetak.Rupiah.untuk.Warga.Situbondo?page=all>.
Oktober, 2015.
Food and Agriculture Organization. 2016. Alat Penangkap
Ikan dan Pengoperasiannya”, United Nation.
Habibi A, Sugiyanta, Candika. 2011. Perikanan Kerapu dan
Kakap – Panduan Penangkapan dan Penanganan. WWF –
Indonesia.
49
50
Havyard MMC Live Fish Carriers. 2015. MMC Live Fish
Carrier. Havyard MMC Technical Data. <http://www.
havyard.com/products/fish-handling/well-boats/>.
Desember, 2015.
Jurnal Maritim. 2015. Indonesia Produsen Perikanan
Budidaya Terbesar Dunia. Bali.
Khairani, Nurul. 2014. Perancangan Sistem Ruang Muat
Untuk Kapal Pengangkut Ikan Hidup di Sumatera Barat.
Skripsi. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan. Fakultas
Teknologi Kelautan. ITS – Surabaya.
Langkosono. 2007. Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan
Kualitas Perairan. Neptunus, Vol 14, No. 1, Juli 2007.
Onny. 2011. Prinsip Kerja Pompa Vakum. Artikel. <http://
artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-pompa-vakum/>,
Desember, 2015.
Rahmi, Harini. 2012. Budidaya Ikan Kerapu Bebek Yang
Prospektif.
Artikel.
<http://www.kompasiana.com/
ariname/budidaya-ikan-kerapu-bebek-yang-prospektif_
55122f96a33311eb56ba7fc2>. Desember 2015.
Rinto. 2012. Transportasi Ikan Hidup. Artikel. <http://
teknologipascapanen.blogspot.co.id/2012/02/transportasiikan-hidup.html>. Februari, 2016.
Wikipedia. 2015. Metode Penangkapan Ikan. Artikel.
<http://id.wikipedia.org/wiki/metode_penangkapan_ikan.
Februari, 2016.
LAMPIRAN
51
AFAK Fish Vacuum System
PIPES
FITTING
PVC PIPE
● Unplasticized Polyviny Chloride Pipes
OTHER
CEMENT
FLANGES
BOLT, NUT,
WASHER
JOINTS
VP JIS K6741(PVC:40 ∼ 300mm,HI-PVC:200 ∼ 300mm)
VU JIS K6741(PVC:40 ∼ 500mm)
●VP (JIS K6741) Pipe
Unit:mm
Outer diameter
Nominal
Basic
Size Identification
Max. Min.
Average
Dimension
(mm)
Tolerance Tolerance
(mm)
13
VP 13
18
±0.2
±0.2
16
VP 16
22
±0.2
±0.2
20
VP 20
26
±0.2
±0.2
25
VP 25
32
±0.2
±0.2
30
VP 30
38
±0.3
±0.2
40
VP 40
48
±0.3
±0.2
50
VP 50
60
±0.4
±0.2
65
VP 65
76
±0.5
±0.3
75
VP 75
89
±0.5
±0.3
100
VP100
114
±0.6
±0.4
125
VP125
140
±0.8
±0.5
150
VP150
165
±1.0
±0.5
200
VP200
216
±1.3
±0.7
250
VP250
267
±1.6
±0.9
300
VP300
318
±1.9
±1.0
Thickness
Min.
Dimension
2.2
2.7
2.7
3.1
3.1
3.6
4.1
4.1
5.5
6.6
7.0
8.9
10.3
12.7
15.1
Approximate Length
Tolerance Inner diameter
±0.6
±0.6
±0.6
±0.8
±0.8
±0.8
±0.8
±0.8
±0.8
±1.0
±1.0
±1.4
±1.4
±1.8
±2.2
13
16
20
25
31
40
51
67
77
100
125
146
194
240
286
●VU (JIS K6741) Pipe
Outer diameter
Nominal
Basic
Size Identification
Average
Dimension
(mm)
Tolerance
(mm)
40
VU 40
48
±0.2
50
VU 50
60
±0.2
65
VU 65
76
±0.3
75
VU 75
89
±0.3
100
VU100
114
±0.4
125
VU125
140
±0.5
150
VU150
165
±0.5
200
VU200
216
±0.7
250
VU250
267
±0.9
300
VU300
318
±1.0
350
VU350
370
±1.2
400
VU400
420
±1.3
450
VU450
470
±1.5
500
VU500
520
±1.6
0.174
0.256
0.310
0.448
0.542
0.791
1.122
1.445
2.202
3.409
4.464
6.701
10.129
15.481
21.962
Unit:mm
Thickness
Min.
Dimension
1.8
1.8
2.2
2.7
3.1
4.1
5.1
6.5
7.8
9.2
10.5
11.8
13.2
14.6
Single-adhesion receptacle straight Pipe
130
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
Calculated HI-VP
Weight
PIPE
(kg/m)
Approximate Length
Tolerance Inner diameter
±0.4
±0.4
±0.6
±0.6
±0.8
±0.8
±0.8
±1.0
±1.2
±1.4
±1.4
±1.6
±1.8
±2.0
44
56
71
83
107
131
154
202
250
298
348
395
442
489
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
Calculated
Weight
(kg/m)
0.413
0.521
0.825
1.159
1.737
2.739
3.941
6.572
9.758
13.701
18.051
23.059
28.875
35.346
Single-rubber ring receptacle straight Pipe
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
VP-Straight Pipe
HI-VP-Straight Pipe
Notes:
1.The maximum outer diameter (minimum outer
diameter) is the largest(smallest) of outer
diameter measurement at a location.
2.The average outer diameter is the average
for outer diameter measurements made in a
direction other than two parallel directions or a
circumference measurement divided by 3.142.
3.The mass per unit length (m) in the table,
which was calculated using a specific gravity
of 1.43, is only for information, not part of the
standards.
4.The length tolerance is ±10mm.
5.Pipe HI-VP conform to the JIS K6742 standard.
(13mm∼150mm)
6 . Water Pipes (JIS K6742) are available.(13mm
∼150mm)
!
"#
!
!
$
%
/
.
&'
(
"
!
)*+
1 +
#
# #
$
,
.
# #
-2
34
$
%
0
!
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
!" #$ %&
' # (( )
(
* +
, +)
- ,
+
.
)
+
"
*
*
/)
+ $
(
0"
/
#
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 8 Januari 1995. Penulis
merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Terlahir dengan nama
Wisnu Putra Kurniawan dari
pasangan Priyo Setiawan dan Utami
Budihastuti. Riwayat pendidikan
formal yang telah ditempuh adalah
SD Muhammadiyah 12 Pamulang,
SMP Muhammadiyah 22 Pamulang,
SMA Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan. Setelah lulus dari SMA
pada tahun 2012, penulis melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi. Diterima di Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan – Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya jenjang Strata I (S1). Penulis mengambil
konsentrasi bidang keahlian Marine Machinery and System
(MMS). Selama perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan
yang sifatnya akademis dan non akademis. Penulis aktif di
organisasi mahasiswa (Himasiskal) sebagai Staf Departemen
Minat dan Bakat periode 2013-2014. Penulis pernah
melaksanakan kerja praktik di PT. Daya Radar Utama Jakarta
dan Indonesia Power UPJP Gilimanuk, Bali.
Wisnu Putra Kurniawan
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS
[email protected]
Download