0 SKRIPSI – ME141501 DESAIN SISTEM BONGKAR MUAT KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP 300 GT WISNU PUTRA KURNIAWAN NRP 4212 100 122 Pembimbing Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. Dr. Beny Cahyono, ST., MT. DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 BACHELOR THESIS - ME141501 LOADING-UNLOADING UNLOADING SYSTEM DESIGN FOR LIVE FISH CARRIER 300 GT WISNU PUTRA KURNIAWAN NRP 4212 100 122 Supervisor Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. Dr. Beny Cahyono, ST., MT. DEPARTMENT OF MARINE ENGINEERING Faculty of Marine Technology Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 SKRIPSI - ME141501 DESAIN SISTEM BONGKAR MUAT KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP 300 GT WISNU PUTRA KURNIAWAN NRP 4212 100 122 Pembimbing Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. Dr. Beny Cahyono, ST., MT. DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa : Pada laporan skripsi yang saya susun ini tidak terdapat tindakan plagiarisme, dan menyatakan dengan sukarela bahwa semua data, konsep, rancangan, bahan tulisan, dan materi yang ada di laporan tersebut adalah milik Laboratorium Marine Machinery and System (MMS) di Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS yang merupakan hasil studi penelitian dan berhak dipergunakan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan penelitian lanjut dan pengembangannya. Nama NRP Judul Skripsi Jurusan : Wisnu Putra Kurniawan : 4212 100 122 : Desain Sistem Bongkar Muat Kapal Pengangkut Ikan Hidup 300 GT : Teknik Sistem Perkapalan FTK - ITS Apabila di kemudian hari terbukti terdapat tindakan plagiarism, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang diberikan oleh ITS sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Surabaya, Januari 2017 (Wisnu Putra Kurniawan) DESAIN SISTEM BONGKAR MUAT KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP 300 GT Nama Mahasiswa NRP Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 : : : : Wisnu Putra Kurniawan 4212 100 122 Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. Dr. Beny Cahyono, ST., MT. ABSTRAK Kapal Pengangkut Ikan Hidup merupakan kapal yang berfungsi untuk mengangkut ikan hidup dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain. Kebutuhan pengangkut ikan hidup semakin meningkat seiring dengan kebutuhan konsumen. Untuk memenuhi hal tersebut dibutuhkan perancangan kapal pengangkut ikan hidup yang sesuai. Oleh karena itu dilakukan perancangan sistem bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup yang pada penelitian ini menggunakan kapal 300 GT. Metode yang digunakan adalah perancangan key plan yang didasari dari berbagai dasar teori dan tinjauan pustaka yang kemudian dilakukan perhitungan dan pertimbangan kebutuhan. Setelah perhitungan selesai dilanjutkan dengan pemilihan spesifikasi alat-alat yang digunakan. Sehingga dilakukan analisa data dan pembahasan. Pada perancangan ini dilakukan perbandingan antara sistem bongkar muat dengan menggunakan vakum dan menggunakan jaring. Perencanaan diameter pipa untuk bongkar muat ikan disesuaikan dengan kecepatan aliran dan ukuran ikan kerapu yakni 250 mm. Kapasitas bongkar muat yang direncanakan berdasarkan ukuran pipa dan kecepatan aliran air untuk ikan kerapu sebesar 100 m3/jam. Waktu evakuasi/ waktu pemvakuman pada setiap ruang muat/ palka selama 4 menit 40 detik. Total ikan yang dapat dimuat sebanyak 70430 ekor ikan kerapu. Berdasarkan perhitungan total waktu bongkar muat dengan menggunakan sistem vakum yakni sebesar 16 Jam. Pada sistem jaring kebutuhan jaring tangan disesuaikan dengan ukuran ikan kerapu dan jumlah palka. Ukuran pukat kantong disesuaikan dengan ukuran ruang muat/palka. Berdasarkaan i ii peraturan FAO mengenai alat perikanan ukuran mata jaring pukat kantong didapat sebesar 5,7 cm. Berdasarkan hasil perhitungan waktu total bongkar muat menggunakan jaring yakni 19 jam 34 menit. Kata Kunci : Kapal Pengangkut Ikan Hidup, Pukat Kantong, Sistem Jaring, Sistem Vakum, Waktu Evakuasi LOADING-UNLOADING SYSTEM DESIGN FOR LIVE FISH CARRIER 300 GT Student Name Reg. Number Advisor 1 Advisor 2 : : : : Wisnu Putra Kurniawan 4212 100 122 Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. Dr. Beny Cahyono, ST., MT. ABSTRACT Live Fish Carrier was a ship that used for carry life fish from port to another port. Demand of Life Fish in certain country was increasing just as the increasing of the consumer need. in order to fulfill that, its necessary to planning a design for Live Fish Carrier. So, in order to meet that demand its required to design loading-unloading system for live fish carrier that meet the criteria of its. It has been considerated to use a 300 GT ship for the design. The method of planning is consist of certain step. The first step was key plan design which is based on theory and previous observation. After that design advanced to calculation and a particular consideration depend on the requirements. If its done then advanced to choosing components that required for the design. With the result that its advanced to do the analysis and research. Its compared between the vacuum system design and net system design. Based on the requirement and calculation. The pipe diameter design was based on flow of fluid and the size of average grouper fish as 250 mm diameter was to be sufficient. Capacity of the vacuum system loading-unloading based on flow of fluid and the size of grouper fish was 100 m3/hour. The evacuation time or vacuuming time for each cargo was 4 minutes 40 seconds. Its calculated the total amount of fish that can be carried was 70,430 grouper fish. The total time of loading-unloading using the vacuum system was 16 hours. In net system, the requirements of hand fishnet was based on the size of grouper fish and the amount of cargo. The size of purse seine net was based on the dimension of each cargo. Based on FAO fisheries & aquaculture rules the size of mesh iii iv for purse seine was 5.7 cm. The time of loading-unloading using the net system was 19 hours 34 minutes. Keyword : Evacuation Time, Live Fish Carrier, Net System, Purse Seine Net, Vacuum System KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah dan selalu memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penyusunan skripsi yang berjudul “Desain Sistem Bongkar Muat Kapal Pengangkut Ikan Hidup 300 GT”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara material, non-material, bimbingan, saran dan dorongan motivasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak dan Mama tercinta, Priyo Setiawan dan Utami Budihastuti, Kakak, Anindita Prita Kusuma, beserta segenap keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun non-materi, motivasi dan doa sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 2. Bapak Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc. dan Bapak Dr. Beny Cahyono, ST., MT. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, ilmu, saran dan dukungan sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Eng. M. Badrus Zaman, ST. MT. selaku kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan. 4. Bapak Prof. Dr. Ketut Buda Artana, ST. M.Sc. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah di Departemen Teknik Sistem Perkapalan. 5. Bapak Faris dari Laboratorium Hidrodinamika Indonesia dan Bapak Arif selaku dosen perikanan v vi Universitas Hang Tuah yang telah membimbing dan memberikan ilmu serta dorongan motivasi sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 6. Seluruh teman seperjuangan yang tidak dapat penulus sebutkan satu per satu dan keluarga besar Bismarck ’12 yang telah bersama-sama berjuang dan memberikan dukungan serta motivasi sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan ide, saran dan motivasi sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat disempurnakan untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Surabaya, Januari 2017 Penulis DAFTAR ISI ABSTRAK................................................................................... i KATA PENGANTAR................................................................... v DAFTAR ISI .............................................................................. vii DAFTAR GAMBAR....................................................................ix DAFTAR TABEL ........................................................................xi BAB I ........................................................................................ 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................ 1 1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah...................... 3 1.3 Tujuan ..................................................................... 3 1.4 Manfaat ................................................................... 4 BAB II ....................................................................................... 5 DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................................. 5 2.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup ................................ 5 2.2 Jenis Ikan Kerapu .................................................... 7 2.3 Sistem Bongkar Muat Kapal Pengangkut Ikan Hidup ................................................................................ 8 BAB III .................................................................................... 13 METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 13 3.1 Tahapan Pengerjaan Skripsi .................................. 13 3.2 Flowchart Pengerjaan Skripsi ............................... 18 BAB IV.................................................................................... 21 PEMBAHASAN ....................................................................... 21 4.1 Data Kapal ............................................................ 21 vii viii 4.2 Perhitungan Perencanaan Sistem Bongkar Muat Dengan Sistem Vakum ..................................................... 23 4.2.1 Volume Ruang Muat ..................................... 23 4.2.2 Jumlah Ikan Pada Ruang Muat ..................... 25 4.2.3 Perencanaan Alat Bongkar Muat .................. 26 4.2.4 Waktu Evakuasi ............................................ 27 4.2.5 Waktu Bongkar Muat .................................... 28 4.2.6 Komponen Yang Digunakan ......................... 31 4.3 Perencanaan Sistem Bongkar Muat Dengan Sistem Jaring .............................................................................. 38 4.3.1 Jaring Tangan ................................................ 38 4.3.2 Pukat Kantong ............................................... 40 4.3.3 Waktu Bongkar Muat .................................... 44 4.4 Analisa Perbandingan Sistem Bongkar Muat Dengan Sistem Vakum dan Sistem Jaring ........................ 44 4.4.1 Sistem Vakum ............................................... 45 4.4.2 Sistem Jaring ................................................. 45 BAB V..................................................................................... 47 KESIMPULAN ......................................................................... 47 5.1 Kesimpulan ........................................................... 47 5.2 Saran ..................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 49 LAMPIRAN ............................................................................. 51 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Keramba Jaring Apung di Situbondo……… 2 Gambar 2.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup……………….. 5 Gambar 2.2 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem Terbuka……………………………………………………. 6 Gambar 2.3 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem Tertutup……………………………………………………. 6 Gambar 2.4 Ikan Kerapu Bebek…………………………... 7 Gambar 2.5 Penjaringan Ikan……………………………... 9 Gambar 2.6 Loading Ikan Hidup dengan Pompa Vakum…. 10 Gambar 2.7 Rotary Vacuum Pump………………………... 11 Gambar 3.1 Rancangan Sistem Bongkar Muat……………. 14 Gambar 3.2 Rancangan Bongkar Muat Proses Loading…... 15 Gambar 3.3 Rancangan Bongkar Muat Proses Unloading... 16 Gambar 4.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup……………...... 21 Gambar 4.2 RU Kapal Pengangkut Ikan Hidup 300 GT………………………………………………………… 22 Gambar 4.3 AFAK Fish Vacuum Pump System…………... 32 Gambar 4.4 ASAHI PVC Pipe……………………………. 33 Gambar 4.5 PVC Flexible Hose DN 250mm…..…………. 35 Gambar 4.6 AquaScan Automatic Fish Counter CSE2500……………………………………………………….. 36 Gambar 4.7 AquaScan Control Unit………………………. 37 Gambar 4.8 Computer Integrated Fish Weight & Size Calculator with HD……………………………………….. 38 ix x Gambar 4.9 Jaring Tangan………………………………… 39 Gambar 4.10 Frabill 2324 Sportsman Economy Fish Net… 40 Gambar 4.11 Pukat Kantong……………………………….40 Gambar 4.12 Pemberat Pukat Kantong…………………….42 Gambar 4.13 Pelampung Pukat Kantong…………………..43 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Perlakuan Terhadap Ikan Kerapu………………..25 Tabel 4.2 ASAHI PVC Pipe (JIS K6741)…………………..33 Tabel 4.3 Spesifikasi AquaScan Automatic Fish Counter CSE2500…………………………………………………………36 Tabel 4.4 Spesifikasi AquaScan Control Unit……………. .37 xi xii “Halaman ini sengaja dikosongkan” BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan kekayaan laut yang melimpah. Kekayaan laut yang melimpah dapat berupa flora dan fauna. Keanekaragaman jenis ikan merupakan salah satu kekayaan laut fauna yang dimiliki Indonesia. Sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen hasil perikanan budidaya (akuakultur) terbesar didunia. Akuakultur atau lebih dikenal perikanan budidaya kini telah menjadi tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor perikanan. Produksi akuakultur yang dapat ditingkatkan dengan lebih cepat, menyebabkan akuakultur diharapkan dunia dan Indonesia. Akuakultur menjadi subsektor yang dapat memenuhi pangan yang sehat untuk masyarakat dunia sebagai konsumsinya sehari-hari. (Dirjen Perikanan Budidaya KKP, 2015) Ikan kerapu hidup merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia dengan daerah tujuan utama Hongkong dan Singapura yang dari tahun ketahun terus meningkat. Perkiraan konsumsi ikan kerapu hidup di Hongkong antara 5000-6000 mt. Indonesia merupakan salah satu diantara 5 negara utama pemasok ikan kerapu hidup untuk Hongkong. Indonesia memegang 20% pangsa pasar Hongkong, menempati urutan kedua setelah Thailand. (Darmawan, 2011). Hasil survei Ditjen Perikanan tercatat 20 jenis kerapu dengan 12 jenis merupakan kerapu komersial. Ekspor kerapu hidup berkembang sejak tahun 1990. Daerah-daerah yang tercatat pernah mengekspor kerapu hidup adalah Sumbawa, Selayar, Kendari, Palu, Luwuk, Maluku Utara, Jakarta, Pekalongan dan Denpasar. Namun, daerah-daerah tersebut mendapatkan komoditas ikan kerapu dari berbagai tempat seperti budidayabudidaya keramba jaring apung (KJA) di beberapa tempat di Indonesia. 1 2 Dalam penelitian ini mengambil tempat di Situbondo, Jawa Timur. Di Situbondo terdapat beberapa tempat budidaya ikan air laut yang salah satunya yakni ikan kerapu. Setidaknya sudah ada tiga kawasan pesisir pantai di Situbondo yang sudah dimanfaatkan sebagai sentra budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA. Produksi ikan kerapu dari hasil budidaya masyarakat Situbondo sejauh ini belum diekspor dan hanya dijual kepada pemborong dalam negeri. Namun dalam distribusinya salah satunya menggunakan kapal pengangkut ikan hidup menuju ke pemborong di Tempat Pelelangan Ikan. Sehingga dibutuhkan kapal pengangkut ikan hidup yang dapat menunjang aktivitas tersebut. (Faizal, 2015) Gambar 1.1 Keramba Jaring Apung di Situbondo (sumber : bbapsitubondo.com) Untuk meningkatkan hasil ekspor ikan hidup, maka kualitas dan karakteristik ikan harus dijaga dengan baik agar tidak rusak. Sehingga pada saat bongkar muat kapal, ikan harus dalam keadaan baik dan bongkar muat juga harus dilakukan secara efisien. Selain itu, dalam penanganan bongkar muat ikan hidup pada kapal saat ini masih kurang efisien dalam penghitungan jumlah ikan yang diangkut. Padahal ikan hidup harganya dinilai per-ekor. Pada penelitian yang dilakukan untuk penyusunan tugas akhir ini akan mendesain sistem 3 bongkar muat yang dapat menunjang penghitungan jumlah ikan untuk kapal pengangkut ikan kerapu hidup. Sistem bongkar muat ini akan membadingkan antara penggunaan sistem vakum dan penggunaan jaring. Sehingga dapat diambil manakah yang lebih baik. 1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat disebutkan perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah : 1. Bagaimana desain sistem bongkar muat dengan menggunakan sistem vakum? 2. Bagaimana desain sistem bongkar muat dengan menggunakan jaring? 3. Bagaimana perbandingan antara penggunaan sistem bongkar muat dengan sistem vakum dan jaring? Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Perancangan sistem bongkar muat untuk kapal pengangkut ikan ini disesuaikan dengan kondisi kapal yang telah ada. 2. Jenis ikan hidup dalam perancangan ini adalah jenis ikan kerapu. 3. Bahasan hanya sistem bongkar muat untuk kapal pengangkut ikan hidup dengan palka atas. 4. Tidak membahas stabilitas kapal dan sistem penunjang ikan hidup di kapal. 1.3 Tujuan Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk : 1. Mempelajari sistem bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup. 2. Mendapatkan desain sistem bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup. 3. Melakukan perbandingan antara penggunaan sistem bongkar muat dengan sistem vakum dan jaring. 4 1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Mendapatkan cara mendesain sistem bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup. 2. Mengetahui perbandingan desain sistem bongkar muat antara penggunaan sistem vakum dan jaring. 3. Meningkatkan proses bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup. BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan. (Rinto, 2012) Gambar 2.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup (sumber : www.fao.org) Pada dasarnya, ada dua macam sistem pengangkutan ikan hidup, yaitu: (1). Sistem Terbuka Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman 5 6 diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan. (Rinto, 2012) Gambar 2.2 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem terbuka (sumber : skmccompan.en.ec21.com) (2). Sistem Tertutup Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986). Gambar 2.3 Pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup (sumber : pusatbibitikan.com) 7 2.2 Jenis Ikan Kerapu Jenis Ikan Kerapu yang banyak dibudidayakan antara lain kerapu macan, kerapu bebek dan kerapu sunu. Kerapu bebek merupakan pilihan utama konsumen karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada jenis kerapu lainnya. Ikan ini memiliki bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung. Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik sedangkan panjang tubuh dewasa antara 30 40 cm dengan berat rata-rata 500 gram. Dengan kecepatan arus air 0,2 – 0,3 m/s dan dapat melebihi diatas itu. Ikan kerapu di Indonesia banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Ambon. Ikan ini merupakan hewan karnivora yang memangsa ikanikan kecil, kepiting dan udang. Gambar 2.4 Ikan Kerapu Bebek (Sumber : bbapsitubondo.com) Pada tahun 2013 produksi kerapu dunia telah mencapai 130.435 ton dengan kenaikan rata-rata pertahunnya 11,23 persen. Setelah sempat stagnan selama tiga tahun, 2007 – 2009, produksi kerapu dunia mengalami tren kenaikan produksi. Produksi ikan kerapu dunia yang lebih dikenal di luar negeri dengan nama Grouper ini terbilang kecil namun jika dilihat dari nilainya cukup besar. Ikan kerapu dihargai sangat mahal di pasar Internasional. Harga komoditas kerapu perekornya dengan ukuran konsumsi dapat mencapai harga 8 jutaan. Hal ini disebabkan kandungan gizi yang cukup besar didalamnya sementara produksinya masih kecil. (Dirjen Perikanan Budidaya KKP, 2013) Produksi Ikan Kerapu Indonesia pada tahun 2013 sebesar 18.864 ton dengan kenaikan rata-rata pertahunnya sebesar 23,01 persen. Dengan produksinya sebesar tersebut, posisi Indonesia sebagai produsen ikan kerapu dunia berada di posisi ketiga. Namun, jika melihat tren produksi tiga besar negara penghasil kerapu dunia, Indonesia memiliki potensi untuk berada diperingkat yang lebih baik. Selain melihat tren positif produksi, Indonesia masih memiliki potensi besar dalam pengembangan budidaya kerapu terutama dengan sistem karamba jaring apung. (Dirjen Perikanan Budidaya KKP, 2013) 2.3 Sistem Bongkar Muat Kapal Pengangkut Ikan Hidup Bongkar muat ikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setalah kapal mendarat di tempat pendaratan ikan diluar pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan, dimana ikan dikeluarkan dari dalam palkah kapal yang kemudian disortir. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lama waktunya bongkar muat ikan adalah hasil jumlah tangkapan, jumlah pekerja, jenis kapal, alat tangkap dan cara bongkar muat. (Afandy, 1998) a. Penggunaan Jaring Cara bongkar muat ikan hidup saat ini telah sering dilakukan dengan beberapa cara. Penggunaan jaring merupakan salah satu cara penangkapan dan pemindahan ikan yang banyak dilakukan secara komersial. Jaring ikan adalah jaring yang dibuat dengan cara menyulam atau menganyam benang tipis hingga membentuk jaring-jaring. 9 Gambar 2.5 Penjaringan Ikan (sumber : bbapsitubondo.com) Pada perancangan jaring ikan penentuan ukuran mata jaring tergantung dengan ukuran dan jenis ikan yang ditangkap yakni ikan kerapu. Berikut merupakan perhitungannya : OM = . Dimana : OM = Bukaan Mata Jaring (mm) L = Panjang Ikan (mm) K = Koefisien (5 ; 3,5 ; 2,5) Panjang ikan kerapu dewasa berkisar antara 30-40 cm, diambil 30 cm. Nilai K = 3,5 untuk bentuk dan ukuran ikan umum. K = 5 untuk bentuk ikan panjang pipih. Sedangkan K = 2,5 untuk bentuk ikan lebar pipih. (FAO fisheries & aquaculture department, 2011) b. Penggunaan Pompa Vakum 10 Penggunaan pompa vakum merupakan cara bongkar muat yang lebih efektif dalam fungsi jumlah ikan perekornya. Selain itu, dengan pemasangan alat berupa fish counter dan Weight Sensor akan mempermudah dalam menentukan jumlah dan berat ikan yang akan di bongkar atau muat. Sehingga sistem bongkar muat akan lebih efektif dan efisien. Ukuran pipa aliran disesuaikan dengan ukuran ikan kerapu Pompa vakum adalah sebuah alat untuk mengeluarkan molekul-molekul gas dari dalam sebuah ruangan tertutup untuk mencapai tekanan vakum. Pompa vakum menjadi salah satu komponen penting di beberapa industri. Berdasarkan prinsip kerjanya, pompa vakum diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: Positive Displacement : menggunakan cara mekanis untuk mengekspansi sebuah volume secara terus-menerus, mengalirkan gas melalui pompa tersebut, men-sealing ruang volume sistem, dan membuang gas ke atmosfer. Pompa Momentum Transfer : menggunakan sistem jet fluida kecepatan tinggi, atau menggunakan sudu putar kecepatan tinggi untuk menghisap gas dari sebuah ruang tertutup. Pompa Entrapment : menggunakan suatu zat padat atau zat adsorber tertentu untuk mengikat gas di dalam ruangan tertutup. 11 Gambar 2.6 Loading Ikan Hidup dengan Pompa Vakum (sumber : www.havyard.com) Prinsip dari pompa vakum positive displacement ini adalah dengan jalan mengekspansi volume ruang oleh pompa sehingga terjadi penurunan tekanan vakum parsial. Sistem sealing mencegah gas masuk ke dalam ruang tersebut. Selanjutnya pompa melakukan gerakan buang, dan kembali mengekspansi ruang tersebut. Jika dilakukan secara siklis dan berkali-kali, maka vakum akan terbentuk di ruangan tersebut. Aplikasi pompa ini yang paling sederhana adalah pada pompa air manual. Untuk mengangkat air dari bawah, dibentuk ruang vakum pada sisi keluaran air, sehingga air dapat “terhisap” naik ke atas. (artikel-teknologi.com, 2011) Gambar 2.7 Rotary Vacuum Pump (sumber : artikel-teknologi.com) Untuk mendapatkan kapasitas sistem bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup ini, perhitungan didapat dari persamaan aliran fluida dalam pipa yaitu : Q= V/t = Q= Kapasitas fluida (m3/s) Dimana : Axv 12 V= t = Volume (m3) Waktu (s) A= v= Luas penampang pipa yang dilalui fluida (m3) Kecepatan aliran fluida (m/s) Pada sistem vakum terdapat waktu agar air dan ikan dapat terhisap yang disebut waktu evakuasi yang dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut : t= V / Q ln(p0/p1) t V = = dimana : Waktu evakuasi (s) Volume tangki vakum Q = Kapasitas (m3/s) p0 = Tekanan awal/ atmosfer (mbar) p1 = Tekanan setelah divakum (mbar) (Engineering Toolbox, Vacuump Pump Evacuation Time Calculation, 2016) 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam pengerjaan skripsi sehingga tujuan dari skripsi ini dapat tercapai. Metodologi dalam pengerjaan skripsi ini terdapat beberapa langkah yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. 3.1 Tahapan Pengerjaan Skripsi Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis membagi pengerjaan dalam beberapa tahapan pengerjaan. Tahapan pengerjaan skripsi ini antara lain : 1. Identifikasi dan Perumusan Permasalahan Merupakan hasil dari identifikasi terhadap permasalahan yang diangkat dalam pengerjaan skripsi. Dari hasil identifikasi masalah dapat ditentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengerjaan skripsi beserta metode yang diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang ada. 2. Studi Literatur Pada tahap ini dilakukan studi literatur terhadap berbagai referensi terkait dengan topik penelitian. Studi pustaka ini dimaksudkan untuk mencari konsep dan metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya dan untuk mewujudkan tujuan yang dimaksudkan. Studi pustaka ini termasuk mencari referensi atas teori-teori terkait atau hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Studi literatur dapat diperoleh dari beberapa sumber, seperti buku, jurnal, paper dan internet. 14 3. Pengumpulan Data dan Studi Lapangan Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data untuk pengerjaan skripsi. Data yang didapat untuk menunjang pengerjaan skripsi ini didapat baik dari internet maupun pengambilan data secara langsung. Data yang diambil pada pengerjaan skripsi ini sebatas data dari kapal yang akan dianalisa untuk mendukung agar pengerjaan skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Peracangan Sistem Bongkar Muat untuk Kapal Pengangkut Ikan Hidup Dilakukan perancangan sistem bongkar muat yang menunjang ikan hidup. Yang dalam hal ini menggunakan pompa vakum untuk menunjang dalam proses perhitungan ikan tersebut. Jenis ikan yang dimaksud dalam perancangan ini adalah jenis ikan kerapu hidup. Perancangan terdiri dari keyplan, perhitungan kebutuhan alat-alat dan spesifikasi alat-alat yang digunakan pada sistem bongkar muat. Berikut rancangan sistem bongkar muatnya: Gambar 3.1 Rancangan Sistem Bongkar Muat 15 Gambar 3.2 Rancangan Sistem Bongkar Muat Proses Loading 16 Gambar. 3.3 Rancangan Sistem Bongkar Muat Proses Unloading 17 5. Analisa data dan Pembahasan Pada langkah ini akan dilakukan analisa dan pembahasan terhadap data-data yang telah diperoleh berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisa ini akan didapatkan perancangan sistem bongkar muat untuk kapal pengangkut ikan hidup. Yang nantinya akan diperbandingkan antara sistem bongkar muat dengan sistem vakum dan jaring. 6. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan diambil berdasarkan analisa data dan perhitungan yang dikerjakan, kesimpulan ini berisi ringkasan dan poin-poin penting dalam pengerjaan skripsi ini. Saran merupakan hal-hal apa saja yang dapat dijadikan masukan dan perbaikan untuk kedepannya. Sedapat mungkin saran ini dapat berisi tambahan dan koreksi agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat untuk pembaca. 18 3.2 Flowchart Pengerjaan Skripsi START IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH STUDI LITERATUR STUDI LAPANGAN DAN PENGUMPULAN DATA PERANCANGAN SISTEM BONGKAR MUAT UNTUK KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP 300 GT PERANCANGAN KEYPLAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN & SPESIFIKASI ALAT-ALAT ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4. BUKU JURNAL PAPER INTERNET 19 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN END 20 “Halaman ini sengaja dikosongkan” BAB IV PEMBAHASAN Analisa berupa perhitungan dan pembahasan akan dilakukan pada bab ini. Perhitungan dan pembahasan yang akan di analisa meliputi kebutuhan komponen-komponen pada sistem bongkar muat dengan menggunakan sistem vakum yang terdiri dari kapasitas bongkar muat, volume ruang muat, jumlah kapasitas ikan, waktu evakuasi/ waktu pemvakuman, perencanaan diameter pipa dan sepesifikasi alat-alat yang digunakan. Sedangkan pada sistem jaring meliputi perhitungan kebutuhan jaring tangan, pukat kantong, pemberat, pelampung pukat kantong dan tali kolor pukat kantong. 4.1 Data Kapal Tipe Kapal LPP Lebar Tinggi Sarat Tonnage Kecepatan Endurance : : : : : : : : Kapal Pengangkut Ikan Hidup 30,6 meter 7,5 meter 5,7 meter 4,2 meter 300 GT 14 knot 4 hari Gambar 4.1 Kapal Pengangkut Ikan Hidup (sumber : www.remoy.no) 21 22 Gambar 4.2 RU Kapal Pengangkut Ikan Hidup 300 GT 23 4.2 Perhitungan Perencanaan Sistem Bongkar Muat Dengan Sistem Vakum Perhitungan dan pembahasan yang akan di analisa meliputi kebutuhan komponen-komponen pada sistem bongkar muat yang terdiri dari kapasitas bongkar muat, volume ruang muat, jumlah kapasitas ikan, waktu evakuasi/ waktu pemvakuman, perencanaan diameter pipa dan sepesifikasi alat-alat yang digunakan. 4.2.1 Volume Ruang Muat a. Perhitungan volume palka ikan • Volume Palka 1 & 2 WL (m) Luas (A) Faktor Simpson (S) 1,0 15,37 1 15,37 2,175 17,11 4 68,44 3,35 17,35 2 34,70 4,525 17,63 4 70,52 5,7 17,83 1 17,83 ∑AxS 206,86 h = 1,175 Volume Palka = 1/3 x h x ∑ A x S m3 = 81,02 = 162,04 m3 AxS 24 • Volume Palka 3 & 4 WL (m) Luas (A) Faktor Simpson (S) AxS 1,0 14,2 1 14,20 2,175 14,44 4 57,76 3,35 14,44 2 28,88 4,525 14,44 4 57,76 5,7 14,44 1 14,44 ∑AxS 173,04 h = 1,175 Volume Palka = • 1/3 x h x ∑ A x S m3 = 67,77 = 135,55 m3 Volume Palka 5 & 6 WL (m) Luas (A) Faktor Simpson (S) AxS 1,0 16,60 1 16,60 2,175 16,23 4 64,92 3,35 16,23 2 32,46 4,525 16,23 4 64,92 5,7 16,23 1 16,23 ∑AxS 206,86 h = 1,175 25 Volume Palka = 1/3 x h x ∑ A x S m3 = 76,43 = 152,85 m3 Total volume palka sebesar 450,44 m3, namun dengan adanya ruang untuk udara didalam palka maka volume palka yang berisi air sebesar 387,379 m3 dengan perbandingan 86% air, 9% ikan dan 5% ruang untuk udara. 4.2.2 Jumlah Ikan Pada Ruang Muat Berdasarkan ketentuan pada Desain Kapal Pengangkut Ikan Kerapu Hidup, BPPT, 2000, Perbandingan Jumlah Ikan Kerapu sebagai berikut : 1 Ikan Kerapu = 5,5 Liter Air Sumber : Desain Kapal Pengangkut Ikan Kerapu Hidup, BPPT, 2000 Tabel 4.1 Perlakuan Terhadap Ikan Kerapu Sumber : Desain Kapal Pengangkut Ikan Kerapu Hidup, BPPT, 2000 26 Sehingga, jumlah ekor ikan kerapu pada setiap ruang muat didapatkan : • • • Jumlah Ikan Palka 1 & 2 = 69677 : 5,5 liter = 12668 ekor = 25336 ekor (Palka 1 &2) Jumlah Ikan Palka 3 & 4 = 58285 : 5,5 liter = 10597 ekor = 21194 ekor (Palka 3 & 4) Jumlah Ikan Palka 5 & 6 = 65726 : 5,5 liter = 11950 ekor = 23900 ekor (Palka 5 & 6) Sehingga, total ekor ikan kerapu yang dapat diangkut adalah 70430 ekor = 35215 kg = 35,2 ton. 4.2.3 Perencanaan Alat Bongkar Muat Kapasitas yang dibutuhkan sistem bongkar muat untuk kapal pengangkut ikan hidup ini, disesuaikan dengan ukuran rata-rata ikan kerapu dan kecepatan aliran untuk ikan kerapu. Perencanaan pipa disesuaikan dengan ukuran ikan kerapu yang memiliki ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm diambil diameter sebesar 25 cm untuk memberi ruang yang cukup untuk ikan agar tidak berdesakkan dengan panjang flexible hose 20 m yang disesuaikan dengan jarak antara palka dan keramba jaring apung. Kecepatan aliran yang diambil berdasarkan desain Kapal Pengangkut Ikan Hidup BPPT tahun 2000, 27 yakni kecepatan arus air pada ikan kerapu yakni 0,2 – 0,3 m/s dan dapat melebihi diatas itu, sehingga untuk menarik ikan kerapu dan mempercepat waktu bongkar muat kecepatan aliran diambil sebesar 0,55 m/s. Perhitungan sebagai berikut: Q = Axv Q = π x D2 / 4 x v Dimana : A = Luas Penampang Pipa, diambil D = 25 cm v = Kecepatan Aliran (m/s), diambil 0,55 m/s Sehingga, untuk mendapatkan kecepatan aliran 0,55 m/s pada diameter pipa 25 cm dibutuhkan kapasitas sebesar : Q = 97,14 m3/h Maka, dipilih sistem vakum sebagai berikut: Tipe = AFAK Fish Vacuum System Kapasitas = 30 -100 m3/h water & fish Tangki Vakum = 600 – 3000 liter Valve = DN 250 / 300 Knife Cutting Valve Pompa Vakum = Vacuum Pump TRSB 100-980 Max Suction H = 6,5 m 4.2.4 Waktu Evakuasi Pada sistem vakum terdapat waktu yang dibutuhkan untuk penurunan tekanan dari tekanan atmosfer hingga tekanan yang dibutuhkan agar air dan ikan dapat berpindah / terhisap. Waktu ini disebut waktu evakuasi yang dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut : t = V / Q ln (p0 / p1) dimana : t = Waktu evakuasi (s) 28 V = Volume tangki vakum + Hose Q = Kapasitas (m3/s) p0 = Tekanan awal/ atmosfer (mbar) p1 = Tekanan setelah divakum (mbar) Berdasarkan pemilihan tangki vakum dan hose yang digunakan, keduanya memiliki volume 3 m3 dan 0,982 m3. Sedangkan tekanan pemvakuman yang dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi pompa vakum yang digunakan yakni 150 mbar. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tekanan tersebut yakni sebagai berikut : t = 3,982 / 0.026984 ln (1000 / 150) = 280 detik = 4 menit 40 detik Jadi, waktu yang dibutuhkan sistem vakum agar air dan ikan pada setiap palka dapat terhisap yakni 4 menit 40 detik 4.2.5 Waktu Bongkar Muat Waktu bongkar muat merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan dari kapal ke pelabuhan dan sebaliknya. Pada sistem bongkar muat ini waktu didapatkan dari total waktu evakuasi tiap palka, waktu pemindahan flexible hose, dan waktu pemindahan ikan setiap palka. Waktu pemindahan flexible hose pada tiap ruang muat di estimasikan selama 5 menit. Sedangkan untuk pemindahan ikan setiap palka menggunakan sistem vakum dengan kapasitas 100 m3/h menghabiskan waktu sebagai berikut : Pada setiap 5,5 liter air terdapat ikan kerapu seberat 500 gr. Dengan menggunakan sistem vakum 29 berkapasitas 100 m3/h atau sama dengan 0,026984 m3/s dapat menghisap sebagai berikut : 5,5 liter air = 1 ekor ikan kerapu 500 gr 5,5 liter = 0,0055 m3 n ikan yang terhisap setiap detik yakni : n = 0,026984/0,0055 n = 4,91 ekor ikan kerapu per detik a. Total waktu pemindahan ikan setiap palka menuju tangki vakum Waktu pemindahan setiap palka didapatkan sesuai dengan kapasitas sistem vakum dan jumlah muatannya. perhitungan sebagai berikut : • Palka 1 & 2 = 69,677 m3 air + ikan = 2508.37 s = 41,81 menit Palka 1 & 2 • • Palka 3 & 4 = 58,285 m3 air + ikan Palka 3 & 4 Palka 5 & 6 = 65,726 m3 air + ikan Palka 5 & 6 = 83.61 menit = 2098.26 s = 34,97 menit = 69,94 menit = 2366,14 s = 39,44 menit = 78,81 menit Berdasarkan perhitungan didapatkan total waktu pemindahan ikan menuju tangki vakum pada 6 palka menghabiskan waktu 232,43 menit atau 3 jam 52 menit. 30 b. Total siklus sistem vakum Pada sistem vakum terdapat siklus aliran yang terjadi setiap pompa vakum dinyalakan dan setelah proses evakuasi selesai kemudian air dan ikan akan dialirkan menuju tangki vakum. Berikut merupakan perhitungannya : t = V tank / Q system dimana : t = Waktu siklus V tank = Volume tangki vakum Q sys = Kapasistas sistem vakum Didapat t = 111,18 detik = 1 menit 51 detik Kemudian total jumlah siklus pada setiap palka yakni : • Palka 1 & 2 = 2508,37 detik x 2 = 5016,74 / 111,18 = 45,12 siklus • Palka 3 & 4 = 2098,26 detik x 2 = 4196,52 / 111,18 = 37,75 siklus • Palka 5 & 6 = 2366,14 detik x 2 = 4732,27 / 111,18 = 42,57 siklus c. Total waktu evakuasi setiap palka Sesuai dengan perhitungan waktu evakuasi yang telah didapat yakni selama 4 menit 40 detik dan jumlah siklus yang didapat yakni selama 1 menit 51 detik, sehingga total waktu evakuasi setiap palka yakni : • Palka 1 & 2 = 12634,88 detik • Palka 3 & 4 = 10569,11 detik • Palka 5 & 6 = 11918,42 detik 31 d. Total waktu keluaran dari tangki vakum menuju palka/KJA Waktu keluaran dari tangki vakum menuju palka/ KJA didapat berdasarkan kecepatan aliran yakni 0,55 m/s dan panjang pipa ditambah dengan flexible hose yakni 4,5 m ditambah 25 m. Waktu keluaran yang didapat selanjutnya dikalikan dengan jumlah siklus setiap palka. Didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut : • Palka 1 & 2 = 2420,32 detik • Palka 3 & 4 = 2024,60 detik • Palka 5 & 6 = 2283,07 detik e. Total Waktu Bongkar Muat Pada bongkar muat diasumsikan waktu pemindahan flexible hose setiap palka membutuhkan waktu 5 menit dengan jumlah 6 palka menjadi 30 menit. Kemudian didapatkan total waktu bongkar muat sebagai berikut : TBM = Total waktu evakuasi + total waktu pemindahan flexible hose + total waktu pemindahan ikan pada setiap palka menuju tangki vakum + total waktu keluaran dari tangki vakum menuju palka/kja TBM = 57595,94 detik = 16 Jam 4.2.6 Komponen Yang Digunakan Merupakan alat-alat dan spesifikasinya yang digunakan pada sistem bongkar muat yang dirancang. Didapat sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya dan beberapa pertimbangan. Komponennya sebagai berikut : 32 a. Alat yang digunakan untuk sistem bongkar muat yakni : Gambar 4.3 AFAK Fish Vacuum Pump System (sumber : www.afak.nl/fish vacuum pump system) Spesifikasi AFAK Fish Vacuum System : Tipe = AFAK Fish Vacuum System Kapasitas = 30 -100 m3/h water & fish Tangki Vakum = 600 – 3000 liter Valve = DN 250 / 300 Knife Cutting Valve Pompa Vakum = Vacuum Pump TRSB 100-980 Max Suction H = 6,5 m Alat ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yakni, kapasitas yang memenuhi berkisar antara 30 – 100 m3/jam. Sedangkan perencanaan memiliki kapasitas 97,14 m3/jam. Selain itu suction height memenuhi dengan maksimal 6,5 m. sedangkan kapal yang dirancang memiliki tinggi dek 5,7 m. 33 b. Pipa Berdasarkan perencanaan diameter pipa yang akan digunakan sebesar 250 mm atau 25 cm. Dengan panjang 4,5 meter disesuaikan dari outlet tangki vakum menuju flexible hose bagian outlet sistem. Namun berdasarkan pertimbangan kegunaan dan sesuai ukuruan pipa yang ada di pasaran maka dipilih pipa sebagai berikut : Gambar 4.4 ASAHI PVC Pipe (Sumber : ASAHI PVC Pipe Product List) Tabel 4.2 ASAHI PVC Pipe (JIS K6741) 34 Sumber : ASAHI PVC Pipe Product List Pipa dengan material PVC dipilih berdasarkan pertimbangan berat dan kegunaan material. Bahan pipa ini memiliki berat yang lebih ringan daripada bahan metal. Selain itu kegunaannya untuk memindahkan ikan yang tidak harus menggunakan material kuat. Diameter 25 cm dipilih karena sudah memenuhi rata-rata ukuran lebar ikan kerapu dewasa yang berkisar antara 6,6 – 7,6 cm. c. Flexible Hose Flexible hose digunakan pada sisi inlet dan outlet sistem. Komponen ini dipilih atas pertimbangan memudahkan untuk proses loading/unloading. Yakni hanya dengan memindahkan sisi luar flexible hose ini dari keramba jaring apung ke palkah atau sebaliknya. Berikut spesifikasinya : • Diameter Dalam = 250 mm • Material Kulit = PVC polyvinyl chloride • Ketebalan Kulit = 0,9 mm • Spiral = Galvanized spring steel • Panjang = 20 m max • Warna = transparan • Ketahanan Suhu = -30 - +70°C • Kemampuan = Gas, air, benda padat, vakum, bahan-bahan kimia. 35 Gambar 4.5 PVC Flexible Hose DN 250 mm (sumber : www.flexi-hoses.com/p/950/flexible-hoses-pvc-mediumlight-dn-250-mm) Diameter 250 mm disesuaikan dengan pipa sebelumnya yang terpasang pada sistem. Selain itu panjang pipa 20 m sesuai dengan kebutuhan yang pada perencanaan dari inlet/outlet ke ruang muat atau sebaliknya dan dari inlet/outlet ke keramba jaring apung memiliki jarak maksimal 15 m. d. AquaScan Automatic Fish Counter CSE-2500 Fish Counter digunakan untuk menghitung ikan secara otomatis. Alat ini di pasang pada pipa sistem setelah keluaran tangki vakum sebelum outlet sistem. Setiap ikan yang melewati alat ini akan terhitung secara otomatis. 36 Gambar 4.6 AquaScan Automatic Fish Counter CSE-2500 (sumber : www.aquascan.com/aquascan fish counter/) Tabel 4.3 Spesifikasi AquaScan Automatic Fish Counter CSE2500 Sumber : www.aquascan.com/aquascan fish counter/ e. AquaScan Control Unit Alat ini digunakan untuk mendukung fish counter. Jumlah ikan yang telah dihitung dapat dilihat dari alat ini. 37 Gambar 4.7 AquaScan Control Unit (sumber : www.aquascan.com/aquascan control unit/) Tabel 4.4 Spesifikasi AquaScan Control Unit Sumber : www.aquascan.com/aquascan control unit/ 38 f. Computer Integrated Fish Weight & Size Calculator with HD Gambar 4.8 Computer Integrated Fish Weight & Size Calculator with HD (sumber : www.akvagroup.com/products/) Alat ini dipasang pada pipa setelah keluaran fish counter. Berfungsi untuk mengetahui berat dan ukuran ikan. Ikan akan dihitung otomatis beratnya ketika melewati scanner berupa kamera berukuran 13x20x44 cm yang dipasang pada sambungan pipa. 4.3 Perencanaan Sistem Bongkar Muat Dengan Sistem Jaring Jaring Ikan merupakan alat yang paling sering digunakan dalam menangkap ikan. Alat ini umum digunakan karena mudah dan sederhana. Alat ini paling umum digunakan oleh nelayan. Perencanaan sistem jaring meliputi perhitungan kebutuhan jaring tangan, pukat kantong, pemberat, pelampung pukat kantong dan tali kolor pukat kantong. 4.3.1 Jaring Tangan Jaring merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menangkap ikan. Jaring ikan adalah jaring yang dibuat dengan cara menyulam atau menganyam 39 benang tipis hingga membentuk jaring-jaring. Penjaringan adalah prinsip utama penangkapan ikan komersial. Jaring tangan berukuran cukup kecil hingga dapat digenggam oleh tangan atau terikat pada ujung batang dimana ujung batang yang lain digenggam oleh tangan. Gambar 4.9 Jaring Tangan (sumber : www.ebay.com/bhp/fishing-net) Berdasarkan ukuran ikan kerapu yang memiliki berat rata-rata 500 gram dan panjang rata-rata 29 cm, maka dipilih jaring tangan sebagai berikut : Frabill 2324 Sportsman Economy Fish Net 17" x 18" Teardrop Hoop 24" Fixed Handle Ukuran : 17” x 18” = 43,2 x 45,7 cm Kedalaman : 24” = 61 cm Jumlah : 6 buah Sesuai dengan ukuran jaring tangan, setiap penjaringan dapat mengambil 10 - 16 ekor ikan kerapu. 40 Gambar 4.10 Frabill 2324 Sportsman Economy Fish Net (sumber : www.ebay.com/bhp/fishing-net) 4.3.2 Pukat Kantong Pukat kantong merupakan jaring ikan yang melebar dengan pemberat hampir sampai ke dasar air lalu jaring ditarik untuk menggiring dan mengurung ikan, lalu diangkat. Gambar 4.11 Pukat Kantong (Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Seine_fishing) 41 Pada ruang muat pukat kantong ditempatkan sebelum ikan dimasukkan. Ketika akan di bongkar muat pukat kantong ditarik dengan tali kolor mendekat pada lubang palkah, sehingga ikan terkumpul dan lebih mudah ditangkap dengan menggunakan jaring tangan. Dalam perancangan pukat kantong terdapat perhitungan dan pertimbangan sebagai berikut : a. Ukuran Pukat Kantong Panjang dan kedalaman pukat kantong disesuaikan dengan ukuran ruang muat pada kapal. Jumlah pukat kantong juga disesuaikan dengan jumlah ruang muat, yakni : 6 ruang muat : 4,5 x 2,5 x 4,7 m = 6 buah Penentuan ukuran mata jaring tergantung dengan ukuran dan jenis ikan yang ditangkap yakni ikan kerapu. Berikut merupakan perhitungannya : OM = . Dimana : OM = Bukaan Mata Jaring (mm) L = Panjang Ikan (mm) K = Koefisien (5 ; 3,5 ; 2,5) Panjang ikan kerapu dewasa rata-rata 29 cm, diambil 30 cm. Sedangkan nilai K = 3,5 untuk bentuk dan ukuran ikan umum. (FAO fisheries & aquaculture department, 2011) Sehingga : OM = 57,14 mm = 5,7 cm 42 Jadi, ukuran mata ikan untuk jaring pukat kantong yakni 5,7 cm. b. Pemberat Pukat Kantong Pemberat pukat kantong berfungsi untuk menjaga pukat kantong menutupi ikan sampai dasar ruang muat. Berat pemberat pukat kantong yakni 1-3 kg/meter, diambil 3 kg. (FAO fisheries & aquaculture department, 2011) Sehingga, pada ukuran ruang muat : 4,5 m = 4 buah = 12 kg 2,5 m = 2 buah = 6 kg 4,7 m = 4 buah = 12 kg Jadi, jumlah pemberat pada setiap pukat kantong yakni 10 buah dengan total berat 30 kg. Gambar 4.12 Pemberat Pukat Kantong (sumber : en.wikipedia.org/wiki/Seine_fishing) 43 c. Pelampung Pukat Kantong Pelampung pukat kantong berfungsi untuk menjaga pukat kantong menutupi ikan sampai permukaan air di ruang muat. Daya apung yang diperlukan kira-kira separuh lebih sedikit dari berat jaring di udara. Jumlah pelampung pukat kantong kira-kira sama dengan 1,5 sampai 2 kali jumlah pemberat yang dipasang dibawah. (FAO fisheries & aquaculture department, 2011) Jadi, sesuai pemberat yang berjumlah 10 pada setiap pukat kantong maka jumlah pelampung yang dibutuhkan untuk setiap pukat kantong yakni 20 buah. Gambar 4.13 Pelampung Pukat Kantong (sumber : en.wikipedia.org/wiki/Seine_fishing) d. Tali Kolor Tali kolor digunakan untuk mengerutkan pukat kantong agar ikan terkumpul dan lebih mudah untuk ditangkap. Tali kolor kebanyakan 1,1 sampai 1,75 kali 44 panjang tali ris bawah, diambil 1,1 kali panjang pukat kantong. (FAO fisheries & aquaculture department, 2011) Panjang tali ris bawah yakni : Lrb = (2 x 4,5) + (2 x 2,5) m = 14 m Sehingga, panjang tali kolor untuk masing-masing pukat kantong yakni : Lt = 14 m x 1,1 = 15,4 m 4.3.3 Waktu Bongkar Muat Berdasarkan sistem jaring kapal pengangkut ikan hidup yang telah dirancang dapat diketahui berapa waktu bongkar muat. Pada perancangan ini diasumsikan waktu penjaringan ikan yakni 6 kali penjaringan per menit yang setiap penjaringannya dapat mengangkut 10 - 16 ikan namun diambil 10 agar ikan tidak terlalu berdesakkan. Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut : 70430/ 60 ekor = 1173,83 menit = 19 jam 34 menit Jika termasuk perhitungan jumlah dan pengukuran berat ikan membutuhkan total waktu lebih dari 19 jam 34 menit. 4.4 Analisa Perbandingan Sistem Bongkar Muat Dengan Sistem Vakum dan Sistem Jaring Dalam suatu perancangan dibutuhkan proses untuk menentukan suatu pilihan yang paling tepat dalam perancangan tersebut. Sehingga perlu dilakukan perbandingan pada beberapa pilihan. Dalam perancangan 45 ini yakni perbandingan antara sistem jaring dan vakum pada perancangan sisten bongkar muat kapal pengangkut ikan hidup. 4.4.1 Sistem Vakum Kelebihan : + Membutuhkan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan jaring. + Lebih efektif dibandingkan dengan sistem jaring yang dalam hal ini proses penghitungan dan pengukuran beratnya. Kekurangan : - Membutuhkan ruang yang cukup luas dikapal untuk penempatan berbagai komponen. - Memiliki sistem yang lebih rumit dibandingkan dengan penggunaan jaring. 4.4.2 Sistem Jaring Kelebihan : + Lebih sederhana dibandingkan dengan sistem vakum yang lebih rumit. + Tidak membutuhkan ruang yang luas di kapal karena hanya menggunakan jaring. Kekurangan : - Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses bongkar muatnya. - Dapat merusak ikan kerapu, karena dengan jaring ikan dapat terhimpit dan berdesakkan. 46 “Halaman ini sengaja dikosongkan” BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan 1. Jumlah kapasitas ikan kerapu berdasarkan BPPT yakni 1 ikan setiap 5,5 liter air. Didapat total ikan yang dapat dimuat di kapal pengangkut ikan hidup 300 GT sebanyak 70430 ekor ikan kerapu. 2. Berdasarkan perhitungan didapatkan waktu evakuasi/ waktu pemvakuman pada setiap ruang muat/ palka selama 4 menit 40 detik. 3. Sistem vakum terdiri dari beberapa komponen yakni pompa vakum, tangki vakum, flexible hose, pipa pvc, fish counter, fish weight sensor, de-watering box. 4. Sistem jaring terdiri dari 2 komponen yakni jaring tangan dan jaring pukat kantong. Berdasarkan aturan FAO mengenai alat perikanan ukuran mata jaring pukat kantong didapat sebesar 5,7 cm. 5. Bongkar muat menggunakan sistem vakum membutuhkan waktu lebih cepat dan lebih efektif daripada menggunakan sistem jaring yakni dengan waktu total bongkar muat 16 jam pada sistem vakum dan sekitar 19 jam 34 menit pada sistem jaring. 6. Pada instalasinya sistem jaring lebih sederhana dibandingkan dengan sistem vakum. Namun, dalam hal efisien waktu sistem vakum lebih cepat dibandingkan dengan sistem jaring. 47 48 5.2 Saran 1. Dapat dilakukan optimasi lebih lanjut pada perancangan sistem vakum seperti penggunaan sistem vakum lebih dari 1, dan pemasangan sistem perpipaan bongkar muat yang fixed pada setiap palka. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa analisa fluida pada aliran sistem vakum agar lebih mengetahui hal yang terjadi pada ikan ketika berpindah melalui sistem vakum. DAFTAR PUSTAKA Afandy, A. 1998. Study Pengembangan PPi 10 Uli Palembang. Skripsi. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. BBAP Situbondo. 2013. Budidaya Kerapu di keramba Jaring Apung. Artikel. <http://bbapsitubondo.com/index.php? option=com_content&view=article&id=279:budidayakerapu-di-karamba-jaring-apung&catid=36:kegiatan-danpelayanan&Itemid=54>. April, 2013. Berka, R. 1986. The Transport of Live Fish A Review. EIFAC Technical Paper. Organization of The United Nation. Rome: Food and Agriculture. 52 p. Darmawan, Dienis. 2011. Perencanaan Sistem Bongkar Muat Ikan Hidup dengan Menggunakan Simulasi CFD. Skripsi. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan. Fakultas Teknologi Kelautan. ITS – Surabaya. Dirjen Perikanan Budidaya KKP. 2013. Komoditas Andalan Indonesia Memasuki Jajaran Produsen Ikan Dunia. Jakarta. Ditjen Perikanan Budidaya KKP. 2002. Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan. Engineering Toolbox. 2016. Vacuump Pump Evacuation Time Calculation. Artikel. <http://www.engineeringtoolbox.com/vacuum-evacuation-time-d_844.html>. Maret, 2016. Faizal, Achmad. 2015. Kerapu Cantik Si Pencetak Rupiah Untuk Warga Situbondo. Artikel. <http://regional. kompas.com/read/2015/10/02/16574311/Kerapu.Cantik.Si .Pencetak.Rupiah.untuk.Warga.Situbondo?page=all>. Oktober, 2015. Food and Agriculture Organization. 2016. Alat Penangkap Ikan dan Pengoperasiannya”, United Nation. Habibi A, Sugiyanta, Candika. 2011. Perikanan Kerapu dan Kakap – Panduan Penangkapan dan Penanganan. WWF – Indonesia. 49 50 Havyard MMC Live Fish Carriers. 2015. MMC Live Fish Carrier. Havyard MMC Technical Data. <http://www. havyard.com/products/fish-handling/well-boats/>. Desember, 2015. Jurnal Maritim. 2015. Indonesia Produsen Perikanan Budidaya Terbesar Dunia. Bali. Khairani, Nurul. 2014. Perancangan Sistem Ruang Muat Untuk Kapal Pengangkut Ikan Hidup di Sumatera Barat. Skripsi. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan. Fakultas Teknologi Kelautan. ITS – Surabaya. Langkosono. 2007. Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kualitas Perairan. Neptunus, Vol 14, No. 1, Juli 2007. Onny. 2011. Prinsip Kerja Pompa Vakum. Artikel. <http:// artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-pompa-vakum/>, Desember, 2015. Rahmi, Harini. 2012. Budidaya Ikan Kerapu Bebek Yang Prospektif. Artikel. <http://www.kompasiana.com/ ariname/budidaya-ikan-kerapu-bebek-yang-prospektif_ 55122f96a33311eb56ba7fc2>. Desember 2015. Rinto. 2012. Transportasi Ikan Hidup. Artikel. <http:// teknologipascapanen.blogspot.co.id/2012/02/transportasiikan-hidup.html>. Februari, 2016. Wikipedia. 2015. Metode Penangkapan Ikan. Artikel. <http://id.wikipedia.org/wiki/metode_penangkapan_ikan. Februari, 2016. LAMPIRAN 51 AFAK Fish Vacuum System PIPES FITTING PVC PIPE ● Unplasticized Polyviny Chloride Pipes OTHER CEMENT FLANGES BOLT, NUT, WASHER JOINTS VP JIS K6741(PVC:40 ∼ 300mm,HI-PVC:200 ∼ 300mm) VU JIS K6741(PVC:40 ∼ 500mm) ●VP (JIS K6741) Pipe Unit:mm Outer diameter Nominal Basic Size Identification Max. Min. Average Dimension (mm) Tolerance Tolerance (mm) 13 VP 13 18 ±0.2 ±0.2 16 VP 16 22 ±0.2 ±0.2 20 VP 20 26 ±0.2 ±0.2 25 VP 25 32 ±0.2 ±0.2 30 VP 30 38 ±0.3 ±0.2 40 VP 40 48 ±0.3 ±0.2 50 VP 50 60 ±0.4 ±0.2 65 VP 65 76 ±0.5 ±0.3 75 VP 75 89 ±0.5 ±0.3 100 VP100 114 ±0.6 ±0.4 125 VP125 140 ±0.8 ±0.5 150 VP150 165 ±1.0 ±0.5 200 VP200 216 ±1.3 ±0.7 250 VP250 267 ±1.6 ±0.9 300 VP300 318 ±1.9 ±1.0 Thickness Min. Dimension 2.2 2.7 2.7 3.1 3.1 3.6 4.1 4.1 5.5 6.6 7.0 8.9 10.3 12.7 15.1 Approximate Length Tolerance Inner diameter ±0.6 ±0.6 ±0.6 ±0.8 ±0.8 ±0.8 ±0.8 ±0.8 ±0.8 ±1.0 ±1.0 ±1.4 ±1.4 ±1.8 ±2.2 13 16 20 25 31 40 51 67 77 100 125 146 194 240 286 ●VU (JIS K6741) Pipe Outer diameter Nominal Basic Size Identification Average Dimension (mm) Tolerance (mm) 40 VU 40 48 ±0.2 50 VU 50 60 ±0.2 65 VU 65 76 ±0.3 75 VU 75 89 ±0.3 100 VU100 114 ±0.4 125 VU125 140 ±0.5 150 VU150 165 ±0.5 200 VU200 216 ±0.7 250 VU250 267 ±0.9 300 VU300 318 ±1.0 350 VU350 370 ±1.2 400 VU400 420 ±1.3 450 VU450 470 ±1.5 500 VU500 520 ±1.6 0.174 0.256 0.310 0.448 0.542 0.791 1.122 1.445 2.202 3.409 4.464 6.701 10.129 15.481 21.962 Unit:mm Thickness Min. Dimension 1.8 1.8 2.2 2.7 3.1 4.1 5.1 6.5 7.8 9.2 10.5 11.8 13.2 14.6 Single-adhesion receptacle straight Pipe 130 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 Calculated HI-VP Weight PIPE (kg/m) Approximate Length Tolerance Inner diameter ±0.4 ±0.4 ±0.6 ±0.6 ±0.8 ±0.8 ±0.8 ±1.0 ±1.2 ±1.4 ±1.4 ±1.6 ±1.8 ±2.0 44 56 71 83 107 131 154 202 250 298 348 395 442 489 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 Calculated Weight (kg/m) 0.413 0.521 0.825 1.159 1.737 2.739 3.941 6.572 9.758 13.701 18.051 23.059 28.875 35.346 Single-rubber ring receptacle straight Pipe ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● VP-Straight Pipe HI-VP-Straight Pipe Notes: 1.The maximum outer diameter (minimum outer diameter) is the largest(smallest) of outer diameter measurement at a location. 2.The average outer diameter is the average for outer diameter measurements made in a direction other than two parallel directions or a circumference measurement divided by 3.142. 3.The mass per unit length (m) in the table, which was calculated using a specific gravity of 1.43, is only for information, not part of the standards. 4.The length tolerance is ±10mm. 5.Pipe HI-VP conform to the JIS K6742 standard. (13mm∼150mm) 6 . Water Pipes (JIS K6742) are available.(13mm ∼150mm) ! "# ! ! $ % / . &' ( " ! )*+ 1 + # # # $ , . # # -2 34 $ % 0 ! • • • • • • • • • • • • • !" #$ %& ' # (( ) ( * + , +) - , + . ) + " * * /) + $ ( 0" / # BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 1995. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Terlahir dengan nama Wisnu Putra Kurniawan dari pasangan Priyo Setiawan dan Utami Budihastuti. Riwayat pendidikan formal yang telah ditempuh adalah SD Muhammadiyah 12 Pamulang, SMP Muhammadiyah 22 Pamulang, SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Setelah lulus dari SMA pada tahun 2012, penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Diterima di Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan – Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya jenjang Strata I (S1). Penulis mengambil konsentrasi bidang keahlian Marine Machinery and System (MMS). Selama perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan yang sifatnya akademis dan non akademis. Penulis aktif di organisasi mahasiswa (Himasiskal) sebagai Staf Departemen Minat dan Bakat periode 2013-2014. Penulis pernah melaksanakan kerja praktik di PT. Daya Radar Utama Jakarta dan Indonesia Power UPJP Gilimanuk, Bali. Wisnu Putra Kurniawan Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS [email protected]