BOX 3: SURVEI KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI: KOMODITAS DAGING AYAM RAS PASOKAN Pasokan daging ayam ras di Provinsi Kalbar dipenuhi sebagian besar melalui peternakan yang berada di Kabupaten Pontianak dan Kota Pontianak. Menurut data Dinas Peternakan dan Kesehatan hewan tahun 2008, populasi ternak ayam ras di dua kabupaten/kota tersebut mencapai 61% dari populasi total ayam ras di Kalbar. Produksi daging ayam ras terbesar dihasilkan kota Pontianak yaitu sebesar 13.625 ton per tahun atau 56% dari total produksi daging ayam ras Kalbar. Grafik Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Kalimantan Barat (Ton) Grafik Pangsa Produksi Daging Ayam Ras Menurut Kabupaten/Kota Kabupaten Lainnya 8% Kab. Sambas 5% Kab. Pontianak 15% . Kab. Melawi 5% Kota Pontianak 56% Sumber: Kalbar Dalam Angka 2009 Kab. Kubu Raya 6% Kota Singkawang 5% Sumber: Kalbar Dalam Angka 2009 JALUR DISTRIBUSI Jalur perdagangan daging ayam ras berdasarkan survei dimulai dari peternak yang umumnya menjual dalam kondisi ayam hidup, sementara pedagang besar yang berada di pasar tradisional dalam kondisi hidup atau dalam bentuk potongan daging ayam. Di tingkat pedagang pengecer, ayam ras dijual dalam bentuk daging ayam utuh dan juga dalam bentuk potongan daging ayam. Jalur Perdagangan Daging Ayam Ras: Peternak Ayam Ras Rumah Pemotongan Pedagang Besar Pedagang Eceran BIAYA DAN MARGIN USAHA Bila dilihat dari struktur ongkos usaha peternak, komponen biaya terbesar adalah untuk pengadaan bibit ayam (51,06%) dan pakan ternak (37,63%). Fluktuasi pada kedua komponen ini sangat signifikan dalam menentukan harga jual daging ayam ras. Berdasarkan survei diperoleh informasi bahwa margin perdagangan di tingkat peternak berkisar Rp. 4.210/kg, di tingkat pedagang besar margin perdagangan sekitar Rp. 980/kg, sedangkan margin pada tingkat pengecer cukup tinggi dibandingkan dengan pedagang besar yaitu sekitar Rp. 1.340/kg. Kondisi ini dimungkinkan karena selain dijual dalam bentuk ayam utuh, pengecer juga menjual ayam yang telah dipotong dan dibersihkan. FAKTOR PENYEBAB DAN KENDALA Grafik Faktor Penyebab Fluktuasi Harga Musiman Daging Ayam Ras Grafik Kendala Kegiatan Usaha Daging Ayam Ras Kurangnya Sarana dan Prasarana 8% Spekulasi 6% Cuaca 13% Stok barang 81% Sumber: Hasil Survei BI, diolah Lokasi Usaha Tidak Strategis 23% Kendala Modal 69% Sumber: Hasil Survei BI, diolah Adapun beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi harga komoditas daging ayam ras adalah terbatasnya stok, cuaca, dan spekulasi pedagang. Terkait dengan terbatasnya stok, dari hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan dinas terkait diperoleh informasi bahwa ratarata konsumsi daging ayam masyarakat Kalbar adalah sebesar 3.000 ton per bulan. Jika dibandingkan produksi daging ayam ras Kalbar tahun 2008 yang sebesar 24.235 ton per tahun atau rata-rata 2.019 ton per bulan, maka terdapat kekurangan pasokan sekitar 980 ton per bulan. Kekurangan tersebut semakin besar pada saat hari raya keagamaan. Perubahan pola konsumsi masyarakat menyebabkan tingginya permintaan daging ayam ras, sehingga harga di tingkat pengecer meningkat tajam. Sementara ini, kekurangan pasokan tersebut didatangkan dari luar pulau oleh beberapa pedagang retail besar (supermarket) dan rumah makan. Adapun harapan peternak untuk menambah jumlah hewan ternak mereka terkendala oleh kurangnya modal usaha dan sulitnya bibit ayam pedaging (DOC). Pada tingkat pedagang besar, fluktuasi harga daging ayam ras juga dipengaruhi oleh cuaca. Hal ini disebabkan karena efek substitusi dari komoditi ikan laut. Pada dasarnya preferensi masyarakat Kalbar terhadap ikan laut sangat tinggi. Apabila cuaca baik dan pasokan ikan laut melimpah, maka konsumen lebih banyak memilih ikan laut. Sebaliknya apabila cuaca buruk dan gelombang tinggi yang menyebabkan harga ikan laut melambung, masyarakat akan beralih mengkonsumsi daging ayam sebagai substitusi ikan laut. Kendala utama kegiatan usaha peternakan ayam ras di Kalbar adalah kurangnya jumlah produksi jagung lokal untuk makanan ternak sehingga harus mendatangkan jagung dari pulau Jawa. Selain kurangnya jumlah produksi jagung lokal, salah satu kelemahan produksi jagung lokal adalah persentase kadar air yang relatif tinggi dibandingkan dengan komoditas jagung yang berasal dari Pulau Jawa. Pesentase kadar air untuk pakan ternak ayam dari jawa adalah pada kisaran 10-14%, sedangkan kadar air jagung yang berasal dari petani lokal berkisar 15-16%. Masalah selanjutnya adalah waktu pengiriman makanan ternak dari Pulau Jawa. Proses bongkar muat barang di pelabuhan Pontianak menjadi kendala tersendiri bagi para pelaku usaha jasa pengiriman makanan ternak. Proses bongkar muat pelabuhan Pontianak yang padat dan ditambah dengan sering rusaknya alat-alat bongkar muat membuat faktor biaya menjadi tidak efisien.