BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada proses belajar mengajar ada interkasi atau hubungan timbal balik
antara siswa dengan guru, dimana siswa menerima pelajaran yang diajarkan oleh
guru. Guru mengajar dengan menstimulasi, membimbing siswa dan mengarahkan
siswa mempelajari bahan pelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setiap
keinginan pembelajaran tentunya ada tujuan pembelajaran, dimana tujuan
pembelajaran ini tidak akan tercapai tanpa adanya penggunaan model pengajaran
yang tepat. Djamarah (2010) menyatakan bahwa model adalah cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, model diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang inigin dicapai setelah pelajaran berakhir.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang di
dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran
di kelas diarahkan kepada kemampuan seseorang untuk menghapal informasi.
Otak seseorang dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang
diingatnya itu untuk dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika
seseorang siswa lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis tetapi mereka miskin
aplikasi. Dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak diarahkan membentuk
manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah, serta tidak
diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif (Irma, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru biologi di SMA Swasta
Kartika I-2 Medan yang telah dilakukan pada tanggal 24 maret 2016 dengan
Bapak Liza pada guru mata pelajaran Biologi, belum pernah di sekolah tersebut
melakukan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dan
model pembelajaran berbasis masalah sedangkan model yang digunakan adalah
model konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Metode konvensional
ini tidak banyak melibatkan interaksi diantara siswa, maka siswa menjadi malas
belajar dan tidak mau bertanya pada guru meskipun sebenarnya belum mengerti
2
materi yang diajarkan. Selain itu juga peneliti melakukan tanya jawab dengan
beberapa orang siswa – siswi SMA Kartika I – 2 Medan yang menyatakan bahwa
praktikum sangat jarang dilakukan selama satu semester. Jarangnya melakukan
praktikum akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Adanya kecenderungan dimana guru-guru pada umumnya menyajikan
materi pelajaran dengan konvensional, dinilai kurang mampu meningkatkan hasil
belajar siswa karena tidak ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Disamping itu model ini tidak dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keberanian mengemukakan pendapat sehingga penerimaan
siswa terhadap materi pelajaran tidak terkesan secara mendalam dan siswa
cenderung menjadi bosan dan malas. hal ini menyebabkan hasil belajar yang
diperoleh siswa rendah dan berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yang ditetapkan yaitu 72. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas XI
yaitu 70 untuk mata pelajaran biologi.
Demi tercapainya kondisi kelas yang lebih aktif dan kondusif maka
diperlukan model pembelajaran lain yang lebih variatif dan bersifat active
learning, contohnya adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran berbasis masalah. Wahab Jufri (2013) menyatakan dengan model
inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penemuan sesuatu
melalui proses mencari dengan menggunakan langkah – langkah ilmiah. Model
inkuiri pada dasarnya merupakan salah satu usaha dari guru untuk dapat
merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan, serta adanya
suatu proses pemecahan masalah. Model inkuiri dapat melatih siswa dalam
memecahkan
masalah,
meningkatkan
pemahaman
terhadap
sains,
mengembangkan keterampilan belajar sains dan literasi sains serta dapat melatih
kecakapan berpikir siswa. Jauhar (2011) menyatakan Dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
siswa. Guru akan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatan dan siswa mampu memahami konsep-kosep biologi
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain model inkuiri terbimbing, juga terdapat model lain yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
3
model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa. Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah
Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti membandingkan dua model
pembelajaran yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran berbasis masalah. Masing-masing model pembelajaran tersebut
memiliki karakteristik, kelebihan dan kelemahan masing-masing yang berbeda
antara model yang satu dengan model lainnya. Adanya perbedaan tersebut, maka
memungkinkan adanya perbandingan hasil belajar yang diraih oleh siswa,
khususnya hasil belajar dalam Biologi. Model inkuiri terbimbing telah terbukti
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan penelitian yang dilakukan
Siagian (2011) di SMAN 14 Medan didapatkan nilai rata-rata pre-test untuk kelas
inkuiri terbimbing sebesar 3,36 dan nilai rata-rata post-test 7,48 maka peningkatan
rata-ratanya sebesar 4,12. Selain itu model pembelajaran berbasis masalah juga
terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan penelitian yang
dilakukan Rukman (2013) di SMAN 1 Natar Lampung Selatan didapatkan nilai
pre-test untuk kelas pembelajaran berbasis masalah sebesar 37% dan nilai ratarata post-test sebesar 79% maka peningkatan nilainya sebesar 42%. Dari hasil
penelitian tersebut ternyata penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap materi Biologi.
Peneliti mengambil materi sistem respirasi dikarenakan materi sistem
pernapasan merupakan materi yang dibahas di semester kedua kelas XI IPA.
Materi sistem pernapasan akan lebih mudah dipahami siswa apabila
didukungdengan
pelaksanaan
praktikum.
Pelaksanaan
praktikum
akan
4
memanfaatkan barang – barang bekas yang mudah ditemukan dilingkungan
sekitar.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti menyadari bahwa
perlu untuk mewujudkan pemahaman siswa terkait materi sistem respirasi. Model
pembelajaran Inkuiri dan model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah
satu alternatif pembelajaran yang cocok di terapkan untuk melatih siswa bekerja
secara ilmiah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kemampuan berpikir kritis
siswa untuk mewujudkan tujuan pembelajaran Biologi.
Dengan adanya kesamaan peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah
tersebut, peneliti ingin membandingkan antara keduanya untuk melihat model
manakah yang lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul : “Perbandingan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis
yang Diajarkan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Sistem
Respirasi di SMA Swasta Kartika I-2 Medan T.P 2015/2016”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan
yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar Biologi siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
2. Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dan model
pembelajaran berbasis masalah belum pernah diterapkan dalam pembelajaran.
3. Guru biologi kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga peran
siswa masih kurang dalam proses pembelajaran. Siswa tidak terbiasa dengan
diawali dengan permasalahan-permasalahan dan membuktikan konsep sehingga
kemampuan berfikir kritis siswa tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
5
1.3.Batasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah yang akan dibahas, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan inkuiri
terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah.
2. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA khususnya kelas XI IPA 2 dan
kelas XI IPA 4 SMA Swasta Kartika I-2.
3. Materi pelajaran Biologi kelas XI IPA Semester II di SMA dibatasi hanya pada
Sistem Respirasi.
4. Kemampuan berpikir kritis dibatasi pada persamaan dan perbedaan, pengurutan,
menganalisis dan membuat kesimpulan.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimanakah perbandingan hasil belajar yang diajar dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah pada materi
sistem respirasi di SMA Swasta Kartika I-2 Medan T.P 2015/2016?
2. Bagaimanakan perbandingan berpikir kritis yang diajar dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah pada materi
sistem respirasi di SMA Swasta Kartika I-2 Medan T.P 2015/2016?
1.5. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi sistem
respirasi di SMA Swasta Kartika I-2 Medan T.P 2015/2016.
6
2. Untuk mengetahui hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi sistem respirasi
di SMA Swasta Kartika I-2 Medan T.P 2015/2016.
3. Untuk mengetahui adakah perbandingan hasil belajar dan kemampuan berpikir
keritis yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dan model pembelajaran berbasis masalah pada materi sistem respirasi di SMA
Swasta Kartika I-2 Medan T.P 2015/2016
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat antara lain:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir siswa dalam proses
pembelajaran biologi.
b. Bagi guru, diharapkan menjadi alternatif model dalam meningkatkan kemampuan
berpikir siswa dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti lain, sabagai bahan perbandingan dan masukan untuk peneliti sejenis
dengan mempergunakan model pembelajaran dan konsep yang berbeda guna
meningkatkan mutu pendidikan.
b. Sebagai kontribusi peneliti dalam memperkaya ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan model inquiry terbimbing dan kamampuan sikap ilmiah
siswa.
Download