PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN BLACK HOUSE CAFÉ ADE ANGGRAENI, TUTIE HERMIATI Ilmu Administrasi, Administasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Cafe. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 140 pengunjung Black House Café dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik purposive. Instrument penelitian inimenggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan linear regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa general interior memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap minat beli ulang sebesar 52.7%. Kondisi interior memiliki pengaruh terhadap minat beli ulang sebesar 27.8% dan sisanya sebesar 72.2% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata kunci : Kondisi Interior; Minat Beli Ulang Abstract. The objective of this research is to analyze how the effect of general interior toward repurchase intention. This research applied quantitative approach. The sample of this research is 140 visitor Black House Café, collected using non-probability sampling and purposive technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with linear regression. This result of this research indicate that general interior have a quite strong correlation toward repurchase intention equal to 52.7%. General interior effect repurchase intention equal to 27.8%, and the residue equal to 72.2% effected by some other factor. Key words : General Interior; Repurchase Intention ___________________________________________________________________________ 1. PENDAHULUAN Bidang usaha kuliner restoran dan café merupakan salah satu bidang usaha yang masih bertahan dan bahkan berkembang serta merupakan pilihan yang tepat di dalam kondisi perekonomian Indonesia dan perkembangan jumlah penduduk. Menurut Marsum (1999), usaha food service atau restoran digemari karena adanya alasan berikut: 1. Potensi pasar sangat besar dan akan selalu berkembang. 1 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 2. Alat-alat penghidang makanan, sistem, kontrol, serta pertolongan fisik lainnya yang telah berkembang selain akan membuat bisnis restoran akan semakin mudah dan lancar, serta semakin menguntungkan. 3. Dengan meningkatnya travel, banyak waktu luang serta berbagai hal yang mengakibatkan keadaan tertentu yang menambah alasan untuk makan diluar, akan mengakibatkan pasar pelayanan makanan menjadi semakin besar pula. 4. Harga makanan yang menjadi lebih tingi merupakan kesempatan yang baik untuk mendapatkan uang. Bisnis kuliner di Jakarta semakin ketat, pertumbuhan bisnis kuliner semakin berkembang dari waktu ke waktu, hal ini dapat dilihat dari banyaknya ragam bisnis restoran yang mulai bermunculan yang tersebar di Indonesia khususnya Jakarta. Tabel 1 Presentase Sebaran Wilayah Restoran se-Jawa dan Bali Daerah Kontribusi jumlah restoran (%) Jakarta 26,1% Jawa Barat 12,4% Jawa Timur 10,1% Jawa Tengah 8,6% Yogyakarta 3,7% Bali 12,3% Sumber : www.binaukm.com Dari data Tabel 1 dapat dilihat bahwa Jakarta merupakan sentra pertumbuhan industri restoran dan rumah makan terbesar yang memiliki kontribusi sebesar 26,1%. Seiring dengan semakin berjamurnya resto dan café di Jakarta, timbul pertanyaan apa yang paling penting untuk membuat suatu café tersebut diingat oleh pengunjung serta selalu bisa membuat pengunjung datang kembali? Seiring dengan meningkatnya speciality store, maka pebisnis kuliner harus menggunakan langkah baru untuk menarik kesadaran konsumen atas produk yang dijual. Salah satu strategi yang digunakan untuk menarik minat beli ulang kosumen yaitu dengan membuat kondisi interior yang baik sehingga menimbulkan keputusan pembelian konsumen akan produk yang ditawarkan. Melalui kondisi kompetitif ini, maka pebisnis harus 2 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 mampu merencanakan interior umum dengan bentuk dan konsep baru serta ide-ide kreatif sehingga dapat menjadi stimuli untuk masuk kedalam toko, yang berlanjut pada proses minat pembelian oleh pengunjung. Black House Café merupakan salah satu resto dan café yang tidak hanya mengutamakan varian produk tetapi memiliki keunggulan dalam mendesain interior toko nya. Black House Café sangat mementingkan suasana toko dengan tujuan mempengaruhi konsumen untuk melakukan perilaku yang diinginkan. Perilaku konsumen ini berupa keinginan untuk datang kembali, melakukan word of mouth yang positif, keinginan untuk tinggal lebih lama, keinginan untuk berbelanja lebih dari perkiraan. Oleh karena itu Black House Café membuat 7 konsep area yang bertujuan untuk menyuguhkan pelanggan pada sesuatu yang unik dan berbeda, dimana pada Black House Café pelanggan dapat memilih sendiri konsep area yang mereka inginkan dan sesuai dengan karakter mereka. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, pokok permasalahan mengenai kondisi interior pada Black House Café, maka tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Cafe. 2. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Servicescape Booms and Bitner (1981) mendefinisikan servicescape sebagai lingkungan dimana jasa di produksi dan lingkungan dimana penjual dan konsumen berinteraksi, dipadukan dengan komoditi berwujud yang memfasilitasi performa atau komunikasi jasa tersebut. Dalam penelitian lebih lanjut, Bitner (1992) menggunakan istilah servicescape. Definisi servicescape menurut Bitner adalah lingkungan fisik yang dibuat oleh manusia, bukan lingkungan alami atau sosial. Bitner (1992) mengemukakan tipologi servicescape berdasarkan dua dimensi utama, yaitu pemakaian servicescape dan kompleksitas fisik servicescape. Pemakaian servicescape mengacu pada siapa yang melakukan tindakan dalam servicescape (pelanggan, karyawan atau keduanya). Dari pemakaian servicescape, organisasi jasa dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: a. Self service, dimana pelanggan melakukan sebagian besar aktivitas dan hanya sedikit keterlibatan karyawan. b. Jasa interpersonal, pelanggan dan karyawan terlibat dalam servicescape. 3 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 c. Remote services, keterlibatan pelanggan dalam servicescae minim atau tidak ada sama sekali. 2.2 Store Atmosphere (Suasana Toko) Atmosphere adalah usaha untuk menciptakan lingkungan pembelian yang dapat menghasilkan efek emosional tertentu yang dapat mempengaruhi kemungkinan berbelanja konsumen (Kotler, 1973). Menurut Booms dan Bitner (1981), atmosfer berhubungan dengan style dan tampilan dari lingkungan fisik dan elemen experiental lain yan dirasakan konsumen dalam tempat service diberikan. Menurut Lovelock (2004), dalam pemasaran jasa, service environment memiliki peranan yang penting karena dapat menentukan persepsi konsumen terhadap positioning suatu ritel. Service environment juga dapat mempengaruhi behavior konsumen terhadap suatu ritel dan produk atau jasa yang ditawarkan ritel tersebut. Menurut Bitner (1990), setting fisik da[at mempengaruhi kepuasan akhir pelanggan terhadap suatu layanan. Goal pemasaran dapat dipengaruhi dengan desain dari physical setting (Crosby et al, 1990). Matilla (2001) mengemukakan bahwa hal-hal utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah restoran adalah kualitas (baik kualitas produk maupun pelayanan) dan atmosphere atau physical environment dari restoran tersebut. Physical environment mempengaruhi perilaku konsumen dan persepsi kualitas mereka pada suatu restoran. Physical environment dapat dijadikan alasan oleh konsumen untuk berada lebih lama dalam suatu restoran. Selain menu yang ditawarkan dan pelayanan yang diberikan, physical environment juga merupakan salah satu pertimbangan konsumen untuk mengunjungi kembali suatu restoran (Wakefield dan Blodgett, 1996). Pentingnya lingkungan fisik bervariasi tergantung pada penyedia jasa dan komunitasnya. Kotler (1973) menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat menjadi alat pemasaran yang penting dalam beberapa situasi, meliputi: a. Situasi dimana produk dikonsumsi atau dibelanjakan secara langsung dan penyedia jasa memilki kontrol terhadap lingkungan fisiknya. Dalam hal ini, lingkungan fisik merupakan bagian dari total produk. b. Perbedaan harga antara penyedia jasa yang satu dengan yang lain kecil, sehingga physical surrounding dapat menjadi differentiator dari pesaing. c. Produk ditujukan untuk kelas sosial atau grup pembeli dengan lifestyle tertentu sehingga desain lingkungan fisikinya dapat disesuaikan dengan segmen pasar yang dituju. 4 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 Berman dan Evans (2001:604), membagi dimensi store atmosphere menjadi 4 elemen, sebagai berikut: 1. Exterior (store front, marquee, entrancesm display windows, height of building, size of building, visibility, uniqueness, surrounding stores, surrounding areas, parking, congestion). 2. General Interior (flooring, colours, lighting, scent and sounds, fixtures, wall textures, temperature, width of aisles, dressing facilities, vertical transportation, dead areas, personnel, self-services, merchandise, prices, cash register placement, technology, cleanliness). 3. Store layout (allocation of space for selling; merchandise; personnel and customer, product groupings, traffic flow, space, department locations, arrangements within department). 4. Interior (point-of-purchase) displays (assortment, theme setting, ensemble, rack & cases, cut cases and dump bins, poster; signs; and cards, mobiles, electronic). Pada kesempatan kali ini, peneliti hanya menggunakan salah satu dimensi yang dipaparkan oleh Berman dan Evans (2001) yaitu dimensi general interior (kondisi interior), karena mengacu pada literatur banyak konsumen yang melakukan keputusan pembelian berdasarkan interior poit-of-purchase display, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruhnya pada general interior (kondisi interior). Dan peneliti berpendapat bahwa apabila seorang pelanggan datang ke sebuah café, mereka akan lebih aware pada environment yang ada didalam café tersebut. Black House Café merupakan resto dan café yang dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising, dimana penggunaan warna, tekstur dinding, perabotan, pencahayaan, musik merupakan kombinasi tanpa batas. Visual merchandising yang digunakan oleh Black House Café sangat mewakili visi dan misi dari café itu sendiri. Sehingga dalam hal ini peneliti memilih general interior (kondisi interior) karena sesuai oleh objek. Peneliti hanya menggunakan 8 elemen yaitu pencahayaan, pewarnaan, aroma & suara, perabotan, tekstur dinding, temperatur, karyawan, dan kebersihan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada objek dan keadaan yang pelanggan bisa nilai melalui 5 alat indera manusia yaitu mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit (panca indera) sehingga para pelanggan bisa memberikan penilaian pada saat penyebaran kuesioner. Karena beberapa elemen pada elemen lain yang tidak digunakan seperti lebar jalan, alat transportasi vertikal, dead areas, barang dan jasa, tingkat harga dan etalase tabel, penempatan kasir, dan tekonologi tidak dapat dilihat 5 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 langsung oleh para konsumen sehingga penilaian akan susah untuk dilakukan dan juga ada yang tidak sesuai dengan keadaan pada objek maka elemen tersebut tidak digunakan. 2.2.1 General Interior (Kondisi Interior) Ketika pelanggan berada di dalam sebuah toko, terdapat banyak elemen yang mempengaruhi persepsi mereka. Di Black House Café suasana di desain dengan sangat menarik dengan menggunakan desain interior yang unik pada ketujuh konsep yang diusung pada masing-masing area. Alunan musik yang tenang, pencahayaan yang menyanjung, pramusaji yang ramah, suasana dan desain interior yang memanjakan mata serta menyanjung hati. Black House Café berambisi untuk menciptakan sebuah pengalaman yang menarik secara visual, sensual, spiritual, intelektual. Elemen-elemen dari general interior terdiri dari: a. Flooring (Tata Letak Lantai) Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet), ukiran, desain dan warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat. b. Colors and lighting (Pewarnaan dan Pencahayaan) Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup dan mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dan toko konsumen yang berbelanja akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, dan berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya serta penggunaan warna harus tepat atau sesuai dengan ruangan karena masing-masing warna memiliki arti. Warna yang cerah juga dapat meningkatkan suasana hati atau mood menjadi lebih senang. Terdapat 4 tujuan pencahayaan, yaitu café dan restoran membutuhkan pencahayaan yang mendukung privasi saat menyantap makanan, pencahayaan berperan penting dalam pembentukan mood atau atmosfer ruangan restoran, pencahayaan yang tepat juga dapat mempengaruhi tampilan makanan sehingga makanan dapat membangkitkan selera, dan dibutuhkan tingkat pencahayaan yang cukup untuk mengenali makanan dan membaca menu serta mencegah pelayanatau pengunjung agar tidak tersandung (www.scribd.com). c. Scent and Sound (Aroma dan Suara) Tidak semua toko memberikan layanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khususnya konsumen yang ingin 6 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan maupun stress. Sambil berbelanja konsumen yang dihadapkan pada musik yang keras akan menghabiskan lebih sedikit waktu berbelanja. Lain halnya apabila mereka dihadapkan pada musik yang lembut. Sebuah restoran dapat menggunakan aroma makanan untuk merangsang atau meningkatkan selera makan seseorang. d. Fixtures (perabotan toko) Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena barang-barang tersebut berbeda bentuk, karakter, maupun harganya, sehingga penempatannya pun berbeda. Dengan bantuan peralatan penunjang dan cara penyusunan yang berbeda dapat diciptakan kesan atau image yang berbeda pula. e. Wall Texture (tekstur dinding) Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik. Desaininterior.me.com mengungkapkan, selain mengecat dinding dengan cat dinding terdapat varasi lain yang dapat digunakan untuk mendesain sebuah restoran, salah satunya dengan menggunakan wallpaper, karena wallpaper dapat merupakan pilihan paling praktis dan mudah untuk membuat tampilan menarik pada dinding diruangan anda. f. Temprature (suhu udara) Pengelola toko harus mengatur suhu udara di dalam ruangan. Jangan terlalu panas atau dingin. Jika memasang AC mereka harus mengatur jumlah AC yang dipasang yang mana harus disesuaikan dengan luas atau ukuran toko. Mereka juga harus mengatur di bagian toko mana saja AC dipasang sehingga pelanggan merasa nyaman. Jika tidak memasang AC, maka mereka perlu memperhatikan masalah penggunaan jendela untuk pertukaran udara. g. Personal (karyawan) Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai produk yang dijual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko itu sebagai tempat untuk berbelanja. Lovelock (2004), mengatakan penilaian pelanggan terhadap jasa dapat sangat dipengaruhi interaksi pribadinya dengan lingkungan fisik, bisnis, karyawan, dan bahkan pelanggan lainnya. Lovelock menambahkan, servicescape memiliki empat dimensi, salah satunya adalah dimensi interpersonal (seperti penampilan anggota staf dan bagaimana mereka 7 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 berinteraksi dengan pelanggan). Masing-masing dimensi mempunyai implikasi terhadap kualitas jasa yang dipahami. h. Cleanliness (kebersihan) Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko walaupun eksterior dan interior baik apabila tidak dirawat kebersihannya pelanggan akan merasa tidak nyaman dan akan menimbulkan penilaian yang negatif dari konsumen. 2.3 Minat Beli Ulang (Repurchase Intention) Mowen dan Minor (1998), setelah konsumen menerima dan merasakan manfaat ataupun nilai suatu produk, konsumen tersebut sudah memiliki perilaku loyal, rasa puas dan komitmen terhadap produk itu dimana pada akhirnya dapat menimbulkan tujuan untuk membeli ulang produk itu di masa yang akan datang Dodds, Monroe, dan Grewal, (1991) Jika seseorang menginginkan produk dan merasa tertarik untuk memiliki produk tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk tersebut, selain itu faktor yang lainnya adalah rekomendasi dari pihak lain sangatlah penting karena dapat mempengaruhi seseorang untuk terjadinya proses pembelian Hawkin et al (1998), konsumen yang merasa puas dan menjadi pelanggan yang berkomitmen juga dapat menjadi sumber rekomendasi positif (positive word of mouth) bagi konsumen lainnya terhadap merek tersebut. Berbagai macam definisi dari minat beli ulang akan dielaborasi untuk mengukur variabel minat beli ulang dalam penelitian ini. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pernyataan bahwa konsumen akan datang kembali ke Black House Cafe, konsumen akan datang ke Black House Cafe lebih sering lagi, konsumen akan merekomendasikan Black House Cafe kepada orang lain, dan konsumen akan menceritakan pengalaman yang dirasakan pada saat datang ke Black House Cafe kepada orang lain. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengamati, mengumpulkan informasi, mencari penjelasan, dan menyajikan analisis hasil penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang menjelaskan bagaimana sebuah fenomena sosial terjadi. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni, penelitian murni juga mencakup penelitian yang dilakukan dalam kerangka akademis seperti skripsi, tesis, atau disertasi (Prasetyo & Jannah, 2005). Berdarakan waktu 8 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, yakni penelitian yang mengobservasi pada suatu waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk diperbandingkan. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah konsumen yang melakukan kunjungan pada Black House Cafe sebanyak ≥ 2 kali dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan, agar memori yang konsumen miliki mengenai Black House Café masih tertanam. Sampel pada penelitian ini adalah pengunjung Black House Cafe pada area Flower dan Candy baik laki-laki maupun perempuan. Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian adalah 140 responden, jumlah ini ditetapkan menurut Malhotra (2005:368369), bahwa sampel atau responden dengan jumlah populasi yang tak terbatas paling sedikit empat atau lima kali jumlah sub variabel yang diteliti. Teknik penarikan sampel yang peneliti gunakan adalah Sampel Non-Probabilita, teknik ini dapat digunakan jika peneliti tidak memiliki kerangka sampel yang memadai (Prasetyo & Jannah, 2005). Peneliti melakukan penarikan sampel dengan cara menunggu datang nya seorang pelanggan yang menghabiskan waktunya di area yang peneliti teliti, yaitu Candy dan Flower area lalu pemberian kuesioner dilakukan. Kondisi Interior Minat Beli Ulang Kondisi Interior Minat Beli Ulang Gambar 1. Metode Penelitian Kondisi interior (x) adalah variabel independen yang juga merupakan variabel sebab, sedangkan minat beli ulang (y) adalah variabel dependen yang merupakan variabel akibat. Hipotesis merupakan penjelasan sementara mengenai suatu gejala, tingkah laku, atau kejadian yang telah atau akan terjadi yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. H0: Tidak Terdapat pengaruh Kondisi Interior terhadap minat beli ulang konsumen H1: Terdapat pengaruh Kondisi Interior terhadap minat beli ulang konsumen 9 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4. 1 Kondisi Interior Grafik 1. Nilai rata-rata variabel Kondisi Interior Sumber: hasil pengolahan data menggunakan SPSS 21 for Mac Pada grafik 1 dapat dilihat perbandingan di setiap indikator sesuai dengan jumlah mean dari indikator terbesar hingga mean terendah. Mean tertinggi terdapat pada dimensi kebersihan indikator ketiga “kebersihan merupakan faktor penting bagi saya” sebesar 4.59. Hal ini didasari karena restoran atau café merupakan bisnis kuliner yang harus memperhatikan kebersihan, kebersihan juga merupakan strategi jangka panjang yang sering digunakan oleh restoran untuk terus bersaing ke dalam industri. Menurut penelitian, lebih dari 50% keracunan makanan pada sebuah restoran adalah karena makanan yang disimpan terlalu lama atau dengan cara yang tidak betul. Sebagian besar karena cara penyajiannya yang kurang higienis dan hidangan tidak dimasak dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya penjagaan kebersihan (www.bisnesrestoran.com). Setelah itu, mean tertinggi kedua terdapat pada dimensi perabotan indikator pertama “perabotan toko memberikan kesan suasana yang berbeda dari café lain” sebesar 4.32. Tampilan toko yang diberikan oleh Black House Café mempunyai konsep yang baik sehingga dalam pemilihan furniture pun disesuikan dengan konsep. Dapat dilihat dari pemilihan kursi 10 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 dan meja yang berbeda dari café lain yang biasa menggunakan sofa dan meja, namun pada area Candy & Flower yaitu dengan menggunakan meja dan kursi taman. Sehingga memberikan kesan tersendiri bagi para konsumen. Kreasi desain perabot untuk café dan resto yang unik dan diminati pengunjung saat ini trennya adalah menciptakan cluster dan grup pengunjung yang ditata dengan pencahayaan dan background yang terlihat cozy atau nyaman. Desain furnitur café dan resto tidak lagi untuk menggunakan meja dan kursi biasa karena pengunjung saat ini lebih menyukai café dan resto yang menyajikan suasana berbeda seperti disesuikan dengan minat dan karakter pengunjung kafe dan resto tersebut (bisnis-usaha.com). Pada grafik 4.10 juga dapat dilihat dimensi terendah pada penelitian ini terdapat pada dimensi aroma dan suara indikator pertama “terdapat aroma yang menstimulus/merangsang selera makan” sebesar 3.31. Barry dan Berman (2011), mengungkapkan aroma dan suara mempengaruhi suasana hati pelanggan dan berkontribusi pada atmosfer. Sebuah restoran dapat menggunakan aroma makanan untuk meningkatkan nafsu makan orang. Namun memang pada kenyataannya, di Black House Café tidak adanya aroma makanan yang dapat meningkatkan nafsu makan. Di Black House Café terdapat aroma yang menyegarkan ruangan seperti wewangian untuk mencegah adanya bau tidak sedap sehingga dapat memberikan kenyaman kepada pengunjung. Tidak adanya aroma makanan di dukung oleh penempatan kitchen atau ruang dapur yang tertutup dan berada dibelakang. Sehingga aroma makanan tersebut tidak tercium. 4.2 Minat Beli Ulang Grafik 2. Nilai rata-rata variabel Minat Beli Ulang Sumber: hasil pengolahan data menggunakan spss 21 for Mac 11 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 Pada grafik 2 dapat dilihat rata-rata tertinggi pada variabel minat beli ulang terdapat pada indikator pertama “akan datang kembali” sebesar 4.23. hal tersebut didukung oleh dengan terciptanya rasa puas dan senang yang dirasakan pengunjung. Efek dari kepuasan pelanggan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak terhadap loyalitas konsumen, sehingga pada akhirnya akan memiliki pengaruh positif terhadap laba perusahaan. Jika konsumen merasa puas maka konsumen akan melakukan perilaku yang menguntungkan perusahaan. Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen terhadap hasil kerja penjual jasa juga akan berdampak terhadap word-of-mouth yang dilakukan oleh konsumen. Jika konsumen puas maka biasanya konsumen akan memberikan referensi terhadap teman atau kenalan agar datang ke retailer tersebut dan menggunakan jasa penjual jasa tersebut. Sebaliknya jika konsumen merasa tidak puas, maka konsumen akan melakukan word-of-mouth negatif yang berupa anjuran untuk tidak datang ke retailer tersebut atau tidak menggunakan jasa penjual jasa tersebut (Analisis Keterhubungan Antara Kepuasan, Kesetiaan, dan Komunikasi Word of Mouth Dalam Sektor Jasa, Jurnal). Nilai mean terendah terdapat pada indikator kedua “akan datang lebih sering kembali” sebesar 3.63. Banyaknya resto dan café di Ibu Kota membuat pengunjung mempunyai banyak pilihan tempat untuk menghabiskan waktu dengan teman maupun kerabat dekat. Menurut data terakhir di Disparbud DKI Jakarta jumlah restoran, bar, pusat jajan dan kafetaria se DKI Jakarta mencapai 3523. Dari jumlah itu di Jakarta Timur terdapat 180 tempat usaha, dengan rincian 162 restoran, 13 bar, 4 pusat jajanan, dan 1 kafe (www.jakarta.go.id). Peluang konsumen untuk datang ke tempat yang sama berkurang, karena banyaknya pilihan yang dapat ditawarkan kepada konsumen. Dan keinginan konsumen dalam mencari pengalaman yang baru atau suasana yang baru tergolong tinggi, namun tidak menutup kemungkinan konsumen akan datang kembali ke tempat yang pernah mereka kunjungi. 4.3 Analisis Regresi Linear Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengukuran pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang. Variabel kondisi interior sebagai variabel independent terdiri dari delapan dimensi yaitu pewarnaan, pencahayaan, aroma dan suara, perabotan, tekstur dinding, temperatur, karyawan, dan kebersihan. Sedangkan variabel minat beli ulang sebagai variabel dependent memiliki empat indikator dalam penelitian yaitu saya akan datang kembali, saya akan datang lebih sering lagi, saya akan merekomendasikan kepada orang lain dan saya akan menceritakan pengalaman kepada orang lain. Pada penelitian ini dapat diketahui kekuatan 12 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 hubungan antar variabel dengan angka koefisien sebesar 0.527 menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel pada penelitian ini adalah sedang. Angka koefisien tersebut bertanda positif yang memiliki arti bahwa hubungan antar variabel adalah searah. Angka R Square atau koefisien determinasi sebesar 0.278. Berarti, 27,8% minat beli ulang konsumen Black House Café dipengaruhi oleh kondisi interior. Sisanya 72.2% minat beli ulang dipengaruhi oleh faktor lain. 4.4 Pembahasan Hipotesis Penelitian Pada penelitian ini terdapat sebuah hipotesis utama yang akan diuji. Pengujian dilakukan dengan menggunakan nilai signifikasi yang terdapat pada tabel ANOVA hasil regresi. Batasan nilai signifikasi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah 0.05. Ketika nilai signifikasi berada dibawah 0.05 maka Ho ditolak, sedangkan apabila nilai signifikasi berada di atas 0.05 maka Ho diterima. Hipotesis utama dalam penlitian ini adalah : Ho : Tidak terdapat pengaruh antara kondisi interior terhadap minat beli ulang pada konsumen Black House Café Ha : Terdapat pengaruh antara kondisi interior terhadap minat beli ulang pada konsumen Black House Café Berdasarkan hasil penelitian, nilai signifikasi menunjukkan nilai 0.000 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini dapat dilihat pada tabel. Jadi, terdapat pengaruh antara pengaruh variabel kondisi interior dengan variabel minat beli ulang konsumen Black House Café. 4.5 Pembahasan Coefficients Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat melalui nilai t pada tabel coefficients. Jika t hitung ≤ t kritis maka Ha ditolak, dan jika t hitung > t kritis maka Ha diterima. Selain itu, dapat pula dilihat berdasarkan probabilitas (signifikansi) pada tabel coefficients. Jika probabilitas > 0.05 maka Ha ditolak, dan jika probabilitas ≤ 0.05 maka Ha diterima. Nilai pada tabel di atas menggambarkan untuk melihat besarnya pengaruh antara kedua variabel pada penelitian ini. Uji t berguna untuk menguji signifikansi koefisien regresi (b), berpengaruh nyata terhadap minat beli ulang. Dari hasil uji t yang digunkan untuk melihat signifikansi konstanta dari setiap variabel independen, dapat dilihat bahwa variabel independen (bebas) berpengaruh secara signifikansi (nilai di atas +1.67 atau di bawah -1.67). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, variabel kondisi interior mempunyai nilai t 13 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 sebesar 7.289. Oleh karena itu, nilai tersebut telah melewati persyaratan yang diharuskan sehingga diambil kesimpulan bahwa Ha diterima. Cara lain yang dapat membuktikan Ha diterima adalah dengan melihat nilai pada kolom signifikansi. Nilai yang dipersyaratkan dimana nilainya 0.000 < 0.05 maka Ha diterima, begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini terdapat nilai sebesar 0.000, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifkan antara variabel kondisi interior terhadap minat beli ulang pada konsumen Black House Café. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini berupaya untuk mengetahui pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Café. Kondisi interior merupakan variabel independen dan minat beli ulang merupakan variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi interior berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Café, dengan korelasi antar variabel yang cukup kuat yaitu dengan nilai 0.527. Melalui hasil penelitian ini diketahui bahwa pengaruh yang terbentuk antara kondisi interior dengan minat beli ulang konsumen pada Black House Café adalah sebesar 27.8%. Sisanya 72.2% minat beli ulang dipengaruhi oleh faktor lain. Peneliti menilai faktor lain yang dapat mempengaruhi minat beli ulang adalah rasa, harga yang ditawarkan, lingkungan sekitar, tempat yang tidak begitu ramai, biaya parkir yang murah, kebersihan yang terjaga, serta dalam mengukur kondisi interior peneliti tidak menggunakan semua dimensi yang ada hal ini juga berpengaruh terhadap hasil. 5.2 Saran Meningkatkan kinerja karyawan dalam melayani setiap pengunjung yang datang ke dalam café. Aspek-aspek kinerja yang harus diperhatikan antara lain kualitas kerja, ketepatan, inisiatif, kemampuan dan komunikasi. Selain itu, lebih meningkatkan promosi seperti mengadakan program diskon, bekerja sama dengan kartu kredit, memaksimalkan media sosial dengan membuat website sehingga konsumen bisa dapat mengeksplor lebih mengenai Black House Café mengenai produk hingga konsep yang ditawarkan. Dengan demikian dapat memberikan pertimbangan yang lebih komprehensif dan lebih bermanfaat bagi pihak manajemen Black House Café dalam penentuan strategi yang tepat dalam mempengaruhi minat beli ulang khususnya. 14 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 Walaupun mayoritas konsumen menyatakan bahwa variabel kondisi interior dapat dinilai berkategori baik, namun masih banyak konsumen yang menyatakan pendapat raguragu. Jawaban ragu-ragu bisa mengarah pada pendapat bahwa variabel dinilai kurang baik tapi mereka enggan menjawab demikian. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya masih banyak hal yang perlu dibenahi oleh Black House Cafe, terutama mencakup variabel kondisi interior demi pengembangan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Peneliti juga menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian objek lebih mendalam, karena objek Black House Café merupakan objek yang unik dan menarik untuk diteliti dan masih dapat di eksplorisasi lebih lanjut. Kepustakaan Babbie, E. 1992. The Practice of Social Research. Belmont: Wadsworth. Berman, B. & Evans, J.R. 2001. Retail Management a Strategic Approach (8th ed). USA: Prentice Hall International, Inc. Cresweel, John W. 1994. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches (2th ed). USA. Hair, Joseph F, Jr., William C. Black, Barry J. Babin & Rolph E. Anderson. 2007. Multivariate Data Analysis (7th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc. Howard, John A. 1996. Consumer Behavior in Marketing Strategy. New Jersey: Prentice Hall. Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta: Indeks. Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Lamb, Charles., Hair, Joseph F., McDaniel, Carl. 2001. Pemasaran. Jakarta: PT. Salemba Emban Raya. Lidyawatie, S. 1998. Perilaku Konsumen; Aplikasi dalam Bisnis dan Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Levy, Michael. & Witz, Borton A. 2001. Retailing Management (4th ed). New York: Mc. Graw Hill. Lovelock, James. 2004. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Malhotra. 2005. Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mowen, John C. 1995. Consumer Behavior. Englewood Cliffs: Prentice Hall International, Inc. Mowen, John C. & Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga. 15 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 Neuman, William Laurance. 2006. Social Research Methods; Qualitative and Quantitative Approaches. USA. Peter, J. Paul, & Jerry C, Olson. 1999. Perilaku Pelanggan dan Strategi Pemasaran. Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Rusdian. 1999. Manajemen Perilaku Konsumen. Jakarta: Salemba Empat. Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie Lazar. 1997. Consumer Behavior; Motivation Research (Marketing). Upper Saddle River: Prentice Hall International, Inc. Simamora, Henry. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN. Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S. Sutisna & Pawitra. 2001. Perilaku Konsumen dan Konsumen Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suwarman, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia. Swasta, Basu. & Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty. Banzai, Anita. 2012. Pengaruh Store Image, Product Signatureness, dan Quality Variation Terhadap Repurchase Intention Produk Private Black Label Melalui Quality Perception di Carrefour Surabaya. Jurnal Manajemen. Vol. 1, No. 1. Baker, J., Grewal, D., Parasuraman, A. 1994. The Influence of Store Environment on Quality Inferences and Store Image. Journal of the Academy of Marketing Science 22(4) 328339. Bitner, Mary J. 1992. Servicescape: The Impact of Physical Surrounding on Customer and Employees. Journal of Marketing 56(4) 57-71. Cobb-Walgren, J, Cathy., Ruble, Cynthia A., and Donthu, Naveen. 1995. Brand Equity, Brand Preference, and Purchase Intention. Journal of Advertising. Vol. 24, No. 3. Cooper, W. 1981. Ubiquitous Halo. Psychological Bulletin 90 218-224. Kotler, Philip. 1913. Atmospherics as a Marketing Tool. Journal of Retailing 49 (4) 48-64. Meldarainda, Resti & Lisan, Henky. 2010. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 17, No. 2. Schlooser. 1998. Applying the Functional Theory of Attitudes to Understanding the Influence of Store Atmosphere on Store Inferences. Journal of Consumer Psychology 7 (4) 345369. Setyaningsih, Rahmawati., M, Suyudi., S, Harry. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekuitas Merek Untuk Meningkatkan Minat Beli Ulang (Studi Kasus 16 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013 Pada Kedai Kopi DOME di Surabaya). Jurnal Studi Managemen dan Organisasi. Vol. 4, No.2. Sridhar, Samu., H, Krisnan., Sanker, Robert, Smith E. 1999. Using Advertising Alliances for New Product Introduction: Interaction Between Product Complementary and Promotional Strategies. Journal of Marketing. Thamrin, Sylvia Denada. 2003. Analisis Pengembangan Minat Beli Ulang Dalam Proses Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Produk Xon-Ce di Surabaya. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia. Vol. 2, No. 2. Dr. Yalcin, Muge & Dr. Kocamaz, Tuncay. 2003. The Effects of Store Atmosphere Attributes on Store Loyalty Intentions of Hypermarket/Supermarket Customers. University of Marmara, Istanbul, Turkey. 17 Universitas Indonesia Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013