pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen black

advertisement
PENGARUH KONDISI INTERIOR TERHADAP MINAT BELI ULANG
KONSUMEN BLACK HOUSE CAFÉ
ADE ANGGRAENI, TUTIE HERMIATI
Ilmu Administrasi, Administasi Niaga
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh kondisi
interior terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Cafe. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 140 pengunjung
Black House Café dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik
purposive. Instrument penelitian inimenggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan
linear regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa general interior memiliki
hubungan yang cukup kuat terhadap minat beli ulang sebesar 52.7%. Kondisi interior
memiliki pengaruh terhadap minat beli ulang sebesar 27.8% dan sisanya sebesar 72.2%
dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata kunci :
Kondisi Interior; Minat Beli Ulang
Abstract. The objective of this research is to analyze how the effect of general interior toward
repurchase intention. This research applied quantitative approach. The sample of this research
is 140 visitor Black House Café, collected using non-probability sampling and purposive
technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with linear
regression. This result of this research indicate that general interior have a quite strong
correlation toward repurchase intention equal to 52.7%. General interior effect repurchase
intention equal to 27.8%, and the residue equal to 72.2% effected by some other factor.
Key words :
General Interior; Repurchase Intention
___________________________________________________________________________
1. PENDAHULUAN
Bidang usaha kuliner restoran dan café merupakan salah satu bidang usaha yang masih
bertahan dan bahkan berkembang serta merupakan pilihan yang tepat di dalam kondisi
perekonomian Indonesia dan perkembangan jumlah penduduk.
Menurut Marsum (1999), usaha food service atau restoran digemari karena adanya
alasan berikut:
1. Potensi pasar sangat besar dan akan selalu berkembang.
1
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
2. Alat-alat penghidang makanan, sistem, kontrol, serta pertolongan fisik lainnya yang telah
berkembang selain akan membuat bisnis restoran akan semakin mudah dan lancar, serta
semakin menguntungkan.
3. Dengan meningkatnya travel, banyak waktu luang serta berbagai hal yang mengakibatkan
keadaan tertentu yang menambah alasan untuk makan diluar, akan mengakibatkan pasar
pelayanan makanan menjadi semakin besar pula.
4. Harga makanan yang menjadi lebih tingi merupakan kesempatan yang baik untuk
mendapatkan uang.
Bisnis kuliner di Jakarta semakin ketat, pertumbuhan bisnis kuliner semakin
berkembang dari waktu ke waktu, hal ini dapat dilihat dari banyaknya ragam bisnis restoran
yang mulai bermunculan yang tersebar di Indonesia khususnya Jakarta.
Tabel 1 Presentase Sebaran Wilayah Restoran se-Jawa dan Bali
Daerah
Kontribusi jumlah restoran (%)
Jakarta
26,1%
Jawa Barat
12,4%
Jawa Timur
10,1%
Jawa Tengah
8,6%
Yogyakarta
3,7%
Bali
12,3%
Sumber : www.binaukm.com
Dari data Tabel 1 dapat dilihat bahwa Jakarta merupakan sentra pertumbuhan industri
restoran dan rumah makan terbesar yang memiliki kontribusi sebesar 26,1%. Seiring dengan
semakin berjamurnya resto dan café di Jakarta, timbul pertanyaan apa yang paling penting
untuk membuat suatu café tersebut diingat oleh pengunjung serta selalu bisa membuat
pengunjung datang kembali? Seiring dengan meningkatnya speciality store, maka pebisnis
kuliner harus menggunakan langkah baru untuk menarik kesadaran konsumen atas produk
yang dijual.
Salah satu strategi yang digunakan untuk menarik minat beli ulang kosumen yaitu
dengan membuat kondisi interior yang baik sehingga menimbulkan keputusan pembelian
konsumen akan produk yang ditawarkan. Melalui kondisi kompetitif ini, maka pebisnis harus
2
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
mampu merencanakan interior umum dengan bentuk dan konsep baru serta ide-ide kreatif
sehingga dapat menjadi stimuli untuk masuk kedalam toko, yang berlanjut pada proses minat
pembelian oleh pengunjung.
Black House Café merupakan salah satu resto dan café yang tidak hanya mengutamakan
varian produk tetapi memiliki keunggulan dalam mendesain interior toko nya. Black House
Café sangat mementingkan suasana toko dengan tujuan mempengaruhi konsumen untuk
melakukan perilaku yang diinginkan. Perilaku konsumen ini berupa keinginan untuk datang
kembali, melakukan word of mouth yang positif, keinginan untuk tinggal lebih lama,
keinginan untuk berbelanja lebih dari perkiraan. Oleh karena itu Black House Café membuat
7 konsep area yang bertujuan untuk menyuguhkan pelanggan pada sesuatu yang unik dan
berbeda, dimana pada Black House Café pelanggan dapat memilih sendiri konsep area yang
mereka inginkan dan sesuai dengan karakter mereka.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, pokok permasalahan
mengenai kondisi interior pada Black House Café, maka tujuan dari penulisan penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen
pada Black House Cafe.
2. TINJAUAN TEORITIS
2.1 Servicescape
Booms and Bitner (1981) mendefinisikan servicescape sebagai lingkungan dimana jasa
di produksi dan lingkungan dimana penjual dan konsumen berinteraksi, dipadukan dengan
komoditi berwujud yang memfasilitasi performa atau komunikasi jasa tersebut.
Dalam penelitian lebih lanjut, Bitner (1992) menggunakan istilah servicescape. Definisi
servicescape menurut Bitner adalah lingkungan fisik yang dibuat oleh manusia, bukan
lingkungan alami atau sosial.
Bitner (1992) mengemukakan tipologi servicescape berdasarkan dua dimensi utama,
yaitu pemakaian servicescape dan kompleksitas fisik servicescape. Pemakaian servicescape
mengacu pada siapa yang melakukan tindakan dalam servicescape (pelanggan, karyawan atau
keduanya). Dari pemakaian servicescape, organisasi jasa dapat dibedakan menjadi 3 kategori,
yaitu:
a. Self service, dimana pelanggan melakukan sebagian besar aktivitas dan hanya sedikit
keterlibatan karyawan.
b. Jasa interpersonal, pelanggan dan karyawan terlibat dalam servicescape.
3
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
c. Remote services, keterlibatan pelanggan dalam servicescae minim atau tidak ada sama
sekali.
2.2 Store Atmosphere (Suasana Toko)
Atmosphere adalah usaha untuk menciptakan lingkungan pembelian yang dapat
menghasilkan efek emosional tertentu yang dapat mempengaruhi kemungkinan berbelanja
konsumen (Kotler, 1973). Menurut Booms dan Bitner (1981), atmosfer berhubungan dengan
style dan tampilan dari lingkungan fisik dan elemen experiental lain yan dirasakan konsumen
dalam tempat service diberikan.
Menurut Lovelock (2004), dalam pemasaran jasa, service environment memiliki
peranan yang penting karena dapat menentukan persepsi konsumen terhadap positioning suatu
ritel. Service environment juga dapat mempengaruhi behavior konsumen terhadap suatu ritel
dan produk atau jasa yang ditawarkan ritel tersebut. Menurut Bitner (1990), setting fisik da[at
mempengaruhi kepuasan akhir pelanggan terhadap suatu layanan. Goal pemasaran dapat
dipengaruhi dengan desain dari physical setting (Crosby et al, 1990).
Matilla (2001) mengemukakan bahwa hal-hal utama yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam memilih sebuah restoran adalah kualitas (baik kualitas produk maupun
pelayanan) dan atmosphere atau physical environment dari restoran tersebut. Physical
environment mempengaruhi perilaku konsumen dan persepsi kualitas mereka pada suatu
restoran. Physical environment dapat dijadikan alasan oleh konsumen untuk berada lebih lama
dalam suatu restoran. Selain menu yang ditawarkan dan pelayanan yang diberikan, physical
environment juga merupakan salah satu pertimbangan konsumen untuk mengunjungi kembali
suatu restoran (Wakefield dan Blodgett, 1996).
Pentingnya lingkungan fisik bervariasi tergantung pada penyedia jasa dan
komunitasnya. Kotler (1973) menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat menjadi alat
pemasaran yang penting dalam beberapa situasi, meliputi:
a.
Situasi dimana produk dikonsumsi atau dibelanjakan secara langsung dan penyedia jasa
memilki kontrol terhadap lingkungan fisiknya. Dalam hal ini, lingkungan fisik
merupakan bagian dari total produk.
b.
Perbedaan harga antara penyedia jasa
yang satu dengan yang lain kecil, sehingga
physical surrounding dapat menjadi differentiator dari pesaing.
c.
Produk ditujukan untuk kelas sosial atau grup pembeli dengan lifestyle tertentu sehingga
desain lingkungan fisikinya dapat disesuaikan dengan segmen pasar yang dituju.
4
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
Berman dan Evans (2001:604), membagi dimensi store atmosphere menjadi 4 elemen,
sebagai berikut:
1. Exterior (store front, marquee, entrancesm display windows, height of building, size of
building, visibility, uniqueness, surrounding stores, surrounding areas, parking,
congestion).
2. General Interior (flooring, colours, lighting, scent and sounds, fixtures, wall textures,
temperature, width of aisles, dressing facilities, vertical transportation, dead areas,
personnel, self-services, merchandise, prices, cash register placement, technology,
cleanliness).
3. Store layout (allocation of space for selling; merchandise; personnel and customer,
product groupings, traffic flow, space, department locations, arrangements within
department).
4. Interior (point-of-purchase) displays (assortment, theme setting, ensemble, rack &
cases, cut cases and dump bins, poster; signs; and cards, mobiles, electronic).
Pada kesempatan kali ini, peneliti hanya menggunakan salah satu dimensi yang
dipaparkan oleh Berman dan Evans (2001) yaitu dimensi general interior (kondisi interior),
karena mengacu pada literatur banyak konsumen yang melakukan keputusan pembelian
berdasarkan interior poit-of-purchase display, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah ada
pengaruhnya pada general interior (kondisi interior). Dan peneliti berpendapat bahwa apabila
seorang pelanggan datang ke sebuah café, mereka akan lebih aware pada environment yang
ada didalam café tersebut. Black House Café merupakan resto dan café yang dirancang untuk
memaksimalkan visual merchandising, dimana penggunaan warna, tekstur dinding,
perabotan, pencahayaan, musik merupakan kombinasi tanpa batas. Visual merchandising
yang digunakan oleh Black House Café sangat mewakili visi dan misi dari café itu sendiri.
Sehingga dalam hal ini peneliti memilih general interior (kondisi interior) karena sesuai oleh
objek.
Peneliti hanya menggunakan 8 elemen yaitu pencahayaan, pewarnaan, aroma & suara,
perabotan, tekstur dinding, temperatur, karyawan, dan kebersihan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya pada objek dan keadaan yang pelanggan bisa nilai melalui 5 alat indera manusia
yaitu mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit (panca indera) sehingga para pelanggan bisa
memberikan penilaian pada saat penyebaran kuesioner. Karena beberapa elemen pada elemen
lain yang tidak digunakan seperti lebar jalan, alat transportasi vertikal, dead areas, barang dan
jasa, tingkat harga dan etalase tabel, penempatan kasir, dan tekonologi tidak dapat dilihat
5
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
langsung oleh para konsumen sehingga penilaian akan susah untuk dilakukan dan juga ada
yang tidak sesuai dengan keadaan pada objek maka elemen tersebut tidak digunakan.
2.2.1 General Interior (Kondisi Interior)
Ketika pelanggan berada di dalam sebuah toko, terdapat banyak elemen yang
mempengaruhi persepsi mereka. Di Black House Café suasana di desain dengan sangat
menarik dengan menggunakan desain interior yang unik pada ketujuh konsep yang diusung
pada masing-masing area. Alunan musik yang tenang, pencahayaan yang menyanjung,
pramusaji yang ramah, suasana dan desain interior yang memanjakan mata serta menyanjung
hati. Black House Café berambisi untuk menciptakan sebuah pengalaman yang menarik
secara visual, sensual, spiritual, intelektual.
Elemen-elemen dari general interior terdiri dari:
a. Flooring (Tata Letak Lantai)
Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet), ukiran, desain dan warna lantai penting
karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka
lihat.
b. Colors and lighting (Pewarnaan dan Pencahayaan)
Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup dan mengarahkan atau menarik
perhatian konsumen ke daerah tertentu dan toko konsumen yang berbelanja akan tertarik
pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang
baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan
terlihat lebih menarik, dan berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya
serta penggunaan warna harus tepat atau sesuai dengan ruangan karena masing-masing
warna memiliki arti. Warna yang cerah juga dapat meningkatkan suasana hati atau mood
menjadi lebih senang.
Terdapat 4 tujuan pencahayaan, yaitu café dan restoran membutuhkan pencahayaan yang
mendukung privasi saat menyantap makanan, pencahayaan berperan penting dalam
pembentukan mood atau atmosfer ruangan restoran, pencahayaan yang tepat juga dapat
mempengaruhi tampilan makanan sehingga makanan dapat membangkitkan selera, dan
dibutuhkan tingkat pencahayaan yang cukup untuk mengenali makanan dan membaca
menu serta mencegah pelayanatau pengunjung agar tidak tersandung (www.scribd.com).
c. Scent and Sound (Aroma dan Suara)
Tidak semua toko memberikan layanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan
memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khususnya konsumen yang ingin
6
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan maupun
stress. Sambil berbelanja konsumen yang dihadapkan pada musik yang keras akan
menghabiskan lebih sedikit waktu berbelanja. Lain halnya apabila mereka dihadapkan
pada musik yang lembut. Sebuah restoran dapat menggunakan aroma makanan untuk
merangsang atau meningkatkan selera makan seseorang.
d. Fixtures (perabotan toko)
Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik
agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena barang-barang tersebut berbeda
bentuk, karakter, maupun harganya, sehingga penempatannya pun berbeda. Dengan
bantuan peralatan penunjang dan cara penyusunan yang berbeda dapat diciptakan kesan
atau image yang berbeda pula.
e. Wall Texture (tekstur dinding)
Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat
dinding terlihat lebih menarik. Desaininterior.me.com mengungkapkan, selain mengecat
dinding dengan cat dinding terdapat varasi lain yang dapat digunakan untuk mendesain
sebuah restoran, salah satunya dengan menggunakan wallpaper, karena wallpaper dapat
merupakan pilihan paling praktis dan mudah untuk membuat tampilan menarik pada
dinding diruangan anda.
f. Temprature (suhu udara)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara di dalam ruangan. Jangan terlalu panas atau
dingin. Jika memasang AC mereka harus mengatur jumlah AC yang dipasang yang mana
harus disesuaikan dengan luas atau ukuran toko. Mereka juga harus mengatur di bagian
toko mana saja AC dipasang sehingga pelanggan merasa nyaman. Jika tidak memasang
AC, maka mereka perlu memperhatikan masalah penggunaan jendela untuk pertukaran
udara.
g. Personal (karyawan)
Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, dan mempunyai pengetahuan yang
cukup mengenai produk yang dijual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas
konsumen dalam memilih toko itu sebagai tempat untuk berbelanja.
Lovelock (2004), mengatakan penilaian pelanggan terhadap jasa dapat sangat dipengaruhi
interaksi pribadinya dengan lingkungan fisik, bisnis, karyawan, dan bahkan pelanggan
lainnya. Lovelock menambahkan, servicescape memiliki empat dimensi, salah satunya
adalah dimensi interpersonal (seperti penampilan anggota staf dan bagaimana mereka
7
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
berinteraksi dengan pelanggan). Masing-masing dimensi mempunyai implikasi terhadap
kualitas jasa yang dipahami.
h. Cleanliness (kebersihan)
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko.
Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko
walaupun eksterior dan interior baik apabila tidak dirawat kebersihannya pelanggan akan
merasa tidak nyaman dan akan menimbulkan penilaian yang negatif dari konsumen.
2.3 Minat Beli Ulang (Repurchase Intention)
Mowen dan Minor (1998), setelah konsumen menerima dan
merasakan manfaat
ataupun nilai suatu produk, konsumen tersebut sudah memiliki perilaku loyal, rasa puas dan
komitmen terhadap produk itu dimana pada akhirnya dapat menimbulkan tujuan untuk
membeli ulang produk itu di masa yang akan datang
Dodds, Monroe, dan Grewal, (1991) Jika seseorang menginginkan produk dan merasa
tertarik untuk memiliki produk tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk
tersebut, selain itu faktor yang lainnya adalah rekomendasi dari pihak lain sangatlah penting
karena dapat mempengaruhi seseorang untuk terjadinya proses pembelian
Hawkin et al (1998), konsumen yang merasa puas dan menjadi pelanggan yang
berkomitmen juga dapat menjadi sumber rekomendasi positif (positive word of mouth) bagi
konsumen lainnya terhadap merek tersebut.
Berbagai macam definisi dari minat beli ulang akan dielaborasi untuk mengukur
variabel minat beli ulang dalam penelitian ini. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu pernyataan bahwa konsumen akan datang kembali ke Black House Cafe, konsumen
akan datang ke Black House Cafe lebih sering lagi, konsumen akan merekomendasikan Black
House Cafe kepada orang lain, dan konsumen akan menceritakan pengalaman yang dirasakan
pada saat datang ke Black House Cafe kepada orang lain.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengamati, mengumpulkan
informasi, mencari penjelasan, dan menyajikan analisis hasil penelitian. Berdasarkan tujuan
penelitian, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang menjelaskan
bagaimana sebuah fenomena sosial terjadi. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan
penelitian murni, penelitian murni juga mencakup penelitian yang dilakukan dalam kerangka
akademis seperti skripsi, tesis, atau disertasi (Prasetyo & Jannah, 2005). Berdarakan waktu
8
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, yakni penelitian yang
mengobservasi pada suatu waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu
yang berbeda untuk diperbandingkan. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah
konsumen yang melakukan kunjungan pada Black House Cafe sebanyak ≥ 2 kali dalam
jangka waktu kurang dari 3 bulan, agar memori yang konsumen miliki mengenai Black House
Café masih tertanam. Sampel pada penelitian ini adalah pengunjung Black House Cafe pada
area Flower dan Candy baik laki-laki maupun perempuan. Besar sampel yang akan digunakan
dalam penelitian adalah 140 responden, jumlah ini ditetapkan menurut Malhotra (2005:368369), bahwa sampel atau responden dengan jumlah populasi yang tak terbatas paling sedikit
empat atau lima kali jumlah sub variabel yang diteliti. Teknik penarikan sampel yang peneliti
gunakan adalah Sampel Non-Probabilita, teknik ini dapat digunakan jika peneliti tidak
memiliki kerangka sampel yang memadai (Prasetyo & Jannah, 2005). Peneliti melakukan
penarikan sampel dengan cara menunggu datang nya seorang pelanggan yang menghabiskan
waktunya di area yang peneliti teliti, yaitu Candy dan Flower area lalu pemberian kuesioner
dilakukan.
Kondisi
Interior
Minat Beli
Ulang
Kondisi
Interior
Minat Beli
Ulang
Gambar 1. Metode Penelitian
Kondisi interior (x) adalah variabel independen yang juga merupakan variabel sebab,
sedangkan minat beli ulang (y) adalah variabel dependen yang merupakan variabel akibat.
Hipotesis merupakan penjelasan sementara mengenai suatu gejala, tingkah laku, atau kejadian
yang telah atau akan terjadi yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris.
H0: Tidak Terdapat pengaruh Kondisi Interior terhadap minat beli ulang konsumen
H1: Terdapat pengaruh Kondisi Interior terhadap minat beli ulang konsumen
9
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4. 1 Kondisi Interior
Grafik 1. Nilai rata-rata variabel Kondisi Interior
Sumber: hasil pengolahan data menggunakan SPSS 21 for Mac
Pada grafik 1 dapat dilihat perbandingan di setiap indikator sesuai dengan jumlah mean
dari indikator terbesar hingga mean terendah. Mean tertinggi terdapat pada dimensi
kebersihan indikator ketiga “kebersihan merupakan faktor penting bagi saya” sebesar 4.59.
Hal ini didasari karena restoran atau café merupakan bisnis kuliner yang harus
memperhatikan kebersihan, kebersihan juga merupakan strategi jangka panjang yang sering
digunakan oleh restoran untuk terus bersaing ke dalam industri. Menurut penelitian, lebih dari
50% keracunan makanan pada sebuah restoran adalah karena makanan yang disimpan terlalu
lama atau dengan cara yang tidak betul. Sebagian besar karena cara penyajiannya yang kurang
higienis dan hidangan tidak dimasak dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya
penjagaan kebersihan (www.bisnesrestoran.com).
Setelah itu, mean tertinggi kedua terdapat pada dimensi perabotan indikator pertama
“perabotan toko memberikan kesan suasana yang berbeda dari café lain” sebesar 4.32.
Tampilan toko yang diberikan oleh Black House Café mempunyai konsep yang baik sehingga
dalam pemilihan furniture pun disesuikan dengan konsep. Dapat dilihat dari pemilihan kursi
10
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
dan meja yang berbeda dari café lain yang biasa menggunakan sofa dan meja, namun pada
area Candy & Flower yaitu dengan menggunakan meja dan kursi taman. Sehingga
memberikan kesan tersendiri bagi para konsumen. Kreasi desain perabot untuk café dan resto
yang unik dan diminati pengunjung saat ini trennya adalah menciptakan cluster dan grup
pengunjung yang ditata dengan pencahayaan dan background yang terlihat cozy atau nyaman.
Desain furnitur café dan resto tidak lagi untuk menggunakan meja dan kursi biasa karena
pengunjung saat ini lebih menyukai café dan resto yang menyajikan suasana berbeda seperti
disesuikan dengan minat dan karakter pengunjung kafe dan resto tersebut (bisnis-usaha.com).
Pada grafik 4.10 juga dapat dilihat dimensi terendah pada penelitian ini terdapat pada
dimensi aroma dan suara indikator pertama “terdapat aroma yang menstimulus/merangsang
selera makan” sebesar 3.31. Barry dan Berman (2011), mengungkapkan aroma dan suara
mempengaruhi suasana hati pelanggan dan berkontribusi pada atmosfer. Sebuah restoran
dapat menggunakan aroma makanan untuk meningkatkan nafsu makan orang. Namun
memang pada kenyataannya, di Black House Café tidak adanya aroma makanan yang dapat
meningkatkan nafsu makan. Di Black House Café terdapat aroma yang menyegarkan ruangan
seperti wewangian untuk mencegah adanya bau tidak sedap sehingga dapat memberikan
kenyaman kepada pengunjung. Tidak adanya aroma makanan di dukung oleh penempatan
kitchen atau ruang dapur yang tertutup dan berada dibelakang. Sehingga aroma makanan
tersebut tidak tercium.
4.2 Minat Beli Ulang
Grafik 2. Nilai rata-rata variabel Minat Beli Ulang
Sumber: hasil pengolahan data menggunakan spss 21 for Mac
11
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
Pada grafik 2 dapat dilihat rata-rata tertinggi pada variabel minat beli ulang terdapat
pada indikator pertama “akan datang kembali” sebesar 4.23. hal tersebut didukung oleh
dengan terciptanya rasa puas dan senang yang dirasakan pengunjung. Efek dari kepuasan
pelanggan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak terhadap loyalitas konsumen,
sehingga pada akhirnya akan memiliki pengaruh positif terhadap laba perusahaan. Jika
konsumen merasa puas maka konsumen akan melakukan perilaku yang menguntungkan
perusahaan. Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh konsumen terhadap hasil kerja penjual jasa
juga akan berdampak terhadap word-of-mouth yang dilakukan oleh konsumen. Jika konsumen
puas maka biasanya konsumen akan memberikan referensi terhadap teman atau kenalan agar
datang ke retailer tersebut dan menggunakan jasa penjual jasa tersebut. Sebaliknya jika
konsumen merasa tidak puas, maka konsumen akan melakukan word-of-mouth negatif yang
berupa anjuran untuk tidak datang ke retailer tersebut atau tidak menggunakan jasa penjual
jasa tersebut (Analisis Keterhubungan Antara Kepuasan, Kesetiaan, dan Komunikasi Word of
Mouth Dalam Sektor Jasa, Jurnal).
Nilai mean terendah terdapat pada indikator kedua “akan datang lebih sering kembali”
sebesar 3.63. Banyaknya resto dan café di Ibu Kota membuat pengunjung mempunyai banyak
pilihan tempat untuk menghabiskan waktu dengan teman maupun kerabat dekat. Menurut data
terakhir di Disparbud DKI Jakarta jumlah restoran, bar, pusat jajan dan kafetaria se DKI
Jakarta mencapai 3523. Dari jumlah itu di Jakarta Timur terdapat 180 tempat usaha, dengan
rincian 162 restoran, 13 bar, 4 pusat jajanan, dan 1 kafe (www.jakarta.go.id). Peluang
konsumen untuk datang ke tempat yang sama berkurang, karena banyaknya pilihan yang
dapat ditawarkan kepada konsumen. Dan keinginan konsumen dalam mencari pengalaman
yang baru atau suasana yang baru tergolong tinggi, namun tidak menutup kemungkinan
konsumen akan datang kembali ke tempat yang pernah mereka kunjungi.
4.3 Analisis Regresi Linear
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengukuran pengaruh kondisi interior terhadap
minat beli ulang. Variabel kondisi interior sebagai variabel independent terdiri dari delapan
dimensi yaitu pewarnaan, pencahayaan, aroma dan suara, perabotan, tekstur dinding,
temperatur, karyawan, dan kebersihan. Sedangkan variabel minat beli ulang sebagai variabel
dependent memiliki empat indikator dalam penelitian yaitu saya akan datang kembali, saya
akan datang lebih sering lagi, saya akan merekomendasikan kepada orang lain dan saya akan
menceritakan pengalaman kepada orang lain. Pada penelitian ini dapat diketahui kekuatan
12
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
hubungan antar variabel dengan angka koefisien sebesar 0.527 menunjukkan kekuatan
hubungan antar variabel pada penelitian ini adalah sedang. Angka koefisien tersebut bertanda
positif yang memiliki arti bahwa hubungan antar variabel adalah searah. Angka R Square atau
koefisien determinasi sebesar 0.278. Berarti, 27,8% minat beli ulang konsumen Black House
Café dipengaruhi oleh kondisi interior. Sisanya 72.2% minat beli ulang dipengaruhi oleh
faktor lain.
4.4 Pembahasan Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini terdapat sebuah hipotesis utama yang akan diuji. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan nilai signifikasi yang terdapat pada tabel ANOVA hasil
regresi. Batasan nilai signifikasi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah 0.05. Ketika
nilai signifikasi berada dibawah 0.05 maka Ho ditolak, sedangkan apabila nilai signifikasi
berada di atas 0.05 maka Ho diterima. Hipotesis utama dalam penlitian ini adalah :
Ho :
Tidak terdapat pengaruh antara kondisi interior terhadap minat beli ulang pada
konsumen Black House Café
Ha :
Terdapat pengaruh antara kondisi interior terhadap minat beli ulang pada konsumen
Black House Café
Berdasarkan hasil penelitian, nilai signifikasi menunjukkan nilai 0.000 yang berarti Ho
ditolak dan Ha diterima, hal ini dapat dilihat pada tabel. Jadi, terdapat pengaruh antara
pengaruh variabel kondisi interior dengan variabel minat beli ulang konsumen Black House
Café.
4.5 Pembahasan Coefficients
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen dapat dilihat melalui nilai t pada tabel coefficients. Jika t hitung ≤ t kritis maka Ha
ditolak, dan jika t hitung > t kritis maka Ha diterima. Selain itu, dapat pula dilihat berdasarkan
probabilitas (signifikansi) pada tabel coefficients. Jika probabilitas > 0.05 maka Ha ditolak,
dan jika probabilitas ≤ 0.05 maka Ha diterima.
Nilai pada tabel di atas menggambarkan untuk melihat besarnya pengaruh antara kedua
variabel pada penelitian ini. Uji t berguna untuk menguji signifikansi koefisien regresi (b),
berpengaruh nyata terhadap minat beli ulang. Dari hasil uji t yang digunkan untuk melihat
signifikansi konstanta dari setiap variabel independen, dapat dilihat bahwa variabel
independen (bebas) berpengaruh secara signifikansi (nilai di atas +1.67 atau di bawah -1.67).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, variabel kondisi interior mempunyai nilai t
13
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
sebesar 7.289. Oleh karena itu, nilai tersebut telah melewati persyaratan yang diharuskan
sehingga diambil kesimpulan bahwa Ha diterima.
Cara lain yang dapat membuktikan Ha diterima adalah dengan melihat nilai pada kolom
signifikansi. Nilai yang dipersyaratkan dimana nilainya 0.000 < 0.05 maka Ha diterima,
begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini terdapat nilai sebesar 0.000, yang berarti bahwa
terdapat pengaruh yang signifkan antara variabel kondisi interior terhadap minat beli ulang
pada konsumen Black House Café.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui pengaruh kondisi interior terhadap minat beli
ulang konsumen pada Black House Café. Kondisi interior merupakan variabel independen
dan minat beli ulang merupakan variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kondisi interior berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Café,
dengan korelasi antar variabel yang cukup kuat yaitu dengan nilai 0.527. Melalui hasil
penelitian ini diketahui bahwa pengaruh yang terbentuk antara kondisi interior dengan minat
beli ulang konsumen pada Black House Café adalah sebesar 27.8%. Sisanya 72.2% minat beli
ulang dipengaruhi oleh faktor lain. Peneliti menilai faktor lain yang dapat mempengaruhi
minat beli ulang adalah rasa, harga yang ditawarkan, lingkungan sekitar, tempat yang tidak
begitu ramai, biaya parkir yang murah, kebersihan yang terjaga, serta dalam mengukur
kondisi interior peneliti tidak menggunakan semua dimensi yang ada hal ini juga berpengaruh
terhadap hasil.
5.2 Saran
Meningkatkan kinerja karyawan dalam melayani setiap pengunjung yang datang ke
dalam café. Aspek-aspek kinerja yang harus diperhatikan antara lain kualitas kerja, ketepatan,
inisiatif, kemampuan dan komunikasi. Selain itu, lebih meningkatkan promosi seperti
mengadakan program diskon, bekerja sama dengan kartu kredit, memaksimalkan media sosial
dengan membuat website sehingga konsumen bisa dapat mengeksplor lebih mengenai Black
House Café mengenai produk hingga konsep yang ditawarkan. Dengan demikian dapat
memberikan pertimbangan yang lebih komprehensif dan lebih bermanfaat bagi pihak
manajemen Black House Café dalam penentuan strategi yang tepat dalam mempengaruhi
minat beli ulang khususnya.
14
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
Walaupun mayoritas konsumen menyatakan bahwa variabel kondisi interior dapat
dinilai berkategori baik, namun masih banyak konsumen yang menyatakan pendapat raguragu. Jawaban ragu-ragu bisa mengarah pada pendapat bahwa variabel dinilai kurang baik
tapi mereka enggan menjawab demikian. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya masih
banyak hal yang perlu dibenahi oleh Black House Cafe, terutama mencakup variabel kondisi
interior demi pengembangan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Peneliti juga menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian objek
lebih mendalam, karena objek Black House Café merupakan objek yang unik dan menarik
untuk diteliti dan masih dapat di eksplorisasi lebih lanjut.
Kepustakaan
Babbie, E. 1992. The Practice of Social Research. Belmont: Wadsworth.
Berman, B. & Evans, J.R. 2001. Retail Management a Strategic Approach (8th ed). USA:
Prentice Hall International, Inc.
Cresweel, John W. 1994. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method
Approaches (2th ed). USA.
Hair, Joseph F, Jr., William C. Black, Barry J. Babin & Rolph E. Anderson. 2007.
Multivariate Data Analysis (7th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Howard, John A. 1996. Consumer Behavior in Marketing Strategy. New Jersey: Prentice
Hall.
Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta: Indeks.
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Lamb, Charles., Hair, Joseph F., McDaniel, Carl. 2001. Pemasaran. Jakarta: PT. Salemba
Emban Raya.
Lidyawatie, S. 1998. Perilaku Konsumen; Aplikasi dalam Bisnis dan Pemasaran. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Levy, Michael. & Witz, Borton A. 2001. Retailing Management (4th ed). New York: Mc.
Graw Hill.
Lovelock, James. 2004. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Malhotra. 2005. Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mowen, John C. 1995. Consumer Behavior. Englewood Cliffs: Prentice Hall International,
Inc.
Mowen, John C. & Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.
15
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
Neuman, William Laurance. 2006. Social Research Methods; Qualitative and Quantitative
Approaches. USA.
Peter, J. Paul, & Jerry C, Olson. 1999. Perilaku Pelanggan dan Strategi Pemasaran. Edisi 4.
Jakarta: Erlangga.
Rusdian. 1999. Manajemen Perilaku Konsumen. Jakarta: Salemba Empat.
Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie Lazar. 1997. Consumer Behavior; Motivation Research
(Marketing). Upper Saddle River: Prentice Hall International, Inc.
Simamora, Henry. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Sutisna & Pawitra. 2001. Perilaku Konsumen dan Konsumen Pemasaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suwarman, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia.
Swasta, Basu. & Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.
Banzai, Anita. 2012. Pengaruh Store Image, Product Signatureness, dan Quality Variation
Terhadap Repurchase Intention Produk Private Black Label Melalui Quality Perception
di Carrefour Surabaya. Jurnal Manajemen. Vol. 1, No. 1.
Baker, J., Grewal, D., Parasuraman, A. 1994. The Influence of Store Environment on Quality
Inferences and Store Image. Journal of the Academy of Marketing Science 22(4) 328339.
Bitner, Mary J. 1992. Servicescape: The Impact of Physical Surrounding on Customer and
Employees. Journal of Marketing 56(4) 57-71.
Cobb-Walgren, J, Cathy., Ruble, Cynthia A., and Donthu, Naveen. 1995. Brand Equity,
Brand Preference, and Purchase Intention. Journal of Advertising. Vol. 24, No. 3.
Cooper, W. 1981. Ubiquitous Halo. Psychological Bulletin 90 218-224.
Kotler, Philip. 1913. Atmospherics as a Marketing Tool. Journal of Retailing 49 (4) 48-64.
Meldarainda, Resti & Lisan, Henky. 2010. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli
Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.
17, No. 2.
Schlooser. 1998. Applying the Functional Theory of Attitudes to Understanding the Influence
of Store Atmosphere on Store Inferences. Journal of Consumer Psychology 7 (4) 345369.
Setyaningsih, Rahmawati., M, Suyudi., S, Harry. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ekuitas Merek Untuk Meningkatkan Minat Beli Ulang (Studi Kasus
16
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
Pada Kedai Kopi DOME di Surabaya). Jurnal Studi Managemen dan Organisasi. Vol. 4,
No.2.
Sridhar, Samu., H, Krisnan., Sanker, Robert, Smith E. 1999. Using Advertising Alliances for
New Product Introduction: Interaction Between Product Complementary and
Promotional Strategies. Journal of Marketing.
Thamrin, Sylvia Denada. 2003. Analisis Pengembangan Minat Beli Ulang Dalam Proses
Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Produk Xon-Ce di Surabaya. Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia. Vol. 2, No. 2.
Dr. Yalcin, Muge & Dr. Kocamaz, Tuncay. 2003. The Effects of Store Atmosphere Attributes
on Store Loyalty Intentions of Hypermarket/Supermarket Customers. University of
Marmara, Istanbul, Turkey.
17
Universitas Indonesia
Pengaruh kondisi ..., Ade Anggraeni, FISIP UI, 2013
Download