PERSAINGAN RADIO KOMERSIAL - Sistem Informasi Penelitian

advertisement
PERSAINGAN RADIO KOMERSIAL
(Studi Kasus Radio Suara Salatiga FM dan Radio Elisa
FM Di Salatiga)
Effri Handoko1)
Daru Purnomo2); Dewi Kartika Sari3)
ABSTRAC
Media competitions especially among radios were happen, include radios in
Salatiga. According to Niche theory, those similarities could prompt a competition in
getting more and more listeners amongst them. There are two commercial radios in
Salatiga (Suara Salatiga & Elisa) which have similar characteristics, not only in the
programs but the listeners as well. Therefore, it is necessary to know these three
things: (1) How much both radios depend on the media resources (types of content,
capital, types of audience), (2) how high is the competition between both radios, and
(3) the strategy used by both radios in order to compete and survive.
The purpose of this research are (1)knowing the radio dependencies with it
source, (2) Measure the competition between both radios to compete the resources,
and (3) Discribe what strategies was used by radios to compete the resources. The
approach used in this research is the quantitative descriptive based on Ethridge’s
definition (1995). The population used in this research are Suara Salatiga and Elisa
radio also their listeners. Sample used in this research are active listeners of both
radios.
The result shows that both radios are depending on the same level of the
media resources, shown by niche-breadth. The competition level of both radios in
getting the media resources are considered high, as also shown by niche overlap.
The strategy used by both radios is also similar, related to the process,
characteristics, and interactions.
Keywords: Commercial Radio, Niche Theory, Media Resources, Radio Competition.
1. PENDAHULUAN
Pada mulanya radio merupakan suatu teknologi; setelah itu, barulah radio
berperan sebagai alat pelayanan (McQuail, 1987: 15). Radio komersial adalah radio
yang lebih berorientasi kepada industri penyiaran yang menghasilkan atau
mendapatkan
laba
(Prayudha,
2004:
11).
Banyaknya
radio
komersil
yang
bermunculan memicu persaingan antar radio guna mempertahankan eksistensi
masing-masing. Menurut Teori Niche ketika ada sumber yang terbatas dikonsumsi
atau digunakan oleh dua atau lebih populasi, maka memungkinkan terjadinya
persaingan antar populasi untuk memperebutkan sumber yang terbatas itu
(Dimmick, 2003). Oleh Hanan, Freeman, dan Aldrich teori ini dipinjam untuk
diaplikasikan pada industri media. Persaingan yang muncul merupakan dampak
dari perebutan sumber media oleh radio-radio komersial yang ada. Sumber media
yang dimaksud yaitu: (1) capital (pemasukkan dan aset perusahaan), (2) types of
content (jenis isi media), dan (3) types of audience (jenis khalayak sasaran).
1)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Staff Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
3)
Staff Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
2)
Di Salatiga industri media, khusunya radio juga mengalami hal yang sama.
Ada perebutan sumber media yang sama oleh radio komersial (Suara Salatiga dan
Elisa), sehingga perlu diketahui seberapa jauh tingkat kebergantungan radio-radio
tersebut pada sumber media, dan bagaimanakah persaingan radio tersebut dalam
berebut sumber media, serta strategi yang digunakan untuk memperebutkan
sumber yang terbatas tersebut.
Rumusan Masalah
Dari gambaran latar belakang permasalahan di atas, peneliti merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut yaitu Bagaimanakah persaingan dan
strategi (proses, ciri, interaksi) untuk mengatasi persaingan/ kompetisi antara
Radio Suara Salatiga FM dan Radio Elisa FM dalam memperebutkan tiga sumber
media yang ada.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui tingkat ketergantungan dari radio tersebut dalam menggunakan
sumber-sumber media (capital, types of content, dan types of audience) melalui
analisis niche-breadth.
2. Mengukur tingkat persaingan yang terjadi pada radio tersebut dalam
memperebutkan ketiga sumber media (capital, types of content, dan types of
audience) melalui analisis niche overlap.
3. Menggambarkan strategi persaingan (proses, ciri, dan interaksinya) antara
Radio Suara Salatiga FM dan Radio Elisa FM dalam memperebutkan ketiga
sumber media yang ada (capital, types of content, dan types of audience).
Kerangka Pikir Penelitian
Strategi persaingan (proses, ciri, interaksi)
Elisa FM
Suara
Salatiga FM
Niche-breadth
Sumber Media (terbatas) :
• Capital Iklan on-air & off-
Tidak terbatas
Tidak terbatas
air, donatur, penyiar, program
off-air, kedekatan dengan pihak
tertentu, asset-aset yang yang di
radio.
Terjadi pemakaian sumber
yang sama overlap (nicheoverlaping)
• Types of Content variasi
program, jenis program,
banyaknya program.
•
Terjadi pemakaian sumber
yang sama overlap
(niche-overlaping)
Types of Audience jenis
pendengar (dari segmentasi
geografis, demografis,
psikografis), loyalitas pendengar,
latar belakang pendengar.
Bagan: Alur Strategi Persaingan Radio
Di alam terdapat sumber alam (dalam bahasan penelitian ini adalah sumber
media), sumber media tersebut terdiri dari types of content, capital, dan types of
audience. Ketiga sumber tersebut, masing-masing memiliki jumlah yang terbatas
untuk memenuhi kebutuhan radio komersial (Radio Suara Salatiga dan Radio Elisa)
yang jumlahnya tidak terbatas. Oleh karena itu, akan sangat memungkinkan
terjadinya persaingan dua radio tersebut untuk memperebutkan sumber-sumber
media tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah formula yang dapat mengetahui
seberapa besar sebuah media bergantung pada sumber medianya (niche-breadth)
sehingga akan dengan mudah diketahui seberapa tinggi tingkat persaingan yang
terjadi dalam perebutan sumber media tersebut (niche overlap). Setelah kita
mengetahui posisi kedua radio tersebut dalam persaingan, maka akan dengan
mudah kita menganalisis strategi persaingan yang mereka lakukan untuk
memperebutkan sumber dan mempertahankan eksistensi.
2. LANDASAN TEORI
Persaingan Radio
Persaingan
dalam
bahasa
inggris
disebut
competition
oleh
Webster
didefinisikan sebagai “… a struggle or contest between two or more persons for the
same object” (sebuah perjuangan atau perlombaan antara dua atau lebih orang
untuk mendapatkan sesuatu/ objek yang sama). Dari terminologi kata persaingan
ini didapat dua unsur penting mengenai persaingan, yaitu :
•
Ada dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli.
•
Ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.
Melihat dari definisi persaingan dan meminjam konsep persaingan radio
milik Dimmick, maka persaingan radio dapat diartikan sebagai bentuk perjuangan
atau usaha untuk memperebutkan sesuatu yang sama oleh dua atau lebih stasiun
radio. Sesuatu yang sama juga dapat dipahami dengan sumber yang sama
(Dimmick, 2003: 25-42 ).
Teori Niche
Lahirnya Teori Niche
Teori Niche tidak lahir dari lingkungan ilmu sosial maupun ilmu
komunikasi. Penjelasan mengenai teori niche sedikit banyak meminjam ilmu
ekologi yang bicara mengenai konsep populasi dan evolusi (Dimmick, 2003: 23).
Untuk itu sebelum membahas lebih jauh mengenai Teori Niche, terlebih dahulu
akan diuraikan tentang Konsep Ekologi terlebih dahulu. Ekologi merupakan salah
satu sub-bahasan dalam disiplin ilmu biologi, Ekologi sering kali didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekologi berasal dari kata Yunani ‘oikos’, yang artinya
keluarga atau tempat tinggal. Ekologi mulai digunakan di akhir abad ke-19 dalam
lingkungan ahli Botani4), dan ahli Zoologi5) untuk menjelaskan tentang bagaimana
cara makhluk hidup atau suatu organisme hidup dalam suatu lingkungan. Dari
sinilah lahirnya Teori Niche (Hawley, 1968: 328). Teori Niche oleh para ahli Ekologi
telah dikembangkan untuk menjelaskan persaingan makhluk hidup dalam
memperebutkan sumber penunjang kehidupannya. Teori ini lebih jauh juga
memberikan kerangka penjelasan tentang bagaimana sebuah populasi akhirnya
bisa bertahan hidup dengan populasi lainnya dalam suatu komunitas ekologi,
walaupun sumber penunjang kehidupannya sangat terbatas. Hanan, Freeman,
dan Aldrich menyimpulkan bahwa teori niche bisa diterapkan untuk menganalisis
tentang media massa ( Dimmick & Rothenbuhler, 1984: 291 ).
Menurut
Teori
Niche,
wilayah
makanan
suatu
populasi
dikonseptualisasikan sebagai ruang interaksi yang disebut ruang kehidupan.
Ruang kehidupan merupakan volume dari sumber yang dipakai oleh populasi
mempertahankan
kehidupannya
(niche
dimensions).
Dalam
upaya
mempertahankan kelangsungan hidupnya, setiap populasi jelas membutuhkan
sumber yang ada di alam sekitarnya (niche-breadth), yang pada akhirnya akan
memunculkan persaingan, perebutan untuk mendapatkan sumber penunjang
yang terjadi baik antar sesama populasi, ataupun antar populasi (niche overlap).
Hal ini disebabkan karena sumber penunjang hidup yang diperlukan sama dan
4)
5)
Botani: Studi ilmiah tentang tumbuh-tumbuhan dan struktur-strukturnya.
Zoologi: Studi ilmiah tentang hewan dan struktur-strukturnya.
jumlahnya terbatas. Pada kenyataannya, jumlah sumber hidup penunjang yang
ada memang terbatas sehingga persaingan tidak dapat dihindari. Persaingan
seringkali berjalan dalam keadaan tidak berimbang, pihak yang satu terkadang
lebih kuat dari pihak lainnya, sehingga jumlah sumber hidup yang diperolehnya
jauh lebih besar.
Teori Niche Dalam Media Massa
Hanan, Freeman, dan Aldrich mengemukakan bahwa Teori Niche dapat
digunakan untuk menganalisa kompetisi atau tingkat persaingan antar industri
media massa. Hal ini didukung oleh Dimmick dan Rothenbuhler, yang mencoba
mengaplikasikan Teori Niche untuk mengukur tingkat kompetisi yang terjadi di
antara
industri
media.
Dimmick
menyebutkan
bahwa
konsep
Niche
dan
persaingan media sangat mungkin menunjukkan hasil perhitungan yang tepat
dengan mengkonseptulisasikan dan mengukur kompetisi antar media industri
berdasarkan Teori Niche (Dimmick, 2003: 41).
Dalam menerapkan teori ini, mereka menganggap perusahaan surat kabar,
radio dan televisi sebagai populasi. Mereka juga menganggap bahwa kelangsungan
hidup industri media tidak berbeda dengan makhluk hidup, sebagai suatu
populasi industri media juga bergantung pada sejumlah sumber alam yang ada di
sekitarnya. Namun pertumbuhan sumber penunjang kehidupan tersebut tidak
dibarengi dengan meningkatnya pertumbuhan media, hal ini mengakibatkan
kompetisi dalam memperebutkan sumber penunjang yang ada tersebut, dalam hal
ini adalah pemirsa, pendengar, atau pembaca media mereka, dan juga faktorfaktor lainnya. Oleh karena itu perhitungan niche-breadth digunakan untuk
mengetahui tingkat kebergantungan media-media tersebut terhadap sumber media
itu sendiri, selanjutnya barulah bisa dilihat bagaimana tingkat persaingan yang
terjadi antar media-media tersebut berdasarkan perhitungan niche overlap. Pada
dasarnya ada tiga sumber utama yang menjadi penunjang kehidupan industri
media, yaitu: capital (dalam hal ini bisa diartikan sebagai pemasukkan dari iklan),
types of content (jenis isi media), dan types of audience (jenis khalayak sasaran).
Ketiga sumber di atas merupakan sumber-sumber yang umumnya digunakan oleh
media massa untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Untuk mendapatkan nilai kebergantungan pada sumber alam tertentu,
misalnya pada program-programnya, maka perhitungan menggunakan rumus
Niche-breadth (Dimmick, 2003: 50). Semakin besar niche-breadth, maka semakin
kecil tingkat ketergantungan radio pada program-program tertentu (Generalis).
Sebaliknya semakin kecil nilai niche-breadth berarti semakin besar tingkat
ketergantungan radio pada program-program tertentu (Spesialis). Oleh Levis, Niche
breadth dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
B = Satuan untuk niche breadth
p = Proporsi dari total penggunaan setiap
kategori sumber h yang digunakan oleh
suatu populasi. Nilai breadth berkisar
antara satu (minimum) sampai jumlah
kategori h yang digunakan oleh populasi
tersebut ( r ).
Niche
overlap
menunjukkan
besarnya
ketumpangtindihan
di
dalam
menggunakan sumber media yang sama antara stasiun radio yang satu dengan
stasiun radio lainnya (Dimmick, 2003: 51). Semakin tinggi nilai niche overlap-nya
apabila angkanya mendekati nol yang berarti semakin kompetitif diantara stasiunstasiun radio tersebut dalam menggunakan sumber alam yang sama. Sebaliknya
semakin rendah nilai niche overlap-nya apabila nilainya tidak mendekati nol,
sehingga tingkat kompetisi rendah dan hal ini menunjukkan sumber alam yang
digunakan tidak sama atau berlainan. Untuk menghitung besarnya niche overlap,
digunakan rumus:
dij = jarak antara makhluk hidup/
populasi i dan j
h = kategori sumber penunjang yang
digunakan oleh kedua populasi/
makhluk hidup
3. METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dimana menggambarkan atau
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya bisa digeneralisasikan. Karena itu
menuntut sampel yang reseprentatif dari populasi, operasionalisasi konsep, serta
alat ukur yang valid dan realible (Kriyantono, 2006).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Disini peneliti
ingin menggambarkan persaingan yang terjadi antara Radio Suara Salatiga dan
Radio Elisa dalam memperebutkan ketiga sumber media yang ada. Kuantitatif
Deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang mengungkapkan jenis hubungan, arah
hubungan, sifat hubungan, keeratan hubungan dan kekuatan hubungan antar
peubah yang membentuk suatu gejala (Ethridge, 1995).
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah Kota Salatiga, Jawa Tengah.
Peneliti memilih kota ini karena radio yang akan dijadikan objek penelitian terdapat
di Kota Salatiga. Radio Suara Salatiga FM dan Radio Elisa FM yang mana keduanya
merupakan dua radio komersil FM di Salatiga (lihat tabel 3.1.) yang punya
karakteristik pangsa pasar yang sama, sehingga sangat menarik sekali untuk
diteliti.
Populasi
Populasi dari penelitian ini yang pertama adalah stasiun radio Suara
Salatiga FM dan Elisa FM, populasi yang kedua adalah pendengar radio tersebut.
Pendengar digunakan untuk melakukan analisa audience, dengan menggunakan
teknik purposive. Responden yang dipilih memiliki ciri-ciri: (1) merupakan
pendengar dari salah satu radio tersebut, Radio Suara Salatiga atau Radio Elisa, (2)
responden yang mendengarkan radio tersebut baik aktif maupun pasif. Sampel
dalam penelitian ini, yang pertama adalah Radio Suara Salatiga FM dan Elisa FM,
yang kedua masing-masing 50 orang untuk pendengar Radio Suara Salatiga dan
Elisa.
Teknik Analisis Data
1. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini baik data primer atau data
sekunder
dilakukan
yang
memberikan
tabulasi
distribusi
gambaran
frekuensi
Pemetaan tabulasi berdasarkan,
mengenai
agar
keadaan
mudah
masing-masing
responden,
diinterpretasikan.
radio beserta program-
programnya.
2. Data-data tersebut diklasifikasikan secara deduktif, dari yang paling umum
menuju ke yang paling spesifik.
3. Sebelum menghitung besarnya niche breadth dan niche-overlap, data-data yang
ada diklasifikasikan berdasarkan sumber (capital, types of content, types of
audience) yang sama.
4. Setelah data lapang diklasifikasikan, dihitung besarnya masing-masing nichebreadth untuk mendapatkan nilai Niche-breadth total.
5. Data-data yang sudah dipetakan dalam tabulasi, dihitung berapa besarnya
niche-breadth untuk mengetahui tingkat ketergantungan radio pada programprogramnya. Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya
niche-breadth, yaitu:
Bila didapat nilai niche breadth kecil (max. 5), bisa diartikan bahwa radio
tersebut sangat tergantung pada program-program tertentu (Spesialis).
Bila didapat nilai niche breadth besar, bisa diartikan bahwa radio tersebut
tidak tergantung pada program-program tertentu (Generalis).
6. Setelah
mengetahui
besarnya
niche-breadth,
berikutnya
akan
dihitung
besarnya niche overlap untuk mengetahui besarnya ketumpangtindihan di
dalam menggunakan sumber alam yang sama (program-programnya) antara
radio yang satu dengan radio lainnya. Untuk mendapatkan nilai niche overlap
digunakan rumus:
Setelah mendapatkan besarnya nilai niche-overlap, maka kita bisa melakukan
analisis selanjutnya.
Bila nilai niche-overlap besar, berarti persaingan yang terjadi semakin rendah
maka bisa diasumsikan eksistensi radio tersebut rendah.
Bila nilai niche-overlap kecil (semakin mendekati no), berarti persaingan yang
terjadi semakin tinggi/ ketat maka bisa diasumsikan eksistensi radio tersebut
tinggi.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Radio Suara Salatiga FM dan Elisa FM
Tabel Perbandingan Segmentasi
Radio Suara Salatiga FM dan Radio Elisa FM
Radio
Segmentasi
Kategori
Suara
Elisa
Salatiga
Usia
0-11 th
5%
5%
12-19 th
20%
20%
20-29 th
25%
30%
30-39 th
30%
30%
40 > th
20%
15%
Status Eko2 jt >
15%
40%
20%
30%
Sos
1-2 jt
400rb – 1
40%
10%
jt
25%
20%
400rb <
Kelamin
Pria
45%
40%
Wanita
55%
60%
Sumber: Data sekunder Radio Suara Salatiga dan Radio Elisa tahun 2009
Kedua radio tersebut merupakan radio komersial yang memiliki karakteristik
segmentasi hampir sama, dapat kita lihat pada tabel di atas, presentase pada setiap
point menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda. Inilah mengapa diantara kedua
radio ini sangat mungkin terjadi persaingan dalam memperebutkan sumber media
yang ada. Namun yang menjadi menarik pada paparan data di atas adalah pada
kolom segmentasi berdasarkan status ekonomi sosial, pada Radio Suara Salatiga
presentase terbesar pada pendengar dengan pendapatan Rp 1.000.000,- ke bawah,
sedangkan pada Radio Elisa kebalikkannya, presentase terbesar pada pendengar
dengan pendapatan Rp 1.000.000,- ke atas. Ini berarti Radio Suara Salatiga lebih
menyasar segmen menengah kebawah sedangkan Radio Elisa lebih menyasar
segmen menengah ke atas.
Persaingan Perebutan Media Berdasarkan Analisis Niche-breadth
Perhitungan
niche-breadth
dilakukan
untuk
mengukur
tingkat
kebergantungan sebuah media terhadap pemakaian sumber medianya. Dalam
penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kebergantungan Radio Suara Salatiga
dan Radio Elisa dalam menggunakan sumber media (program, iklan, dan
pendengar) yang ada. Hasilnya adalah moderat untuk nilai niche-breadht kedua
radio tersebut berdasarkan program (content), ini berarti bahwa kedua radio
tersebut tidak tergantung pada suatu program tertentu saja. Selanjutnya spesialis
untuk nilai kebergantungan kedua radio tersebut berdasarkan iklan (capytal), ini
berarti bahwa kedua radio tersebut sangat bergantung pada jenis iklan tertentu.
Untuk nilai niche-breadth kedua radio tersebut berdasarkan pendengar (audience)
menunjukkan niali generalis, yang berarti bahwa kedua radio tersebut tidak
bergantung pada satu jenis pendengar saja, semua pendengar dari semua segmen
atau kalangan adalah pendengar yang potensial untuk tetap dipertahankan. Secara
singkat dapat dilihat pada table berikut:
Tabel Perhitungan Niche-breadth Dua Radio
Berdasarkan Tiga Sumber Media
Perhitungan niche-breadth berdasarkan …
RADIO
Program
(6 kategori)
Iklan
(5 kategori)
Pendengar
(2 kategori)
SUARA SALATIGA FM
Moderat
Spesialis
Generalis
ELISA FM
Moderat
Spesialis
Generalis
Sumber: Hasil olah data, data sekunder Radio Suara Salatiga dan Elisa tahun 2009 dengan
analisis niche-breadth
Dari deskripsi olah data di atas, akan sangat relevan dengan Teori Media
Politik – Ekonomi, dimana teori ini mengemukakan ketergantungan ideologi pada
kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris
terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media (McQuail,
1987: 63). Pendekatan ini memusatkan perhatian pada media sebagai proses
ekonomi yang menghasilkan komoditi (isi), namun pendekatan ini melahirkan
ragam pendekatan baru yang menarik, yaitu ragam pendekatan yang menyebutkan
bahwa media sebenarnya menciptakan khalayak dalam pengertian bahwa media
mengarahkan perhatian khalayak ke pemasang iklan dan membentuk perilaku
publik media sampai batas-batas tertentu (McQuail, 1987: 64).
Dari segi politik, sebuah radio hendaknya menjalankan fungsinya sebagai
media komunikasi salah satunya untuk memberikan informasi, namun sejalan
dengan itu dari sisi ekonomi, radio mulai meninggalkan ideologi mereka dan
berusaha untuk memenuhi tuntutan ekonomi yang sedikit banyak ditentukan oleh
pasar. Dalam bukunya, McQuail (1987) menyebutkan bahwa kelemahan dari
pendekatan ini adalah unsur-unsur media yang berada dalam kontrol publik yang
tidak begitu mudah dijelaskan dalam pengertian mekanisme pasar bebas. Dari
kajian teori ini, dapat disimpulkan bahwa ideologi sebuah radio bergantung pada
kekuatan
ekonomi,
sehingga
yang
ada
saat
ini
bukannya
politik
untuk
mempertahankan ideologi tetapi politik untuk mencari keuntungan.
Dua radio tersebut (Radio Suara Salatiga dan Elisa) menunjukkan
kebergantungan yang moderat pada program, spesialis pada iklan, dan generalis
pada pendengar, hal ini menunjukkan bahwa kedua radio tersebut sangat
bergantung pada iklan, untuk itu mereka meng-cover semua program acara sesuai
dengan minat pasar yang pada akhirnya dapat menarik minat para pengiklan. Dari
sini dapat terlihat bahwa idealisme mereka dalam menyusun program sangat
bergantung pada kondisi pasar yang majemuk (semua jenis pendengar berusaha
dirangkul walaupun sudah membuat segmentasi pendengar sebelumnya). Ini juga
menunjukkan bahwa kedua radio tersebut tidak spesialis dan hanya mengikuti
semua keinginan pasar sehingga radio-radio tersebut tidak memiliki kekhasan atau
bisa dikatakan sudah kehilangan idealisme-nya karena hanya bergantung pada
pasar.
Tingkat Persaingan Media Berdasarkan Analisis Niche Overlap
Perhitungan niche overlap dilakukan untuk mengukur tingkat persaingan
yang terjadi antar kedua radio tersebut dalam usahanya memperebutkan sumber
media yang ada. Hasil dari perhitungan niche overlap menunjukkan bahwa tingkat
persaingan
antara
kedua
radio
tersebut
dalam
memperebutkan
atau
mempertahankan program, iklan, dan pendengar sangat ketat. Simpulan ini
didapat dari nilai perhitungan niche overlap yang menunjukkan nilai sangat kecil,
bahkan di bawah konstanta(=1), yang menjadi syarat. Semakin mendekati satu
maka nilai yang dihasilkan bisa diinterpretasikan sebagai persaingan yang tinggi
(persaingan ketat), begitu juga sebaliknya, semakin menjauhi satu maka persaingan
rendah. Secara singkat dapat dilihat pada table berikut:
Tabel Perhitungan Niche Overlap Dua Radio
Berdasarkan Tiga Sumber Media
Perhitungan niche overlap berdasarkan …
RADIO
SUARA SALATIGA FM
& ELISA FM
Program
Iklan
Pendengar
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sumber: Hasil olah data, data sekunder Radio Suara Salatiga dan Elisa tahun 2009 dengan analisis
niche overlap
Tingkat
persaingan yang
terjadi
antar
kedua
radio
tersebut
dalam
memperebutkan dan mempertahankan sumber medianya sangat tinggi. Kesimpulan
ini diambil dari hasil perhitungan niche overlap pada masing-masing sumber. Pada
program, nilai niche overlap mencapai angka 0,0826. Hal ini berarti perebutan
program-program yang bernada sama oleh Radio Suara Salatiga dan Radio Elisa
sangat tinggi. Fakta lapangan yang penulis temui adalah adanya kemiripan konsep
pada beberapa program yang tayang di kedua radio tersebut, inilah yang pada
akhirnya menyebabkan ketatnya persaingan dalam memperebutkan programprogram yang disukai pasar (pendengar), karena pendengarnya adalah pendegar
yang sama.
Untuk tingkat persaingan dalam memperebutkan iklan juga sangat tinggi,
dari perhitungan niche overlap didapatkan angka sebesar 0,0368. Hal ini berarti,
persaingan kedua radio tersebut dalam memperebutkan iklan sangat ketat. Fakta
dilapangan diketemukan bahwa pengiklan di Radio Elisa lebih banyak dibanding
Radio Suara Salatiga, tetapi angka persaingan dalam perebutan iklan masih sangat
tinggi. Hal ini membuktikan bahwa kedua radio tersebut masih bersaing dalam
mendapatkan iklan-iklan tersebut.
Tingkat persaingan yang terjadi dalam perebutan pedengar (type of audience)
juga menunjukkan nilai yang sangat tinggi, yaitu 0,0288 yang berati persaingan
antara Radio Suara Salatiga dan Radio Elisa dalam memperebutkan pendengar
sangatlah tinggi. Hal ini terjadi karena pendengar yang disasar oleh kedua radio
tersebut adalah pendengar yang sama, sehingga tingkat persaingan dalam
memperebutkannya sangat tinggi. Fakta lapangan menunjukkan bahwa jumlah
pendengar diseluruh Kota Salatiga berkisar antara 90.000 – 120.000 jiwa (sumber:
Pak Rudi Suara Salatiga). Ini merupakan jumlah yang cukup sedikit untuk
diperebutkan oleh dua radio, satu radio saja biasanya pendengarnya mencapai
100.000 jiwa minimal, karena hal inilah persaingan dalam memperebutka
pendengar tidak terelakkan.
Strategi Persaingan Radio Dalam Perebutan Tiga Sumber Media
Pada bahasan ini akan diketahui tentang bagaimana strategi yang ditempuh
oleh kedua radio tersebut dalam mempertahankan sumber media yang ada, dilihat
dari proses, ciri, dan interaksinya terhadap sumber tersebut. Data tersebut dapat
dilihat pada table berikut ini:
Tabel Strategi Persaingan Radio Suara Salatiga dan Radio Elisa
Dalam Perebutan Tiga Sumber Media
Radio
Suara
Salatiga
Sumber
Media
Program
Iklan
Pendenga
r
Elisa
Program
Iklan
Pendenga
r
Proses
Ciri-ciri
Interaksi
- Mengikuti pasar
- Kekuatan
program
menarik
pengiklan
- Kekuatan
program
menarik
pengiklan
- network antar
32 radio (LPP
Lokal Se-jawa
tengah) dan 4
buah RRI
- Mengikat
dengan program
off air
- Kreatifitas
dalam programprogram on air
- Mengikuti minat
pasar
- Kekuatan
program
menarik
pengiklan
- Disesuaikan
dengan jam
tayang
- Disesuaikan
dengan
ketersediaan
SDM (penyiar)
- Kekuatan
program sebagai
daya tarik
pengiklan
- Promosi
- Paket promo
iklan pada
bulan-bulan
sepi
- Sponsorship
Membuat
program yang
- Muatan
lokalnya tinggi
- Mengutamakan
edukasi anak
Penentuan
program
berdasarkan
pasar yang
berubah-ubah
- Persuasif
- Branding adlips
- Iklan yang
punya masa
kontrak
minimal 6 bulan
- Iklan nasional
Sumber:
- Pendengar yang
memberikan
kontribusi
- Pendengar yang
mau
berinteraksi
- Program yang
banyak menarik
minat
pendengar
- Program yang
bisa
mendatangkan
pemasukkan
melalui iklan
Membangun
kedekatan antara
radio dengan
pendengar untuk
mengikat
pendengar
Penentuan
program
berdasarkan
pasar yang
berubah-ubah,
namun ada juga
beberapa
program yang
merupakan
idealisme radio
- Iklan yang
selalu continue
- Pengiklan yang
sedang
melakukan
brand image
- Pelayanan
terbaik
- Menjaga
hubungan
walaupun pihak
pengiklan sudah
tidak memasang
iklan lagi di
Elisa
- Pendengar yang
sering
- Pendengar pada
posisi nomor
sesuai dengan
kepentingan dan
keinginan
pendengar
berinteraksi
- Pendengar yang
sering datang ke
studio
satu
- Menjalin
kedekatan
Secara on air
dan off air
Sumber: Hasil olah data, data wawancara pada Radio Suara Salatiga dan Radio Elisa
Dari tabel perbandingan pola persaingan di atas, dapat kita lihat bahwa pola
persaingan yang terjadi di antara Radio
menunjukkan
pola
yang
hampir
Suara Salatiga dan Radio Elisa
sama
dalam
memperebutkan
dan
mempertahankan sumber-sumber medianya. Hal ini bisa juga diartikan karena pola
persaingan kedua radio tersebut hampir sama, maka tingkat persaingannya pun
cukup tinggi. Jika sumber-sumber media yang hampir sama tersebut diperebutkan
dengan cara yang hampir sama pula, akan menyebabkan tingkat persaingan yang
tinggi. Menurut Teori Niche, kompetisi atau persaingan terjadi bila ada satu sumber
yang sama diperebutkan oleh dua atau lebih populasi yang sama pula (National
Science Council of the Republic of China, 1999).
Kalau kita lihat pada tabel di atas, ada sebuah kecenderungan yang hampir
sama yaitu dalam penentuan program selalu mengikuti selera pasar yang pada
akhirnya untuk menarik perhatian para pengiklan. Seperti yang peneliti sampaikan
sebelumnya bahwa ada kebergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi, struktur
pemilikan, dan mekanisme kerja kekuatan pasar media6). Hal inilah yang mungkin
dapat memicu timbulnya praktek kapitalisme.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan yakni :
1. Dari perhitungan niche-breadth dari kedua radio komersial tersebut (Radio
Suara Salatiga dan Radio Elisa) berdasarkan tiga sumber media yang ada
(types of content, types of capital, dan types of audience), didapatkan hasil
untuk types of content (program) dari Radio Suara Salatiga dan Radio Elisa
keduanya bersifat moderat, yang berarti tidak ada program yang paling
menonjol walaupun beberapa program punya repetisi tayang lebih tinggi, ini
juga bisa diartikan bahwa pendengar mereka tidak terlalu ekstrim pada satu
program tertentu saja. Untuk types of capital (iklan) dari Radio Suara Salatiga
dan Elisa keduanya juga bersifat spesialis, berarti kedua radio tersebut sangat
bergantung pada iklan yang masuk. Berdasarkan perhitungan, jenis iklan
yang paling diandalkan adalah jenis iklan jasa. Yang terakhir adalah niche6)
Merupakan Teori media politik-ekonomi, yang merupakan sebuah pendekatan yang memusatkan
perhatian lebih banyak pada struktur ekonomi daripada muatan (isi) ideologis media. Teori ini
mengemukakan kebergantungan ideology pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian
penelitian pada analisis empiris terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar
media (McQuail, 1987: 63).
breadth berdasarkan types of audience (pendengar) dari kedua radio tersebut
adalah bersifat generalis, ini berarti segmentasi pendengar kedua radio
tersebut cukup luas, karena tidak tergantung pada kalangan-kalangan
pendengar tertentu saja.
2. Dari perhitungan niche overlap yang berguna untuk mengetahui tingkat
kompetisi antar kedua radio tersebut, didapatkan hasil bahwa antara Radio
Suara Salatiga dan Radio Elisa memiliki tingkat kompetisi yang sangat tinggi
baik berdasarkan types of content (program), types of capital (iklan), dan types
of
audience
(pendengar).
Hasil
perhitungan
niche
overlap
ketiganya
menunujukkan nilai yang nyaris mendekati nol (0), ini berarti tingkat
persaingan mereka dalam memperebutkan sumber-sumber media (program,
iklan, dan pendengar) yang ada sangat tinggi.
3. Strategi persaingan antara Radio Suara Salatiga dan radio Elisa menunjukkan
pola yang hampir sama, sehingga menimbulkan tingkat persaingan yang
tinggi. Karena pola persaingan kedua radio tersebut hampir sama, maka
tingkat persaingannya pun cukup tinggi. Jika sumber-sumber media yang
hampir sama tersebut diperebutkan dengan cara yang hampir sama pula,
akan menyebabkan tingkat persaingan yang tinggi.
4. Secara teori, perhitungan nilai niche-breadth pada kedua radio tersebut
menunjukkan pola yang sama. Moderat untuk program, moderat untuk iklan,
dan generalis untuk pendengar. Dari ketiga simpulan tersebut peneliti melihat
adanya sebuah kecenderungan praktek capitalis. Menurut data, jumlah
penduduk Salatiga yang ± 120.000 jiwa merupakan pendengar potensial bagi
kedua radio tersebut, sehingga kedua radio tersebut berlomba-lomba untuk
menarik perhatian pendengar yang ± 120.000 jiwa tersebut. Jumlah
pendengar yang cukup banyak (menurut standar pengiklan ± 100.000
pendengar), merupakan sebuah strategi yang digunakan oleh stasiun radio
untuk menarik minat para pengiklan untuk beriklan di radio mereka amsingmasing, sehingga pihak radio berusaha mempertahankan pendengarnya
dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan suguhan program
yang menjadi keinginan dan kepentingan masyarakat (pendengar umum
segala usia). Hal inilah yang menyebabkan persaingan antar dua radio
tersebut menjadi tinggi. Namun satu hal yang menarik lainnya, dari gejala ini
peneliti melihat bahwa kedua radio cenderung kehilangan idealisme radio
mereka masing-masing sehingga tidak memiliki kekhasan, ini terbukti dari
banyaknya program-program radio yang muncul dari keinginan pasar (Teori
media politik-ekonomi). Lebih jauh, tidak menutup kemungkinan terjadinya
praktek kapitalisme. Menurut peneliti program-program yang disuguhkan
berdasarkan
atau
ditentukan
oleh
keinginan
pasar
dengan
harapan
mempertahankan pendengar, sedangkan pendegar yang jumlahnya banyak
berpotensi untuk menarik para pengiklan untuk memasang iklan di radio
mereka. Otomatis akan langsung terlihat bahwa tujuannya mengarah pada
pemenuhan pemasukkan radio melalui iklan yang tayang. Hal ini akan sangat
signifikan dengan pengertian radio komersial itu sendiri, yaitu untuk mencari
laba atau keuntungan (Prayudha, 2004: 11).
6. PENUTUP
Sebagai penutup, maka berdasar kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti
mengajukan saran kepada peneliti selanjutnya bawasannya penelitian ini masih
bisa dikembangkan lebih jauh lagi dari berbagai aspek yang ada, misalnya untuk
capital tidak hanya dari segi iklan saja tetapi juga bisa dari jumlah pendapatan,
inventaris, dan lain lain. Begitu pula dengan dua sumber media yang lainnya.
Penelitian ini akan lebih maksimal hasilnya jika diteliti per sumber media, sehingga
analisis yang dilakukan akan lebih dalam dan menyeluruh. Bisa juga penelitian ini
menjadi penelitian payung, yang mana penelitian ini bisa dikerjakan oleh beberapa
mahasiswa sesuai dengan jumlah sumber media yang dikaji dengan subjek
penelitian yang sama. Karena penelitian ini terbatas oleh waktu, jadi hanya bisa
berlaku pada masa penelitian ini dilakukan, maka tugas dari peneliti-peneliti
selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk memodifikasi Teori ini supaya tidak
terbatasi oleh dimensi waktu lagi. Selain itu untuk instansi yang akan dijadikan
subyek penelitian hendaknya untuk bisa lebih terbuka dalam pemberian data,
supaya hasil dari penelitian ini bisa maksimal, dan bisa membantu instansi
tersebut untuk melakukan riset atau sebagai pedoman melangkah kedepannya.
Untuk kedua stasiun radio, melihat angka persaingan antara kedua radio yang
cukup tinggi (kompetitif), maka penulis berharap masing-masing radio bisa
memberikan nilai lebih, sesuatu yang baru dan unik, entah dari kemasan program,
dari cara penyiar menyampaikan materi siaran kepada pendengar-pendengarnya.
Hal ini dilakukan supaya radio tersebut bisa terus bertahan dalam persaingan yang
ketat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Daymon, Christine. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam PR dan Marketing
Communications. Mizan Media Utama.
De
Fleur,
Melvin
L
and
Sandra
Ball-Rokeach.
1989.
Theories
of
Mass
Communication. New York: Longman.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-4.
Jakarta: Gramedia.
Dimmick, John W. 2003. Media Competition and Coexistence - The Theory of the
Niche. London: Lawrence Erlbaum Associates Pulblishers.
Dominnick, Joseph R. 1990. The Dynamic of Mass Communication. New York:
Random House.
Effendi, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
Gerbner, dkk. 1986. Living With Television: The Dynamic of The Cultivation Process.
Hildale, NJ: Laurence Erlbaum.
Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri – Persaingan, Monopoli, dan
Regulasi-. Jakarta: PT Pustaka LP3ES-Indonesia.
Hawley, A. H. Human Ecology – International Encyclopedia of the Social Sciences,
Volume 5. New York: 1972.
Kotler P. 1980. Principles of Marketing. New Jersey: Prentice Hall.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, PR, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Ihalauw, John. 1985. Bangunan Teori. Salatiga: Fakultas Ekonomi UKSW.
Mc Quail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Prayudha, Harley. 2004. Radio Suatu Pengantar untuk Wacana dan Praktik
Penyiaran. Malang: Bayumedia Publishing.
Severin, Wener J., dkk. 1990. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan Di
Dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media.
Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu, Ediki Ke-5 Jilid 1. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Siebert, Fred. S. dkk. 1986. Empat Teori Pers. Jakarta: PT Intermasa.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : PT
Pustaka LP3ES-Indonesia.
Siswanto, Arie. 2002. Hukum Persaingan Usaha. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. ALFABETA:
Bandung.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 72 . Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran.
Makalah dan Jurnal
McDowell,Walter S, 2006. “Journal of Media Bisnis Studies – Confrontation or
Conciliation? The Plight of Small Media Brands in a Zero Sum
Marketplace”.
National Science Council of the Republic of China (Taiwan), 1999. “New Media and
Market Competition: A Niche Analysis of Television News, Electronic
News,
and
Newspaper
News
in
Taiwan”.
(http://www.entrepreneur.com/tradejournals/article/76845851.html
diakses tanggal 26 Agustus 2010).
Randle, Quint. 2003. “Gratification Niches of Monthly Print Magazines and the
World Wide Web Among a Group of Special-Interest Magazine
Subscribers”. (http://jcmc.indiana.edu/vol8/issue4/randle.html).
Sudibyo, 1988. “Kompetisi Antar Media Televisi ( Analisis dan Aplikasi Teori
Niche Atas Dasar Data Sekunder Terhadap Tingkat Kompetisi Anta Lima
Stasiun Televisi Swasta di Indonesia)”.
Susilo,
Bambang Aji, 2009. “Laporan Kegiatan Praktek Magang Profesi
Komunikasi: Proses Produksi Siaran dan iklan Radio Suara Salatiga
106.6 FM”.
Download