II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pinjaman Luar Negeri

advertisement
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Pinjaman Luar Negeri
2.1.1. Pengertian Pinjaman Luar Negeri
Menurut Tribroto (2001), pinjaman luar negeri dapat diartikan dari aspek
yang berbeda-beda. Berdasarkan aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan
arus modal dari luar negeri ke dalam negeri yang dapat digunakan sebagai
penambahan modal di dalam negeri. Berdasarkan aspek formal, pinjaman luar
negeri merupakan penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk
meningkatkan investasi yang berguna untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar negeri merupakan salah satu
alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan.
Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dan
Menteri Negara/Ketua Bappenas No. 185/KMI.03/1995 dan No. Kep031/KET/5/1995 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan atau Penatausahaan
dan Pemantauan Pinjaman atau Hibah Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara, pinjaman luar negeri adalah setiap
penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan
maupun dalam bentuk barang dan atau bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi
pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Secara umum, pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang menimbulkan
kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri baik dalam valuta asing
maupun dalam rupiah (Hutapea, 2007).
12 2.1.2. Jenis - Jenis Pinjaman Luar Negeri
Jenis pinjaman luar negeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
aspek, yaitu berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman,
jangka waktu pinjaman, status penerimaan pinjaman, dan persyaratan pinjaman
(Triboto, 2001).
Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman luar negeri dibagi
atas tiga jenis pinjaman, antara lain:
1. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri dengan cara memasukkan barang
modal, barang dan jasa, yang digunakan untuk keperluan proyek
pembangunan.
2. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan melalui tenaga-tenaga terampil atau
ahli.
3. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk pembiayaan bagi
tujuan yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas dalam menentukan
penggunaannya.
Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas dua
jenis pinjaman, antara lain:
1. Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu pinjaman berbunga ringan yang
berasal dari lembaga-lembaga internasional seperti World Bank dan Asia
Development Bank.
2. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, yaitu pinjaman yang berasal
dari lembaga internasional dari negara-negara bilateral anggota IGGI/IG.
Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas
tiga jenis pinjaman, antara lain:
13 1. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan
5 tahun.
2. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5 sampai 15
tahun.
3. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15
tahun.
Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas
dua jenis pinjaman, antara lain:
1. Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah,
dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa ada penjaminan dari
lembaga penjamin kredit ekspor.
2. Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta, maupun
yang dimiliki oleh penduduk berdasarkan perjanjian pinjaman atau perjanjian
lainnya, termasuk kas dan simpanan dan kewajiban lainnya terhadap bukan
penduduk.
Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas tiga
jenis pinjaman, antara lain:
1. Pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral
maupun negara bilateral, yang dananya berasal dari iuran anggota lembaga
multilateral atau dari anggaran negara bilateral yang bersangkutan yang
ditujukan untuk meningkatkan pembangunan. Bunga dari pinjaman lunak
maksimum 3,5 persen dalam jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih,
dan masa tenggang sekurang-kurangnya tujuh tahun. Pinjaman lunak biasanya
mengandung hibah sekurang-kurangnya 35 persen dari total pinjaman.
14 2. Pinjaman komersial, yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga
keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional. Tingkat
bunga yang berlaku di pasar internasional yaitu suku bunga internasional
(LIBOR) ditambah margin sekitar 0,5 sampai 1,5 persen.
3. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman
yang sebagian lunak dan sebagian komersial.
2.2.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi yang bertujuan
untuk mencapai output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat,
kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga, serta keseimbangan dalam neraca
pembayaran. Kebijakan fiskal dapat meningkatkan permintaan agregat secara
langsung. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan
pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak dalam rangka menstabilkan
perekonomian (Rahayu, 2010). Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua
instrumen pokok dalam kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah dan
penerimaan pajak. Dengan kedua instrumen tersebut, pemerintah dapat
menetapkan program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian
besar berasal dari pajak, yang secara keseluruhan terangkum dalam suatu
anggaran. Dengan adanya anggaran, pemerintah dapat mengendalikan masalahmasalah fiskal yang terjadi dalam perekonomian. Suatu anggaran menunjukkan
rencana pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah yang akan dilakukan
dalam kurun waktu tertentu.
15 Kebijakan fiskal memiliki peranan penting, karena melalui kebijakan
fiskal pemerintah menetapkan pajak yang akan dikenakan kepada masyarakat
sebagai wajib pajak. Penetapan pajak dalam jumlah tertentu akan meningkatkan
penerimaan pemerintah sehingga pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan (Sudirman, 2011).
Kebijakan fiskal dapat bersifat ekspansif dan juga bersifat kontraktif
(Hady, 2004). Kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif dilakukan dengan cara
pemerintah menaikkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak, dengan
tujuan untuk mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri, menaikkan
pendapatan masyarakat dan mendorong peningkatan impor. Kebijakan fiskal yang
bersifat kontraktir dilakukan dengan cara pemerintah menurunkan pengeluaran
pemerintah atau menaikkan pajak, dengan tujuan untuk mengurangi produksi
dalam negeri, menurunkan pendapatan masyarakat dan menurunkan impor.
2.2.1. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan
fiskal. Pengeluaran pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang
dan jasa untuk kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat
kantor pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri,
angkatan bersenjata, dan lainnya (Samuelson, 1997). Pengeluaran pemerintah
dapat menjadi penentu pokok jumlah pengeluaran agregat, dan juga penentu
pertumbuhan perekonomian. Rostow dan Musgrave berpendapat bahwa
perkembangan pengeluaran pemerintah sejalan dengan tahap perkembangan
ekonomi dari suatu negara. Ada perbedaan fokus alokasi sumber daya antara
16 negara pada tahap awal perkembangan, tahap menengah pembangunan, dan tahap
lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, diperlukan pengeluaran
pemerintah yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan
infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, dan pendidikan. Pada tahap
menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan
ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang.
Kemudian pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah
tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.
Peacock dan Wiseman berpendapat bahwa pemerintah akan senantiasa
meningkatkan pengeluaran pemerintah dan masyarakat memiliki tingkat toleransi
untuk membayar pajak, dimana masyarakat memahami bahwa besarnya
pemungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Perkembangan ekonomi dalam keadaan normal akan
menyebabkan penerimaan pajak semakin meningkat dan akan berpengaruh
terhadap peningkatan pengeluaran pemerintah. Sedangkan apabila keadaan
normal terganggu, seperti terjadi perang, maka pemerintah akan meningkatkan
pengeluarannya untuk membiayai perang. Dan saat pengeluaran untuk membiayai
perang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh penerimaan pajak, maka pemerintah
akan memanfaatkan pinjaman luar negeri sebagai sumber pembiayaan. Setelah
perang berakhir, pengeluaran pemerintah tetap akan meningkat karena pemerintah
harus membayar cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri. Kenaikan tarif
pajak akan dimaklumi oleh masyarakat, karena pemungutan pajak yang
meningkat tersebut akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
17 yang semakin meningkat karena adanya tambahan pengeluaran untuk membayar
kembali pinjaman luar negeri.
2.2.2. Pajak
Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal sebagai alternatif
pembiayaan
yang
digunakan
pemerintah
untuk
membiayai
pengeluaran
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan produksi barang-barang publik. Menurut
Andriani (2005), pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
Pajak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan alternatif pembiayaan
pengeluaran pemerintah lainnya, seperti pinjaman luar negeri. Pinjaman luar
negeri merupakan tindakan memindahkan pajak yang seharusnya terhitung saat
ini menjadi pajak di masa akan datang, karena di masa datang akan ada penarikan
pajak yang digunakan untuk membayar cicilan bunga pinjaman (Wagner dalam
Rosdiana, 2005).
2.3.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menganalisis
pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi
merupakan proses kenaikan produk per kapita dalam jangka panjang, tetapi tidak
memperhatikan
pemerataan
pendapatan
dan
pertumbuhan
penduduk.
18 Pertumbuhan ekonomi tidak dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara
langsung, namun dapat memperlancar proses pembangunan ekonomi sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi perekonomian suatu negara
yang terdapat lebih banyak output tanpa melihat ada atau tidaknnya perubahanperubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan
output yang lebih banyak (Irawan dan Suparmoko, 1999). Menurut Kuznets,
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya
dalam jangka panjang.
Menurut Boediono (1989), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output per kapita dalam jangka panjang. Perekonomian dapat dikatakan tumbuh
apabila kenaikan output per kapita terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, walaupun pada suatu saat
bisa juga terjadi penurunan, maka dapat dikatakan bahwa terjadi pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi
pada
negara
berkembang
menggunakan
perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan melihat proses peningkatan
PDB riil secara terus menerus. Peningkatan ini dilihat dalam bentuk kenaikan
produktivitas riil per kapita dan taraf hidup yang ditempuh melalui penyediaan
dan pengerahan berbagai sumber produksi (Salvatore, 1997). Penggunaaan
perhitungan PDB dalam pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang memiliki
tujuan agar dapat menghitung pendapatan per kapita dengan mengetahui data
mengenai jumlah penduduk pada tahun yang sama dengan pendapatan nasional.
19 Produk Domestik Bruto (PDB) adalah penjumlahan dari seluruh
pembelanjaan barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara dalam satu tahun
(Gorman, 2009). Rumus untuk PDB adalah:
PDB = C + I + G + (X - M)
dimana:
C
= total konsumsi
I
= total investasi
G
= total pengeluaran pemerintah
X – M = ekspor neto (ekspor – impor)
Konsumsi merupakan pengeluaran untuk barang atau jasa yang berasal
dari pendapatan rumah tangga, karena masyarakat akan membelanjakan
pendapatannya. Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk investasi
dalam peralatan produksi yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan
serta barang dan jasa. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang
ditujukan untuk pembelanjaan barang dan jasa, serta pembayaran transfer yang
mencakup jaminan sosial, perawatan kesehatan, asuransi pengangguran, program
kesejahteraan dan subsidi. Ekspor neto merupakan nilai dari perdagangan
internasional dimana total ekspor dikurangi total impor.
PDB adalah suatu ukuran dalam perekonomian, dimana PDB merupakan
total pengeluaran atau pendapatan suatu negara baik pada rumah tangga, swasta
dan pemerintah. PDB akan meningkat jika salah satu komponennya meningkat,
misalnya:
20 •
Jika konsumsi meningkat, dimana masyarakat atau rumah tangga membeli
lebih banyak barang atau jasa, maka PDB akan meningkat, sehingga
perekonomian tumbuh.
•
Jika investasi meningkat, dimana perusahaan atau swasta berinvestasi untuk
membeli peralatan baru dan bahan baku yang lebih banyak, maka PDB akan
meningkat, sehingga perekonomian tumbuh.
•
Jika pengeluaran pemerintah meningkat, dimana lebih banyak pengeluaran
yang ditujukan untuk proyek-proyek pembangunan dan penyediaan barang
publik, maka PDB akan meningkat, sehingga perekonomian tumbuh.
2.4.
Tinjauan Teoritis
2.4.1. Teori Three Gap Model
Pinjaman sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan,
dibutuhkan untuk menutupi tiga defisit, yaitu defisit tabungan investasi, defisit
anggaran pemerintah, dan defisit transaksi berjalan. Hubungan antara ketiga
defisit ini dijelaskan dengan menggunakan kerangka teori three gap model yang
diperoleh dari persamaan identitas pendapatan nasional (Basri, 1997), yaitu:
Sisi Pengeluaran
Y = C + I + G + (X – M) ……………………………………………………. (1.1)
Sisi Pendapatan
Y = C + S + T ……………………………………………………………….. (1.2)
dimana:
Y = produk domestik bruto
G = pengeluaran pemerintah
21 X = ekspor barang dan jasa
M = impor barang dan jasa
C = konsumsi masyarakat
I = investasi swasta
S = tabungan domestik
T = penerimaan pajak pemerintah
Sisi pengeluaran dan sisi pendapatan merupakan identitas pendapatan
nasional. Jika kedua identitas pendapatan nasional tersebut digabung, maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut:
(M – X) = (I – S) + (G – T) …………………………………………………. (1.3)
dimana:
M – X = defisit transaksi berjalan
G – T = defisit anggaran pemerintah
I – S = defisit tabungan investasi
Dari persamaan (1.3) dapat diasumsikan bahwa defisit transaksi berjalan
sama dengan penjumlahan dari defisit tabungan investasi dan defisit anggaran
pemerintah. Ketiga defisit tersebut memiliki hubungan dengan pinjaman luar
negeri, dimana peningkatan atau penurunan dari pinjaman luar negeri dapat
dipengaruhi oleh ketiga defisit tersebut. Hubungan antara pinjaman luar negeri
dan ketiga defisit tersebut dapat dilihat dengan menggunakan persamaan identitas
neraca pembayaran, yaitu:
Dt = (M –X)t + Dst – NFLt + Rt + NOLT …………………………………… (1.4)
dimana:
Dt
= pinjaman pada tahun t
22 (M –X)t = defisit transaksi berjalan pada tahun t
Dst
= pembayaran beban pinjaman
NFLt
= arus masuk bersih modal swasta pada tahun t
Rt
= cadangan otoritas moneter tahun t
NOLT = arus keluar modal bersih jangka pendek seperti capital flight dan lainlain pada tahun t
Persamaan identitas neraca pembayaran menunjukkan bahwa pinjaman
luar negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran
pinjaman, cadangan otoritas moneter, dan kebutuhan modal serta pergerakan arus
modal keluar jangka pendek seperti capital flight. Saat persamaan (1.3)
disubstitusikan ke persamaan (1.4), maka akan diperoleh persamaan baru sebagai
berikut:
Dt = (I – S)t + (G – T)t + Dst – NFLt + Rt + NOLT …………………………. (1.5)
Persamaan (1.5) menunjukan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk
membiayai defisit tabungan investasi dan defisit anggaran pemerintah. Sehingga
dari persamaan (1.4) dan persamaan (1.5) menunjukkan bahwa pinjaman luar
negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, defisit anggaran
pemerintah, dan defisit tabungan investasi.
Defisit anggaran pemerintah terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih
kecil dibanding pengeluaran yang direncanakan pemerintah. Defisit anggaran
pemerintah merupakan salah satu kebijakan fiskal untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, dengan cara menurunkan penerimaan pajak atau
menaikkan pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah menaikkan pengeluaran
pemerintah dengan asumsi pajak tetap, maka akan terjadi defisit anggaran
23 pemerintah, sehingga diperlukan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit
tersebut. Begitu pula dengan penurunan pajak, maka akan meningkatkan pinjaman
luar negeri untuk menutupi defisit anggaran karena kurangnya sumber penerimaan
pemerintah.
2.4.2. Teori Kurva Laffer Utang
Teori Kurva Laffer Utang atau Debt Laffer Curve menggambarkan efek
akumulasi pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto.
Menurut teori ini, pinjaman luar negeri diperlukan pada tingkat yang wajar.
Penambahan pinjaman luar negeri akan memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau batas tertentu. Pada kondisi
tersebut, pinjaman luar negeri merupakan kebutuhan normal setiap negara.
Namun pada saat stok pinjaman luar negeri telah melebihi batas tersebut maka
penambahan pinjaman mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini dikarenakan akumulasi pinjaman yang tinggi dapat berakibat
buruk terhadap perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar
pinjaman luar negeri (Batiz dan Batiz, 1994).
Expected
Debt
Repayment
Debt Overhang
C
B
D
A
Debt Stock
Sumber: Pattillo, 2002
Gambar 2.1 Kurva Laffer Utang
24 Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pada titik A ke titik B
menggambarkan akumulasi pinjaman luar negeri yang meningkat serta
kemampuan membayar pinjaman yang juga meningkat, hal ini disebabkan
akumulasi pinjaman yang masih relatif kecil. Kedua peningkatan memiliki besar
yang sama karena pada tingkat pinjaman yang rendah, kreditur dapat
mengharapkan pembayaran yang penuh dari debitur. Pada tingkat pinjaman
setelah titik B, peningkatan akumulasi pinjaman akan mengurangi kemampuan
membayar pinjaman tersebut, sehingga terdapat probabilitas dimana debitur tidak
mampu membayar pinjamannya secara penuh. Kondisi tersebut terjadi hingga
mencapai titik C atau pada kondisi tejadinya debt overhang. Pada tahap
selanjutnya, setelah titik C, akumulasi pinjaman akan berdampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena akumulasi pinjaman yang besar akan
menyebabkan kewajiban membayar yang juga besar, dan akan memengaruhi
pemerintah untuk menaikkan tingkat pajak sebagai sumber penerimaan
pemerintah. Dengan kenaikan tingkat pajak akan memengaruhi investasi di dalam
negeri dan menurunkan usaha produktif, sehingga pertumbuhan ekonomi akan
semakin rendah dan kemampuan untuk melunasi pinjaman juga akan semakin
rendah. Titik D menunjukkan reduksi pinjaman akan meningkatkan kemampuan
membayar pinjaman dimana kreditur dan debitur akan mendapat keuntungan.
Keuntungan yang akan didapatkan kreditur adalah pinjaman pokok dan cicilan
pinjaman dapat dilunasi, sedangkan keuntungan yang akan didapatkan debitur
adalah pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Namun, reduksi pinjaman hanya
akan diberikan kepada negara miskin yang tingkat pinjamannya sangat tinggi dan
tidak memiliki kemampuan untuk membayar.
25 Kurva Laffer menunjukkan dua bagian dari kurva, yaitu “good side” pada
bagian kiri dari kurva dan “wrong side” pada bagian kanan dari kurva. Pada
bagian “good side” menunjukkan kondisi peningkatan nilai pembayaran pinjaman
luar negeri, sedangkan bagian “wrong side” menunjukkan kondisi dimana negara
tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjaman secara penuh dan
pembayaran aktual tergantung pada pelaksanaan kebijakan ekonomi.
2.4.3. Ricardian Equivalence
Menurut pandangan Ricardian yang disebut ekuivalensi Ricardian
(Ricardian equivalence), pemotongan pajak yang didanai oleh pinjaman luar
negeri tidak mendorong pengeluaran konsumen karena sumber daya konsumen
tidak meningkat secara keseluruhan. Pemotongan pajak tersebut hanya akan
menunda penarikan pajak yang seharusnya dilakukan saat ini menjadi penarikan
pajak pada masa akan datang.
Secara sederhana, Ricardian equivalence menjelaskan bahwa pinjaman
luar negeri akan menurunkan penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah
dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang akan meningkatkan
penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah, karena untuk periode waktu
mendatang pemerintah memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar untuk
membiayai pengeluaran pemerintah, termasuk pembiayaan cicilan pokok dan
bunga pinjaman sebagai tambahan bagi pengeluaran pemerintah.
26 2.4.4. Konsep Suku Bunga Internasional
Suku bunga internasional atau London Inter Bank Offer Rate (LIBOR),
yaitu rate atau tingkat bunga pinjaman yang berlaku antarbank di London yang
menjadi patokan atau dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman pada pasar
uang internasional. Suku bunga internasional memiliki jangka waktu antara lain
satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan satu tahun. Bank-bank di dunia jika jenis
surat atau jenis tabungan itu didominasi oleh mata uang asing atau dalam bentuk
dolar Amerika. Suku bunga yang diberikan atas jenis tabungan atau surat berharga
ini juga akan diukur sesuai denga pergerakan nilai dolar Amerika.
Suku bunga internasional memiliki hubungan yang negatif terhadap
pinjaman luar negeri. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 2.2 yang menunjukkan
tingkat suku bunga internasional dalam perekonomian terbuka kecil.
Tingkat
Bunga Riil
S
Surplus NX
r*2
r*1
I(r)
Defisit NX
Investasi, Tabungan
Sumber: Mankiw, 2006
Gambar 2.2 Kurva Suku Bunga Internasional
Tingkat suku bunga internasional ditentukan dalam pasar keuangan dunia.
Tingkat suku bunga internasional menentukan neraca perdagangan, dimana terjadi
selisih antara tabungan dan investasi (Mankiw, 2006). Saat tingkat suku bunga
internasional rendah atau berada pada titik r*1, akan terjadi defisit neraca
27 perdagangan (Defisit NX) dimana investasi (I) melebihi tabungan (S), maka untuk
menutupi defisit neraca perdagangan, pemerintah akan memanfaatkan pinjaman
luar negeri lebih besar. Saat tingkat suku bunga internasional tinggi atau berada
pada titik r*2, akan terjadi surplus neraca perdagangan (Surplus NX) dimana
tabungan (S) melebihi investasi (I), sehingga pemerintah akan mengurangi
pinjaman luar negeri. Saat tingkat suku bunga rendah pemerintah akan
memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar dibanding saat suku bunga
internasional tinggi, karena tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil.
2.5.
Teori VAR - VECM
Model Vector Auto Regression (VAR) merupakan rangkaian time series
multivariat yang dikembangkan sebagai generalisasi model autoregrasi univariat
(AR). Sims (1980) mengusulkan model VAR untuk menghindari pembatasan
identifikasi dari model ekonometrika struktural. Model VAR menjadi alat analisis
yang penting dalam makroekonomi empiris. Johansen (1990) dan Juselius (1992)
memperluas model VAR pada data variabel ekonometrika time series yang tidak
stasioner dengan menerapkan konsep kointegrasi dan koreksi kesalahan untuk
menganalisis hubungan antara variabel yang tidak stasioner dalam jangka
panjang. Metodologi ini dikenal sebagai model Vector Error Correction Model
(VECM).
Menurut Ascarya (2009), secara umum, metode VAR memiliki
keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain:
28 1. Metode VAR sangat sederhana. Hal ini dikarenakan metode VAR bekerja
berdasarkan data, dimana tidak perlu melihat variabel yang bersifat endogen
dan variabel yang bersifat eksogen.
2. Metode VAR membangun model secara bersamaan di dalam suatu sistem
yang kompleks, sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan variabel di
dalam sebuah persamaan.
3. Uji VAR yang multivariat dapat menghindari parameter yang bias akibat
variabel yang relevan tidak dimasukkan.
4. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antar variabel di dalam suatu sistem
persamaan, dengan cara menjadikan seluruh variabel sebagai variabel yang
bersifat endogen.
5. Metode VAR sederhana dan hasil estimasi prediksi (forecast) yang diperoleh
akan lebih baik dari pada hasil estimasi dari model-model persamaan simultan
yang lebih kompleks.
6. Metode VAR merupakan alat analisis yang sangat berguna dalam memahami
adanya hubungan timbal balik antara variabel-variabel ekonomi dan juga
dalam pembentukan model ekonomi yang berstruktur.
Namun, metode VAR juga memiliki kekurangan. Menurut Ascarya
(2009), beberapa kekurangan dari metode VAR adalah:
1. Model VAR sering disebut model yang tidak struktural, karena dianggap ateoritis dengan menggunakan lebih sedikit informasi dari teori-teori terdahulu.
2. Model VAR dianggap kurang sesuai untuk analisis kebijakan, karena lebih
menekan pada hasil estimasi prediksi (forecast).
29 3. Penelitian dengan menggunakan metode VAR harus mempunyai data atau
pengamatan yang relatif banyak, karena ketika variabel terlalu banyak dengan
lag panjang, maka parameter juga akan terlalu panjang dan akan mengurangi
degree of freedom.
4. Semua variabel harus stasioner. Jika tidak, data harus ditransformasi dengan
benar (misalnya, diambil first difference nya), namun hubungan jangka
panjang yang diperlukan dalam analisis akan hilang dalam transformasi.
5. Impulse Response Function, yang merupakan inti dari analisis dalam
menggunakan metode VAR masih diperdebatkan oleh para peneliti, karena
pada hakikatnya IRF menelusuri respon dependen variabel terhadap shock
pada error term.
Vector Error Correction Model (VECM) adalah bentuk VAR yang
terestriksi yang digunakan untuk variabel yang tidak stasioner pada level tetapi
memiliki kemungkinan untuk terkointegrasi. Kointegrasi adalah terdapatnya
kombinasi linear antara variabel yang tidak stasioner yang terkointegrasi pada
ordo yang sama (Enders, 2004). VECM digunakan untuk mengantisipasi
hilangnya informasi jangka panjang apabila data yang diperoleh memiliki derajat
stasioneritas.
2.6.
Studi Penelitian Terdahulu
Penelitian Harahap (2007) menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi
utang luar negeri Indonesia pada periode tahun 1980 sampai tahun 2004. Dari
hasil penelitian yang didapat menunjukkan pengaruh pendapatan nasional negatif
dan signifikan terhadap utang luar negeri, sedangkan pengeluaran dalam negeri
30 dan defisit anggaran memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap utang
luar negeri.
Penelitian Atmadja (2000) mengenai perkembangan dan dampak dari
pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia menunjukkan dalam jangka pendek
pinjaman luar negeri sangat membantu pemerintah untuk menutupi defisit
anggaran pendapatan dan belanja negara, sehingga laju pertumbuhan ekonomi
dapat dipacu sesuai target yang telah ditetapkan. Tetapi dalam jangka panjang,
pinjaman luar negeri menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia,
seperti pada masa krisi ekonomi, pemerintah Indonesia harus menambah pinjaman
luar negeri untuk membayar pinjaman luar negeri yang telah jatuh tempo.
Penelitian Sihombing (2010) menujukkan pengaruh pinjaman luar negeri
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah krisis dapat dijelaskan dengan
menggunakan variabel pinjaman luar negeri dan variabel-variabel lain yang tidak
terdapat dalam model. Pinjaman luar negeri dan krisis ekonomi (dummy) memilki
pengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian Daryanto (2004) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri
terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode 1977 – 2001. Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan dari pinjaman luar negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pengelolaan pinjaman luar negeri pemerintah
pada Orde Reformasi cenderung lebih baik dibandingkan pada Orde Baru,
walaupun pinjaman luar negeri pada Orde Baru berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
31 Penelitan
Hernatasa
(2004)
menunjukkan
pinjaman
luar
negeri
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode
1970 - 2003. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan investasi dan lag
pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Investasi dan keterbukaan ekonomi merupakan faktor yang signifikan memacu
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan lag pendapatan per kapita berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan terms of trade berpengaruh positif
meskipun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pinjaman luar negeri
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi hingga mencapai
titik batas akumulasi pinjaman.
Penelitian Adi (2003) menunjukkan pengaruh pertumbuhan pinjaman luar
negeri pemerintah dan pinjaman luar negeri swasta terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia pada periode 1975 - 1998. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam jangka pendek pinjaman luar negeri swasta yang berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan pada jangka
panjang, pinjaman luar negeri pemerintah dan pinjaman luar negeri swasta tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Penelitian Listiani (2006) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil dari penelitian menyimpulkan
bahwa faktor-faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi selain
pinjaman luar negeri adalah kondisi tabungan domestik, ekspor, dan kondisi
perekonomian pada saat krisis ekonomi. Dengan kondisi pinjaman luar negeri
Indonesia yang sudah melewati batas indikator internasional maka diperlukan
32 suatu pengelolaan dana pinjaman yang ada sehingga dapat digunakan dengan baik
dan dapat dirasakan manfaat oleh masyarakat Indonesia secara langsung.
Penelitian Arfina (2007) menganalisis pengaruh pinjaman luat negeri dan
variabel makroekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
1993 - 2006. Dari hasil estimasi persamaan jangka panjang diketahui bahwa
variabel investasi dan tabungan masyarakat memiliki pengaruh positif dan
signifikan, pinjaman luar negeri memiliki pengaruh negatif dan signifikan, dan
variabel net export memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari hasil estimasi persamaan jangka pendek
diketahui bahwa variabel investasi dan net export memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel pinjaman luar
negeri dan tabungan masyarakat memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian Hakim (2005) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri,
kebijakan fiskal terhadap konsumsi masyarakat dalam Ricardian equivalence pada
tahun 1990 - 2004. Hasil penelitian secara umum mendukung teori Ricardian
equivalence dimana pinjaman luar negeri memiliki pengaru terhadap konsumsi
masyarakat. Namun tidak sesuai dengan teori Ricardian equivalence yang
mengatakan bahwa kebijakan fiskal tidak berpengaruh terhadap konsumsi
masyarakat, karena dari hasil penelitian kebijakan fiskal memiliki pengaruh yang
kuat terhadap konsumsi masyarakat.
Penelitian Hartati (2008) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri dan
tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN
pada periode 2000 - 2005, dengan sebuah aplikasi panel data. Hasil dari penelitian
33 tersebut menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan yaitu pinjaman luar
negeri per kapita dan rasio tabungan domestik per PDB mempunyai hubungan
yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara
ASEAN, yaitu Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Sedangkan hasil estimasi model fixed effect menunjukkan bahwa antara variabel
pinjaman luar negeri per kapita dan rasio tabungan domestik per PDB tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.7.
Kerangka Pemikiran
Kebijakan fiskal adalah salah satu kebijakan ekonomi yang dapat
menujang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui instrumen kebijakan fiskal
seperti pengeluaran pemerintah dan pajak, pemerintah menetapkan besarnya
anggaran yang akan digunakan untuk pembangunan perekonomian. Untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, pemerintah melakukan
penurunan penarikan pajak yang dikenakan kepada masyarakat, dengan asumsi
masyarakat akan membelanjakan pendapatan mereka untuk konsumsi, sehingga
dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, penurunan
penarikan pajak tersebut mengakibatkan defisit anggaran, karena dengan
pengeluaran
pemerintah
yang
semakin besar yang dialokasikan untuk
pembangunan, tidak cukup apabila hanya dibiayai oleh penarikan pajak yang
kecil. Untuk menutupi defisit anggaran tersebut, pemerintah melakukan pinjaman
yang berasal dari luar negeri. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alasan
masuknya pinjaman luar negeri, karena pinjaman luar negeri dimanfaatkan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pinjaman luar negeri juga
34 disebabkan oleh pergerakan suku bunga internasional, dimana suku bunga
internasional yang rendah menyebabkan aliran pinjaman luar negeri yang masuk
akan semakin besar.
Sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka
dalam skema pada Gambar 2.3 ingin memperlihatkan hubungan antara pinjaman
luar negeri, instrumen kebijakan fiskal, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan
suku bunga internasional.
Kebijakan Fiskal
Pengeluaran
Pemerintah
Pertumbuhan
Ekonomi
Pajak
Pinjaman Luar Negeri
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
LIBOR
35 2.8.
Hipotesis
Berdasarkan konsep teori dan penelitian-penelitian terdahulu, dapat
ditentukan beberapa hipotesis sebagai berikut:
1. Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif terhadap pinjaman
luar negeri. Dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, maka pinjaman
luar negeri akan meningkat untuk membiayai defisit anggaran pemerintah.
2. Penerimaan pajak memiliki pengaruh yang negatif terhadap pinjaman luar
negeri. Dengan menurunnya penerimaan pajak, maka pinjaman luar negeri
akan meningkat untuk membiayai defisit anggaran pemerintah.
3. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang positif terhadap pinjaman luar
negeri. Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi.
4. Suku bunga internasional memiliki pengaruh negatif terhadap pinjaman luar
negeri. Dengan menurunnya suku bunga internasional, maka pinjaman luar
negeri akan meningkat.
5. Setiap variabel memiliki kontribusi keragaman yang berbeda terhadap
pinjaman luar negeri.
Download