Pendidikan SMK Program Keahlian Seni Rupa dan Desain Produksi

advertisement
Pendidikan SMK Program Keahlian Seni Rupa dan Desain
Produksi Kriya di Era Globalisasi
Oleh: F.X. Supriyono
Abstak
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. SMK
program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya sebagai solusi pemerintah mengentaskan
pengangguran yang jumlahnya terus bertambah. Saat ini pemerintah tengah giat-giatnya mempromosikan
SMK, bahkan sedang mengubah proporsi jumlah SMA dan SMK dari semula 70 : 30 menjadi 30 : 70.
Karena SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya dianggap mampu menyiapkan peserta didik
yang kreatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki kompetensi yang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja. Sesuai logo “SMK BISA” dengan ciri khas Siap Kerja, Santun dan Kompetitif di
harapkan lulusan SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya mampu bersaing di era globalisasi
ini.
Peran globalisasi terhadap pendidikan SMK Program Keahlian Seni Rupa dan Desain Produksi Kriya membawa
perubahan yang signifikan terhadap dunia pendidika khususnya pendidikan SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi yang ap bersang d era globalsas i. Dampak globalisasi terhadap pendidikan
SMK Program Keahlian Seni Rupa dan Desain Produksi Kriya meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik
maupun non- akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta
memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Strategi SMK
Program Keahlian Seni Rupa Dan Desain Produksi Kriya Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi mampu
melahirkan lulusan yang memiliki perilaku wirausaha, maka perlu dikembangkan Bisnis Centre sebagai
media pembelajaran bagi siswa dalam berwirausaha, latihan-latihan ketrampilan lain yang berbasis pada
produksi.
Kata kunci : Pendidikan SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya dan era globalisasi
PENDIDIKAN SMK PROGRAM KEAHLIAN SENI RUPA DAN
DESAIN PRODUKSI KRIYA DI ERA
GLOBALISASI
Oleh: F.X. Supriyono
A.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan
gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan
yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses
memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya
menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara dari suatu proses pendidikan,
apakah itu pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia
kerja, baik sektor formal maupun sektor non formal”.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui dua
dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang
kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan.
Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based
economy tampak kian dominan. Paradigma ini menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan
ekonomi dalarn banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi
menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama dinamika
perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang
(Alhumami, 2004). Telah banyak sumber dan pakar ekonomi pendidikan mengatakan
bahwa pendidikan memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai kajian
akadernis dan kajian empiris telah membuktikan hal ini. Pendidikan bukan saja akan
melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas (merniliki pengetahuan dan
keterampilan serta· menguasai teknologi) tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang
sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga
dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan
kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya
cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan
dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Menjawab kebutuhan pada persaingan global tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya hadir sebagai kebutuhan
pendidikan yang lebih mengacu pada sumber daya manusia yang siap pakai, mempunyai
kompetensi yang handal, yang mampu menjawab tantangan global.
B. PERASALAHAN
Berdasarkan pendahlan tersebutdiatas, maka permasalahan yang dapat di ambil adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana prospek pendidikan SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya dalam era globalisasi ?
2. Bagaimana peran dan dampak globalisasi tehadap pendidikan SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya?
3. Apa strategi yang digunakan di pendidikan SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya untuk menjawab tantangan globalisasi ?
C. PEMBAHASAN
1. Prospek Pendidikan SMK Program Keahlian Seni Rupa dan Desain Produksi Kriya
Di Era Globalisasi
Era globalisasi beberapa terakhir ini menghadapkan manusia pada keadaan dimana
perubahan terjadi secara cepat disegala aspek kehidupan manusia. Kemampuan
beradaptasi dan berinovasi untuk mencapai kemandirian merupakan suatu keniscayaan.
Sayangnya bangsa Indonesia yang telah lebih dari 67 tahun merdeka masih menjadi
penonton di negerinya sendiri. Padahal di era tanpa batas saat ini, kualitas kemandirian
manusia akan diuji sebagai perubahan tersebut. Era globalisasi juga berdampak pada
persaingan yang semakin kompetitif. Untuk bisa memenangkan persaingan, setiap
negara tak terkecuali Indonesia harus memiliki sumber daya yang berkualitas.
Saat ini bangsa Indonesia masih terlilit persoalan kemiskinan dan pengangguran. Hal
tersebut sangat mempengaruhi daya saing bangsa. Hal tersebut bisa dilihat dari Human
Development Index yang semakin menurun. Pada tahun 2011 Indonesia berada di urutan
124 dari 187 negara. Indonesia bahkan jauh tertinggal dari negara tetangga terdekat seperti
Malaysia dan Singapore. Lebih memprihatinkan lagi, jumlah pengangguran terdidik yang
cukup tinggi. Berdasarkan data BPS pada Februari 2013, Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) untuk tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana masing-masing 7,5% dan 6,95%.
TPT pendidikan menengah masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah
Menengah Atas sebesar 10,34% dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51%.
Banyaknya lulusan terdidik yang menganggur bisa jadi disebabkan kualifikasi yang tidak
sesuai akibat rendahnya relevansi kurikulum dengan keahlian yang dibutuhkan terutama
untuk pengangguran lulusan SMA. Lulusan SMA di persiapkan untuk melanjutkan ke
jenjang berikutnya, namun kenyataannya banyak lulusan SMA yang tidak mampu
melanjutkan sehingga akhirnya mereka harus menganggur karena tidak dipersiapkan
untuk memasuki dunia kerja. Selain lulusan SMA, angka pengangguran yang cukup
tinggi juga terjadi di level sarjana. Hal tersebut menjadi Pekerjaan Rumah besar untuk kita
semua. Nampaknya kita segera berbenah dengan cara menambah dan mensosialisasikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya
khususnya kriya kayu sebagai pencetak tenaga ahli dan wirausahawan tangguh dan dan
juga mengubah mindset para sarjana untuk menjadi seorang wirausahawan yang mampu
melahirkan inovasi- inovasi melalui risetnya sehingga kita menjadi salah satu pemain utama
dalam percaturan global.
SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya hadir sebagai solusi
pemerintah mengentaskan pengangguran yang jumlahnya terus bertambah. Saat ini
pemerintah tengah giat-giatnya mempromosikan SMK, bahkan sedang mengubah proporsi
jumlah SMA dan SMK dari semula 70 : 30 menjadi 30 : 70. Karena SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya dianggap mampu menyiapkan peserta didik
yang kreatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki kompetensi yang
sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Joko Sutrisno (2008). Bahkan, hasil sebuah survei
menunjukkan bahwa di kota-kota di mana populasi SMK program keahlian seni rupa
dan desain produksi kriya lebih tinggi dari SMA, maka daerah tersebut memiliki
pertumbuhan ekonomi dan produk domestik regional bruto yang lebih tinggi. Namun
melihat masih banyaknya lulusan SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi
kriya yang menganggur kita harus segera membenahi sistem pembelajaran SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya berbasis kompetensi sehingga bisa
menghasilkan inovasi dan juga mencetak jiwa kewirausahaan mereka. Sesuai logo “SMK
BISA” dengan ciri khas Siap Kerja, Santun dan Kompetitif di harapkan lulusan SMK
program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya mampu bersaing di era globalisasi ini.
Dengan kurikulum yang di rancang khusus, menyebabkan siswa SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya tidak hanya mendapatkan pendidikan secara teori saja,
namun dibekali keterampilan yang bisa di manfaatkan setelah lulus nanti. Saat ini parasiswa
SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya sudah mulai menunjukkan
prestasinya dalam berinovasi. Beberapa hasil inovasi anak SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya adalah:
a. Meja Makan Berukir. Sungguh prestasi yang luar biasa dimana siswa SMK
program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya telah mampu mengeluarkan
meja makan berukir. Sekolah ini dipimpin oleh Kepala Sekolah yang luar biasa,
yang belum lama ini mendapatkan Penghargaan karena prestasinya dalam pendidikan.
b. Kotak tempat perhiasan. Salah satu hasil karya anak negeri yang fenomenal adalah
kotak tempat perhiasan yang diaplikasikan dengan logam. Hasil karya asli anak
negeri ini telah cukup banyak menyita perhatian publik dan pemerintah dan menjadi
bahan pembiacaraan dimana-mana.
Tentunya masih banyak karya siswa SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi
kriya lainnya di Indonesia yang belum terungkapkan disini. Banyak juga siswa SMK
program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya di tempat lain yang telah mampu
berinovasi. Semoga semakin banyaknya inovasi yang lahirkan bisa memacu motivasi
siswa-siswa SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya lainnya untuk
menunjukkan karya-karya inovatif lainnya dan pemerintah hendaknya bisa lebih
mengingkatkan kompetensi mereka dengan banyak menggandeng dunia usaha/industri
sehingga bisa mengetahui apa yang mereka butuhkan. Jika hal-hal tersebut mendapat
perhatian dan dukungan dari pemerintah, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi
salah satu negara yang mampu bersaing di tengah tantangan zaman di era globalisasi.
2.
Peran Dan Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan
SMK Program Keahlian Seni Rupa dan Desain
Produksi Kriya
2.1.
Peran globalisasi terhadap pendidikan SMK Program Keahlian Seni Rupa
dan Desain Produksi Kriya
Dunia globalisasi yang semakin terasa mau tidak mau telah membawa perubahan yang
signifikan terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya. Perubahan-perubahan tersebut telah membawa sebuah
paradigma baru dalam dunia SMK. Beberapa perubahan yang mendasar dalam paradigma
baru pendidikan menengah kejuruan adalah:
a. Proses peralihan dari orientasi lama, ke orientasi baru yang sering diistilahkan dari
sistem supply driven atas kebutuhan sosial masyarakat, ke sistem demand driven
yang dipacu oleh kebutuhan pasar kerja. Selama ini kata- kata, berapa prosen
tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian seni rupa dan
desain produksi kriya yang diluluskan, dibalik menjadi berapa prosen tamatan
SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya program keahlian
seni rupa dan desain produksi kriya dapat diserap di dunia usaha dan industri;
b. Pendidikan berbasis sekolah (School Based Program), mengacu ke pendidikan
berbasis ganda (Dual Based Program);
c. Pengajaran berbasis pelajaran (Subject Matter Based Program), menuju pengajaran
berbasis kompetensi (Competencies Based);
d. Program dasar yang sempit (Narrows Based Program), menuju ke program dasar
yang mendasar, kuat, dan lebih luas (Broad Based Curriculum);
e.
Pendidikan formal yang kaku menuju ke pendidikan yang luwes (Multy Entry
and Multy Exit);
f. Tidak mengakui keahlian dari luar sekolah, paradigma baru mengakui kompetensi
yang diperoleh dari manapun, dan dengan cara apapun (Recognition of Prior
Learning);
g. Pemisahan yang tegas antara pendidikan dan pelatihan menjadi program diklat;
h. Pendidikan bersifat terminal (Dead End), menuju pendidikan berkelanjutan
(Bridging Program);
i. Manajemen terpusat, menuju pada manajemen mandiri.
2.2. Dampak
globalisasi terhadap pendidikan SMK Program
Keahlian Seni Rupa dan Desain Produksi Kriya
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat.
Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka
peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia.
Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non- akademik, dan memperbaiki
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluasluasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang
dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak
positif dan negatif dari dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poinpoin berikut:
a. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
1) Pengajaran Interaktif Multimedia.
Kemajuan tekonologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola
pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal
berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti komputer
dan internet. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali
membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana
sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi.
Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, musik, gambar
hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi. Dalam
fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah
bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana
daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para
siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan
menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat.
Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasilhasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal
menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih
baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali,
dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
2) Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk
berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau
atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus
berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah
diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa
perubahan
paradigma pendidikan dari corak sentralistis
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak
mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik
sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia
pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet
dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu
pengetahuan serta sharing antar siswa terutama dengan mereka yang
berjauhan tempat tinggalnya.
3) Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu
Kurikulum dahulu paling utama didasarkan pada tingkat kemajuan sang
guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa.
KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal
pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di
kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat
satuan pendidikan dan yang sekarang kurikulum 2013. Di dalam kelas,
siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya
guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan
siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak
mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak
hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep- konsep, dan
fakta sendiri.
b. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
1) Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan
sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John
Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang
mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna”
bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke
masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala
Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens.
Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan
hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham (John Micklethwait,
2007:166).
2) Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah
juga dap at memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka
macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya:
pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita
yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah
diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol,
narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, tahun lalu
diberitakan salah seorang siswi SMK pergi meninggalkan sekolah
demi menemui
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini
sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
3) Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat
menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru
ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa
bantuan alat-alat tersebut.
3.
Strategi SMK Program Keahlian Seni Rupa Dan Desain
Produksi Kriya Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Siap kerja atau tidak tentunya tidak lepas dari strategi ataupun managemen pendidikan
yang di terapkan di suatu SMK terkait. Beberapa analisis mengenai managemen
pendidikan terkait dengan program yang akhirnya menghasilkan input mutu lulusan yang
kompeten yang mampu bersaing di tengah arus globalisasi. Semua itu tidak lepas dari
profesionalisme dari berbagai elemen di dalam lingkungan pendidikan, termasuk guru,
staff, dan system yang berjalan dalam kancah arena pendidikan tersebut. Beberapa program
dikembangkan itu dapat dipaparkan pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Melakukan kerjasama dengan industri-industri yang sesuai dengan kompetensi
sekolah. Di dalam meningkatkan mutu lulusan , maka dilakukan usaha untuk
menjalin hubungan kerjasama dengan industri-industri yang terkait. Hal ini
dilakukan untuk memacu motivasi siswa dalam meraih ambisi dan prestasinya untuk
siap terjun di dunia kerja. Dalam hal ini kepala sekolah melakukan managemen
untuk mewujudkan hal ini. Dengan di bantu staf-staf terkait,misal membentuk staf
khusus untuk menangani hal ini,yaitu staf yang berfungsi untuk mengkoordinasi
dengan industri-industri untuk melancarkan hubungan kerja sama ini. Untuk
mensukseskan kerjasama ini maka sekolah mengadakan evaluasi tentang standard
sekolah tersebut. Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di
lingkungan sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan
pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau
dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan
beragam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali
mengambil bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase
tinggi lulusan yang mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang
yang berhubungan, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
Langkah-langkah yang dapat di ambil untuk memudahkan kerjasama industri ini
adalah faktor meningkatkan mutu sekolah untuk menjalin kepercayaan dengan
pihak industri sehingga sekolah akan dapat memberikan komitmen kepada industri
atas lulusannya, sehingga kepercayaan industri terhadap lulusan akan tinggi.
Langkah-langkah yang dapat dilaknsanakan diantaranya :
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
1) Meningkatkan managemen sekolah tentang
pelaksanaan praktek
industri (magang) Sekolah.
2) Menjalin hubungan yang lebih erat dengan dunia usaha. saling
menguntungkan.
3) Melaksanakan komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja.
Memanagemen pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan
kejuruan yang menunjang kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air,
pemeliharaan dan penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat
praktek kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus
diperbaharui secara periodik juga guru berharap untuk memberikan pengalaman
belajar yang sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini
bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian adalah
pembelian bahan habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin
sesuai dengan program keahlian yang dikembangkan pada SMK program keahlian
seni rupa dan desain produksi kriya.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana sekolah. Kurikulum pendidikan kejuruan dalam
implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung oleh fasilitas beajar yang
memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan
situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, diperlukan banyak perlengkapan,
sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan
utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada sebagai fasilitas bagi peserta didik di
dalam mengembangkan kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan
industri. Hal ini sangat crusial dan penting dilakukan untuk dilakukan karena sarana
dan prasarana sekolah adalah hal yang sangat pokok dalam penciptaan kesuksesan
belajar mengajar di sekolah. Pengadaan alat-alat praktek serta laboratorium
praktek yang dapat menunjang pengaplikasian teori ke dalam dunia realita adalah
sangan mutlak dilakukan dalam pembelajaran kejuruan di SMK program keahlian
seni rupa dan desain produksi kriya, sehingga output lulusan SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya tidak hanya mengetahui dan
memahami akan suatu teori belaka, tetapi dapat lebih
interaktif
mengimplementasikan teori-teori yang didapat dalam hubungannya dengan dunia
kerja dan dunia nyata yang secara harfiah SMK program keahlian seni rupa dan
desain produksi kriya menciptakan lulusan yang trampil dan siap kerja. Untuk
melakukan dan mewujudkan hal ini, maka di adakan suatu audit kontrol
managemen, baik keuangan maupun managemen staff yang baik. Dengan di bantu
staff ataupun guru-guru, dilakukan evaluasi atau observasi, adakah kekurangan
sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut. Hasil observasi ini di data dan
dirapatkan, kemudian dengan menimbang audit keuangan sekolah tersebut maka
dapat di rancang suatu program kelengkapan/pembelian alat-alat sekolah secara
terencana sesuai
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
dengan kemampuan keuangan sekolah tersebut. Hal lain yang bisa dilakukan adalah
membuat suatu tim untuk mengajukan proposal kepada pemerintah agar
pemerintah bisa ikut andil dalam membantu perwujudan kelengkapan sarana dan
prasarana sekolah ini. Tentu hal ini dilakukan dalam suatu team managemen yang
baik, dan diawasi pelaksanaannya oleh semua pihak yang terkait.
c. Mengadakan pengelolaan pendidikan yang baik. Pengelolaan pendidikan adalah
mutlak dilakukan secara baik untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, income
yang berbeda-beda jika di lakukan proses pengelolaan yang baik maka akan
menghasilkan output yang baik dan relatif sama, dalam artian misi dan
kemampuannya akan sama jika digodog dengan proses pendidikan yang
pengelolaannya baik. Untuk mewujudkan hal ini, maka di adakan suatu kerjasama
dengan pihak-pihak terkait, di antaranya pihak guru dalam mengelola pendidikan di
dalam kelas, pihak staf-staf dalam usahanya membangun suatu managemen di luar
kegiatan Proses pembelajaran dan pihak external lainnya dalam managemen yang
bergerak di bidang kerjasama dan pengelolaan. Dengan di bantu suatu managemen
dan pengawasan yang baik maka di lakukan suatu keseragaman visi dan misi dari
SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya yang dikelola,
keseragaman pola pengelolaan yang akan di terapkan dalam SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya yang akan dikelola tersebut. Hal yang
bisa dilakukan adalah di antaranya :
1) Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven. Dengan
demand driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia
kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan
pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan
dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja
ikut berperan serta karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan
dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi hasil
pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan
kejuruan itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja. Sebagai
salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam
pengembangan kurikulum SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya harus melakukan sinkronisasi kurikulum yang direalisasikan
dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan
sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya diupayakan sedekat mungkin
dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta memiliki relevansi
dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi
kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca keahlian dan performansi
apa yang dibutuhkan dunia usaha atau
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
2)
3)
4)
5)
industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan SMK program keahlian seni rupa
dan desain produksi kriya.
Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke
sistem berbasis ganda (Dual Based Program). Perubahan dari pendidikan
berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link
and match, mengharapkan supaya program pendidikan kejuruan itu
dilaksanakan di dua tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan di
sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya
dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh
melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses
bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilainilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara
lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar,
wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran
ke model pengajaran berbasis kompetensi. Perubahan ke model pengajaran
ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara
langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan.
Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan
kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket
kompetensi.
Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program
dasar yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based). Kebijakan link and
match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar
yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang berwawasan
sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip,
bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas
dan yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan
dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta didik
perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk keunggulan,
sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat
penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru
ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang
memungkinkan seseorang tamatan SMK program keahlian seni rupa dan
desain produksi kriya memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap
kemungkinan perubahan pekerjaan.
Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes
dan menganut prinsip multy entry, multy exit. Dengan adanya perubahan
dari supply driven ke demand driven, dari schools based program ke dual
based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke program berbasis
kompetensi; diperlukan adanya keluwesan
yang
memungkinkan
pelaksanaan praktek kerja industri
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan
peserta didik SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya
yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program
pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di
dunia kerja, maka peserta didik tersebut dimungkinkan meninggalkan
sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin masuk sekolah kembali
menyelesaikan program SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, dan
bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh peserta didik
yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem
program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di
industri sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama
dengan aturan kalender belajar di sekolah.
6) Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh
sebelumnya,ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan
dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning).
Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini
akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu,
misalnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai
bekal untuk pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK
program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya perlu menyiapkan
diri sehingga memiliki instrument dan kemampuan menguji kompetensi
seseorang darimana dan dengan cara apapun kompetensi itu didapatkan.
7) Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke
sistem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan
secara terpadu. Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya
dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan
pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan
program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi
kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai melalui
program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman
kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.
8) Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan. Sistem baru tetap
mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya langsung bekerja, agar segera menjadi
tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya. Sistem baru juga mengakui
banyak tamatan SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi
kriya yang potensial dan potensi keahlian
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap
mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu
proses artikulasi yang mengakui dan menghargai kompetensi yang
diperoleh dari SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya
dan dari pengalaman kerja sebelumnya. Untuk mendapatkan sistem
artikulasi yang efisien diperlukan “program antara” (bridging program)
guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya yang sudah berpengalaman kerja, supaya
siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi.
9) Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip
desentralisasi). Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi
peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan
operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan
nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi
peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan
inovasi. Proses pendewasaan SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya perlu ditekankan, untuk menumbuhkan rasa percaya diri
sekolah melakukan apa yang baik menurut sekolah, dengan prinsip
akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas memberikan
penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka
yang pantas ditindak.
10)Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah
pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat. Sejalan dengan prinsip
demand driven, dual based program, pendewasaan manajemen sekolah, dan
pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan swadana pada SMK program keahlian seni rupa
dan desain produksi kriya, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat
bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu
mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis. Semua pengelolaan
yang di paparkan dalam berbagai perubahan secara terpadu terrsebut dapat
dilaksanakan dengan baik jika di koordinir dengan managemen staff yang
baik, kesatuan misi, dan kontrol yang baik pula, di perlukan usaha keras untuk
bisa mewujudkan pola-pola pengelolaan baik dalam hal pembelajaran
maupun non pembelajaran, sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat di
evaluasi hasilnya demi terwujudnya lulusan yang kompetitif dan
mempunyai kemampuan baik di dunia masyarakat maupun di dunia kerja.
d. Menekankan pembelajaran berbasis IPTEK pada SMK program keahlian seni rupa
dan desain produksi kriya yang dikelola.
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan
umum. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari kriteria pendidikan, substansi
pelajaran dan lulusannya. Pendidikan kejuruan seyogianya memiliki kriteria
sebagai berikut :
 Orientasi pada kinerja individu dunia kerja
 Jastifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan
 Fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotor, afektif dan kognitif
 Tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah
 Kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja
 Memerlukan saana dan prasarana yang memadai
 Adanya dukungan masyarakat
e. Menerapkan asas belajar tuntas pada SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya yang dikelola.
Model pembelajaran yang dapat dikembangkan di SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya dapat dipilih dari rumpun yang berhubungan
dengan perilaku (behavioral), karena di SMK program keahlian seni rupa dan
desain produksi kriya program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya pada
intinya mendasarkan pada teori pembelajaran behaviorism. Teori ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar, yang menjadi prinsip
dalam pembelajaran keahlian di SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya. Model mengajar dari rumpun sistem tingkah laku (the behavioral
systems family of models, Joyce : 2000) yang dapat diterapkan di SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya diantaranya adalah belajar tuntas.
Belajar tuntas merupakan suatu kerangka dalam merencanakan pembelajaran yang
berurutan, dirumuskan oleh John B. Carroll (1971) dan Benyamin Bloom (1971).
Belajar tuntas disajikan secara ringkas dan menarik untuk meningkatkan
pencapaian hasil belajar (kinerja) peserta didik. Secara tradisional, kecerdasan
dianggap sebagai karakter yang berhubungan dengan hasil belajar peserta didik.
Carroll memandang kecerdasan sebagai sejumlah waktu yang digunakan seseorang
untuk belajar dibanding kapasitasnya untuk menguasai bahan ajar. Dalam
pandangan Carroll, peserta didik yang mempunyai penguasaan bahan ajar
dibanding dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan lebih tinggi. Oleh
karena itu, dilakukan usaha untuk mewujudkan pola belajar tuntas ini di SMK
yang akan dikelola. Peran guru, staff, dan elemen pendidikan yang lain sangat
penting dalam menjlai kerjasama untuk mewujudkan suatu managemen yang
bertujuan untuk membangun pola belajar tuntas pada SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya yang akan saya kelola. Dalam upaya penerapan
model belajar tuntas pada pembelajaran keahlian di SMK program keahlian seni
rupa dan desain produksi kriya, dapat digunakan berbagai pendekatan sebagai
berikut :
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
1) Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training). Pelatihan
berbasis kompetensi merupakan proses pengajaran yang perencanaan,
pelaksanaan dan penilaiannya mengacu kepada penguasaan kompetensi
peserta didik. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar kegiatan yang
dilakukan dalam proses pengajaran benar- benar mengacu dan mengarahkan
peserta didik untuk mencapai penguasaan kompetensi yang telah
diprogramkan bersama antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia
industri. Dengan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi ini,
pembelajaran pada intinya berisi seperangkat kompetensi yang perlu
dimiliki peserta didik melalui proses kegiatan pembelajaran yang memiliki
ciri sebagai berikut :
a) Kegiatan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta
didik
b) Proses pembelajaran harus memiliki kesepadanan dengan kondisi
dimana kompetensi tersebut akan digunakan
c) Aktivitas pembelajaran bersifat perseorangan (individualized
instruction), antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya
tidak ada ketergantungan
d) Di program pengayaan (enrichment) bagi peserta didik yang lebih
cepat dan program perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang lebih
lamban.
Strategi pembelajaran ini menekankan penguasaan kompetensi sesuai standar
yang ditentukan, melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan secara terstruktur serta berfokus pada peserta didik (learner
focused) melalui penyelesaian tugas/kompetensi (task focused) secara
bertahap. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pembelajaran dengan
pendekatan pelatihan berbasis kompetensi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Kurikulum harus dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi
yang ditetapkan oleh industri/asosiasi profesi, dan memuat isi yang
menunjang pencapaian kompetensi
b) Modul/bahan ajar harus dikembangkan berdasarkan kurikulum dan
standar kompetensi, serta mampu memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengikuti program sesuai dengan tingkat
kecepatan yang dimilikinya
c) Guru atau instruktur harus memiliki kompetensi sesuai dengan
bidangnya
d) Peserta didik, telah memiliki pengetahuan dasar yang memadai
e) Kegiatan diklat diorganisasi secara tepat agar dapat dilaksanakan
secara fleksibel dan memberikan perlakuan secara adil kepada peserta
didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya
f) Fasilitas harus memadai untuk seluruh peserta didik, baik dari sisi
jenis, jumlah dan kualitas
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
g) Manajemen institusi perlu dikembangkan sesuai dengan semangat
pembaharuan
h) Biaya operasional diklat, memadai sesuai kebutuhan operasional
dalam pencaaian kompetensi peserta didik
2) Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training)
Pelatihan berbasis produksi adalah proses pembelajaran keahlian atau
keterampilan dirancang berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang
sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai
dengan tuntutan pasar atau konsumen. Tujuan dari pelatihan berbasis
produksi adalah :
 Membekali peserta dengan kompetensi yang sepadan dengan
tuntutan dunia kerja, sekaligus menghasilkan produk/jasa yang laku
dijual.
 Menanamkan pengalaman produktif dan mengembangkan sikap
wirausaha, melalui pengalaman langsung memproduksi barang atau
jasa yang berorientasi pasar (konsumen)
Dengan kriteria pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya desain yang
lebih memungkinkan adalah mengintegrasikan pelaksanaan pelatihan
berbasis produksi dengan penyelenggaraan unit produksi sekolah. Kondisi ini
sejalan dengan tujuan penyelenggaraan unit produksi, yaitu :
a) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan
praktik yang berorientasi pasar
b) Mendorong peserta didik dan guru dalam pengembangan wawasan
ekonomi dan kewirausahaan
c) Memperoleh tambahan dana untuk membantu mengatasi kekurangan
biaya operasional sekolah, terutama digunakan untuk perawatan dan
perbaikan fasilitas
d) Meningkatkan pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di
sekolah
e) Meningkatkan kreativitas peserta didik dan guru
f) Dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik,
terutama menyangkut keterampilan yang diperlukan untuk
mengerjakan pesanan masyarakat, sehingga diharapkan dapat lebih
cepat menyesuaikan diri terhadap dunia kerja.
3) Pelatihan berbasis industri (Pembelajaran di dunia kerja)
Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta
mengalami proses belajar melalui bekerja langsung (learning by doing)
pada pekerjaan yang sesungguhnya. Pelaksanaannya dinamakan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG)/Praktek Industri sesuai dengan bidang keahlian yang
dikembangkan. PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron
program pendidikan di
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja
langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian
profesional tertentu. Dalam pelaksanaan PSG, kedua belah pihak secara
sungguh-sungguh terlibat dan bertanggung jawab mulai dari tahap
peencanaan program, tahap penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian
dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya pemasaran tamatannya.
Mengingat iklim kerja yang ada di sekolah berbeda dengan yang terjadi di
dunia kerja, maka sekolah harus benar- benar menyiapkan peserta sesuai
dengan karakteristik dan tuntutan dunia kerja tempat berlatih. Bukan hanya
menyangkut dasar-dasar kompetensi, tetapi juga menyangkut kesiapan fisik,
mental, wawasan dan orientasi kerja yang benar. Pelatihan berbasis industri
pada dasarnya memiliki nilai kebermaknaan lebih tinggi, terutama dalam
memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik. Pelatihan
berbasis industri ini dapat memberikan pengalaman belajar dan bekerja bagi
peserta didik sesuai dengan dunia nyata pada dunia kerja sesuai dengan
keahlian yang dimiliki, sehingga lulusan pendidikan kejuruan mampu
bersaing untuk bekerja pada dunia usaha atau industri sesuai dengan bidang
keahlian yang dikuasainya.
f. Pembelajaran akhlak, keimanan,nasionalisme dan kedisiplinan.
Kompetensi yang akan di tembak sasarannya pada pengelolaan SMK program
keahlian seni rupa dan desain produksi kriya yaitu terwujudnya lulusan yang
berkompeten di dunia kerja akan tidak ada gunanya jika tidak di bekali dengan
akhlak dan keimana yang kuat. Oleh karena itu ujung akhir dalam pengelolaan
pendidikan pada SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya yang
akan saya kelola akan saya acukan kepada pembentukan moral yang beriman dan
berakhlak, hal ini bisa dilakukan dengan penambahan mata pelajaran agama serta
mata pelajaran akhlak yang dicontohkan melalui pembelajaran dan teladan-teladan
para guru dan elemen terkait. Di samping hal itu pendidikan kewarganegaraan
yang mengacu pada rasa nasionalisme dan pengajaran kedisiplinan juga penting
dilakukan. Dengan memperketat kedisiplinan di sekolah yang akan saya kelola
dengan menjalin suatu managemen yang merangkul semua elemen termasuk
pembuatan kebijakan yang mengacu pada kedisiplinan sekolah, yang tidak lepas
dari kerjasama dengan pihak konseling ( BP ) akan diterapkan untuk mewujudkan
hal itu. Perencanaan, pelaksanana, pengontrolan dan evaluasi dari berbagai pihak
tentang mewujudkan poin ini tentu akan sangat membantu menerapkan jiwa
disiplin, jiwa nasionalis, dan jiwa manusia yang beralhlak untuk terwujudnya
lulusan yang tidak hanya kompeten di bidang IPTEK dan dunia kerja, tetapi juga
menciptakan lulusan yang berkualitas, berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
g. Pengenalan Dunia Kewirausahaan
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
Suatu negara bisa makmur jika dinegara tersebut memiliki sedikitnya 2%
wirausahawan dari total populasi. Sayangnya saat ini Indonesia baru memiliki sekitar
500.000 wirausahawan atau sekitar 0,24% dari total 240.000.000 penduduk
Indonesia. Jauh dari kondisi ideal, yaitu baru sepersepuluhnya. Sedangkan
negara tetangga terdekat, Malaysia jumlah wirausahanya sebanyak 5% dan
Singapura sebanyak 7%. Indonesia membutuhkan lebih banyak wirausaha.
Indonesia memiliki sekitar 10% wirausahawan potensial namun karena tidak
pernah dididik, dilatih dan diberi kesempatan mereka tidak berhasil menjadi
wirausahawan. Pada lingkup pendidikan kewirausahaan di sekolah yang paling
penting adalah pemberian motivasi dengan kehidupan nyata melalui pemberian
pengalaman langsung menjadi seorang wirausaha. Dari sini diharapkan timbul
perilaku antusias yang besar dalam diri tiap peserta didik untuk mengikuti
pendidikan kewirausahaan yang mereka tidak pernah kenal sebelumnya dan
seakan-akan menjadi seorang pengusaha itu merupakan sesuatu yang sulit.
Kewirauasaan di sekolah bertujuan agar siswa mampu membuka usaha mandiri
yang lebih kreatif dan inovatif. Agar proses pembelajaran di sekolah terutama di
SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya mampu melahirkan
lulusan yang memiliki perilaku wirausaha, maka perlu dikembangkan Bisnis Centre
sebagai media pembelajaran bagi siswa dalam berwirausaha, latihan-latihan
ketrampilan lain yang berbasis pada produksi
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia. Dunia globalisasi telah melahirkan persaingan tanpa batas antar negara di
dunia. Hal ini membuat kesenjangan akan semakin tercipta tatkala suatu negara tidak bisa
menyikapi globalisasi secara bijaksana. SMK program keahlian seni rupa dan desain
produksi kriya hadir di tengah globalisasi sebagai wujud persaingan negara Indonesia
di bidang SDM. Dengan SDM yang cakap pada bidangnnya di harapkan Indonesia
mampu menempatkan dirinya menjadi salah satu negara yang di perhitungkan dunia.
Meskipun banyak menuai dampak baik itu positif ataupun negativ akibat globalisasi,
pendidikan SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya harus terus di
kembangkan agar mampu dan sesuai dengan tantangan global. Dengan berbagai macam
strategi di harapkan SMK program keahlian seni rupa dan desain produksi kriya mampu
berbicara banyak pada kancah internasional.
E. Daftar Pustaka
Asri B. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Munir. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota
IKPI.
Surya, M. 2002. Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas
Terbuka. Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia
Wardoyo, C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). Sinar Grafika, Jakarta, 2003.
E Mulyasa. Menjadi guru professional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.
Depdiknas, Panduan KTSP. Jakarta, 2006.
Firestone, W.A. Why Professionalizing Teaching Is Not Enough, No. 6 March.
Tilaar, H.A.R. Manajemen Pendidikan nasional, Kajian Pendidikan masa depan.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994.
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
. Biodata
Nama
: Drs.FX.Supriyono, M.Ds
Tempat , Tanggal Lahir
: Lubuk Linggau, 13 Desember 1965
NIP
: 19651213 1994 02 1 001
Pangkat / Gol / Ruang
: Pembina, IV /a Jabatan
Instansi
: PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
Alamat Kantor
: Jln Kaliurang Km.12,5, klidon Sleman
: Widyaiswara Madya
Yoyakarta 55581
Alamat Rumah
: Senowo RT 19 Argorejo, Sedayu, Bantul
No HP / Telp
: 081904167600
E- mail
: [email protected]
Face Book
: Supriyono Goet
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
FX Supriyono Pendidikan SMK Program Keahlian. 2015
Download