Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya cipta sering disebut sebagai istilah untuk pengembangan potensi pada peserta didik. Materi pembelajaran berbasis kreativitas diharapkan dapat membekali peserta didik untuk dapat berfikir kreatif sebagai wujud pengembangan potensi dirinya dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Sebagai hasil pengembangan pembelajaran berbasis kreativitas, peserta didik akan mampu mengembangkan penguasaan pengetahuan, konsep dasar, proses pembuatan produk, dan memiliki apresiasi terhadap bidang yang digeluti dan terhadap produk yang dibuat. Selain itu memiliki sikap kreatif dan sikap antusias, serta memiliki kemampuan dalam memdesain produk. Pembelajaran tata busana yang berkaitan erat dengan aspek kreatifitas di antaranya adalah materi pembelajaran tata busana (konsep dasar busana , desain busana , proses pembuatan busana, desain hiasan busana, proses pembuatan desain hiasan busana), lenan atau elemen estetis interior, dan kriya tekstil (konsep dasar kriya tekstil, , desain kriya tekstil, proses pembuatan kriya tekstil, desain hiasan kriya tekstil, proses pembuatan dan desain hiasan kriya tekstil). Pengembangan materi pembelajaran tata busana berbasis kreativitas, selain dapat membekali peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya sekaligus menunjang berkembangnya pendidikan teknologi dan kejuruan, otomatis akan dapat menunjang berkembangnya industri kreatif yang kaya akan khasanah produk-produk kreatif di Nusantara. Kata kunci: pengembangan, pembelajatran tata busana, kreativitas, pendidikan teknologi dan kejuruan. 1. Pendahuluan a. Pengertian Kreativitas Howard Gardner (Alex Sobur, 1986:87) menyatakan bahwa “kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil dan berarti bagi masyarakat”. Kreativitas biasa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan produk baru. Produk ciptaan hasil kreativitas tidak harus berupa sesuatu yang baru tetapi dapat pula berupa gabungan kombinasi dari produk yang telah ada sebelumnya. Conny Semiawan (1990:8) mengungkapkan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat hubungan–hubungan baru antar data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya”. Kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan fluency (kelancaran), fleksibility (keluwesan) dan originality (orisinalitas) dalam berfikir dan berkemampuan untuk mengelaborasi sesuatu gagasan. Guilford (Dedi Supriadi, 1994:7) menjelaskan sifat kreativitas, yakni kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah, orisinalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli tidak klise dan elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci. Kreativitas meliputi cirri-ciri kognitif seperti kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam pemikiran. Ciriciri afektif meliputi rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Ciri-ciri psikomotor mencakup bertanggungjawab, atau adanya pengikatan diri terhadap tugas (semangat dan motivasi) 285 Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia b. Tahapan Proses Kreativitas Wallas dalam S.C Utami Munandar (1983:78) mengemukakan tahapan kreativitas adalah: Tahap persiapan : Tahap inkubasi : Tahap iliminasi : Tahap verifikasi atau tahap evaluasi : Tahap pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Pemikiran divergen sangat penting dalam tahap ini Tahap individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah, tidak memikirkan masalah secara dasar tetapi menyimpannya dalam alam prasadar Tahap timbulnya insight atau ahaerlebnis, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan ikut munculnya inspirasi atau gagasan baru Tahap idea atau kreasi baru diuji terhadap realitas. Pada tahap ini pemikiran kritis dan konvergen sangat diperlukan David Campbell (Mangunhardjana, 1986: 18) menambahkan tahap konsentrasi yaitu tahap memikirkan sepenuhnya permasalahan yang dihadapi. c. Sikap Kreatif Sikap merupakan salahsatu karakteristik psikologis dari kepribadian, begitu pula dengan sikap kreatif merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian kreatif. Kepribadian kreatif diartikan sebagai ungkapan khas atau unik, minat dan motivasi individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang mencerminkan cirri kreatifnya. Dedi Supriadi (1985:53), mengidentifikasi dua puluh empat ciri sikap kreatif, yaitu: 1) Terbuka terhadap pengalaman baru dan pengalaman tidak biasa 2) Fleksibilitas dalam berfikir merespons 3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan 4) Menghargai fantasi 5) Tertarik pada kegiatan kreatif 6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar 8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti 9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan 10) Percaya dan mandiri 11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas 12) Tekun dan tidak mudah bosan 13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah 14) Kaya akan inisiatif 15) Peka terhadap situasi lingkungan 286 Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia 16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan 17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosional yang baik 18) Tertarik pada hal yang abstrak, kompleks, holistic dan mengandung teka-teki 19) Memiliki gagasan yang orisinal 20) Mempunyai minat yang luas 21) Menggunakan waktu pengembangan diri 22) Kritis terhadap pendapat orang lain 23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik 24) Memiliki kesadaran etik-moral dan estetik yang tinggi d. luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi Kriteria Kreatif Shapiro (Dedi Supriadi, 1994:12) mengemukakan bahwa “tanpa ada kejelesan mengenai criteria kreativitas suatu kajian kreativitas patut diragukan keabsahan hasilnya”. Criteria kreativitas diperlukan untuk mengidentifikasi rupa kreatif atau produk kreatif. Criteria kreativitas ditentukan oleh dimensi: Dimensi person : Dimensi proses : Dimensi produk : 2. Criteria kreativitas yang identik dengan ciri-ciri kepribadian orang kreatif. Menurut teori ini orang-orang kreatif memiliki cirri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang yang kurang kreatif Kreativitas menyangkut : • Bagaimana seseorang dapat sampai pada suatu produk kreatif • Proses apa yang dilaluinya • Tahap-tahap apa yang dialaminya Produk merupakan hasil kreatvitas yang menunjukkan hasil perbuatan, kinerja, karya dalam bentuk barang atau gagasan. Pembahasan Peserta didik yang kreatif dengan segala karakteristiknya berupaya untuk dapat menentukan pilihan, tidak monoton dalam bersikap dan berfikir dan tidak memilih persepsi lebih baik menjadi peserta didik yang baik daripada menjadi peserta didik yang kreatif. Belajar kreatif berhubungan erat dengan penghayatan terhadap pengalaman belajar yang sangat menyenangkan. Torrance dan Myers (Conny Semiawan, (987:34) berpendapat bahwa “belajar kreatif adalah menjadi peka atau sadar akan masalah, kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsure yang tidak ada, ketidakharmonisan dan sebagainya, mengumpulkan informasi yang ada, membataskan kesukaran atau mengidentifikasikan unsure yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakannya dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya”. Belajar kreatif dapat berlangsung secara sadar dalam suatu iklim yang menunjang pendayagunaan kreativitas. Untuk mendorong berfikir kreatif perlu diusahakan suasana terbuka terhadap gagasan baru. Lingkungan perlu diusahakan agar membantu menghilangkan hambatan untuk berfikir kreatif. Dalam iklim yang kreatif terdapat siswa dan guru, mahasiswa dan dosen, anak dan orang tua untuk 287 Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia saling menerima dan saling menghargai. Dukungan positif dari pendidik, orang tua dan pengasuh akan menimbulkan dorongan dalam diri peserta didik untuk berfikir kreatif. Mengidentifikasi kreativitas bagi orang kreatif dapat menggunakan tes kreatif. Tes kreatif digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan dalam berfikir kreatif. Beberapa jenis tes kreatif di antaranya alternate uses, tes of divergent thinking, creativity test for children, Torrance test of creative thinking, creativity asessessment pocket dan tes kreativitas verbal. Tes kreativitas berbeda dengan tes intelegensi terutama pada criteria jawaban. Tes intelegensi menguji kemampuan berfikir memusat atau konvergen, sehingga pilihan jawaban yang dibutuhkan benar atau salah. Tes kreativitas mengukur kemampuan berfikir menyebar atau divergen dan tidak ada jawaban yang benar atau salah. Kualitas respons seseorang diukur dan sejauhmana memiliki keunikan dan berbeda dari kebanyakan orang. Tes kreativitas yang digunakan untuk melihat tingkat pengembangan kreativitas dalam pembelajaran tata busana yaitu test divergent thinking yang merupakan indicator aspek kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi, serta test divergent feeling yang merupakan indicator aspek mengambil resiko, kesenangan akan kompleksitas, rasa ingin tahu dan imajinatif. Kemampuan seseorang dalam mewujudkan potensi dan mengembangkan kreativitasnya dibutuhkan suatu upaya yang mendukung. Upaya tersebut dapat dimulai dari kondisi dan situasi yang menyenangkan baik di lingkungan rumah maupun lingkungan di sekolah. Tidak adanya kondisi dan situasi yang baik akan menghambat perkembangan kreativitas. Factor social yang ada di masyarakat sering pula menjadi hambatan bagi perkembangan kreativitas. Kondisi keluarga terutama orang tua yang kurang mendukung bagi perkembangan kreativitas dapat dilihat dari perlakuan yang diberikan. Elizabeth B. Hurlock (Meitasari, 1990:29) berpendapat tentang beberapa kondisi rumah yang tidak menguntungkan kreativitas, yaitu membatasi eksplorasi, keterpaduan waktu, dorongan kebersaman keluarga, membatasi khayalan, peralatan bermain yang sangat terstruktur, orang tua yang konservatif, orangtua yang terlalu melindungi dan disiplin yang otoriter. Kondisi kelas juga mempengaruhi perkembangan kreativitas. Apabila tidak menguntungkan, kondisi ini dapat menghambat rangsangan kreativitas yang disediakan dalam lingkungan rumah yang baik. Kondisi kelas yang mengganggu kreativitas yaitu kelas dengan jumlah murid sangat besar yang menuntut disiplin kaku, tekanan kuat pada proses menghafal, larangan terhadap apa yang tidak sesuai dengan yang orisinal, acara kegiatan kelas yang terjadwal ketat, disiplin keras dan otoriter, dan keyakinan para pendidik bahwa peserta didik yang kreatif lebih sulit ditangani dan pekerjaan mereka sukar dinilai diabandingkan pekerjaan anak biasa. Kondisi yang meningkatkan kreativitas adalah waktu, kesempatan menyendiri, dorongan, sarana, lingkungan yang merangsang, hubungan antar insani yang tidak positif, cara mendidik, kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Kondisi lingkungan yang bersifat memupuk kreativitas adalah keamanan dan kebebasan psikologis. Keamanan psikologis dapat diciptakan apabila pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya mereka baik dan mampu. Kebebasan psikologis dapat dirasakan apabila orang tua dan guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan bebas. 3. Kesimpulan Kreativitas dapat menjadi motor dan motivator terhadap kemampuan seseorang untuk dapat mengoptimalkan kemampuan dirinya. Banyak hal dan kondisi yang mempengaruhi kondisi kreativitas seseorang. Kreativitas tidak bersifat stabil namun dinamis dan dapat diupayakan dari waktu ke waktu. Tidak ada situasi terlambat untuk terus mengembangkan kreativitas. Kreativitas yang di upayakan dalam kondisi baik akan dapat mendorong terciptanya kemampuan menghasilkan produk kreativf baik berupa barang maupun gagasan yang inovatif berdasarkan kenyataan yang telah ada ataupun modifikasinya. Keanekaragaman produk kreatif yang tercipta dapat mendorong berkembangnya keanekaragaman dalam produk kreatif sebagai hasil belajar kreatif. 288 Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia Belajar kreatif merupakan salah satu strategi yang diperdalam dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan. Pendidikan teknologi dan kejuruan menuntut kreatifitas yang kuat dalam kesinambungan kegiatannya. Terciptanya kemajuan teknologi dan kemajuan bidang kejuruan erat kaitannya dengan perkembangan kreatifitas individu. Kreatifitas individu mendorong terciptanya industry kreatif yang semarak sebagai hasil belajar kreatif. Daftar Pustaka Conny Semiawan, (1991), Menghubungkan Perolehan dan Persyaratan Kerja, IKIP Bandung: Mimbar Pendidikan No. 3/X/1991. Dedi Supriadi, (1994), Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK, Alfabeta, Bandung. Elizabeth Hurlock, (1993), Perkembangan Anak Jilid II, Erlangga, Jakarta Moch. Surya, (1979), Pengaruh Faktor-faktor Non-intelektual terhadap Gejala Berprestasi Kurang, Disertasi, IKIP Bandung, tidak diterbitkan. S.C. Utami Munandar, (1985), Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Aanak Sekolah: Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua, Gramedia, Jakarta. The Liang Gie, (1995), Cara Belajar yang Efisien Jilid II, Liberty, Yogyakarta. 289 Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia 290