JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT CAMPAK USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TANJUNG LANGKAT TAHUN 2014 RONILDA TAMBUNAN, SST DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI ABSTRACT Measles mortality problem in the world were reported in 2002 as many as 777 thousand, 25.9% came from the ASEAN countries as well as 15% of measles mortality were from Indonesia. One of the most cost-effective program is the measles immunization. This study aims to identify the knowledge of the mother and family support the precision timing of immunization against measlesin Puskesmas Pasirkaliki Bandung.Type of research is descriptive correlational study with amount of sample is 86 parents. Univariate analysis for categorizing knowledge using the formula percentage, while family support using the mean value. Bivariate analysis with chi square test to see the relationship between knowledge and support families with the precision timing of immunization against Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015 ISSN: 23387246 2 measles. From the results, the following data: 52 of 86 respondents (60.47%) had a good knowledge of, 53 people (61.63%) had a good family support and precision timing of immunization against measles many as 52 people (60.47 %). The results of the bivariate analysis of obtained results for the variable knowledge p.value 0,002, while the family support variable obtained p Value-0.0027 then Ho is rejected, which means that there is a relationship between knowledge and support families with precision timing immunization against measles. So it can be concluded that any immunization officer must provide health education and family involved in disseminating the immunization program that targets health center program coverage can be achieved through collaboration with community health worker. Keywords : Knowledge , Family Support , the precision timing of immunization against measles PENDAHULUAN Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000 atau 90,1% kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27 kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana 66,2% kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun (WHO, 2008). Menurut regional dan global summaries of measles incidence WHO tahun 2008, angka insiden campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah 75.770 (WHO, 2008). Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 25,9% di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal dari Indonesia (Depkes RI, 2006). Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang kasus campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2008, angka absolut campak di Indonesia adalah 15.369 kasus (WHO, 2008). Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Oleh karena itu perlu ditingkatkan untuk mencapai kekebalan masyarakat yang tinggi, sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan (Ditjen P2PL danPusdiklatDepkes RI, 2006). Kejadian penyakit campak sangat berkaitan dengan keberhasilan program imunisasi campak. Indikator yang 327 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 bermakna untuk menilai ukuran kesehatan masyarakat di negara berkembang adalah cakupan imunisasi campak. Bila cakupan imunisasi mencapai 90%, maka dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sebesar 80-90% (Ditjen P2PL Depkes RI, 2008). Target yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.741/MENKES/PER/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota terdapat 18 indikator, salah satu diantaranya cakupan Universal Child Immunization (UCI) tahun 2010 sebesar 100%. Akan tetapi pencapaian program imunisasi campak di Indonesia tahun 2012 adalah 86,3% (Ditjen P2PL Kemenkes, 2013). Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, Jawa barat berada diposisis ke 7 terendah untuk cakupan imunisasi campak pada tahun 2012, yaitu 73,7%. (Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2013). Sementara di Kota Bandung pada tahun 2012 cakupannya adalah 83,7%.(P2PL Dinkes Kota Bandung, 2013). Peningkatan cakupan imunisasi campak tidak merata di setiap Puskesmas di Kota Bandung. Dari 5 UPT Puskesmas yang ada Puskesmas Pasir kaliki Kota Bandung peningkatan cakupan imunisasi campak pada tahun 2012 adalah 84,% dan menempati posisi kedua terendah di Kota Bandung sehingga masih ada 16% bayi yang belum diberi imunisasi campak. (Laporan Tahunan Puskesmas Pasirkaliki, 2012). Kemenkes RI (2010) menjelaskan bahwa cakupan imunisasi terkait erat dengan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap manfaat mendapatkan imunisasi.Semakin tinggi pengetahuan dan sikapnya, semakin tinggi pula angka cakupan. Hanya yang jadi permasalahan besar saat ini adalah pengetahuan ibu tentang penyakit campak itu sendiri, khususnya untuk anak berumur 1-5 tahun. Hal ini sangat disayangkan, karena diharapkan ibu mengerti akan pengetahuan tentang penyakit campak itu sendiri untuk mencegah anakanak mereka dari penyakit campak. Namun, sebagian besar ibu menolak untuk melakukan imunisasi karena takut akan dampak yang di timbulkan akibat imunusasi. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan ibu terhadap penyakit campak tersebut.(kejadian ikutan pasca imunisasi/KIPI)(Ditjen P2PL Depkes RI, 2008). Padahal vaksin campak tergolong aman, meskipun dapat menimbulkan reaksi pada sebagian kecil anak, namun jarang bersifat serius. Reaksi dapat berupa ruam-ruam kulit ringan, demam ringan, pilek adalah reaksi yang paling umum ditemui setelah imunisasi dan dapat diobati (Tjandra, 2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi antara lain pengetahuan, motif, pengalaman, pekerjaan, dukungan keluarga, fasilitas posyandu,lingkungan, sikap, tenaga kesehatan, penghasilan dan pendidikan.(Suparyanto 2011). Pada bulan Juli 2011, di wilayah kerjanya terjadi peningkatan jumlah kasus campak yang melebihi dari jumlah biasa. Setelah dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) di lokasi kejadian, yaitu di Kampung Kencuran, ternyata ditemukan 126 kasus campak pada anak balita, yang sebagian besar (87,30%) kasus campak tersebut belum mendapatkan imunisasi campak. Alasan ibu tidak mengimunisasikan anaknya karena mempunyai keyakinan bahwa zaman para Nabi dahulu anak-anak tidak diimunisasi tetapi diberikan madu dan makanan herbal. Mereka tinggal di dalam rumah yang sangat padat penghuninya, rata-rata setiap rumah tipe 36 dihuni oleh 5-9 orang, sehingga memungkinkan penularan penyakit campak sangat mudah terjadi.(laporan dari Puskesmas Ngaglik). Pengetahuan dan pendidikan ibu berhubungan dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi campak pada bayinya. (Nuraprilyanti 2009). Sebanyak 75% ibu menyatakan setuju anaknya diimunisasi karena tidak ingin menyimpang dari norma dan budaya yang sudah ada serta ingin mematuhi aturan yang ada. Sisanya, 25% ibu, menunda pemberian imunisasi pada bayinya atau menolak anaknya diimunisasi karena mempunyai persepsi yang kurang yakin bahwa vaksin dapat mencegah penyakit serta merasa khawatir terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin. (Andrea et al. 2006). 328 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Berdasarkan hasil penelitian di Enugu Nigeria oleh ibu-ibu dengan pendidikan yang tinggi dan mempunyai pengetahuan tentang imunisasi yang baik dan persepsi yang positif cenderung untuk menerima imunisasi. (Tagbo et al. 2012). TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek), b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. C. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Rogers, 1974) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Pendidikan adalah perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. Pendidikan adalah upaya dan pembelajaran kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu maka informasi yang akan disampaikan mudah diterima dan diaplikasikan pada kehidupannya (Notoadmojo, 2010). Umur dari sikap tradisonal mengenai jalannya perjalanan selama hidup: semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi dan semakin banyak hal lain yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya (Notoadmojo, 2010). Sumber informasi, semua bentuk informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu. Sumber informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan maupun media masa seperti: majalah, televisi, radio. Pada umumnya sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan pengetahuan (Notoadmojo, 2007) Campak Campak adalah suatu penyakit infeksi virus akut yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis dan ruam kulit. Cara penularan dengan dropblet dan kontak. Penderita bias menularkan infeksi ini dalam waktu 2 - 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada (Behrman dkk, 2000). Etiologi Menurut Soegijanto (2008) penyakit Campak disebabkan oleh karena virus Campak. Virus campak termasuk di dalam famili paramyxovirus. Virus Campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37°C. Toleransi terhadap perubahan pH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70ºC (Ranuh dkk, 2008). Gejala klinis Tunas campak mencapai 10 - 20 hari. Gejala Penyakit Campak dapat dibagi dalam 3 stadium yaitu : Stadium Kataral (Prodomal) Pada stadium kataral ini Biasanya berlangsung selama 4 - 5 hari disertai gejala panas, malaise, batuk, fotophobia, konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik’s spot yang patognomonik bagi morbili. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar 329 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 bawah. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis gambaran penyakit menyurupai influlensa dan sering di diagnosis sebagai influenza (Behrman dkk, 2000). Stadium Erupsi, Pada stadium erupsi ini Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertati meningkatnya suhu badan. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, Rasa gatal, dan muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke tiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya (Behrman dkk, 2000). Stadium Konvalensi, Pada stadium konvalensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala pathognomonik untuk morbili. Suhu tubuh menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi (Behrman dkk, 2000). Penularan Virus campak sangat menular, yang artinya penyakit ini dapat ditularkan oleh seseorang pada orang lain. Penularannya Ketika pasien bersin atau batuk. sedikit saja percikan yang keluar bersamaan dengan bersin atau batuk itu mengandung virus yang kemudian tersebar di udara dan dapat bertahan hidup selama 2 jam sehingga berpotensi besar untuk menulari orang lain yang berada dekat dengan pasien. Pada umumnya, virus campak menyebar melalui udara dan bukan melalui cairan (Salajan dkk, 2007) Komplikasi Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. tetapi, Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak ialah: 1. Infeksi bakteri - Pneumonia Infeksi telinga tengah (FK UI, 1985) Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah mengalami perdarahan. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1.000 – 2.000 kasus. Pencegahan Campak dapat dicegah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur, istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan Imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih (Saroso, 2010). Tahapan Pemberantasan Campak Pemberantasan campak meliputi beberapa tahapan, dengan kriteria pada Tiap tahap yang berbeda-beda (Saroso, 2010). Tahap Reduksi Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap Tahap pengendalian campak. Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi >80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun. Tahap pencegahan KLB. Pada tahap ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB relatif lebih panjang (Saroso, 2010). Tahap Eliminasi Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptable) harus diselidiki dan mendapat Imunisasi tambahan Universitas Sumatera Utara(Saroso, 2010).Tahap Eradikasi Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negaranegara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Pada TCG Meeting, Dakka, 1999, menetapkan Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan terjadinya KLB. Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Reduksi campak mempunyai 5 strategi yaitu : 1. Imunisasi rutin 2 kali, pada bayi 9-11 bulan, anak Sekolah Dasar Kelas 1 (belum dilaksanakan secara nasional) dan imunisasi tambahan atau suplemen. 2. Surveilans campak. 3. Penyelidikan dan penanggulangan KLB. 4. 330 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Manajemen kasus. 5. Pemeriksaan laboratorium. Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia masih belum sebaik surveilans eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah kelengkapan data/laporan rutin Rumah Sakit dan puskesmas yang masih rendah, beberapa KLB campak yang tidak terlaporkan, pemantauan dini (SKD-KLB) campak pada desa desa berpotensi KLB pada umumnya belum dilakukan dengan baik terutama di puskesmas, belum semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta ikut berkontribusi melaporkan bila menemukan campak (Saroso, 2010). Pencegahan Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak akan terjadi penyakit. Ada dua macam kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang Universitas Sumatera Utaradiperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. (Saroso, 2010).Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh imunoglobulin lainnya pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara ilmiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik (Akib dkk, 2008). Tujuan Imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di Dunia seperti pada imunisasi cacar (Akib dkk, 2008). Manfaat Imunisasi, Untuk anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Untuk keluarga Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak dengan aman. Untuk negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat danberakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Saroso, 2010). Imunisasi Campak adalah vaksin hidup yang dilemahkan dari galur virusdengan antigen tunggal yang dibiakkan dalam embrio ayam (Baratawidjaja dkk, 2009). Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campakSoegijanto (2008): a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B). b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan artinya virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium (Ranuh dkk, 2008). Sifat-Sifat Vaksin Seperti virus campak, virus vaksin campak sangat stabil bila disimpan pada suhu antara -70°C dan -20ºC. berdasarkan persyaratan WHO, paparan panas terhadap lyophilized vaksin campak pada suhu 37°C selama satu minggu tidak boleh mengurangi geometric mean titer (GMT) virus melebihi 1 log10. Dosis minimum yang harus disuntikkan adalah 1000 unit infeksi. kehilangan kemampuan vaksin untuk menyusun potensinya kembali sebanyak 50% bila berada pada suhu 20ºC selama 1 jam, dan seluruh potensinya akan hilang bila berada pada suhu 37°C selama 1 jam. Vaksin sangat sensitif terhadap sinar matahari, oleh karena itu ia harus disimpan dalam botol gelas yang berwarna. Disarankan untuk menyimpan vaksin ditempat gelap dengan temperatur 2º-8°C dan harus digunakan dalam waktu 6 jam (Setiawan, 2008). Dosis dan cara pemberian Menurut Soegijanto (2008) dosis dan cara pemberian imunisasi campak ialah : Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi. Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD (Ranuh dkk, 2008). 331 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Efek Samping Vaksinasi Campak hidup (tunggal atau gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-anak yang rentan. Tetapi Anak yang mendapatkan imunisasi campak suhu tubuhnya akan meningkat antara hari ke-7 sampai ke-12 sesudah mendapat imunisasi. Suhu tubuh sampai mencapai 39,5°C biasanya terjadi pada hari ke-9 sampai ke10 sesudah mendapat imunisasi. Disamping itu, gejala ikutan yang terjadi kebanyakan tidak disebabkan oleh vaksin itu sendiri, tetapi terjadi secara kebetulan. Namun dengan menggunakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, maka reaksi efek samping yang timbul kurang dibandingkan dengan vaksin virus mati. Tetapi sekitar 5-15% anak yang mendapat imunisasi akan mengalami demam tinggi sampai 39,4ºC. Suhu tubuh umumnya meningkat pada hari ke-7 sampai hari ke-12 sesudah imunisasi dan lamanya 1 sampai 2 hari. Tetapi panas yang timbul dirasakan tidak mengganggu anak. Kadang-kadang dapat terjadi kejang-demam dan Ruam pada kulit muncul sekitar 5% anak yang mendapat imunisasi, biasanya terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-10 sesudah mendapat imunisasi, dan lamanya sekitar 2 hari (Setiawan, 2008). Efek samping pada imunisasi ulang umumnya lebih ringan dan jarang terjadi dibandingkan dengan imunisasi pertama, karena anak sudah mendapat dosis pertama maka ia sudah imun, sehingga pada imunisasi kedua virus vaksin tidak dapat bereplikasi. Efek ikutan imunisasi kedua lebih sering terjadi bila diberikan pada umur 4-6 tahun. gejala ikutan yang terjadi 1 bulan sesudah imunisasi pada anak yang berumur 10-12 tahun sangat jarang terjadi (1,7 atau Universitas Sumatera Utara1000), dan yang paling sering berupa munculnya ruam pada kulit dan nyeri sendi (Setiawan, 2008) METODE PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam Penelitian ini peneliti ingin mengetahui Tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit campak usia 1-5 tahun di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014. Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul gambaran tingkat pengetahuan ibut entang penyakit campak usia 1-5 tahun di PuskesmasTanjungLangkatTahun 2014 di bawah ini : VariabelIndependent VariabelDependent Pengertian, penyebab, tandagejala, Pengetahuan pencegahandanpengobatanpenyakitc ibutentangpenyakitcamp 3.1.1 VariabelIndependent ampak ak LokasidanWaktuPenelitian LokasiPenelitian Penelitianini di dilakukan di Puskesmas Tanjung LangkatTahun 2014 dengan alas an puskesmas tersebut merupakan salah satu lahan praktek mahasiswa Akbid Kharisma Husada Binjai dan diperkirakan dapat memenuhi sampel penelitian. Waktu Penelitian waktu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah selama 6 bulan yang di mulai dari periode Januari sampai Juni 2014. Populasi dan Sampel Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan dari unit dalam pengamatan yang akan dilakukan. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memeriksa anaknya dengan penyakit campak yang berusia 1-5 tahun di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014 yaitu sebanyak 100 ibu. Pada saat data ini diambil dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan membagikan kuesioner pada ibu-ibu di Puskesmas Tanjung Langkat tahun 2014. 332 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh total populasi yaitu seluruh ibu yang memilikianak (1-5 tahun) yang terkenapenyakitcampakyang berjumlah 100 orang ibu. Metode Penggumpulan Data Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan membagikan kuesioner pada ibu-ibuyang memilikianak (1-5 tahun) yang terkena penyakit campak di Puskesmas Tanjung Langkat tahun 2014. Teknik Analisa Data Analisa data dapat dilakukan dengan melihat presentase data yang terkumpul yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa data dilakukan dengan cara membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepastian yang ada sertamembandingkanhasil-hasilpenelitiansebelumnya. (Hidayat 2010). Analisa dalam penelitian ini menggunakan analisa univariad, yaitu analisa yang menggambarkan secara tunggal variabel independen dan variabel dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Campak pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014. Didapatkan hasil penelitian bahwa jumlah ibu yang memeriksakan anaknya ke Puskesmas Tanjung Langkat dengan penyakit campak Tahun 2014 adalah sebanyak 100 orang. PengetahuanIbuTentangPengertianPenyakitCampak Tabel Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Penyakit Campak di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014. Jumlah F Presentase 1. 25 25% 2. 40 40% 3. 35 35% Total 100 100% Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang pengertian penyakit campak di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014, sebagian besar berpengetahuan cukup, yaitu sejumlah 40 responden (40%). Pengetahuan Ibu Tentang Penyebab Terjadinya Penyakit Campak Tabel Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Campak Berdasarkan Penyebabnya di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014. No. Pengetahuan Tentang PengertianPenyakitcampak Baik Cukup Kurang Jumlah F Presentase 1. 45 45% 2. 35 35% 3. 20 20% Total 100 100% Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang penyebab terjadinya penyakit campak di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014, sebagian besar memiliki pengetahuan baik, yaitu 45 responden (45%). Pengetahuan Ibu Tentang Tanda dan Gejala Penyakit Campak Tabel Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Campak Berdasarkan Tanda dan Gejalanya di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014. No. No. Pengetahuan Tentang PenyebabTerjadinyaPenyakitCampak Baik Cukup Kurang Pengetahuan Tentang Jumlah 333 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 TandadanGejalaPenyakitCampak Baik Cukup Kurang F Presetase 1. 65 65% 2. 25 25% 3. 10 10% Total 100 100% Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang penyakit campak berdasarkan tanda dan gejalanya di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014, sebagian besar memiliki pengetahuan baik, yaitu 65 responden (65%). Pengetahuan TentangPencegahanPenyakitCampak Tabel Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Penyakit Campak di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014. Jumlah F Presentase 1. 47 47% 2. 28 28% 3. 25 25% Total 100 100% Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang pencegahan penyakit campak di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014, sebagian besar memiliki pengetahuan cukup, yaitu 47 responden (47%). No. Pengetahuan Tentang PencegahanPenyakitCampak Baik Cukup Kurang PEMBAHASAN Pembahasan Dari hasil penelitian tentang bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit campak pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Tanjung Langkat Tahun 2014 maka pembahasan dari hasil penelitian di atas adalah sebagai berikut: Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Penyakit Campak Berdasarkan hasil penelitian responden yang mempunyai pengetahuan tentang pengertian penyakit campak mayoritas berpengetahuan cukup dengan persentase 40%.. Sedangkan yang menjadi minoritas yaitu sebanyak 25% ibu yang berpengetahuan baik terhadap pengertian penyakit campak. Hal ini dikarenakan sudah semakin banyaknya sumber informasi yang di dapat para ibu dari media cetak dan penyuluhan di puskesmas mengenai pengertian penyakit campak, sehingga pada penelitian ini ibu berpengetahuan cukup tentang pengertian campak itu sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rina Sri Kusni Andari yang berjudul “Pengetahuan Ibu Bayi 0-9 Bulan Tentang Penyakit Campak di Desa Tunge Kabupaten Kediri, dimana disana di dapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang campak pada bayi usia 0-9 bulan, sebagian besar dikategorikan cukup mengarah ke baik dengan rata-rata presentase 75%, Hal ini diakibatkan sebagian dari responden sudah pernah mendapatkan informasi dari bidan Posyandu, Puskesmas dan media informasi lainya. Pengetahuan Ibu Tentang Penyebab Terjadinya Penyakit Campak Berdasarkan hasil penelitian responden yang mempunyai pengetahuan tentang penyebab terjadinya penyakit campak mayoritas berpengetahuan baik dengan persentase 45% Sedangkan yang menjadi minoritas yaitu sebanyak 20% ibu yang berpengetahuan kurang terhadap penyebab terjadinya penyakit campak.Hal ini dikarenakan sudah cukup banyaknya sumber informasi yang di dapat para ibu dari media informasi dan penyuluhan di Puskesmas maupun di Posyandu mengenai yang menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit campak, sehingga pada penelitian ini ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang 334 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 penyebab terjadinya penyakit campak itu sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rabithah Irham yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2010”, dimana disana di dapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang penyebab terjadinya campak sebanyak 68% responden ibu mengetahui penyakit campak yaitu karena infeksi virus. Hal ini dikarenakan sumber informasi yang sudah mudah untuk di akses para ibu, dan cukupnya informasi yang diberikan petugas kesehatan mengenai campak. Pengetahuan Ibu Tentang Tanda dan Gejala Penyakit Campak Berdasarkan hasil penelitian responden yang mempunyai pengetahuan tentang tanda dan gejala dari penyakit campak mayoritas berpengetahuan baik dengan persentase 65%. Sedangkan yang menjadi minoritas yaitu sebanyak 10% ibu yang berpengetahuan kurang terhadap tanda dan gejala penyakit campak. Hal ini dikarenakan sudah semakin banyaknya sumber informasi yang di dapat para ibu dari media masa maupun penyuluhan di puskesmas mengenai tanda dan gejala penyakit campak, sehingga pada penelitian ini ibu berpengetahuan baik tentang tanda dan gejala penyakit campak itu sendiri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Triatmi Anri Yanuarini yang menyatakan Pengetahuan tentang materi campak seperti gejala terjadinya campak, jadwal pemberian imunisasi, tempat penyuntikan, efek samping, serta penatalaksanaan efek samping dapat dikategorikan bahwa sebagian besar responden dikategorikan cukup mengarah pada kriteria kurang, dengan rata-rata prosentase 60%. Hal ini dipengaruhi oleh pemahaman responden kurang, mengenai materi imunisasi campak walaupun responden sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang imunisasi campak. Pengetahuan Tentang Pencegahan Penyakit Campak Berdasarkan hasil penelitian responden yang mempunyai pengetahuan tentang pencegahan dari penyakit campak mayoritas berpengetahuan baik dengan persentase 47%. Sedangkan yang menjadi minoritas yaitu sebanyak 25% ibu yang berpengetahuan kurang terhadap pencegahan penyakit campak. Hal ini dikarenakan sudah semakin banyaknya sumber informasi yang di dapat para ibu dari media masa maupun penyuluhan di puskesmas mengenai pencegahan penyakit campak, sehingga pada penelitian ini ibu berpengetahuan baik tentang pencegahan penyakit campak itu sendiri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rabithah Irham yang menyatakan Sebanyak 79% responden mengetahui tentang pengertian imunisasi serta 54% mengetahui manfaat imunisasi sebagai pencegahan dari penyakit campak. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit campak pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Tanjung Langkat, didapatkan hasil bahwa : 1. Tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian penyakit campak berpengetahuan cukup dengan persentase 40%. 2. Tingkat pengetahuan ibu tentang penyebab terjadinya penyakit campak berpengetahuan baik dengan persentase 45% . 3. Tingkat pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala dari penyakit campak berpengetahuan baik dengan persentase 65%. 4. Tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan dari penyakit campak berpengetahuan baik dengan persentase 47%. Saran Setelah dilakukan penelitian, peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu : 1. Bagi para peneliti 335 mayoritas mayoritas mayoritas mayoritas JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Diharapkan bagi para peneliti dapat melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penyakit Campak, agar pengetahuan ibu tentang penyakit campak lebih optimal. 2. Bagi puskesmas Diharapkan kepada puskesmas di Kabupaten Langkat agar lebih banyak melaksanakan penyuluhan, khususnya tentang materi campak dan meningkatkan kinerjanya. Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi kematian akibat penyakit Campak dan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) serta mengurangi penularan infeksi Campak di Indonesia khususnya diKabupaten Langkat. 3. Bagi masyarakat Bagi masyarakat, khusunya para ibu, diharapkan dapat lebih peduli lagi dengan program di Puskesmas, lebih peduli lagi dengan berbagai penyuluhan yang dilaksanakan di Puskesmas, dan lebih banyak lagi menambah wawasan tentang Campak serta Imunisasi Campak. 4. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Agar meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral yang terkait dalam memotivasi dan menggerakkan partisipasi masyarakat terhadap program penyuluhan tentang campak sehingga diharapkan akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit campak tersebut. 6.2.5.Kepada Kepala Puskesmas Tanjung Langkat Disarankan agar mengaktifkan petugas Imunisasi dan kader untuk melakukan penyuluhan tentang materi penyakit campakdan melakukan kunjungan rumah bayi yang tidak mendapatkan Imunisasi dan langsung memberikan penyuluhan kepada orang tua bayi tersebut mengenai Imunisasi. DAFTAR PUSTAKA Akib, Arwin AP, Munasir, Zakiudin & dkk. 2008. Aspek Imunologi Imunisasi. In: Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Anak Indonesia, 154-159. Baratawidjaja, K. Garna & Rengganis, Iris. 2009. Imunisasi. In: Immunologi dasar. Edisi 8. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 528. Behrman, Richard E, Kliegman, Robert M. & et. Al. 2000. Infeksi Virus: Campak. In: Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 2. Jakarta: EGC, 1068-1071. Depkes, 2009. Imunisasi Campak. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2009 Hartati, Emi. 2008. In: Pengaruh Faktor Prilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:Rineka Cipta.118-127. Pratomo,H dan Sudarti. 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat, Depdikbud. Universitas Sumatera Utara 336 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Ranuh, I.G.N, Suyitno, Hariyono & dkk. 2008. Campak. In: Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbitan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 171-176. Salajan, Imelda. & Hengst, Ronny. 2007. Campak. In: Media Melawan Bahaya Campak. Jakarta Selatan: On Track Media Indonesia, 11 Saroso, Sulianti. 2010. Imunisasi Campak (Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Sastroasmoro, Sudigdo. & Ismael, Sofyan. 2008. In: Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto. Setiawan, I Made. 2008. Pengobatan dan Pencegahan. In: Penyakit Campak. Jakarta: CV Sagung Seto, 153-196. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Wahyuni, Arlinda Communication, 116. Sari, 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Anggriany, (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Tidak dipublikasikan online. Arifin, (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pentingnya Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi di Bps Hj. Umi Salamah di desa Kauman, Peterongan, Jombang, tahun 2011 Basaria, (2007). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta di Kabupaten Asahan, tahun 2007. Hidayat, A.A.A, (2012). Pengantar ilmu keperawatan anak 1, Jakarta : Salemba Medika Nasir, A, (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo S, (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika 337