BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih,” sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang – orang (dari budaya yang berbeda).” (Mulyana, 2009:65). Meskipun komunikasi menyangkut perilaku manusia, tidak semua perilaku manusia itu adalah komunikasi. Menurut Pace dan Faules, perbedaan tersebut sederhana, namun rumit. Sebagai contoh, apakah bernyanyi sendirian di kamar mandi merupakan komunikasi? Apakah memancing ikan di kolam, memasukkan sepucuk surat ke kotak surat, atau menulis memo merupakan bentuk – bentuk komunikasi ? Jawaban atas pertanyaan – pertanyaan tersebut bergantung pada bagaimana kita mendefinisikan komunikasi. Suatu definisi yang cermat, misalnya dikemukakan oleh Pace dan Faules, yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan di sini tidak harus berupa kata – kata, namun bisa juga merupakan pertunjukan (display), termasuk pakaian, perhiasan, dan hiasan wajah (make up atau jenggot), atau yang lazimnya disebut pesan nonverbal. (Mulyana, 2009:65). Menggunakan definisi Tubbs dan Moss, atau definisi Pace dan Faules, jelas bahwa tindakan – tindakan di atas bukanlah komunikasi. Komunikasi terjadi bila ada orang lain yang mendengarkan orang yang bernyanyi di kamar mandi. Secara tidak 9 10 sengaja wanita yang menyanyikan lagu – lagu gembira misalnya di kamar mandi tersebut menyampaikan pesan bahwa ia sedang gembira. Mengetik makalah saja bukanlah komunikasi. Komunikasi terjadi bila terdapat orang lain yang membaca makalah tersebut, baik ketika masih ada di layar, ataupun setelah dicetak dan dibagikan kepada orang lain. Jadi inti dari komunikasi adalah penafsiran (intepretasi) atas pesan tersebut baik disengaja ataupun tidak disengaja. (Mulyana, 2009:66). Komunikasi sebagai sebuah perilaku interaksi sosial telah menjadi alat bagi budaya untuk mempertahankan dirinya dan memastikan hal tersebut melalui pewarisan sosial. Namun komunikasi juga menjadi media bagi pewarisan budaya tandingan atau counter-culture yang diam – diam mengakar dan tumbuh sebagai alternative dari budaya-tinggi yang dimiliki sebuah masyarakat. (Martin, 2008:29) Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni : (Mulyana, 2009:67-77) A. Komunikasi Sebagai Tindakan Satu-Arah Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap-muka, namun mungkin tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab dan komunikasi massa (cetak dan elektronik). Akan tetapi, komunikasi massa melalui radio dan televisi pun sekarang ini juga cenderung dua-arah (interaktif). Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi berorientasi-sumber” (source-oriented definition). Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap tindakan yang disengaja (intentional 11 act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Definisi – definisi komunikasi demikian mengabaikan komunikasi yang tidak disengaja seperti pesan tidak direncanakan yang terkandung dalam nada suara atau ekspresi wajah, atau isyarat lain yang spontan. Definisi – definisi berorientasisumber ini juga mengabaikan sifat prosesual interaksi-memberi dan menerima- yang menimbulkan pengaruh timbal balik antara pembicara dan pendengar. Pendek kata, konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu-arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan persuasif. Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep ini adalah sebagai berikut : (Mulyana, 2009) Bernard Berelson dan Gary A. Steiner : “Komunikasi : transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol – simbol, kata – kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. Theodore M. Newcomb : “Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.” Carl I. Hovland : “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).” 12 Gerarld R.Miller : “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Everett M. Rogers : “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Raymond S. Ross : “Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol – simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.” Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante : “(Komunikasi adalah) transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.” Harold Lasswell : “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? Jika diperjelas makna dari definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu : Pertama, sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker), atau originator. Sumber adalah pihak yang 13 berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan suatu negara. Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan perangkat simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata – kata (bahasa), yang dapat mempresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet). Pesan juga dapat dirumuskan secara non verbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan patung, tarian, dan sebagainya. Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan: melalui tatap-muka atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi). Surat pribadi, telepon, selebaran, Overhead Projector (OHP), sistem suara (sound system) multimedia, semua itu dapat dikategorikan sebagai (bagian dari) saluran komunikasi. Pengirim pesan akan memilih saluran – saluran itu, bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi. Dalam suatu peristiwa komunikasi, sebenarnya banyak saluran yang kita gunakan, meskipun ada salah datu yang dominan, misalnya dalam komunikasi langsung, bahasa (verbal dan nonverbal) adalah saluran yang menonjol meskipun pancaindra dan udara yang mengantarkan gelombang suara juga adalah saluran 14 komunikasi tatap-muka tersebut. Dalam komunikasi massa, katakanlah melalui surat kabar, saluran yang paling menonjol adalah surat kabar yang kit abaca, meskipun terdapat juga saluran lain yang juga berperan seperti telepon, faksimil, komputer, mesin cetak, dan kendaraan yang digunakan untuk mengantarkan surat kabar tersebut kepada pembaca, dan sebagainya. Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/ tujuan (destination), komunikate (communicate), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsiran (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami, proses ini disebut penyandianbalik (decoding). Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan, tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu), dan sebagainya. Pemahaman komunikasi berorientasi sumber yang baru diuraikan di atas menekankan variable – variable tertentu seperti isi pesan (pembicaraan), cara pesan disampaikan, dan daya bujuknya. B. Komunikasi Sebagai Interaksi Konseptualisasi kedua yang sering diterapkan pada komunikasi adalah interaksi. Dalam arti sempit interaksi adalah saling mempengaruhi (mutual 15 influence). Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab – akibat atau aksi – reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau non verbal, seorang penerima bereaksi dengan member jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokoknya masing – masing dari kedua pihak berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima, begitu pula sebaliknya. Komunikasi model ini dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian. Jadi, dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat teknis. Dalam konsep komunikasi sebagai interaksi ini memiliki unsur yaitu umpan balik (feedback), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya. Yang disebut umpan balik yaitu adanya respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi tingkah laku selanjutnya pengirim, terjadinya pun tidak sengaja, contoh : anggota DPR yang sedang tertidur di baris belakang, jika saat anda pidato, anda memanggil anggota DPR tersebut dan membangunkannya. Umpan balik itu sendiri sebenarnya bisa saja berasal dari saluran komunikasi atau dari lingkungan, sejauh mana digunakan oleh komunikator sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikannya. Konsep dari umpan balik dari penerima (pertama) sebenarnya sekaligus merupakan pesan penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang 16 disampaikan kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima kedua), jawaban pengirim pertama (penerima kedua) ini pada gilirannya merupakan umpan balik bagi penerima pertama (pengirim kedua), begitu seterusnya. C. Komunikasi Sebagai Transaksi Konteks komunikasi ini adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa Rosengren disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang anda kemukakan kepadanya juga mengubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan – pesan anda, dan pada gilirannya, mengubah penafsiran anda atas pesan – pesannya, begitu seterusnya. Menggunakan pandangan inilan yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respon verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan menghasilkan respon yang tidak dapat diamati. Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbalnya. Pemahaman ini mirip dengan “definisi berorientasi penerima” (receiver oriented definition) sepertiyang dikemukakan Burgoon, yang menekankan variabel – variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerima pesan itu juga berlangsung dua arah, bukan satu arah. 17 Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak – pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interdependensi atau timbal balik; eksistensi satu pihak ditentukan oleh eksistensi pihak lainnya. Pendekatan transaksional menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi atas orang lain bergantung pada persepsi orang lain tersebut terhadapnya, dan bahkan bergantung pula pada persepsinya terhadap lingkungan di sekitarnya. Komunikasi konteks ini bisa juga merupakan proses karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan. Di dalamnya terdapat kontinuitas dari setiap unsurnya. Pemahaman anda atas dunia dimulai ketika anda lahir dan terus berlangsung hingga anda mengalami akhir hidup di dunia, namun jika anda telah berakhir dalam masa kehidupan, peran anda sebagai sumber komunikasi tidak akan dapat dihentikan. 2.2 Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Dalam komunikasi tentunya memiliki pengembangan jenis komunikasi, seperti komunikasi massa. Komunikasi massa memiliki definisi – definisi berdasarkan pengertian dari para ahli, yaitu : 1. Definisi dari De Fluer dalam buku “Understanding Mass Communication” : (Vera, 2008:3) Komunikasi Massa adalah suatu proses dalam mana komunikator – komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan – pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna – makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda – beda melalui berbagai cara. 18 2. Definisi dari Meletzke (Vera, 2008:4) Komunikasi massa adalah setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. 3. Definisi dari Joseph A. Devito (Nurudin, 2007:11) Pertama, komunikasi massa adalah komunikas yang ditujukan kepada massa, pada khalayak yang sangat banyak. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa itu berasal dari media yang tentunya mengharuskan setiap pesan yang tersampaikan harus ditujukan kepada khalayak ramai dan tidak hanya dinikmati oleh perorang atau perindividu saja. Untuk pengertian mendasar yang dapat dikaitkan mengenai komunikasi massa yaitu komunikasi dapat dilakukan dengan media dan tanpa media. Komunikasi yang menggunakan media massa maupun media non massa. Media non massa contohnya : surat, telepon, telegram, dan lain – lain. Jadi dengan kata lain kesimpulan yang dapat ditarik yakni komunikasi yang menggunakan media massa yang periodik. 19 Menurut Jalaluddin Rakhmat merangkum dari berbagai definisi yang ada mengenai komunikasi massa yang merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 2.2.2 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Untuk membedakan antara jenis komunikasi yang satu dengan yang lainnya maka masing – masing memiliki ciri – ciri tersendiri. Adapun ciri – ciri komunikasi massa adalah : (Vera, 2008:12-17) 1. Komunikatornya Terlembaga Menurut Wright, komunikator dalam komunikasi massa bergerak dalam organisasi yang kompleks, yang terdiri dari banyak orang yang terlibat di dalamnya dari mulai wartawan, editor, pemimpin redaksi, pemilik media, dan lainnya. Karena dalam organisasi yang kompleks maka memerlukan modal yang besar dalam menunjang kariernya, memerlukan pula peralatan yang lengkap. Jika media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu Akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager, penata latar, produser, dan lain – lain. Selain itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar (McQuail, 2005). 2. Khalayak Sasaran Khalayak sasarannya luas, heterogen (beragam), anonim (tidak dikenal). Disebut luas karena jumlahnya banyak dan tersebar, tidak di batasi oleh jarak dan geografis. Disebut heterogen karena khalayak komunikasi massa sangat beragam, terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, baik dari segi pendidikan, 20 jenis kelamin, agama, status sosial, dan sebagainya. Sedangkan anonim artinya masing – masing khalayak tidak mengenal satu dengan yang lainnya walaupun pada saat bersamaan mereka menerima pesan – pesan yang sama. Pada komunikasi interpersonal. Komunikator akan mengenai komunikannya. Mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Selain itu khalayak dalam komunikasi massa sifatnya berubah – ubah. Apa yang menarik perhatian pada suatu saat mungkin tidak akan menarik lagi di saat yang lain. Perhatian khalayak juga berbeda – beda tingkat intensitasnya. 3. Isi Pesan Bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi untuk kepentingan orang banyak. Komunikasi massa itu ditujukan kepada semua orang bukan untuk sekelompok tertentu. Pesan dalam komunikasi massa tidak secara sengaja ditujukan untuk golongan tertentu, seperti televisi misalnya, karena dinikmati banyak orang maka harus mampu mengakomodir kepentingan orang banyak juga, maka dalam pemilihan bahasa harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang banyak, bukan bahasa ilmiah misalnya yang hanya dimengerti oleh kelompok tertentu. Sifat umum di sini juga harus dibedakan dengan program acara tertentu dalam televisi atau radio, dan rubrik tertentu dalam majalah atau surat kabar. Kalau rubrik tertentu memang untuk kalangan tertentu, maka dalam surat kabar terdiri dari banyak rubrik, iklan, dan lain – lain. Ini yang dinamakan pesan dalam komunikasi bersifat umum. 21 4. Waktu Penyampaian Dalam komunikasi massa waktu penyampaiannya cepat dan mampu menjangkau khalayak luas tidak terbatas secara geografis dan cultural. Karena karakteristik ini media massa disebut sebagai Messages Multiplier; penyampaian pesan secara cepat dan menjangkau khalayak luas. Ciri ini bisa juga disebut komunikasi massa menimbulkan keserempakkan, contohnya acara final piala dunia yang disiarkan secara langsung di televisi dapat ditonton oleh penonton dari seluruh penjuru dunia pada waktu yang bersamaan atau hamper bersamaan. 5. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Dalam beberapa definisi dan pengertian tentang komunikasi massa disebutkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau melalui media massa. Karena ciri tersebut maka komunikator dan komunikannya tidak bertemu secara langsung seperti yang terjadi pada komunikasi interpersonal (tatap muka), akibatnya respon tidak diberikan secara langsung maka sifat komunikasi massa adalah satu arah (one way traffic communication). Apabila kita sedang menonton berita di televisi kemudia ada beberapa bagian yang tidak dapat kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima dengan apa adanya, akan tetapi pada konteks – konteks tertentu dapat bersifat dua arah. 6. Mengutamakan Unsur Isi Daripada Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan. Pada komunikasi massa lebih mementingkan unsur isi, sedangkan dalam komunikasi antar pribadi lebih mengutamakan unsur hubungan. Pada komunikasi antar pribadi isi pesan tidak begitu diperhatikan dalam arti tidak harus sistematis, dan tidak harus relevan antara satu dengan yang lain, 22 perpindahan topik pembicaraan berjalan sangat fleksibel. Misalnya komunikasi dimulai dengan topik tentang olah raga, pindah pada topik tentang film, lalu topik tentang pacar, dan sebagainya. Dengan kata lain yang menentukan efektifitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia. Bukan pada “apanya” tapi pada “bagaimana”. Sedangkan pada komunikasi massa menekankan pada “apanya” (Elvinaro & Lukiati Komala, 2004). Dalam komunikasi massa isi pesan harus dibuat terstruktur sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu. 7. Feedback Dalam Komunikasi Massa Karena komunikasi massa bersifat satu arah maka feedback (umpan balik)nya bersifat tertunda (delayed feedback). Maksudnya adalah komunikan dalam komunikasi massa tidak bisa memberikan respon langsung pada komunikator tidak seperti dalam komunikasi antar pribadi, karena dalam komunikasi massa pesan disampaikan lewat media massa tidak secara langsung (tatap muka). Umpan balik biasanya berupa surat pembaca, melalui fax, telepon, email, media sosial, dan sebagainya. Tetapi dengan adanya kemajuan yang pesat dibidang teknologi komunikasi apakah memungkinkan komunikasi yang dua arah dapat berlangsung (dalam komunikasi massa)? Jika dilihat sepintas memang hal itu memungkinkan, seperti acara dialog interaktif di televisi atau radio, di mana khalayak (penonton atau pendengar) di rumah dapat berpartisipasi secara langsung melalui telepon pada saat siaran langsung. Karena komunikai melalui telepon secara langsung merupakan komunikasi dua arah. Tetapi perlu dilihat bahwa komunikasi dua arah tersebut terjadi pada khalayak yang sangat terbatas, yaitu yang menelpon saja, padahal khalayak komunikasi massa demikian luas dan tak terbatas. Maka dalam hal ini umpan balik dalam komunikasi massa tetap merupakan umpan balik yang tertunda. 23 8. Stimulasi Alat Indera Yang Terbatas Dalam komunikasi massa, stimulusi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Karakteristik ini juga merupakan kelemahan dari komunikasi massa, contohnya; orang tidak bisa melihat (tunanetra) hanya bisa mendengar radio, tidak bisa membaca surat kabar dan menonton televisi. 2.2.3 Karakteristik Isi Pesan Komunikasi Massa Isi pesan dalam setiap jenis komunikasi juga dibedakan oleh ciri – ciri tertentu, demikian halnya dengan komunikasi massa. Adapun karakteristik isi pesan komunikasi massa antara lain, yaitu : (Vera, 2008:17-19) 1. Novelty (Sesuatu Yang Baru) Berkaitan dengan aktualitas, bahwa suatu berita akan menarik khalayak jika merupakan hal – hal yang baru. Baru bukan berarti selalu baru terjadi, melainkan sesuatu yang belum diketahui khalayak atau khalayak untuk pertama kalinya mengetahui adanya fakta baru. Karena pada dasarnya khalayak selalu ingin mengetahui tentang suatu informasi atau peristiwa secepat mungkin, jadi jangan sampai kelewatan atau terlambat dalam memberitakannya karena mereka akan mencari dari sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. 2. Proximity (Kedekatan/ Jarak) Artinya adalah kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat di publikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal – hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan 24 lingkungannya. Kedekatan di sini bisa berarti kedekatan secara psikologis atau fisik. Dekat secara fisik adalah peristiwa yang terjadi di wilayah lain, misalnya peristiwa kecelakaan pesawat atau kereta api yang menelan korban jiwa yang terjadi di Indonesia dengan di luar negeri tentu akan lebih menarik yang terjadi di dalam negeri. Sedangkan kedekatan secara psikologis menjadi daya tarik khalayak karena adanya pertalian etnis, agama yang sama antara khalayak dan obyek berita. Contohnya: berita mengenai tkw (tenaga kerja wanita) asal Indonesia yang dianiaya atau diperkosa di negara lain, walaupun kejadiannya jauh tetapi karena sama – sama orang Indonesia maka peristiwa semacam itu dapat menimbulkan gejolak juga yang terjadi di Palestina dapat menimbulkan gejolak juga di Indonesia karena faktor agama yang sama dengan mayoritas penduduk Indonesia. 3. Popularitas Peliputan tentang tokoh, organisasi, tempat dan waktu yang penting dan terkenal selalu menarik perhatian khalayak. Semakin seorang popular maka ia selalu menjadi bahan berita yang menarik. Apapun yang dilakukan oleh bintang film, penyanyi, presiden, menteri, wakil rakyat, atlet, semuanya yang menarik untuk diberitakan baik yang berkaitan dengan profesinya maupun urusan pribadi. 4. Pertentangan/ Konflik Hal – hal yang mengungkapkan pertentangan selalu menjadi bahan berita, peristiwa perang, pemilu, konflik peorangan, konflik antar organisasi, dan lain – lain. Konflik memiliki nilai berita yang tinggi karena konflik selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia dan berita merupakan peristiwa tentang kehidupan. Yang perlu menjadi perhatian dalam meliput tentang konflik, seorang wartawan tidak boleh memihak atau berat sebelah dengan pihak lain, ia tetap harus memberitakan secara objektif dan netral. 25 5. Komedi/ Humor Acara – acara yang menjadi bahan perhatian para khalayak adalah hal – hal yang menghilangkan kejenuhan. Setelah beraktivitas seharian khalayak pastinya sangat lelah, dan membutuhkan hiburan untuk pikiran yang jenuh. 6. Seks dan Keindahan Kedua unsur di atas sifatnya universal dan menarik perhatian khalayak. Tidak heran jika media massa baik cetak maupun elektronik selalu menyelipkan sesuatu yang mengandung unsur seks dan keindahan tersebut. Seperti perihal cerita – cerita romantic, artis/ aktor seksi yang berpenampilan menarik selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dalam media film unsur ini sangat terasa dalam hampir semua jenis film. 7. Bencana dan Kriminal Hal – hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia seringkali bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak, misalnya; berita bencana alam, pembataian, kelaparan, dan lain – lain yang menyangkut keselamatan hidup manusia menjadi daya tarik khalayak karena keselamatan merupakan prioritas utama manusia. 8. Nostalgia Hal – hal yang mengungkapkan pengalaman masa lalu. Kenangan seseorang baik yang berkesan atau yang tidak menyenangkan di masa lalu biasanya selalu diingat. Acara – acara yang memutar lagu – lagu nostalgia dapat menjadi pelipur lara bagi khalayak. 9. Human Interest Menyangkut kehiudupan orang lain terutama terutama yang menyentuh perasaan, peristiwa yang membangkitkan emosi manusia seperti sedih, lucu, dramatis, hal – hal yang aneh semuanya menarik jika dilihat dari segi human interest. 26 2.2.4 Fungsi – Fungsi Komunikasi Massa Berbicara mengenai fungsi komunikasi massa tidak bisa lepas dari media massa karena media massa adalah alat untuk menyampaikan pesan dari komunikasi massa. Dan beberapa fungsi komunikasi massa yang dapat memberikan penjelasan yang baik dikutip dari para ahli seperti; Dennis McQuail, Harold D. Laswell, Charles Robert Wright, Jay Black dan Frederick C, Whitney, Onong Uchjana Effendy, John Vivian, Joseph R. Dominick, berikut penjelasannya : (Vera, 2008:19-25) 1. Informasi Dimaksudkan fungsi komunikasi ini, komunikasi massa dapat menyediakan informasi tentang peristiwa yang terdapt di dalam masyarakat, baik nasional, maupun internasional. Informasi adalah memberitahukan hal – hal yang penting yang terjadi di seluruh dunia. Fungsi informasi menyangkut berbagai bidang, semua peristiwa bisa menjadi sumber informasi, dalam media massa bentuknya bermacam – macam seperti, berita; politik, ekonomi, kesehatan, megapolitan, sosial, budaya, iptek. 2. Pendidikan Fungsi mendidik dalam komunikasi massa merupakan fungsi yang dilakukan komunikasi massa dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk berpikir kritis dan memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pekerti. Dalam menjalankan fungsi media massa biasanya mengemas acara dalam bentuk drama, artikel, talkshow,dan lain – lain. 3. Hiburan Dalam menghibur komunikasi massa dimaksudkan bahwa media massa menyajikan program hiburan bagi masyarakat terutama untuk relaksasi, pengalihan perhatian, dan meredakan ketegangan sosial. 27 4. Fungsi meyakinkan Ada pula hal yang dapat memberikan suatu keyakinan bagi khalayak dari media massa, seperti : a) Mengukuhkan Sikap Menjadikan kepercayaan, sikap, nilai, dan opini seseorang semakin kuat. b) Mengubah Sikap Mengubah sikap seseorang yang netral agar mengikuti kehendak pihak – pihak tertentu melalui tayangan – tayangan atau tulisan – tulisan media massa. c) Menggerakkan Dilihat dari sudut pandang pemasang iklan, fungsi terpenting dari media adalah menggerakkan para konsumen untuk bertindak (membeli), dan menggerakkan penonton/ audiense untuk mengambil gerakkan yang dicontohkan dari sumber. d) Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu Dengan mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku, media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi, contoh ; tanpa dipublikasikan skandal bulog gate, brunai gate tidaklah muncul tuntutan masyrakat yang akhirnya menjatuhkan pemerintahan Gus Dur (alm.) 28 e) Menganugerahkan status Dalam penjelasannya seseorang yang sering ditayangkan di televisi, dan dimuat di media manapun menjadi begitu penting dan terkenal, berbeda dengan yang tidak sering masuk di televisi, maka tidak akan mudah diingat. 5. Fungsi Membius (Narcotizing) Fungsi ini diperkenalkan pertama kali oleh Paul Lazaefeld dan Robert K. Merton (dalam Nurudin, 2003). Fungsi ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa akan tahu penerima terbius kedalam keadaan tidak aktif seakan – akan berada dalam pengaruh narkotik. 6. Menciptakan rasa kebersamaan Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. 7. Fungsi integrasi dan empati Masyarakat Indonesia yang majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kebudayaannya masing – masing. Dengan banyaknya media massa seperti radio, tv, surat kabar, majalah, dan film menjadi semakin terbuka peluang – peluang untuk saling mengenal, saling memahami budaya antar berbagai suku bangsa. Dari situlah akan terjadi perubahan citra (image) di kalangan masyarakat. Jika semula orang dari suku bangsa tertentu menilai buruk suku bangsa yang lain, maka lambat laun akan terkikis setelah mereka memahami berbagai hal terutama kebudayaan dari suku bangsa lainnya. Media massa dapat juga menjadikan khalayak memiliki rasa empati social yaitu dipublikasikannya informasi atau cerita tentang kehidupan di daerah tertentu, 29 maka masyarakat memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, mengindentifikasikan diri dengan orang lain, dan meningkatkan rasa memiliki. Dengan memunculkan rasa empati dapat membantu menjalankan peran sosial bagi masyarakat. 8. Transmisi Budaya Komunikasi massa melestarikan dan mewariskan nilai – nilai social dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Melalui proses sosialisasi, anggota baru suatu masyarakat dapat belajar peranan orang lain di dalam masyarakat, sekligus dapat mengerti posisi social dan menempatkan dirinya secara tepat di dalam pergaulan sosial. Sebagian dari pengalamannya ini tentunya dapat diperoleh melalui komunikasi massa yang sarat dengan berbagai informasi tentang berbagai peranan dan berbagai kegiatan anggota masyarakat. 9. Surveillance (Pengawasan) Joseph R. Dominick menyatakan pengertian surveillance merujuk kepada pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian – kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar kita atau dapat dikatakan media massa sebagai alat memonitor apa yang terjadi di sekitar masyarakatnya. Yang dimaksud pengawasan media yang tidak dapat dilakukan masyarakat. (Dominick, 1999). Surveillance dibagi ke dalam dua bagian : i. Pertama, beware surveillance (pengawasan peringatan), yaitu ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari bencana alam (banjir, gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan lainnya), kondisi efek yang memprihatinkan,tayangan inflasi atau adanya serangan militer. 30 ii. Kedua, instrumental surveillance (pengawasan instrumental), yaitu penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari, misalnya : barang – barang kebutuhan pokok sehari – hari sangat berguna bagi masyarakat, produk – produk baru yang muncul di pasaran, perkembangan fashion, resep masakan dan sebagainya. (Dominick, 1999) 10. Meningkatkan aktivitas politik Dengan seringnya seseorang mengkomsumsi media massa baik cetak maupun elektronik maka pengetahuannya akan bertambah, tak terkecuali di bidang politik, sehingga dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk melakukan aktivitas politik. Juga sebagai sarana sosialisasi politik. Masyarakat dapat belajar mengenai seluk beluk politik lewat media massa, serta aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan politik, contoh : pada saat menjelang pemilu, media massa berfungsi sebagai sarana pembelajaran kepada masyarakat tentang cara memilih, menyoblos, atau mengenal kandidat – kandidat yang ikut dalam ajang pemilihan umum tersebut. 2.2.5 Elemen – Elemen Komunikasi Massa Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi komunikasi massa, dalam lingkup ringkasan alur elemen komunikasi massa meliputi komunikator mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima). Dalam komunikasi massa pengirim disebut sebagai source (sumber) atau komunikator, sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audience, komunikan, pendengar, pemirsa, penonton, atau pembaca. Untuk melihat pengertian 31 mengenai elemen komunikasi, maka penulis menjabarkannya seperti di bawah ini : (Nurudin, 2007:95-135) A. Komunikator Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi dalam hal ini komunikator berarti gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator dalam komunikasi massa. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) pernah mengemukakan setidak – tidaknya ada lima karakteristik : 1) daya saing (competitiveness), 2) ukuran dan kompleksitas (size and complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4) spesialisasi (specialization), dan 5) perwakilan (representation). Daya saing ditumbuhkan dari kebijakan yang dikeluarkan komunikator. Orientasi utamanya adalah agar media massa itu “tidak bangkrut”. Oleh karena itu, membangun daya saing adalah bagian dari tugas komunikator untuk merumuskannya. Semua ini dilakukan karena tingkat kompetisi media massa semakin ketat dari hari ke hari. Ukuran dan kompleksitas juga menjadi sifat khusus yang melekat pada komunikator dalam komunikasi massa. Ukuran berhubungan erat dengan jumlah orang yang dipekerjakan dalam saluran komunikasi massa. Semakin besar media massa, semakin besar pula jumlah orang yang terlibat di dalamnya. Dalam sebuah penerbitan buku, misalnya; dibutuhkan editor, penulis naskah, bagian setting, desain cover, dan distributor. Semua itu menunjukkan jumlah orang yang terlibat tidak sedikit. 32 Kompleksitas dan ukuran ini memang ada kaitannya dengan organisasi media massa. Media massa membutuhkan divisi – divisi. Koran Jawa Pos yang terbit di Jawa Timur perlu untuk mendistribusikan “kekuasaan” ke anak buah perusahaan. Ketika sejumlah Koran lokal muncul dan menjadi suplemen Jawa Pos di daerah – daerah (Radar). Industrialisasi merupakan salah satu konsekuensi media massa. Media massa jelas mempekerjakan banyak orang an banyak struktur yang kompleks. Akibatnya, media ini perlu dikelola seperti halnya industri. Jadi, apa yang terjadi pada perusahaan koran atau televisi misalnya, sama seperti perusahaan pada umumnya. Jika di perusahaan umum ada peraturan tentang karyawan, kebijakan pimpinan, membuat produk tidak jauh berbeda. Inti dari pembahasan di atas mengenai media massa merupakan industri yang dikelola seperti industri secara umum. Spesialiasi merupakan tuntutan profesionalisme pengelolaan media massa. Tanpa spesialisasi, media massa tidak akan bisa mengikuti perkembangan zaman. Spesialisasi sering mutlak dimiliki komunikator dalam komunikasi massa. Perwakilan dalam media massa dibutuhkan agar bisa menopang kegiatan dalam tingkat kehidupan media. Misalnya dibentuknya biro – biro atau koresponden di luar kota. Semakin besar media massa, fungsi perwakilan menjadi semakin penting kehadirannya. Ciri lain yang melekat pada komunikator dalam komunikasi massa tidak hanya dikelola oleh satu orang. Munculnya spesialisasi, perwakilan, dan kompleksitas yang melekat pada diri komunikator dalam komunikasi massa adalah lembaga media yang bersangkutan 33 B. Isi Masing – masing media massa mempunyai kebijakan sendiri – sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing – masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Bagi Ray Eldon, Hiebert (1985) isi media setidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1) berita dan informasi, 2) analisis dan interpretasi 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan masyarakat, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan. Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai kejadian di seluruh dunia kepada para audiense-nya. Televisi menyediakan laporan terkini sebagai salah satu tanggung jawab menyediakan berbagai informasi kejadian di seluruh dunia kepada penontonnya. Surat kabar menyediakan berbagai bentuk informasi agar masyarakat memahami dan lebih tahu. Misalnya, sebagai seorang penggemar sepak bola tentunya menginginkan hasil pertandingan, ulasan dan kejadian lain yang berhubungan dengan sepak bola yang disajikan pada media massa. Isi mengandung peranan yang penting karena menurut Jakob Oetama (2001) dalam buku “Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus” untuk menulis berita tidak sekadar berita, perlu ditunjang kemampuan untuk menumbuh kembangkan semangat dan kegiatan kemanusiaan dalam kegiatan jurnalistik. Berita tidak sekadar berita, tetapi harus memiliki nilai berita yakni membuat masyarakat gemar membaca, tergelitik untuk mengetahui lebih lanjut, memperluas cakrawala yang merangsang kemajuan, memperkuat setia kawan kemanusiaan, dan yang menggerakkan kemajuan kualitatif manusia. 34 Ketika media massa dengan informasi dan analisisnya memberikan ilmu pengetahuan pada masyarakat, secara tidak langsung media sedang memfungsikan dirinya sebagai seorang pendidik. Media massa saaat itu sedang mendidik masyarakat. Masyarakat yang sebelumnya tidak tahu perkembangan teknologi angkasa luar, dengan pemberitaan media massa mereka menjadi lebih tahu. Fungsi pendidikan ini secara tidak langsung ada kaitannya dengan sosialisasi. Pendidikan itu sama saja dengan sosialisasi suatu ilmu pengetahuan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Isi media bisa menjadi penghubung antarberbagai pihak yang menjadi sasaran medianya, misalnya keluhan pembaca mengenai swalayan atau tempat perbelanjaan, di saat itulah pembaca (konsumen) dihubungkan secara tidak langsung dengan tempat perbelanjaan atau swalayan tersebut. C. Audience Audience (Audiense) yang dimaksudkan dalam komunikasi massa sangat beragam, mulai dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Setiap audiense memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal ideologi dan cara berpikir mereka. Misalnya penonton acara “Opera Van Java” di Trans 7 akan mempunyai komentar yang berlainan terhadap pesan (program acara). Menurut Hiebert dan kawan – kawan, audiense dalam komunikasi massa mempunyai lima karakteristik : 1) Audiense cenderung berisi individu – individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. 2) Audiense cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. 35 3) Audiense cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. 4) Audiense cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. 5) Audiense secara fisik dipisahkan dari komunikator. Contoh : ketika menonton acara “One Stop Football” di Trans 7, audiense A berada di Bogor, audiense B berada di Jakarta D. Umpan Balik Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung, misalnya dalam komunikasi antarpersona yang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi secara langsung. Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Adapula contoh umpan tidak langsung, misal ; adanya surat pembaca. Umpan balik merupakan bagan yang direflesikan kepada sumber/ komunikan setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. Biasanya dalam menentukan umpan balik yang seperti apa dilihat dari rating program televisi. E. Gangguan Dalam gangguan dibagi menjadi 2 : a) Gangguan Saluran Gangguan ini disebabkan oleh faktor luar. Misalnya sepanjang menonton acara televisi atau membaca koran ada dua pasang anak – 36 anak yang sedang berkelahi, interupsi orang pada saat membaca koran atau menonton televisi, serta mendengarkan radio. Salah satu solusi dalam mengatasi gangguan tersebut adalah pengulangan acara terhadap saluran, atau pada siaran radio; penyiar menyebutkan nomor atau suatu informasi dengan berulang – ulang. Atau dalam meningkatkan gelombang penerima televisi atau perangkat elektronik media, dan lain halnya. b) Gangguan Semantik Semantik diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Pengertian gangguan semantik yaitu gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. Cara yang menarik dalam menarik perhatian audiense dalam penyisihan gangguan tersebut, yaitu dengan membacakan berita singkat, jelas dan padat menggunakan metode 5 W + 1 H (biasanya di awal berita). Beberapa contoh gangguan semantik, seperti ; salah ucap pada saat laporan langsung seorang reporter di lapangan tempat kejadian, ucapan atos dalam bahasa sunda artinya selesai kalau diartikan bahasa Jawa Tengah dan Jawa Timur berarti keras, dan sebagainya. F. Gatekeeper Gatekeeper pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human Relations (1947), seorang ahli psikologi dari Australia pada tahun 1947. Kata tersebut merupakan istilah yang berasal dari lapangan sosial, tetapi kemudian digunakan dalam lapangan penelitian komunikasi massa. (Nurudin, 2007:118) 37 John R. Bittner (1996) mengistilahkan sebagai individu – individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa). Jika diperluas maknanya yaitu orang yang berperan penting dalam media massa sepertu surat kabar, majalah, televisi, radio, internet. (Nurudin, 2007:119) Fungsi dari gatekeeper yaitu 1) menyiarkan informasi, 2) membatasi informasi dengan mengeditnya sebelum disebarkan, 3) memperluas kuantitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain; dan 4) untuk mengintepretasikan informasi. (Nurudin, 2007:125) G. Pengatur Yang dimaksud dengan pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur tidak berasal dari dalam media tersebut, tetapi berasal dari luar media, namun meskipun berada di luar media massa tersebut, mereka mampu untuk mengubah kebijakan redaksional. Pengatur tersebut antara lain; pengadilan, pemerintah, konsumen, organisasi professional, dan kelompok penekan, termasuk narasumber, dan pengiklan. Perbedaan pengatur dengan gatekeeper yaitu jika gatekeeper berada di dalam media (part of the media institution) yang memengaruhi langsung kebijakan media. Sementara jika pengatur itu di luar media, biasanya masyarakat atau pemerintah (external agent of the public or government), tetapi secara tidak langsung ikut memengaruhi kebijakan media. Contoh ; program acara “Campur Sari” yang pernah ditayangkan di TVRI disponsori oleh Mustika Ratu (Moeryati Soedibyo), secara tidak langsung acara tersebut akan mengikuti kebijakan dari Mustika Ratu. 38 H. Filter Filter adalah kerangka pikir melalui mana audiense menerima pesan. Filter ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audiense bisa melihat dunia. Dalam kaitannya hal nyata yang dapat diterima dalam memori tergantung dengan bingkai tersebut. Ada beberapa filter antara lain; fisik, psikologis, budaya dan yang berkaitan dengan informasi. Menurut Hiebert, Ungurait, dan Bohn ada tiga jenis filter : 1) filter psikogis, 2) filter fisik, 3) filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejarah politik). Semua filter tersebut mampu mempengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang diterima dan respons yang dihasilkan. 2.3 Media Massa 2.3.1 Pengertian Media Massa Media massa memiliki pengertian yaitu alat atau media penyampai pesan dari proses komunikasi massa. Namun penulis mencatat beberapa definisi dari para ahli yang sesuai dengan pengembangan dari bahasa karya ilmiah ini, berikut penjabarannya : (Vera, 2008:8-9) a) Menurut Kurniawan Junaedhie : Media massa merupakan saluran yang digunakan oleh jurnalistik atau komunikasi massa. Tujuannya, memanfaatkan kemampuan teknik dari media tersebut, sehingga dapat mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada saat yang sama. Media massa dibagi menjadi dua menurut sifatnya, media massa tercetak dan media massa elektronik. (1991) 39 b) Menurut J. B. Wahyudi : Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan, pernyataan, informasi yang bersifat umu, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, tidak terlembagakan, perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama yaitu pesan dari media massa yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu. (1991) Media massa harus diterbitkan secara periodik, atau siarannya secara periodik, isi pesan harus bersifat umum, menyangkut semua permasalahan, mengutamakan aktualitas dan disajikan berkesinambungan. Termasuk dalam golongan ini adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Jadi, dasarnya media massa adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan – pesan dalam komunikasi massa. 2.4 Televisi 2.4.1 Pengertian Televisi Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. (Muda, 2008) Definisi televisi adalah sesuatu media telekomunikasi populer yang dipakai untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom (hitam putih) ataupun warna, umumnya dilengkapi oleh suara. Televisi juga bisa diartikan menjadi kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata televisi adalah paduan dari kata tele ( τ ;ῆ ;λ ;ε ;, “jauh” ) dari bahasa yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa latin. (aietama, 2012) 40 Televisi adalah sistem elektronik yang dapat mengirim gambar diam dan gambar hidup bersamaan dengan suara melalui kabel atau jaringan ruang. Sistem ini memakai peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke di dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang bisa dilihat dan suaranya yang didengar. ( soerjokanto, 2003:24 ). Hingga televisi bisa diartikan menjadi telekomunikasi yang bisa dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, sebab penemuan ini dapat mengubah peradaban dunia. Di indonesia televisi disebut dalam bahasa yang tidak formal yakni ; tv, tivi, teve atau tipi. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi elektris. Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat, sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah – olah tidak ada batas antara satu negara dengan negara lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk memancarkan signal televisi. Inilah yang disebut sebagai globalisasi di bidang informasi. Peristiwa yang terjadi di daratan Eropa atau Amerika atau Rusia, pada saat yang sama dapat pula diketahui di negara – negara lain dan sebaliknya, melalui bantuan satelit mampu memultipancarkan siarannya ke berbagai penjuru dunia tanpa ada hambatan geografis yang berarti. Kotak televisi yang pertama dijual pada akhir tahun 1930-an telah menjadi di antara alat penerima komunikasi utama di dalam tempat tinggal, perdagangan dan institusi, terutama sumber hiburan dan berita. Sejak 1970-an, kemunculan video tape, 41 kepingan laser (laser disc), dvd dan kini teknologi blu-ray juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk menayangkan hasil rekaman. Meskipun ada pula manfaat televisi yang lain, tetapi manfaat yang sangat utama yaitu penyiaran televisi yang menyamai sistem penyiaran radio saat dibangun pada tahun 1920-an, memakai pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk menyiarkan gelombang televisi ke penerima tv. Penyiaran tv umumnya disebarkan melalui pancaran radio di dalam saluran - saluran yang ditetapkan di dalam jalur frekuensi 54 - 890 megahertz. Gelombang tv juga kini dipancarkan dengan suara stereo di banyak negara. Siaran tv awal mulanya direkam dan dipancarkan di dalam bentuk gelombang analog, namun kebelakangan ini perusahaan siaran publik (pemerintah) ataupun swasta kini berpindah ke teknologi televisi digital. Di dalam kotak televisi umumnya terdiri dari berbagai macam sirkuit elektronik yang ada didalamnya, seperti jaringan penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tanpa penerina umumnya disebut monitor, bukan televisi. Sesuatu sistem televisi bisa memakai berbagai pemakaian teknologi layaknya analog (pal, ntsc, secam), digital (dvb, atsc, isdb, dsb.) maupun definisi tinggi (hdtv). Sistem televisi juga dipakai untuk mengamati satu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan panduan pemakaian senjata, di tempat-tempat yang umumnya sangat berbahaya untuk jangkauan jarak dekat. Adapula televisi amatir (ham tv atau atv) juga dipakai orang awam untuk aktivitas eksperimen, acara kegembiraan dan perhormatan di bawah pengendalian radio amatir. Stasiun tv amatir sempat dipakai pada lokasi perkotaan sebelum saat kemunculan stasiun tv komersial. 42 2.4.2 Program Televisi Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Di Amerika sebuah stasiun televisi tidak memproduksi televisi sendiri semua program siarannya. Mereka (Amerika) hanya membeli atau memesan dari production company, jika dibandingkan dengan istilah yang dikenal di Indonesia yaitu production house. Asumsi orang dalam bidang pertelevisian melakukan tindakan tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak. (Muda, 2008:7) Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. Jika dibandingkan dengan yang dilakukan di negeri Paman Sam hanyalah terbatas pada produksi berita dan event olah raga. Masa kini dunia pertelevisian di Indonesia sudah mulai mengikuti jejak perkembangan di Amerika, khususnya garapan untuk sinetron, kuis, dan beberapa acara hiburan lainnya. Dengan cara tersebut didasari oleh pertimbangan untung dan rugi dari bisnis yang dilakukan. Berbeda dengan TVRI sebagai stasiun televisi milik pemerintah membuat tayangan dari stasiun televisi tersebut (TVRI selaku production company). Di dalam pertelevisian memang seharusnya ada perbedaan fungsi yang dinamakan broadcasting company dan production company. (Muda, 2008:8) Jika tidak ada pemisahan yang baik atau dengan kata lain adanya fungsi rangkap maka hal negatif akan timbul, seperti kesulitan dalam melakukan kontrol tayangan, alasannya sisi psikologis yang timbul dalam pembentukan programnya. Dalam contohnya ; pengarah acara yang biasa di lapangan untuk memproduksi sebuah acara tertentu, lalu pada hari siaran tersebut secara kebetulan ia pula Yang 43 bertanggung jawab. Jadi dalam sisi psikologis ia tentu cukup puas terhadap hasil produksinya, lalu kecenderungannya sang pengarah acara tersebut sulit atau tidak mengkehendaki kritik lantaran ia yang memproduksi dan menyiarkan pula. 2.4.3 Jenis Program Televisi Pada umumnya isi program siaran di televisi meliputi berbagai acara, namun acara yang terdapat pada bagian bawah ini tidak bisa menjadi patokan secara luas untuk semua program stasiun televisi, karena tergantung dari tingkat kebutuhan stasiun televisi, kebijakan pemilik, dan sebagainya. (Muda, 2008) a) Laporan Berita (News Reporting) Berisikan acara program peliputan berita yang sarat dengan fakta yang akurat, tajam, objektif, aktual, dan terpercaya dengan pemberitaan yang meliputi politik, hukum, keamanan, ekonomi, teknologi, sosial, budaya. b) Talk Show Program yang mengandung hal – hal interaktif, atau dialog di mana broadcasting televisi menghadirkan tokoh masyarakat, tokoh politik, kesehatan, ekonomi, hukum, dan sebagainya yang berkaitan dengan tema acara yang disajikan. Contoh : tema “Susu Tercemar” di Metro TV menghadirkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, “Pilgub DKI Jakarta” dengan mendatangkan kelima calon gubernur untuk berdialog membicarakan program perencanaan pemerintah mereka, dan sebagainya. c) Call-in Show Program yang memberikan kesempatan bagi audiense secara langsung untuk menelpon ke acara tersebut guna membicarakan tema yang disajikan, contoh : “Suara Anda” di Metro TV 44 d) Dokumenter Berisi acara mengenai rekaman jejak sejarah suatu legenda, situs, tempat wisata, dan lainnya. Contoh : “Travelista” di Metro TV e) Majalah atau Tabloid Bermuatan tentang khasanah suatu daerah dengan kemasan cantik dan apik di mana menggambarkan potensi pariwisata, budaya, kuliner, kehidupan masyarakat, dan adat istiadat masyarakat setempat. Atau berisikan mengenai kemasan – kemasan yang bervariasi (tergantung dari tema yang diangkat). f) Advertising Tayangan yang berisikan muatan yang mendidik, lucu, hiburan, dan terkadang memberikan situasi kritik mengenai suatu hal yang berkembang di masyarakat. Di program ini ide kreatif dari tim kreatif suatu rumah produksi atau stasiun televisi tersebut diuji. g) Education/ Instructional Program untuk memberikan pembelajaran, pengarahan, perbaikan, informasi yang berguna dalam mewujudkan tujuan negara, atau kebijakan dari organisasi baik dalam media massa maupun pemerintahan. h) Art & Culture Acara yang disajikan mengenai kebudayaan suatu adat di masyarakat tertentu, atau membahas segala kejadian yang menjadi trend baik di dalam negeri maupun luar negeri. 45 i) Music Program televisi yang menyajikan hiburan bagi penonton berupa konser, akustik di dalam maupun di luar studio, dan lainnya. Dalam acara ini sering kali digunakan ajang pemasaran bagi grup musik baru, solo, duet, band, maupun orang – orang yang memiliki visi dan misi di bidang musik. j) Soap Opera/ Sinetron/ Drama Suatu penyajian program televisi dengan memberikan hiburan yang berisikan kisah sedih, senang, cinta, dan sebagainya dalam kehidupan yang dikembangkan sesuai tema yang ingin disajikan oleh Sutradara, produser, siapapun yang berkecimpung dalam bidang tersebut. k) Film Televisi/ TV Movies Program yang disajikan dengan memberikan tayangan film yang pernah tayang di bioskop, atau buatan dari stasiun televisi itu sendiri. l) Game Show/ Kuis Acara yang disiarkan di televisi melibatkan sponsor di dalamnya. m) Lawak/ Komedi/ Situasi Komedi Suatu bentuk situasi program di televisi yang menyajikan segala hal yang lucu dan memberikan hiburan yang berlebih, tampilan tempat yang disajikan biasanya di panggung (ketoprak), sketsa, klip, sinetron, stand up comedy. n) Variety Show Program ini lebih banyak bermuatan musik, lawak, dan kuis; contoh : acara program yang diselenggarakan di Indosiar (“Gebyar BCA”), Trans TV (“Extravaganza”), dan lainnya. 46 2.4.4 Program Berita Televisi Bentuk program berita televisi memiliki beberapa bentuk, sebagai berikut : (Arifin, 2010:74-77) 1) Writing news, berita tulis yang berupa adlips, spot news, yaitu berita pendek dari media lain atau berita yang ditulis ulang, bisa berupa liputan reporter yang naskah diproduksi kembali di studio. 2) News with insert, berita sisipan yaitu berita yang dilengkapi dengan sisipan suara narasumber. 3) News feature yaitu berita atau laporan jurnalistik panjang yang lebih bersifat human interest. 4) Phone in news yaitu berita yang disajikan langsung reporter via telepon dan bersifat interaktif lebih khususnya pada reporter dan penyiarnya. 5) News bulletin (buletin berita) adalah gabungan beberapa berita pendek yang disajikan dalam satu blok waktu. 6) News interview yaitu berita yang bersifat interaktif, sedapat mungkin ada keterlibatan dengan khalayak, misalnya wawancara masyarakat sebagai subyek pelapor yang dapat terpercaya. 7) Hard news adalah berita yang baru saja terjadi atau laporan yang saat peristiwa tersebut terjadi masih hangat dibicarakan oleh masyarakat. 8) Soft news yaitu berita lanjutan laporan peristiwa (infotainment) yang tidak terikat oleh waktu lebih menekan pada aspek human interest, perilaku dan tempat – tempat yang bisa mempengaruhi banyak orang. 9) Indepth news (berita mendalam) lebih dari pada paparan fakta kepermukaan, biasanya dikemas dalam format feature akan tetapi bisa juga dalam berita 47 sisipan, dengan syarat penekanan isinya terletak pada proses pendalaman kasus atau tinjauan aspek dalam suatu peristiwa. 10) Breaking news adalah berita penting dan sangat banyak dibicarakan orang yang sedang terjadi dan berita ini biasanya berkesinambungan dengan berita yang akan datang, berita diulang dalam satu jam sekali. 11) Berita varia adalah beraneka ragam, seperti pada satu program acara berita di RRI yaitu berita “Nusantara” ini menggambarkan suatu berita yang beraneka ragam tentang peristiwa di beberapa daerah di wilayah Indonesia khusunya setiap hari. 12) Straight news adalah berita yang bersifat langsung pada saat ada peristiwa .terjadi. 13) Opinion news adalah berita opini tanggapan dari banyak khalayak. 14) Investigative news yaitu berita yang mengandung kontroversi serta dapat merugikan masyarakat luas serta memerlukan tanggung jawab moral dan memerlukan waktu yang panjang dan penuh kehati – hatian, keuletan, mengandung tantangan. 15) News culture yaitu suatu pemberitaan tentang khasana dan peristiwa budaya. 16) Kalederscope news (berita akhir tahun) yang merupakan kumpulan dari berita – berita, ekonomi, politik, sosial, budaya dalam periode satu tahun yang disiarkan pada akhir penutupan tahun, untuk menengok peristiwa di masa lalu (flashback), serta menjadikan pembelajaran dan evaluasi di masa depan. 48 2.5 Berita 2.5.1 Pengertian Berita Beberapa pengertian dari berbagai sumber mengenai berita : (Muda, 2008:21-22) a) Menurut Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul “News Writings” yang kemudian dikuip oleh George Fox Mott (New Survey Journalism) meyatakan “berita dapat didefinisikan sebagai fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”. b) Mitchel V. Charnley dalam bukunya “Reporting” edisi III (Holt-Reinhart & Winston, New York, 1975 halaman 44) menyebutkan bahwa “berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua – duanya bagi masyarakat luas”. 2.5.2 Nilai Berita Dalam berita memiliki batasan dalam pertimbangan reporter atau wartawan untuk tidak sekadar menulis apa yang ia lihat, alasannya tentu agar berita tersebut menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton, karena berita sesungguhnya memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan lainnya. Nilai berita tersebut bergantung kepada pertimbangan sebagai berikut : (Muda,2008:29-40) a) Waktu (Timeliness) Waktu di sini mengandung pengertian, segala sesuatu kejadian atau peristiwa, semakin dekat atau cepat dengan waktunya, akan lebih menarik perhatian, dibandingkan dengan waktunya, akan lebih menarik perhatian, dibanding dengan waktu yang lampau atau basi. Semakin dekat dengan waktu aktual, nilai menariknya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jauh dengan waktu kejadiannya, maka akan semakin kurang menarik perhatian pembaca. Oleh 49 karena itu setiap wartawan/ jurnalis/ reporter harus selalu mempunyai naluri menulis dan mengirimkan beritanya yang tercepat. Mereka seolah-olah bersaing dengan wartawan yang satu dengan yang lain. b) Kedekatan (Proximity) Nilai berita berupa kedekatan disini, merupakan letak tempat atau kejadian, dekat dengan pembaca dan kedekatan keperluan atau kepentingan pembaca. Pembaca surat kabar/majalah akan lebih tertarik membaca berita-berita yang ada kedekatan dengannya. Begitu pula jika keperluan pembaca juga dekat dengan apa yang diberitakan, maka ia akan lebih tertarik. c) Prominence Prominence artinya orang yang terkemuka. Semakin orang terkenal, maka semakin mudah untuk menjadikannya bahan berita. Mereka itu biasanya berasal dari kalangan seperti politik, tokoh agama, seniman, ataupun tokoh militer. Contoh : orang di Jakarta saat ini siapa yang tak mengenal Joko Widodo (Jokowi), setiap Jokowi melakukan blusukan ke berbagai tempat selalu saja menjadi bahan berita dan pencarian wartawan. d) Konsekuensi/ Consequence Pertimbangan yang keempat adalah konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain – lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak, merupakan bahan materi berita yang menarik. Contoh : pemakaian nuklir di negara Iran, banyak dampak yang diisukan akan terjadi jika penggunaan nuklir berlebihan, baik itu kesehatan, maupun kerusakan infrastruktur. Oleh karena dampak yang merugikan banyak maka sering kali menjadi bahan peliputan. 50 e) Pertentangan (Conflict) Suatu kejadian atau hal-hal yang berbau atau mengandung konflik/pertentangan akan menarik perhatian. Apalagi jika yang terlihat dalam konflik tersebut orang-orang penting, cendekiawan, tokoh masyarakat, politikus dan sebagainya. Untuk memperoleh berita yang bagus, wartawan bisa memperoleh berita yang benar-benar menarik perhatian pembaca dari sektor atau unsur pertentangan itu. Demikian pula hal yang dipertentangkan nantinya akan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau perubahan tata nilai yang berarti bagi suatu kehidupan manusia, maka akan mengandung atensi atau perhatian pembaca. f) Pembangunan (Development) Pembangunan merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik. Materi berita yang dipertimbangkan tentunya mengenai keberhasilan ataupun kegagalan yang terjadi pada saat pembangunan, baik di dalam maupun luar negeri. Misal : pembuatan jembatan Selat Sunda masih dipertanyakan sampai sekarang dan masih menjadi perhatian bagi media. g) Bencana dan Kriminal (Dissaster & Crimes) Dua peristiwa ini merupakan salah satu yang menjadi daya tarik bagi audiense atau penonton. Berita – berita mengenai gempa bumi, tsunami, dan bencana lainnya, termasuk kriminal menjadi sorotan karena menyangkut masalah keselamatan manusia, dan kebutuhan utama manusia. h) Cuaca (Weather) Di Indonesia memang tidak terlalu nampak peliputan mengenai cuaca, namun jika dibandingkan dengan luar Indonesia maka akan membutuhkan informasi 51 mengenai cuaca. Seperti halnya di Amerika Serikat terdapat saluran televisi kabel yang menyiarkan cuaca secara terus menerus selama 24 jam, yaitu The Weather Channel (TWC). i) Olah Raga (Sport) Pertimbangan mengenai bidang olah raga sudah lama memiliki daya tarik, seperti negara – negara maju (Amerika, Eropa) sudah sering menanyangkan acara olah raga, seperti NBA di Amerika, sepak bola di liga Inggris. Tidak kalah juga dengan di Indonesia yang notabene terkenal akan jenis olah raga badminton dan sepak bola sering menyiarkan pertandingan tersebut secara langsung. Untuk memberikan informasi yang baik, menarik dan akurat, penyiar dan reporter khusus olah raga disiapkan dengan spesialisasi di bidang olah raga ini. j) Human Interest Kisah – kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, senang, susah, dramatis, aneh, dan ironis merupakan peristiwa menarik dari segi human interest. Oleh karena itu human interest adalah berita – berita yang dapat menyentuh perasaan, pendapat, dan pikiran manusia. Objeknya bisa berupa manusia sendiri, hewan, atau benda lainnya. Dalam kisah human interest di televisi lebih menarik dibandingkan dengan media lain, karena dapat memperlihatkan objek penderitanya (peran yang mengalami) dengan jelas, serta audiense dapat langsung merasakannya. 52 2.5.3 Jenis Berita Dalam berita, terbagi menjadi beberapa topik atau persoalan,antara lain: (Barus, 2010) a. Politik : berita yang menyangkut kegiatan politik atau peristiwa di sekitar masalah-masalah ketatanegaraan dan segala hal yang berhubungan dengan urusan pemerintahan dan negara. b. Ekonomi : berita yang mencakup aspek perdagangan, finansial, perindustrian, pertambangan, perbankan, tenaga kerja, dunia usaha, valuta asing, dan pasar modal. c. Hukum dan Peradilan : pada surat kabar biasanya muncul perbincangan dan polemik tentang keabsahan produk hukum, penilaian tentang kualifikasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen para penegak hukum. d. Kriminal : berita mengenai peristiwa perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, pembajakan, terorisme, atau narkoba. e. Kecelakaan : mencakup bencana alam, kecelakaan lalu lintas, kebakaran, dll. f. Seni dan Budaya : mencakup pagelaran kesenian, pertunjukan drama, diskusi seni dan budaya, dsb. g. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : berkaitan dengan penemuan- penemuan baru, inovasi, teori baru, hasil survei, laporan hasil penelitian, laporan pidato ilmiah seorang profesor, dll. h. Olahraga : berita mengenai kegiatan olahraga yang ada. i. Berita lainnya : berita menarik yang lebih kepada human interest. 53 2.6 Proses Produksi Program Televisi Suatu program dihasilkan melalui proses produksi yang memerlukan banyak peralatan, dana, dan tenaga dari berbagai profesi kreatif. Proses produksi itu sendiri terdiri atas tiga bagian utama; yaitu: (Morissan, 2008:270-271) 1. Tahap Pra Produksi atau Perencanaan Kegiatan mulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan pengambilan gambar (shooting). Dalam perencanaan ini terjadi proses interaksi antara kreativitas manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia. Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaan di atas kertas. Perencanaan di atas kertas merupakan imajinasi yang dituangkan di atas kertas yang nantinya akan diproduksi di lapangan. Apa yang direncanakan di atas kertas itulah yang akan dibuatkan audiovisualnya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 2. Tahap Produksi Hal-hal yang termasuk dalam kegiatan pra produksi antara lain penuangan ide (gagasan) ke dalam outline, penulisan skrip/scenario, storyboard, program meeting, peninjauan lokasi pengambilan gambar, production meeting, technical meeting, pembuatan dekor dan perencanaan lain yang mendukung proses produksi dan pasca produksi. Namun demikian harus diingat, apa yang direncanakan di atas kertas dalam pelaksanaannya di lapangan sering menyimpang karena berbagai alasan, misalnya pengambilan gambar tertunda karena hujan atau alasan teknis lainnya. Maka dalam perencanaan pembiayaan perlu ditambahkan dana untuk biaya tak terduga, pemain cadangan dan sebagainya. Kegiatan 54 pengambilan gambar (shooting) baik di studio maupun di luar studio. Proses pengambilan gambar (shooting) bisa dilakukan secara langsung pada saat program televisi disiarkan (live), namun pengambilan gambar juga bisa dilakukan dengan taping. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah kegiatan pengambilan gambar selesai dilakukan. Jika terdapat kesalahan maka pengambilan gambar dapat diulang kembali. 3. Tahap Pasca Produksi Kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali.Kegiatan yang termasuk dalam tahap pasca produksi adalah penyuntingan (editing), memberi ilustrasi, musik, efek, evaluasi dan lain-lain. 2.7 Gatekeeper Gatekeeper memiliki istilah “individu – individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. Jika diperluas maknanya yang disebut dengan gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media massa, seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, video tape,compact disk dan buku. (John R. Bittner, 1996 dikutip dari penulis Nurudin, 2007:118) Penjaga gawang (gate keeper): seorang gatekeeper adalah orang yang dengan memilih, mengubah, dan menolak pesan dapat mempengaruhi aliran informasi kepada seseorang atau sekelompok orang. Gatekeeper dalam media massa terdiri dari penerbit majalah, editor surat kabar, manager stasiun radio siaran, produser berita televisi, produser film, dan lain – lain (Vera, 2008). Variabel – variable yang menentukan keputusan penjaga gawang yaitu : 55 a) Ekonomi : media hanya membuat acara/ memuat berita sesuai dengan keinginan konsumen agar tidak gulung tikar. b) Pembatasan legal : UU yang mengatur suatu penyiaran/ penerbitan. Contoh : Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Periklanan, dan lain-lain. c) Batas waktu/ deadline :berhubungan dengan aktualitas berita. Karena sesuai dengan ciri dari komunikasi massa maka informasi yang kadaluarsa tentu sudah tidak menarik lagi untuk disebarluaskan. d) Etika : berhubungan dengan moral dan etika. e) Kompetisi : persaingan dengan media lain dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan berita mana yang layak dimuat. f) Nilai berita : insentias suatu berita dibandingkan dengan berita – berita lain yang tersedia. g) Reaksi terhadap feedback : apakah informasi yang disampaikan kepada khalayak nantinya akan menimbulkan gejolak atau menyinggung sekelompok orang atau golongan tertentu. Semua saluran media massa memiliki sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan peran dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan atau mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan. Mereka pun bisa menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang lain. Gatekeeper itu sedemikian penting sehingga menjadi ciri dalam komunikasi massa karena sebagaimana kita ketahui, bahan-bahan, peristiwa atau data yang menjadi bahan mentah pesan yang akan disiarkan media massa itu beragam dan sangat banyak. Tentu tidak semua akan disiarkan media massa itu. Di sinilah perlu ada pemilahan, pemilihan dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan. 56 Misalnya, televisi sangat berkepentingan untuk melihat gerak isyarat dari para kandidat calon presiden ketika melakukan kampanye. Sementara pihak media cetak hanya bisa menceritakannya, atau didukung oleh foto, tetapi tidak semua bisa diambil. Media cetak perlu memilih mana gerak yang paling menarik. Perbedaan demikian akan mempengaruhi pesan-pesan yang disebarkan. Fungsi dari gatekeeper yaitu : 1) memilah/ menyeleksi informasi untuk disiarkan; 2) untuk membatasi informasi dengan mengeditnya sebelum disebarkan; 3) untuk memperluas kuntitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain; dan 4) untuk mengintepretasikan informasi (John R. Bittner, 1996) yang dikutip dari Nurudin (2007:125). Ray Eldon Hiebert (1985) mencoba menguraikan perbedaan antara komunikator dengan gatekeeper (dalam media massa), yakni seseorang yang menciptakan atau membuat sesuatu disebut sebagai komunikator, sedangkan jika seseorang mengevaluasi ciptaan orang lain ia adalah gatekeeper. Jadi, individu yang sama bisa jadi mempunyai dua fungsi, sebagai komunikator dan sebagai gatekeeper dalam waktu yang sama. (Nurudin, 2007:119). Gatekeeper mempunyai efek potensial di dalam proses komunikasi massa, khususnya jika media yang seharusnya milik masyarakat itu dikontrol dan dikendalikan oleh kekuatan “elite minoritas” dengan melarang hak publik untuk mengetahui. Misalnya, “elite minoritas” itu adalah pemilik modal. Pemilik modal berharap apa yang disiarkan sesuai dengan kebijakannya. Gatekeeper selalu memilih berita dengan selektif, aktual dan objektif. Tindakan tersebut dinamakan gatekeeping, atau dalam istilahnya secara luas telah digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan di mana seleksi dibuat dalam kerja media, terutama keputusan mengenai apakah diboleh atau tidak sebuah laporan 57 berita tertentu melewati ‘pintu’ media berita ke dalam saluran berita. (Reese dan Ballinger, 2001) yang dikutip dari McQuail bagian 2 (2011:43). Selalu yang dilakukan dalam gatekeeping mencakup memberikan penekanan materi berita tertentu (isi materi berita), memilih fakta dengan beberapa pertimbangan, menyeleksi berita, menambahkan berita, serta penapisan informasi. Manheim (1998) mengelompokkan pengumpulan berita jurnalistik berdasarkan dua jenis dominan dan dua jenis subside. Jenis pertama adalah ‘pemburu-pengumpul’, merujuk pada sekumpulan fenomena yang terlihat sebagai berita potensial, dan bahwa ‘kultivasi’yang merujuk pada sistem yang ‘berirama’ bagi kumpulan berita yang terencana dan penggunaan yang cerdas atas sumber yang akrab. Hal ini membutuhkan aktivitas positif. Dua jenis yang lain relative jarang dan merujuk pada jurnalisme ‘investigasi’ dan ‘komersial’, tetapi jenis ini juga berdasarkan asumsi berita terjadi secara natural. (McQuail, 2011) Josep A. Devito (1997) menggambarkan proses gatekeeping, sebagai berikut : Gambar 2.1 Skema Gatekeeper (Joseph A. Devito, 1997) Skema di atas menjelaskan pesan-pesan (M1, M2, M3) diterima oleh gatekeeper dari berbagai sumber yang berbeda (S1, S2, S3). Dalam hal ini pesan diseleksi oleh gatekeeper. Selanjutnya gatekeeper selektif menyampaikan pesanpesan tersebut (MA, MB, MC) kepada komunikan yang berbeda (R1, R2, R3). Aspek 58 terpenting yang harus diperhatikan melelui proses ini adalah bahwa pesan-pesan yang diterima gatekeepers (M1, M2, M3) tidak sama dengan pesan-pesan yang dikirim oleh gatekeepers (MA, MB, MC). (Nurudin, 2007) 2.8 Hirarki Pengaruh Isi pesan media sangat dipengaruhi oleh berbagai pengaruh internal dan eksternal yang dialami media masa sebagai organisasi. Pengaruh yang diberikan media kepada masyarakat atau sebaliknya sangat bergantung pada bagaimana media bekerja. Dalam hal ini McQuail (2000) menyatakan : “Only by knowing how the media themselves operate can we understand how society influences the media and vice versa” ( Hanya dengan mengetahui bagaimana media bekerja, maka kita dapat memahami bagaimana masyarakat mempengaruhi media atau sebaliknya). (Morissan, 2008) Jika pada masa lalu, media massa cenderung disalahkan karena efek yang ditimbulkannya atau objektivitas beritanya yang diragukan, maka dewasa ini muncul pengertian yang lebih baik terhadap media massa. Secara bertahap perhatian juga diberikan pada isi media massa yang bersifat nonberita seperti drama, musik, dan hiburan. Organisasi media, di mana isi pesan media dibuat, memiliki peran penting sebagai penghubung dalam proses mediasi yang digunakan masyrakat untuk membahas dan mengembangkan dirinya. Kekuatan yang memengaruhi isi media massa mencakup beberapa faktor, seperti proses globalisasi, konglomerasi, dan fragmentasi media serta munculnya teknologi dalam distribusi isi media dengan munculnya televisi kabel, jaringan satelit, dan jaringan telekomunikasi. Faktor – 59 faktor struktural media misalnya, ukuran media, bentuk kepemilikan dan bagaimana fungsi media dalam industri informasi dan hiburan memiliki konsekuensi langsung terhadap perilaku media. Dalam hal ini ‘perilaku’ mengacu pada segala kegiatan sistematis yang akan memengaruhi tindakan atau kinerja yang terkait dengan jenis dan jumlah isi media yang dihasilkan dan ditawarkan kepada khalayak. Perlu melihat pula tidak hanya faktor – faktor internal media tetapi juga pada hubungan media dengan organisasi lainnya dan juga masyarakat secara keseluruhan sebagaimana dikemukakan oleh McQuail : (Morissan, 2008) “Structural features (for instance, size, forms of ownership and mediaindustrial function) can be seen as as having direct consequences for the conduct of particular media organizations. Conduct refers to all the systematic activities that in turn affect performance, in the sense of the type and relatice amount of media content produced and offered to audiences. [Faktor struktural (misalnya, ukuran, bentuk kepemilikan dan fungsi industri media) memiliki konsekuensi langsung terhadap perilaku organisasi media. Perilaku mengacu pada segala kegiatan sistematis yang mempengaruhi tindakan/ kinerja yang terkait dengan jenis dan jumlah isi media yang dihasilkan dan ditawarkan kepada audien]. Dalam memahami produksi media secara logis dapat menggunakan suatu kerangka kerja analisis yang dinamakan level analisis, analisis ini dapat membantu mengindentifikasikan berbagai tahapan pekerjaan dan interaksi atau hubungan di antara unit atau bagian organisasi media, atau hubungan antarmedia dan hubungan antara industri media dan dunia di luarnya. 60 Berdasarkan penjelasan di atas dapat dihubungkan dengan penjelasan dari Dimmick dan Coit (1982), yang menjelaskan suatu hirarki yang terdiri atas sejumlah level atau tingkatan di mana pada setiap level terdapat organisasi atau individu yang memberikan pengaruhnya pada media massa, yaitu : (Morissan, 2008) 1. Suprasional (lembaga regulasi internasional atau perusahaan multinasional). 2. Pemerintah (termasuk berbagai lembaga sosial nasional). 3. Masyarakat (termasuk partai politik). 4. Industri media (perusahaan media pesaing, pemasang iklan). 5. Supra-organisasi (rantai bisnis dan konglomerasi). 6. Komunitas (kota, bisnis lokal). 7. Intra-organisasi (kelompok atau departemen dalam organisasi). 8. Individu (peran, latar belakang sosial, sikap pribadi, jenis kelamin, etnis). McQuail mengajukan suatu hirarki yang terdiri atas lima level atau tingkatan dimulai dari internasional sebagai level tertinggi hingga individu/ peran sebagai level terendah. Level yang tinggi memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan level terendah : (Morissan, 2008) 1. Internasional. 2. Masyarakat. 3. Medium/ industri/ institusi. 4. Organisasi 5. Individu/ peran (komunikator massa). Menurut McQuail, kelima level tersebut dalam realitasnya tidak mesti harus terwujud dalam susunan yang persis sama, namun model tersebut lebih berfungsi menjelaskan atau menunjukkan suatu tinjauan terhadap media massa berdasarkan 61 perspektif sosial-sentris yang berpandangan bahwa media bergantung pada masyrakat. Model ini juga dapat dilihat sebagai gambaran adanya keseimbangan kekuatan yang bersifat umum. Shoemaker dan Reese (1991), mengemukakan lima hipotesis mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap isi media massa melalui pernyataannya, yaitu : (Morissan, 2008) 1) Isi media mencerminkan realitas sosial (media massa sebagai cermin masyarakat). 2) Isi media dipengaruhi oleh sosialisasi dan sikap para pekerja media atau disebut juga dengan ‘pendekatan yang berpusat pada diri komunikator’ (communicator centred approach). 3) Isi media dipengaruhi oleh rutinitas organisasi media. 4) Isi media dipengaruhi oleh berbagai lembaga dan kekuatan sosial. 5) Isi media merupakan fungsi ideologi dan upaya untuk mempertahankan status quo (pendekatan hegemonik). Gerbner (1969) menggambarkan komunikator massa bekerja di bawah tekanan yang berasal dari berbagai ‘peran kekuatan’ (power roles) termasuk klien (pemasang iklan), pesaing (dari media lain), pihak berwenang (khususnya terkait dengan hukum dan politik), para ahli, lembaga lainnya dan audien. Gebner menyatakan bahwa: (Morissan, 2008) “Walau secara analisis berbeda, namun jelas peran kekuasaan dan jenis pengaruh dalam realitasnya tidak terpisah dan terisolasi. Sebaliknya, mereka sering kali bergabung, tumpang-tindih, dan saling menembus. Akumulasi peran kekuasaan dan kemungkinan adanya pengaruh menjadikan organisasi 62 media tertentu memiliki posisi dominan dalam komunikasi massa di masyarakat.” Berdasarkan gagasan tersebut dan juga berdasarkan berbagai riset yang telah dilakukan, McQuail mengajukan skema yang berlaku umum di semua media yang menjelaskan berbagai kekuatan yang memengaruhi organisasi media dan pada akhirnya memengaruhi isi media. Terdiri dari tiga pihak yang memiliki pengaruh paling besar dalam organisasi media massa, yaitu : 1. Pihak manajemen. 2. Profesional media. 3. Pendukung teknik atau teknologi. Ketiga pihak tersebut berada di tengah medan pertarungan di mana mereka harus membuat keputusan di tengah berbagai hambatan, batasan, dan tuntutan serta berbagai upaya untuk memasukkan pengaruh dan kekuasaan ke dalam organisasi media. Berikut skema penjabarannya : (Morissan, 2008) Peristiwa dan pasokan informasi dan budaya ‘ Tekan an ekono mi Pesaing Manajemen Agen berita/ informasi Teknikal Pemilik Profesional media Serikat pekerja Distribusi saluran Minat/ kebutuhan Audien Kontrol politik/hukum Kelompok penekan Lembaga sosial lainnya Tekan an sosial dan politik 63 Gambar 2.2 Pengaruh Isi Media Menurut McQuail, berbagai tekanan, hambatan, dan tuntutan yang membatasi gerak media tidak seluruhnya bersifat negatif tetapi dapat juga bersifat positif yang justru menjadi sumber pembebasan (misalnya, kebijakan pemerintah yang melindungi kebebasan media dari tekanan), dengan kata lain tekanan yang diterima media sebagai suatu yang wajar bahkan perlu. Organisasi yang tidak menerima tekanan justru menunjukkan bahwa media tersebut dipandang tidak penting oleh masyarakat, atau seperti yang dikemukakan McQuail “Lack of external pressure would probably indicate social marginality or insignificane”. (Morissan, 2008:249) Berdasarkan gagasan Engwall (1978), McQuail mengidentifikasi adanya lima jenis hubungan atau relasi yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan pemahaman mengenai berbagai kondisi yang memengaruhi kegiatan organisasi media dan peran komunikator massa di dalamnya. Kelima jenis hubungan atau relasi tersebut antara lain : 1) hubungan media dengan masyarakat; 2) hubungan dengan pemilik, klien, pemasok; 3) dengan kelompok penekan; 4) internal organisasi; dan 5) hubungan media dengan audien. (Morissan, 2008:250) Kelima hal di atas memberikan pengembangan bahasan khusus mengenai hubungan media massa dengan tujuh pihak berpengaruh dan menjelaskan bagaimana kekuatan masing – masing saling berinteraksi dengan media massa, adapun ketujuh pihak tersebut yaitu : (Morissan, 2008:250) 1. Penguasa/ pemerintah. 2. Masyarakat umum. 3. Kelompok penekan. 4. Pemilik. 5. Pemasang iklan. 64 6. Audien. 7. Internal Organisasi. Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996), dalam Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content, menyusun berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. Mereka mengidentifikasikan ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan isi media, sebagai berikut: (Kriyantono, 2010:253) 1. Faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, dan sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Latar belakang pendidikan, atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media. Misalnya : wartawan, editor, kamerawan, dan lainnya. 2. Rutinitas media, berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran sendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses 65 dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. 3. Organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu . Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri - sendiri. Di dalam organisasi media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai tujuan dan target masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan agar berita tertentu yang disajikan, tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita lain yang ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita. 4. Ekstra media. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar media: a) Sumber berita. Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga 66 mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan memberikan informasi yang sekiranya baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh media. b) Sumber penghasilan media, berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan/pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu dilakukan di antaranya dengan cara memaksa media mengembargo berita yang buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan terbukti mendongkrak penjualan, akan terus-menerus diliput oleh media. Media tidak akan menyia-nyiakan momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak. c) Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media (baca teori normatif komunikasi massa, dan teori makro). Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita apa yang 67 disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang demokratis dan menganut liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis. 5. Ideologi, diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. 2.9 Kerangka Berpikir Produksi Program “Metro Siang” Program “Metro Siang” Faktor Yang Mempengaruhi Isi Berita Program “Metro Siang” 1. 2. 3. 4. 5. Pengaruh Individu Pengaruh Rutinitas Media Pengaruh Struktur Organisasi Pengaruh Ekstra Media Pengaruh Ideologi Audiense “Metro Siang” Gambar 2.3 Kerangka Berpikir