1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses penciptaan
makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih,” sedangkan
Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses
transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang – orang (dari
budaya yang berbeda).” (Mulyana, 2009:65).
Meskipun komunikasi menyangkut perilaku manusia, tidak semua perilaku
manusia itu adalah komunikasi. Menurut Pace dan Faules, perbedaan tersebut
sederhana, namun rumit. Sebagai contoh, apakah bernyanyi sendirian di kamar
mandi merupakan komunikasi? Apakah memancing ikan di kolam, memasukkan
sepucuk surat ke kotak surat, atau menulis memo merupakan bentuk – bentuk
komunikasi ? Jawaban atas pertanyaan – pertanyaan tersebut bergantung pada
bagaimana kita mendefinisikan komunikasi. Suatu definisi yang cermat, misalnya
dikemukakan oleh Pace dan Faules, yang terlibat dalam komunikasi, yaitu
penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan di sini tidak harus berupa kata – kata,
namun bisa juga merupakan pertunjukan (display), termasuk pakaian, perhiasan, dan
hiasan wajah (make up atau jenggot), atau yang lazimnya disebut pesan nonverbal.
(Mulyana, 2009:65).
Menggunakan definisi Tubbs dan Moss, atau definisi Pace dan Faules, jelas
bahwa tindakan – tindakan di atas bukanlah komunikasi. Komunikasi terjadi bila ada
orang lain yang mendengarkan orang yang bernyanyi di kamar mandi. Secara tidak
9
10
sengaja wanita yang menyanyikan lagu – lagu gembira misalnya di kamar mandi
tersebut menyampaikan pesan bahwa ia sedang gembira. Mengetik makalah saja
bukanlah komunikasi. Komunikasi terjadi bila terdapat orang lain yang membaca
makalah tersebut, baik ketika masih ada di layar, ataupun setelah dicetak dan
dibagikan kepada orang lain. Jadi inti dari komunikasi adalah penafsiran (intepretasi)
atas pesan tersebut baik disengaja ataupun tidak disengaja. (Mulyana, 2009:66).
Komunikasi sebagai sebuah perilaku interaksi sosial telah menjadi alat bagi
budaya untuk mempertahankan dirinya dan memastikan hal tersebut melalui
pewarisan sosial. Namun komunikasi juga menjadi media bagi pewarisan budaya
tandingan atau counter-culture yang diam – diam mengakar dan tumbuh sebagai
alternative dari budaya-tinggi yang dimiliki sebuah masyarakat. (Martin, 2008:29)
Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno
dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai
komunikasi, yakni : (Mulyana, 2009:67-77)
A. Komunikasi Sebagai Tindakan Satu-Arah
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila
diterapkan pada komunikasi tatap-muka, namun mungkin tidak terlalu keliru bila
diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab dan
komunikasi massa (cetak dan elektronik). Akan tetapi, komunikasi massa melalui
radio dan televisi pun sekarang ini juga cenderung dua-arah (interaktif).
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon
disebut “definisi berorientasi-sumber” (source-oriented definition). Definisi ini
mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan
seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang
lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap tindakan yang disengaja (intentional
11
act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti
menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu.
Definisi – definisi komunikasi demikian mengabaikan komunikasi yang tidak
disengaja seperti pesan tidak direncanakan yang terkandung dalam nada suara atau
ekspresi wajah, atau isyarat lain yang spontan. Definisi – definisi berorientasisumber ini juga mengabaikan sifat prosesual interaksi-memberi dan menerima- yang
menimbulkan pengaruh timbal balik antara pembicara dan pendengar. Pendek kata,
konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu-arah menyoroti penyampaian
pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat
instrumental dan persuasif. Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep ini adalah
sebagai berikut : (Mulyana, 2009)
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner :
“Komunikasi : transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol – simbol, kata – kata, gambar,
figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang
biasanya disebut komunikasi.
Theodore M. Newcomb :
“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi,
terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.”
Carl I. Hovland :
“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikate).”
12
Gerarld R.Miller :
“Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada
penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima.”
Everett M. Rogers :
“Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka.
Raymond S. Ross :
“Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan
mengirimkan simbol – simbol sedemikian rupa sehingga membantu
pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa
dengan yang dimaksudkan komunikator.”
Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante :
“(Komunikasi adalah) transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi
khalayak.”
Harold Lasswell :
“(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut) Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan
Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?
Jika diperjelas makna dari definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur
komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu : Pertama, sumber (source),
sering
disebut
juga
pengirim
(sender),
penyandi
(encoder),
komunikator
(communicator), pembicara (speaker), atau originator. Sumber adalah pihak yang
13
berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi
seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan suatu negara.
Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan perangkat simbol verbal dan atau non verbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga
komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk
atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata – kata (bahasa), yang dapat
mempresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan (percakapan,
wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi,
famflet). Pesan juga dapat dirumuskan secara non verbal, seperti melalui tindakan
atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan
mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan patung, tarian, dan sebagainya.
Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada
bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran
nonverbal. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan: melalui tatap-muka atau
lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi). Surat
pribadi, telepon, selebaran, Overhead Projector (OHP), sistem suara (sound system)
multimedia, semua itu dapat dikategorikan sebagai (bagian dari) saluran komunikasi.
Pengirim pesan akan memilih saluran – saluran itu, bergantung pada situasi, tujuan
yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi.
Dalam suatu peristiwa komunikasi, sebenarnya banyak saluran yang kita
gunakan, meskipun ada salah datu yang dominan, misalnya dalam komunikasi
langsung, bahasa (verbal dan nonverbal) adalah saluran yang menonjol meskipun
pancaindra dan udara yang mengantarkan gelombang suara juga adalah saluran
14
komunikasi tatap-muka tersebut. Dalam komunikasi massa, katakanlah melalui surat
kabar, saluran yang paling menonjol adalah surat kabar yang kit abaca, meskipun
terdapat juga saluran lain yang juga berperan seperti telepon, faksimil, komputer,
mesin cetak, dan kendaraan yang digunakan untuk mengantarkan surat kabar tersebut
kepada pembaca, dan sebagainya.
Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/ tujuan
(destination), komunikate (communicate), penyandi-balik (decoder) atau khalayak
(audience), pendengar (listener), penafsiran (interpreter), yakni orang yang
menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai,
pengetahuan,
persepsi,
pola
pikir
dan
perasaannya,
penerima
pesan
ini
menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal
yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami, proses ini disebut penyandianbalik (decoding).
Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima
pesan, tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak setuju menjadi
setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli
barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia
memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu), dan
sebagainya.
Pemahaman komunikasi berorientasi sumber yang baru diuraikan di atas
menekankan variable – variable tertentu seperti isi pesan (pembicaraan), cara pesan
disampaikan, dan daya bujuknya.
B. Komunikasi Sebagai Interaksi
Konseptualisasi kedua yang sering diterapkan pada komunikasi adalah
interaksi. Dalam arti sempit interaksi adalah saling mempengaruhi (mutual
15
influence). Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi
dengan proses sebab – akibat atau aksi – reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang
menyampaikan pesan, baik verbal atau non verbal, seorang penerima bereaksi
dengan member jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang
pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua,
dan begitu seterusnya. Pokoknya masing – masing dari kedua pihak berfungsi secara
berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya lagi sebagai penerima,
begitu pula sebaliknya.
Komunikasi model ini dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi
sebagai tindakan satu-arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para
peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi
sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian. Jadi, dasarnya proses
interaksi yang berlangsung juga masih bersifat teknis.
Dalam konsep komunikasi sebagai interaksi ini memiliki unsur yaitu umpan
balik (feedback), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan,
yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan
yang ia sampaikan sebelumnya. Yang disebut umpan balik yaitu adanya respons
terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi tingkah laku selanjutnya pengirim,
terjadinya pun tidak sengaja, contoh : anggota DPR yang sedang tertidur di baris
belakang, jika saat anda pidato, anda memanggil anggota DPR tersebut dan
membangunkannya. Umpan balik itu sendiri sebenarnya bisa saja berasal dari saluran
komunikasi atau dari lingkungan, sejauh mana digunakan oleh komunikator sebagai
petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikannya.
Konsep dari umpan balik dari penerima (pertama) sebenarnya sekaligus
merupakan pesan penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang
16
disampaikan kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi
penerima kedua), jawaban pengirim pertama (penerima kedua) ini pada gilirannya
merupakan umpan balik bagi penerima pertama (pengirim kedua), begitu seterusnya.
C. Komunikasi Sebagai Transaksi
Konteks komunikasi ini adalah proses personal karena makna atau
pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi sebagai
transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa Rosengren disebut komunikasi
penuh manusia. Penafsiran anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang
anda kemukakan kepadanya juga mengubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan
– pesan anda, dan pada gilirannya, mengubah penafsiran anda atas pesan – pesannya,
begitu seterusnya. Menggunakan pandangan inilan yang disebut komunikasi sebagai
transaksi, yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan
atau respon verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa
komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau
respon yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya
menyengajanya atau tidak, dan bahkan menghasilkan respon yang tidak dapat
diamati.
Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung
bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun
perilaku nonverbalnya. Pemahaman ini mirip dengan “definisi berorientasi
penerima” (receiver oriented definition) sepertiyang dikemukakan Burgoon, yang
menekankan variabel – variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi
penerima, hanya saja penerima pesan itu juga berlangsung dua arah, bukan satu arah.
17
Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak – pihak yang berkomunikasi
berada dalam keadaan interdependensi atau timbal balik; eksistensi satu pihak
ditentukan oleh eksistensi pihak lainnya. Pendekatan transaksional menyarankan
bahwa semua unsur dalam proses komunikasi atas orang lain bergantung pada
persepsi orang lain tersebut terhadapnya, dan bahkan bergantung pula pada
persepsinya terhadap lingkungan di sekitarnya.
Komunikasi konteks ini bisa juga merupakan proses karena komunikasi
merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan
perpindahan. Di dalamnya terdapat kontinuitas dari setiap unsurnya. Pemahaman
anda atas dunia dimulai ketika anda lahir dan terus berlangsung hingga anda
mengalami akhir hidup di dunia, namun jika anda telah berakhir dalam masa
kehidupan, peran anda sebagai sumber komunikasi tidak akan dapat dihentikan.
2.2 Komunikasi Massa
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Dalam komunikasi tentunya memiliki pengembangan jenis komunikasi,
seperti komunikasi massa. Komunikasi massa memiliki definisi – definisi
berdasarkan pengertian dari para ahli, yaitu :
1. Definisi
dari
De
Fluer
dalam
buku
“Understanding
Mass
Communication” : (Vera, 2008:3)
Komunikasi Massa adalah suatu proses dalam mana komunikator –
komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan – pesan
secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna – makna
yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan
berbeda – beda melalui berbagai cara.
18
2. Definisi dari Meletzke (Vera, 2008:4)
Komunikasi
massa
adalah
setiap
bentuk
komunikasi
yang
menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran
teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
3. Definisi dari Joseph A. Devito (Nurudin, 2007:11)
Pertama, komunikasi massa adalah komunikas yang ditujukan kepada
massa, pada khalayak yang sangat banyak. Ini tidak berarti khalayak
meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau
semua orang yang menonton televisi, agaknya tidak
berarti pula
bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk
didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang
disalurkan yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali
akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut
bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa itu
berasal dari media yang tentunya mengharuskan setiap pesan yang tersampaikan
harus ditujukan kepada khalayak ramai dan tidak hanya dinikmati oleh perorang atau
perindividu saja.
Untuk pengertian mendasar yang dapat dikaitkan mengenai komunikasi
massa yaitu komunikasi dapat dilakukan dengan media dan tanpa media. Komunikasi
yang menggunakan media massa maupun media non massa. Media non massa
contohnya : surat, telepon, telegram, dan lain – lain. Jadi dengan kata lain
kesimpulan yang dapat ditarik yakni komunikasi yang menggunakan media massa
yang periodik.
19
Menurut Jalaluddin Rakhmat merangkum dari berbagai definisi yang ada
mengenai komunikasi massa yang merupakan jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak
atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
2.2.2 Ciri – Ciri Komunikasi Massa
Untuk membedakan antara jenis komunikasi yang satu dengan yang lainnya
maka masing – masing memiliki ciri – ciri tersendiri. Adapun ciri – ciri komunikasi
massa adalah : (Vera, 2008:12-17)
1. Komunikatornya Terlembaga
Menurut Wright, komunikator dalam komunikasi massa bergerak dalam
organisasi yang kompleks, yang terdiri dari banyak orang yang terlibat di dalamnya
dari mulai wartawan, editor, pemimpin redaksi, pemilik media, dan lainnya. Karena
dalam organisasi yang kompleks maka memerlukan modal yang besar dalam
menunjang kariernya, memerlukan pula peralatan yang lengkap.
Jika media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu Akan
banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara,
bagian make up, floor manager, penata latar, produser, dan lain – lain. Selain itu,
peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar
(McQuail, 2005).
2. Khalayak Sasaran
Khalayak sasarannya luas, heterogen (beragam), anonim (tidak dikenal).
Disebut luas karena jumlahnya banyak dan tersebar, tidak di batasi oleh jarak dan
geografis. Disebut heterogen karena khalayak komunikasi massa sangat beragam,
terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, baik dari segi pendidikan,
20
jenis kelamin, agama, status sosial, dan sebagainya. Sedangkan anonim artinya
masing – masing khalayak tidak mengenal satu dengan yang lainnya walaupun pada
saat bersamaan mereka menerima pesan – pesan yang sama.
Pada komunikasi interpersonal. Komunikator akan mengenai komunikannya.
Mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan
mungkin mengenal sikap dan perilakunya.
Selain itu khalayak dalam komunikasi massa sifatnya berubah – ubah. Apa
yang menarik perhatian pada suatu saat mungkin tidak akan menarik lagi di saat yang
lain. Perhatian khalayak juga berbeda – beda tingkat intensitasnya.
3. Isi Pesan
Bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi untuk kepentingan orang
banyak. Komunikasi massa itu ditujukan kepada semua orang bukan untuk
sekelompok tertentu. Pesan dalam komunikasi massa tidak secara sengaja ditujukan
untuk golongan tertentu, seperti televisi misalnya, karena dinikmati banyak orang
maka harus mampu mengakomodir kepentingan orang banyak juga, maka dalam
pemilihan bahasa harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang
banyak, bukan bahasa ilmiah misalnya yang hanya dimengerti oleh kelompok
tertentu.
Sifat umum di sini juga harus dibedakan dengan program acara tertentu
dalam televisi atau radio, dan rubrik tertentu dalam majalah atau surat kabar. Kalau
rubrik tertentu memang untuk kalangan tertentu, maka dalam surat kabar terdiri dari
banyak rubrik, iklan, dan lain – lain. Ini yang dinamakan pesan dalam komunikasi
bersifat umum.
21
4. Waktu Penyampaian
Dalam komunikasi massa waktu penyampaiannya cepat dan mampu
menjangkau khalayak luas tidak terbatas secara geografis dan cultural.
Karena karakteristik ini media massa disebut sebagai Messages Multiplier;
penyampaian pesan secara cepat dan menjangkau khalayak luas. Ciri ini bisa juga
disebut komunikasi massa menimbulkan keserempakkan, contohnya acara final piala
dunia yang disiarkan secara langsung di televisi dapat ditonton oleh penonton dari
seluruh penjuru dunia pada waktu yang bersamaan atau hamper bersamaan.
5. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Dalam beberapa definisi dan pengertian tentang komunikasi massa
disebutkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau
melalui media massa. Karena ciri tersebut maka komunikator dan komunikannya
tidak bertemu secara langsung seperti yang terjadi pada komunikasi interpersonal
(tatap muka), akibatnya respon tidak diberikan secara langsung maka sifat
komunikasi massa adalah satu arah (one way traffic communication). Apabila kita
sedang menonton berita di televisi kemudia ada beberapa bagian yang tidak dapat
kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian
yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima dengan apa adanya, akan tetapi pada
konteks – konteks tertentu dapat bersifat dua arah.
6. Mengutamakan Unsur Isi Daripada Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan. Pada
komunikasi massa lebih mementingkan unsur isi, sedangkan dalam komunikasi antar
pribadi lebih mengutamakan unsur hubungan.
Pada komunikasi antar pribadi isi pesan tidak begitu diperhatikan dalam arti
tidak harus sistematis, dan tidak harus relevan antara satu dengan yang lain,
22
perpindahan topik pembicaraan berjalan sangat fleksibel. Misalnya komunikasi
dimulai dengan topik tentang olah raga, pindah pada topik tentang film, lalu topik
tentang pacar, dan sebagainya. Dengan kata lain yang menentukan efektifitas
komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia. Bukan pada “apanya”
tapi pada “bagaimana”. Sedangkan pada komunikasi massa menekankan pada
“apanya” (Elvinaro & Lukiati Komala, 2004). Dalam komunikasi massa isi pesan
harus dibuat terstruktur sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.
7. Feedback Dalam Komunikasi Massa
Karena komunikasi massa bersifat satu arah maka feedback (umpan balik)nya
bersifat tertunda (delayed feedback). Maksudnya adalah komunikan dalam
komunikasi massa tidak bisa memberikan respon langsung pada komunikator tidak
seperti dalam komunikasi antar pribadi, karena dalam komunikasi massa pesan
disampaikan lewat media massa tidak secara langsung (tatap muka).
Umpan balik biasanya berupa surat pembaca, melalui fax, telepon, email,
media sosial, dan sebagainya. Tetapi dengan adanya kemajuan yang pesat dibidang
teknologi komunikasi apakah memungkinkan komunikasi yang dua arah dapat
berlangsung (dalam komunikasi massa)? Jika dilihat sepintas memang hal itu
memungkinkan, seperti acara dialog interaktif di televisi atau radio, di mana
khalayak (penonton atau pendengar) di rumah dapat berpartisipasi secara langsung
melalui telepon pada saat siaran langsung. Karena komunikai melalui telepon secara
langsung merupakan komunikasi dua arah. Tetapi perlu dilihat bahwa komunikasi
dua arah tersebut terjadi pada khalayak yang sangat terbatas, yaitu yang menelpon
saja, padahal khalayak komunikasi massa demikian luas dan tak terbatas. Maka
dalam hal ini umpan balik dalam komunikasi massa tetap merupakan umpan balik
yang tertunda.
23
8. Stimulasi Alat Indera Yang Terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulusi alat indera bergantung pada jenis media
massa. Pada surat kabar dan majalah hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman
auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita
menggunakan indera penglihatan dan pendengaran.
Karakteristik ini juga merupakan kelemahan dari komunikasi massa,
contohnya; orang tidak bisa melihat (tunanetra) hanya bisa mendengar radio, tidak
bisa membaca surat kabar dan menonton televisi.
2.2.3 Karakteristik Isi Pesan Komunikasi Massa
Isi pesan dalam setiap jenis komunikasi juga dibedakan oleh ciri – ciri
tertentu, demikian halnya dengan komunikasi massa. Adapun karakteristik isi pesan
komunikasi massa antara lain, yaitu : (Vera, 2008:17-19)
1. Novelty (Sesuatu Yang Baru)
Berkaitan dengan aktualitas, bahwa suatu berita akan menarik khalayak jika
merupakan hal – hal yang baru. Baru bukan berarti selalu baru terjadi, melainkan
sesuatu yang belum diketahui khalayak atau khalayak untuk pertama kalinya
mengetahui adanya fakta baru. Karena pada dasarnya khalayak selalu ingin
mengetahui tentang suatu informasi atau peristiwa secepat mungkin, jadi jangan
sampai kelewatan atau terlambat dalam memberitakannya karena mereka akan
mencari dari sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Proximity (Kedekatan/ Jarak)
Artinya adalah kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat
di publikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik
untuk mengetahui hal – hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan
24
lingkungannya. Kedekatan di sini bisa berarti kedekatan secara psikologis atau fisik.
Dekat secara fisik adalah peristiwa yang terjadi di wilayah lain, misalnya peristiwa
kecelakaan pesawat atau kereta api yang menelan korban jiwa yang terjadi di
Indonesia dengan di luar negeri tentu akan lebih menarik yang terjadi di dalam
negeri. Sedangkan kedekatan secara psikologis menjadi daya tarik khalayak karena
adanya pertalian etnis, agama yang sama antara khalayak dan obyek berita.
Contohnya: berita mengenai tkw (tenaga kerja wanita) asal Indonesia yang dianiaya
atau diperkosa di negara lain, walaupun kejadiannya jauh tetapi karena sama – sama
orang Indonesia maka peristiwa semacam itu dapat menimbulkan gejolak juga yang
terjadi di Palestina dapat menimbulkan gejolak juga di Indonesia karena faktor
agama yang sama dengan mayoritas penduduk Indonesia.
3. Popularitas
Peliputan tentang tokoh, organisasi, tempat dan waktu yang penting dan
terkenal selalu menarik perhatian khalayak. Semakin seorang popular maka ia selalu
menjadi bahan berita yang menarik. Apapun yang dilakukan oleh bintang film,
penyanyi, presiden, menteri, wakil rakyat, atlet, semuanya yang menarik untuk
diberitakan baik yang berkaitan dengan profesinya maupun urusan pribadi.
4. Pertentangan/ Konflik
Hal – hal yang mengungkapkan pertentangan selalu menjadi bahan berita,
peristiwa perang, pemilu, konflik peorangan, konflik antar organisasi, dan lain – lain.
Konflik memiliki nilai berita yang tinggi karena konflik selalu menjadi bagian dari
kehidupan manusia dan berita merupakan peristiwa tentang kehidupan. Yang perlu
menjadi perhatian dalam meliput tentang konflik, seorang wartawan tidak boleh
memihak atau berat sebelah dengan pihak lain, ia tetap harus memberitakan secara
objektif dan netral.
25
5. Komedi/ Humor
Acara – acara yang menjadi bahan perhatian para khalayak adalah hal – hal
yang menghilangkan kejenuhan. Setelah beraktivitas seharian khalayak pastinya
sangat lelah, dan membutuhkan hiburan untuk pikiran yang jenuh.
6. Seks dan Keindahan
Kedua unsur di atas sifatnya universal dan menarik perhatian khalayak. Tidak
heran jika media massa baik cetak maupun elektronik selalu menyelipkan sesuatu
yang mengandung unsur seks dan keindahan tersebut. Seperti perihal cerita – cerita
romantic, artis/ aktor seksi yang berpenampilan menarik selalu menjadi daya tarik
tersendiri. Dalam media film unsur ini sangat terasa dalam hampir semua jenis film.
7. Bencana dan Kriminal
Hal – hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia seringkali
bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak, misalnya; berita bencana alam,
pembataian, kelaparan, dan lain – lain yang menyangkut keselamatan hidup manusia
menjadi daya tarik khalayak karena keselamatan merupakan prioritas utama manusia.
8. Nostalgia
Hal – hal yang mengungkapkan pengalaman masa lalu. Kenangan seseorang
baik yang berkesan atau yang tidak menyenangkan di masa lalu biasanya selalu
diingat. Acara – acara yang memutar lagu – lagu nostalgia dapat menjadi pelipur lara
bagi khalayak.
9. Human Interest
Menyangkut kehiudupan orang lain terutama terutama yang menyentuh
perasaan, peristiwa yang membangkitkan emosi manusia seperti sedih, lucu,
dramatis, hal – hal yang aneh semuanya menarik jika dilihat dari segi human interest.
26
2.2.4 Fungsi – Fungsi Komunikasi Massa
Berbicara mengenai fungsi komunikasi massa tidak bisa lepas dari media
massa karena media massa adalah alat untuk menyampaikan pesan dari komunikasi
massa. Dan beberapa fungsi komunikasi massa yang dapat memberikan penjelasan
yang baik dikutip dari para ahli seperti; Dennis McQuail, Harold D. Laswell, Charles
Robert Wright, Jay Black dan Frederick C, Whitney, Onong Uchjana Effendy, John
Vivian, Joseph R. Dominick, berikut penjelasannya : (Vera, 2008:19-25)
1. Informasi
Dimaksudkan fungsi komunikasi ini, komunikasi massa dapat menyediakan
informasi tentang peristiwa yang terdapt di dalam masyarakat, baik nasional, maupun
internasional. Informasi adalah memberitahukan hal – hal yang penting yang terjadi
di seluruh dunia. Fungsi informasi menyangkut berbagai bidang, semua peristiwa
bisa menjadi sumber informasi, dalam media massa bentuknya bermacam – macam
seperti, berita; politik, ekonomi, kesehatan, megapolitan, sosial, budaya, iptek.
2. Pendidikan
Fungsi mendidik dalam komunikasi massa merupakan fungsi yang dilakukan
komunikasi massa dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk berpikir
kritis dan memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang ekonomi, politik, hukum,
sosial budaya, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pekerti. Dalam
menjalankan fungsi media massa biasanya mengemas acara dalam bentuk drama,
artikel, talkshow,dan lain – lain.
3. Hiburan
Dalam menghibur komunikasi massa dimaksudkan bahwa media massa
menyajikan program hiburan bagi masyarakat terutama untuk relaksasi, pengalihan
perhatian, dan meredakan ketegangan sosial.
27
4. Fungsi meyakinkan
Ada pula hal yang dapat memberikan suatu keyakinan bagi khalayak dari
media massa, seperti :
a) Mengukuhkan Sikap
Menjadikan kepercayaan, sikap, nilai, dan opini seseorang semakin
kuat.
b) Mengubah Sikap
Mengubah sikap seseorang yang netral agar mengikuti kehendak
pihak – pihak tertentu melalui tayangan – tayangan atau tulisan –
tulisan media massa.
c) Menggerakkan
Dilihat dari sudut pandang pemasang iklan, fungsi terpenting dari
media adalah menggerakkan para konsumen untuk bertindak
(membeli), dan menggerakkan penonton/ audiense untuk mengambil
gerakkan yang dicontohkan dari sumber.
d) Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu
Dengan mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan
tertentu dari suatu norma yang berlaku, media merangsang
masyarakat untuk mengubah situasi, contoh ; tanpa dipublikasikan
skandal bulog gate, brunai gate tidaklah muncul tuntutan masyrakat
yang akhirnya menjatuhkan pemerintahan Gus Dur (alm.)
28
e) Menganugerahkan status
Dalam penjelasannya seseorang yang sering ditayangkan di televisi,
dan dimuat di media manapun menjadi begitu penting dan terkenal,
berbeda dengan yang tidak sering masuk di televisi, maka tidak akan
mudah diingat.
5. Fungsi Membius (Narcotizing)
Fungsi ini diperkenalkan pertama kali oleh Paul Lazaefeld dan Robert K.
Merton (dalam Nurudin, 2003). Fungsi ini berarti bahwa apabila media menyajikan
informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil.
Sebagai akibatnya, pemirsa akan tahu penerima terbius kedalam keadaan tidak aktif
seakan – akan berada dalam pengaruh narkotik.
6. Menciptakan rasa kebersamaan
Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya
adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok.
7. Fungsi integrasi dan empati
Masyarakat Indonesia yang majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dengan
kebudayaannya masing – masing. Dengan banyaknya media massa seperti radio, tv,
surat kabar, majalah, dan film menjadi semakin terbuka peluang – peluang untuk
saling mengenal, saling memahami budaya antar berbagai suku bangsa. Dari situlah
akan terjadi perubahan citra (image) di kalangan masyarakat. Jika semula orang dari
suku bangsa tertentu menilai buruk suku bangsa yang lain, maka lambat laun akan
terkikis setelah mereka memahami berbagai hal terutama kebudayaan dari suku
bangsa lainnya.
Media massa dapat juga menjadikan khalayak memiliki rasa empati social
yaitu dipublikasikannya informasi atau cerita tentang kehidupan di daerah tertentu,
29
maka
masyarakat
memperoleh
pengetahuan
tentang
keadaan
orang
lain,
mengindentifikasikan diri dengan orang lain, dan meningkatkan rasa memiliki.
Dengan memunculkan rasa empati dapat membantu menjalankan peran sosial bagi
masyarakat.
8. Transmisi Budaya
Komunikasi massa melestarikan dan mewariskan nilai – nilai social dari
suatu generasi kepada generasi berikutnya. Melalui proses sosialisasi, anggota baru
suatu masyarakat dapat belajar peranan orang lain di dalam masyarakat, sekligus
dapat mengerti posisi social dan menempatkan dirinya secara tepat di dalam
pergaulan sosial. Sebagian dari pengalamannya ini tentunya dapat diperoleh melalui
komunikasi massa yang sarat dengan berbagai informasi tentang berbagai peranan
dan berbagai kegiatan anggota masyarakat.
9. Surveillance (Pengawasan)
Joseph R. Dominick menyatakan pengertian surveillance merujuk kepada
pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian – kejadian yang terjadi di
lingkungan sekitar kita atau dapat dikatakan media massa sebagai alat memonitor apa
yang terjadi di sekitar masyarakatnya. Yang dimaksud pengawasan media yang tidak
dapat dilakukan masyarakat. (Dominick, 1999).
Surveillance dibagi ke dalam dua bagian :
i.
Pertama, beware surveillance (pengawasan peringatan), yaitu ketika
media massa menginformasikan tentang ancaman dari bencana alam
(banjir, gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan lainnya), kondisi
efek yang memprihatinkan,tayangan inflasi atau adanya serangan
militer.
30
ii.
Kedua, instrumental surveillance (pengawasan instrumental), yaitu
penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau
dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari, misalnya :
barang – barang kebutuhan pokok sehari – hari sangat berguna bagi
masyarakat, produk – produk baru yang muncul di pasaran,
perkembangan fashion, resep masakan dan sebagainya. (Dominick,
1999)
10. Meningkatkan aktivitas politik
Dengan seringnya seseorang mengkomsumsi media massa baik cetak maupun
elektronik maka pengetahuannya akan bertambah, tak terkecuali di bidang politik,
sehingga dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk melakukan aktivitas politik.
Juga sebagai sarana sosialisasi politik. Masyarakat dapat belajar mengenai seluk
beluk politik lewat media massa, serta aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan
politik, contoh : pada saat menjelang pemilu, media massa berfungsi sebagai sarana
pembelajaran kepada masyarakat tentang cara memilih, menyoblos, atau mengenal
kandidat – kandidat yang ikut dalam ajang pemilihan umum tersebut.
2.2.5 Elemen – Elemen Komunikasi Massa
Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi
komunikasi massa, dalam lingkup ringkasan alur elemen komunikasi massa meliputi
komunikator mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima).
Dalam komunikasi massa pengirim disebut sebagai source (sumber) atau
komunikator, sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audience,
komunikan, pendengar, pemirsa, penonton, atau pembaca. Untuk melihat pengertian
31
mengenai elemen komunikasi, maka penulis menjabarkannya seperti di bawah ini :
(Nurudin, 2007:95-135)
A. Komunikator
Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator
dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun
lokal, direktur, dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi
dalam hal ini komunikator berarti gabungan dari berbagai individu dalam sebuah
lembaga media massa.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator dalam
komunikasi massa. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) pernah mengemukakan
setidak – tidaknya ada lima karakteristik : 1) daya saing (competitiveness), 2) ukuran
dan kompleksitas (size and complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4)
spesialisasi (specialization), dan 5) perwakilan (representation).
Daya saing ditumbuhkan dari kebijakan yang dikeluarkan komunikator.
Orientasi utamanya adalah agar media massa itu “tidak bangkrut”. Oleh karena itu,
membangun
daya
saing
adalah
bagian
dari
tugas
komunikator
untuk
merumuskannya. Semua ini dilakukan karena tingkat kompetisi media massa
semakin ketat dari hari ke hari.
Ukuran dan kompleksitas juga menjadi sifat khusus yang melekat pada
komunikator dalam komunikasi massa. Ukuran berhubungan erat dengan jumlah
orang yang dipekerjakan dalam saluran komunikasi massa. Semakin besar media
massa, semakin besar pula jumlah orang yang terlibat di dalamnya. Dalam sebuah
penerbitan buku, misalnya; dibutuhkan editor, penulis naskah, bagian setting, desain
cover, dan distributor. Semua itu menunjukkan jumlah orang yang terlibat tidak
sedikit.
32
Kompleksitas dan ukuran ini memang ada kaitannya dengan organisasi media
massa. Media massa membutuhkan divisi – divisi. Koran Jawa Pos yang terbit di
Jawa Timur perlu untuk mendistribusikan “kekuasaan” ke anak buah perusahaan.
Ketika sejumlah Koran lokal muncul dan menjadi suplemen Jawa Pos di daerah –
daerah (Radar).
Industrialisasi merupakan salah satu konsekuensi media massa. Media massa
jelas mempekerjakan banyak orang an banyak struktur yang kompleks. Akibatnya,
media ini perlu dikelola seperti halnya industri. Jadi, apa yang terjadi pada
perusahaan koran atau televisi misalnya, sama seperti perusahaan pada umumnya.
Jika di perusahaan umum ada peraturan tentang karyawan, kebijakan pimpinan,
membuat produk tidak jauh berbeda. Inti dari pembahasan di atas mengenai media
massa merupakan industri yang dikelola seperti industri secara umum.
Spesialiasi merupakan tuntutan profesionalisme pengelolaan media massa.
Tanpa spesialisasi, media massa tidak akan bisa mengikuti perkembangan zaman.
Spesialisasi sering mutlak dimiliki komunikator dalam komunikasi massa.
Perwakilan dalam media massa dibutuhkan agar bisa menopang kegiatan
dalam tingkat kehidupan media. Misalnya dibentuknya biro – biro atau koresponden
di luar kota. Semakin besar media massa, fungsi perwakilan menjadi semakin
penting kehadirannya.
Ciri lain yang melekat pada komunikator dalam komunikasi massa tidak
hanya dikelola oleh satu orang. Munculnya spesialisasi, perwakilan, dan
kompleksitas yang melekat pada diri komunikator dalam komunikasi massa adalah
lembaga media yang bersangkutan
33
B. Isi
Masing – masing media massa mempunyai kebijakan sendiri – sendiri dalam
pengelolaan isinya. Sebab, masing – masing media melayani masyarakat yang
beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Bagi Ray Eldon, Hiebert
(1985) isi media setidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1) berita dan
informasi, 2) analisis dan interpretasi 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan
masyarakat, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan.
Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media
massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai kejadian di
seluruh dunia kepada para audiense-nya. Televisi menyediakan laporan terkini
sebagai salah satu tanggung jawab menyediakan berbagai informasi kejadian di
seluruh dunia kepada penontonnya. Surat kabar menyediakan berbagai bentuk
informasi agar masyarakat memahami dan lebih tahu. Misalnya, sebagai seorang
penggemar sepak bola tentunya menginginkan hasil pertandingan, ulasan dan
kejadian lain yang berhubungan dengan sepak bola yang disajikan pada media
massa.
Isi mengandung peranan yang penting karena menurut Jakob Oetama (2001)
dalam buku “Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus” untuk
menulis berita tidak sekadar berita, perlu ditunjang kemampuan untuk menumbuh
kembangkan semangat dan kegiatan kemanusiaan dalam kegiatan jurnalistik. Berita
tidak sekadar berita, tetapi harus memiliki nilai berita yakni membuat masyarakat
gemar membaca, tergelitik untuk mengetahui lebih lanjut, memperluas cakrawala
yang merangsang kemajuan, memperkuat setia kawan kemanusiaan, dan yang
menggerakkan kemajuan kualitatif manusia.
34
Ketika media massa dengan informasi dan analisisnya memberikan ilmu
pengetahuan pada masyarakat, secara tidak langsung media sedang memfungsikan
dirinya sebagai seorang pendidik. Media massa saaat itu sedang mendidik
masyarakat. Masyarakat yang sebelumnya tidak tahu perkembangan teknologi
angkasa luar, dengan pemberitaan media massa mereka menjadi lebih tahu. Fungsi
pendidikan ini secara tidak langsung ada kaitannya dengan sosialisasi. Pendidikan itu
sama saja dengan sosialisasi suatu ilmu pengetahuan dari generasi satu ke generasi
selanjutnya.
Isi media bisa menjadi penghubung antarberbagai pihak yang menjadi sasaran
medianya, misalnya keluhan pembaca mengenai swalayan atau tempat perbelanjaan,
di saat itulah pembaca (konsumen) dihubungkan secara tidak langsung dengan
tempat perbelanjaan atau swalayan tersebut.
C. Audience
Audience (Audiense) yang dimaksudkan dalam komunikasi massa sangat
beragam, mulai dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran
atau jurnal ilmiah. Setiap audiense memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam
hal ideologi dan cara berpikir mereka. Misalnya penonton acara “Opera Van Java” di
Trans 7 akan mempunyai komentar yang berlainan terhadap pesan (program acara).
Menurut Hiebert dan kawan – kawan, audiense dalam komunikasi massa
mempunyai lima karakteristik :
1) Audiense cenderung berisi individu – individu yang condong untuk
berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara
mereka.
2) Audiense cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar ke berbagai
wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
35
3) Audiense cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan
dan kategori sosial.
4) Audiense cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.
5) Audiense secara fisik dipisahkan dari komunikator. Contoh : ketika
menonton acara “One Stop Football” di Trans 7, audiense A berada di
Bogor, audiense B berada di Jakarta
D. Umpan Balik
Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik
langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan
balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau
ada kemungkinan bisa berbicara langsung, misalnya dalam komunikasi antarpersona
yang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam komunikasi massa
umpan balik biasanya terjadi secara langsung. Artinya, antara komunikator dengan
komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang
memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Adapula contoh
umpan tidak langsung, misal ; adanya surat pembaca.
Umpan balik merupakan bagan yang direflesikan kepada sumber/ komunikan
setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. Biasanya dalam
menentukan umpan balik yang seperti apa dilihat dari rating program televisi.
E. Gangguan
Dalam gangguan dibagi menjadi 2 :
a) Gangguan Saluran
Gangguan ini disebabkan oleh faktor luar. Misalnya sepanjang
menonton acara televisi atau membaca koran ada dua pasang anak –
36
anak yang sedang berkelahi, interupsi orang pada saat membaca koran
atau menonton televisi, serta mendengarkan radio.
Salah satu solusi dalam mengatasi gangguan tersebut adalah
pengulangan acara terhadap saluran, atau pada siaran radio; penyiar
menyebutkan nomor atau suatu informasi dengan berulang – ulang.
Atau dalam meningkatkan gelombang penerima televisi atau
perangkat elektronik media, dan lain halnya.
b) Gangguan Semantik
Semantik diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata
kalimat. Pengertian gangguan semantik yaitu gangguan dalam proses
komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu
sendiri.
Cara yang menarik dalam menarik perhatian audiense dalam
penyisihan gangguan tersebut, yaitu dengan membacakan berita
singkat, jelas dan padat menggunakan metode 5 W + 1 H (biasanya di
awal berita).
Beberapa contoh gangguan semantik, seperti ; salah ucap pada saat
laporan langsung seorang reporter di lapangan tempat kejadian,
ucapan atos dalam bahasa sunda artinya selesai kalau diartikan bahasa
Jawa Tengah dan Jawa Timur berarti keras, dan sebagainya.
F. Gatekeeper
Gatekeeper pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human
Relations (1947), seorang ahli psikologi dari Australia pada tahun 1947. Kata
tersebut merupakan istilah yang berasal dari lapangan sosial, tetapi kemudian
digunakan dalam lapangan penelitian komunikasi massa. (Nurudin, 2007:118)
37
John R. Bittner (1996) mengistilahkan sebagai individu – individu atau
kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi
(massa). Jika diperluas maknanya yaitu orang yang berperan penting dalam media
massa sepertu surat kabar, majalah, televisi, radio, internet. (Nurudin, 2007:119)
Fungsi dari gatekeeper yaitu 1) menyiarkan informasi, 2) membatasi
informasi dengan mengeditnya sebelum disebarkan, 3) memperluas kuantitas
informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain; dan 4) untuk
mengintepretasikan informasi. (Nurudin, 2007:125)
G. Pengatur
Yang dimaksud dengan pengatur dalam media massa adalah mereka yang
secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur
tidak berasal dari dalam media tersebut, tetapi berasal dari luar media, namun
meskipun berada di luar media massa tersebut, mereka mampu untuk mengubah
kebijakan redaksional. Pengatur tersebut antara lain; pengadilan, pemerintah,
konsumen, organisasi professional, dan kelompok penekan, termasuk narasumber,
dan pengiklan.
Perbedaan pengatur dengan gatekeeper yaitu jika gatekeeper berada di dalam
media (part of the media institution) yang memengaruhi langsung kebijakan media.
Sementara jika pengatur itu di luar media, biasanya masyarakat atau pemerintah
(external agent of the public or government), tetapi secara tidak langsung ikut
memengaruhi kebijakan media. Contoh ; program acara “Campur Sari” yang pernah
ditayangkan di TVRI disponsori oleh Mustika Ratu (Moeryati Soedibyo), secara
tidak langsung acara tersebut akan mengikuti kebijakan dari Mustika Ratu.
38
H. Filter
Filter adalah kerangka pikir melalui mana audiense menerima pesan. Filter
ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audiense bisa melihat dunia. Dalam kaitannya
hal nyata yang dapat diterima dalam memori tergantung dengan bingkai tersebut.
Ada beberapa filter antara lain; fisik, psikologis, budaya dan yang berkaitan dengan
informasi.
Menurut Hiebert, Ungurait, dan Bohn ada tiga jenis filter : 1) filter psikogis,
2) filter fisik, 3) filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja,
sejarah politik). Semua filter tersebut mampu mempengaruhi kuantitas atau kualitas
pesan yang diterima dan respons yang dihasilkan.
2.3 Media Massa
2.3.1 Pengertian Media Massa
Media massa memiliki pengertian yaitu alat atau media penyampai pesan dari
proses komunikasi massa. Namun penulis mencatat beberapa definisi dari para ahli
yang sesuai dengan pengembangan dari bahasa karya ilmiah ini, berikut
penjabarannya : (Vera, 2008:8-9)
a) Menurut Kurniawan Junaedhie :
Media massa merupakan saluran yang digunakan oleh jurnalistik atau
komunikasi massa. Tujuannya, memanfaatkan kemampuan teknik dari media
tersebut, sehingga dapat mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada
saat yang sama. Media massa dibagi menjadi dua menurut sifatnya, media
massa tercetak dan media massa elektronik. (1991)
39
b) Menurut J. B. Wahyudi :
Media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan, pernyataan,
informasi yang bersifat umu, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif
besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, tidak terlembagakan,
perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama yaitu pesan dari media massa
yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat
itu. (1991)
Media massa harus diterbitkan secara periodik, atau siarannya secara
periodik, isi pesan harus bersifat umum, menyangkut semua permasalahan,
mengutamakan aktualitas dan disajikan berkesinambungan. Termasuk dalam
golongan ini adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.
Jadi,
dasarnya
media
massa
adalah
alat
yang
digunakan
dalam
menyampaikan pesan – pesan dalam komunikasi massa.
2.4 Televisi
2.4.1 Pengertian Televisi
Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang
diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. (Muda, 2008)
Definisi televisi adalah sesuatu media telekomunikasi populer yang dipakai
untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom
(hitam putih) ataupun warna, umumnya dilengkapi oleh suara. Televisi juga bisa
diartikan menjadi kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata
televisi adalah paduan dari kata tele ( τ ;ῆ ;λ ;ε ;, “jauh” ) dari bahasa yunani dan
visio (penglihatan) dari bahasa latin. (aietama, 2012)
40
Televisi adalah sistem elektronik yang dapat mengirim gambar diam dan
gambar hidup bersamaan dengan suara melalui kabel atau jaringan ruang. Sistem ini
memakai peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke di dalam gelombang
elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang bisa dilihat dan
suaranya yang didengar. ( soerjokanto, 2003:24 ).
Hingga televisi bisa diartikan menjadi telekomunikasi yang bisa dilihat dari
jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, sebab penemuan
ini dapat mengubah peradaban dunia. Di indonesia televisi disebut dalam bahasa
yang tidak formal yakni ; tv, tivi, teve atau tipi.
Peletak dasar utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman
yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian
disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut
melahirkan electrische teleskop atau televisi elektris.
Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat,
sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah – olah tidak ada batas antara satu
negara dengan negara lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk
memancarkan signal televisi. Inilah yang disebut sebagai globalisasi di bidang
informasi. Peristiwa yang terjadi di daratan Eropa atau Amerika atau Rusia, pada saat
yang sama dapat pula diketahui di negara – negara lain dan sebaliknya, melalui
bantuan satelit mampu memultipancarkan siarannya ke berbagai penjuru dunia tanpa
ada hambatan geografis yang berarti.
Kotak televisi yang pertama dijual pada akhir tahun 1930-an telah menjadi di
antara alat penerima komunikasi utama di dalam tempat tinggal, perdagangan dan
institusi, terutama sumber hiburan dan berita. Sejak 1970-an, kemunculan video tape,
41
kepingan laser (laser disc), dvd dan kini teknologi blu-ray juga menjadikan kotak
televisi sebagai alat untuk menayangkan hasil rekaman.
Meskipun ada pula manfaat televisi yang lain, tetapi manfaat yang sangat
utama yaitu penyiaran televisi yang menyamai sistem penyiaran radio saat dibangun
pada tahun 1920-an, memakai pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk
menyiarkan gelombang televisi ke penerima tv. Penyiaran tv umumnya disebarkan
melalui pancaran radio di dalam saluran - saluran yang ditetapkan di dalam jalur
frekuensi 54 - 890 megahertz.
Gelombang tv juga kini dipancarkan dengan suara stereo di banyak negara.
Siaran tv awal mulanya direkam dan dipancarkan di dalam bentuk gelombang
analog, namun kebelakangan ini perusahaan siaran publik (pemerintah) ataupun
swasta kini berpindah ke teknologi televisi digital.
Di dalam kotak televisi umumnya terdiri dari berbagai macam sirkuit
elektronik yang ada didalamnya, seperti jaringan penerima dan penangkap
gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tanpa penerina umumnya
disebut monitor, bukan televisi. Sesuatu sistem televisi bisa memakai berbagai
pemakaian teknologi layaknya analog (pal, ntsc, secam), digital (dvb, atsc, isdb,
dsb.) maupun definisi tinggi (hdtv).
Sistem televisi juga dipakai untuk mengamati satu peristiwa, pengontrolan
proses industri, dan panduan pemakaian senjata, di tempat-tempat yang umumnya
sangat berbahaya untuk jangkauan jarak dekat.
Adapula televisi amatir (ham tv atau atv) juga dipakai orang awam untuk
aktivitas eksperimen, acara kegembiraan dan perhormatan di bawah pengendalian
radio amatir. Stasiun tv amatir sempat dipakai pada lokasi perkotaan sebelum saat
kemunculan stasiun tv komersial.
42
2.4.2 Program Televisi
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun
televisi yang bersangkutan. Di Amerika sebuah stasiun televisi tidak memproduksi
televisi sendiri semua program siarannya. Mereka (Amerika) hanya membeli atau
memesan dari production company, jika dibandingkan dengan istilah yang dikenal di
Indonesia yaitu production house. Asumsi orang dalam bidang pertelevisian
melakukan tindakan tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak. (Muda,
2008:7)
Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual
kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih
keuntungan dari produksinya. Jika dibandingkan dengan yang dilakukan di negeri
Paman Sam hanyalah terbatas pada produksi berita dan event olah raga.
Masa kini dunia pertelevisian di Indonesia sudah mulai mengikuti jejak
perkembangan di Amerika, khususnya garapan untuk sinetron, kuis, dan beberapa
acara hiburan lainnya. Dengan cara tersebut didasari oleh pertimbangan untung dan
rugi dari bisnis yang dilakukan.
Berbeda dengan TVRI sebagai stasiun televisi milik pemerintah membuat
tayangan dari stasiun televisi tersebut (TVRI selaku production company). Di dalam
pertelevisian memang seharusnya ada perbedaan fungsi
yang dinamakan
broadcasting company dan production company. (Muda, 2008:8)
Jika tidak ada pemisahan yang baik atau dengan kata lain adanya fungsi
rangkap maka hal negatif akan timbul, seperti kesulitan dalam melakukan kontrol
tayangan, alasannya sisi psikologis yang timbul dalam pembentukan programnya.
Dalam contohnya ; pengarah acara yang biasa di lapangan untuk memproduksi
sebuah acara tertentu, lalu pada hari siaran tersebut secara kebetulan ia pula Yang
43
bertanggung jawab. Jadi dalam sisi psikologis ia tentu cukup puas terhadap hasil
produksinya, lalu kecenderungannya sang pengarah acara tersebut sulit atau tidak
mengkehendaki kritik lantaran ia yang memproduksi dan menyiarkan pula.
2.4.3 Jenis Program Televisi
Pada umumnya isi program siaran di televisi meliputi berbagai acara, namun
acara yang terdapat pada bagian bawah ini tidak bisa menjadi patokan secara luas
untuk semua program stasiun televisi, karena tergantung dari tingkat kebutuhan
stasiun televisi, kebijakan pemilik, dan sebagainya. (Muda, 2008)
a) Laporan Berita (News Reporting)
Berisikan acara program peliputan berita yang sarat dengan fakta yang
akurat, tajam, objektif, aktual, dan terpercaya dengan pemberitaan yang
meliputi politik, hukum, keamanan, ekonomi, teknologi, sosial, budaya.
b) Talk Show
Program yang mengandung hal – hal interaktif, atau dialog di mana
broadcasting televisi menghadirkan tokoh masyarakat, tokoh politik,
kesehatan, ekonomi, hukum, dan sebagainya yang berkaitan dengan tema
acara yang disajikan. Contoh : tema “Susu Tercemar” di Metro TV
menghadirkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, “Pilgub DKI Jakarta”
dengan mendatangkan kelima calon gubernur untuk berdialog membicarakan
program perencanaan pemerintah mereka, dan sebagainya.
c) Call-in Show
Program yang memberikan kesempatan bagi audiense secara langsung untuk
menelpon ke acara tersebut guna membicarakan tema yang disajikan, contoh
: “Suara Anda” di Metro TV
44
d) Dokumenter
Berisi acara mengenai rekaman jejak sejarah suatu legenda, situs, tempat
wisata, dan lainnya. Contoh : “Travelista” di Metro TV
e) Majalah atau Tabloid
Bermuatan tentang khasanah suatu daerah dengan kemasan cantik dan apik
di mana menggambarkan potensi pariwisata, budaya, kuliner, kehidupan
masyarakat, dan adat istiadat masyarakat setempat. Atau berisikan mengenai
kemasan – kemasan yang bervariasi (tergantung dari tema yang diangkat).
f) Advertising
Tayangan yang berisikan muatan yang mendidik, lucu, hiburan, dan
terkadang memberikan situasi kritik mengenai suatu hal yang berkembang di
masyarakat. Di program ini ide kreatif dari tim kreatif suatu rumah produksi
atau stasiun televisi tersebut diuji.
g) Education/ Instructional
Program untuk memberikan pembelajaran, pengarahan, perbaikan, informasi
yang berguna dalam mewujudkan tujuan negara, atau kebijakan dari
organisasi baik dalam media massa maupun pemerintahan.
h) Art & Culture
Acara yang disajikan mengenai kebudayaan suatu adat di masyarakat
tertentu, atau membahas segala kejadian yang menjadi trend baik di dalam
negeri maupun luar negeri.
45
i) Music
Program televisi yang menyajikan hiburan bagi penonton berupa konser,
akustik di dalam maupun di luar studio, dan lainnya. Dalam acara ini sering
kali digunakan ajang pemasaran bagi grup musik baru, solo, duet, band,
maupun orang – orang yang memiliki visi dan misi di bidang musik.
j) Soap Opera/ Sinetron/ Drama
Suatu penyajian program televisi dengan memberikan hiburan yang berisikan
kisah sedih, senang, cinta, dan sebagainya dalam kehidupan yang
dikembangkan sesuai tema yang ingin disajikan oleh Sutradara, produser,
siapapun yang berkecimpung dalam bidang tersebut.
k) Film Televisi/ TV Movies
Program yang disajikan dengan memberikan tayangan film yang pernah
tayang di bioskop, atau buatan dari stasiun televisi itu sendiri.
l) Game Show/ Kuis
Acara yang disiarkan di televisi melibatkan sponsor di dalamnya.
m) Lawak/ Komedi/ Situasi Komedi
Suatu bentuk situasi program di televisi yang menyajikan segala hal yang
lucu dan memberikan hiburan yang berlebih, tampilan tempat yang disajikan
biasanya di panggung (ketoprak), sketsa, klip, sinetron, stand up comedy.
n) Variety Show
Program ini lebih banyak bermuatan musik, lawak, dan kuis; contoh : acara
program yang diselenggarakan di Indosiar (“Gebyar BCA”), Trans TV
(“Extravaganza”), dan lainnya.
46
2.4.4 Program Berita Televisi
Bentuk program berita televisi memiliki beberapa bentuk, sebagai berikut :
(Arifin, 2010:74-77)
1) Writing news, berita tulis yang berupa adlips, spot news, yaitu berita pendek
dari media lain atau berita yang ditulis ulang, bisa berupa liputan reporter
yang naskah diproduksi kembali di studio.
2) News with insert, berita sisipan yaitu berita yang dilengkapi dengan sisipan
suara narasumber.
3) News feature yaitu berita atau laporan jurnalistik panjang yang lebih bersifat
human interest.
4) Phone in news yaitu berita yang disajikan langsung reporter via telepon dan
bersifat interaktif lebih khususnya pada reporter dan penyiarnya.
5) News bulletin (buletin berita) adalah gabungan beberapa berita pendek yang
disajikan dalam satu blok waktu.
6) News interview yaitu berita yang bersifat interaktif, sedapat mungkin ada
keterlibatan dengan khalayak, misalnya wawancara masyarakat sebagai
subyek pelapor yang dapat terpercaya.
7) Hard news adalah berita yang baru saja terjadi atau laporan yang saat
peristiwa tersebut terjadi masih hangat dibicarakan oleh masyarakat.
8) Soft news yaitu berita lanjutan laporan peristiwa (infotainment) yang tidak
terikat oleh waktu lebih menekan pada aspek human interest, perilaku dan
tempat – tempat yang bisa mempengaruhi banyak orang.
9) Indepth news (berita mendalam) lebih dari pada paparan fakta kepermukaan,
biasanya dikemas dalam format feature akan tetapi bisa juga dalam berita
47
sisipan, dengan syarat penekanan isinya terletak pada proses pendalaman
kasus atau tinjauan aspek dalam suatu peristiwa.
10) Breaking news adalah berita penting dan sangat banyak dibicarakan orang
yang sedang terjadi dan berita ini biasanya berkesinambungan dengan berita
yang akan datang, berita diulang dalam satu jam sekali.
11) Berita varia adalah beraneka ragam, seperti pada satu program acara berita di
RRI yaitu berita “Nusantara” ini menggambarkan suatu berita yang beraneka
ragam tentang peristiwa di beberapa daerah di wilayah Indonesia khusunya
setiap hari.
12) Straight news adalah berita yang bersifat langsung pada saat ada peristiwa
.terjadi.
13) Opinion news adalah berita opini tanggapan dari banyak khalayak.
14) Investigative news yaitu berita yang mengandung kontroversi serta dapat
merugikan masyarakat luas serta memerlukan tanggung jawab moral dan
memerlukan waktu yang panjang dan penuh kehati – hatian, keuletan,
mengandung tantangan.
15) News culture yaitu suatu pemberitaan tentang khasana dan peristiwa budaya.
16) Kalederscope news (berita akhir tahun) yang merupakan kumpulan dari
berita – berita, ekonomi, politik, sosial, budaya dalam periode satu tahun
yang disiarkan pada akhir penutupan tahun, untuk menengok peristiwa di
masa lalu (flashback), serta menjadikan pembelajaran dan evaluasi di masa
depan.
48
2.5 Berita
2.5.1 Pengertian Berita
Beberapa pengertian dari berbagai sumber mengenai berita : (Muda, 2008:21-22)
a) Menurut Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul “News
Writings” yang kemudian dikuip oleh George Fox Mott (New Survey
Journalism) meyatakan “berita dapat didefinisikan sebagai fakta yang akurat
atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”.
b) Mitchel V. Charnley dalam bukunya “Reporting” edisi III (Holt-Reinhart &
Winston, New York, 1975 halaman 44) menyebutkan bahwa “berita adalah
laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik
atau hal penting atau kedua – duanya bagi masyarakat luas”.
2.5.2 Nilai Berita
Dalam berita memiliki batasan dalam pertimbangan reporter atau wartawan
untuk tidak sekadar menulis apa yang ia lihat, alasannya tentu agar berita tersebut
menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton, karena berita sesungguhnya
memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan lainnya. Nilai berita tersebut
bergantung kepada pertimbangan sebagai berikut : (Muda,2008:29-40)
a) Waktu (Timeliness)
Waktu di sini mengandung pengertian, segala sesuatu kejadian atau peristiwa,
semakin dekat atau cepat dengan waktunya, akan lebih menarik perhatian,
dibandingkan dengan waktunya, akan lebih menarik perhatian, dibanding
dengan waktu yang lampau atau basi. Semakin dekat dengan waktu aktual,
nilai menariknya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jauh dengan waktu
kejadiannya, maka akan semakin kurang menarik perhatian pembaca. Oleh
49
karena itu setiap wartawan/ jurnalis/ reporter harus selalu mempunyai naluri
menulis dan mengirimkan beritanya yang tercepat. Mereka seolah-olah
bersaing dengan wartawan yang satu dengan yang lain.
b) Kedekatan (Proximity)
Nilai berita berupa kedekatan disini, merupakan letak tempat atau kejadian,
dekat dengan pembaca dan kedekatan keperluan atau kepentingan pembaca.
Pembaca surat kabar/majalah akan lebih tertarik membaca berita-berita yang
ada kedekatan dengannya. Begitu pula jika keperluan pembaca juga dekat
dengan apa yang diberitakan, maka ia akan lebih tertarik.
c) Prominence
Prominence artinya orang yang terkemuka. Semakin orang terkenal, maka
semakin mudah untuk menjadikannya bahan berita. Mereka itu biasanya
berasal dari kalangan seperti politik, tokoh agama, seniman, ataupun tokoh
militer. Contoh : orang di Jakarta saat ini siapa yang tak mengenal Joko
Widodo (Jokowi), setiap Jokowi melakukan blusukan ke berbagai tempat
selalu saja menjadi bahan berita dan pencarian wartawan.
d) Konsekuensi/ Consequence
Pertimbangan yang keempat adalah konsekuensi atau akibat. Pengertiannya
yaitu segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain – lain
yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak,
merupakan bahan materi berita yang menarik. Contoh : pemakaian nuklir di
negara Iran, banyak dampak yang diisukan akan terjadi jika penggunaan
nuklir berlebihan, baik itu kesehatan, maupun kerusakan infrastruktur. Oleh
karena dampak yang merugikan banyak maka sering kali menjadi bahan
peliputan.
50
e) Pertentangan (Conflict)
Suatu
kejadian
atau
hal-hal
yang
berbau
atau
mengandung
konflik/pertentangan akan menarik perhatian. Apalagi jika yang terlihat
dalam konflik tersebut orang-orang penting, cendekiawan, tokoh masyarakat,
politikus dan sebagainya. Untuk memperoleh berita yang bagus, wartawan
bisa memperoleh berita yang benar-benar menarik perhatian pembaca dari
sektor atau unsur pertentangan itu. Demikian pula
hal yang dipertentangkan nantinya akan mempengaruhi kehidupan orang
banyak, atau perubahan tata nilai yang berarti bagi suatu kehidupan manusia,
maka akan mengandung atensi atau perhatian pembaca.
f) Pembangunan (Development)
Pembangunan merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter
yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik. Materi berita yang
dipertimbangkan tentunya mengenai keberhasilan ataupun kegagalan yang
terjadi pada saat pembangunan, baik di dalam maupun luar negeri. Misal :
pembuatan jembatan Selat Sunda masih dipertanyakan sampai sekarang dan
masih menjadi perhatian bagi media.
g) Bencana dan Kriminal (Dissaster & Crimes)
Dua peristiwa ini merupakan salah satu yang menjadi daya tarik bagi
audiense atau penonton. Berita – berita mengenai gempa bumi, tsunami, dan
bencana lainnya, termasuk kriminal menjadi sorotan karena menyangkut
masalah keselamatan manusia, dan kebutuhan utama manusia.
h) Cuaca (Weather)
Di Indonesia memang tidak terlalu nampak peliputan mengenai cuaca, namun
jika dibandingkan dengan luar Indonesia maka akan membutuhkan informasi
51
mengenai cuaca. Seperti halnya di Amerika Serikat terdapat saluran televisi
kabel yang menyiarkan cuaca secara terus menerus selama 24 jam, yaitu The
Weather Channel (TWC).
i) Olah Raga (Sport)
Pertimbangan mengenai bidang olah raga sudah lama memiliki daya tarik,
seperti negara – negara maju (Amerika, Eropa) sudah sering menanyangkan
acara olah raga, seperti NBA di Amerika, sepak bola di liga Inggris. Tidak
kalah juga dengan di Indonesia yang notabene terkenal akan jenis olah raga
badminton dan sepak bola sering menyiarkan pertandingan tersebut secara
langsung.
Untuk memberikan informasi yang baik, menarik dan akurat, penyiar dan
reporter khusus olah raga disiapkan dengan spesialisasi di bidang olah raga
ini.
j) Human Interest
Kisah – kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih,
senang, susah, dramatis, aneh, dan ironis merupakan peristiwa menarik dari
segi human interest. Oleh karena itu human interest adalah berita – berita
yang dapat menyentuh perasaan, pendapat, dan pikiran manusia. Objeknya
bisa berupa manusia sendiri, hewan, atau benda lainnya.
Dalam kisah human interest di televisi lebih menarik dibandingkan dengan
media lain, karena dapat memperlihatkan objek penderitanya (peran yang
mengalami) dengan jelas, serta audiense dapat langsung merasakannya.
52
2.5.3 Jenis Berita
Dalam berita, terbagi menjadi beberapa topik atau persoalan,antara lain:
(Barus, 2010)
a.
Politik : berita yang menyangkut kegiatan politik atau peristiwa di
sekitar masalah-masalah ketatanegaraan dan segala hal yang berhubungan
dengan urusan pemerintahan dan negara.
b.
Ekonomi : berita yang mencakup aspek perdagangan, finansial,
perindustrian, pertambangan, perbankan, tenaga kerja, dunia usaha, valuta
asing, dan pasar modal.
c.
Hukum dan Peradilan : pada surat kabar biasanya muncul
perbincangan dan polemik tentang keabsahan produk hukum, penilaian
tentang kualifikasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen para penegak
hukum.
d.
Kriminal : berita mengenai peristiwa perampokan, pemerkosaan,
pembunuhan, pembajakan, terorisme, atau narkoba.
e.
Kecelakaan : mencakup bencana alam, kecelakaan lalu lintas,
kebakaran, dll.
f.
Seni dan Budaya : mencakup pagelaran kesenian, pertunjukan
drama, diskusi seni dan budaya, dsb.
g.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : berkaitan dengan penemuan-
penemuan baru, inovasi, teori baru, hasil survei, laporan hasil penelitian,
laporan pidato ilmiah seorang profesor, dll.
h.
Olahraga : berita mengenai kegiatan olahraga yang ada.
i.
Berita lainnya : berita menarik yang lebih kepada human interest.
53
2.6 Proses Produksi Program Televisi
Suatu program dihasilkan melalui proses produksi yang memerlukan banyak
peralatan, dana, dan tenaga dari berbagai profesi kreatif. Proses produksi itu sendiri
terdiri atas tiga bagian utama; yaitu: (Morissan, 2008:270-271)
1.
Tahap Pra Produksi atau Perencanaan
Kegiatan mulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan
pelaksanaan pengambilan gambar (shooting). Dalam perencanaan ini
terjadi proses interaksi antara kreativitas manusia dengan peralatan
pendukung yang tersedia. Baik buruknya proses produksi akan sangat
ditentukan oleh perencanaan di atas kertas. Perencanaan di atas kertas
merupakan imajinasi yang dituangkan di atas kertas yang nantinya akan
diproduksi di lapangan. Apa yang direncanakan di atas kertas itulah yang
akan dibuatkan audiovisualnya sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
2.
Tahap Produksi
Hal-hal yang termasuk dalam kegiatan pra produksi antara lain
penuangan ide (gagasan) ke dalam outline, penulisan skrip/scenario,
storyboard, program meeting, peninjauan lokasi pengambilan gambar,
production
meeting,
technical
meeting,
pembuatan
dekor
dan
perencanaan lain yang mendukung proses produksi dan pasca produksi.
Namun demikian harus diingat, apa yang direncanakan di atas kertas
dalam pelaksanaannya di lapangan sering menyimpang karena berbagai
alasan, misalnya pengambilan gambar tertunda karena hujan atau alasan
teknis lainnya. Maka dalam perencanaan pembiayaan perlu ditambahkan
dana untuk biaya tak terduga, pemain cadangan dan sebagainya. Kegiatan
54
pengambilan gambar (shooting) baik di studio maupun di luar studio.
Proses pengambilan gambar (shooting) bisa dilakukan secara langsung
pada saat program televisi disiarkan (live), namun pengambilan gambar
juga bisa dilakukan dengan taping. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang
setelah kegiatan pengambilan gambar selesai dilakukan. Jika terdapat
kesalahan maka pengambilan gambar dapat diulang kembali.
3.
Tahap Pasca Produksi
Kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan
selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali.Kegiatan yang termasuk
dalam tahap pasca produksi adalah penyuntingan (editing), memberi
ilustrasi, musik, efek, evaluasi dan lain-lain.
2.7 Gatekeeper
Gatekeeper memiliki istilah “individu – individu atau kelompok orang yang
memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. Jika diperluas
maknanya yang disebut dengan gatekeeper adalah orang yang berperan penting
dalam media massa, seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, video
tape,compact disk dan buku. (John R. Bittner, 1996 dikutip dari penulis Nurudin,
2007:118)
Penjaga gawang (gate keeper): seorang gatekeeper adalah orang yang dengan
memilih, mengubah, dan menolak pesan dapat mempengaruhi aliran informasi
kepada seseorang atau sekelompok orang. Gatekeeper dalam media massa terdiri dari
penerbit majalah, editor surat kabar, manager stasiun radio siaran, produser berita
televisi, produser film, dan lain – lain (Vera, 2008). Variabel – variable yang
menentukan keputusan penjaga gawang yaitu :
55
a) Ekonomi : media hanya membuat acara/ memuat berita sesuai dengan
keinginan konsumen agar tidak gulung tikar.
b) Pembatasan legal : UU yang mengatur suatu penyiaran/ penerbitan.
Contoh : Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Periklanan, dan lain-lain.
c) Batas waktu/ deadline :berhubungan dengan aktualitas berita. Karena
sesuai dengan ciri dari komunikasi massa maka informasi yang
kadaluarsa tentu sudah tidak menarik lagi untuk disebarluaskan.
d) Etika : berhubungan dengan moral dan etika.
e) Kompetisi
:
persaingan
dengan
media
lain
dapat
menjadi
pertimbangan dalam menentukan berita mana yang layak dimuat.
f) Nilai berita : insentias suatu berita dibandingkan dengan berita –
berita lain yang tersedia.
g) Reaksi terhadap feedback : apakah informasi yang disampaikan
kepada
khalayak
nantinya
akan
menimbulkan
gejolak
atau
menyinggung sekelompok orang atau golongan tertentu.
Semua saluran media massa memiliki sejumlah gatekeeper. Mereka
memainkan peran dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan atau
mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan.
Mereka pun bisa menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu
gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang lain.
Gatekeeper itu sedemikian penting sehingga menjadi ciri dalam komunikasi
massa karena sebagaimana kita ketahui, bahan-bahan, peristiwa atau data yang
menjadi bahan mentah pesan yang akan disiarkan media massa itu beragam dan
sangat banyak. Tentu tidak semua akan disiarkan media massa itu. Di sinilah perlu
ada pemilahan, pemilihan dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan.
56
Misalnya, televisi sangat berkepentingan untuk melihat gerak isyarat dari para
kandidat calon presiden ketika melakukan kampanye. Sementara pihak media cetak
hanya bisa menceritakannya, atau didukung oleh foto, tetapi tidak semua bisa
diambil. Media cetak perlu memilih mana gerak yang paling menarik. Perbedaan
demikian akan mempengaruhi pesan-pesan yang disebarkan.
Fungsi dari gatekeeper yaitu : 1) memilah/ menyeleksi informasi untuk
disiarkan; 2) untuk membatasi informasi dengan mengeditnya sebelum disebarkan;
3) untuk memperluas kuntitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan
lain; dan 4) untuk mengintepretasikan informasi (John R. Bittner, 1996) yang dikutip
dari Nurudin (2007:125).
Ray Eldon Hiebert (1985) mencoba menguraikan perbedaan antara
komunikator dengan gatekeeper (dalam media massa), yakni seseorang yang
menciptakan atau membuat sesuatu disebut sebagai komunikator, sedangkan jika
seseorang mengevaluasi ciptaan orang lain ia adalah gatekeeper. Jadi, individu yang
sama bisa jadi mempunyai dua fungsi, sebagai komunikator dan sebagai gatekeeper
dalam waktu yang sama. (Nurudin, 2007:119).
Gatekeeper mempunyai efek potensial di dalam proses komunikasi massa,
khususnya jika media yang seharusnya milik masyarakat itu dikontrol dan
dikendalikan oleh kekuatan “elite minoritas” dengan melarang hak publik untuk
mengetahui. Misalnya, “elite minoritas” itu adalah pemilik modal. Pemilik modal
berharap apa yang disiarkan sesuai dengan kebijakannya.
Gatekeeper selalu memilih berita dengan selektif, aktual dan objektif.
Tindakan tersebut dinamakan gatekeeping, atau dalam istilahnya secara luas telah
digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan di mana seleksi dibuat dalam
kerja media, terutama keputusan mengenai apakah diboleh atau tidak sebuah laporan
57
berita tertentu melewati ‘pintu’ media berita ke dalam saluran berita. (Reese dan
Ballinger, 2001) yang dikutip dari McQuail bagian 2 (2011:43).
Selalu yang dilakukan dalam gatekeeping mencakup memberikan penekanan
materi berita tertentu (isi materi berita), memilih fakta dengan beberapa
pertimbangan, menyeleksi berita, menambahkan berita, serta penapisan informasi.
Manheim
(1998)
mengelompokkan
pengumpulan
berita
jurnalistik
berdasarkan dua jenis dominan dan dua jenis subside. Jenis pertama adalah
‘pemburu-pengumpul’, merujuk pada sekumpulan fenomena yang terlihat sebagai
berita potensial, dan bahwa ‘kultivasi’yang merujuk pada sistem yang ‘berirama’
bagi kumpulan berita yang terencana dan penggunaan yang cerdas atas sumber yang
akrab. Hal ini membutuhkan aktivitas positif. Dua jenis yang lain relative jarang dan
merujuk pada jurnalisme ‘investigasi’ dan ‘komersial’, tetapi jenis ini juga
berdasarkan asumsi berita terjadi secara natural. (McQuail, 2011)
Josep A. Devito (1997) menggambarkan proses gatekeeping, sebagai berikut :
Gambar 2.1 Skema Gatekeeper (Joseph A. Devito, 1997)
Skema di atas menjelaskan pesan-pesan (M1, M2, M3) diterima oleh
gatekeeper dari berbagai sumber yang berbeda (S1, S2, S3). Dalam hal ini pesan
diseleksi oleh gatekeeper. Selanjutnya gatekeeper selektif menyampaikan pesanpesan tersebut (MA, MB, MC) kepada komunikan yang berbeda (R1, R2, R3). Aspek
58
terpenting yang harus diperhatikan melelui proses ini adalah bahwa pesan-pesan
yang diterima gatekeepers (M1, M2, M3) tidak sama dengan pesan-pesan yang
dikirim oleh gatekeepers (MA, MB, MC). (Nurudin, 2007)
2.8 Hirarki Pengaruh
Isi pesan media sangat dipengaruhi oleh berbagai pengaruh internal dan
eksternal yang dialami media masa sebagai organisasi. Pengaruh yang diberikan
media kepada masyarakat atau sebaliknya sangat bergantung pada bagaimana media
bekerja. Dalam hal ini McQuail (2000) menyatakan :
“Only by knowing how the media themselves operate can we understand how
society influences the media and vice versa” ( Hanya dengan mengetahui
bagaimana media bekerja, maka kita dapat memahami bagaimana masyarakat
mempengaruhi media atau sebaliknya). (Morissan, 2008)
Jika pada masa lalu, media massa cenderung disalahkan karena efek yang
ditimbulkannya atau objektivitas beritanya yang diragukan, maka dewasa ini muncul
pengertian yang lebih baik terhadap media massa. Secara bertahap perhatian juga
diberikan pada isi media massa yang bersifat nonberita seperti drama, musik, dan
hiburan.
Organisasi media, di mana isi pesan media dibuat, memiliki peran penting
sebagai penghubung dalam proses mediasi yang digunakan masyrakat untuk
membahas dan mengembangkan dirinya. Kekuatan yang memengaruhi isi media
massa mencakup beberapa faktor, seperti proses globalisasi, konglomerasi, dan
fragmentasi media serta munculnya teknologi dalam distribusi isi media dengan
munculnya televisi kabel, jaringan satelit, dan jaringan telekomunikasi. Faktor –
59
faktor struktural media misalnya, ukuran media, bentuk kepemilikan dan bagaimana
fungsi media dalam industri informasi dan hiburan memiliki konsekuensi langsung
terhadap perilaku media. Dalam hal ini ‘perilaku’ mengacu pada segala kegiatan
sistematis yang akan memengaruhi tindakan atau kinerja yang terkait dengan jenis
dan jumlah isi media yang dihasilkan dan ditawarkan kepada khalayak. Perlu melihat
pula tidak hanya faktor – faktor internal media tetapi juga pada hubungan media
dengan organisasi lainnya dan juga masyarakat secara keseluruhan sebagaimana
dikemukakan oleh McQuail : (Morissan, 2008)
“Structural features (for instance, size, forms of ownership and mediaindustrial function) can be seen as as having direct consequences for the
conduct of particular media organizations. Conduct refers to all the
systematic activities that in turn affect performance, in the sense of the type
and relatice amount of media content produced and offered to audiences.
[Faktor struktural (misalnya, ukuran, bentuk kepemilikan dan fungsi industri
media) memiliki konsekuensi langsung terhadap perilaku organisasi media.
Perilaku mengacu pada segala kegiatan sistematis yang mempengaruhi
tindakan/ kinerja yang terkait dengan jenis dan jumlah isi media yang
dihasilkan dan ditawarkan kepada audien].
Dalam memahami produksi media secara logis dapat menggunakan suatu
kerangka kerja analisis yang dinamakan level analisis, analisis ini dapat membantu
mengindentifikasikan berbagai tahapan pekerjaan dan interaksi atau hubungan di
antara unit atau bagian organisasi media, atau hubungan antarmedia dan hubungan
antara industri media dan dunia di luarnya.
60
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dihubungkan dengan penjelasan dari
Dimmick dan Coit (1982), yang menjelaskan suatu hirarki yang terdiri atas sejumlah
level atau tingkatan di mana pada setiap level terdapat organisasi atau individu yang
memberikan pengaruhnya pada media massa, yaitu : (Morissan, 2008)
1. Suprasional
(lembaga
regulasi
internasional
atau
perusahaan
multinasional).
2. Pemerintah (termasuk berbagai lembaga sosial nasional).
3. Masyarakat (termasuk partai politik).
4. Industri media (perusahaan media pesaing, pemasang iklan).
5. Supra-organisasi (rantai bisnis dan konglomerasi).
6. Komunitas (kota, bisnis lokal).
7. Intra-organisasi (kelompok atau departemen dalam organisasi).
8. Individu (peran, latar belakang sosial, sikap pribadi, jenis kelamin, etnis).
McQuail mengajukan suatu hirarki yang terdiri atas lima level atau tingkatan
dimulai dari internasional sebagai level tertinggi hingga individu/ peran sebagai level
terendah. Level yang tinggi memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan
dengan level terendah : (Morissan, 2008)
1. Internasional.
2. Masyarakat.
3. Medium/ industri/ institusi.
4. Organisasi
5. Individu/ peran (komunikator massa).
Menurut McQuail, kelima level tersebut dalam realitasnya tidak mesti harus
terwujud dalam susunan yang persis sama, namun model tersebut lebih berfungsi
menjelaskan atau menunjukkan suatu tinjauan terhadap media massa berdasarkan
61
perspektif sosial-sentris yang berpandangan bahwa media bergantung pada
masyrakat. Model ini juga dapat dilihat sebagai gambaran adanya keseimbangan
kekuatan yang bersifat umum.
Shoemaker dan Reese (1991), mengemukakan lima hipotesis mengenai faktor
– faktor yang berpengaruh terhadap isi media massa melalui pernyataannya, yaitu :
(Morissan, 2008)
1) Isi media mencerminkan realitas sosial (media massa sebagai cermin
masyarakat).
2) Isi media dipengaruhi oleh sosialisasi dan sikap para pekerja media atau
disebut juga dengan ‘pendekatan yang berpusat pada diri komunikator’
(communicator centred approach).
3) Isi media dipengaruhi oleh rutinitas organisasi media.
4) Isi media dipengaruhi oleh berbagai lembaga dan kekuatan sosial.
5) Isi media merupakan fungsi ideologi dan upaya untuk mempertahankan
status quo (pendekatan hegemonik).
Gerbner (1969) menggambarkan komunikator massa bekerja di bawah
tekanan yang berasal dari berbagai ‘peran kekuatan’ (power roles) termasuk klien
(pemasang iklan), pesaing (dari media lain), pihak berwenang (khususnya terkait
dengan hukum dan politik), para ahli, lembaga lainnya dan audien. Gebner
menyatakan bahwa: (Morissan, 2008)
“Walau secara analisis berbeda, namun jelas peran kekuasaan dan jenis
pengaruh dalam realitasnya tidak terpisah dan terisolasi. Sebaliknya, mereka
sering kali bergabung, tumpang-tindih, dan saling menembus. Akumulasi
peran kekuasaan dan kemungkinan adanya pengaruh menjadikan organisasi
62
media tertentu memiliki posisi dominan dalam komunikasi massa di
masyarakat.”
Berdasarkan gagasan tersebut dan juga berdasarkan berbagai riset yang telah
dilakukan, McQuail mengajukan skema yang berlaku umum di semua media yang
menjelaskan berbagai kekuatan yang memengaruhi organisasi media dan pada
akhirnya memengaruhi isi media. Terdiri dari tiga pihak yang memiliki pengaruh
paling besar dalam organisasi media massa, yaitu :
1. Pihak manajemen.
2. Profesional media.
3. Pendukung teknik atau teknologi.
Ketiga pihak tersebut berada di tengah medan pertarungan di mana mereka
harus membuat keputusan di tengah berbagai hambatan, batasan, dan tuntutan serta
berbagai upaya untuk memasukkan pengaruh dan kekuasaan ke dalam organisasi
media. Berikut skema penjabarannya : (Morissan, 2008)
‘
Peristiwa dan pasokan informasi
dan budaya
Tekan
an
ekono
mi
Pesaing
Manajemen
Agen berita/
informasi
Teknikal
Pemilik
Profesional
media
Serikat
pekerja
Distribusi saluran
Minat/ kebutuhan
Audien
Kontrol
politik/hukum
Kelompok
penekan
Lembaga
sosial lainnya
Tekan
an
sosial
dan
politik
63
Gambar 2.2 Pengaruh Isi Media
Menurut McQuail, berbagai tekanan, hambatan, dan tuntutan yang membatasi
gerak media tidak seluruhnya bersifat negatif tetapi dapat juga bersifat positif yang
justru menjadi sumber pembebasan (misalnya, kebijakan pemerintah yang
melindungi kebebasan media dari tekanan), dengan kata lain tekanan yang diterima
media sebagai suatu yang wajar bahkan perlu. Organisasi yang tidak menerima
tekanan justru menunjukkan bahwa media tersebut dipandang tidak penting oleh
masyarakat, atau seperti yang dikemukakan McQuail “Lack of external pressure
would probably indicate social marginality or insignificane”. (Morissan, 2008:249)
Berdasarkan gagasan Engwall (1978), McQuail mengidentifikasi adanya lima
jenis hubungan atau relasi yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan
pemahaman mengenai berbagai kondisi yang memengaruhi kegiatan organisasi
media dan peran komunikator massa di dalamnya. Kelima jenis hubungan atau relasi
tersebut antara lain : 1) hubungan media dengan masyarakat; 2) hubungan dengan
pemilik, klien, pemasok; 3) dengan kelompok penekan; 4) internal organisasi; dan 5)
hubungan media dengan audien. (Morissan, 2008:250)
Kelima hal di atas memberikan pengembangan bahasan khusus mengenai
hubungan media massa dengan tujuh pihak berpengaruh dan menjelaskan bagaimana
kekuatan masing – masing saling berinteraksi dengan media massa, adapun ketujuh
pihak tersebut yaitu : (Morissan, 2008:250)
1. Penguasa/ pemerintah.
2. Masyarakat umum.
3. Kelompok penekan.
4. Pemilik.
5. Pemasang iklan.
64
6. Audien.
7. Internal Organisasi.
Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh
yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996), dalam Mediating
The Message: Theories of Influences on Mass Media Content, menyusun berbagai
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan.
Mereka mengidentifikasikan ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi
dalam menentukan isi media, sebagai berikut: (Kriyantono, 2010:253)
1. Faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang
profesional dari pengelola media. Level individual melihat bagaimana
pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi
pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang
individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, dan sedikit banyak
mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Latar belakang pendidikan,
atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa
mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media. Misalnya :
wartawan, editor, kamerawan, dan lainnya.
2. Rutinitas media, berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan
berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran sendiri tentang apa
yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria
kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap
hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di
dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme
bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang
harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses
65
dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa
penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya.
3. Organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi
yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan
wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia
sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu . Masing-masing
komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan
sendiri - sendiri. Di dalam organisasi media, misalnya, selain bagian
redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian
umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian tersebut tidak selalu
sejalan. Mereka mempunyai tujuan dan target masing-masing, sekaligus
strategi yang berbeda untuk mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi
misalnya menginginkan agar berita tertentu yang disajikan, tetapi bagian
sirkulasi menginginkan agar berita lain yang ditonjolkan karena terbukti
dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi berita, selain mempunyai
banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri,
berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan
bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita.
4. Ekstra media. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar
media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar
organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi
pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam
lingkungan di luar media:
a)
Sumber berita. Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai
pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga
66
mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai
alasan: memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu
kepada khalayak, dan seterusnya. Sebagai pihak yang mempunyai
kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan.
Ia akan memberikan informasi yang sekiranya baik bagi dirinya, dan
mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan
sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh media.
b)
Sumber penghasilan media, berupa iklan, bisa juga berupa
pelanggan/pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan
hidup kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya
yang
menghidupi
mereka.
Misalnya
media
tertentu
tidak
memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan.
Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan versinya
pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu
dilakukan di antaranya dengan cara memaksa media mengembargo
berita yang buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut
mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan
terbukti mendongkrak penjualan, akan terus-menerus diliput oleh
media. Media tidak akan menyia-nyiakan momentum peristiwa yang
disenangi oleh khalayak.
c)
Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh
ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan
eksternal media (baca teori normatif komunikasi massa, dan teori
makro). Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah
menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita apa yang
67
disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang demokratis
dan menganut liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada,
justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis.
5. Ideologi, diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi
tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana
mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang
tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan
konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas.
2.9 Kerangka Berpikir
Produksi Program
“Metro Siang”
Program “Metro Siang”
Faktor Yang Mempengaruhi Isi Berita
Program “Metro Siang”
1.
2.
3.
4.
5.
Pengaruh Individu
Pengaruh Rutinitas Media
Pengaruh Struktur Organisasi
Pengaruh Ekstra Media
Pengaruh Ideologi
Audiense
“Metro Siang”
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Download