pengaruh beberapa indeks saham dan indikator

advertisement
TESIS
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN
INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP
KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
I GUSTI AGUS ANDIYASA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN
INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP
KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
I GUSTI AGUS ANDIYASA
NIM : 1190662003
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN
INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP
KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI AGUS ANDIYASA
NIM : 1190662003
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
Lembar Pengesahan
Tesis Ini Telah Disetujui
Tanggal: 9 Januari 2014
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM
NIP. 196200221987021002
Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak
NIP. 197304202000122001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Manajemen
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si
NIP. 195908011986012001
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 195902151985102001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal: 6 Januari 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No.: 3209/H14.4/HK/2013 Tanggal: 15 November 2013
Ketua: Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM
Anggota:
1. Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak
2. Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS
3. Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si
4. Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., M.Si
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: I GUSTI AGUS ANDIYASA
NIM
: 1190662003
PROGRAM STUDI
: MANAJEMEN
JUDUL TESIS
: PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN
INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP
KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 9 Januari 2014
(I Gusti Agus Andiyasa)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara
nugraha-Nya/karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM,
pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,
semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister
Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesarbesarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak,
pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister
di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A.
Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti
Bagus Wiksuana, SE., MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
Program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima
kasih kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si, Ketua Program Magister
Manajemen Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula
kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS, Dr.
Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si, dan Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., M.Si yang
telah memberikan masukan, saran, sanggahan. dan koreksi sehingga tesis ini dapat
terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing
penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan
terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan
penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga
tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis
sampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta yang telah memberikan
dorongan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar,
Penulis
vi
ABSTRAK
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN
INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP
KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
Pasar Modal Indonesia mulai berkembang sangat pesat sejak akhir tahun
1988 sejalan dengan adanya rangkaian deregulasi perbankan dan pasar modal
pada tahun 1986-1988. Hal ini ditambah lagi dengan makin bertambahnya dana
asing yang masuk ke Indonesia yang akhirnya menyebabkan investor asing lebih
dominan di Pasar Modal Indonesia. Dengan semakin berkembangnya kerja sama
ekonomi regional maupun global, ekonomi dunia semakin terintegrasi dari tahun
ke tahun. Kejadian yang terjadi di negara lain akan berdampak pula ke negara
Indonesia tak terkecuali ke industri pasar modal. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia (IHSG).
Beberapa indeks saham global yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai (SSE), indeks UK:FT100
yang datanya diambil bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012. Indikator
ekonomi global yang digunakan dalam penelitian ini meliputi harga minyak
dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR yang datanya diambil bulanan dari
Januari 2008 sampai Desember 2012. Untuk mengetahui apakah beberapa indeks
saham dan indikator ekonomi global mempunyai pengaruh positif atau negatif
terhadap IHSG, alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa indeks Dow
Jones, indeks Shanghai, dan indeks UK:FT100 berpengaruh positif terhadap
pergerakan IHSG, sedangkan variabel indeks Nikkei 225, harga minyak dunia,
harga emas dunia, dan kurs USD/IDR berpengaruh negatif terhadap pergerakan
IHSG.
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang pengaruh beberapa
indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap kondisi Pasar Modal
Indonesia dapat menambahkan variabel indeks negara-negara Asia Pasific lainnya
seperti: indeks Hangseng (Hongkong), indeks Kospi (Korea Selatan), indeks BSE
(India) dan variabel makro ekonomi seperti: inflasi, BI rate, PDB (Produk
Domestik Bruto).
Kata Kunci: Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai (SSE),
Indeks UK: FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs
USD/IDR
vii
ABSTRACT
THE INFLUENCES OF SEVERAL GLOBAL STOCK INDICES AND
ECONOMIC INDICATORS TO THE CONDITION OF INDONESIAN
CAPITAL MARKET
Indonesian Capital Market very rapidly began to grow since the end of
1988 in line with a series of deregulations of banking and capital markets in 19861988. Both of these deregulations, which followed by the inflow of the foreign
funds to Indonesia, eventually led to the dominance of the foreign investors in
Indonesian Capital Market. With the developing movement of the regional
economic and global economic cooperation, has led to increasingly the integrated
of the world economy year by year. This economic conditions bring the
progressive impact to all of the countries included Indonesia, which no exception
to the capital markets industry. The main purpose of this study is to determine the
effect of a stock indices and global economic indicators to the condition of
Indonesian Capital Market (IHSG).
The global stock indices that used in this study are: the Dow Jones index,
Nikkei 225 index, Shanghai Composite Index (SSE), and UK : FT100 index,
which taken monthly from January 2008 until December 2012. The Global
economic indicators that used in this study include oil prices, gold prices, and the
exchange rate USD / IDR that taken monthly from January 2008 until December
2012. To determine whether a stock index and global economic indicators have a
positive or negative effect on IHSG, a tool already used in this study, which is
using multiple linear regression analysis.
The results of this study indicate that the Dow Jones index, Shanghai
index, and UK : FT100 index significantly give the positive effect to IHSG, while
the Nikkei 225 index variable, world oil prices, gold prices, and the exchange rate
USD/IDR giving negative effect to IHSG.
Future studies wishing to examine the influence of multiple indices and
global economic indicators of the condition of the Indonesian capital market can
add a variable index of Asia Pacific countries such as: Hang Seng Index (Hong
Kong), Kospi Index (South Korea), BSE index (India) and macroeconomic
variables such as: inflation, BI rate, GDP (Gross Domestic Product).
Keywords: Dow Jones Index, Nikkei 225 Index, Shanghai Composite Index
(SSE), UK : FT100 Index, World Oil prices, World Gold prices,
Exchange Rate USD / IDR
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................. i
PRASYARAT GELAR ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv
PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................... 14
1.2
Tujuan Penelitian..................................................................................... 14
1.3
Manfaat Penelitian................................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori ............................................................................................. 16
2.1.1 Investasi................ ................................................................................... 16
2.1.2 Pasar Modal..... ........................................................................................ 17
2.1.3 Bursa Efek...... ......................................................................................... 21
2.1.4 Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................... 22
2.1.5 Indeks Saham Global .............................................................................. 27
2.1.6 Indikator Ekonomi Global ....................................................................... 31
2.2
Empiris Variabel Penelitian..................................................................... 37
2.2.1 Pengaruh beberapa indeks saham global terhadap indeks harga saham . 37
2.2.2 Pengaruh indikator ekonomi global terhadap indeks harga saham ......... 41
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir dan Konseptual ......................................................... 46
3.2
Hipotesis Penelitian ................................................................................. 50
3.2.1 Pengaruh Perubahan Indeks Dow Jones terhadap Pergerakan IHSG...... 50
3.2.2 Pengaruh Perubahan Indeks Nikkei 225 terhadap Pergerakan IHSG ..... 51
3.2.3 Pengaruh Perubahan Indeks Shanghai terhadap Pergerakan IHSG ........ 52
3.2.4 Pengaruh Perubahan Indeks UK:FT100 terhadap Pergerakan IHSG ...... 53
3.2.5 Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia terhadap Pergerakan IHSG . 54
3.2.6 Pengaruh Perubahan Harga Emas Dunia terhadap Pergerakan IHSG .... 54
3.2.7 Pengaruh Perubahan Kurs (USD/IDR) terhadap Pergerakan IHSG ....... 55
ix
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 57
4.2
Variabel Penelitian .................................................................................. 57
4.2.1 Klasifikasi Variabel ................................................................................. 57
4.2.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 58
4.3
Pengumpulan Data .................................................................................. 62
4.3.1 Jenis Data Menurut Sifatnya ................................................................... 62
4.3.2 Jenis Data Menurut Sumbernya .............................................................. 63
4.4
Metode Analisis Data .............................................................................. 63
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 64
4.4.2 Uji F......................................................................................................... 67
4.4.3 Uji t............................ .............................................................................. 68
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian ....................................................................................... 69
5.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..................................................................... 69
5.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian .................................................................. 70
5.1.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 80
5.1.4 Uji Hipotesis ............................................................................................ 86
5.2
Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 94
5.2.1 Hipotesis 1 ............................................................................................... 94
5.2.2 Hipotesis 2 ............................................................................................... 95
5.2.3 Hipotesis 3 ............................................................................................... 96
5.2.4 Hipotesis 4 ............................................................................................... 96
5.2.5 Hipotesis 5 ............................................................................................... 97
5.2.6 Hipotesis 6 ............................................................................................... 97
5.2.6 Hipotesis 7 ............................................................................................... 98
5.3
Implikasi Penelitian ................................................................................. 99
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan................................................................................................. 100
6.2
Saran ....................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 103
LAMPIRAN ...................................................................................................... 108
x
DAFTAR TABEL
No.
Tabel
1.1
Pertumbuhan Rata-Rata Indeks Harga Saham di Beberapa
Negara Periode tahun 2006 – 2012 ..................................................
2
1.2
Proporsi Kepemilikan Saham di Pasar Modal Indonesia .................
6
4.1
Tabel Durbin-Watson (D-W) ........................................................... 66
5.1
Statistik Deskriptif Variabel Dependen dan
Variabel Independen ........................................................................ 71
5.2
Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 81
5.3
Nilai Durbin-Watson ........................................................................ 83
5.4
Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................. 84
5.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 85
5.6
Koefisien Determinasi ..................................................................... 86
5.7
Uji F ................................................................................................. 87
5.8
Uji t .................................................................................................. 89
xi
Halaman
DAFTAR GAMBAR
No.
Gambar
Halaman
1.1
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun
2002-15 Maret 2013 .........................................................................
4
1.2
Best Ten, Share of World GDP (%) 2012........................................
7
1.3
Sepuluh Besar Tujuan Eksport Indonesia (YoY) Periode Maret
2012 dan Maret 2013 .......................................................................
9
3.1
Kerangka Berpikir ............................................................................ 48
3.2
Kerangka Konseptual ....................................................................... 49
5.1
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun
2008 – 2012...................................................................................... 72
5.2
Pergerakan Indeks Dow Jones periode tahun 2008-2012 ................ 73
5.3
Pergerakan Indeks Nikkei 225 periode tahun 2008-2012 ................ 74
5.4
Pergerakan Indeks Shanghai periode tahun 2008-2012 ................... 75
5.5
Pergerakan Indeks UK:FT100 periode tahun 2008-2012 ................ 76
5.6
Pergerakan Harga Minyak Dunia periode tahun 2008-2012 ........... 77
5.7
Pergerakan Harga Emas Dunia periode tahun 2008-2012 ............... 78
5.8
Pergerakan Kurs USD/IDR periode tahun 2008-2012..................... 80
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Nama Lampiran
Halaman
1
Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai,
Indeks UK:FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia,
Kurs USD/IDR, IHSG periode
Januari 2008 – Desember 2012 ........................................................ 108
2
Grafik Pergerakan IHSG, Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225,
Indeks Shanghai, Indeks UK:FT100, Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Kurs USD/IDR ................................................ 111
3
Hasil Uji Statistik Deskriptif, Uji Multikolinearitas,
Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi,
Regresi Linear Berganda.................................................................. 115
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pasar modal secara etimologi merupakan tempat bertemunya antara
pembeli dan penjual untuk memperjualbelikan modal atau efek dengan risiko
untung dan rugi. Pasar modal dapat digunakan sebagai sarana perusahaan
untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham
atau mengeluarkan obligasi (Hartono, 2009). Pasar Modal selain memberikan
keuntungan kepada
perusahaan penerbit
surat berharga, dapat juga
memberikan peluang keuntungan kepada investor. Pada satu sisi para penerbit
(issuer atau emiten) melalui pasar modal dapat mengumpulkan dana jangka
panjang untuk menunjang kelangsungan usaha, sedangkan bagi para investor,
berinvestasi melalui pasar modal memberikan pilihan yang menarik. Investor dapat
memilih obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat
risiko yang dihadapi.
Pasar modal di Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan
tempatnya sebagai bagian dalam instrumen perekonomian, dimana indikasi
yang dihasilkannya banyak dipicu oleh para peneliti maupun praktisi dalam
melihat gambaran perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut juga telah
ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia
yang semakin meningkatkan
komitmennya terhadap peran pasar modal melalui Undang-Undang Republik
Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, dimana dinyatakan
1
2
didalamnya bahwa pasar modal memiliki peran yang strategis dalam
pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber bagi dunia usaha dan
wahana investasi bagi masyarakat.
Terkait mengenai pasar modal di Indonesia, maka dapat dikatakan
bahwa pasar modal di negara Indonesia merupakan pasar yang sedang
berkembang dengan pesat. Pertumbuhan dari harga saham yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang tercermin dalam pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) telah menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih baik
dibandingkan regionalnya bahkan jika dibandingkan dengan beberapa negara
besar di dunia. Pertumbuhan rata-rata IHSG selama 7 tahun terakhir mencapai
15,64% pertahun, dimana angka tersebut jauh diatas rata-rata indeks negara besar
di Asia maupun Inggris (FTSE) dan Amerika (Dow Jones). Keterangan mengenai
hal tersebut dijelaskan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Rata-Rata Indeks Harga Saham di Beberapa Negara
Periode tahun 2006 – 2012
CAGR
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
IDX : Indonesia
1,805.52
2,745.83
1,355.41
2,534.36
3,703.51
3,821.99
4,316.69
15,64%
KRX : Korea
1,434.46
1,897.13
1,124.47
1,682.77
2,051.00
1,825.74
1,997.05
5,67%
(06-12)
SET : Thailand
679.84
858.1
449.96
734.54
1,032.76
1,025.32
1,391.93
12,69%
BM : Malaysia
1,096.24
1,445.03
876.75
1,272.78
1,518.91
1,530.73
1,688.95
7,47%
SGX : Singapore
2,985.83
3,482.30
1,761.56
2,897.62
3,190.04
2,646.35
3,167.08
0,99%
TSE : Tokyo
17,225.83
15,307.78
8,859.56
10,546.44
10,228.92
8,455.35
10,395.18
-8,07%
HKeX : Hong Kong
19,964.72
27,812.65
14,387.48
21,872.50
23,035.45
18,434.39
22,656.92
2,13%
SSE : Shanghai
2,675.47
5,261.56
1,820.81
3,243.76
2,808.08
2,199.42
2,269.13
-2,71%
BSE : Bombay
13,786.91
20,286.99
9,647.31
17,464.81
20,509.09
15,457.07
19,513.45
5,96%
DJI : US
12,463.15
13,264.82
8,776.39
10,428.05
11,577.51
12,287.04
13,104.14
0,84%
FT100 : UK
6,220.81
6,456.90
4,434.17
5,412.90
5,899.90
5,553.23
5,897.81
-0,88%
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2013).
Ket: CAGR (Capital Asset Growth Ratio)
3
Melihat pertumbuhan Pasar Modal Indonesia yang cukup pesat tersebut,
ternyata pasar modal di Indonesia masih tergolong rentan terhadap kondisi makro
ekonomi dunia secara umum. Sesungguhnya tidak menutup kemungkinan bahwa
kondisi internal suatu negara dapat mempengaruhi pasar modalnya, namun
berdasarkan historikal pergerakan IHSG, menjelang berakhirnya periode
perdagangan saham di tahun 2008, IHSG sempat mengalami penurunan yang
drastis sebesar 10,38% atau 168,052 poin ke level terendah 1.451,669 karena
dipengaruhi oleh kepanikan para investor atas krisis keuangan yang terjadi di
Amerika sejak akhir tahun 2007 yang telah memperburuk perekonomian AS
secara keseluruhan dan berakibat pada timbulnya krisis keuangan dunia termasuk
Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kejadian besar, seperti:
bangkrutnya salah satu bank investasi terkemuka di AS, jatuhnya Indeks Dow
Jones dan meningkatnya harga minyak dunia yang kemudian berdampak pada
tingginya inflasi. Pada akhirnya, kejadian-kejadian tersebut membentuk efek yang
sistemik dalam perlambatan pertumbuhan ekonomi di dunia.
Di Indonesia, hal ini tercermin dari melemahnya kurs rupiah terhadap
dolar AS yang menembus level Rp 9.416 per US$, peningkatan suku bunga (BI
rate) hingga 9,25%, penurunan rata-rata nilai transaksi saham harian sebesar
9,46% dari Rp 4,22 triliun di kuartal III tahun 2007 menjadi Rp 3,82 triliun pada
periode yang sama di tahun 2008 dan IHSG turun hingga level 1,832.507 atau
mengalami penurunan sebesar 33,26 persen dari IHSG pada akhir tahun 2007
(Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia 2008). Kondisi pergerakan IHSG secara
historikal dijelaskan melalui Gambar 1.1. pada halaman berikutnya.
4
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2013).
Gambar 1.1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
periode tahun 2002 – 15 Maret 2013
Data empiris memperlihatkan bahwa dari tahun 2008 hingga akhir tahun
2012 terjadi fluktuasi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
cenderung mengalami kenaikan, seperti terlihat pada Gambar 1.1. Ini
membuktikan bahwa indikator ekonomi beberapa tahun setelah krisis global
melanda, gejala pemulihan kepercayaan semakin meningkat. Peningkatan bursa
saham terlihat dari tingkat kepercayaan investor yang meningkat, dapat dilihat
pada akhir tahun 2009 IHSG ditutup pada posisi 2,534.356 atau menguat sebesar
86,98% dibandingkan penutupan pada akhir 2008. Pada perdagangan hari terakhir
pada tanggal 30 Desember 2010, IHSG ditutup pada posisi 3,703.512 atau
menguat sebesar 46,13% dibandingkan penutupan pada akhir tahun 2009.
Penutupan Desember 2011 IHSG ditutup pada posisi 3,821.992 atau menguat
5
3,20% . Pada akhir tahun 2012, IHSG ditutup pada posisi 4,316.687 atau menguat
12,94% dari tahun 2011 (www.idx.co.id).
Efek dari kejadian di Amerika Serikat memberikan dampak pada Pasar
Modal Indonesia tentu terdapat alasannya, salah satu yang seringkali menjadi
penyebabnya adalah integrasi antar bursa. Masalah integrasi bursa saham antar
negara ini telah dipelajari sejak akhir dekade 80-an, khususnya setelah jatuhnya
Wall Street 1987. Sejak saat itu, beberapa ahli melakukan penelitian sejenis di
berbagai belahan dunia. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa bursa–bursa
saham internasional saling terkait satu sama lain. Dalam hal ini, biasanya bursa
yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil.
Mengingat Pasar Modal Indonesia masih dianggap sedang berkembang
dengan baik, sehingga tidak dipungkiri bahwa investor asing ternyata tertarik
untuk menginvestasikan dananya di Pasar Modal Indonesia. Sekalipun peranan
dan jumlah investor domestik semakin meningkat akan tetapi tidak bisa dipungkiri
bahwa terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi
follower pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan
perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000). Berdasarkan data yang
ditunjukan pada Tabel 1.2. dibawah ini, dijelaskan bahwa sejak tahun 2010
investor asing telah mendominasi proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal
Indonesia. Tercatat sampai dengan Februari 2013, kepemilikan saham oleh
investor asing di Pasar Modal Indonesia masih dominan yaitu sebesar 59,15%,
sedangkan investor domestik hanya sebesar 40,85%. Kondisi ini tentunya semakin
menegaskan bahwa kondisi global memungkinkan untuk mempengaruhi pasar
6
modal di Indonesia.
Tabel 1.2.
Proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal Indonesia
Periode tahun 2010 – 2013*
Years
Type
2010
Local Investor
Individual
Institution
Others
(IDR Billion )
701,519
124,143
575,943
1,433
Foreign Investor
Individual
Institution
Others
TOTAL
1,184,282
3,062
875,199
306,021
1,885,801
2011
2012
Feb-13
%
(IDR Billion )
37.20% 839,319
17.70% 150,951
82.10% 687,203
0.20%
1,166
%
(IDR Billion )
40.14% 1,040,619
17.98% 140,026
81.88% 899,339
0.14%
1,254
%
(IDR Billion )
41.21% 1,177,197
13.46% 154,629
86.42% 1,021,217
0.12%
1,351
%
40.85%
13.14%
86.75%
0.11%
62.80%
0.26%
73.90%
25.84%
59.86%
1.89%
72.52%
25.58%
58.79%
2.10%
69.07%
28.84%
59.15%
1.62%
68.74%
29.64%
1,251,886
23,704
907,916
320,266
2,091,205
1,484,385
31,145
1,025,196
428,044
2,525,005
1,704,792
27,671
1,171,804
505,317
2,881,988
Sumber : Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
Ket : * per Februari 2013
Melihat pergerakan IHSG yang mengalami fluktuasi selama beberapa
tahun terakhir, dan didorong oleh kondisi kepemilikan saham yang didominasi
oleh investor asing serta kondisi mengenai keterkaitan dan hubungan antara pasar
modal di beberapa negara, tentunya secara kasat mata dan logika hal tersebut
menunjukkan bahwa pergerakan IHSG kemungkinan bukanlah merupakan
pergerakan yang semata-mata bersifat spekulatif. Hal ini tentunya perlu untuk
dibuktikan secara ilmiah. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya mengenai
kejadian di tahun 2008, ternyata terdapat pendapat mengenai beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks saham suatu negara, diantaranya
adalah indeks harga saham negara sekitarnya, tingkat harga komoditas dunia
terutama energi, nilai tukar mata uang, dll (Blanchard,2006).
7
Terkait mengenai indeks negara lainnya yang dapat mempengaruhi
pergerakan IHSG, tentunya tidak seluruh indeks di dunia digunakan sebagai
perbandingan, sebaiknya dilakukan komparasi data dan perbandingan terhadap
beberapa bursa di dunia yang memungkinkan untuk dapat memberikan pengaruh
terhadap pergerakan indeks di Pasar Modal Indonesia. Beberapa penelitian
kadangkala menggunakan besarnya pengaruh ekonomi negara tersebut di dunia,
pengaruh negara tersebut terhadap perekonomian Indonesia ataupun melihatnya
berdasarkan penelitian sebelumnya yang melandasinya.
Berdasarkan data yang diolah oleh International Monetary Fund (IMF),
bahwa saat ini hanya terdapat beberapa negara saja yang mengontrol pertumbuhan
ekonomi dunia. Kondisi ini dapat dilihat berdasarkan komposisi Gross Domestic
Product (GDP) negara tersebut dan dikomparasikan dengan GDP dunia. Adapun
sepuluh besar dari perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2. sebagai
berikut.
Sumber : IMF (2012).
Gambar 1.2. Best Ten, Share of World GDP (%) 2012
(based on GDP by PPP method, World total GDP ± USD82.76 trilion)
8
Pada Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa negara Amerika Serikat
memiliki komposisi GDP paling besar yang dikomparasikan dengan GDP dunia
yaitu 18,91%. Hal ini menggambarkan bahwa negara Amerika Serikat mempunyai
kekuatan paling besar untuk mengontrol ekonomi dunia. Urutan kedua dimiliki
oleh negara Cina senilai 14,59%, diikuti oleh India (5,69%), Jepang (5,58%),
Jerman (3,86%), Rusia (3,04%), Brazil (2,86%), Inggris (2,80%), Perancis
(2,72%) dan Italia (2,22%).
Berikutnya yang dapat dilakukan juga adalah menilai potensi negara lain
terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan Gambar 1.3 dapat dijelaskan
bahwa terdapat sepuluh negara yang menjadi tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Perubahan keadaan perekonomian di negara tersebut tentu akan memberikan
pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada Indonesia.
Apabila perekonomian negara tersebut mengalami keadaan resesi, ini tentu akan
menyebabkan nilai ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut ikut menurun,
sebab konsumen di negara tersebut dalam keadaan ekonomi yang sedang resesi
tentu akan mengurangi tingkat pengeluarannya. Tentunya hal ini juga berdampak
pada pertumbuhan laba perusahaan di Indonesia yang akhirnya berdampak juga
pada pergerakan harga sahamnya.
9
Sumber : Bank Indonesia (2013).
Gambar 1.3. Sepuluh Besar Tujuan Eksport Indonesia (YoY)
Periode Maret 2012 dan Maret 2013
Beberapa penelitian terdahulu juga dapat digunakan sebagai perbandingan
dalam menentukan indeks global yang dapat mempengaruhi IHSG. Menurut riset
yang dilakukan oleh Yang et al. (2003) melalui risetnya “Stock Market Integration
and Financial Crisis: The Case Of Asia ” menemukan bahwa baik sebelum dan
sesudah krisis, pasar modal di Amerika Serikat dan Jepang tetap mempengaruhi
pasar modal di Asia, salah satunya Indonesia. Darrat dan Zhong (2002) dalam
risetnya “Permanent and Transitory Driving Forces in Asian-Pasific Stock
Markets” menyatakan bahwa pasar modal di negara Amerika Serikat, Hongkong,
Jepang dan Singapura memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar modal di Asia
Pasific. Karim et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Integration of
Stock Markets
Between Indonesia
and Its Major
Trading
Partners”
menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa dalam durasi tahun 1997 sampai dengan
2007, Pasar Modal Indonesia sangat terkait dengan kondisi pasar modal di
10
Amerika, Jepang dan China. Wong et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul
“The Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and
Asian Emerging Markets” menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat,
Inggris dan Jepang memiliki keterkaitan pada beberapa negara di Asia yang
termasuk dalam emerging market. Penelitian lainnya yang berkaitan dengan
pengaruh indeks saham global adalah penelitian yang dilakukan oleh Valadkhani et
al. (2006) yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several Other
International Stock Markets”, menunjukkan bahwa pasar modal regional tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap Pasar Modal Thailand.
Berdasarkan beberapa data dan perbandingan tersebut, maka dirasa perlu
untuk memperhatikan indeks pasar modal dari negara Amerika Serikat (Dow
Jones), Jepang (Nikkei 225), Cina (Shanghai), dan Inggris (UK:FT100). Keempat
indeks ini dianggap mampu untuk mewakili indeks saham di Negara Amerika,
Eropa, dan Asia, serta mampu mewakili kekuatan ekonomi dunia dan pengaruhnya
terhadap Indonesia.
Indeks Dow Jones, Nikkei, Shanghai dan UK:FT100 merupakan indeks
yang dominan digunakan di negaranya masing-masing. Indeks Dow Jones
diciptakan di Amerika Serikat pada tahun 1882 oleh Charles Dow, Edward Jones
dan Charles Bergstresser. Sampai pada 26 Mei 1896, Dow dibagi menjadi indeks
transportasi dan industrial, yang menciptakan apa yang kita kenal sebagai Dow
Jones Industrial Average (www.nyse.com). Nikkei 225 merupakan indeks ratarata ekuitas Jepang di Bursa Saham Tokyo (Tokyo Stock Exchange - TSE) yang
paling banyak dikutip, sebagaimana demikian pula dengan Dow Jones Industrial
11
Average di Amerika Serikat. Indeks ini telah dihitung setiap hari oleh surat
kabar Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak tahun 1950 dan pernah dikenal
dengan sebutan "Dow Jones Nikkei Stock Average". (www.tse.com). Indeks
Shanghai (SSE) merupakan indeks statistik otoritatif yang banyak diikuti di dalam
dan luar negeri untuk mengukur kinerja Pasar Modal Cina. Indeks SSE disusun
dan diterbitkan oleh Shanghai Stock Exchange dengan beberapa seri yang terdiri
atas 75 indeks, termasuk 69 indeks saham, 5 indeks obligasi dan 1 indeks dana,
meliputi beberapa seri seperti ukuran pasar, sektor, gaya, strategi & seri tematik
dan menjadi sistem indeks yang terus menerus ditingkatkan (www.sse.com).
Indeks UK:FT100 atau yang sering disebut sebagai indeks FTSE100 dan Footsie
merupakan indeks yang mewakili sekitar 81% dari kapitalisasi pasar seluruh
London Stock Exchange. Indeks ini dikelola oleh FTSE Group yang merupakan
anak perusahaan London Stock Exchange yang berasal sebagai perusahaan
patungan antara Financial Times dan London Stock Exchange (www.ftse.com).
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, selain pergerakan indeks
saham global, IHSG juga seringkali dianggap dapat dipengaruhi oleh indikator
komoditas yang memiliki pasar spot serta diperjualbelikan antar negara, seperti:
harga minyak dan harga emas. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan
untuk mengetahui pengaruh antara harga minyak dunia terhadap pasar modal, di
antaranya adalah penelitian Hayo dan Kuntan (2004) menemukan bukti bahwa
pergerakan pasar modal di Rusia dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia
dan pergerakan pasar modal di Amerika Serikat (Indeks Dow Jones). Penelitian
Kilian dan Park (2007) menunjukkan bahwa pergerakan harga minyak tidak
12
berpengaruh secara langsung pada pasar modal Amerika Serikat. Selain minyak,
emas merupakan salah satu komoditi penting yang dapat mempengaruhi
pergerakan bursa saham. Hal ini didasari bahwa emas merupakan salah satu
alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas risiko (Sunariyah, 2006).
Hasil penelitian untuk variabel emas dunia memberikan kesimpulan yang
berlawanan. Penelitian yang dilakukan oleh Twite (2002) dengan judul “Gold
Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the Gold Premium”, menemukan hasil
bahwa emas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi secara positif
pergerakan
indeks
saham di Australia, sementara Smith
(2001) dalam
penelitiannya yang berjudul “The Price Of Gold And Stock Price Indices For The
United States” menunjukkan bahwa harga emas dunia mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap pergerakan indeks harga saham di Amerika Serikat.
Faktor lain yang patut diperhatikan selain pergerakan indeks saham global
dan indikator komoditas seperti harga minyak dan harga emas, maka yang
berikutnya patut dipertimbangkan adalah nilai tukar. Nilai tukar sesungguhnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat
inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap pasar uang. Nilai tukar yang lazim
disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan
dalam mendukung kegiatan ekonomi, sehingga nilai tukar seringkali diindikasikan
sebagai salah satu indikator kestabilan ekonomi suatu negara. Beberapa penelitian
sudah dilakukan mengenai pengaruh kekuatan nilai kurs terhadap pasar modal,
khususnya nilai tukarnya terhadap dollar. Luehrman (1991) menyatakan bahwa
depresiasi mata uang suatu negara mempengaruhi perjanjian daya saing
13
perusahaan yang bergerak dalam kompetisi internasional yang memimpin
peningkatan permintaan barang ekspor. Dominguez (2006), Di Iorio (2001),
Savasa (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar
memang penting untuk fraksi yang signifikan dari perusahaan, meskipun
perusahaan yang terkena dan arah paparan tergantung pada nilai tukar tertentu dan
bervariasi dari waktu ke waktu, menunjukkan bahwa perusahaan secara dinamis
menyesuaikan perilakunya dalam menanggapi risiko nilai tukar. Perubahan nilai
tukar sangat mempengaruhi perusahaan khususnya perusahaan yang tercatat di
bursa sehingga akan berdampak terhadap perubahan indeks bursa di suatu negara.
Penelitian yang dilakukan oleh Singh et al. (2010) yang berjudul “Macro
economic factors and stock returns: Evidence from Taiwan” menunjukkan bahwa
perubahan nilai tukar akan mempengaruhi hampir semua portofolio investor pasar
modal di negara tersebut.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengaruh
indeks saham global, harga minyak dunia, harga emas dunia, kurs dollar terhadap
rupiah cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan
peneliti yang lain. Dengan adanya penelitian sebelumnya yang parsial, penulis
ingin meneliti secara terintegrasi dengan judul ” Pengaruh Beberapa Indeks
Saham dan Indikator Ekonomi Global terhadap Kondisi Pasar Modal Indonesia”.
14
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah perubahan indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap kondisi
Pasar Modal Indonesia?
2) Apakah perubahan indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap kondisi
Pasar Modal Indonesia?
3) Apakah perubahan indeks Shanghai (SSE) berpengaruh signifikan terhadap
kondisi Pasar Modal Indonesia?
4) Apakah perubahan indeks UK:FT100 berpengaruh signifikan terhadap kondisi
Pasar Modal Indonesia?
5) Apakah perubahan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap
kondisi Pasar Modal Indonesia?
6) Apakah perubahan harga emas dunia berpengaruh signifikan terhadap kondisi
Pasar Modal Indonesia?
7) Apakah perubahan kurs dollar terhadap rupiah (USD/IDR) berpengaruh
signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan
sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks Dow Jones
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
15
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks Nikkei 225
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks Shanghai (SSE)
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks UK:FT100
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
5) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan harga minyak dunia
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
6) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan harga emas dunia
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
7) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan kurs dollar terhadap
rupiah (USD/IDR) terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris terhadap teori yang
diuji mengenai pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global
terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia, serta sebagai referensi bagi
penelitian-penelitian yang serupa di masa yang akan datang.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan investasi bagi investor individual dan
institusional dalam berinvestasi di Pasar Modal Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Investasi
Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk
dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu (Hartono,
2009). Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset real
seperti : tanah, emas, rumah dan aset real lainnya atau pada aset finansial seperti :
deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya (Tandelilin, 2010).
Menurut kamus umum besar bahasa Indonesia, pengertian investasi adalah
penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Dalam berinvestasi, investor sebaiknya memperhatikan
dana yang akan digunakan untuk berinvestasi, wahana investasi yang digunakan,
tujuan berinvestasi, jangka waktu investasi, keuntungannya, dan risiko investasi.
Adapun jenis–jenis investasi yang kita kenal sekarang ini dapat
digolongkan sebagai berikut (Sekolah Pasar Modal, 2012):
1) Investasi kekayaan riil (real property)
Investasi yang dilakukan pada aset yang tampak secara nyata seperti tanah,
bangunan, dan yang secara permanen melekat pada tanah termasuk
apartemen, ruko, kondominium, dan sebagainya.
16
17
2) Investasi kekayaan pribadi yang tampak (tangible personal property)
Investasi yang dilakukan pada benda-benda seperti emas, berlian, barang
antik, dan termasuk benda – benda seni seperti lukisan dan lain – lain.
3) Investasi keuangan (financial investment)
Investasi yang dilakukan pada surat berharga baik yang ada di pasar uang
(money market) seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga
Pasar Uang maupun surat berharga di pasar modal (capital market) seperti
saham, obligasi, dan berbagai bentuk surat berharga pasar modal lainnya.
4) Investasi komoditas (commodity investment)
Investasi yang dilakukan pada komoditas dalam artian barang seperti kopi,
kelapa sawit dan lain- lain. Investasi pada sektor ini disebut sebagai
perdagangan berjangka.
2.1.2
Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari satu tahun (Samsul, 2006). Menurut Undang – Undang Pasar Modal
Nomor 8 tahun 1995, definisi pasar modal (capital market) adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Efek yang dimaksud dalam definisi Undang–Undang Pasar Modal Nomor
8 tahun 1995 adalah setiap surat berharga berupa surat pengakuan hutang, surat
18
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak
kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Efek – efek yang terdapat dalam pasar modal diperdagangkan pada dua
jenis pasar (Hidayat, 2010) :
1) Pasar Perdana
Pasar Perdana adalah pasar dimana emiten atau perusahaan menjual saham
atau surat berharga lain kepada publik untuk pertama kalinya. Membeli
saham di pasar perdana berarti membeli saham pada saat penawaran umum
perdana alias initial public offering (IPO).
2) Pasar Sekunder
Setelah penjualan melalui pasar perdana berakhir, saham kemudian akan
diperjualbelikan di pasar sekunder yaitu melalui bursa efek. Investor yang
sudah memiliki saham di pasar perdana bisa menjual atau membeli lagi
saham tersebut, sedangkan bagi yang belum memiliki bisa membelinya di
pasar sekunder.
Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara,
karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan
fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan,
yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
membutuhkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan)
19
dapat memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan investasi tanpa harus
menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan
kesempatan untuk memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakterisktik investasi yang dipilih (Sekolah Pasar Modal, 2012).
Disisi lain, pasar modal itu sendiri keberadaannya memiliki manfaat bagi
investor, masyarakat luas dan bagi perusahaan itu sendiri (Tjiptono dan
Fakhruddin, 2001) antara lain yaitu:
1) Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2) Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
3) Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi suatu negara.
4) Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5) Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan
iklim usaha yang sehat.
6) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek.
8) Alternatif investasi yang memberikan keuntungan dengan risiko yang dapat
diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
9) Memberikan iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses terhadap
kontrol sosial.
10) Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan
manajemen profesional.
11) Sumber pembiayaan jangka panjang bagi emiten.
Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan
pasar modal, pasar komoditas, dan pasar uang. Globalisasi telah memungkinkan
hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir seluruh pasar
modal di dunia. Dengan kata lain, pasar modal di hampir seluruh dunia
terintegrasi satu dengan yang lainnya. Integrasi pasar modal dapat digolongkan
dalam full integrated market (pasar terintegrasi secara penuh), mild segmentation
(bentuk antara) dan full segmentation (tersegmentasi secara penuh). Brook dan
20
Negro (2002) menyatakan makin terintegrasinya pasar-pasar modal dunia yang
ditandai oleh makin tingginya korelasi antara return saham antar bursa saham.
Penyebab makin tingginya korelasi adalah (1) bias yang makin menurun dalam
pilihan portofolio, (2) makin beranekaragamnya penjualan dan pendanaan
perusahaan-perusahaan, (3) fenomena sementara, konvergensi industri dan
koordinasi kebijakan antar negara yang makin tinggi intensitasnya. Tujuan dari
integrasi pasar modal sebenarnya adalah untuk menghubungkan pasar modal
secara elektronik sehingga para anggota bursa dapat mengeksekusi perintah dari
para investor untuk membeli saham dengan harga yang terbaik. Keadaan ini
secara substansial akan meningkatkan kedalaman dan likuiditas dari pasar modal
yang bersangkutan serta dapat mendorong pasar modal tersebut untuk
berkompetisi lebih efektif.
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai integrasi pasar modal
dunia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Bhamra (2002) dengan judul
”International Stock Market Integration : A Dynamic General Equilibrium
Approach” menemukan hasil bahwa ketika dua negara membuka pasar modalnya
untuk investor dari masing-masing negara, maka akan didapatkan korelasi yang
tinggi antara indeks saham di tiap negara. H. Kazi (2008) dengan judul “Is
Australian stock market integrated to the equity markets of its major trading
partners?” yang menemukan bahwa meskipun pasar yang dipilih terintegrasi
namun tidak semua cukup signifikan. Pasar luar negeri yang signifikan bagi
Australia adalah Inggris, Kanada dan Jerman dimana Inggris mendominasi. Saat
ini sekitar 80% setiap pasar modal di dunia membuka diri untuk investor asing
21
dan tidak melakukan kontrol investasi yang
ketat (www.reuters.com), ini
berarti setiap pasar modal di dunia akan mempunyai hubungan baik kuat ataupun
lemah.
2.1.3
Bursa Efek
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995, Bursa Efek adalah pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka.
Secara umum, organisasi Bursa Efek memiliki beberapa fungsi yang
dijabat oleh manajer atau direktur, yaitu: fungsi keanggotaan, fungsi pencatatan,
fungsi perdagangan, fungsi pengawasan perdagangan (compliance), fungsi
ketaatan aturan (surveillance), fungsi pemeriksaan internal, fungsi teknologi
informasi, fungsi riset dan pengembangan, fungsi administrasi dan keuangan,
fungsi hubungan masyarakat (Samsul, 2006).
Di Indonesia hanya ada satu bursa yaitu PT Bursa Efek Indonesia. PT
Bursa Efek Indonesia adalah gabungan dari PT. Bursa Efek Jakarta dan PT. Bursa
Efek Surabaya yang merger pada tahun 2007. PT Bursa Efek Indonesia bersifat
swasta dan merupakan SRO (Self Regulatory Organization) yaitu merupakan
lembaga atau organisasi yang bisa mengatur dirinya sendiri dan berwenang untuk
mengeluarkan peraturan bagi kegiatan usahanya. Di Pasar Modal Indonesia, SRO
terdiri dari: PT Bursa Efek Indonesia sebagai fasilitator, PT Kliring Penjaminan
Efek Indonesia (KPEI) sebagai lembaga kliring dan penjaminan, dan PT
22
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai lembaga penyimpanan dan
penyelesaian.
Pemegang saham dari PT Bursa Efek Indonesia sendiri adalah perusahaan
efek yang telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek. Sebagai
fasilitator, PT Bursa Efek Indonesia mempunyai tugas, yaitu :
1) Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.
2) Menyediakan sarana pendukung serta mengawasi kegiatan anggota bursa
efek.
3) Menyusun rancangan anggaran tahunan dan penggunaan laba bursa efek, dan
melaporkannya kepada Bapepam-LK.
4) Bursa Efek Indonesia fokus pada perdagangan saham dan obligasi.
2.1.4
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan transparan bagi
investor tentang perkembangan Pasar Modal Indonesia, BEI menyebarkan data
pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator
pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini di BEI
terdapat 13 macam indeks saham (www.idx.co.id):
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan
indeks.
2) Indeks Sektoral
Menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masingmasing sektor. Sekarang ini ada 9 sektor yang ada di BEI yaitu sektor
23
Agriculture, Mining, Basic industry and chemicals, Miscellaneous
industry, Consumer goods industry, Property, real estate and building
construction, Infrastructure, utilities & transportation, Finance, Trade,
services & investment.
3) Indeks LQ45
Indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan
setiap 6 bulan.
4) IDX30
Indeks ini adalah indeks yang terdiri dari 30 (tiga puluh) saham yang
konstituennya dipilih dari konstituen indeks LQ45. Metode perhitungan indeks
ini sama dengan metode perhitungan pada indeks-indeks BEI lainnya, yaitu
menggunakan metode Rata-rata Tertimbang Kapitalisasi Pasar (Market
Capitalization Weighted Average).
5) Jakarta Islamic Index (JII)
Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang
masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh
Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
6) Indeks Saham Syariah Indoesia (ISSI)
Indeks ini mencerminkan pergerakan saham-saham yang termasuk dalam Daftar
Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam dan LK. Komponen
penghitungan ISSI adalah semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah
24
(DES) yang akan dievaluasi 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Mei dan
November, atau setiap ada pengumuman Daftar Efek Syariah dari Bapepam dan
LK.
7) Indeks Kompas100
Indeks yang terdiri dari 100 saham perusahaan tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan
setiap 6 bulan.
8) Indeks BISNIS-27
Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks
yang terdiri dari 27 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan
kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan akuntabilitas dan
tata kelola perusahaan.
9) Indeks PEFINDO25
Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25.
Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi
pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small
Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan
tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan
kriteria-kriteria seperti:
Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan
opini akuntan publik. Faktor yang diperhatikan selain kriteria tersebut di
25
atas adalah faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.
10) Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan
Yayasan
Keanekaragaman
Hayati
Indonesia
(KEHATI).
SRI
adalah
kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan
memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada
emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha
berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan
menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25
saham perusahaan tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriterikriteria seperti: Total Asset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.
11) Indeks Papan Utama
Menggunakan saham-saham perusahaan tercatat yang masuk dalam papan
utama.
12) Indeks Papan Pengembangan
Menggunakan saham-saham perusahaan tercatat yang masuk dalam papan
pengembangan.
13) Indeks Individual
Indeks harga saham masing-masing perusahaan tercatat.
IHSG atau kepanjangan dari Indeks Harga Saham Gabungan atau dalam
sebutan bahasa Inggris biasa dikenal dengan Jakarta Composite Index (JCI)
atau JSX Composite adalah salah satu bentuk indeks saham di Indonesia yang
dipergunakan Bursa Efek Indonesia (dulunya bernama Bursa Efek Jakarta).
26
IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan
indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah
emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten (Buku Panduan
Indeks, 2010).
IHSG menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen
perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar,
Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu
atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya
antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh
publik (free float) relatif kecil, sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar,
sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat tersebut berpotensi
mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek
Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang
diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan
(benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk
apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun pihak yang
menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). (www.idx.co.id)
Adapun formula untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut
(www.idx.co.id) :
IHSG =
∑ (Regular Closing Price * Number of Shares)
Base Value
x 100
27
2.1.5
Indeks Saham Global
Semenjak diijinkannya investor asing untuk menginvestasikan uang
mereka di Pasar Modal Indonesia, sejak itulah ada keterkaitan Pasar Modal
Indonesia dengan pasar modal di negara lainnya. Pada penelitian ini, indeks
saham global yang terkait dengan IHSG adalah indeks Dow Jones, indeks Nikkei
225, indeks Shanghai (SSE), indeks UK:FT100.
2.1.5.1 Indeks Dow Jones
Di pasar modal AS ada tiga indeks pasar saham utama. Indeks saham ini
adalah Dow Jones Industrial Average, Nasdaq Composite dan Standard & Poor
500. Secara keseluruhan ketiga indeks ini berfungsi sebagai Security Market
Indicator Series (SMIS). Ketiga indeks tersebut menyediakan sinyal dasar
mengenai bagaimana kinerja pasar tertentu pada waktu tertentu pula, dimana dari
ketiga indeks tersebut, Dow Jones Industrial Average (DJIA) merupakan yang
paling banyak dipublikasikan dan didiskusikan.
Dow Jones & Co didirikan pada tahun 1882 oleh Charles Dow, Edward
Jones dan Charles Bergstresser, namun indeks rata-rata pertamanya tidak
dipublikasikan di Wall Street Journal melainkan di pesaingnya Customer’s
Afternoon Letter. Awalnya indeks ini tidak mengikutsertakan saham industrial,
hanya fokus pada saham pertumbuhan pada masa itu, mayoritas saham perusahaan
transportasi. Hal ini berarti indeks Dow Jones pertama menghitung sembilan
saham perkeretaapian, perkapalan dan perusahaan telekomunikasi. Rata-rata harga
saham ini akhirnya berevolusi menjadi rata-rata transportasi. Sampai pada 26 Mei
1896, Dow Jones dibagi menjadi indeks transportasi dan industrial, yang
28
menciptakan apa yang kita kenal sebagai Dow Jones Industrial Average
(www.nyse.com).
Rata-rata industri Dow Jones (Dow Jones Industrial Average – DJIA)
adalah 30 besar perusahaan “blue chip” yang dihitung sejak 1896. Mereka telah
lama mendominasi benak publik. Awalnya DJIA dihitung secara rata-rata
sederhana atas saham yang ada di dalam indeks. Jika terdapat 30 saham di dalam
indeks, harganya dijumlahkan semuanya dan dibagi 30. Persentase perubahan
DJIA menjadi persentase perubahan harga rata-rata ke-30 saham tersebut (Bodie,
Kane, Marcus, 2006).
Indeks Dow Jones merupakan rata-rata indeks saham terbesar di dunia,
oleh karena itu pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir
seluruh indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks Dow Jones
terhadap IHSG diperkirakan positif dalam arti kenaikan indeks Dow Jones akan
mengakibatkan naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh
adanya sentimen positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia.
2.1.5.2 Indeks Nikkei 225
Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham untuk Bursa Saham
Tokyo (Tokyo Stock Exchange - TSE). Indeks ini telah dihitung setiap hari oleh
surat kabar Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak tahun 1950. Indeks ini
adalah harga rata-rata tertimbang (dalam satuan yen), dan komponennya ditinjau
ulang setahun sekali. Saat ini Nikkei adalah indeks rata-rata ekuitas Jepang yang
paling banyak dikutip, sebagaimana demikian pula dengan Dow Jones Industrial
Average di Amerika Serikat. Bahkan dahulu antara 1975-1985, Nikkei 225 pernah
29
dikenal dengan sebutan "Dow Jones Nikkei Stock Average". Nikkei 225 mulai
dihitung pada tanggal 7 September 1950, data sebelumnya dihitung mundur
sampai ke tanggal 16 Mei 1949 (www.tse.com).
Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena
itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada
pembobotan
yang
lebih
untuk
sektor-sektor
industri
tertentu
(www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm). Berbagai macam event
yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti stock split, perpindahan dan
penambahan dari saham yang beredar akan memberi dampak atas perhitungan
indeks dan bilangan pembaginya (divisor).
2.1.5.3 Indeks SSE (Shangai)
Indeks SSE disusun dan diterbitkan oleh Shanghai Stock Exhange. Indeks
SSE adalah indeks statistik otoritatif yang banyak diikuti di dalam dan luar negeri
untuk mengukur kinerja Pasar Modal Cina. Indeks seri SSE terdiri dari 75 indeks,
termasuk 69 indeks saham, 5 indeks obligasi dan 1 indeks dana, meliputi beberapa
seri seperti ukuran pasar, sektor, gaya, strategi dan seri tematik dan menjadi
sistem indeks yang terus menerus ditingkatkan.
SSE Composite Index mengambil 19 Desember 1990 sebagai hari dasar
dan total kapitalisasi pasar dari semua saham yang tercatat di hari yang sama
dengan periode dasar, dengan dasar 100 poin. Indeks SSE diterbitkan dari tanggal
15 Juli 1991 dan adalah indeks yang paling banyak digunakan di Pasar Modal
Cina.
30
Indeks seri SSE mengukur tren pasar di Pasar Modal Shanghai pada
umumnya atau dari dimensi yang berbeda dan dapat merefleksikan kinerja dan
pergerakan harga perusahaan di beragam industri. Indeks SSE menawarkan
kepada investor tolak ukur yang berbeda untuk analisis portofolio. Pasar modal
diatur untuk memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian
nasional, indeks SSE secara bertahap akan menjadi barometer perekonomian Cina
(www.sse.com).
2.1.5.4 Indeks FTSE 100
Indeks FTSE 100, yang juga disebut FTSE 100, FTSE, atau secara
informal disebut “Footsie” merupakan indeks saham dari 100 saham perusahaan
yang terdaftar di London Stock Exchange dengan kapitalisasi pasar tertinggi. Ini
adalah salah satu indeks saham yang paling banyak digunakan dan dipandang
sebagai ukuran kemakmuran bisnis.
Indeks ini dikelola oleh Group FTSE, perusahaan patungan independen
yang dimiliki oleh Financial Times dan London Stock Exchange. Namanya
berasal dari dua perusahaan induk, tapi sejak itu telah terdaftar sebagai perusahaan
terbatas yang berdiri sendiri. Indeks ini dihitung secara real time dan diterbitkan
setiap 15 detik.
Perusahaan yang masuk FTSE 100 mewakili sekitar 81 % dari seluruh
kapitalisasi pasar di London Stock Exchange. Meskipun FTSE All-Share Index
lebih komprehensif, FTSE 100 paling banyak digunakan sebagagai indikator
Pasar Modal Inggris. Indeks terkait lainnya adalah indeks FTSE 250 (yang berisi
daftar 250 perusahaan terbesar berikutnya setelah FTSE 100), Indeks FTSE 350
31
(yang merupakan penggabungan dari FTSE 100 dan 250), Indeks FTSE Small
Cap dan Indeks FTSE Fledgling. FTSE All-Share adalah penggabungan FTSE
100, FTSE 250 dan FTSE Small Cap.
Konstituen indeks tersebut ditetapkan triwulanan, perusahaan besar dalam
indeks FTSE 250 akan dipromosikan jika kapitalisasi pasar mereka akan
menempatkan mereka di sembilan puluh perusahaan teratas indeks FTSE 100.
Komponen perusahaan harus memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan
oleh group FTSE, termasuk penuh tercatat di Bursa Efek London dengan
poundsterling atau harga mata uang Euro pada layanan perdagangan Bursa
Elektronik, dan memenuhi tes tertentu pada nationality, free float, dan likuiditas
(www.londonstockexchange.com).
2.1.6
Indikator Ekonomi Global
2.1.6.1 Harga Minyak Dunia
Minyak mentah sama halnya dengan mata uang dan emas yang merupakan
satu dari banyak indikator yang selalu terlibat dalam proses sistem ekonomi dunia.
Volatilitas mengikuti peristiwa ekonomi dan politik suatu negara.
Harga minyak mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia,
pada umumnya yang digunakan menjadi standar adalah West Texas Intermediate
atau Brent. Minyak mentah yang diperdagangkan di West Texas Intermediate
(WTI) adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi. Minyak mentah tersebut
berjenis light-weight dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini
sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini menyebabkan harga minyak ini
dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di
32
WTI pada umumya lebih tinggi lima sampai enam dolar daripada harga
minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dollar dibanding harga minyak
Brent (www.useconomy.about.com/od/economicindicators/p/Crude_Oil.htm).
Brent crude adalah bencmark minyak yang diproduksi di laut utara.
Namanya berasal dari sebuah pertambangan di laut utara yang dibuka pada tahun
1970. Sebenarnya bisa disebut dengan brent, oseberg dan forties yang terletak
antara pantai Norway dan Scotland. Brent adalah salah satu diantara banyak nama
merk minyak, yang sedang dijual dibursa minyak utama dunia. Harga minyak
brent adalah harga patokan sejak tahun 1971 untuk sekitar 40% dari tingkatan
minyak diseluruh dunia, terutama untuk minyak Rusia-Ural. Itu sebabnya
dijadikan benchmark untuk minyak. Harga minyak biasanya 1 dollar/barrel lebih
rendah daripada harga WTI. Namun, telah dirubah pada tahun 2007 dan brent oil
dikuotakan dengan WTI premium. Saat ini sedang didiskusikan mengenai
penyesuaian untuk penggunaan brent oil sebagai patokan harga pada pasar
minyak dunia. Hal ini terutama karena melemahnya produksi minyak mentah di
laut
utara,
yang
mengakibatkan
jatuhnya
likuiditas
dan
menyebabkan
kebingungan selama pengaturan harga, baik minyak mentah campuran dan merek
minyak yang lain (www.instafx.asia/trading/tentang-oil).
Beberapa hal yang mempengaruhi harga minyak dunia antara lain
(www.useconomy.about.com):
1)
Penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh
OPEC.
2) Cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang-
33
kilang minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam cadangan
minyak strategis.
3) Permintaan minyak dunia, ketika musim panas, diperkirakan dari perkiraan
jumlah permintaan oleh maskapai penerbangan untuk perjalanan wisatawan,
sedangkan pada musim dingin ditentukan oleh jumlah permintaan terhadap
permintaan penghangat ruangan sebagai akibat dari ramalan cuaca.
Saat ini transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia didominasi
oleh perdagangan saham sektor pertambangan. Kenaikan harga minyak sendiri
secara umum akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal
ini disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu
kenaikan harga bahan tambang secara umum. Ini tentu mengakibatkan
perusahaan pertambangan berpotensi untuk meningkatkan labanya. Kenaikan
harga saham pertambangan tentu akan mendorong kenaikan IHSG.
2.1.6.2 Harga Emas Dunia
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas risiko
(Sunariyah,2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi
karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas
turun. Kelebihan lainnya dari emas adalah alat yang dapat digunakan untuk
menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Ketika akan
berinvestasi, investor akan memilih investasi yang memiliki tingkat imbal balik
tinggi dengan risiko tertentu atau tingkat imbal balik tertentu dengan risiko yang
rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di
34
emas, karena tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari
emas (www.investopedia.com).
Salah satu harga emas yang menjadi acuan dalam perdagangan emas dunia
dibentuk di Pasar Bursa Logam di London yaitu LME (London Metal Exchange).
Pergerakan harga saham di pengaruhi oleh persediaan saham yang ada sehingga
defisit neraca logam akan berimbas pada kenaikan harga logam
begitu juga
sebaliknya, selain itu harga saham juga dipengaruhi oleh spekulasi pelaku bursa
(trader) serta situasi ekonomi dunia. London Metal Exchange merupakan pusat
perdagangan dunia untuk logam industri. LME mempertemukan partisipan dari
industri fisik dan komunitas keuangan untuk menciptakan pasar yang kuat dan
teratur di mana selalu ada pembeli dan penjual, di mana selalu ada harga dan di
mana selalu ada kesempatan untuk mentransfer atau mengambil risiko 24 jam
sehari. Investor menghargai LME sebagai bursa berjangka yang dinamis tetapi
juga untuk hubungan dekat dengan industri. Kemungkinan penyerahan fisik
melalui jaringan internet gudang yang disetujui LME yang menjadikannya tempat
yang sempurna untuk lindung nilai industri dan memberikan patokan harga yang
mereka percaya. Bursa menyediakan produsen dan konsumen logam dengan pasar
fisik terakhir, dan yang paling penting dari semua, dengan kemampuan untuk
lindung nilai terhadap risiko naik dan turunnya harga logam dunia
(www.lme.com).
Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul
10.30 (harga emas Gold A.M) dan pukul 15.00 (harga emas Gold P.M). Harga
emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling
35
Inggris dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan
pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai patokan nilai kontrak emas di
seluruh dunia (www.goldfixing.com).
2.1.6.3 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan
nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar
negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri
mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata
uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008).
Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi
ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni (Dornbusch dan
Fischer, 2004) :
1) Selling Rate (kurs jual) yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2) Middle Rate (kurs tengah) adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank sentral
pada suatu saat tertentu.
3) Buying Rate (kurs beli) adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4) Flat Rate (kurs flat) adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank
notes dan traveller chaque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan
promosi dan biaya-biaya lainnya.
36
Nilai tukar atau kurs mengukur nilai suatu valuta dari perspektif valuta lain.
Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar juga bisa berubah secara
substansial. Penurunan nilai valuta dinamakan dengan depresiasi (depreciation).
Peningkatan nilai valuta dinamakan dengan apresiasi (appreciation) (Madura,
2000).
Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan
mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan
penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs
rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs
rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi
akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme
pasar (Kuncoro, 2010).
Ada beberapa cara untuk mengendalikan kurs, antara lain (Amalia, 2007):
1)
Sistem standar emas
Dalam sistem standar emas bergerak diantara titik-titik emas (titik ekspor dan
impor).
2)
Sistem peningkatan kepada valuta asing
Pemerintah mempunyai cadangan valuta asing lalu ikut beroperasi dalam pasar
uang.
3)
Sistem kurs yang dikendalikan
Pemerintah dapat menentukan dan merubah kurs valutanya terhadap valuta
37
asing menurut keperluan yang ditargetkan.
Pasar valuta asing antar bank sampai saat ini merupakan pasar keuangan
terbesar di muka bumi. Setelah dilakukan pengkoreksian terhadap penghitungan
ganda, sehingga pembelian oleh satu bank yang merupakan penjualan bagi bank lain
hanya dihitung satu kali, rata-rata perputaran harian hampir mencapai satu trilyun
dollar. Pasar valuta asing sendiri merupakan sebuah kesepakatan informal dari bank
komersial besar dan sejumlah pialang valuta asing. Para bank dan pialang tersebut
dihubungkan dengan telpon, teleks dan jaringan komunikasi satelit yang disebut
Society for Worlwide International Financial Telecomunications (SWIFT) (Levi,
2001).
2.2
Empiris variabel penelitian
2.2.1 Pengaruh beberapa indeks saham global terhadap indeks harga
saham.
Keterkaitan Pasar Modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri
dimulai setelah diperbolehkannya para investor asing untuk berinvestasi di Pasar
Modal Indonesia. Diperkenalkannya investor asing ke pasar tentu saja berfungsi
sebagai katalis yang mendorong investasi lokal. Investasi asing berpengaruh
dalam melihat perusahaan yang memberikan informasi keuangan paling
transparan dan valuasi terbaik. Masuknya dana-dana asing ke pasar-pasar baru,
berpengaruh jelas dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan struktur pasar.
Dalam beberapa tahun terakhir, peranan investor domestik makin
meningkat, akan tetapi terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk
melakukan strategi follower pada investor asing atau setidaknya investor domestik
38
menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000). Sehingga
saat investor asing melepas sahamnya, investor domestik pun akan ikut melepas
sahamnya sehingga indeks dapat berpotensi turun.
Investor asing menanamkan modalnya pada bursa seluruh dunia sehingga
antara bursa-bursa di dunia mempunyai keterkaitan secara global. Kejadian dan
dinamika harga saham antara satu bursa dengan bursa yang lain saling
mempengaruhi terutama dengan bursa dari negara-negara berdekatan, misalnya
crash yang terjadi di bursa Amerika akan mengakibatkan crash pada bursa-bursa
di Eropa dan Asia.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh indeks global terhadap indeks
harga saham suatu negara sudah diteliti, antara lain :
1) Yang et al. (2003) melalui risetnya “Stock Market Integration and Financial
Crisis: The Case Of Asia ” menemukan bahwa baik sebelum dan sesudah krisis,
pasar modal di Amerika Serikat dan Jepang tetap mempengaruhi pasar modal di
Asia, salah satunya Indonesia.
2) Darrat dan Zhong (2002) dalam risetnya “Permanent and Transitory Driving
Forces in Asian-Pasific Stock Markets” menyatakan bahwa pasar modal di
negara Amerika Serikat, Hongkong, Jepang dan Singapura memiliki pengaruh
signifikan terhadap pasar modal di Asia Pasific.
3) Karim et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Integration of Stock
Markets Between Indonesia and Its Major Trading Partners” menyimpulkan
dalam penelitiannya bahwa dalam durasi tahun 1997 sampai dengan 2007, pasar
39
modal Indonesia sangat terkait dengan kondisi pasar modal di Amerika, Jepang
dan China.
4) Wong et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “The Relationship
Between Stock Markets of Major Developed Countries and Asian Emerging
Markets” menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat, Inggris dan
Jepang memiliki keterkaitan pada beberapa negara di Asia yang termasuk dalam
emerging market.
5) Hayo dan Kuntan (2004) yang berjudul “The Impact of News, Oil Prices, and
Global Market Developments on Russian Financial Markets”, menunjukkan
bahwa Pasar Modal Amerika Serikat dan informasi mengenai harga minyak
dunia memiliki pengaruh terhadap Pasar Modal Rusia.
6) Valadkhani et al. (2006) yang berjudul “The Interplay Between the Thai and
Several Other International Stock Markets”, menunjukkan bahwa pasar modal
regional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pasar Modal Thailand.
7) H. Kazi (2008) dengan judul “Is Australian stock market integrated to the
equity markets of its major trading partners?” yang menemukan bahwa
meskipun pasar yang dipilih terintegrasi namun tidak semua cukup signifikan.
Pasar luar negeri yang signifikan bagi Australia adalah Inggris, Kanada dan
Jerman dimana Inggris mendominasi.
8) Pattarathammas dan Khanthavit (2009) yang berjudul “World and regional
factors in stock market returns” yang hasilnya menunjukkan bahwa return
pasar nasional dipengaruhi oleh faktor global dan regional.
40
9) Syriopoulos (2005) yang berjudul “Dynamic linkages between emerging
European and developed stock markets: Has the EMU any impact?” yang
menjelaskan bahwa pasar Eropa Tengah cenderung untuk menampilkan
hubungan yang lebih kuat dengan rekan-rekan negara mereka, sedangkan
pasar AS memegang peran yang berpengaruh terhadap dunia global.
10) Bhar dan Nikolova (2007) yang berjudul “Analysis of Mean and Volatility
Spillovers Using BRIC Countries, Regional and World Equity Index Returns”
yang menunjukkan bahwa Tingkat pengembalian indeks dunia dan tingkat
pengembalian pasar AS kemungkinan besar memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat pengembalian di Brazil, Rusia dan India. Cina adalah satusatunya negara di mana terdapat hubungan negatif efek volatilitas secara
regional dan global.
11) Hasibuan dan Hidayat (2011) yang berjudul “Pengaruh Indeks Harga Saham
Global Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)” yang
menunjukkan hasil bahwa secara simultan variabel indeks harga saham global
(Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial variabel indeks harga saham
global (Nasdaq dan Kospi) berpengaruh terhadap IHSG secara signifikan,
sedangkan variabel indeks Taiex dan Nikkei berpengaruh tidak signifikan
terhadap IHSG.
12) Brook dan Negro (2002) menyatakan makin terintegrasinya pasar-pasar modal
dunia yang ditandai oleh makin tingginya korelasi antara return saham antar
bursa saham. Penyebab makin tingginya korelasi adalah (1) bias yang makin
41
menurun dalam pilihan portofolio, (2) makin beranekaragamnya penjualan dan
pendanaan perusahaan-perusahaan, (3) fenomena sementara, dan atau
konvergensi industri dan koordinasi kebijakan antar negara yang makin tinggi
intensitasnya.
2.2.2 Pengaruh indikator ekonomi global terhadap indeks harga saham
Di industri pasar modal, perusahaan yang tercatat di bursa efek pada suatu
negara terbagi atas beberapa sektor. Di Bursa Efek Indonesia sendiri, perusahaan
yang tercatat dikelompokkan menjadi 9 sektor yaitu: sektor Agriculture, Mining,
Basic industry and chemicals, Miscellaneous industry, Consumer goods industry,
Property, real estate and building construction, Infrastructure, utilities &
transportation, Finance, Trade, services & investment. Sembilan sektor yang ada
di BEI, pasti ada hal-hal atau indikator ekonomi global yang mempengaruhi harga
saham yang masuk pada seluruh sektor yang ada di BEI. Misalnya, penurunan
atau kenaikan harga batubara akan mempengaruhi harga saham perusahaan yang
bergerak di sektor pertambangan.
Peristiwa korelasi antara indikator ekonomi global yang dimana pada
penelitian ini mengambil indikator harga minyak, harga emas dan kurs dollar
terhadap rupiah (USD/IDR) terjadi dikarenakan investor menganggap perubahan
pada harga minyak, harga emas dan kurs dollar terhadap rupiah (USD/IDR) akan
berdampak pada perubahan beberapa harga saham perusahaan di sektor yang
sensitif pada perubahan indikator ekonomi global tersebut.
42
Beberapa penelitian
yang menunjukkan pengaruh indikator ekonomi
global (harga minyak, harga emas dan kurs USD/IDR) terhadap indeks harga
saham diantaranya:
1) Gay (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Effect of Macroeconomic
Variables on Stock Market Returns for Four Emerging Economies: Brazil,
Russia, India,and China. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai tukar, harga minyak
dengan harga saham di negara Brasil, Rusia, India dan Cina.
2) Kilian dan Park (2007) dalam penelitian yang berjudul “The Impact of Oil
Price Shocks on the U.S. Stock Market “, mereka meneliti pengaruh harga
minyak dunia terhadap tingkat keuntungan agregat pasar modal di Amerika
Serikat. Hasil penelitiannya adalah perubahan harga minyak dunia memiliki
dua pengaruh bagi pasar modal di Amerika Serikat. Apabila kenaikan harga
minyak dunia disebabkan oleh meningkatnya permintaan minyak dunia
akibat ketidakpastian ketersediaan minyak di masa depan, maka hal ini akan
membawa pengaruh negatif bagi pasar modal. Tetapi apabila meningkatnya
harga minyak dunia disebabkan oleh peningkatan perekonomian global, maka
akan memberikan dampak positif bagi pasar modal.
3) Twite (2002) dengan judul “Gold Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the
Gold Premium”, menemukan hasil bahwa emas merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi secara positif pergerakan indeks saham di Australia.
4) Sukono (2012) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
IHSG di Bursa Efek Indonesia”, yang hasilnya menunjukkan semakin tinggi
43
kurs rupiah, maka para investor akan membeli dollar dari pada menanamkan
modalnya ke pasar saham, sehingga harga saham akan turun dan IHSG akan
turun juga.
5) Irianto (2007) dengan judul “Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Rp/US$ dan
Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”, yang hasilnya
menunjukkan perubahan kurs rupiah terhadap dollar akan mempengaruhi
IHSG secara negatif dan perubahan harga emas akan mempengaruhi IHSG
secara positif.
6) Abdelaziz et al. (2008) dengan judul “Stock Prices, Exchange Rates, and Oil:
Evidence from Middle East Oil-Exporting Countries” yang menunjukkan
bahwa penyesuaian terhadap ekuilibrium jangka panjang di setiap pasar saham
terjadi melalui perubahan harga minyak.
7) G. Gilmore (2009) dengan judul “The Dynamics of Gold Prices, Gold Mining
Stock Prices and Stock Market Prices Comovements” yang menyatakan bahwa
perubahan harga emas berpengaruh terhadap perusahaan yang bergerak di
sektor pertambangan sehingga mempunyai pengaruh terhadap indeks harga
saham.
8) Menike (2006) yang berjudul “The Effect of Macroeconomic Variables on
Stock Prices in Emerging Sri Lankan Stock Market” menunjukkan bahwa nilai
tukar bereaksi negatif terhadap harga saham di Bursa Efek Colombo.
9) Smith (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “The Price Of Gold And Stock
Price Indices For The United States” menunjukkan bahwa harga emas dunia
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pergerakan indeks harga saham di
44
Amerika Serikat.
10) Luehrman (1991) dalam penelitiannya yang berjudul “Exchange Rate
Changes and The Distribution of Industry Value” menyatakan bahwa
depresiasi mata uang suatu negara mempengaruhi perjanjian daya saing
perusahaan yang bergerak dalam kompetisi internasional yang memimpin
peningkatan permintaan barang ekspor.
11) Dominguez (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Exchange rate
exposure” menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar memang penting untuk
fraksi yang signifikan dari perusahaan khususnya perusahaan yang tercatat di
bursa, meskipun yang perusahaan yang terkena dan arah paparan tergantung
pada nilai tukar tertentu dan bervariasi dari waktu ke waktu, menunjukkan
bahwa perusahaan secara dinamis menyesuaikan perilaku mereka dalam
menanggapi risiko nilai tukar.
12) Di Iorio (2001) yang berjudul “Foreign Exchange Exposure and Pricing in the
Australian Equities Market: A Fama and French Framework” menunjukkan
bahwa beberapa industri memiliki respon asimetris terhadap fluktuasi faktor
nilai tukar AUD/USD, dia juga menemukan bukti kuat dari risiko kurs dalam
sektor sumber daya daripada di sektor industri dalam analisis data harian.
13) Savasa (2010) yang berjudul “The Impact of Macroeconomic Variables on
Stock Return in Turkey: an ARDL Bounds Testing Approach”. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki kedua hubungan jangka panjang dan jangka
pendek antara return saham dan luas pasokan uang, produksi industri, nilai
tukar riil efektif, suku bunga domestik jangka panjang, dan suku bunga asing.
45
Menggunakan pendekatan ARDL untuk kointegrasi, peneliti menemukan
bukti hubungan kointegrasi jangka panjang antara return saham dan berbagai
variabel makro. Hasil dari tes stabilitas parameter menunjukkan bahwa
struktur parameter tidak menyimpang normal selama periode analisis.
14) Singh et al. (2010) yang berjudul “Macroeconomic factors and stock returns:
Evidence from Taiwan” menunjukkan bahwa nilai tukar dan PDB tampaknya
mempengaruhi hasil dari semua portofolio, sementara tingkat inflasi, nilai
tukar, dan jumlah uang beredar yang memiliki hubungan negatif dengan hasil
portofolio untuk perusahaan besar dan menengah.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir dan Konseptual
Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi dari sebuah negara. Pasar
modal menjadi alternatif perusahaan untuk memperoleh dana jangka panjang dan
menjadi salah satu alternatif investasi yang menguntungkan bagi para investor.
Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang
berkembang, yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makro
ekonomi secara umum. Pasar Modal Indonesia melalui fasilitator yaitu PT Bursa
Efek Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham
global. Biasanya untuk bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali
memiliki investor yang sama. Perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke
bursa negara lain. Dalam hal ini, biasanya bursa yang lebih besar akan
mempengaruhi bursa yang lebih kecil.
Investor asing menginvestasikan modalnya pada bursa seluruh dunia
sehingga antara bursa-bursa di dunia mempunyai keterkaitan secara global.
Kejadian dan dinamika harga saham antara satu bursa dengan bursa yang lain
saling mempengaruhi, terutama dengan bursa dari negara-negara berdekatan
misalnya crash yang terjadi di beberapa bursa negara-negara di Eropa akan
mengakibatkan crash pada bursa-bursa di negara-negara Asia termasuk Indonesia.
46
47
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayo dan Kuntan (2004)
yang berjudul “The Impact of News, Oil Prices, and Global Market Developments
on Russian Financial Markets”, menunjukkan bahwa Pasar Modal Amerika
memiliki pengaruh terhadap Pasar Modal Rusia. Penelitian lainnya yang berkaitan
dengan pengaruh indeks saham global adalah penelitian yang dilakukan oleh
Valadkhani et al. (2006) yang berjudul “The Interplay Between the Thai and
Several Other International Stock Markets”, menunjukkan bahwa pasar modal
regional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pasar Modal Thailand.
Selain pergerakan indeks saham global, IHSG juga sering dipengaruhi
oleh indikator ekonomi global antara lain : harga minyak, harga emas, dan
pergerakan kurs mata uang. Ketiga indikator ekonomi global ini sering
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap harga saham di Bursa Efek
Indonesia khususnya saham-saham perusahaan yang berada di sektor yang
mempunyai korelasi terhadap ketiga indikator ekonomi global tersebut.
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh
indikator ekonomi global terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian
Hayo dan Kuntan (2004) dan menemukan bukti bahwa pergerakan pasar modal di
Rusia dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia dan pergerakan pasar
modal di Amerika Serikat (Indeks Dow Jones). Penelitian yang dilakukan oleh
Twite dengan judul “Gold Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the Gold
Premium”, menemukan hasil bahwa emas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi secara positif pergerakan indeks saham di Australia. Penelitian
yang dilakukan oleh Irianto (2007) yang berjudul pengaruh bunga deposito, kurs
48
Rp/US$ dan harga emas terhadap IHSG menunjukkan bahwa kurs Rp/US$
mempunyai pengaruh negatif terhadap IHSG.
Berdasarkan
kajian
pustaka
dan
mengacu
pada
beberapa
hasil
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengaruh beberapa indeks saham
dan indikator ekonomi global terhadap indeks harga saham suatu negara, maka
dapat dibentuk kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir






Kajian Teori
Investasi
Pasar Modal
Bursa Efek
IHSG
Indeks Saham Global
Indikator
Ekonomi
Global
Hipotesis
Uji Statistik
Tesis
Kajian Empiris
Yang et al. (2003), Darrat
dan Zhong (2002), Karim et
al. (2009), Wong et al.
(2004), Hayo dan Kuntan
(2004), Valadkhani et al.
(2006), H. Kazi (2008),
Pattarathammas
dan
Khanthavit
(2009),
Syriopoulos (2005), Bhar
dan Nikolova (2007),
Hasibuan dan Hidayat
(2011), Brook dan Negro
(2002), Gay
(2008),
Kilian dan Park (2007),
Twite (2002), Sukono
(2012), Irianto (2007),
Abdelaziz et al. (2008), G.
Gilmore (2009), Menike
(2006), Smith
(2001),
Luehrman
(1991),
Dominguez (2006), Di
Iorio
(2001),
Savasa
(2010), Singh et al. (2010).
49
Berdasarkan beberapa studi empiris terdapat pengaruh beberapa indeks
saham dan indikator ekonomi global terhadap IHSG,
kemudian
disusun
kerangka konseptual untuk melihat hubungan-hubungan antara variabel
penelitian seperti terlihat pada Gambar 3.2 berikut:
Gambar 3.2
Kerangka Konseptual
Indeks Saham Global
Dow Jones
H1
Nikkei 225
Shanghai
UK: FT100
H2
H3
H4
H1
H2
H3
H4
IHSG
Indikator Ekonomi Global
H5
H5
Harga
Minyak
H6
H6
H7
Harga
Emas
USD/IDR
H7
50
3.2
Hipotesis Penelitian
3.2.1
Pengaruh Perubahan Indeks Dow Jones terhadap Pergerakan IHSG
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, pengaruh Amerika
Serikat sangat besar bagi negara-negara lain, hal ini juga termasuk pengaruh dari
perusahaan-perusahaan dan investornya di Bursa Efek yang terdapat di Amerika.
Sehingga pergerakan indeks Dow Jones yang merupakan salah satu indeks dalam
NYSE (New York Stock Exchange) akan berpengaruh pada pergerakan indeks
negara-negara lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yang et al. (2003)
melalui risetnya “Stock Market Integration and Financial Crisis: The Case Of
Asia ” menemukan bahwa baik sebelum dan sesudah krisis, pasar modal di
Amerika Serikat dan Jepang tetap mempengaruhi pasar modal di Asia, salah
satunya Indonesia.. Penelitian yang dilakukan oleh Syriopoulos (2005) yang
berjudul “Dynamic linkages between emerging European and developed stock
markets: Has the EMU any impact?” yang menjelaskan bahwa pasar Eropa
Tengah cenderung untuk menampilkan hubungan yang lebih kuat dengan rekanrekan negara mereka, sedangkan pasar AS memegang peran yang berpengaruh
terhadap dunia global. Wong et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “The
Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and Asian
Emerging Markets” menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat, Inggris
dan Jepang memiliki keterkaitan pada beberapa negara di Asia yang termasuk
dalam emerging market. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat
dibangun yaitu:
H1 : Perubahan indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG.
51
3.2.2
Pengaruh Perubahan Indeks Nikkei 225 terhadap Pergerakan IHSG
Ekonomi negara Jepang sangat mempengaruhi perputaran ekonomi dunia.
Hal ini ditunjukan oleh hasil riset IMF yang menunjukan besaran GDP Jepang
pada tahun 2012 berada pada urutan ke empat terbesar terhadap GDP Dunia, yaitu
sebesar US$ 4,628 atau berada pada kisaran 5,58% dari total GDP Dunia
(www.imf.org). Mengingat kondisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa indeks
saham di Jepang juga sangat mempengaruhi pergerakan bursa di kawasan Asia.
Indeks bursa Jepang yang sering menjadi patokan adalah indeks Nikkei 225.
Indeks ini sebenarnya muncul pertama kali pada tahun 1950. Namun, koran
ekonomi Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) baru menghitungnya secara harian sejak
tahun 1971. Adapun angka indeks Nikkei sendiri merupakan angka rata-rata
tertimbang harga saham-saham anggotanya. Sampai saat ini indeks Nikkei
merupakan indeks yang paling diperhatikan oleh investor-investor saham di Asia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hashmi (2001) melalui risetnya
“Interlinkage Among South East Asian Stock Market” menemukan bahwa baik
sebelum dan sesudah krisis 1998, pasar modal di Amerika Serikat dan Jepang
tetap mempengaruhi pasar modal di Indonesia. Darrat dan Zhong (2000) dalam
risetnya “Permanent and Transitory Driving Forces ini Asian-Pasific Stock
Markets” menyatakan bahwa pasar modal di negara Amerika Serikat, Hongkong,
Jepang dan Singapura memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar modal di Asia
Pasific. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu:
H2 : Perubahan indeks Nikkei 225 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG.
52
3.2.3
Pengaruh Perubahan Indeks Shanghai terhadap Pergerakan IHSG
Ekonomi Cina telah menjadi salah satu negara yang paling berpengaruh di
dunia. Selain Cina merupakan tujuan utama ekspor Indonesia, Cina juga telah
menunjukan pertumbuhan yang signifikan dalam jangka waktu 15 tahun terakhir.
Perubahan ini dipelopori oleh pertumbuhan infrastruktur yang kuat, kebijakan
moneter pemerintah yang prudent, reformasi pajak fiskal dan kekuatan dari
jumlah penduduknya yang terbesar di dunia. Sebagai gambaran, pada tahun 1981
hampir 85% penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan bahkan menurut IMF
menjadi nomer 5 negara termiskin di dunia, namun kini telah menjadi negara
dengan GDP nomer 2 terbesar di dunia (www.imf.org). Serupa dengan negara
lainnya, perekonomian di Cina juga dapat mengalami tekanan penurunan sebagai
akibat dari krisis atau situasi lain seperti bencana, kenaikan inflasi, dll. Salah satu
indeks yang diperhatikan investor di bursa Cina adalah indeks Shanghai (SSE).
Indeks seri SSE mengukur trend pasar di Pasar Modal Shanghai pada umumnya
atau dari dimensi yang berbeda dan dapat merefleksikan kinerja dan pergerakan
harga perusahaan di beragam industri. Indeks SSE menawarkan kepada investor
tolak ukur yang berbeda untuk analisis portofolio. Pasar modal diatur untuk
memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian nasional, indeks
SSE
secara
bertahap
akan
menjadi
barometer
perekonomian
China
(www.sse.com). Penelitian yang dilakukan oleh Karim et al. (2009) yang berjudul
Integration of Stock Markets Between Indonesia and Its Major Trading Partners
menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa dalam durasi tahun 1997 sampai dengan
2007, Pasar Modal Indonesia sangat terkait dengan kondisi pasar modal di Amerika,
53
Jepang dan China. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun
yaitu:
H3 : Perubahan indeks Shanghai berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG.
3.2.4
Pengaruh Perubahan Indeks UK:FT100 terhadap Pergerakan IHSG
Bursa Saham London (London Stock Exchange) adalah sebuah bursa
saham yang terletak di London. Didirikan pada 1801, bursa ini merupakan salah
satu bursa saham terbesar di dunia, dengan banyak pencatatan saham dari luar
negeri dan juga perusahaan Britania Raya. Indeks FTSE 100 merupakan salah satu
indeks yang melacak performa dari bursa di London. Indeks FTSE 100, yang juga
disebut FTSE, atau secara informal disebut “Footsie” merupakan indeks saham
dari 100 saham perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange dengan
kapitalisasi pasar tertinggi. Ini adalah salah satu indeks saham yang paling banyak
digunakan dan dipandang sebagai ukuran kemakmuran bisnis. Wong et al. (2004)
dalam penelitiannya yang berjudul “The Relationship Between Stock Markets of
Major Developed Countries and Asian Emerging Markets” menyatakan bahwa
pasar modal di Amerika Serikat, Inggris dan Jepang memiliki keterkaitan pada
beberapa negara di Asia yang termasuk dalam emerging market. Berdasarkan hal
tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu:
H4 : Perubahan indeks UK:FT100 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG.
54
3.2.5
Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia terhadap Pergerakan
IHSG
Minyak mentah sama halnya dengan mata uang dan emas yang merupakan
satu dari banyak indikator yang selalu terlibat dalam proses sistem ekonomi dunia.
Volatilitas mengikuti peristiwa ekonomi dan politik suatu negara. Harga minyak
mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia, pada umumnya yang
digunakan menjadi standar adalah West Texas Intermediate (WTI). Beberapa
penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara harga
minyak dunia terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian Hayo dan
Kuntan (2004) menemukan bukti bahwa pergerakan pasar modal di Rusia
dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia dan pergerakan pasar modal di
Amerika Serikat (Indeks Dow Jones). Penelitian yang dilakukan oleh Abdelaziz et
al. (2008) dengan judul “Stock Prices, Exchange Rates, and Oil: Evidence from
Middle East Oil-Exporting Countries” yang menunjukkan bahwa penyesuaian
terhadap ekuilibrium jangka panjang di setiap pasar saham terjadi melalui
perubahan harga minyak. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat
dibangun yaitu:
H5 : Perubahan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap pergerakan
IHSG.
3.2.6
Pengaruh Perubahan Harga Emas Dunia terhadap Pergerakan IHSG
Salah satu komoditi penting yang dapat mempengaruhi pergerakan bursa
saham adalah harga emas. Hal ini didasari bahwa emas merupakan salah satu
alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas risiko (Sunariyah, 2006).
55
Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya
cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Emas juga
merupakan alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap
terjadi
setiap
tahunnya. Salah satu harga emas yang menjadi acuan dalam
perdagangan emas dunia dibentuk di Pasar Bursa Logam di London yaitu LME
(London Metal Exchange). London Metal Exchange sendiri merupakan pusat dunia
untuk perdagangan logam industri. Apabila keadaan ekonomi dunia sedang dalam
keadaan kurang baik, biasanya investor yang berinvestasi di pasar modal dan pasar
uang memindahkan dananya ke investasi emas. Penelitian yang dilakukan oleh
Smith (2001) dalam penelitiannya yang berjudul“The Price Of Gold And Stock Price
Indices For The United States” menunjukkan bahwa harga emas dunia mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap pergerakan indeks harga saham di Amerika Serikat.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu:
H6 : Perubahan harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG.
3.2.7
Pengaruh Perubahan Kurs (USD/IDR) terhadap Pergerakan IHSG
Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam
rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi, sehingga nilai
tukar seringkali diindikasikan sebagai salah satu indikator kestabilan ekonomi
suatu negara. Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan
dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata
uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan
dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs
rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs
56
rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi
akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme
pasar (Kuncoro, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Sukono (2012) dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di Bursa Efek Indonesia”,
yang hasilnya menunjukkan semakin tinggi kurs rupiah, maka para investor akan
membeli dollar dari pada menanamkan modalnya ke pasar saham, sehingga harga
saham akan turun dan IHSG akan turun juga. Singh et al. (2010) yang berjudul
“Macro economic factors and stock returns: Evidence from Taiwan”
menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar akan mempengaruhi hampir semua
portofolio investor pasar modal di negara tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Irianto (2007) dengan judul “Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Rp/US$ dan Harga
Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”, yang hasilnya
menunjukkan perubahan kurs rupiah terhadap dollar akan mempengaruhi IHSG
secara negatif Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun
yaitu:
H7 : Perubahan kurs (USD/IDR) berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian
Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian
mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan
implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir data yang selanjutnya
disimpulkan dan diberikan saran. Suatu desain penelitian menyatakan struktur
masalah penelitian maupun rencana penyelidikan yang akan dipakai untuk
memperoleh bukti empiris mengenai hubungan-hubungan dalam masalah.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Kausalitas, yaitu
menganalisis hubungan kausalitas antara variabel penelitian sesuai dengan
hipotesis yang disusun. Penelitian ini menguji pengaruh beberapa indeks saham
(Dow Jones, Nikkei 225, Shanghai, UK : FT100) dan indikator ekonomi global
(Oil : WTI, Gold : LME, USD/IDR) terhadap pergerakan IHSG. Penelitian ini
menggunakan periode penelitian dari tahun 2008-2012.
4.2
Variabel Penelitian
4.2.1
Klasifikasi Variabel
Sebelum melakukan analisis data serta pengujian hipotesis, dilakukan
pengklasifikasian
variabel-variabel
dalam
model
penelitian.
Berikut
ini
merupakan variabel-variabel yang digunakan:
1) Variabel independen (variabel bebas) yang merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
57
58
dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah indeks
Dow Jones (X1), indeks Nikkei 225 (X2), indeks Shanghai (X3), indeks UK :
FT100 (X4), harga Oil : WTI (X5), Gold : LME (X6), USD/IDR (X7).
2) Variabel dependen (variabel terikat) yang merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pergerakan IHSG (Y).
4.2.2
Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap variabel-variabel yang diteliti,
maka definisi operasional dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:
1) Variabel Independen
(1) Indeks Dow Jones (X1)
Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah tolak ukur dari saham-saham
Amerika yang dianggap sebagai pemimpin dalam ekonomi dan juga ada di
Nasdaq dan NYSE. Dow Jones Industrial Average (DJIA) meliputi 30
perusahaan dengan kapitalisasi besar, yang dipilih secara subjektif oleh
editor Wall Street Journal. Selama ini, perusahaan-perusahaan yang ada di
indeks ini telah berubah untuk memastikan tolak ukurnya terhadap
ekonomi. Sampai saat ini, hanya General Electric yang merupakan bagian
dari sejarah awal indeks ini yang masih masuk ke dalam DJIA. Lainnya
telah berubah-ubah (www.nyse.com). Satuan indeks pada dasarnya berupa
persentase, namun dalam prakteknya penyebutan persentase tersebut
seringkali tidak disebutkan, salah satunya mengingat angka indeks
merupakan sebuah perbandingan dan lebih menekankan pada perubahan
59
sesuatu dari waktu ke waktu (Rimbawan, 2011). Periode indeks Dow
Jones yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember
2012.
(2) Indeks Nikkei 225 (X2)
Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham untuk Bursa Saham
Tokyo (Tokyo Stock Exchange - TSE). Indeks ini telah dihitung setiap hari
oleh surat kabar Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak tahun 1950. Indeks
ini
adalah
harga
rata-rata
tertimbang
(dalam
satuan yen),
dan
komponennya ditinjau ulang setahun sekali. Saat ini Nikkei adalah indeks
rata-rata ekuitas Jepang yang paling banyak dikutip, sebagaimana
demikian pula dengan Dow Jones Industrial Average di Amerika Serikat
(www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm).
Periode
indeks
Nikkei 225 yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan
Desember 2012.
(3) Indeks SSE (X3)
Indeks Shanghai (SSE) disusun dan diterbitkan oleh Shanghai Stock
Exchange. Indeks Shanghai SSE adalah indeks statistik otoritatif yang
banyak diikuti di dalam dan luar negeri untuk mengukur kinerja Pasar
Modal Cina. Indeks seri SSE terdiri dari 75 indeks, termasuk 69 indeks
saham, 5 indeks obligasi dan 1 indeks dana, meliputi beberapa seri seperti
ukuran pasar, sektor, gaya, strategi dan seri tematik dan menjadi sistem
indeks yang terus menerus ditingkatkan (www.sse.com). Periode indeks
60
Shangai (SSE) yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan
Desember 2012.
(4) Indeks UK : FT 100 (X4)
Perusahaan yang masuk FTSE 100 mewakili sekitar 81 % dari seluruh
kapitalisasi pasar di London Stock Exchange. Meskipun FTSE All-Share
Index lebih komprehensif, FTSE 100 paling banyak digunakan sebagai
indikator Pasar Modal Inggris. Indeks terkait lainnya adalah indeks FTSE
250 (yang berisi daftar 250 perusahaan terbesar berikutnya setelah FTSE
100), Indeks FTSE 350 (yang merupakan penggabungan dari FTSE 100
dan 250), Indeks FTSE SmallCap dan Indeks FTSE Fledgling. FTSE AllShare adalah penggabungan FTSE 100, FTSE 250 dan FTSE SmallCap
(www.londonstockexchange.com).
Periode
indeks
UK:FT100
yang
digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.
(5) Oil : WTI (X5)
Minyak mentah yang diperdagangkan di West Texas Intermediate (WTI)
adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi. Minyak mentah tersebut
berjenis light-weight dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak
jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini menyebabkan harga
minyak ini dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga
minyak mentah di WTI biasanya lebih tinggi lima sampai enam dolar
daripada harga minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dolar
dibanding
harga
minyak
Brent
(http://useconomy.about.com/od/
economicindicators/p/Crude_Oil.htm). Satuan untuk harga minyak mentah
61
dunia adalah barrel. Periode yang diambil datanya dari harga Oil : WTI
adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.
(6) Harga Emas Dunia (X6)
Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas risiko
(Sunariyah,2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk
investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali
harga emas turun. Kelebihan lainnya dari emas adalah alat yang dapat
digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya.
Satuan untuk harga emas dunia adalah troy-ounce. Periode yang
diambil datanya dari harga emas dunia adalah dari Januari 2008 sampai
dengan Desember 2012.
(7) Kurs USD/IDR (X7)
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan
nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan
antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya
sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang
dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs
(Salvatore, 2008). Periode yang diambil datanya dari kurs dollar terhadap
rupiah adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.
2) Variabel Dependen
IHSG (Y) meupakan perhitungan yang menggunakan semua perusahaan
tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks.
Agar
IHSG dapat
menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang
62
mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa perusahaan
tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika
jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free
float) relatif kecil, sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga
perubahan
harga
saham
perusahaan
tercatat
tersebut
berpotensi
mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.
Adapun
formula
untuk
menghitung
IHSG
adalah
sebagai
berikut
(www.idx.co.id) :
∑ (Regular Closing Price * Number of Shares)
IHSG =
Base Value
x 100
Periode IHSG yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan
Desember 2012.
4.3
Pengumpulan Data
4.3.1
Jenis Data Menurut Sifatnya
Jenis data menurut sifatnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif dan kualitatif. Masing-masing jenis data tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Data kuantitatif
Merupakan kumpulan informasi dalam bentuk angka-angka yang dapat dinilai
dan dihitung. Adapun yang dimaksud data kuantitatif dalam penelitian ini
adalah data bulanan indeks saham global (indeks Dow Jones, S&P 500,
Nikkei 225, SSE, UK : FT 100) dan indikator ekonomi global (Oil : WTI,
63
harga emas dan kurs USD/IDR) yang diambil datanya dari Januari 2008
sampai dengan Desember 2012
2) Data kualitatif
Merupakan kumpulan data yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka,
sehingga tidak dapat dinilai dan dihitung. Adapun yang dimaksud data
kualitatif dalam penelitian ini adalah hasil penelitian sebelumnya, data
pendukung yang didapatkan di berbagai buku dan majalah (berupa pendapat
para ahli dan hasil penelitian).
4.3.2
Jenis Data Menurut Sumbernya
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks SSE, indeks UK : FT 100, harga Oil
: WTI, harga emas dan kurs USD/IDR selama bulan Januari 2008 sampai bulan
Desember 2012. Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi yaitu
berupa data publikasi. Data tersebut sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Sumber
data diperoleh dari PT Bursa Efek Indonesia, PT KSEI, Bank Indonesia,
Bloomberg dan internet.
4.4
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis
regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji
pengaruh antara , indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks SSE, indeks UK :
FT 100, harga Oil:WTI, harga emas dan kurs USD/IDR terhadap IHSG. Seberapa
64
besar variable independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan
menggunakan persamaan garis regresi linier berganda berikut :
Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan
Y
= IHSG
b
= koefisien garis regresi
X1
= Indeks Dow Jones
X2
= Indeks Nikkei 225
X3
= Indeks Shanghai
X4
= Indeks UK : FT 100
X5
= Harga Oil : WTI
X6
= Harga Emas Dunia
X7
= Kurs USD/IDR
e
= standar error
4.4.1
Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal seperti diketahui bahwa uji t dan uji
F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2012). Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogramnya, maka menunjukkan pola distribusi normal (Gujarati,
65
2006). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis dan uji statistik (Ghozali, 2012).
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang beruntung sepanjang waktu, berkaitan satu sama lain. Masalah ini
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data urut
waktu atau time series karena “gangguan” pada seseorang atau kelompok
yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu),
masalah autokorelasi relatif jarang terhadap “gangguan” pada observasi
yang berbeda berasal dari individu atau kelompok berbeda. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW test). Uji ini
hanya digunakan untuk korelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan
mensyaratkan
adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak
ada variabel lain diantara variabel bebas. Dasar yang digunakan untuk
pengambilan keputusan secara umum diperlihatkan dalam tabel 4.1.
66
Tabel 4.1 Tabel Durbin-Watson (D-W)
Dw
Kesimpulan
0 < d < dl
Ada autokorelasi positif
dl  d  du
Tidak ada autokorelasi positif
4- dl < d < 4
Ada autokorelasi negatif
4 - du  d  4 – dl
Tidak ada autokorelasi negatif
du < d < 4 – du
Tidak ada autokorelasi positif atau
negatif
Sumber : Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS, Ghozali 2012.
3) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier
di antara variabel-variabel dalam model regresi. Interpretasi dari persamaan
regresi linier secara emplisit bergantung bahwa variabel-variabel beda dalam
persamaan tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi
dengan
sempurna,
maka
disebut
multikoliniearitas
sempurna.
Multikoliniearitas dapat dideteksi dengan besaran-besaran regresi yang
didapat yaitu:
a) Variasi besar (dari taksiran OLS).
b) Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar, maka standar error
besar sehingga interval kepercayaan lebar).
c) Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas secara substansi maupun
secara statistik jika dibuat regresi sederhana bisa tidak signifikan karena
67
variasi besar akibat kolinearitas. Bila standar error terlalu besar pula
kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan.
d) R² tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test.
Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang
tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi.
4) Uji Heterokedatisitas
Uji heterokedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda,
maka
disebut
heterokedatisitas,
sebaliknya
jika
tetap
disebut
homokedastisitas. Model yang baik adalah yang homokedastisitas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser.
Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute ei dengan variabel
bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (nilai absolute ei), maka tidak ada heterokedastisitas
(Ghozali, 2012).
4.4.2
Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau : Ho : βi = 0 Artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap
variable dependen. Hipotesis alternatif (Hi) bila semua parameter secara simultan
68
tidak sama dengan nol, atau Hi: βi ≠ 0 Artinya ada pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria:
a)
Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada
derajat kepercayaan 5 persen. Dengan kata lain kita menerima hipotesa
alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara
serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila
nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan
menerima Hi.
4.4.3
Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut :
a)
Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan
derajat kepercayaan sebesar 5 persen, maka Ho yang menyatakan βi = 0 dapat
ditolak bila nilai t lebih dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita
menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
b) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila
nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan t tabel,
kita
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Deskripsi Obyek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah IHSG. IHSG
atau kepanjangan dari Indeks Harga Saham Gabungan atau dalam sebutan bahasa
Inggris biasa dikenal dengan Jakarta Composite Index (JCI) atau JSX Composite
adalah salah satu bentuk indeks saham di Indonesia yang dipergunakan Bursa
Efek Indonesia (dulunya bernama Bursa Efek Jakarta).
IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan
indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah
emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten (Buku Panduan
Indeks Harga Saham, 2010).
IHSG menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen
perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar,
Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu
atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya
antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh
publik (free float) relatif kecil, sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar,
sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat tersebut berpotensi
mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek
69
70
Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang
diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan
(benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk
apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun pihak yang
menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). (www.idx.co.id)
5.1.2
Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen dan variabel independen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah IHSG (Y). Variabel independen pada penelitian ini yang
mempengaruhi IHSG adalah indeks Dow Jones (X1), indeks Nikkei 225 (X2),
indeks Shanghai (X3), indeks UK:FT100 (X4), harga minyak dunia (X5), harga
emas dunia (X6), kurs USD/IDR (X7). Hasil data statistik deskriptif yang telah
diolah SPSS ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif Variabel Dependen dan Variabel Independen
Descriptive Statistics
Indeks Dow Jones
Indeks Nikkei 225
Indeks Shanghai
Indeks UK:FT100
Harga Minyak
Harga Emas
Kurs USD/IDR
IHSG
Valid N (listwise)
Sumber : Lampiran 3
N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Minimum
7.062,93
7.568,42
1.728,79
3.830,09
39,03
1.560,00
8.498,00
1.241,54
Maximu
13.437,13
m
14.338,54
4.383,39
6.087,30
140,00
3.972,00
12.360,00
4.350,29
Mean
11.146,83
10.017,91
2.662,54
5.356,64
86,46
2.560,45
9.478,52
3.011,09
Std.
Deviation
1.650,32
1.593,07
536,73
593,37
20,20
705,06
837,13
933,72
71
Pada Tabel 5.1, dengan jumlah pengamatan selama 60 bulan dimulai dari
bulan Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun 2012, dapat dilihat bahwa
nilai terendah IHSG adalah 1.241,54 yang terjadi pada bulan November tahun
2008, sementara nilai tertinggi IHSG adalah 4.350,29 yang terjadi pada bulan
Oktober tahun 2012. Nilai rata-rata IHSG adalah sebesar 3.011,09 dengan standar
deviasi sebesar 933,72. Dengan nilai standar deviasi yang sangat besar ini
menandakan bahwa nilai IHSG berfluktuasi tajam. Hal ini dapat dilihat pada
grafik berikut ini :
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
periode tahun 2008 – 2012
Dari grafik pada Gambar 5.1 dapat terlihat IHSG sempat mengalami penurunan
yang cukup tajam pada tahun 2008. Penurunan IHSG yang cukup tajam pada
tahun 2008 disebabkan oleh terjadinya krisis global, dimana rata-rata hampir pasar
modal di dunia mengalami penurunan yang cukup tajam. Meskipun sempat
72
mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2008, IHSG akhirnya
kembali berada pada level sebelum krisis di kisaran 2400-2500 pada akhir tahun
2009.
Pada indeks Dow Jones yang merupakan indeks yang mewakili New York
Stock Exchange, dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Indeks Dow
Jones adalah sebesar 11.146.83, dimana nilai terendah adalah sebesar 7.062,93
yang terjadi pada bulan Februari 2009. Sementara nilai tertinggi adalah sebesar
13.437,13 yang terjadi pada bulan September 2012. Nilai standar deviasi dari
indeks Dow Jones adalah sebesar 1.650,32. Ini menunjukkan bahwa Indeks Dow
Jones cenderung berfluktuasi. Berikut disajikan grafik pergerakan Indeks Dow
Jones selama periode pengamatan:
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.2. Pergerakan Indeks Dow Jones periode tahun 2008 – 2012
73
Dari grafik pada Gambar 5.2 dilihat bahwa secara umum Indeks Dow Jones
selama periode pengamatan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 indeks Dow
Jones mengalami penurunan drastis. Hal ini disebabkan pada tahun 2008 terjadi
krisis Subprime Mortgage di Amerika Serikat.
Indeks Nikkei 225 dapat dilihat pada Tabel 5.1, dimana nilai rata-rata
indeks Nikkei 225 adalah sebesar 10.017,91, dengan nilai terendah adalah
7.568,42 yang terjadi
pada
bulan
Februari
tahun 2009, sedangkan nilai
tertinggi adalah sebesar 14.338,54 yang terjadi pada bulan Mei tahun 2008. Nilai
standar deviasi dari indeks Nikkei 225 adalah sebesar 1.593,07. Hal ini berarti
bahwa selama periode pengamatan, indeks Nikkei 225 berfluktuasi cukup tajam.
Berikut disajikan grafik indeks Nikkei 225 selama periode pengamatan dengan
menggunakan MS Excel.
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.3. Pergerakan Indeks Nikkei 225 periode tahun 2008 – 2012
74
Pada grafik yang ditampilkan Gambar 5.3, dapat dilihat indeks Nikkei 225 pada
tahun 2008 mulai mengalami penurunan karena diakibatkan oleh krisis ekonomi
global yang berakibat pada jatuhnya indeks-indeks global.
Hasil statistik deskriptif indeks Shanghai (SSE) yang ditunjukkan pada
Tabel 5.1 menunjukkan nilai rata-rata indeks Shanghai (SSE) adalah sebesar
2.662,54, dengan nilai terendah adalah 1.728,79 yang terjadi pada bulan Oktober
tahun 2008, sedangkan nilai tertinggi adalah sebesar 4.383,39 yang terjadi pada
bulan Januari tahun 2008. Nilai standar deviasi dari Shanghai (SSE) adalah
sebesar 536,73. Hal ini berarti bahwa selama periode pengamatan, indeks
Shanghai (SSE) berfluktuasi cukup tajam. Berikut disajikan grafik indeks
Shanghai (SSE) selama periode pengamatan dengan menggunakan MS Excel:
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.4. Pergerakan Indeks Shanghai periode tahun 2008 – 2012
Pada grafik yang ditampilkan Gambar 5.4, dapat dilihat indeks Nikkei 225 pada
tahun 2008 mulai mengalami penurunan karena diakibatkan oleh krisis ekonomi
75
global dan sampai pada akhir tahun 2012 indeks Shanghai belum bisa kembali ke
puncak tertingginya.
Pada indeks UK:FT100, nilai rata-rata indeks UK:FT100 adalah sebesar
5.356,64, dengan nilai terendah adalah 3.830,09 yang terjadi pada bulan Februari
tahun 2009, sedangkan nilai tertinggi adalah sebesar 6.087,30 yang terjadi pada
bulan April tahun 2008. Nilai standar deviasi dari indeks UK:FT100 adalah
sebesar 593,37. Hal ini berarti bahwa selama periode pengamatan, indeks
UK:FT100 berfluktuasi cukup tajam. Berikut disajikan grafik indeks UK:FT100
selama periode pengamatan dengan menggunakan MS Excel:
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.5. Pergerakan Indeks UK:FT100 periode tahun 2008 – 2012
Pada grafik yang ditampilkan Gambar 5.5, dapat dilihat indeks UK:FT100 sempat
mengalami penurunan pada tahun 2008 karena diakibatkan oleh krisis ekonomi
global dan akhirnya pada tahun 2009 mulai bergerak naik dan mendekati nilai
tertingginya.
76
Harga minyak dunia yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
minyak dunia yang terbentuk di pasar spot minyak Texas WTI (West Texas
Intermediate). Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa harga
rata-rata minyak dunia selama periode pengamatan adalah sebesar $86.46/barrel,
dengan harga tertinggi sebesar $140,00/barrel yang terjadi pada bulan Juni tahun
2008, sementara harga terendah sebesar $39,03/barrel yang terjadi pada bulan
Desember tahun 2008. Nilai standar deviasi harga minyak dunia adalah sebesar
20,20. Secara umum harga minyak dunia selama periode pengamatan mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.6. Pergerakan Harga Minyak Dunia periode tahun 2008 – 2012
Pergerakan harga minyak dunia yang terlihat pada grafik Gambar 5.6
menunjukkan bahwa harga minyak dunia mengalami penurunan yang drastis yang
diakibatkan oleh penurunan jumlah permintaan minyak dunia karena krisis
77
ekonomi global. Setelah tahun 2008, harga minyak dunia perlahan-lahan
mengalami kenaikan seiring dengan makin pulihnya perekonomian global.
Data hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 5.1 menunjukkan harga ratarata emas dunia selama periode pengamatan adalah sebesar $2.560,45/troy-ounce
dengan harga terendah adalah $1.560,00/troy-ounce yang terjadi pada bulan
Oktober tahun 2008 sementara harga tertinggi adalah $3.972,00/troy-ounce
yang terjadi pada bulan Februari tahun 2008. Nilai standar deviasi sebesar
705,06 menunjukkan bahwa harga emas cenderung berfluktuasi. Selain itu
selama
periode pengamatan
ditemukan
bahwa
harga
emas
dunia
menunjukkan kecenderungan untuk selalu meningkat. Ini dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.7. Pergerakan Harga Emas Dunia periode tahun 2008 – 2012
78
Grafik harga emas dunia yang ditunjukkan pada Gambar 5.7 dapat terlihat bahwa
harga emas sempat mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2008 yang
diakibatkan oleh krisis ekonomi global. Pada menjelang penutupan akhir tahun
2008, harga emas dunia perlahan-lahan mengalami kenaikan dikarenakan investor
di pasar modal maupun pasar uang beralih ke investasi emas untuk menghindari
risiko ketidak pastian ekonomi global. Harga emas dunia kembali mengalami
penurunan dimulai pada akhir tahun 2011 sampai dengan akhir tahun 2012 seiring
membaiknya ekonomi global sehingga investor kembali berinvestasi ke pasar
modal maupun pasar uang.
Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dari hasil
perhitungan uji statistik deskriptif yang telah diolah SPSS menunjukkan bahwa
nilai rata-rata kurs USD/IDR selama periode pengamatan adalah Rp. 9.478,52.
Nilai terendah kurs rupiah adalah sebesar Rp.8.498,00 yang terjadi pada bulan Juli
tahun 2011. Sementara nilai tertinggi kurs rupiah adalah sebesar Rp.12.360,00
yang terjadi pada bulan November tahun 2008. Nilai standar deviasi kurs rupiah
adalah sebesar 837,13. Ini menandakan bahwa selama periode pengamatan nilai
kurs rupiah cenderung stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat
pada grafik pergerakan kurs rupiah dibawah ini:
79
Sumber: Lampiran 2
Gambar 5.8. Pergerakan Kurs USD/IDR periode tahun 2008 – 2012
Dari grafik yang terlihat pada Gambar 5.8 menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah
terhadap USD relatif stabil. Pergerakan kurs rupiah terhadap USD dapat dijaga
dengan baik oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter Indonesia. Pada tahun
2008 ketika nilai kurs rupiah terhadap USD melemah, nilai IHSG turun dari
tingkat 2400 ke tingkat 1000.
5.1.3
Uji Asumsi Klasik
5.1.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik
Kolmogorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam
program SPSS. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan
80
membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha
yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig >
alpha (Ghozali, 2012). Berikut disajikan hasil dari Kolmogorov-Smirnov test
dalam Tabel 5.2
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters
a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Unstandardized
Residual
60
,000
249,622
,062
,046
-,062
,483
,974
Sumber : Lampiran 3
Dari hasil pengujian normalitas, terlihat bahwa residual (galat) menyebar normal
karena nilai sig = 0,974>0,05, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
5.1.3.2 Uji autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul dari observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
81
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena
”gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi
”gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada
data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena
”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok
yang berbeda. Deteksi autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson (Ghozali,
2012). Penentuan ada tidaknya kasus autokorelasi didasari oleh kaidah tersebut di
bawah ini.
0 < d < dl
= Ada autokorelasi positif
dl  d  du
= Tidak ada autokorelasi positif
4- dl < d < 4
= Ada autokorelasi negatif
4 - du  d  4 – dl = Tidak ada autokorelasi negatif
du < d < 4 – du
= Tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
Berikut disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi dengan menggunakan SPSS:
Tabel 5.3
Nilai Durbin-Watson
Model Summary b
Std. Error of
Adjusted R
DurbinSquare
the Estimate
Watson
Model
R
R Square
a
1
,964
,929
,919
265,89326
1,903
a. Predictors: (Constant), Kurs USD/IDR, Indeks Nikkei 225, Harga Emas,
Indeks Dow Jones, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Lampiran 3
Dari hasil SPSS yang terlihat pada Tabel 5.3 bahwa nilai Durbin Watson adalah
sebesar 1,903.
Nilai
Durbin-Watson
berdasarkan
tabel
dengan
derajat
82
kepercayaan sebesar 5% adalah dl sebesar 1,34 dan du sebesar 1,85, sehingga
nilai 4-du adalah 2,15. Nilai Durbin Watson pada penelitian ini adalah 1,903,
sehingga berada terletak diantara du dan 4-du, maka model regresi ini
menunjukkan tidak adanya autokorelasi dan layak digunakan.
5.1.3.3 Uji Multikolinearitas
Menurut Sudarmanto (2005) uji multikolinieritas dimaksudkan untuk
membuktikan
atau
menguji
ada
atau
tidaknya
hubungan
yang
linier
(multikolinieritas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas
yang lain. Menurut Nugroho (2005) sebagai pedoman untuk mengetahui antara
variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi multikolinieritas
jika mempunyai VIF (Varian Inflatation Factor) kurang dari 10 dan angka
Tolerance lebih dari 0,1. Hasil SPSS dari uji multikolinearitas ini bisa dilihat
dari Tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Mode
1
a
Indeks Dow Jones
Indeks Nikkei 225
Indeks Shanghai
Indeks UK:FT100
Harga Minyak
Harga Emas
Kurs USD/IDR
Dependent Variable: IHSG
Sumber : Lampiran 3
Tolerance
,652
,885
,651
,405
,721
,765
,545
VIF
1,534
1,131
1,536
2,467
1,387
1,307
1,834
83
Dari hasil uji multikolinearitas diperoleh hasil bahwa semua variabel independen
dari model regresi tidak terdapat multikolinearitas yang ditunjukkan oleh nilai
VIF yang dibawah 10 dan nilai tolerance yang lebih besar
dari 0,1.
Ini
menunjukkan bahwa model regresi ini layak untuk digunakan karena tidak
terdapat variabel yang mengalami multikolinearitas.
5.1.3.4 Uji heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model
regresi terjadi ketidaksamaan varians. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun
variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai
absolute ei), maka tidak ada heterokedastisitas (Ghozali, 2012). Hasil SPSS dari
uji heterokedastisitas bisa dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5.5
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficients a
Unstandardized
Coefficients
Std.
Model
B
Error
1
(Constant)
-294,257
763,717
Indeks Dow Jones
-,009
,050
Indeks Nikkei 225
,024
,029
Indeks Shanghai
-,034
,073
Indeks UK:FT100
,004
,142
Harga Minyak
-,082
2,871
Harga Emas
-,006
,050
Kurs USD/IDR
,047
,050
a. Dependent Variable: Absolut Residual
Sumber : Lampiran 3
Standardized
Coefficients
Beta
-,096
,242
-,115
,014
-,011
-,026
,249
t
-,385
-,184
,821
-,459
,027
-,029
-,117
,932
Sig.
,702
,855
,416
,648
,979
,977
,907
,356
84
Hasil uji heterokedastisitas yang ditampilkan pada Tabel 5.5 menunjukkan
variabel indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai, indeks
UK:FT100, harga minyak dunia, harga emas dunia dan kurs USD/IDR memiliki
nilai signifikansi 0,855; 0,416; 0,648; 0,979; 0,977; 0,907; 0,356 yang
kesemuanya diatas 0,05. Berarti tidak terdapat heterokedastisitas dalam model ini,
dengan kata lain semua variabel independen yang terdapat dalam model ini
memiliki sebaran varians yang sama/homogen.
5.1.4 Uji Hipotesis
5.1.4.1 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2012)
Dalam perhitungan statistik ini nilai R2 yang digunakan adalah adjusted R
square. Adjusted R square adalah suatu indikator yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu
persamaan regresi. Nilai adjusted R2 telah dibebaskan dari
pengaruh derajat
kebebasan (degree of freedom) yang berarti nilai tersebut telah benar-benar
menunjukkan bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut adalah koefisien determinasi dari penelitian ini yang disajikan
dalam Tabel 5.6:
85
Tabel 5.6
Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Adjusted R
R Square
Square
Model
R
1
,964 a
,929
,919
a. Predictors: (Constant), Kurs USD/IDR, Indeks Nikkei 225,
Harga Emas, Indeks Dow Jones, Indeks Shanghai, Harga
Minyak, Indeks UK:FT100
b. Dependent Variable: IHSG
Std. Error of
the Estimate
265,89326
Sumber : Lampiran 3
Pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar
0,919. Hal ini dapat menunjukkan bahwa variasi variabel independen dalam
penelitian ini mampu menjelaskan 91,9% variasi variabel dependen, sedangkan
sisanya yaitu sebesar 8,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel
independen. Nilai koefisien korelasi (R Square) sebesar 0,929
menunjukkan
bahwa kuat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen
sebesar 92,9%.
5.1.4.2 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap semua variabel dependen (Ghozali,2012). Berikut hasil Uji F yang diolah
menggunakan SPSS:
86
Tabel 5.7
Uji F
ANOVA b
Sum of
Sig
Mean Square
F
Squares
df
. a
Regression
47761580
7
6823082,833
96,509
,000
Residual
3676359,7
52
70699,224
Total
51437939
59
a Predictors: (Constant), Kurs USD/IDR, Indeks Nikkei 225, Harga Emas, Indeks Dow
Jones, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100
b Dependent Variable: IHSG
Mode
1
Sumber : Lampiran 3
Dari hasil yang ditunjukkan pada Tabel 5.7 diperoleh nilai F hitung sebesar
96,509 dengan nilai signifikansi 0,000. Dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi indeks Dow Jones,
indeks Nikkei 225, indeks Shanghai, indeks UK:FT100, harga minyak dunia,
harga emas dunia dan kurs USD/IDR tidak sama dengan nol, atau ketujuh variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap IHSG.
5.1.4.3 Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara parsial didalam menerangkan variasi variabel
dependen
(Ghozali, 2012). Untuk menginterpretasikan koefisien parameter
variabel independen dapat menggunakan unstandardized coeficients maupun
standardized coeficients. Pada penelitian ini akan menggunakan standardized
coeficients, hal ini disebabkan karena unit ukuran variabel independen tidak sama.
Keuntungan dengan menggunakan standardized coeficients adalah mampu
87
mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel independen (Ghozali,2012).
Berikut hasil SPSS dari Uji t yang disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.8
Uji t
Coefficient a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Mode
Beta
B
Std. Error
1
(Constant)
4630,553 1292,449
Indeks Dow Jones
,313
,084
,553
Indeks Nikkei 225
-,286
,049
-,487
Indeks Shanghai
,012
,124
,007
Indeks UK:FT100
,351
,240
,223
Harga Minyak
-2,494
4,859
-,054
Harga Emas
-,066
,084
-,050
Kurs USD/IDR
-,398
,085
-,357
a Dependent Variable: IHSG
t
3,583
3,724
-5,819
,098
1,460
-,513
-,788
-4,697
Sig.
,001
,000
,000
,922
,150
,610
,434
,000
Sumber : Lampiran 3
Pada
Tabel
5.8
dapat
disusun
persamaan
regresi
sebagai
berikut:
IHSG = 0,553 IDJ – 0,487 Nikkei + 0,007 Shanghai + 0.223 UK – 0,054 Minyak 0,050 Emas – 0,357 Kurs + e.
Apabila digunakan dalam ilmu pasti, maka semua angka yang tertera dalam
persamaan matematis pada Tabel 5.8 dapat diinterpretasikan lebih mendalam.
Akan tetapi karena dalam penelitian ini termasuk ilmu sosial atau ekonomi, maka
yang perlu dititikberatkan sebaiknya adalah tanda positif atau negatif yang
terdapat di depan angka koefisien beta (Janie, 2012). Pada penelitian ini, penulis
mencoba untuk menjelaskan beberapa hal terkait dengan t hitung dan nilai
signifikansi yang ditunjukan pada tabel tersebut. Penjelasan mengenai persamaan
garis regresi adalah sebagai berikut :
88

Secara parsial, koefisien indeks Dow Jones menunjukan nilai positif. Dengan
mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka
kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara indeks Dow
Jones dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada indeks Dow Jones akan
berakibat pula pada kenaikan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel
indeks Dow Jones sebesar 0,553; menunjukan bahwa jika indeks Dow Jones
mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG juga akan mengalami
peningkatan sebesar 0,553. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai thitung dari indeks Dow Jones adalah sebesar 3,724 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung
(3,724) lebih besar dari t tabel (1,671) maka terdapat pengaruh signifikan
antara variabel indeks Dow Jones terhadap IHSG.

Secara parsial, koefisien indeks Nikkei 225 menunjukan nilai negatif. Dengan
mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka
kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara indeks Nikkei
225 dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada indeks Nikkei 225 akan
berakibat pada penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel
indeks Nikkei 225 sebesar -0,487; menunjukan bahwa jika indeks Nikkei 225
mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami
penurunan sebesar 0,487. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai thitung dari indeks Nikkei 225 adalah sebesar -5,819 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan
89
nilai t hitung (-5,819) lebih besar dari t tabel (1,671) maka terdapat pengaruh
signifikan antara variabel indeks Nikkei 225 terhadap IHSG.

Secara parsial, koefisien indeks Shanghai menunjukan nilai positif. Dengan
mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka
kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara indeks Shanghai
dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada Shanghai akan berakibat pula
pada peningkatan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel indeks
Shanghai sebesar 0,007; menunjukan bahwa jika indeks Shanghai mengalami
kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami peningkatan
pula sebesar 0,007. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari
indeks Shanghai adalah sebesar 0,098 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,922. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung (0,098)
lebih kecil dari t tabel (1,671) maka variabel indeks Shanghai berpengaruh
tidak signifikan terhadap IHSG.

Secara parsial, koefisien indeks UK:FT100 menunjukan nilai positif. Dengan
mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka
kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara indeks
UK:FT100 dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada indeks UK:FT100
akan berakibat pula pada peningkatan angka indeks IHSG. Koefisien regresi
variabel indeks UK:FT100 sebesar 0,223; menunjukan bahwa jika indeks
UK:FT100 mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan
mengalami peningkatan pula sebesar 0,223. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat
bahwa nilai t-hitung dari indeks UK:FT100 adalah sebesar 1,460 dengan
90
tingkat signifikansi sebesar 0,150. Karena nilai signifikansi lebih besar dari
5% dan nilai t hitung (1,460) lebih kecil dari t tabel (1,671) maka variabel
indeks Shanghai berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG.

Secara parsial, koefisien harga minyak menunjukan nilai negatif. Dengan
mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka
kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara harga minyak
dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada harga minyak akan berakibat
pada penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel harga minyak
sebesar -0,054; menunjukan bahwa jika harga minyak mengalami kenaikan
sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,054.
Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari harga minyak
adalah sebesar -0,153 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,610. Karena nilai
signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung (-0,153) lebih kecil dari t
tabel
(1,671) maka variabel harga minyak berpengaruh tidak signifikan
terhadap IHSG.

Secara parsial, koefisien harga emas menunjukan nilai negatif. Dengan
mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka
kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara harga emas
dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada harga emas akan berakibat pada
penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel harga emas sebesar
-0,050; menunjukan bahwa jika harga emas mengalami kenaikan sebesar 1
poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,050. Pada
Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari harga emas adalah
91
sebesar -0,788 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,434. Karena nilai
signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung (-0,788) lebih kecil dari t
tabel (1,671) maka variabel harga emas berpengaruh tidak signifikan terhadap
IHSG.

Secara parsial, koefisien kurs USD/IDR menunjukan nilai negatif. Dengan
mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka
kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara kurs USD/IDR
dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada nilai kurs USD/IDR akan
berakibat pada penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel kurs
USD/IDR sebesar -0,357; menunjukan bahwa jika kurs USD/IDR mengalami
kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan
sebesar 0,357. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari kurs
USD/IDR adalah sebesar -4,697 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (-4,697) lebih
besar dari t tabel (1,671) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel
kurs USD/IDR terhadap IHSG.
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1
Hipotesis 1
Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks Dow
Jones berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh bahwa hipotesis 1 terbukti. Hasil ini menunjukkan bahwa
kenaikan indeks Dow Jones akan mendorong kenaikan IHSG. Indeks Dow Jones
sendiri merupakan rata-rata indeks saham terbesar di dunia, oleh karena itu
92
pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh indeks saham
dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks Dow Jones terhadap IHSG adalah positif,
yang dapat diartikan bahwa kenaikan indeks Dow Jones akan mengakibatkan pula
pada naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya
sentimen positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia. Pada Bab I
Tabel 1.2 yang telah dijelaskan sebelumnya, investor asing terutama investor
institusi lebih mendominasi proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal
Indonesia, sehingga segala sesuatu yang terjadi di Amerika tentunya akan
mempengaruhi psikologi investor yang berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Hal
ini mengkonfirmasi dan sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, seperti: Hayo dan Kuntan (2004), Yang et al.
(2003), Darrat dan Zhong (2002), Karim et al. (2009), Wong et al. (2004),
Syriopoulos (2005), Bhar dan Nikolova (2007) yang menyatakan bahwa pasar
modal di Amerika Serikat mempunyai pengaruh terhadap pasar modal negara lain
di dunia.
5.2.2
Hipotesis 2
Hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks Nikkei 225
berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan
SPSS yang telah dilakukan dalam penelitian ini, ternyata diperoleh hasil bahwa
indeks Nikkei 225 menunjukan pengaruhnya kepada IHSG, namun pada arah
yang sebaliknya, yaitu berpengaruh negatif. Dengan kondisi tersebut, maka hasil
dari penelitian ini telah mengkonfirmasi hasil dari Hasibuan dan Hidayat (2011),
namun berbanding terbalik dengan beberapa peneliti sebelumnya, seperti: Yang et
93
al. (2003), Darrat dan Zhong (2002), Karim et al. (2009), Wong et al. (2004).
Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dari periode pengumpulan
data akan berakibat pula pada kondisi ekonomi negara Jepang yang berbeda pula.
Perbedaan kondisi ini ditunjukan dengan informasi yang dikeluarkan oleh Central
Intelligent Agency (CIA) dalam bentuk Word Factbook 2012 yang menjelaskan
bahwa ekonomi Jepang sedikit kontras dan mengalami perbedaan dengan
beberapa negara besar lainnya, sejak Jepang telah jatuh ke dalam resesi hingga
tiga kali sejak 2008. Dimulai dengan penurunan tajam nilai ekspor Jepang pada
akhir 2008, kemudian dilanjutkan pada tahun 2011 dengan tekanan ekonomi
akibat besaran utang yang mencapai 200% dari GDP justru disaat negara lainnya
termasuk Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
kemudian dilanjutkan dengan terjadinya gempa besar berkekuatan 9,0 SL dan
tsunami, bersamaan dengan laporan bulan Maret 2011 yang menunjukan
gangguan besar disektor manufaktur. Hal ini tentunya menyebabkan aliran dana
investor berpindah ke negara lainnya, salah satunya di Pasar Modal Indonesia.
5.2.3
Hipotesis 3
Hipotesis 3 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks Shanghai
berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan
SPSS diperoleh bahwa hipotesis 3 terbukti. Indeks Shanghai yang mewakili Pasar
Modal Cina memang memiliki pengaruh yang sangat besar dikarenakan ekspor
dan impor Indonesia nilainya banyak ke negara Cina. Cina yang memiliki
penduduk terbanyak di dunia dan dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat luar
biasa, membuat Pasar Modal Cina sangat diperhatikan oleh investor global. Hal
94
ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya dari Karim et al. (2009) yang
menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia sangat terkait dengan pasar modal
Cina.
5.2.4
Hipotesis 4
Hipotesis 4 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks UK:FT100
berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan
SPSS diperoleh bahwa hipotesis 4 terbukti. Hal ini mengkonfirmasi dan sejalan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,
seperti: Wong et al. (2004) dan H. Kazi (2008) yang menyatakan bahwa pasar
modal di Inggris memberikan pengaruh terhadap pasar modal negara lain di dunia.
Kondisi ini terjadi mengingat negara Inggris merupakan negara yang masuk
dalam urutan 10 besar negara didunia yang memiliki GDP terbesar, sehingga
kondisi ekonomi di negara Inggris tentunya dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di negara lainnya baik dari aliran dana investasi maupun nilai ekspor dan
impor.
5.2.5
Hipotesis 5
Hipotesis 5 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Harga minyak
dunia berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”.
Berdasarkan
hasil
perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 5 ternyata tidak terbukti. Ini disebabkan
karena selama periode pengamatan, kenaikan harga minyak disebabkan karena
ekonomi global
sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang
mengakibatkan permintaan terhadap minyak berkurang. Kejadian krisis politik di
95
negara-negara Timur Tengah juga mengakibatkan pasokan minyak menjadi
berkurang sehingga menyebabkan harga minyak menjadi meningkat. Tentunya hal
ini mengkonfirmasi penelitian Kilian dan Park (2007) yang menyatakan apabila
kenaikan harga minyak dunia disebabkan oleh meningkatnya permintaan minyak
dunia akibat ketidakpastian ketersediaan minyak di masa depan, maka hal ini
akan membawa pengaruh negatif bagi pasar modal.
5.2.6
Hipotesis 6
Hipotesis 6 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Harga emas dunia
berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh bahwa harga emas dunia memiliki pengaruh yang negatif terhadap
IHSG sehingga hipotesis 6 terbukti. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian dari
Smith (2001) yang menunjukkan bahwa harga emas dunia berpengaruh secara
negatif terhadap pergerakan indeks harga saham, sekaligus menentang apa yang
telah disimpulkan oleh Twite (2002), Irianto (2007) dan G. Gilmore (2009)
bahwa pergerakan harga emas berpengaruh secara positif terhadap pergerakan
indeks di pasar modal. Indikasi bahwa harga emas berpengaruh negatif terhadap
pergerakan IHSG ini lebih dikarenakan emas merupakan salah satu komoditi
alternatif investasi yang dianggap cenderung aman dan bebas risiko, sehingga
apabila kondisi ekonomi kurang stabil dan berakibat pada ketidakstabilan di pasar
modal, maka para investor akan beralih pada komoditi emas sebagai sarana
investasi.
96
5.2.7
Hipotesis 7
Hipotesis 7 yang diajukan dalam penelitian ini adalah ”Kurs (USD/IDR)
berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh hasil bahwa hipotesis 7 terbukti. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika
nilai kurs rupiah terdepresiasi maka IHSG juga akan mengalami penurunan.
Bagi investor, pergerakan nilai
tukar dollar terhadap rupiah (USD/IDR)
mengindikasikan situasi fundamental perekonomian Indonesia. Sehingga ketika
(USD/IDR) nilainya meningkat, maka menunjukan bahwa rupiah sedang melemah
dan kondiisi perekonomian Indonesia sedang tidak dalam kondisi yang stabil.
Ketika kondisi perekonomian kurang stabil, maka investor kecenderungannya
akan menjual saham-saham yang dimilikinya untuk menghindari risiko, dimana
aksi jual saham ini tentunya akan mengakibatkan pelemahan IHSG. Hasil dari
penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya seperti: Sukono (2012), Irianto (2007), Menike (2006) dan Di Iorio
(2001).
5.3
Implikasi Penelitian
Bagi calon investor, akademisi maupun masyarakat umum yang ingin
berinvestasi di Pasar Modal Indonesia dapat mempertimbangkan hasil penelitian
ini:
1) Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa indeks Dow Jones, indeks
Shanghai, indeks UK:FT100 memiliki pengaruh positif terhadap IHSG.
Apabila terjadi kenaikan pada indeks Dow Jones, indeks Shanghai, indeks
UK:FT100 maka IHSG cenderung naik. Begitu juga sebaliknya, apabila
97
terjadi penurunan pada indeks Dow Jones, indeks Shanghai, indeks
UK:FT100 maka IHSG cenderung turun.
2) Indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs
USD/IDR menunjukkan pengaruh negatif atau berlawanan terhadap IHSG.
Apabila indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs
USD/IDR mengalami kenaikan, maka IHSG cenderung bergerak beralawanan
atau cenderung turun. Begitu juga sebaliknya, apabila indeks Nikkei 225,
harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR mengalami
penurunan, maka IHSG cenderung bergerak beralawanan atau cenderung
naik.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini
menunjukkan bahwa meningkatnya indeks Dow Jones akan mengakibatkan
peningkatan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks Dow Jones
mengalami penurunan akan mengakibatkan penurunan pada IHSG.
2) Indeks Nikkei 225 berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi
ini
menunjukkan
bahwa
meningkatnya
indeks
Nikkei
225
akan
mengakibatkan penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks
Nikkei 225 mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada
IHSG.
3) Indeks Shanghai berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini
menunjukkan bahwa meningkatnya indeks Shanghai akan mengakibatkan
peningkatan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks Shanghai
mengalami penurunan akan mengakibatkan penurunan pada IHSG.
4) Indeks UK:FT100 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini
menunjukkan bahwa meningkatnya indeks UK:FT100 akan mengakibatkan
peningkatan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks UK:FT100
mengalami penurunan akan mengakibatkan penurunan pada IHSG.
98
99
5) Harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi
ini
menunjukkan
bahwa
meningkatnya
harga
minyak
dunia
akan
mengakibatkan penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila harga
minyak dunia mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada
IHSG.
6) Harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini
menunjukkan bahwa meningkatnya harga emas dunia akan mengakibatkan
penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila harga emas dunia
mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada IHSG.
7) Kurs USD/IDR berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini
menunjukkan bahwa meningkatnya kurs USD/IDR akan mengakibatkan
penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila kurs USD/IDR
mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada IHSG.
6.2
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa
saran yang ingin disampaikan, antara lain:
1) Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang pengaruh beberapa indeks
saham dan indikator ekonomi global terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia
dapat menambahkan variabel indeks negara-negara Asia Pasific lainnya
seperti: indeks Hangseng (Hongkong), indeks Kospi (Korea Selatan), indeks
BSE (India) dan variabel makro ekonomi Indonesia seperti: inflasi, BI rate,
PDB (Produk Domestik Bruto). Mengingat pergerakan IHSG cenderung
dipengaruhi oleh saham-saham berkapitalisasi besar, maka pada penelitian
100
selanjutnya dapat menggunakan indeks sektoral ataupun indeks lainnya
sebagai variabel independen.
2) Bagi para investor yang berinvestasi di Pasar Modal Indonesia hendaknya
memperhatikan pergerakan indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks
Shanghai, indeks UK:FT100, harga minyak dunia, harga emas dunia dan kurs
USD/IDR sebelum melakukan keputusan investasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelaziz, Mohamed., Chortareas, Georgios., Cipollini, Andrea. 2008. Stock
Prices, Exchange Rates, and Oil: Evidence from Middle East OilExporting Countries, Research Paper School of Accounting Finance and
Management, pp 1 – 27.
Alder, M. and Dumas, B. 1984. Exposure to Currency Risk: Definition and
Measurement, Financial Management, Volume 13, pp. 41-50.
Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Internasional, edisi pertama. Yogyakarta: Graha
ilmu.
Bhar, Ramaprasad dan Nikolova, Biljana. 2007. Analysis of Mean and Volatility
Spillovers Using BRIC Countries, Regional and World Equity Index
Returns, Journal of Economic Integration, Volume 22, pp. 369-381.
Bhamra, Harjoat S. 2002. International Stock Market Integration : A Dynamic
General Equilibrium Approach. Avaliable: www.emerald.com.
Blanchard, Olivier. 2006. Macroeconomics, 4th edition. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Bodie, Zvi., Kane, Alex., Marcus, Alan.J. 2006. Investments, 6th Ed. Zuliani
Dalimunthe dan Budi Wibowo (penerjemah). Investasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Brooks, Robin dan Del Negro, Marco. 2002. International Stock Returns and
Market Integration : A Regional Perspective, IMF Working Paper.
Buku Panduan Indeks Harga Saham. 2010. Jakarta: BEI.
Cahyono, Jaka E. 2000. 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham,
Jilid 1. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Darrat, Ali F and Zong, Maosen. 2002. Permanent and Transitory Driving Forces
ini Asian-Pasific Stock Markets, The Financial Review, Volume 37,
pp.35-52.
Di Iorio, Amalia dan Faff, Robert. 2001. Foreign Exchange Exposure and Pricing
in the Australian Equities Market: A Fama and Frenc Framework, School
of Economics and Finance.
Dornbusch, Rudiger and Stanley F. 2004. Macro Economic. Julius A.Mulyadi
(Penerjemah). Ekonomi Makro. Jakarta: Media Global Edukasi.
101
102
Dominguez, Kathryn M.E. dan L.Tesar, Linda. 2006. Exchange rate exposure,
Journal of International Economics, Volume. 68, pp.188-218.
Gay, Jr, Robert.D. 2008. Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market
Returns for Four Emerging Economies: Brazil, Russia, India, and China,
International Business & Economics Research Journal, Volume 7, pp.3.
Ghozali, Iman. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20. Semarang : BP UNDIP.
G. Gilmore, Claire. 2009. The Dynamics of Gold Prices, Gold Mining Stock
Prices and Stock Market Prices Comovements, Research in Applied
Economics, Vol. 1, No. 1: E12.
Gujarati, Damodar. R. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Hayo, Bernd and M. Kuntan, Ali. 2004. The Impact of News, Oil Prices, and
Global Market Development on Russian Financial Markets, William
Davidson Institute Working Paper, No. 656.
Hashmi, Amir Rafique and Xingyn, Liu. 2001. Interlinkage Among South East
Asian Stock Market, Journal of International Money and Finance and the
University of Rome Tor Vergata.
Harjito, D. Agus dan B. McGowan, Carl. 2007. Stock Price and Exchange Rate
Causality: The Case of Four Asean Countries, Southwestern Economic
Review.
Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Keenam.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Ali Fikri dan Hidayat, Taufik. 2011. Pengaruh Indeks Harga Saham
Global Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Jurnal Keuangan dan Bisnis, Volume 3, No 3.
H. Kazi, Mazharul. 2008. Is Australian stock market integrated to the equity
markets of its major trading partners?, International Review of Business
Research Papers, Vol.4 No.5, pp.247-257 .
Hidayat, Taufik. 2010. Buku Pintar Investasi. Jakarta: Mediakita.
Irianto, Guntur. 2007. Pengaruh Bunga Deposito, kurs Rp/US$ dan Harga Emas
terhadap IHSG. Jurnal Manajemen Mutu, Volume 6, No.2
103
Janie, Dyah Nirmala Arum. 2012. Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda
Dengan SPSS. Semarang: Semarang University Press.
Karim, B. A., Majid, M. S. A., dan Karim, S. A. A. 2009. Integration of Stock
Markets Between Indonesia and Its Major Trading Partners, Gajah Mada
International Journal of Business, Volume 11, No.2.
Kilian, Lutz and Park, Cheolbeom. 2007. The Impact of Oil Prices Shocks on the
U.S. Stock Market, Research Paper, Department of Economics, University
of Michigan.
Kuncoro.M. 2010. Manajemen Keuangan Internasional : Pengantar Ekonomi dan
Bisnis Global, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Laporan tahunan Bursa Efek Indonesia 2008. Jakarta: BEI.
Levi, Maurice D. 2001. Keuangan International, buku 1. Yogyakarta: ANDI.
Luehrman, T.A. 1991. Exchange Rate Changes and The Distribution of Industry
Value, Journal of International Business Studies, Volume 22, pp. 619-649.
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional, edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Mankiw, Gregory N. 2006. Principle of Economics 3th. Chriswan Sungkono
(penerjemah). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Menike, L.M.C.S. 2006. The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Prices
in Emerging Sri Lankan Stock Market, Sabaragamuwa University
Journal, Volume 6, No. 1, pp 50-67.
Nurhayati, Mafizatun. 2010. Analisis Integrasi Pasar Modal Kawasan Asean
Dalam Rangka Menuju Masyarakat Ekonomi Asean.
Nugroho, Agus. 2005. Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta : Andi
Pattarathammas, Suluck dan Khanthavit, Anya. 2009. World and regional factors
in stock market returns, International Journal of Managerial Finance,
Vol. 5, No. 2, pp. 222 - 242.
Rimbawan, Nyoman Dayuh. 2011. Statistik Deskriptif Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Denpasar: Udayana University Press.
104
Savasa, Bilal and Samiloglub, Famil. 2010. The Impact of Macroecomomic
Variables on Stock Return in Turkey: an ARDL Bounds Testing
Approach. Afyon Kocatepe Üniversitesi İİBF Dergisi, pp. 12-1.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta:
Erlangga.
Salvatore, Dominick. 2008. Theory and Problem of Micro Economic Theory, 3rd
Edition. Rudi Sitompul (penerjemah). Teori dan Soal-soal Mikro
Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Sekolah Pasar Modal. 2012. Jakarta: BEI.
Singh, Tarika., Mehta, Seema and M. S. Varsha. 2010. Macroeconomic factors
and stock returns: Evidence from Taiwan, Prestige Institute of
Management, Gwalior, pp.25.
Smith, Graham. 2001. The Price of Gold and Stock Prices Indices For the United
States, Adrienne Roberts FT Personal Finance, pp.14.
Sukono, Bambang. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011.
Sudarmanto,Gunawan.R. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Syriopoulos, Theodore. 2005. Dynamic linkages between emerging European and
developed stock markets: Has the EMU any impact?, International Review
of Financial Analysis, pp. 41– 60.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama. Yogyakarta:
Kanisius.
Tjiptono, Darmadji dan Fakhruddin, Hendy.M. 2001. Pasar Modal Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Twite, Garry. 2002. Gold Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the Gold
Premium, Australian Journal of Management, Volume: 27, pp.123-140.
Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995
105
Valadkhani, Abbas, Chancharat Surachai and Havie Charles. 2006. The Interplay
Between the Thai and Several Other International Stock Markets, Working
Paper University of Wollongong, pp. 06-18.
Wong, W. K., Penm, Jack., Terrel, R. D., and Lim, K. Y. C. 2004. The
Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and
Asian Emerging Markets, Journal of Applied Mathematics and Decision
Sciences, Vol.8, pp. 201-218 .
Yang, J., Kolari, J., and Min, I. 2003. Stock Market Integration and Financial
Crisis: The Case of Asia, Applied Financial Economics, Vol.13, pp.477486.
www.idx.co.id
www.nyse.com
www.wikipedia.org
www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm
www.sse.com
www.londonstockexchange.com
www.useconomy.about.com/od/economicindicators/p/Crude_Oil.htm
www.instafx.asia/trading/tentang-oil
www.useconomy.about.com
www.investopedia.com
www.lme.com
www.goldfixing.com
www.imf.org
www.reuters.com
www.tse.com
www.ftse.com
Lampiran 1 : Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai, Indeks UK:FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas
Dunia, Kurs USD/IDR, IHSG periode Januari 2008 – Desember 2012
Tanggal
Indeks
Nikkei 225
13,592.47
13,603.02
12,525.54
13,849.99
14,338.54
13,481.38
13,376.81
13,072.87
11,743.61
8,576.98
8,512.27
8,859.56
7,994.05
7,568.42
8,109.53
8,828.26
9,522.50
9,958.44
10,356.83
10,534.14
10,133.23
10,034.74
9,345.55
Indeks
Shanghai
4,383.39
4,348.54
3,472.71
3,693.11
3,433.35
2,736.10
2,775.72
2,397.37
2,293.78
1,728.79
1,871.16
1,832.91
1,990.76
2,082.85
2,373.21
2,477.57
2,632.93
2,959.36
3,412.06
2,860.69
2,779.43
2,995.85
3,195.30
Indeks
UK:FT100
5,879.80
5,884.30
5,702.10
6,087.30
6,053.50
5,625.90
5,411.90
5,636.60
4,818.77
4,377.34
4,288.01
4,392.68
4,149.64
3,830.09
3,926.14
4,243.71
4,417.94
4,249.21
4,608.36
4,908.90
5,133.90
5,044.55
5,190.68
Harga Minyak
Harga Emas
Kurs USD/IDR
IHSG
91.75
101.84
101.58
113.46
127.35
140.00
124.08
115.46
96.37
67.81
54.43
39.03
41.68
44.76
49.66
51.12
66.31
69.89
69.45
72.74
70.61
77.00
77.28
3,211.00
3,972.00
3,385.00
3,370.00
3,525.00
3,540.00
3,050.00
2,541.00
2,121.00
1,560.00
1,610.00
1,676.00
1,780.00
1,938.00
2,103.00
2,716.00
2,615.00
2,244.00
2,274.00
2,440.00
2,136.00
2,160.00
2,436.00
9,267.00
9,071.00
9,229.00
9,232.00
9,315.00
9,228.00
9,098.00
9,153.00
9,451.00
11,050.00
12,360.00
11,038.00
11,375.00
12,000.00
11,700.00
10,625.00
10,295.00
10,208.00
9,928.00
10,053.00
9,665.00
9,585.00
9,461.00
2,627.25
2,721.94
2,447.30
2,304.52
2,444.35
2,349.11
2,304.51
2,165.94
1,832.51
1,256.70
1,241.54
1,355.41
1,332.67
1,285.48
1,434.07
1,722.77
1,916.83
2,026.78
2,323.24
2,377.25
2,467.59
2,367.70
2,415.84
106
1/31/2008
2/29/2008
3/31/2008
4/30/2008
5/30/2008
6/30/2008
7/31/2008
8/29/2008
9/29/2008
10/31/2008
11/28/2008
12/30/2008
1/30/2009
2/27/2009
3/31/2009
4/30/2009
5/29/2009
6/30/2009
7/31/2009
8/28/2009
9/30/2009
10/30/2009
11/30/2009
Indeks
Dow Jones
12,650.36
12,266.39
12,262.89
12,820.13
12,638.32
11,350.01
11,378.02
11,543.55
10,365.45
9,325.01
8,829.04
8,668.39
8,000.86
7,062.93
7,608.92
8,168.12
8,500.33
8,447.00
9,171.61
9,544.20
9,712.28
9,712.73
10,344.84
10,548.51
10,067.33
10,321.03
10,856.63
11,008.61
10,258.99
9,774.02
10,465.94
10,014.72
10,788.05
11,118.49
11,006.02
11,569.71
11,891.93
12,226.34
12,319.73
12,763.31
12,569.79
12,414.34
12,143.24
11,284.54
10,913.38
11,955.01
12,045.68
12,217.56
12632.91
12952.07
10,546.44
10,198.04
10,101.96
11,089.94
11,057.40
9,639.72
9,382.64
9,537.30
8,824.06
9,369.35
9,202.45
9,937.04
10,228.92
10,237.92
10,624.09
9,755.10
9,849.74
9,693.73
9,816.09
9,833.03
8,797.78
8,700.29
8,988.39
8,434.61
8,455.35
8802.51
9723.24
3,262.60
2,989.29
3,060.62
3,109.11
2,870.61
2,655.92
2,398.37
2,637.50
2,638.80
2,655.66
2,978.84
2,820.18
2,759.58
2,790.69
2,905.05
2,928.11
2,887.04
2,743.47
2,762.08
2,701.73
2,612.19
2,359.22
2,468.25
2,333.41
2,199.42
2292.61
2428.487
5,397.86
5,188.52
5,278.22
5,679.64
5,553.29
5,195.17
4,916.87
5,258.02
5,225.22
5,548.62
5,675.16
5,528.27
5,971.01
5,862.94
5,994.01
5,908.76
6,069.90
5,989.99
5,945.71
5,815.19
5,129.92
5,128.48
5,544.22
5,505.42
5,572.28
5681.61
5871.51
79.28
72.89
78.17
83.76
86.15
74.55
75.63
78.95
71.92
79.97
81.43
84.11
89.84
92.19
96.97
106.72
112.86
102.70
95.42
95.70
85.37
79.20
93.19
100.36
98.83
98.48
107.07
2,531.00
2,450.00
2,595.00
2,628.00
2,577.00
2,519.00
2,425.00
2,589.00
2,720.00
2,737.00
3,040.00
3,506.00
3,814.00
3,840.00
3,550.00
3,378.00
3,391.00
3,475.00
3,107.00
3,110.00
3,094.00
2,928.00
2,942.00
3,000.00
3,175.00
1737.8
1711.3
9,436.00
9,353.00
9,345.00
9,100.00
9,010.00
9,268.00
9,074.00
8,949.00
9,045.00
8,928.00
8,940.00
9,017.00
8,998.00
9,050.00
8,823.00
8,710.00
8,585.00
8,537.00
8,577.00
8,498.00
8,535.00
8,790.00
8,853.00
9,138.00
9,067.00
8,995.00
9,074.00
2,534.36
2,610.80
2,549.03
2,777.30
2,971.25
2,713.92
2,913.68
3,069.28
3,081.88
3,501.30
3,635.32
3,531.21
3,703.51
3,409.17
3,470.35
3,678.67
3,808.93
3,836.97
3,888.57
4,130.80
3,841.73
3,549.03
3,790.85
3,715.08
3,821.99
3941.69
3985.21
107
12/30/2009
1/29/2010
2/25/2010
3/31/2010
4/30/2010
5/27/2010
6/30/2010
7/30/2010
8/31/2010
9/30/2010
10/29/2010
11/30/2010
12/30/2010
1/31/2011
2/28/2011
3/31/2011
4/28/2011
5/31/2011
6/30/2011
7/29/2011
8/26/2011
9/30/2011
10/31/2011
11/30/2011
12/30/2011
1/31/2012
2/29/2012
3/30/2012
4/27/2012
5/31/2012
6/29/2012
7/31/2012
8/31/2012
9/28/2012
10/31/2012
11/30/2012
12/28/2012
13212.04
13228.31
12393.45
12880.09
13008.68
13090.84
13437.13
13096.46
13025.58
12938.11
10083.56
9520.89
8542.73
9006.78
8695.06
8839.91
8870.16
8928.29
9446.01
10395.18
2262.789
2396.316
2372.234
2225.431
2103.635
2047.522
2086.169
2068.88
1980.117
2233.252
5768.45
5777.11
5320.86
5571.15
5635.28
5711.48
5742.07
5782.7
5866.82
5925.37
103.02
104.93
86.53
84.96
88.06
96.47
92.19
86.24
88.91
90.8
1669.3
1664.8
1562.6
1604.2
1610.5
1685.3
1771.1
1719.1
1710.9
1655.9
9,165.00
9,185.00
9,400.00
9,430.00
9,439.00
9,581.00
9,589.00
9,608.00
9,594.00
9,638.00
4121.55
4163.98
3832.82
3955.58
4142.34
4060.33
4262.56
4350.29
4276.14
4316.69
108
109
Lampiran 2 : Grafik Pergerakan IHSG, Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei
225, Indeks Shanghai, Indeks UK:FT100, Harga Minyak
Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs USD/IDR.
110
111
112
113
Lampiran 3 : Hasil Uji Statistik Deskriptif, Uji Multikolinearitas, Uji
Normalitas, Uji Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi, Regresi
Linear Berganda
Statistik Deskriptif Data Uji
Descriptive Statistics
Indeks Dow Jone
N
60
Minimum
7.062,93
Maximum
13.437,13
Mean
11.146,83
Std.
Deviation
1.650,32
Indeks Nikkei 225
60
7.568,42
14.338,54
10.017,91
1.593,07
Indeks Shanghai
60
1.728,79
4.383,39
2.662,54
536,73
Indeks UK:FT100
60
3.830,09
6.087,30
5.356,64
593,37
Harga Minyak
60
39,03
140,00
86,46
20,20
Harga Emas
60
1.560,00
3.972,00
2.560,45
705,06
Kur s IDR/USD
Kurs
USD/IDR
IHSG
60
8.498,00
12.360,00
9.478,52
837,13
60
1.241,54
4.350,29
3.011,09
933,72
Valid N ( listwise)
60
Uji Multikolinearitas
Variables Ent ered/Removed b
Model
1
Var iables Entered
Kur s IDR/USD,
Kurs
USD/IDR, Indeks
IndeksNikkei
Nikkei225,
225,
Indeks Dow Jone, Harga Emas,
Harga Minyak, Indeks Shanghai,
a
Indeks UK:FT100
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: IHSG
Var iables
Removed
.
Method
Enter
114
Coefficients a
Collinearity Statistics
Model
1
Indeks Dow Jone
Tolerance
,652
VIF
1,534
Indeks Nikkei 225
,885
1,131
Indeks Shanghai
,651
1,536
Indeks UK:FT100
,405
2,467
Harga Minyak
,721
1,387
Harga Emas
,765
1,307
USD/IDR
Kurs IDR/USD
,545
1,834
a. Dependent Var iable: IHSG
Collinearity Diagnostics a
Var iance Pr oportions
Model
1
Dimension
1
Eigen
value
4,201
Condition
Index
1,000
(Cons
tant)
,014
Indeks
Dow
Jone
,014
Indeks
Nikkei
225
,013
2
1,029
2,021
,001
,000
,054
3
,891
2,171
,039
,175
,255
4
,628
2,585
,001
,171
,020
5
,393
3,271
,297
,119
,074
6
,354
3,446
,239
,086
,462
7
,347
3,481
,023
,265
,120
8
,158
5,155
,387
,170
,001
a. Dependent Variable: IHSG
Collinearity Diagnostics a
Var iance Pr oportions
Model
1
Indeks
Shang
hai
,012
Indeks
UK:
FT100
,012
Harga
Minyak
,015
Harga
Emas
,015
Kurs
Kur s
USD/IDR
IDR/USD
,010
2
,141
,013
,100
,068
,075
3
,003
,028
,001
,050
,019
4
,040
,010
,089
,455
,062
5
,004
,005
,523
,104
,061
6
,057
,142
,251
,049
,017
7
,503
,136
,019
,241
,039
8
,239
,656
,001
,019
,718
Dimension
1
a. Dependent Variable: IHSG
115
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandar dized
Residual
60
N
Normal Parameters a,b
Mean
,000
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
249,622
Absolute
,062
Positive
,046
Negative
-,062
Kolmogorov-Smirnov Z
,483
Asymp. Sig. ( 2-tailed)
,974
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Heterokedastisitas
Variables Entered/Removed b
Model
1
Variables
Removed
Variables Entered
Kurs IDR/USD,
USD/IDR, Indeks
IndeksNikkei
Nikkei
225, Harga Emas, Indeks Dow
Jone, Indeks Shanghai, Harga
a
Minyak, Indeks UK:FT100
Method
.
Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Var iable: Absolut Residual
Coefficients a
Unstandar dized
Coefficients
Model
1
B
-294,257
Std.
Error
763,717
Indeks Dow Jone
-,009
,050
Indeks Nikkei 225
,024
,029
Indeks Shanghai
-,034
,073
(Constant)
Indeks UK:FT100
Standardized
Coefficients
Beta
t
-,385
Sig.
,702
-,096
-,184
,855
,242
,821
,416
-,115
-,459
,648
,004
,142
,014
,027
,979
Harga Minyak
-,082
2,871
-,011
-,029
,977
Harga Emas
-,006
,050
-,026
-,117
,907
,047
,050
,249
,932
,356
Kurs IDR/USD
USD/IDR
a. Dependent Variable: Absolut Residual
116
Uji Autokorelasi
Variables Entered/Removed b
Model
1
Variables Entered
Kurs IDR/USD,
USD/IDR, Indeks
IndeksNikkei
Nikkei
225, Harga Emas, Indeks
Dow Jone, Indeks Shanghai,
Harga Minyak, Indeks
a
UK:FT100
Variables
Removed
Method
.
Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Var iable: IHSG
Model Summary b
Model
1
R
,964a
R Square
,929
Adjusted R
Square
,919
Std. Error of
the Estimate
265,89326
DurbinWatson
1,903
a. Predictors: (Constant), Kur
Kurs
USD/IDR,Indeks
IndeksNikkei
Nikkei
225,
Harga
Emas,
s IDR/USD,
225,
Harga
Emas,
Indeks Dow Jone, Indeks Shanghai, Har ga Minyak, Indeks UK:FT100
b. Dependent Var iable: IHSG
Regresi Linear Berganda
Variables Entered/Removed b
Model
1
Variables
Removed
Variables Entered
Kurs IDR/USD,
USD/IDR, Indeks
IndeksNikkei
Nikkei
225, Harga Emas, Indeks Dow
Jone, Indeks Shanghai, Harga
a
Minyak, Indeks UK:FT100
.
Method
Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Var iable: IHSG
Model Summary b
Model
1
R
,964a
R Square
,929
Adjusted R
Square
,919
Std. Error of
the Estimate
265,89326
a. Predictors: (Constant), Kurs
KursIDR/USD,
USD/IDR,Indeks
IndeksNikkei
Nikkei
225,
225,
Harga Emas, Indeks Dow Jone, Indeks Shanghai, Harga
Minyak, Indeks UK:FT100
b. Dependent Var iable: IHSG
117
ANOVAb
Model
1
Regression
Sum of
Squares
47761580
Residual
Total
df
7
Mean Square
6823082,833
3676359,7
52
70699,224
51437939
59
F
96,509
Sig.
,000a
a. Predictors: (Constant), Kurs
KursIDR/USD,
USD/IDR,Indeks
IndeksNikkei
Nikkei
225,
Harga
Emas,
Indeks
225,
Harga
Emas,
Indeks
DowDow
Jone, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100
b. Dependent Variable: IHSG
Coefficients a
Unstandardized
Coefficients
Model
1
Standardized
Coefficients
B
4630,553
Std. Error
1292,449
t
3,583
Sig.
,001
Indeks Dow Jone
,313
,084
Indeks Nikkei 225
,553
3,724
,000
-,286
Indeks Shanghai
,012
,049
-,487
-5,819
,000
,124
,007
,098
Indeks UK:FT100
,922
,351
,240
,223
1,460
,150
-2,494
4,859
-,054
-,513
,610
Harga Emas
-,066
,084
-,050
-,788
,434
Kurs IDR/USD
USD/IDR
-,398
,085
-,357
-4,697
,000
(Constant)
Harga Minyak
a. Dependent Var iable: IHSG
Beta
Download