27 BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Menguraikan berbagai teori dan penelitian-penelitian terdahulu, sesuai dengan topik penelitian yang dilaksanakan sebagai landasan pelaksanaan penelitian tesis ini. Dari berbagai teori dan penelitian-penelitian terdahulu dikristalisasi salam bentuk kerangka pemikiran dan rumusan hipotesis. Adapun teori, kerangka pemikiran dan hepotisis ini diuraikan di bawah ini. 3.1. Kajian Teori Kajian teori mempunyai peranan penting dalam hal melakukan penelitian kuantitatif.Dengan kajian teori peneliti dapat menggunakan kepustakaan untuk mengidentifikasi masalah dan arah penelitian. 3.1.1. Supervisi Kepala Sekolah Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi.Untuk melaksanakan supervisi secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal. Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi. 3.1.1.1. PengertianSupervisi Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, Menurut Purwanto (2008:32) pengertian supervisi adalah “suatu aktivitas 28 pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”. Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan “bagianyang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan”. Menurut Carter dalam Sahertian (2000:17) supervisi adalah “usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.” Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan disekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. 29 3.1.1.2.Karakteristik Supervisi Menurut Mulyasa (2008:112) Salah satu supervisi akademik yang popular adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan. b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama sekolah kepala sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan. c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah. d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru. e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada member saran dan pengarahan. f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpanbalik. g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan. h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan keadaan dan memecahkan suatu masalah. untuk meningkatkan suatu 30 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis lebih berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif. Masalah tersebut bukan untuk menekan bawahan, akan tetapi untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan masalah (problem solving) secara bersama-sama. 3.1.1.3 Faktor yang Memengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi Menurut Purwanto (2008:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervise atau cepat-lambatnya hasil supervise antara lain: a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. b. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. c. Tingkatan dan jenis sekolah.. d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Diantara faktor-faktor tersebut faktor Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapandan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya,adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya. 31 3.1.1.4.Supervisi Kepala Sekolah Supervisi dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah tidak terjadi begitu saja. Setiap kegiatan supervisi yang dilakukan oleh para kepala sekolah terkandung maksud-maksud tertentu yang ingin dicapai. Maksud yang ingin dicapai itu tentu saja berkaitan dengan tujuan supervisi yang berkaitan erat dengan tujuan pendidikan di sekolah. Menurut Muslim (2010:35) tujuan supervisi kepala sekolah adalah supervisi dilaksanakan dalam rangka membantu guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara lebih baik dan berkualitas, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa dicapai secara optimal. Pola (Bentuk) Supervisi Akademik, dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran disekolah melalui: a. Supervisi Umum. Jangkauan sasaran supervisi sebenarnya begitu luas, tidak hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga kegiatan-kegiatan di luar kelas.Supervisi yang mengacu kepada kegiatan-kegiatan di luar kelas ini, oleh cogan (1973) disebut supervisi umum.Hal senada juga dikemukakan Neagley dan Evans (1980).Menurut mereka supervisi umum tersebut lebih banyak menyangkut hal-hal di luar kelas, seperti gedung dan halaman sekolah, sarana pendidikan, layanan transportasi, kafetaria dan sebagainya.Sementara itu Sergiovanni (1983) menyatakan bahwa supervisi umum tersebut menyangkut berbagai aktivitas yang berhubungan 32 dengan perbaikan pengajaran dan pertumbuhan guru-guru yang terjadi dalam satu wilayah persekolahan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi umum tidak secara langsung berkaitan dengan perbaikan pengajaran.Supervisi yang tidak secara langsung berkaitan dengan perbaikan pengajaran tersebut, bias pula dikategorikan sebagai supervisiadministrative. b. Supervisi PBM Supervisi proses belajar mengajar (PBM) dimaksudkan secara langsung untuk memperbaiki pengajaran, karena sasaran utamanya adalah pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar atau PBM. Karena kegiatan belajar-mengajar atau PBM tersebut umumnya terjadi di kelas maka ia bisa pula disebut supervisi kelas. c. Supervisi Klinis. Belakangan ini ada kecenderungan supervise pengajaran mengarah ke supervisi klinis. Menurut beberapa ahli seperti Goldhammer, Anderson & Krajewski, (1980) dalam Sergiovanni (1991).supervisi klinis merupakan strategi yang efektif dalam memperbaiki pengajaran. Supervise klinis termasuk aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam kelas. Ia berkenaan dengan perbaikan mengajar dan belajar melalui observasi langsung terhadap tindakan guru dan siswa dalam lingkungan belajar. Ia juga lebih menekankan pada tujuannya. Menurut mereka ada dua tujuan yang dapat dicapai secara langsung melalui supervise klinis tersebut, yakni perbaikan pengajaran di kelas dan peningkatan performansi mengajar guru. 33 Supervisi klinis dapat dirumuskan sebagai proses membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis dalam pelaksanaannya ditempuh melalui prosedur atau tahapan-tahapan kegiatan yang membentuk suatu siklus, Sergiovanni (1991), Tahapan-tahapan kegiatan dimaksud secara umum adalah (1) tahap pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap pertemuan balikan. Pada tahap pertemuan awal, supervisor bersama-sama guru membicarakan aspek-aspek yang akan diamati dan ditingkatkan, termasuk alat dan cara untuk mengobservasi penampilan mengajarnya. Tahap ini diakhiri dengan penetapan kontrak atau kesepakatan mengenai aspek-aspek yang akan diperbaiki dan ditingkatkan antara supervisor dengan guru. d. Supervisi Kolegial atau Kesejawatan Supervisi kolegial atau kesejawatan ini bisa dimasukkan ke dalam teknik supervisi yang bersifat kelompok. Supervisi kelompok muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan supervisi individual. Kelemahan supervisi individual terutama terletak pada kekurangsempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru, karena hanya diselesaikan berdasarkan pandangan supervisor dan guru yang bersangkutan (Pidarta, 1999). 3.1.1.5. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor menurut Purwanto (2008:86) antara lain: 34 a. Bidang kepemimpinan b. Hubungan kemanusiaan c. Pembinaan proses kelompok d. Bidang administrasi personal e. Bidang Evaluasi Jika fungsi di atas benar-benar dikuasai dan dijalankan dengan sebaikbaiknya oleh kepala sekolah terhadap guru, maka kelancaran jalannya sekolah atau lembaga dalam pencapaian tujuan pendidikan akan lebih terjamin. Secara umum, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah meliputi: Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah didalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Berusaha termasuk mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Membina kerja sama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, 35 menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran,seminar,sesuai dengan bidangnya masingmasing. Membina hubungan kerjasama antara sekolah komite sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa. Secara lebih gamblang disebutkan dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang salah satunya memiliki fungsi supervise yang kompetensinya adalah sebagai berikut: 1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. 2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. 3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. 3.1.1.6. Supervisi Kunjungan Kelas Menurut Soewadji (1987:42) “teknik supervisi ada beberapa macam,yaitu (1) observasi kelas, (2) percakapan individu/kelompok, (3) saling berkunjung, (4) diskusi, (5) rapat guru, (6) kunjungan studi”. Sahertian (2000:53) membedakan teknik supervisi menjadi dua yaitu: teknik supervisi yang bersifat individu dan kelompok. Teknik supervisi yang bersifat individ ada tiga jenis yaitu:(1) kunjungan kelas, (2) observasi, (3) percakapan 36 pribadi. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok antara lain: rapat guru, diskusi kelompok, loka karya,seminar, simposium,dan sebagainya. Menurut Nawawi, (2008:108) supervisi kunjungan kelas adalah bagian dari kegiatan kunjungan sekolah, karena dalam pengertian sama dengan supervisi kunjungan kelas”. Sementara Rohmadi (1990:81) mengatakan bahwa supervisi kunjungan kelas adalah salah satu teknik supervisi yang ditujukan langsung pada guru untuk perbaikan cara-cara mengajar, menggunakan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas dan lain-lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas adalah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitankesulitan yang mereka hadapi. Dalam kunjungan kelas yang diutamakan adalah mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing murid-muridnya. Karena sifatnya mempelajari dan mengadakan peninjauan kelas, maka sering disebut observasi kelas. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas pada hakekatnya adalah observasi di kelas dengan tujuan untuk menemukan kelemahan dan kelebihan guru mengajar sehingga dapat ditemukan permasalahan-permasalahan yang dijumpai guru untuk selanjutnya dibantu pemecahannya oleh supervisor secara demokratis. Mengenai fungsi supervisi kunjungan kelas Sahertian (1982:45) menegaskan bahwa supervisi kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara 37 mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi kunjungan kelas juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan professional baik bagi guru maupun supervisor karena member kesempatan untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa fungsi supervisi kunjungan kelas adalah sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar dan cara belajar siswa. Supervisi kunjungan kelas dapat memberikan kesempatan guru untuk mengemukakan pengalamannya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu pada guru-guru, karena dapat belaja rdan memperoleh pengertian secara moral bagi pertumbuhan karir. Menurut Sahertian (1982:46) jenis supervisi kunjungan kelas dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1). Kunjungan dengan Tanpa Memberitahu. Supervisi tiba-tiba datang ke kelas tempat guru mengajar tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Jenis supervisi ini ada segi positifnya dan ada segi negatifnya. Segi positifnya yaitu supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga dapat menentukan sumbangan apakah yang diperlukan oleh guru tersebut. Suasana yang wajar ini juga akan berpengaruh terhadap suasana belaja ranak secara wajar pula. Kemudian supervisor dapat pula melihat yang sebenarnya tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaikbaiknya. 38 Sedangkan kelemahannya adalah guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi, tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang, bila tiba-tiba dikunjungi tanpa pemberitahuan terlebihd ahulu. Ini berarti supervisi hanya mencari kesalahan guru. 2). Kunjungan dengan Cara Memberitahu Terlebih Dahulu ( Anannounced Visitation). Supervisi terlebih dahulu memberikan jadwal kunjungan yang telah direncanakan dan diberikan kepada tiap kelas yang akan dikunjungi. Jenis supervisi kunjungan kelas dengan diberitahukan lebih dahulu ini juga ada segi positif dan negatifnya. Segi positifnya adalah ada pembagian waktu merata bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua guru yang memerlukannya. Dengan demikian akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar mengajar. Sedangkan segi negatifnya adalah ada kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan karena harus menuggu giliran berikutnya. Kecuali itu bagi supervisor kunjungan yang direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep pengembangan yang kontinyu dan terencana. Para guru dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa kunjungan itu akan membantu apa yang diharapkan guru. 39 Kelemahannya adalah guru dengan sengaja mempersiapkan diri, sehingga ada kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan kemungkinan berlebihan, sehingga gambaran yang diperolehs upervisor bukan merupakan hasil yang murni. 3). Kunjungan Atas Undangan Guru ( Visit Upon Invitation ) Pada jenis supervisi ini guru dengan sengaja mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya. Jarang sekali terjadi ada seorang guru yang menginginkan kepala sekolahnya melihat/memperhatikan suasana pada waktu guru tersebut mengajar. Karena itu jenis supervisi ini lebih baik, karena guru secara sadar berupaya dan termotivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri untuk memperoleh balikan dan pengalaman baru dalam hal perjumpaannya dengan kepala sekolah. Dengan demikian ada sifat keterbukaan dari guru, dan guru merasa memiliki otonomi dalam jabatannya, aktualisasi kemampuannya terwujud sehingga guru selalu belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai proporsional, karena sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. Kelebihan dari jenis supervisi ini adalah supervisi akan lebih pengalaman dalam berdialog dengan guru, sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan bimbingan dari supervisi sudah begitu tinggi, maka supervisi dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dari seorang guru yang profesional. 40 Kelemahannya adalah kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk menonjolkan diri. Padahal sewaktu-waktu bias tidak berbuat seperti itu. Dari uraian tentang pengertian, tujuan, fungsi, dan jenis-jenis supervisi kunjungan kelas yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, maka supervisi kunjungan kelas sangat dibutuhkan. Supervisi kunjungan kelas baik dengan pemberitahuan lebih dahulu maupun secara tiba-tiba atau mendadak tanpa memberitahu akan berjalan baik apa bila sebelumnya dipersiapkan (direncanakan) terlebih dahulu dan dilaksanakan secara situasional. Tujuan supervisi kunjungan kelas terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas. Rancangan yang berkaitan dengan kegiatan supervisi kunjungan kelas harus sudah disusun lebih dahulu oleh kepala sekolah terutama yang menyangkut situasi belajar mengajar. Primadona kegiatan guru adalah guru mengajar di kelas (dihadapan peserta didik), karena pada saat kegiatan proses belajar mengajar terjadi kegiatan interaksi aktif antara guru dengan murid dan sebaliknya antara murid dengan murid. Karena itu guru dituntut tidak hanya menguasai materi saja tetapi dituntut pula pandai mengajar sebagai ciri khas keprofesionalannya. Karena itu akan lebih baik bila kepala sekolah (supervisor) melakukan supervisi kunjungan kelas yang sebelumnya telah di programkan secara baik, yaitu minimal dua kali setahun dari berbagai jenis supervise kunjungan kelas. Disamping itu guru jauh-jauh sebelumnya sudah tahu akan ada supervisi kunjungan kelas, lewat pemberitahuan 41 secara tertulis (surat resmi) maupun lewat lisan (rapat guru) dari kepala sekolah, sehingga guru sadar bahwa pelaksanaan supervise kunjungan kelas oleh kepala sekolah bertujuan tidak mencari kesalahan guru, akan tetapi memberilayanan dan bantuan kepada guru agar proses belajar mengajar berjalan baik. 3.1.2. Kompetensi Pendagogik Kompetensi pendagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya. Penguasaan kompetensi pendagogik disertai dengan profesionalisme akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didik. 3.1.2.1.Pengertian Kompetensi Charles E.Johnson dalam Sanjaya rationalperformancewhich menyatakan:”Competencyas meetstheobjectivefora desired Wina condition”.Selanjutnya dikatakan, (2007) satisfactorily kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian,suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan. Kompetensi diartikan oleh Mulyasa (2008:37-38) sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Ashan seperti dikutif mulyasa (2008:38), mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia 42 dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotor dengan sebaikbaiknya. Boediono dalam Mulyasa (2008), berpendapat bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseoarang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Pernyataan senada dikemukakan Sudarmayanti (2002), mengatakan kompetensi adalah kemampuan dasar dan kualitas kinerja yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. Bakat, sifat dan keahlian individu apapun yang dapat dibuktikan, dapat dihubungkan dengan kinerja yang efektif dan baik sekali. Selain itu kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas. Tugas dibidang pekerjaan tertentu menurut Keputusan Mendiknas No 045/U/2002 dalam Sudarmayanti (2002), dinyatakan bahwa elemen-elemen kompetensi terdiriatas: (1) landasan kepribadian, (2) penguasaan ilmu dan ketrampilan, (3) kemampuan berkarya, (4) sikap dan perilaku dalam berkarya. Usman (2006:14), mengutip pengertian kompetensi dari beberapa pakar yang sudah mengarah kekompetensi yaitu kompetensi merupakan gambaran hakekat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Selanjutnya Usman (2006) mengatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam 43 melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi mempunyai makna bahwa suatu pekerjaan bersifat keahlian memerlukan bidang ilmu secara sengaja yang harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar pengertian itu tiap pekerjaan berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian dalam melaksanakan kompetensinya. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen Tahun 2005 pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dijelaskan pula bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : a. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; b. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; c. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; d. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; e. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; f. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan g. Memiliki organisasi profesi yangm empunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 44 3.1.2.2. Pengertian Kompetensi Pendagogik Guru Pendagogik mempunyai arti ilmu mendidik.Kompetensi pendagogik merupakan suatu performance (kemampuan) seseorang dalam bidang ilmu pendidikan.Untuk menjadi guru yang professional harus memiliki kompetensi pendagogik. Valente dan Matondang dalam Mulyasa (2008), menjelaskan bahwa kompetensi pendagogik merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting. Kemudian dikemukakan bahwa: This kind of competency is the main problem related to the didacted and methodology used in classroom teaching. Kompetensi pendagogik memiliki pemahaman tentang : (a) sifat dan ciri anak didik serta perkembangannya, (b) konsep-konsep pendidikan yang berguna membantu anak didik, (c) metodologi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan (d) system evaluasi yang baik dan tepat. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pendagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pendagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut : a) pemahaman wawasan dan landasan kependidikan, b) pemahaman terhadap peserta didik, c) pengembangan kurikulum/silabus, d) 45 perancangan pembelajaran, e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, f)pemanfaatan teknologi pembelajaran, g) evaluasi hasil belajar dan h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Pada kompetensi pendagogik kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional dan inetelektual.Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat dan interest yang berbeda.Berkenaan dengan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan sesuai dengan kebutuhan local. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya dikelas, dan harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Secara lebih jelas disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 28 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional;dan d. Kompetensi sosial. 46 Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasihasilbelajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Apa bila guru mampu mengimplementasikan kemampuan-kemampuan pedagogik itu dalam pembelajaran, maka akan tercipta kualitas pembelajaran yang baik. Dan tujuan pendidikan yaitu tujuan pembelajaran, tujuan kurikulum, tujuan sekolah dasar, dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik. Dari beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogic guru adalah kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, dan kemampuan menilai hasil dan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini di fokuskan untuk mengetahui seorang guru mempunyai kompetensi pedagogik atau tidak. 3.1.2.3.Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Pedagogik Guru Sahertian (2000:12) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah: a. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru. b. Kepemimpinan Kepala Sekolah c. Lingkungan kerja yang mendorong motivasi kerja guru untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pelaksanaan tugas secara optimal. 47 Dari pendapat tersebut di atas disebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah kepemimpinan Kepala Sekolah. Selanjutnya dalam buku panduan Manajemen Sekolah Depdikbud (1998) dikatakan bahwa Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Kepemimpinannya sebagai Kepala Sekolah akan sangat berpengaruh bahkan menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah dalam manajemen mempunyai peran yang utama yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Peran Kepala Sekolah kunci utama seorang untuk mendukung manajemen sekolah yang efektif adalah kemampuannya mengarahkan proses dan fokus pembelajaran. Peran Kepala sekolah sebagai supervisor bertujuan membimbing guru, dilakukan dengan cara-cara atau usaha menpengaruhi para guru. Adapun cara-cara atau usaha yang dilakukan adalah: 1. Membimbing para guru, yaitu memberi perhatian penyusunan progam pembelajaran, membentuk penyusunan progam pembelajaran, memeriksa dan membetulkan progam pembelajaran, dan mengesahkan progam pembelajaran. 2. Mengarahkan para guru, yaitu mengingatkan dan mengarahkan penyusunan alat penilaian, dan mendorong semangat guru. 3. Mengubah yaitu, mengubah guru-guru yang malas menjadi rajin dan baik, mengubah siswa dari malas menjadi rajin dan baik. 48 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syaiku (2003), menunjukkan Peran Kepala sekolah sebagai supervisor berpengaruh terhadap kompetensi belajar mengajar guru. Peran kepala sekolah sebagai supervisor memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa seiring dengan meningkatnya kompetensi pedagogik guru meningkat pula kinerja guru selanjutnya kompetensi pedagogik guru dipengaruhi oleh supervisi kepala sekolah. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Samiyono (1998:1) bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan kuncinya terletak pada kemampuan guru, proses belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum dan pembinaan langsung dari kepala sekolah. Departemen Pendidikan Nasional (2008:4) menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati yaitu : a) penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social, cultural, emosional dan intelektual, b) penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, c) mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, d) menyelenggarakan kegiatan pengembangan mendidik, c) mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, d) menyelenggarakan kegiatan pengembangan mendidik, e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan 49 berbagai potensi yang dimiliki, g) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, h) melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, dan i) melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, kompetensi pendagogik guru dalam penelitian ini akan diukur melalui : (1) Menguasai karakteristik peserta didik. Dalam aspek ini guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik secara umum dan khusus untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral dan latar belakang sosial budaya. (2) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran. (3) Menguasai teori dan prinsip-prinsip belajar Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatifdan efektif sesuai dengan standar kompetensi guru dan mampu memotivasi peserta didik untuk belajar. 50 (4) Menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan membuat serta menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (5) Mengembangkan potensi peserta didik. Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendudukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka. 3.1.3. Kinerja Kinerja merupakan fungsi dari usaha dan kompetensi yang merupakan hal penting dimana individu menyakini bahwa mereka dapat berkinerja pada tingkatan yang dikehendaki. Usaha tergantung pada harapan diaman usaha tersebut akan menghasilkan kesempurnaan pada tugas-tugas tertentu. 3.1.3.1. Pengertian Kinerja Definisi kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Menurut Mangkunegara (2011 : 67), pengertian kinerjaberawal dari kata job performance atau actual 51 performance. Ia menekankanbahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai olehseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.Lebih lanjut Payaman J. Simanjuntak (2005:1) kinerja adalah pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kinerja dalam penelitian ini merupakan hasil/keluaran dari sesuatu proses atau kemampuan aplikasi kerja dalam wujud nyata. 3.1.3.2. Pengertian Kinerja Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja.Sedangkan “Guru” berarti orang yang pekerjaannya mengajar.Jadi “Kinerja Guru” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dicapai/ prestasi yang diperlihatkan/kemampuan kerja orang yang pekerjaannya mengajar. Menurut majid (2008:91) kinerja guru adalah kemampuan seorang guru untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup aspek merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran.Karena itu guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan karena secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik. Kinerja (performance) menurut Drucker (2002 : 134) adalahtingkat prestasi atau hasil nyata yang dicapai dipergunakan untuk memperolehsuatu hasil positif. Kinerja juga didefinisikan sebagai keberhasilan personel dalammewujudkan sasaran 52 strategik pada empat perspektif : keuangan, kostumer, proses serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007: 363). Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 1997 : 82). Lebih lanjut, Hasibuan menggungkapkan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi pekerja. Apabila kinerja tiap individu atau karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula. Sedangkan lavasque dalam Nawawi (2006) mengatakan kinerja adalah segala sesuatu yang dikerjakan sesorang dan ahsilnya dalam melaksanakan fungsi suatu pekerjaa. Dari dua pengertaian tersebut terlihat bahwa kinerja bermakna memampuan kerja dan hasil atau pretasi yang dicap[ai dalam melaksnakan suatu pekerjaan. Stephen P. Robin dalam Nawawi (2006) mengatakan kinerja adalah jawaban atas pertanyaan “apa hasil yang dicapai seseorang sesudah mengerjakan sesuatu. Cascio (1995 : 22) mengatakan bahwa kinerja merupakan prestasi karyawan dari tugas-tugas yang telah ditetapkan. Hersey dan Blanchard (1993 : 46) menyatakan kinerja merupakanfungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menjelaskan tugas atau pekerjaan.Seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kesediaan tertentu,kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakansesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimanamengerjakannya. Mangkunegara 53 (2011 : 32) mengemukakan kinerja dapatdidefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapaioleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabyang diberikan kepadanya. Dari definisi kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai olehseseorang, yang dinilai berdasarkan kualitas dan kuantitasnya, sesuai dengantugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka mencapaitujuan dari perusahaan / organisasi. Dengan demikian, kinerja guru berarti hasilkerja / prestasi seorang guru dalam mengemban tugasnya sebagai seorangpendidik agar dapat memenuhi tujuan dari sekolah tempatnya bekerja. 3.1.3.3. Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar Ada tiga komponen yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar di sekolah, yaitu guru, siswa yang belajar dan materi pelajaran yang diberikan oleh pengajar. Bersamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pelaksanaan proses belajar mengajar menjadi lebih kompleks, karena ketiga komponen (guru, siswa dan materi pelajaran) masih dipengaruhi variable lain. Peran pengajar dipengaruhi oleh penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, cara memberikan materi pelajaran. Frekwensi memberikan pengajaran dan sebagainya. Kinerja guru akan terkait dengan faktor-faktor pembentuknya baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara internal maupun secara eksternal. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Mangkunegara (2011:16). Faktor-faktor 54 kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mepengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti : prilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan kontribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang. Seseorang karyawan yang menganggap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti : kemampuan atau upaya, di duga orang tersebut akan mengalami lebih banyak perasaan positif tentang kinerjanya. Variable individu, antara lain kemampuan keterampilan, kemampuan mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat social, pengalaman dan demografi. Variabel organisasi, terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap kepribadian belajar dan inovasi.Lebih lanjut menurut Simamora (2007:50) kinerja atau performance dipengaruhi oleh faktor individual yaitu kemampuan dan keahlian, latar belakang, demografi dan faktor psikologis dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi.Sedangkan faktor organisasi penghargaan, struktur (job design). adalah sumber daya, kepemimpinan, 55 Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat indvidu. Oleh karena itu, menurut Donelly dalam Rivai (2005:16) kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor : a) harapan mengenai imbalan, b) dorongan, c) kemampuan kebutuhan dan sifat, d) persepsi terhadap tugas, e) imbalan internal dan eksternal, f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dengan demikian kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu : 1) kemampuan, 2) keinginan dan 3) lingkungan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui ke tiga faktor ini kinrja yang baik tidak akan tercapai. Suyadi Prawirosentono dalam Nawawi (2006:65), mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisai/perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing –masing, dalam rangka mencapai tujuan oganisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.Oleh Karen itu dalam pengertian yang bersifat praktis kinerja dapat diartikan sebagai apa yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya. Dalam pengertian praktis itu berarti indicator kinerja dalam melaksakan pekerjaan di lingkungan sebuah organisai/perusahaan mencakup lima unsur sebagai berikut : a) Kunatitas hasil kerja yang dicapai b) Kualitas hasil kerja yang dicapai 56 c) Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut d) Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja e) Kemampuan bekerja sama. Kemampuan dalam penguasaan pembelajaran adalah kemampuan dalam bidang studi, yang memuat pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar. Meguasai konsep, mengenal metode ilmu yang bersangkutan, memahami konteks bidang itu dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan dengan ilmu lain. Oleh karena itu, guru tidak cukup hanya mendalami ilmunya tetapi termasuk bagaimana dampak dan hubungan ilmu itu dalam hidup masyarakat dan ilmu-ilmu yang lain. Sehingga guru diharapkan punya wawasan yang luas, mengerti bagaimana metodologi, mengerti konteks ilmu yang mau diajarkannya, mau maju dan selalu ingin berkembang. Guru yang menguasai bahan ilmu tentunya tidak akan pernah berhenti untuk belajar, terlebih untuk bidang ilmunya. Guru tidak akan puas dengan pengetahuannya, tetapi harus mengembangkannya. Oleh sebab itu bagi guru belajar sepanjang hayatnya adalah penting. Hasibuan (2009) mengatakan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya, berdasarkan kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. Selanjutnya dikatakan juga bahwa hasil kerja atau prestasi itu merupakan gabungan dari tiga factor terdiri dari a. minat adalam bekerja, b. penerimaan delegasi tugas, dan c. peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.Selanjutnya Rivai (2005 : 15) kinerja dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang ingin dapat tercapai dengan baik. 57 3.1.3.4. Indikator Kinerja Guru Untuk mengetahui kinerja pegawai, karyawan atau guru harus ditetapkan standar kerjanya, standar kerja merupakan tolak ukur bagi suatu perbandingan antara apa yang diharapkan sesuai denga pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan pada seseorang. Standar kerja dapat juga dijadikan pertanggung jawaban terhadap apa yang telah dilakukan. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, Georgia Departemen Of education telah mengembangkan Teacher Performance Assessment Instrumentyang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemapuan guru meliputi : (1) rencana pembelajaran (teaching plans materials) atau disebut RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure), (3). dan hubungan antar pribadi (interpersonal skill) Merujuk pada pendapat madjid (2008:91), dan Georgia Departemen Of education telah mengembangkan Teacher Performance Assessment Instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas (2008) menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Maka dimensi kinerja guru yang akan dijadikan penelitian ini meliputi, (1) Merencanakan program kegiatan pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran dan (3) Evaluasi/penilaian pembelajaran. 1) Merencanakan Program Kegiatan Pembelajaran. Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar, kemampuan seorang 58 guru dalam perencanaan program kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari cara atau proses yang dilakukan guru yaitu, a) mengembnagkan silabus dan b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus. Menurut Suryadi dan Mulyono (2008), program belajar mengajar tidak lain adalah suatu proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara terperinci dijelaskan keman siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana siswa mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian). Lebih lanjut Suryadi dan Mulyana mengatakan, unsur-unsur utama yang harus ada dalam perencanaan pembelajaran, yaitu (1) tujuan yang hendak dicapai, berupa bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan untuk dimiliki siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar, (2) bahan pelajaran atau isi pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran, (3) metode dan teknik yang digunakan, yaitu bagaimana proses belajar mengajar yang akan diciptakan guru agar siswa mencapai tujuan, dan (4) penilaian, yakni bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui tujuan tercapai atau tidak. Menurut Joni (2008)bahwa kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemapuan : (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencakan penggunaan media dan sumber 59 pengajaran, dan (5) merencanakan penilaian pretasi siswa untuk kepentingan mengajar. Dengan demikian dimensi merencakan pembelajaran yang dijadikan kajian dalam peniliatan ini adalah : 1) menyusun rencana pengajaran, 2) merencakan pengelolaan kelas, 3) merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran. 2) Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelengaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran.Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru. Menurut Harahap (2003), kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan : 1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, 2) mengarahkan tujuan pembelajaran, 3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, 4) melakukan pemantapan belajar, 5) menggunakan alat bantu pengajaran dengan baik dan benar, 6) melaksanakan layananbimbingan dan konseling, 7) memperbaiki program belajar mengajar, dan 8) melaksanakan hasil penilaian belajar. Menurut Madjid (2008:104), memulai pelajaran atau membuka pelajaran dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan apa bahan yang akan dipelajari. 60 Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan dua cara : 1) melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal, kegiatan ini dilalukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang guru perlu menghubungkan ,ateri-materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari dan tidak mengsampingkan motivasi belajar terhadap siswa, 2) menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya menciptakan semangat suasana pembelajaran demokratis melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk kreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimilikinya. Dengan demikian, dimensi kegiatan pembelajaran meliputi empat factor, yaitu : 1) memulai pelajaran, 2) mengelola kegiatan inti, 3) mengorganisasikan waktu, siswa dan fasilittas belajar dan 4) mengakhiri pelajaran. 3) Evaluasi/Penilaian Pembelajaran Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik 61 organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud yang telah ditentukan Joint Commite dalam Wirawan (2002:22), menjelaskan bahwa evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan. Tujuan utama dilaksanakannya evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa. 3.1.3.5. Faktor – faktor Mempengaruhi Kinerja Menurut Simanjuntak (2005:10-13), menyebutkan bahwa kinerja sesorang dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya adalah : 1) Kompetensi Individu. Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.Kompetensi setiap orang dipengaruhi beberapa faktor yang dapat dikelompokan dalam dua golongan yaitu pertama kemampuan dan keterampilan kerja dan yang kedua adalah motivasi dan etos kerja.Secara psikologi, kemampuan (ability) pegawai 62 terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill), artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari system investasi sumber daya manusia (human investment), semakin lama waktu yang di gunakann seseorang untuk pendidikan dan pelatihan, maka semakin tinggi kompetensi melakukan pekerjaan dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya. 2). Dukungan Organisasi Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja serta kondisi dan syarat kerja. 3). Dukungan Manajemen. Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan para manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun system kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi kerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi pegawai untuk bekerja secara optimal. 3.1.3.6. Faktor – faktor Meningkatkan Kinerja Suatu organisasi atau perusahaan dituntut untuk selalu dan berusaha meningkatkan kemampuannya. kinerja pegawainya Pernyataan yang semaksimal selalu mungkin muncul adalah dalam batas-batas bagaimana cara 63 meningkatkan kinerja pegawai semaksimal mungkin. Sekolah sebagai organisasi pendidikan sudah barang tentu ingin meningkatkan kinerja gurunya semaksimal mungkin, sehingga dengan kinerja yang baik dapat tercapai tujuan yang diharapkan. Menurut Simanjuntak (2005: 21-28) terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kinerja seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Pendidikan dan latihan. Pendidikan yang dimaksud pendidikan formal dan non formal.Melalui pendidikan pegawai diberi kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya.Melalui pendidikan berarti keahlian dan keterampilan pegawai meningkat, maka diharapkan pegawai tersebut bisa mencapai prestasi yang maksimal dalam bidang tugasnya. Seorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan dia untuk bekerja lebih produktif dari pada orang lain yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai cakrawala atau pandangan yang lebih luas sehingga mampu untuk bekerja atau menciptakan lapangan kerja. 2) Gizi dan kesehatan. Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam rangka kelangsungan hidup manusia.Untuk menjaga kesehatan diperlukan makanan yang memenuhi persyaratan kesehatan, yaitu makanan yang mengandung gizi yang cukup. Seseorang yang dalam keadaan sehat atau kuat jasmani dan rohaninya akan dapat berkonsentrasi dalam pekerjaannya dengan baik, sehingga produktivitas yang dicapai pegawai tersebut menjadi tinggi. 64 3) Motivasi internal Motivasi merupakan proses untuk coba mempengaruhi seseoarang agar melakukan sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja seseorang tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang dilakukan. 4) Kesempatan kerja Kesempatan kerja dapat mempengaruhi kinerja. Kesmpatan kerja dalam arti mikro meliputi : a) Adanya kesempatan untuk bekerja, b) pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan pekerja, c) Adanya kesempatan untuk mengembnagkan diri, hal ini akan dapat menjadikan pegawai menjadi lebih kreatif. 5) Kemampuan manajerial pimpinan Perusahaan adalah suatu tempat dimana orang-orang memperoleh pengalaman kerja dan kesempatan meningkatkan keterampilannya.Tanggung jawab peningkatan keterampilan seperti ini sebagaian besar tergantung pada pimpinannya.Dengan demikian faktor manajemen sangat berperan dalam meningkatkan kinerja, baik secara langsung melalui perbaikan pengorganisasian dan prosedur yang memperkecil pemborosan, maupun secara tidak langsung melalui penciptaan jaminan kesempatan bagi seseorang untuk berkembang, penyediaan fasilitas latihan, perbaikan penghasilan dan jaminan social. 6) Kebijakan pemerintah Upaya peningkatan kinerja sanagat sensitive terhadap kebijakan pemerintah di bidang produksi, investasi, perizinan, usaha, teknologi, moneter, fiscal, distribusi dan lainlain. Menurut Nitisemito (2006:101-102) faktor-faktor yang dapat meningkatkan 65 kinerja, yang merupakan kebijakan pemerintah, meliputi : a) Gaji yang cukup, b) mempertahankan kehidupan rohani, c) Sesekali perlu menciptakan suasana santai, d) Harga diri perlu mendapatkan perhatian, e) tempatkan pegawai pada posisi yang tepat, f) berikan kesempatan kepada merka untu maju, g) perasaan aman untuk masa depan perlu diperhatikan, h) usahakan karyawan mempunyai loyalitas, dan i) fasilitas yang menyenangkan. 3.2. Penelitian Terdahulu Setelah melakukan penelusuran pustaka terhadap penelitian terdahulu ternyata ada beberapa penelitian terdahulu yang menjelaskan keterkaitan antara Pengaruh Supervisi dan Kompetensi pendagogik terhadap kinerja guru. Beberapa penelitian yang masih relevan dengan tesis ini dirangkum di dalam Tabel 3.1. No 1 Peneliti Judul Variabel Goldstein Jennifer (2005) Pengabungan Pengawasan dan Evaluasi terhadap kehidupan dan mengenalinya. Pengawasan dan Evaluasi (Debunking the Fear of Peer Review: Combining Supe rvision and Evaluation and Living to Tell About It) Metode Sampel Analisis Data Wawanca Studi satu ra, regresi distrik berganda sekolah analisis perkotaan varians di (ANOVA California ), dan , (dengan analisis sekitar multivaria 100 t varians sekolah (MANOV dan 3.000 A) guru) Hasil Penelitian Ada korelasi positif yang kuat antara pengawasan dan evaluasi program. 66 Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan. 2 Boucham ma, Yamina (2005) Evaluasi Pengajaran individual dengan Model Pengawasan yang menjadi pilihan guruguru Canada. pengawasan. Metode pengawasan. Model. Evaluasi guru 382 Guru Survei, yang Analisis berada di regresi 7 kota besar Kanada Dari 7 kota besar yang berada di kanada Guru memilih metode dan model pengawasan serta evaluasi dilakukan oleh pengawas di bandingkan dengan kepala sekolah. Evaluasi. Formatif. Sumatif. persepsi utama kepala sekolah di 286 negara bagian Wyoming , Amerika serikat 143 mengemb alikan data 426 guru di Kentucky, 197 mengemb alikan kuesioner Survei, Analisis regresi Adanya peningkatan kinerja guru setelah dilakukan pengawasan dan evaluasi formatif, sumatif oleh kepala sekolah. Survei, Analisis regresi Adanya perubahan positif terhadap perspektif guru prasekolah tentang pengawasan instruksional untuk program prasekolah dan perilaku , yang mempengaruhi praktik pembelajaran mereka (Evaluating Teaching Personnel. Which Model of Supervision Do Canadian Teach ersPrefer) 3 4 Range, Bret G; Scherz, Susan; Holt, Carleton R; Young, Suzanne (2011) Pengawasan dan evaluasi: Perspektif Wyoming. Rous, Beth (2004) Perspektif Guru Tentang Instruksional Pengawasan dan Perilaku yang Mempengaruhi Instruksi Prasekolah. (Supervision an d evaluation: The Wyoming perspective) (Perspectives of Teachers About Instructional Su pervision and Behaviors thatInfluence Pr eschool Instruction) Instruksional Pengawasan ,Perilaku yang Mempengaru hi Instruksi Prasekolah 67 Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan. 5 6 Ovando, Martha N; Ramirez, Alfredo. ( 2007) Cheng, JaoNan. (201 3) Prinsip instruksi pemimpin dalam Sistem Penilaian Kinerja: Meningkatkan Akademik Mahasiswa. (Principals' Instructional Leadership Within a Teacher Performance Ap praisal System: Enhancing Students' Academic Success) Pengaruh watak Kepemimpinan TK Terhadap prinsip-prinsip Kinerja Guru. (The Effect Of K indergarten Prin cipals' Leadership Behaviors On Teacher Work P erformance). 7 Bortoletto , Denise; Boruchov itch, Evely. (20 13) Strategi Belajar dan Peraturan terhadap Emosional Pedagogi Mahasiswa. (Learning Strategies and Emotional Regulation of Pedagogy kepemimpina n Kepala Sekolah. Kepemimpin an instruksional. Tindakan kepemimpina n kepala sekolah. Evaluasi guru. Sistem penilaian guru purposive Studi sampling kasus, digunakan kualitatif untuk mengiden tifikasi tiga tingkat, kampus sekolah umum di texas (SD, SMP, dan SMA) kepemimpinan Kepala Sekolah. Kepemimpinan instruksional. Tindakan kepemimpinan kepala sekolah. Evaluasi guru. memiliki implikasi yang signifikan terhadap suksesi akademik. perilaku kepemimpina n, prestasi kerja, kepedulian empati, perintah tegas. studi 732 Survei, guru di Analisis taiwan regresi Adanya hubungan ketika para pemimpin menunjukkan perlakuan yang adil dan memberikan penghargaan dan hukuman yang jelas, guru mereka menunjukkan peningkatan kinerja. pembelajaran , metakognisi, kontrol diri, pendidikan guru dari 298 mahasisw a yang akan menjadi guru di Negara bagaian Minas Gerais, Amertika. Adanya pengaruh positf strategi pembelajaran dan regulasi emosional Pedagogik mahasiswa yang akan menjadi guru Survei analisis regresi linier 68 Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan 8 Melanie Jüttner & WILLIA ME Boone & Soonhye Park & Birgit J. Neuhaus (2013) Students) Pengembangan dan penggunaan alat tes untuk mengukur pengetahuan konten guru biologi dan pengetahuan isi pedagogi. Pengetahuan konten. Pengetahuan isi pedagogi. Pengetahuan profesional. Guru Kualitatif sains, khususny a guru biologi dan matemati ka di 21st Century (MT21). (jumlah tidak diketemu kan.) pendidikan jarak jauh, Lingkungan, Kepemimpina n, kompetensi pedagogis, Pedagogi, Teknologi Mahasisw a keperawat an studi kasus: survey dan wawancara Temuan penelitian ini dapat membantu kepemimpinan keperawatan dalam upaya mereka untuk mengatasi kompetensi pedagogik dan untuk menyediakan sumber daya teknologi sebagai program keperawatan desain atau desain ulang pendidikan online mereka Pembelajaran , Karakteristik pendidik, 694 penelitian pendidik kualitatif perawat, 74% di Penelitian ini berusaha untuk: (1) menggambarkan (Development and use of a test instrument to measure biology teachers’ content knowledge (CK) and pedagogical content knowledge (PCK) Adanya peningkatan Pengetahuan konten, Pengetahuan isi pedagogi terhadap professionalime guru. ). 9 Anna Vioral (2013) Menjelajahi kompetensi pedagogik dalam program keperawatan pendidikan jarak jauh: Sebuah studi kasus (Exploring pedagogical competence in nursing program of distance education: A case study) 10 Greer, Annette Grady Pembelajar berpusat pada karakteristik universitas besar di wilayah tengah Amerika Serikat. 69 Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan. pendidik pendagogik atas usia (2007) perawat yang menggunakan pedagogi kontemporer kontemporer 50, dan 72% yang telah mengajar lebih dari 11 tahun (Learner centered characteristics of nurse educators who use contemporary pedagogy) karakteristik yang muncul dari respon fakultas, (2) membuat kesimpulan tentang pentingnya arti keperawatan. 11 Amron Dikri. (2013) Pengaruh supervise kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di upt dinas pendidikan kecamatan bojong sari kabupaten purbalingga. Supervisi kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru 182 Guru di 24 sekolah dasar upt bojongsar i purbaling ga Survei, analisis regresi linier Ada pengaruh yang signifikan supervise kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di upt dinas pendidikan kecamatan bojongsari kabupaten purbalingga. 12 Frans Sudirjo (2010) Pengaruh Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru SMP N33 Semarang Supervisi, Kepemimpin an kepala sekolah, motivasi dan kinerja guru seluruh pegawai di SMP N 33 Semarang yang berjumlah 107 orang Survei, analisis regresi linier Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah secara bersamasama berpengaruh positifTerhadap Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru SMP N33 Semarang 13 Adi Wahyudi (2012) Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi Kerja, Dan Supervisi Kepala SeKolah Disiplin kerja, Motivasi kerja, supervise kepala sekolah dan Populasi 37 guru, sampel yang digunakan berjumlah 34 guru analisis deskriptif dan analisis inferensia l parametri adanya pengaruh simultan dan parsial disiplin kerja, motivasi kerja, dan supervisi kepala 70 Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan Terhadap Kinerja Guru kinerja guru ks sekolah terhadap kinerja guru 14 Hadi sumarno (2010) Pengaruh Supervisi, Motivasi Dan Kedisiplinan Terhadap Kinerja Guru Di Sma Negeri 1 Karanganyar Supervisi, Gu Motivasi, ru SMA disiplin kerja Negeri 1 dan kinerja Karangan guru yar sebanyak 77 orang Survei, analisis regresi linier Adanya Pengaruh Yang Signifikan Supervisi, Motivasi Dan Kedisiplinan Terhadap Kinerja Guru Di Sma Negeri 1 Karanganyar 15 Alice Tjandrali la Rahardja (2004) Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta Komunikasi antar pribadi guru, motivasi kerja, kinerja guru Survei, deskiptif korelasion al. Adanya hubungan yang signifikan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta 16 Makmur Syukri. Hubungan supervise akademik kepala madrasah dan Aktivitas Profesional guru setelah Sertifikasi Dengan kinerja guru man kota tanjung balai Supervisi 30 Guru akademik, Madrasah aktivitas professional, dan kinerja guru Survei, analisis regresi linier Adanya Hubungan supervise akademik kepala madrasah dan Aktivitas Profesional guru setelah Sertifikasi Dengan kinerja guru man kota tanjung balai 17 Barinto (2012) Hubungan Kompetensi Guru Dan Kompetensi Guru, Supervisi, metode deskriptif kuantitatif Ada Hubungan yang signifikan antara semua guru di 7 (tujuh) SMUK BPK PENABU R Jakarta yang berjumlah 70 orang Populasi penelitian sebanyak 71 Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru Smp Negeri Se-Kecamatan Percut Sei Tuan Kinerja Guru 18 Mardia Hi. Rahman. (2013) Pedagogical CompetenceJuni or High School Science Teacher competence pedagogical, teacher, performance 19 Muhamm ad Amin, Aunurrah man , M. Thamrin. (2013) Hubungan Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi Kepribadian Dengan Kinerja Guru Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kinerja Guru 20 Hadi Sumarno Jurnal (2010) Pengaruh supervisi, motivasi, dan kedisiplinan terhadap kinerja Guru di SMA N. Karanganyar Supervisi, motivasi, dan kedisiplinan terhadap kinerja Guru di SMA N. Karanganyar 3.3. 308 orang, dan sampel diperoleh sebanyak 96 orang dengan jenis penelitian korelasion al Kompetensi Guru Dan Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru Smp Negeri Se-Kecamatan Percut Sei Tuan 61 Guru metode Ada hubungan IPA di deskriptif kompetensi kota dan pendagogogik ternate bersifat dan kemampuan ex post guru terhadap facto kinerjanya. 55 orang kuantitatif Secara parsial Guru dengan hubungan Pendidika desain kompetensi n Agama korelasion pedagogik dan Islam, al kompetensi Kecamata kepribadian n Sungai dengan kinerja Raya guru signifikan. Kabupate n Kubu Seluruh Korelasi Adanya Guru dan pengaruh positif yang Regresi antara mengajar berganda Supervisi, di SMA motivasi, dan N. kedisiplinan Karangan terhadap kinerja yarng, Guru di SMA berjumlah N. Karanganyar 77 Guru. Kerangka Pemikiran Bentuk kerangka pemikiran dalam penelitian ini diuraikan secara garis besar, bahwa kinerja Guru SMK At-Thahirin 2 Ciledug dipengaruhi oleh faktor-faktor 72 Supervisi dan Kompetensi Pendagogik guru dalam proses mencapai kinerja yang baik. 3.3.1. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Supervisi kepala sekolah adalah suatu keterampilan yang diperlukan kepala sekolah dalam memgelola sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Supervisi kepala sekolah dapat diketahui dari indikator meliputi: (1) merencanakan supervisi, (2) merumuskan tujuan supervisi, (3) merumuskanprosedur supervisi, (4) menyusun format observasi, (5) berunding dan bekerjasama dengan guru,(6) mengamati guru mengajar, (7) menyimpulkan hasil supervisi, (8) mengkonfirmasikan supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut. Indikator tersebut diukur berdasarkan persepsi guru dan akan diungkap dengan teknik angket. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar yang dilaksanakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru, secara rutin dan terjadwal dengan harapan agar guru mampu berbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika 73 guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi berlangsung, kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan. Dengan demikian berdasarkan uraian di atas patut diduga bahwa terdapat pengaruh antara Supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru positif. 3.3.2. Pengaruh Kompetensi Pendagogik terhadap Kinerja Guru. Kompetensi pedagogic guru adalah kemampuan guru dalam kaitannya dengan tugas utama proses belajar mengajar. Indikator kompetensi pedagogik guru dapat diukur dari kemampuan-kemampuan: (a) kemampuan menyusun program pembelajaran, meliputi kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran, kemampuan menetapkan tujuan pembelajaran, kemampuan memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, kemampuan memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar, kemampuan memilih dan memanfaatkan sumber pembelajaran, kemampuan memilih dan mengembangkan media pembelajaran. (b) kemampuan melaksanakan program pembelajaran meliputi kemampuan menciptakan suasana belajar mengajar yang baik, kemampuan menangani masalah-masalah pembelajaran, kemampuan mengatur ruangan belajar mengajar, kemampuan mengamati kegiatan belajar mengajar, kemampuan menggunakan berbagai ketrampilan mengajar, kemampuan mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar. (c) kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar, yaitu meliputi kemampuan menyusun alat penilaian, kemampuan mengolah dan menafsirkan data penilaian, kemampuan 74 menyelenggarakan penilaian, kemampuan menyelenggarakan penilaian proses belajar mengajar, kemampuan memanfaatkan hasil penilaian. Variabel kompetensi pedagogik guru dengan beberapa indikator tersebut berhubungan dengan dimensi-dimensi dalam kinerja guru, maka variabel kompetensi pedagogik berpenagruh terhadap variabel kinerja guru. 3.3.3. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi Pendagogik terhadap Kinerja Guru. Berdasarkan gagasan-gagas di atas jelaslah bahwa kinerja guru ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan ikut berperan menentukan tercapainya kinerja guru yang maksimal.Dari literatur tentang kinerja guru dapat diketahui secara umum, kinerja guru ditentukan oleh faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan diri sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan yang berada diluar diri guru. Dari sekian faktor yang ada, dapat disintesiskan kualitas kinerja guru yaitu supervisi kepala sekolah dan kompetensi pendagogik.Kinerja guru adalah tingkat keberhailan guru dalam melaksanakan tugas dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Oleh karena itu, dapat diduga terdapat pengaruh positif secara bersamasama antara supervisi kepala sekolah dan kompetensi pendagogik dengan kinerja guru. 75 Dalam penelitian ini digunakan metode survei dengan mengumpulkan informasi dari populasi dengan tujuan menjelaskan dan menerangkan fenomena yang terjadi dengan cara meneliti hubungan pengaruh antar variable. Berdasarkan uraian di atas pada latar belakang dan kajian pustaka, maka penilaian dilakukan sampai sejauh mana keberhasilan kinerja guru yang sangat penting untuk diketahui apakah sekolah tersebut mengalami kemajuan atau tidak. Dengan melakukan supervisi dan pematangan kompetensi pendagogik diupayakan para guru untuk dapat berprestasi dan meningkatkan gairah kerja guru, agar guru mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan, dan pihak sekolah melalui pimpinan diharapkan dapat mencegah rendahnya kinerja guru. Berdasarkan penjelasan tersebut kerangka pemikiran dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat dalam skema operasional dalam Gambar 3.2. 76 Supervisi Kepala Sekolah (XI) 1. Bidang kepemimpinan 2. Hubungan kemanusiaan 3. Pembinaan proses kelompok 4. Bidang administrasi personal 5. Bidang Evaluasi H1 Kinerja Guru (Y) H3 (Purwanto:2008) H2 Kompetensi Pendagogik (X2) 1.Perencanaan kegiatan pembelajaran 2.Pelaksanaan kegiatan pembelajaran 3.Evaluasi/penilaian pembelajaran (Majid:2008) 1. Menguasai karakteristik peserta didik. 2. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang mendidik. 3.Menguasai teori dan prinsip-prinsip belajar 4.Menguasai prinsipprinsip pengembangan kurikulum dan 5.Mengembangkan potensi peserta didik (Depdiknas:2008) Gambar 3.1. Konstruksi pola berpikir penelitian dan indikator variable utama penelitian 77 3.4. Hipotesis Penelitian Dengan memperhatikan dua variable independen pada Gambar 3.1. yaitu supervisi kepala sekolah dan kompetensi pendagogik yang mempengaruhi variable dependen kinerja guru, merupakan kerangka berfikir dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai analisis bagaimana pengaruh kedua variabel tersebut terhadap penilaian kinerja guru, dan pengaruh masing-masing variabel secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik jawaban sementara sebagai hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru. H2 : Kompetensi pedagogik guru berpengaruh terhadap kinerja guru. H3 : Supervisi kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru.