27 BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
27
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Menguraikan berbagai teori dan penelitian-penelitian terdahulu, sesuai
dengan topik penelitian yang dilaksanakan sebagai landasan pelaksanaan penelitian
tesis ini. Dari berbagai teori dan penelitian-penelitian terdahulu dikristalisasi salam
bentuk kerangka pemikiran dan rumusan hipotesis. Adapun teori, kerangka
pemikiran dan hepotisis ini diuraikan di bawah ini.
3.1. Kajian Teori
Kajian teori mempunyai peranan penting dalam hal melakukan penelitian
kuantitatif.Dengan kajian teori peneliti dapat menggunakan kepustakaan untuk
mengidentifikasi masalah dan arah penelitian.
3.1.1. Supervisi Kepala Sekolah
Salah
satu
tugas
kepala
sekolah/madrasah
adalah
melaksanakan
supervisi.Untuk melaksanakan supervisi secara efektif diperlukan keterampilan
konseptual,
interpersonal
dan
teknikal.
Oleh
sebab
itu,
setiap
kepala
sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi yang meliputi:
pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi
supervisi.
3.1.1.1. PengertianSupervisi
Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah,
Menurut Purwanto (2008:32) pengertian
supervisi adalah “suatu aktivitas
28
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”.
Menurut
Jones
dalam
Mulyasa
(2003:155),
supervisi
merupakan
“bagianyang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang
ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah
yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan”.
Menurut Carter dalam Sahertian (2000:17) supervisi adalah “usaha dari
petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya
dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.”
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial
yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut
maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai
meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi
kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan disekolah itu semaksimal
mungkin dapat tercapai. Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang
kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas
mengajarnya
dengan
melalui
langkah-langkah perencanaan, penampilan
mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam
usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
29
3.1.1.2.Karakteristik Supervisi
Menurut Mulyasa (2008:112) Salah satu supervisi akademik yang popular
adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap
berada di tangan tenaga kependidikan.
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama
sekolah
kepala
sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala
sekolah.
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor
lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada member
saran dan pengarahan.
f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpanbalik.
g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor
terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.
h. Supervisi
dilakukan
secara
berkelanjutan
keadaan dan memecahkan suatu masalah.
untuk meningkatkan suatu
30
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis lebih
berorientasi kepada penemuan masalah secara obyektif. Masalah tersebut bukan
untuk menekan bawahan, akan tetapi untuk dianalisis dan dilakukan pemecahan
masalah (problem solving) secara bersama-sama.
3.1.1.3 Faktor yang Memengaruhi Berhasil Tidaknya Supervisi
Menurut Purwanto (2008:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya supervise atau cepat-lambatnya hasil supervise antara lain:
a.
Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.
b.
Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
c.
Tingkatan dan jenis sekolah..
d.
Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.
e.
Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.
Diantara faktor-faktor tersebut faktor Kecakapan dan keahlian kepala
sekolah itu sendiri adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan
kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah
itu sendiri tidak
mempunyai
kecakapandan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya.
Sebaliknya,adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah,
segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk
selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.
31
3.1.1.4.Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah tidak
terjadi begitu saja. Setiap kegiatan supervisi yang dilakukan oleh para kepala sekolah
terkandung maksud-maksud tertentu yang ingin dicapai. Maksud yang ingin dicapai
itu tentu saja berkaitan dengan tujuan supervisi yang berkaitan erat dengan tujuan
pendidikan di sekolah.
Menurut Muslim (2010:35) tujuan supervisi kepala sekolah adalah supervisi
dilaksanakan dalam rangka membantu guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya
secara lebih baik dan berkualitas, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa
dicapai secara optimal.
Pola (Bentuk) Supervisi Akademik, dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran disekolah melalui:
a. Supervisi Umum.
Jangkauan sasaran supervisi sebenarnya begitu luas, tidak hanya menyangkut
kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga kegiatan-kegiatan di luar
kelas.Supervisi yang mengacu kepada kegiatan-kegiatan di luar kelas ini, oleh cogan
(1973) disebut supervisi umum.Hal senada juga dikemukakan Neagley dan Evans
(1980).Menurut mereka supervisi umum tersebut lebih banyak menyangkut hal-hal di
luar kelas, seperti gedung dan halaman sekolah, sarana pendidikan, layanan
transportasi, kafetaria dan sebagainya.Sementara itu Sergiovanni (1983) menyatakan
bahwa supervisi umum tersebut menyangkut berbagai aktivitas yang berhubungan
32
dengan perbaikan pengajaran dan pertumbuhan guru-guru yang terjadi dalam satu
wilayah persekolahan tertentu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi umum tidak secara
langsung berkaitan dengan perbaikan pengajaran.Supervisi yang tidak secara
langsung berkaitan dengan perbaikan pengajaran tersebut, bias pula dikategorikan
sebagai supervisiadministrative.
b. Supervisi PBM
Supervisi proses belajar mengajar (PBM) dimaksudkan secara langsung untuk
memperbaiki pengajaran, karena sasaran utamanya adalah pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar atau PBM. Karena kegiatan belajar-mengajar atau PBM tersebut
umumnya terjadi di kelas maka ia bisa pula disebut supervisi kelas.
c. Supervisi Klinis.
Belakangan ini ada kecenderungan supervise pengajaran mengarah ke
supervisi klinis. Menurut beberapa ahli seperti Goldhammer, Anderson & Krajewski,
(1980) dalam Sergiovanni (1991).supervisi klinis merupakan strategi yang efektif
dalam memperbaiki pengajaran. Supervise klinis termasuk aktivitas-aktivitas yang
terjadi di dalam kelas. Ia berkenaan dengan perbaikan mengajar dan belajar melalui
observasi langsung terhadap tindakan guru dan siswa dalam lingkungan belajar. Ia
juga lebih menekankan pada tujuannya. Menurut mereka ada dua tujuan yang dapat
dicapai secara langsung melalui supervise klinis tersebut, yakni perbaikan pengajaran
di kelas dan peningkatan performansi mengajar guru.
33
Supervisi
klinis dapat
dirumuskan sebagai
proses membantu guru
memperkecil kesenjangan antara tingkah laku yang nyata dengan tingkah laku
mengajar yang ideal. Supervisi klinis dalam pelaksanaannya ditempuh melalui
prosedur atau tahapan-tahapan kegiatan yang membentuk suatu siklus, Sergiovanni
(1991), Tahapan-tahapan kegiatan dimaksud secara umum adalah (1) tahap
pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap pertemuan balikan. Pada
tahap pertemuan awal, supervisor bersama-sama guru membicarakan aspek-aspek
yang akan diamati dan ditingkatkan, termasuk alat dan cara untuk mengobservasi
penampilan mengajarnya. Tahap ini diakhiri dengan penetapan kontrak atau
kesepakatan mengenai aspek-aspek yang akan diperbaiki dan ditingkatkan antara
supervisor dengan guru.
d. Supervisi Kolegial atau Kesejawatan
Supervisi kolegial atau kesejawatan ini bisa dimasukkan ke dalam teknik
supervisi yang bersifat kelompok. Supervisi kelompok muncul sebagai reaksi
terhadap kelemahan supervisi individual. Kelemahan supervisi individual terutama
terletak pada kekurangsempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang
dihadapi oleh guru, karena hanya diselesaikan berdasarkan pandangan supervisor dan
guru yang bersangkutan (Pidarta, 1999).
3.1.1.5. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai
dengan fungsinya sebagai supervisor menurut Purwanto (2008:86) antara lain:
34
a. Bidang kepemimpinan
b. Hubungan kemanusiaan
c. Pembinaan proses kelompok
d. Bidang administrasi personal
e. Bidang Evaluasi
Jika fungsi di atas benar-benar dikuasai dan dijalankan dengan sebaikbaiknya oleh kepala sekolah terhadap guru, maka kelancaran jalannya sekolah atau
lembaga dalam pencapaian tujuan pendidikan akan lebih terjamin.
Secara umum, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala
sekolah meliputi:
 Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah didalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
 Berusaha
termasuk
mengadakan
dan
melengkapi
alat-alat perlengkapan sekolah
media instruksional yang diperlukan
bagi
kelancaran
dan
keberhasilan proses belajar-mengajar.
 Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan
metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang
sedang berlaku.
 Membina kerja sama yang baik
dan harmonis diantara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya.
 Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
35
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk
mengikuti penataran-penataran,seminar,sesuai dengan bidangnya masingmasing.
 Membina hubungan kerjasama antara sekolah komite sekolah dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan para siswa.
Secara lebih gamblang disebutkan dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang salah satunya memiliki fungsi
supervise yang kompetensinya adalah sebagai berikut:
1. Merencanakan
program
supervisi
akademik
dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
2. Melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti
hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
3.1.1.6. Supervisi Kunjungan Kelas
Menurut Soewadji (1987:42) “teknik supervisi ada beberapa macam,yaitu (1)
observasi kelas, (2) percakapan individu/kelompok, (3) saling berkunjung, (4)
diskusi, (5) rapat guru, (6) kunjungan studi”.
Sahertian (2000:53) membedakan teknik supervisi menjadi dua yaitu: teknik
supervisi yang bersifat individu dan kelompok. Teknik supervisi yang bersifat
individ ada tiga jenis yaitu:(1) kunjungan kelas, (2) observasi, (3) percakapan
36
pribadi. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok antara lain: rapat guru, diskusi
kelompok, loka karya,seminar, simposium,dan sebagainya.
Menurut Nawawi, (2008:108) supervisi kunjungan kelas adalah bagian dari
kegiatan kunjungan sekolah, karena dalam pengertian sama dengan supervisi
kunjungan kelas”. Sementara Rohmadi (1990:81) mengatakan bahwa supervisi
kunjungan kelas adalah salah satu teknik supervisi yang ditujukan langsung pada
guru untuk perbaikan cara-cara mengajar, menggunakan alat peraga, kerjasama
murid dalam kelas dan lain-lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi
kunjungan kelas adalah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitankesulitan yang mereka hadapi. Dalam kunjungan kelas yang diutamakan adalah
mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing
murid-muridnya. Karena sifatnya mempelajari dan mengadakan peninjauan kelas,
maka sering disebut observasi kelas.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa supervisi
kunjungan kelas pada hakekatnya adalah observasi di kelas dengan tujuan untuk
menemukan kelemahan dan kelebihan guru mengajar sehingga dapat ditemukan
permasalahan-permasalahan yang dijumpai guru untuk selanjutnya dibantu
pemecahannya oleh supervisor secara demokratis.
Mengenai fungsi supervisi kunjungan kelas Sahertian (1982:45) menegaskan
bahwa supervisi kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara
37
mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi kunjungan kelas juga berfungsi untuk
membantu pertumbuhan professional baik bagi guru maupun supervisor karena
member kesempatan untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi supervisi kunjungan kelas adalah sebagai
alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar dan cara belajar siswa.
Supervisi
kunjungan
kelas
dapat
memberikan
kesempatan
guru
untuk
mengemukakan pengalamannya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa
mampu pada guru-guru, karena dapat belaja rdan memperoleh pengertian secara
moral bagi pertumbuhan karir.
Menurut Sahertian (1982:46) jenis supervisi kunjungan kelas
dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1). Kunjungan dengan Tanpa Memberitahu.
Supervisi tiba-tiba datang ke kelas tempat guru mengajar tanpa memberi tahu
terlebih dahulu. Jenis supervisi ini ada segi positifnya dan ada segi negatifnya. Segi
positifnya yaitu supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga
dapat menentukan sumbangan apakah yang diperlukan oleh guru tersebut. Suasana
yang wajar ini juga akan berpengaruh terhadap suasana belaja ranak secara wajar
pula. Kemudian supervisor dapat pula melihat yang sebenarnya tanpa dibuat-buat.
Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaikbaiknya.
38
Sedangkan kelemahannya adalah guru menjadi gugup, karena tiba-tiba
didatangi, tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak
memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang, bila tiba-tiba dikunjungi tanpa
pemberitahuan terlebihd ahulu. Ini berarti supervisi hanya mencari kesalahan guru.
2). Kunjungan dengan Cara Memberitahu Terlebih Dahulu ( Anannounced
Visitation).
Supervisi terlebih dahulu memberikan jadwal kunjungan yang telah
direncanakan dan diberikan kepada tiap kelas yang akan dikunjungi. Jenis supervisi
kunjungan kelas dengan diberitahukan lebih dahulu ini juga ada segi positif dan
negatifnya.
Segi positifnya adalah ada pembagian waktu merata bagi pelaksanaan
supervisi terhadap semua guru
yang memerlukannya. Dengan demikian akan
tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar mengajar. Sedangkan segi
negatifnya adalah ada kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru-guru yang
lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu yang ditentukan itu
menekan guru yang bersangkutan karena harus menuggu giliran berikutnya. Kecuali
itu bagi supervisor kunjungan yang direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep
pengembangan yang kontinyu dan terencana. Para guru dapat mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa kunjungan itu akan membantu apa
yang diharapkan guru.
39
Kelemahannya adalah guru dengan sengaja mempersiapkan diri, sehingga ada
kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan kemungkinan berlebihan, sehingga
gambaran yang diperolehs upervisor bukan merupakan hasil yang murni.
3). Kunjungan Atas Undangan Guru ( Visit Upon Invitation )
Pada jenis supervisi ini guru dengan sengaja mengundang kepala sekolah
untuk mengunjungi kelasnya. Jarang sekali terjadi ada seorang guru yang
menginginkan kepala sekolahnya melihat/memperhatikan suasana pada waktu guru
tersebut mengajar. Karena itu jenis supervisi ini lebih baik, karena guru secara sadar
berupaya dan termotivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri untuk
memperoleh balikan dan pengalaman baru dalam hal perjumpaannya dengan kepala
sekolah. Dengan demikian ada sifat keterbukaan dari guru, dan guru merasa memiliki
otonomi dalam jabatannya, aktualisasi kemampuannya terwujud sehingga guru selalu
belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan
diri ini merupakan alat untuk mencapai proporsional, karena sudah dipersiapkan jauh
sebelumnya.
Kelebihan dari jenis supervisi ini adalah supervisi akan lebih pengalaman
dalam berdialog dengan guru, sedangkan guru
akan
lebih mudah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari
pengalaman dan bimbingan dari supervisi sudah begitu tinggi, maka supervisi
dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dari seorang guru yang profesional.
40
Kelemahannya adalah kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan
dibuat-buat untuk menonjolkan diri. Padahal sewaktu-waktu bias tidak berbuat
seperti itu.
Dari uraian tentang pengertian, tujuan, fungsi, dan jenis-jenis supervisi
kunjungan kelas yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, maka
supervisi kunjungan kelas sangat dibutuhkan. Supervisi kunjungan kelas baik dengan
pemberitahuan lebih dahulu maupun secara tiba-tiba atau mendadak tanpa
memberitahu akan berjalan baik apa bila sebelumnya dipersiapkan (direncanakan)
terlebih dahulu dan dilaksanakan secara situasional.
Tujuan supervisi kunjungan kelas terlebih dahulu harus dirumuskan secara
jelas. Rancangan yang berkaitan dengan kegiatan supervisi kunjungan kelas harus
sudah disusun lebih dahulu oleh kepala sekolah terutama yang menyangkut situasi
belajar mengajar.
Primadona
kegiatan guru adalah guru mengajar di kelas
(dihadapan peserta didik), karena pada saat kegiatan proses belajar mengajar terjadi
kegiatan interaksi aktif antara guru dengan murid dan sebaliknya antara murid dengan
murid. Karena itu guru dituntut tidak hanya menguasai materi saja tetapi dituntut pula
pandai mengajar sebagai ciri khas keprofesionalannya. Karena itu akan lebih baik
bila kepala sekolah (supervisor) melakukan supervisi kunjungan kelas yang
sebelumnya telah di programkan secara baik, yaitu minimal dua kali setahun dari
berbagai jenis supervise kunjungan kelas. Disamping
itu guru
jauh-jauh
sebelumnya sudah tahu akan ada supervisi kunjungan kelas, lewat pemberitahuan
41
secara tertulis (surat resmi) maupun lewat lisan (rapat guru) dari kepala sekolah,
sehingga guru sadar bahwa pelaksanaan supervise kunjungan kelas oleh kepala
sekolah bertujuan tidak mencari kesalahan guru, akan tetapi memberilayanan dan
bantuan kepada guru agar proses belajar mengajar berjalan baik.
3.1.2. Kompetensi Pendagogik
Kompetensi
pendagogik
merupakan
kompetensi
khas,
yang
akan
membedakan guru dengan profesi lainnya. Penguasaan kompetensi pendagogik
disertai dengan profesionalisme akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan
hasil pembelajaran peserta didik.
3.1.2.1.Pengertian Kompetensi
Charles
E.Johnson
dalam
Sanjaya
rationalperformancewhich
menyatakan:”Competencyas
meetstheobjectivefora desired
Wina
condition”.Selanjutnya
dikatakan,
(2007)
satisfactorily
kompetensi
merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian,suatu kompetensi ditunjukkan
oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional)
dalam upaya mencapai suatu tujuan.
Kompetensi diartikan oleh Mulyasa (2008:37-38) sebagai perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Menurut Ashan seperti dikutif mulyasa (2008:38),
mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia
42
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotor dengan sebaikbaiknya. Boediono dalam Mulyasa (2008), berpendapat bahwa kompetensi adalah
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak.Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus
menerus memungkinkan seseoarang menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Pernyataan
senada
dikemukakan
Sudarmayanti
(2002),
mengatakan
kompetensi adalah kemampuan dasar dan kualitas kinerja yang diperlukan untuk
mengerjakan pekerjaan dengan baik. Bakat, sifat dan keahlian individu apapun yang
dapat dibuktikan, dapat dihubungkan dengan kinerja yang efektif dan baik sekali.
Selain itu kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh
tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas. Tugas dibidang pekerjaan tertentu menurut
Keputusan Mendiknas No 045/U/2002 dalam Sudarmayanti (2002), dinyatakan
bahwa elemen-elemen kompetensi terdiriatas: (1) landasan kepribadian, (2)
penguasaan ilmu dan ketrampilan, (3) kemampuan berkarya, (4) sikap dan perilaku
dalam berkarya.
Usman (2006:14), mengutip pengertian kompetensi dari beberapa pakar yang
sudah mengarah kekompetensi
yaitu kompetensi merupakan gambaran hakekat
kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Selanjutnya Usman (2006)
mengatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
43
melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi mempunyai makna bahwa suatu
pekerjaan bersifat keahlian memerlukan bidang ilmu secara sengaja yang harus
dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar pengertian
itu tiap pekerjaan
berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena suatu
profesi
memerlukan kemampuan dan keahlian dalam melaksanakan kompetensinya.
Dalam Undang-undang
Guru dan Dosen Tahun 2005 pengertian
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Dijelaskan pula bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :
a. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas;
b. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
c. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
d. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
e. Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
f. Memiliki
jaminan
perlindungan
hukum
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan; dan
g. Memiliki organisasi profesi yangm empunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
44
3.1.2.2. Pengertian Kompetensi Pendagogik Guru
Pendagogik
mempunyai
arti
ilmu
mendidik.Kompetensi
pendagogik
merupakan suatu performance (kemampuan) seseorang dalam bidang ilmu
pendidikan.Untuk menjadi guru yang professional harus memiliki kompetensi
pendagogik.
Valente dan Matondang dalam Mulyasa (2008), menjelaskan bahwa
kompetensi pendagogik merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting.
Kemudian dikemukakan bahwa: This kind of competency is the main problem related
to the didacted and methodology used in classroom teaching. Kompetensi
pendagogik memiliki pemahaman tentang : (a) sifat dan ciri anak didik serta
perkembangannya, (b) konsep-konsep pendidikan yang berguna membantu anak
didik, (c) metodologi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak didik,
dan (d) system evaluasi yang baik dan tepat.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pendagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Kompetensi pendagogik merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi
hal-hal sebagai berikut : a) pemahaman wawasan dan landasan kependidikan, b)
pemahaman terhadap peserta didik, c) pengembangan kurikulum/silabus, d)
45
perancangan pembelajaran, e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
f)pemanfaatan
teknologi
pembelajaran,
g)
evaluasi
hasil
belajar
dan
h)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Pada kompetensi pendagogik kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional dan
inetelektual.Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat dan interest
yang
berbeda.Berkenaan
dengan
kurikulum,
seorang
guru
harus
mampu
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan sesuai
dengan kebutuhan local. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan kemampuannya dikelas, dan harus mampu melakukan
kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Secara lebih jelas disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 28 disebutkan
bahwa kompetensi sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
b. Kompetensi kepribadian;
c. Kompetensi profesional;dan
d. Kompetensi sosial.
46
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasihasilbelajar,
dan pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Apa bila guru mampu mengimplementasikan kemampuan-kemampuan
pedagogik itu dalam pembelajaran, maka akan tercipta kualitas pembelajaran yang
baik. Dan tujuan pendidikan yaitu tujuan pembelajaran, tujuan kurikulum, tujuan
sekolah dasar, dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.
Dari beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogic
guru adalah kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menyusun
program
pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, dan kemampuan
menilai hasil dan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini di fokuskan untuk
mengetahui seorang guru mempunyai kompetensi pedagogik atau tidak.
3.1.2.3.Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Pedagogik Guru
Sahertian (2000:12) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kompetensi pedagogik guru adalah:
a. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru.
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah
c. Lingkungan kerja yang mendorong motivasi kerja guru untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pelaksanaan tugas secara optimal.
47
Dari pendapat tersebut di atas disebutkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi
kompetensi pedagogik guru
adalah
kepemimpinan Kepala
Sekolah. Selanjutnya dalam buku panduan Manajemen Sekolah Depdikbud (1998)
dikatakan bahwa Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah.
Kepemimpinannya sebagai Kepala Sekolah akan sangat berpengaruh bahkan
menentukan kemajuan sekolah.
Kepala sekolah dalam manajemen mempunyai peran yang utama yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Peran
Kepala
Sekolah
kunci
utama seorang
untuk mendukung manajemen sekolah yang efektif adalah
kemampuannya mengarahkan proses dan fokus pembelajaran.
Peran Kepala sekolah sebagai supervisor bertujuan membimbing guru,
dilakukan dengan cara-cara atau usaha menpengaruhi para guru. Adapun cara-cara
atau usaha yang dilakukan adalah:
1. Membimbing para guru, yaitu memberi perhatian penyusunan progam
pembelajaran, membentuk penyusunan progam pembelajaran, memeriksa dan
membetulkan progam pembelajaran, dan mengesahkan progam pembelajaran.
2. Mengarahkan para guru, yaitu mengingatkan dan mengarahkan penyusunan alat
penilaian, dan mendorong semangat guru.
3. Mengubah yaitu, mengubah guru-guru yang
malas menjadi rajin dan baik,
mengubah siswa dari malas menjadi rajin dan baik.
48
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syaiku (2003), menunjukkan
Peran Kepala sekolah sebagai supervisor berpengaruh terhadap kompetensi belajar
mengajar guru. Peran kepala sekolah sebagai supervisor memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa seiring dengan meningkatnya kompetensi
pedagogik guru meningkat pula kinerja guru selanjutnya kompetensi pedagogik guru
dipengaruhi oleh supervisi kepala sekolah. Sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Samiyono
(1998:1) bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan kuncinya
terletak pada kemampuan guru,
proses belajar mengajar yang sesuai dengan
kurikulum dan pembinaan langsung dari kepala sekolah.
Departemen Pendidikan Nasional (2008:4) menjelaskan kemampuan yang
harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati yaitu : a)
penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social,
cultural, emosional dan intelektual, b) penguasaan terhadap teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, c) mampu mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, d) menyelenggarakan
kegiatan pengembangan mendidik, c) mampu mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, d) menyelenggarakan kegiatan
pengembangan mendidik, e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, f)
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
49
berbagai potensi yang dimiliki, g) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan peserta didik, h) melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
dan i) melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, kompetensi pendagogik guru dalam penelitian ini
akan diukur melalui :
(1) Menguasai karakteristik peserta didik.
Dalam aspek ini guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang
karakteristik peserta didik secara umum dan khusus untuk membantu proses
pembelajaran. Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual,
sosial, emosional, moral dan latar belakang sosial budaya.
(2) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang
mendidik secara lengkap, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan
sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan guru
memanfaatkan
teknologi
informasi
komunikasi
(TIK)
untuk
kepentingan
pembelajaran.
(3) Menguasai teori dan prinsip-prinsip belajar
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatifdan efektif sesuai dengan standar
kompetensi guru dan mampu memotivasi peserta didik untuk belajar.
50
(4) Menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan
Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus
sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan membuat serta menggunakan RPP
sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih,
menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
(5) Mengembangkan potensi peserta didik.
Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan
mengidentifikasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
melalui
program
pembelajaran yang mendudukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik,
kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik
mengaktualisasikan potensi mereka.
3.1.3. Kinerja
Kinerja merupakan fungsi dari usaha dan kompetensi yang merupakan hal
penting dimana individu menyakini bahwa mereka dapat berkinerja pada tingkatan
yang dikehendaki. Usaha tergantung pada harapan diaman usaha tersebut akan
menghasilkan kesempurnaan pada tugas-tugas tertentu.
3.1.3.1. Pengertian Kinerja
Definisi kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Menurut Mangkunegara
(2011 : 67), pengertian kinerjaberawal dari kata job performance atau actual
51
performance. Ia menekankanbahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai olehseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.Lebih lanjut Payaman J.
Simanjuntak (2005:1) kinerja adalah pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
tertentu.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kinerja
dalam penelitian ini merupakan hasil/keluaran dari sesuatu proses atau kemampuan
aplikasi kerja dalam wujud nyata.
3.1.3.2. Pengertian Kinerja Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja.Sedangkan “Guru” berarti orang yang
pekerjaannya mengajar.Jadi “Kinerja Guru” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sesuatu yang dicapai/ prestasi yang diperlihatkan/kemampuan kerja orang
yang pekerjaannya mengajar.
Menurut majid (2008:91) kinerja guru adalah kemampuan seorang guru untuk
melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup aspek merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan
mengevaluasi pembelajaran.Karena itu guru mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pendidikan karena secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan
mengembangkan peserta didik.
Kinerja (performance) menurut Drucker (2002 : 134) adalahtingkat prestasi
atau hasil nyata yang dicapai dipergunakan untuk memperolehsuatu hasil positif.
Kinerja juga didefinisikan sebagai keberhasilan personel dalammewujudkan sasaran
52
strategik pada empat perspektif : keuangan, kostumer, proses serta pembelajaran dan
pertumbuhan (Mulyadi, 2007: 363).
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 1997 : 82). Lebih lanjut, Hasibuan
menggungkapkan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu
kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas
penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi pekerja. Apabila kinerja
tiap individu atau karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik
pula. Sedangkan lavasque dalam Nawawi (2006) mengatakan kinerja adalah segala
sesuatu yang dikerjakan sesorang dan ahsilnya dalam melaksanakan fungsi suatu
pekerjaa. Dari dua pengertaian tersebut terlihat bahwa kinerja bermakna memampuan
kerja dan hasil atau pretasi yang dicap[ai dalam melaksnakan suatu pekerjaan.
Stephen P. Robin dalam Nawawi (2006) mengatakan kinerja adalah jawaban atas
pertanyaan “apa hasil yang dicapai seseorang sesudah mengerjakan sesuatu. Cascio
(1995 : 22) mengatakan bahwa kinerja merupakan prestasi karyawan dari tugas-tugas
yang telah ditetapkan.
Hersey dan Blanchard (1993 : 46) menyatakan kinerja merupakanfungsi dari
motivasi dan kemampuan untuk menjelaskan tugas atau pekerjaan.Seseorang harus
memiliki derajat kesediaan dan tingkat kesediaan tertentu,kesediaan dan ketrampilan
seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakansesuatu tanpa pemahaman yang
jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimanamengerjakannya. Mangkunegara
53
(2011 : 32) mengemukakan kinerja dapatdidefinisikan sebagai hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dapat dicapaioleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawabyang diberikan kepadanya.
Dari definisi kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas,dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai
olehseseorang, yang dinilai berdasarkan kualitas dan kuantitasnya, sesuai
dengantugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka
mencapaitujuan dari perusahaan / organisasi. Dengan demikian, kinerja guru berarti
hasilkerja
/
prestasi
seorang
guru
dalam
mengemban
tugasnya
sebagai
seorangpendidik agar dapat memenuhi tujuan dari sekolah tempatnya bekerja.
3.1.3.3. Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Ada tiga komponen yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar di
sekolah, yaitu guru, siswa yang belajar dan materi pelajaran yang diberikan oleh
pengajar. Bersamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pelaksanaan proses belajar mengajar menjadi lebih kompleks, karena ketiga
komponen (guru, siswa dan materi pelajaran) masih dipengaruhi variable lain. Peran
pengajar dipengaruhi oleh penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, cara
memberikan materi pelajaran. Frekwensi memberikan pengajaran dan sebagainya.
Kinerja guru akan terkait dengan faktor-faktor pembentuknya baik secara
langsung maupun tidak langsung, baik secara internal maupun secara eksternal. Hal
ini sebagaimana yang dijelaskan oleh
Mangkunegara (2011:16). Faktor-faktor
54
kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional)
yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.Misalnya, kinerja
seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan tipe pekerja
keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut
mempunyai kemampuan rendah dan tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki
kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mepengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti : prilaku, sikap dan tindakan-tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan kontribusi yang
mempengaruhi kinerja seseorang. Seseorang karyawan yang menganggap kinerjanya
baik berasal dari faktor-faktor internal seperti : kemampuan atau upaya, di duga orang
tersebut akan mengalami lebih banyak perasaan positif tentang kinerjanya. Variable
individu, antara lain kemampuan keterampilan, kemampuan mental, fisik, latar
belakang keluarga, tingkat social, pengalaman dan demografi. Variabel organisasi,
terdiri
dari
sumber
daya,
kepemimpinan,
imbalan,
struktur
dan
desain
pekerjaan.Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap kepribadian belajar dan
inovasi.Lebih lanjut menurut Simamora (2007:50) kinerja atau performance
dipengaruhi oleh faktor individual yaitu kemampuan dan keahlian, latar belakang,
demografi dan faktor psikologis dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan
motivasi.Sedangkan
faktor
organisasi
penghargaan, struktur (job design).
adalah
sumber
daya,
kepemimpinan,
55
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi
berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat indvidu. Oleh karena itu, menurut Donelly
dalam Rivai (2005:16) kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor
: a) harapan mengenai imbalan, b) dorongan, c) kemampuan kebutuhan dan sifat, d)
persepsi terhadap tugas, e) imbalan internal dan eksternal, f) persepsi terhadap tingkat
imbalan dan kepuasan kerja. Dengan demikian kinerja pada dasarnya ditentukan oleh
tiga hal, yaitu : 1) kemampuan, 2) keinginan dan 3) lingkungan. Oleh karena itu, agar
mempunyai kinerja yang baik seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi
untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui ke tiga faktor
ini kinrja yang baik tidak akan tercapai.
Suyadi Prawirosentono dalam Nawawi (2006:65), mengatakan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisai/perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing –masing,
dalam rangka mencapai tujuan oganisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral dan etika.Oleh Karen itu dalam pengertian yang bersifat praktis
kinerja dapat diartikan sebagai apa yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya. Dalam pengertian
praktis itu berarti indicator kinerja dalam melaksakan pekerjaan di lingkungan sebuah
organisai/perusahaan mencakup lima unsur sebagai berikut :
a) Kunatitas hasil kerja yang dicapai
b) Kualitas hasil kerja yang dicapai
56
c) Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut
d) Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja
e) Kemampuan bekerja sama.
Kemampuan dalam penguasaan pembelajaran adalah kemampuan dalam
bidang studi, yang memuat pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar.
Meguasai konsep, mengenal metode ilmu yang bersangkutan, memahami konteks
bidang itu dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan dengan ilmu lain.
Oleh karena itu, guru tidak cukup hanya mendalami ilmunya tetapi termasuk
bagaimana dampak dan hubungan ilmu itu dalam hidup masyarakat dan ilmu-ilmu
yang lain. Sehingga guru diharapkan punya wawasan yang luas, mengerti bagaimana
metodologi, mengerti konteks ilmu yang mau diajarkannya, mau maju dan selalu
ingin berkembang. Guru yang menguasai bahan ilmu tentunya tidak akan pernah
berhenti untuk belajar, terlebih untuk bidang ilmunya. Guru tidak akan puas dengan
pengetahuannya, tetapi harus mengembangkannya. Oleh sebab itu bagi guru belajar
sepanjang hayatnya adalah penting.
Hasibuan (2009) mengatakan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya, berdasarkan
kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. Selanjutnya dikatakan juga bahwa
hasil kerja atau prestasi itu merupakan gabungan dari tiga factor terdiri dari a. minat
adalam bekerja, b. penerimaan delegasi tugas, dan c. peran dan tingkat motivasi
seorang pekerja.Selanjutnya Rivai (2005 : 15) kinerja dapat dinyatakan baik dan
sukses jika tujuan yang ingin dapat tercapai dengan baik.
57
3.1.3.4. Indikator Kinerja Guru
Untuk mengetahui kinerja pegawai, karyawan atau guru harus ditetapkan
standar kerjanya, standar kerja merupakan tolak ukur bagi suatu perbandingan antara
apa yang diharapkan sesuai denga pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan
pada seseorang. Standar kerja dapat juga dijadikan pertanggung jawaban terhadap apa
yang telah dilakukan.
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, Georgia
Departemen Of education telah mengembangkan Teacher Performance Assessment
Instrumentyang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemapuan guru meliputi : (1) rencana
pembelajaran (teaching plans materials) atau disebut RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure), (3). dan hubungan
antar pribadi (interpersonal skill)
Merujuk pada pendapat madjid (2008:91), dan Georgia Departemen Of
education telah mengembangkan Teacher Performance Assessment Instrument yang
kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas (2008) menjadi Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG). Maka dimensi kinerja guru yang akan dijadikan penelitian ini
meliputi, (1) Merencanakan program kegiatan pembelajaran, (2) melaksanakan
pembelajaran dan (3) Evaluasi/penilaian pembelajaran.
1) Merencanakan Program Kegiatan Pembelajaran.
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang
berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar, kemampuan seorang
58
guru dalam perencanaan program kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari cara atau
proses yang dilakukan guru yaitu, a) mengembnagkan silabus dan b) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik
dari silabus.
Menurut Suryadi dan Mulyono (2008), program belajar mengajar tidak lain
adalah suatu proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara terperinci dijelaskan
keman siswa itu akan dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran),
bagaimana siswa mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita
mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).
Lebih lanjut Suryadi dan Mulyana mengatakan, unsur-unsur utama yang harus
ada dalam perencanaan pembelajaran, yaitu (1) tujuan yang hendak dicapai, berupa
bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan untuk dimiliki siswa setelah
terjadinya proses belajar mengajar, (2) bahan pelajaran atau isi pelajaran yang dapat
mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran, (3) metode dan teknik yang
digunakan, yaitu bagaimana proses belajar mengajar yang akan diciptakan guru agar
siswa mencapai tujuan, dan (4) penilaian, yakni bagaimana menciptakan dan
menggunakan alat untuk mengetahui tujuan tercapai atau tidak.
Menurut Joni (2008)bahwa kemampuan merencanakan program belajar
mengajar mencakup kemapuan : (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan
pengajaran,
(2)
merencakan
pengelolaan
kegiatan
belajar
mengajar,
(3)
merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencakan penggunaan media dan sumber
59
pengajaran, dan (5) merencanakan penilaian pretasi siswa untuk kepentingan
mengajar.
Dengan demikian dimensi merencakan pembelajaran yang dijadikan kajian
dalam peniliatan ini adalah : 1) menyusun rencana pengajaran, 2) merencakan
pengelolaan kelas, 3) merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran.
2) Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelengaraan pendidikan yang
ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran.Semua tugas tersebut
merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam
pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.
Menurut Harahap (2003), kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan : 1) memotivasi
siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, 2) mengarahkan tujuan
pembelajaran, 3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan
tujuan pengajaran, 4) melakukan pemantapan belajar, 5) menggunakan alat bantu
pengajaran dengan baik dan benar, 6) melaksanakan layananbimbingan dan
konseling, 7) memperbaiki program belajar mengajar, dan 8) melaksanakan hasil
penilaian belajar.
Menurut Madjid (2008:104), memulai pelajaran atau membuka pelajaran
dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan
apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan apa bahan yang akan dipelajari.
60
Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan dua cara : 1) melaksanakan
apersepsi atau penilaian kemampuan awal, kegiatan ini dilalukan untuk mengetahui
sejauhmana
kemampuan
awal
yang
dimiliki
siswa.
Seorang
guru
perlu
menghubungkan ,ateri-materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang
akan dipelajari dan tidak mengsampingkan motivasi belajar terhadap siswa, 2)
menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya menciptakan semangat
suasana pembelajaran demokratis melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam
mendorong siswa untuk kreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang
dimilikinya.
Dengan demikian, dimensi kegiatan pembelajaran meliputi empat factor, yaitu
: 1) memulai pelajaran, 2) mengelola kegiatan inti, 3) mengorganisasikan waktu,
siswa dan fasilittas belajar dan 4) mengakhiri pelajaran.
3) Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukan untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan
dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi,
pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.
Penilaian
proses
belajar
mengajar
dilaksanakan
untuk
mengetahui
keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan
dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik
61
organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud yang
telah ditentukan
Joint Commite dalam Wirawan (2002:22), menjelaskan bahwa evaluasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang
baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi
yang salah akan merugikan pendidikan.
Tujuan utama dilaksanakannya evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah
untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan oleh
siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar dapat diupayakan dan dilaksanakan.
Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan
bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar
siswa.
3.1.3.5. Faktor – faktor Mempengaruhi Kinerja
Menurut Simanjuntak (2005:10-13), menyebutkan bahwa kinerja sesorang
dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya adalah :
1) Kompetensi Individu.
Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan
kerja.Kompetensi setiap orang dipengaruhi beberapa faktor yang dapat dikelompokan
dalam dua golongan yaitu pertama kemampuan dan keterampilan kerja dan yang
kedua adalah motivasi dan etos kerja.Secara psikologi, kemampuan (ability) pegawai
62
terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill),
artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari system investasi sumber
daya manusia (human investment), semakin lama waktu yang di gunakann seseorang
untuk pendidikan dan pelatihan, maka semakin tinggi kompetensi melakukan
pekerjaan dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya.
2). Dukungan Organisasi
Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk
pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi,
kenyamanan lingkungan kerja serta kondisi dan syarat kerja.
3). Dukungan Manajemen.
Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan para manajemen atau
pimpinan, baik dengan membangun system kerja dan hubungan industrial yang aman
dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi kerja, demikian juga
dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi pegawai untuk bekerja secara
optimal.
3.1.3.6. Faktor – faktor Meningkatkan Kinerja
Suatu organisasi atau perusahaan dituntut untuk selalu dan berusaha
meningkatkan
kemampuannya.
kinerja
pegawainya
Pernyataan
yang
semaksimal
selalu
mungkin
muncul
adalah
dalam
batas-batas
bagaimana
cara
63
meningkatkan kinerja pegawai semaksimal mungkin. Sekolah sebagai organisasi
pendidikan sudah barang tentu ingin meningkatkan kinerja gurunya semaksimal
mungkin, sehingga dengan kinerja yang baik dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Simanjuntak (2005: 21-28) terdapat beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kinerja seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Pendidikan dan latihan.
Pendidikan yang dimaksud pendidikan formal dan non formal.Melalui
pendidikan pegawai diberi kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuannya.Melalui pendidikan berarti keahlian dan keterampilan pegawai
meningkat, maka diharapkan pegawai tersebut bisa mencapai prestasi yang maksimal
dalam bidang tugasnya.
Seorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan dia
untuk bekerja lebih produktif dari pada orang lain yang tingkat pendidikannya lebih
rendah. Hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai cakrawala atau pandangan
yang lebih luas sehingga mampu untuk bekerja atau menciptakan lapangan kerja.
2) Gizi dan kesehatan.
Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam rangka
kelangsungan hidup manusia.Untuk menjaga kesehatan diperlukan makanan yang
memenuhi persyaratan kesehatan, yaitu makanan yang mengandung gizi yang cukup.
Seseorang yang dalam keadaan sehat atau kuat jasmani dan rohaninya akan dapat
berkonsentrasi dalam pekerjaannya dengan baik, sehingga produktivitas yang dicapai
pegawai tersebut menjadi tinggi.
64
3) Motivasi internal
Motivasi merupakan proses untuk coba mempengaruhi seseoarang agar
melakukan sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja seseorang
tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang dilakukan.
4) Kesempatan kerja
Kesempatan kerja dapat mempengaruhi kinerja. Kesmpatan kerja dalam arti
mikro meliputi : a) Adanya kesempatan untuk bekerja, b) pekerjaan yang sesuai
dengan pendidikan dan keterampilan pekerja, c) Adanya kesempatan untuk
mengembnagkan diri, hal ini akan dapat menjadikan pegawai menjadi lebih kreatif.
5) Kemampuan manajerial pimpinan
Perusahaan adalah suatu tempat dimana orang-orang memperoleh pengalaman
kerja dan kesempatan meningkatkan keterampilannya.Tanggung jawab peningkatan
keterampilan seperti ini sebagaian besar tergantung pada pimpinannya.Dengan
demikian faktor manajemen sangat berperan dalam meningkatkan kinerja, baik secara
langsung melalui perbaikan pengorganisasian dan prosedur yang memperkecil
pemborosan, maupun secara tidak langsung melalui penciptaan jaminan kesempatan
bagi seseorang untuk berkembang, penyediaan fasilitas latihan, perbaikan
penghasilan dan jaminan social.
6) Kebijakan pemerintah
Upaya peningkatan kinerja sanagat sensitive terhadap kebijakan pemerintah di bidang
produksi, investasi, perizinan, usaha, teknologi, moneter, fiscal, distribusi dan lainlain. Menurut Nitisemito (2006:101-102) faktor-faktor yang dapat meningkatkan
65
kinerja, yang merupakan kebijakan pemerintah, meliputi : a) Gaji yang cukup, b)
mempertahankan kehidupan rohani, c) Sesekali perlu menciptakan suasana santai, d)
Harga diri perlu mendapatkan perhatian, e) tempatkan pegawai pada posisi yang
tepat, f) berikan kesempatan kepada merka untu maju, g) perasaan aman untuk masa
depan perlu diperhatikan, h) usahakan karyawan mempunyai loyalitas, dan i) fasilitas
yang menyenangkan.
3.2.
Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan penelusuran pustaka terhadap penelitian terdahulu ternyata
ada beberapa penelitian terdahulu yang menjelaskan keterkaitan antara Pengaruh
Supervisi dan Kompetensi pendagogik terhadap kinerja guru.
Beberapa penelitian yang masih relevan dengan tesis ini dirangkum di dalam
Tabel 3.1.
No
1
Peneliti
Judul
Variabel
Goldstein
Jennifer
(2005)
Pengabungan
Pengawasan dan
Evaluasi
terhadap
kehidupan dan
mengenalinya.
Pengawasan
dan Evaluasi
(Debunking the
Fear of Peer
Review:
Combining Supe
rvision and
Evaluation and
Living to Tell
About It)
Metode
Sampel
Analisis
Data
Wawanca
Studi satu ra, regresi
distrik
berganda
sekolah
analisis
perkotaan varians
di
(ANOVA
California ),
dan
, (dengan analisis
sekitar
multivaria
100
t varians
sekolah
(MANOV
dan 3.000 A)
guru)
Hasil Penelitian
Ada
korelasi
positif yang kuat
antara
pengawasan dan
evaluasi
program.
66
Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan.
2
Boucham
ma,
Yamina
(2005)
Evaluasi
Pengajaran
individual
dengan Model
Pengawasan
yang
menjadi
pilihan
guruguru Canada.
pengawasan.
Metode
pengawasan.
Model.
Evaluasi
guru
382 Guru Survei,
yang
Analisis
berada di regresi
7
kota
besar
Kanada
Dari 7 kota
besar
yang
berada
di
kanada
Guru
memilih metode
dan
model
pengawasan
serta
evaluasi
dilakukan oleh
pengawas
di
bandingkan
dengan kepala
sekolah.
Evaluasi.
Formatif.
Sumatif.
persepsi
utama
kepala
sekolah di
286
negara
bagian
Wyoming
, Amerika
serikat
143
mengemb
alikan
data
426 guru
di
Kentucky,
197
mengemb
alikan
kuesioner
Survei,
Analisis
regresi
Adanya
peningkatan
kinerja
guru
setelah
dilakukan
pengawasan dan
evaluasi
formatif,
sumatif
oleh
kepala sekolah.
Survei,
Analisis
regresi
Adanya
perubahan
positif terhadap
perspektif guru
prasekolah
tentang
pengawasan
instruksional
untuk program
prasekolah dan
perilaku , yang
mempengaruhi
praktik
pembelajaran
mereka
(Evaluating
Teaching
Personnel.
Which Model of
Supervision Do
Canadian Teach
ersPrefer)
3
4
Range,
Bret G;
Scherz,
Susan;
Holt,
Carleton
R; Young,
Suzanne
(2011)
Pengawasan dan
evaluasi:
Perspektif
Wyoming.
Rous,
Beth
(2004)
Perspektif Guru
Tentang
Instruksional
Pengawasan dan
Perilaku yang
Mempengaruhi
Instruksi
Prasekolah.
(Supervision an
d
evaluation: The
Wyoming
perspective)
(Perspectives of
Teachers About
Instructional Su
pervision and
Behaviors
thatInfluence Pr
eschool
Instruction)
Instruksional
Pengawasan
,Perilaku
yang
Mempengaru
hi Instruksi
Prasekolah
67
Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan.
5
6
Ovando,
Martha N;
Ramirez,
Alfredo. (
2007)
Cheng,
JaoNan. (201
3)
Prinsip instruksi
pemimpin dalam
Sistem Penilaian
Kinerja:
Meningkatkan
Akademik
Mahasiswa.
(Principals'
Instructional
Leadership
Within
a Teacher
Performance Ap
praisal System:
Enhancing
Students'
Academic
Success)
Pengaruh watak
Kepemimpinan
TK
Terhadap
prinsip-prinsip
Kinerja Guru.
(The Effect Of K
indergarten Prin
cipals'
Leadership
Behaviors On
Teacher Work P
erformance).
7
Bortoletto
, Denise;
Boruchov
itch,
Evely. (20
13)
Strategi Belajar
dan Peraturan
terhadap
Emosional
Pedagogi
Mahasiswa.
(Learning
Strategies and
Emotional
Regulation
of
Pedagogy
kepemimpina
n Kepala
Sekolah.
Kepemimpin
an
instruksional.
Tindakan
kepemimpina
n kepala
sekolah.
Evaluasi
guru. Sistem
penilaian
guru
purposive Studi
sampling kasus,
digunakan kualitatif
untuk
mengiden
tifikasi
tiga
tingkat,
kampus
sekolah
umum di
texas (SD,
SMP, dan
SMA)
kepemimpinan
Kepala Sekolah.
Kepemimpinan
instruksional.
Tindakan
kepemimpinan
kepala sekolah.
Evaluasi guru.
memiliki
implikasi yang
signifikan
terhadap suksesi
akademik.
perilaku
kepemimpina
n, prestasi
kerja,
kepedulian
empati,
perintah
tegas.
studi 732 Survei,
guru
di Analisis
taiwan
regresi
Adanya
hubungan ketika
para pemimpin
menunjukkan
perlakuan yang
adil
dan
memberikan
penghargaan
dan
hukuman
yang jelas, guru
mereka
menunjukkan
peningkatan
kinerja.
pembelajaran
,
metakognisi,
kontrol diri,
pendidikan
guru
dari 298
mahasisw
a
yang
akan
menjadi
guru
di
Negara
bagaian
Minas
Gerais,
Amertika.
Adanya
pengaruh positf
strategi
pembelajaran
dan
regulasi
emosional
Pedagogik
mahasiswa yang
akan
menjadi
guru
Survei
analisis
regresi
linier
68
Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan
8
Melanie
Jüttner &
WILLIA
ME
Boone &
Soonhye
Park &
Birgit J.
Neuhaus
(2013)
Students)
Pengembangan
dan penggunaan
alat tes untuk
mengukur
pengetahuan
konten
guru
biologi
dan
pengetahuan isi
pedagogi.
Pengetahuan
konten.
Pengetahuan
isi pedagogi.
Pengetahuan
profesional.
Guru
Kualitatif
sains,
khususny
a
guru
biologi
dan
matemati
ka di 21st
Century
(MT21).
(jumlah
tidak
diketemu
kan.)
pendidikan
jarak jauh,
Lingkungan,
Kepemimpina
n, kompetensi
pedagogis,
Pedagogi,
Teknologi
Mahasisw
a
keperawat
an
studi
kasus:
survey dan
wawancara
Temuan
penelitian
ini
dapat membantu
kepemimpinan
keperawatan
dalam
upaya
mereka
untuk
mengatasi
kompetensi
pedagogik
dan
untuk
menyediakan
sumber
daya
teknologi sebagai
program
keperawatan
desain atau desain
ulang pendidikan
online mereka
Pembelajaran
,
Karakteristik
pendidik,
694
penelitian
pendidik
kualitatif
perawat,
74%
di
Penelitian
ini
berusaha untuk:
(1)
menggambarkan
(Development
and use of a
test instrument
to
measure
biology
teachers’
content
knowledge (CK)
and
pedagogical
content
knowledge
(PCK)
Adanya
peningkatan
Pengetahuan
konten,
Pengetahuan isi
pedagogi
terhadap
professionalime
guru.
).
9
Anna
Vioral
(2013)
Menjelajahi
kompetensi
pedagogik dalam
program
keperawatan
pendidikan jarak
jauh: Sebuah studi
kasus
(Exploring
pedagogical
competence in
nursing
program
of
distance
education:
A
case study)
10
Greer,
Annette
Grady
Pembelajar
berpusat pada
karakteristik
universitas
besar di
wilayah
tengah
Amerika
Serikat.
69
Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan.
pendidik
pendagogik
atas usia
(2007)
perawat
yang
menggunakan
pedagogi
kontemporer
kontemporer
50, dan
72% yang
telah
mengajar
lebih dari
11 tahun
(Learner
centered
characteristics
of
nurse
educators who
use
contemporary
pedagogy)
karakteristik
yang
muncul
dari
respon
fakultas,
(2)
membuat
kesimpulan
tentang
pentingnya arti
keperawatan.
11
Amron
Dikri.
(2013)
Pengaruh
supervise kepala
sekolah
dan
motivasi kerja
terhadap kinerja
guru di upt
dinas
pendidikan
kecamatan
bojong
sari
kabupaten
purbalingga.
Supervisi
kepala
sekolah,
motivasi
kerja
dan
kinerja guru
182 Guru
di
24
sekolah
dasar upt
bojongsar
i
purbaling
ga
Survei,
analisis
regresi
linier
Ada pengaruh
yang signifikan
supervise kepala
sekolah
dan
motivasi kerja
terhadap kinerja
guru di upt dinas
pendidikan
kecamatan
bojongsari
kabupaten
purbalingga.
12
Frans
Sudirjo
(2010)
Pengaruh
Supervisi Dan
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Terhadap
Motivasi Untuk
Peningkatan
Kinerja
Guru
SMP
N33
Semarang
Supervisi,
Kepemimpin
an
kepala
sekolah,
motivasi dan
kinerja guru
seluruh
pegawai
di SMP
N
33
Semarang
yang
berjumlah
107 orang
Survei,
analisis
regresi
linier
Supervisi Dan
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
secara bersamasama
berpengaruh
positifTerhadap
Motivasi Untuk
Peningkatan
Kinerja
Guru
SMP
N33
Semarang
13
Adi
Wahyudi
(2012)
Pengaruh
Disiplin Kerja,
Motivasi
Kerja, Dan
Supervisi
Kepala SeKolah
Disiplin
kerja,
Motivasi
kerja,
supervise
kepala
sekolah dan
Populasi
37 guru,
sampel
yang
digunakan
berjumlah
34 guru
analisis
deskriptif
dan
analisis
inferensia
l
parametri
adanya
pengaruh
simultan
dan
parsial disiplin
kerja, motivasi
kerja,
dan
supervisi kepala
70
Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan
Terhadap
Kinerja Guru
kinerja guru
ks
sekolah terhadap
kinerja guru
14
Hadi
sumarno
(2010)
Pengaruh
Supervisi,
Motivasi Dan
Kedisiplinan
Terhadap
Kinerja Guru Di
Sma Negeri 1
Karanganyar
Supervisi,
Gu
Motivasi,
ru SMA
disiplin kerja
Negeri 1
dan kinerja Karangan
guru
yar
sebanyak
77 orang
Survei,
analisis
regresi
linier
Adanya
Pengaruh Yang
Signifikan
Supervisi,
Motivasi
Dan
Kedisiplinan
Terhadap Kinerja
Guru Di Sma
Negeri
1
Karanganyar
15
Alice
Tjandrali
la
Rahardja
(2004)
Hubungan
Antara
Komunikasi
antar Pribadi
Guru dan
Motivasi
Kerja Guru
dengan Kinerja
Guru
SMUK BPK
PENABUR
Jakarta
Komunikasi
antar pribadi
guru,
motivasi
kerja, kinerja
guru
Survei,
deskiptif
korelasion
al.
Adanya
hubungan yang
signifikan
Antara
Komunikasi
antar Pribadi
Guru dan
Motivasi
Kerja Guru
dengan Kinerja
Guru
SMUK BPK
PENABUR
Jakarta
16
Makmur
Syukri.
Hubungan
supervise
akademik
kepala
madrasah dan
Aktivitas
Profesional
guru
setelah
Sertifikasi
Dengan kinerja
guru man kota
tanjung balai
Supervisi
30 Guru
akademik,
Madrasah
aktivitas
professional,
dan kinerja
guru
Survei,
analisis
regresi
linier
Adanya
Hubungan
supervise
akademik
kepala
madrasah dan
Aktivitas
Profesional
guru
setelah
Sertifikasi
Dengan kinerja
guru man kota
tanjung balai
17
Barinto
(2012)
Hubungan
Kompetensi
Guru
Dan
Kompetensi
Guru,
Supervisi,
metode
deskriptif
kuantitatif
Ada Hubungan
yang signifikan
antara
semua
guru di 7
(tujuh)
SMUK
BPK
PENABU
R Jakarta
yang
berjumlah
70 orang
Populasi
penelitian
sebanyak
71
Lanjutan Tabel 3.1. Penelitian yang masih relevan
Supervisi
Akademik
Dengan Kinerja
Guru
Smp
Negeri
Se-Kecamatan
Percut Sei Tuan
Kinerja Guru
18
Mardia
Hi.
Rahman.
(2013)
Pedagogical
CompetenceJuni
or High School
Science Teacher
competence
pedagogical,
teacher,
performance
19
Muhamm
ad Amin,
Aunurrah
man , M.
Thamrin.
(2013)
Hubungan
Kompetensi
Pedagogik
Dan
Kompetensi
Kepribadian
Dengan
Kinerja Guru
Kompetensi
Pedagogik,
Kompetensi
Kepribadian,
Kinerja Guru
20
Hadi
Sumarno
Jurnal
(2010)
Pengaruh
supervisi,
motivasi,
dan
kedisiplinan
terhadap kinerja
Guru di SMA
N. Karanganyar
Supervisi,
motivasi,
dan
kedisiplinan
terhadap
kinerja Guru
di SMA N.
Karanganyar
3.3.
308
orang,
dan
sampel
diperoleh
sebanyak
96 orang
dengan
jenis
penelitian
korelasion
al
Kompetensi
Guru
Dan
Supervisi
Akademik
Dengan Kinerja
Guru
Smp
Negeri
Se-Kecamatan
Percut Sei Tuan
61 Guru metode
Ada hubungan
IPA
di deskriptif kompetensi
kota
dan
pendagogogik
ternate
bersifat
dan kemampuan
ex
post guru terhadap
facto
kinerjanya.
55 orang kuantitatif Secara parsial
Guru
dengan
hubungan
Pendidika desain
kompetensi
n Agama korelasion pedagogik dan
Islam,
al
kompetensi
Kecamata
kepribadian
n Sungai
dengan kinerja
Raya
guru signifikan.
Kabupate
n Kubu
Seluruh
Korelasi
Adanya
Guru
dan
pengaruh positif
yang
Regresi
antara
mengajar berganda
Supervisi,
di SMA
motivasi,
dan
N.
kedisiplinan
Karangan
terhadap kinerja
yarng,
Guru di SMA
berjumlah
N. Karanganyar
77 Guru.
Kerangka Pemikiran
Bentuk kerangka pemikiran dalam penelitian ini diuraikan secara garis besar,
bahwa kinerja Guru SMK At-Thahirin 2 Ciledug dipengaruhi oleh faktor-faktor
72
Supervisi dan Kompetensi Pendagogik guru dalam proses mencapai kinerja yang
baik.
3.3.1. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru
Supervisi kepala sekolah adalah suatu keterampilan yang diperlukan kepala
sekolah dalam memgelola sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Supervisi kepala sekolah dapat diketahui dari indikator meliputi: (1) merencanakan
supervisi, (2) merumuskan tujuan supervisi, (3) merumuskanprosedur supervisi, (4)
menyusun format observasi, (5)
berunding dan bekerjasama dengan guru,(6)
mengamati guru mengajar, (7) menyimpulkan hasil supervisi, (8) mengkonfirmasikan
supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut. Indikator tersebut diukur
berdasarkan persepsi guru dan akan diungkap dengan teknik angket.
Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam
memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar
yang dilaksanakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk
memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru, secara rutin
dan terjadwal dengan harapan agar guru mampu berbaiki proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika
73
guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana
pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi berlangsung, kepala
sekolah menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan.
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas patut diduga bahwa terdapat
pengaruh antara Supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, maka dapat dikatakan
bahwa pengaruh supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru positif.
3.3.2. Pengaruh Kompetensi Pendagogik terhadap Kinerja Guru.
Kompetensi pedagogic guru adalah kemampuan guru dalam kaitannya dengan
tugas utama proses belajar mengajar. Indikator kompetensi pedagogik guru dapat
diukur
dari
kemampuan-kemampuan:
(a)
kemampuan
menyusun
program
pembelajaran, meliputi kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran, kemampuan
menetapkan tujuan pembelajaran, kemampuan memilih dan mengembangkan bahan
pembelajaran, kemampuan memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar,
kemampuan memilih dan memanfaatkan sumber pembelajaran, kemampuan memilih
dan mengembangkan media pembelajaran. (b) kemampuan melaksanakan program
pembelajaran meliputi kemampuan menciptakan suasana belajar mengajar yang
baik,
kemampuan
menangani masalah-masalah pembelajaran, kemampuan
mengatur ruangan belajar mengajar, kemampuan mengamati kegiatan belajar
mengajar, kemampuan menggunakan berbagai ketrampilan mengajar, kemampuan
mengatur murid dalam kegiatan belajar mengajar. (c) kemampuan menilai hasil dan
proses belajar mengajar, yaitu meliputi kemampuan menyusun alat penilaian,
kemampuan
mengolah
dan
menafsirkan
data
penilaian,
kemampuan
74
menyelenggarakan
penilaian, kemampuan menyelenggarakan penilaian proses
belajar mengajar, kemampuan memanfaatkan hasil penilaian.
Variabel kompetensi pedagogik guru dengan beberapa indikator tersebut
berhubungan dengan dimensi-dimensi dalam kinerja guru, maka variabel
kompetensi pedagogik berpenagruh terhadap variabel kinerja guru.
3.3.3. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi Pendagogik
terhadap Kinerja Guru.
Berdasarkan gagasan-gagas di atas jelaslah bahwa kinerja guru ditentukan
oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut secara sendiri-sendiri maupun secara
bersamaan ikut berperan menentukan tercapainya kinerja guru yang maksimal.Dari
literatur tentang kinerja guru dapat diketahui secara umum, kinerja guru ditentukan
oleh faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan diri sendiri dan
faktor eksternal yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan yang berada diluar
diri guru.
Dari sekian faktor yang ada, dapat disintesiskan kualitas kinerja guru yaitu
supervisi kepala sekolah dan kompetensi pendagogik.Kinerja guru adalah tingkat
keberhailan guru dalam melaksanakan tugas dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Oleh karena itu, dapat diduga terdapat pengaruh positif secara bersamasama antara supervisi kepala sekolah dan kompetensi pendagogik dengan kinerja
guru.
75
Dalam penelitian ini digunakan metode survei dengan mengumpulkan
informasi dari populasi dengan tujuan menjelaskan dan menerangkan fenomena yang
terjadi dengan cara meneliti hubungan pengaruh antar variable.
Berdasarkan uraian di atas pada latar belakang dan kajian pustaka, maka
penilaian dilakukan sampai sejauh mana keberhasilan kinerja guru yang sangat
penting untuk diketahui apakah sekolah tersebut mengalami kemajuan atau tidak.
Dengan melakukan supervisi dan pematangan kompetensi pendagogik diupayakan
para guru untuk dapat berprestasi dan meningkatkan gairah kerja guru, agar guru mau
bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan, dan pihak sekolah melalui pimpinan
diharapkan dapat mencegah rendahnya kinerja guru.
Berdasarkan penjelasan tersebut kerangka pemikiran dalam penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat dalam skema operasional dalam Gambar 3.2.
76
Supervisi Kepala Sekolah
(XI)
1. Bidang kepemimpinan
2. Hubungan
kemanusiaan
3. Pembinaan
proses
kelompok
4. Bidang
administrasi
personal
5. Bidang Evaluasi
H1
Kinerja Guru
(Y)
H3
(Purwanto:2008)
H2
Kompetensi Pendagogik
(X2)
1.Perencanaan kegiatan
pembelajaran
2.Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
3.Evaluasi/penilaian
pembelajaran
(Majid:2008)
1. Menguasai karakteristik
peserta didik.
2. Menciptakan kegiatan
pembelajaran
yang
mendidik.
3.Menguasai teori dan
prinsip-prinsip belajar
4.Menguasai prinsipprinsip pengembangan
kurikulum dan
5.Mengembangkan
potensi peserta didik
(Depdiknas:2008)
Gambar 3.1.
Konstruksi pola berpikir penelitian dan indikator variable utama penelitian
77
3.4. Hipotesis Penelitian
Dengan memperhatikan dua variable independen pada Gambar 3.1. yaitu
supervisi kepala sekolah dan kompetensi pendagogik yang mempengaruhi variable
dependen kinerja guru, merupakan kerangka berfikir dalam penelitian ini yang akan
digunakan sebagai analisis bagaimana pengaruh kedua variabel tersebut terhadap
penilaian kinerja guru, dan pengaruh masing-masing variabel secara bersama-sama
terhadap kinerja guru.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik jawaban sementara sebagai
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru.
H2 : Kompetensi pedagogik guru berpengaruh terhadap kinerja guru.
H3 : Supervisi kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja guru.
Download