bab ii tinjauan pustaka

advertisement
11
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang saran aprasarana pendidikan di sekolah sebelumnya
dilakukan oleh Sri Winarni pada Tahun 2010 dengan judul penelitian “Pengaruh
Sarana dan Prasarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri
Cimahi Jawa Barat”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh
yang signifikan antara sarana-prasarana pendidikan terhadap prestasi siswa
dengan tingkat sangat baik. Dimana hasil analisis peneltian tersebut menghasilkan
gambaran bahwa 93,5% perubahan variabel prestasi belajar disebabkan oleh
perubahan variabel sarana dan prasarana belajar, sedangkan sisanya sebesar 6,5%
disebabkan oleh variabel bebas lainnya.
Penelitian tentang kebijakan sarana prasarana sekolah juga dilakukan oleh
Bakti Yulianto (2011) dengan judul : “Evaluasi Kebijakan tentang Partisipasi
Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Sarana
Prasarana Pendidikan di SMK Negeri 1 Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta”.
Hasil analisis diketahui bahwa bentuk partisipasi masyarakat yang menonjol
adalah dengan menyampaikan usulan dan gagasan. Adapun tingkat partisipasi
yang mengacu pada tipologi Arnstein termasuk dalam kategori placation. Dalam
tangga kelima ini, masyarakat telah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam
beberapa hal masih ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Adapun data
responden adalah sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 40-50
11
12
tahun, berpendidikan sarjana strata 2, memiliki pekerjaan sebagai guru/dosen dan
wiraswasta serta berpenghasilan cukup tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Jahyani Busono (2012) dengan judul
penelitian : “Evaluasi Pemenuhan Standar Minimal Sarana Dan Prasarana
Pendidikan Dasar di Kota Bandung”. Hasil penelitian memberikan gambaran
bahwa sebagian besar luas bangunan sekolah sudah sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Ruang kelas sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang utama
pada sebagian besar sekolah sudah sangat memadai.hanya masih dijumpai
beberapa sekolah yang belum memiliki ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang
UKS, mushala, dan gudang yang representatif dalam rangka menunjang kegiatan
belajar mengajar.Tetapi masih ada sekolah yang kurang memperhatikan fasilitas
pendukung dan tidak secara berkala melaksanakan pemeliharaan bangunan
tersebut.Bagi sekolah yang berada di pinggir jalan raya, masih belum dapat
mengatasi
kebisingan
yang
diakibatkan
oleh
lalulintas
sehingga
dapat
mengganggu kegiatan belajar mengajar. Adanya sekolah yang berdekatan dengan
pusat keramaian seperti pasar juga memerlukan perhatian untuk mengurangi
terganggunya kegiatan belajar mengajar.
Atas dasar hasil penelitian tentang kebijakan sarana dan prasarana sekolah
di atas, peneliti akan meneliti dari sisi lain yaitu tentang kesesuaian implementasi
standar sarana prasarana sekolah di SDN Sendang Laok Kecamatan Labang
Kabupaten Bangkalan.
13
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian
Penelitian
Terdahulu
Penelitian yag Akan Dilakukan
Persamaan
Perbedaan
Sri Winarni
(2010)
Persaman dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah,
yaitu pada pengelolaan
standar sarana dan prasarana
sekolah
Bakti Yulianto
(2011)
Judul : Evaluasi
Kebijakan tentang
Partisipasi
Masyarakat dalam
Pelaksanaan
Program
Peningkatan
Kualitas Sarana
Prasarana
Pendidikan di SMK
Negeri 1 Wonosari
Gunung Kidul
Yogyakarta
Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sama-sama
meneliti tentang sarana
prasarana pendidikan di sekolah
dan keterkaitannya dengan
fungsi dan pemanfaatan sarana
prasarana pendidikan yang
dimiliki oleh sekolah.
Jahyani Busono
(2012)
Judul : Evaluasi
Pemenuhan Standar
Minimal Sarana
Dan Prasarana
Pendidikan Dasar
di Kota Bandung
Kesamaan penelitian yang
dilakukan oleh Wahid Sulaiman
dengan penelitian yang akan di
lakukan oleh peneliti yaitu pada
konsep penelitian mengenai
implementasi standar sarana
prasarana sekolah.
Judul : Pengaruh
Sarana dan
Prasarana Belajar
Terhadap Prestasi
Belajar Siswa di
SMP Negeri
Cimahi Jawa Barat
Perbedaanya adalah pada
focus penelitian, penelitian
yang akan dilakukan lebih
menekankan pada evaluasi
kebijakan dan tidak
menekankan pada
manajemen pengelolaan
Sarana dan prasarana
sekolah serta dampaknya
pad aprestasi sekolah
Sedangkan perbedaannya
adalah terletak pada fokus
penelitian, penelitian yang
dilakukan oleh Bakti
Yulianto lebih menekankan
pada pelaksanaan program
peningkatan kualitas sarana
prasarana pendidikan dan
mengevaluasi partisipasi
masyarakat dalam
pelaksanaan program
peningkatan kualitas sarana
prasarana pendidikan,
sedangkan dalam penelitian
ini nantinya difokuskan pada
bentuk implementasi standar
sarana prasarana pendidikan
di sekolah
Sedangkan perbedaannya
terletak pada fokusnya, yaitu
bahwa penelitian Wahid
Sulaiman lebih menekankan
pada system pengelolaan
standar sarana dan prasarana
sekolah sedangkan dalam
penelitian ini nantinya akan
lebih berfokus pada standar
sarana prasarana berdasar
pada ketentuan perundangan
yang berlaku
14
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Evaluasi Kebijakan Publik
2.2.1.1. Evaluasi Kebijakan
Pengertian evaluasi yang bersumber dari kamus OxfordAdvanced Leaner’s
Dictionary of Current English evaluasi adalah to find out, decide the amount or
value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Selain arti
berdasarkan terjemahan, kata -kata yang terkandung dalam definisi tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati,
bertangung
jawab
,menggunakan
strategi
dan
dapat
dipertanggung
jawabkan(Suharsimi,2007:1).
Suchman (dalam Anderson 2005) memandang evaluasisebagai sebuah
proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang telah
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dari Worthen
dan Sanders(dalam Anderson 2005) evaluasi adalah :
Kegiatan mencar isesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari
sesuatu tersebut juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam
menilai keberdaan suatu kebijakan, produksi, prosedur serta alternative
strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Anderson (dalam Arikunto, 2004 : 1) memandang Evaluasi sebagai sebuah
proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan.Sedangkan Stufflebeam (dalam Arikunto,
2004:1),mengungkapkan
bahwa
evaluasi
merupakan
proses
penggambaran,pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi
pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.
15
Sedangkan Pedoman Evaluasi yang diterbitkan Direktorat Ditjen PLS
Depdiknas (2002 : 2) memberikan pengetian evaluasi kebijakan adalah :
Proses pengumpulan dan penelaahan data secara berencana, sistematis dan
dengan menggunakan metode dan alat tertentu untuk mengukur tingkat
keberhasilan atau pencapaian tujuan kebijakan dengan menggunakan tolak
ukur yang telah ditentukan.
Evaluasi kebijakan adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai,
tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas
perbandingan
secara
hati-hati
terhadap
data
yang
diobservasi
dengan
menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan.
Ralp Tyler,1950 mendefinisikan bahwa evaluasi kebijakan adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan kebijakan sudah dapat terealisasi. Sedangkan
Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) evaluasi kebijakan adalah upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.(dalam
Suharsimi, 2007)
Arikunto dan Abdul Jabar (2004 : 14) Evaluasi kebijakan adalah :
Proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas atau
kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan
secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan
standard tertentu yang telah dibakukan.
Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat diintisarikan bahwa yang
dimaksud dengan evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu kebijakan pemerintah, yang selanjutnya
16
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan.
2.2.1.2. Pendekatan Evaluasi Kebijakan
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan-kebijakan, dapat
digunakan sejumlah pendekatan yang berbeda yang tentunya akan mempengaruhi
indikator yang digunakan, antara lain :
1. Pendekatan Berdasarkan Sistem Nilai yang Diacu
Pendekatan berdasarkan sistem nilai yang diacu ada tiga jenis, yaitu evaluasi
semu, evaluasi teori keputusan dan evaluasi formal.
a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)
Sifat dari Evaluasi semu ini adalah melakukan penilaian berdasarkan
parameter tertentu yang secara umum disepakati (self evident) dan tidak
kontroversial (uncontroversial). Hasil evaluasinya mudah diterima oleh
publik dan tidak terlalu rumit (complicated). Penilaiannya berkisar antara
gagal atau berhasil. Pseudo evaluation ini seringkali dijadikan sebagai
salah satu metode monitoring.
b. Evaluasi Teori Keputusan (Decision Theoretic Evaluation/ DTE)
Sifat dari DTE adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang
disepakati oleh pihak-pihak yang terkait secara langsung/pihak yang
bersitegang. Sistem nilainya juga berdasarkan kesepakatan antara pihak
yang bersitegang. Biasanya berkisar antara benar atau salah.
17
c. Evaluasi Formal (Formal Evaluation)
Sifat dari evaluasi formal adalah melakukan penilaian berdasarkan
parameter yang ada pada dokumen formal seperti tujuan dan sasaran yang
tercantum dalam dokumen kebijakan rencana tata ruang, peraturan
perundang-undangan dan sebagainya.
Dalam evaluasi formal, metode yang ditempuh untuk menghasilkan
informasi yang valid dan reliable ditempuh dengan beberapa cara antara
lain:
1) Merunut legislasi (peraturan perundang-undangan);
2) Merunut kesesuaian dengan kebijakan yang tercantum pada dokumen
formal yang memiliki hierarki diatasnya;
3) Merunut dokumen formal (kesesuaian dengan hasil yang diharapkan
/tujuan dan sasaran); dan
4) Interview dengan penyusun kebijakan atau administrator kebijakan.
Evaluasi formal terbagi atas 2 jenis, yaitu summative evaluation
dan formative evaluation. Summative evaluation adalah upaya untuk
mengevaluasi kebijakan/kegiatan yang telah dilakukan dalam kurun waktu
tertentu,
umumnya
dilakukan
untuk
mengetahui/mengevaluasi
kebijakan/kegiatan yang relatif sering dilakukan dan karena indikatornya
tetap/baku. Formative evaluation adalah upaya untuk mengevaluasi
pelaksanaan
kebijakan/kegiatansecara
kontinyu,
karena
merupakan
kebijakan/kegiatan yang relatif baru dan indikatornya dapat berubahrubah.
18
2.
Pendekatan Berdasarkan Dasar Evaluasi
Pendekatan berdasarkan dasar evaluasi ada 6 jenis yaitu:
a. Before vs after comparison (pembandingan antara sebelum dan sesudah)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk satu
komunitas yang sama dengan membandingkan kondisi sebelum dan
sesudah adanya intervensi.
b. With vs without comparisons (pembandingan antara dengan atau tanpa
intervensi)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk
lebih dari satu komunitas (>1) dengan membandingkan antara komunitas
yang diberi intervensi dengan komunitas yang tidak diberi intervensi
dalam waktu yang bersamaan.
c. Actual vs planned performance comparisons (pembandingan antara
kenyataan dengan rencana)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain membandingkan antara
rencana dengan kenyataan di lapangan (sesuai atau tidak).
d. Experimental (controlled) models
Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan
kebijakan/policy terhadap suatu kegiatan yang memiliki standar ketat.
Dampaknya dilihat dari proses dan hasil kegiatan tersebut.
e. Quasi experimental (uncontrolled) models
Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan
kebijakan/policy terhadap suatu kegiatan yang tidak memiliki standar tidak
19
memiliki standar. Dampaknya dilihat hanya berdasarkan hasilnya saja,
sedangkan prosesnya diabaikan.
f. Efisiensi penggunaan dana (Cost Oriented Approach)
Cost Oriented Approach terbagi tiga yaitu ex-ante evaluation, on-going
evaluation dan ex-post evaluation. Ex-ante evaluation adalah evaluasi
yang dilakukan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. On-going
Evaluation adalah evaluasi yang dilakukan saat kegiatan tersebut sedang
berjalan. Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilakukan setelah
kegiatan tersebut selesai.
3.
Pendekatan Berdasarkan Kriteria Evaluasi
Pendekatan berdasarkan kriteria evaluasi terbagi atas 6 indikator, yaitu:
a.
Efektivitas
Penilaian terhadap efektivitas ditujukan untuk menjawab ketepatan waktu
pencapaian hasil/ tujuan. Parameternya adalah ketepatan waktu.
b.
Efisiensi
Penilaian terhadap efisiensi ditujukan untuk menjawab pengorbanan yang
minim (usaha minimal) untuk mencapai hasil maksimal. Parameternya
adalah biaya, rasio, keuntungan dan manfaat.
c.
Adequacy/ketepatan dalam menjawab masalah
Penilaian terhadap adequacy ditujukan untuk melihat sejauh mana tingkat
pencapaian hasil dapat memecahkan masalah.
20
d.
Equity / pemerataan
Penilaian terhadap equity ditujukan untuk melihat manfaat dan biaya dari
kegiatan terdistribusi secara proporsional untuk aktor-aktor yang terlibat.
e.
Responsiveness
Penilaian terhadap responsiveness ditujukan untuk mengetahui hasil
rencana/kegiatan/kebijaksanaan sesuai dengan preferensi/keinginan dari
target grup.
f.
Appropriateness/ketepatgunaan
Penilaian terhadap ketepat gunaan ditujukan untuk mengetahui
kegiatan/rencana/kebijaksanaan tersebut memberikan hasil/ keuntungan
dan manfaat kepada target grup. Standar tingkat keuntungan dan manfaat
sangat relatif sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada target grup
tersebut.
Secara umum, pendekatan yang dipakai untuk melaksanakan studi evaluasi
ini adalah pendekatan evaluatif empiris. Empiris, yaitu melihat apa dan bagaimana
konsep dan framework pelaksanaan mitigasi bencana di provinsi dan kabupaten.
Pendekatan empiris merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk
memperoleh data lapangan dan memetakan strategi mitigasi bencana di beberapa
tingkatan pemerintahan yang berlaku selama ini. Hasil pemetaan ini juga akan
menjadi dasar untuk memilah dan menganalisa kegiatan mitigasi bencana di
sejumlah departemen/lembaga dan pemerintah daerah.
Evaluatif, yaitu menilai keefektifan pelaksanaan kebijakan, strategi dan
operasional mitigasi bencana dan normatif dengan mengusulkan konsep dan
21
framework pelaksanaan mitigasi bencana sebagai masukan untuk penyempurnaan
kebijakan, strategi dan operasional yang sudah ada.
2.2.1.3. Dimensi dan tahapan Evaluasi Kebijakan
Setelah kita menentukan obyek evaluasi selanjutnya harus menentukan
aspek-aspek dari obyek yang akan evaluasi. MenurutStake, 1967, Stuffebeam,
1959, Alkin 1969 (dalam Suharsimi,2007) telah mengemukakan bahwa evaluasi
berfokus pada empat aspek yautu :
1.
2.
3.
4.
Konteks
Input
Proses implementasi
Produk
Bridgman dan Davis (dalam Farida Yusuf, 2000) yaitu evaluasi kebijakan
yang secara umum mengacu pada 4 (empat) dimensi yaitu :
1.
2.
3.
4.
Indikator input,
Indikator process,
Indikator outputs
Indikator outcomes.
Menurut Setiawan (2000) Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Bapenas,
tujuan evaluasi kebijakan adalah agar dapat diketahui dengan pasti apakah
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
kebijakan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan
dimasa yang akan datang.
Menurut Setiawan, (2000) dimensi utama evaluasi diarahkan kepada hasil,
manfaat, dan dampak dari kebijakan. Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat
evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu :
22
1.
2.
3.
4.
Indikator masukan (input),
Proses (process)
Keluaran (output),
Indikator dampak (outcame)
Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilanatau kegagalan
pelaksanaan dari suatu kebijakan, oleh karena itu pengertian evaluasi sering
digunakan untuk menunjukan tahapan siklus pengelolahan kebijakan yang
mencakup :
1.
2.
3.
Evaluasi pada tahap perencanaan (EX-ANTE). Pada tahap
perencanaan, evaluasi sering digunakan untuk memilih dan
menentukan prioritas dari berbagai alternative dan kemungkinan cara
mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Evaluasi pada tahap pelaksanaan (ON-GOING). Pada tahap
pelaksanaan, evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan kebijakan dibandingkan dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
Evaluasi pada tahap Pasca Pelaksanaan (EX-POST) pada tahap paska
pelaksanaan evalusi ini diarahkan untuk melihat apakah pencapaian
(keluaran/hasil/dampak) kebijakan mampu mengatasi masalah
pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan setelah
kebijakan berakhir untuk menilai relevansi (dampak dibandingkan
masukan), efektivitas (hasil dibandingkan keluaran), kemanfaatan
(dampak dibandingkan hasil), dan keberlanjutan (dampak
dibandingkan dengan hasil dan keluaran) dari suatu kebijakan.
(Setiawan,2000)
Hubungan ketiga tahapan tersebut sangat erat, selajutnya terdapat
perbedaan metodelogi antara evaluasi kebijakan yang berfokus
kerangka
anggaran dengan yang berfokus pada kerangka regulasi.Evaluasi kebijakan yang
berfokus pada anggaran dilakukan dengan duacara yaitu : Penilaian indikator
kinerja kebijakan berdasarkan keluaran dan hasil dan studi evaluasi kebijakan
berdasarkan dampak yangtimbul. Cara pertama dilakukan melalui perbandingan
indicator kinerja sasaran yang direncanakan dengan realisasi, informasi yang
23
relevan dan cukup harus tersedia dengan mudah sebelum suatu indikator kinerja
kebijakan dianggap layak. Cara yang kedua dilaksanakan melalui pengumpulan
data dan informasi yang bersifat lebih mendalam (in-depth evaluation)terhadap
hasil, manfaat dan dampak dari kebijakan yang telah selesai dilaksanakan. Hal
yang paling penting adalah mengenai informasi yang dihasilkan dan bagaimana
memperoleh informasi, dianalisis dan dilaporkan.Informasi harus bersifat
independen, obyektif, relevan dan dapa tdiandalkan.
2.2.1.4. Tujuan Evaluasi Kebijakan
Seperti disebutkan oleh Sudjana (2006 : 48), tujuan khususEvaluasi
Kebijakan terdapat 6 (enam) hal, yaitu untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memberikan masukan bagi perencanaan kebijakan;
Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan
dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian kebijakan;
Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan tentang modifikasi
atau perbaikan kebijakan
Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan
penghambat kebijakan;
Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan
(pengawasan, supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara,
pengelola dan pelaksana kebijakan dan.
Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi kebijakan
pendidikan luar sekolah.
Tujuan evalusi kebijakan menurut Setiawan, (2000)adalah :
Agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil,kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan kebijakan dapat dinilai dan
dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan dimasa yang akan
datang.
24
Sudjana, tujuan evalusi adalah untuk melayani pembuatkebijakan dengan
menyajikan data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan secara bijaksana.
Oleh karenanya evaluasi kebijakan dapat menyajikan 5 (lima) jenis informasi
dasar sebagaiberikut :
1.
Berbagai data yang dibutuhkan untuk menentukan apakah pelaksanaan suatu
kebijakan harus dilanjutkan.
2.
Indikator-indikator
tentang
kebijakan-kebijakan
yang
paling
berhasil
berdasarkan jumlah biaya yang digunakan.
3.
Informasi tentang unsur-unsur setiap kebijakan dan gabungan antar unsur
kebijakan yang paling efektif berdasarkan pembiayaan yang diberikan
sehingga efisiensi pelaksanaan kebijakan dapat tercapai.
4.
Informasi
untuk
berbagai
karakteristik
sasaran
kebijakan-kebijakan
pendidikan sehingga para pembuat keputusan dapat menentukan tentang
individu, kelompok, lembaga atau komunitas mana yang paling menerima
pengaruh dari palayanan setiap kebijakan.
5.
Informasi tentang metode-metode baru untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan evaluasi pengaruh kebijakan.
40
2.2.2. Sarana dan Prasarana Sekolah
2.2.2.1. Dasar Hukum Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Untuk mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan
pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan, diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana. Sekolah
25
dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan mengurus kepentingan
sekolah menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada
aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan teta pmengacu pada peraturan dan
perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal itu terutama
ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut, maka pemerintah melalui
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan
yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada
Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan
wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,media
pendidikan,
buku
dan
sumber
belajar
lainnya,
bahan
habis
pakai,
sertaperlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki
prasaran ayang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan,
ruangpendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur
dan
berkelanjutan.
Standar
sarana
dan
prasarana
untuk
SMA/MA,mencakup criteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang ada di negara Indonesia
merupakan realisasi dari cita-cita negara Indonesia untuk mencerdaskan bangsa
26
yang dimana pelaksanaannya memerlukan sarana dan prasarana pendidikan guna
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana tujuan pendidikan nasional
yang terdapat dalam UU SISDIKNAS No. 20 Thn. 2003 pasal 3 yang
berbunyi,"pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik
agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokrasi serta bertanggung jawab.
2.2.2.2. Pengertian Sarana dan Prasarana Sekolah
Ada lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar
yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu. Ketidakadaan salah satu faktor saja
dari faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. Dengan
5 faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadangkadang dengan hasilyang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila
ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Pengertian sarana dan prasaran dapat diartikan secara satu persatu. Sarana
pendidikan menurut Nurubay (2008) adalah :
Semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses penddikan,
khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar,
teratur, efektif dan efisien. Sedangkan prasarana pendidikan adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju
sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar
mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman
sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan.
27
Sarana adalah “segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan; alat; media” (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2000)
Menurut Mulyasa (2004), sarana pendidikan adalah : “peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti : gedung, ruang kelas,
meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran”
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajarmengajar. Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan:
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalamproses
belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif
dan efisien. (Arikunto, 2003)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerakmaupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efesien.
Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) bahwa :
Prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan.Dalam
pendidikan misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah,lapangan olah
raga, uang dan sebagainya. Sedang sarana sepertialat langsung untuk
mencapai tujuan pendidikan, misalnya :ruang, buku, perpustakaan,
laboratorium dan sebagainya. (Daryanto, 2006)
28
Sedangkan menurut Bafadal (2003) bahwa : “prasarana pendidikana dalah
semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah”.
Sementara itu sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang tersebut harus disediakan oleh setiap satuan pendidikan Sarana
dan prasarana yang disediakan harus memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
social, emosional dan kejiwaan peserta didik.Menurut Keputusan Menteri
Pendidikan NasionalNo. 24 tahun 2007 tentang standar sarana pendididkan terdiri
dari3 kelompok besar yaitu :
1.
2.
3.
Bangunan dan perabot sekolah
Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan , alat-alat peraga dan
laboratorium.
Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual
yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak
menggunaakan alat penampil.
Secara mikro (sempit) kepala sekolah yang bertanggung jawab atas
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang di perlukan di sebuah
sekolah.Sedangkan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri mempunyai
peranan yang sangat penting bagi terlaksananya proses pembelajaran di sekolaah
serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sebuah sekolah baik tujuan
secara khusus maupun tujuan secara umum.
Terdapat beberapa pemahaman mengenai administrasi sarana dan
prasarana di antaranya adalah :
29
1.
2.
Berdasarkan konsepsi lama dan modern
Menurut konsepsi lama administrasi sarana dan prasarana itu di
artikan sebagai sebuah system yang mengatur ketertiban peralatan
yang ada di sekolah. Menurut konsepsi modern administrasi sarana
dan prasarana itu adalah suatu proses seleksi dalam penggunaan
sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Guru menurut konsepsi
lama bertugas untuk mengatur ketertiban penggunaan sarana sekolah,
menurut konsepsi modern guru bertugas sebagai administrator dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu
a. Seperangkat kegiatan dalam mempertahankan ketertiban
penggunaan sarana dan prasarana di sekolah melalui penggunaan
disiplin (pendekatan otoriter )
b. Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan ketertiban sarana
dan prasarana sekolah dengan melalui pendekatan intimidasi
c. Seperangkat kegiatan untuk memaksimalkan penggunaan sarana
dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran (pendekatan
permisif)
d. Seperangkat kegiatan untuk mengefektifkan penggunaan sarana
dan prasarana sekolah sesuai dengan program pembelajaran
(pendekatan intruksional)
e. Seperangkat kegiatan untuk mengembangkan sarana dan
prasarana sekolah
f. Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan keutuhan dan
keamanan dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Pengertian lain dari administrasi sarana dan prasarana adalah suatu usaha
yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun,taman sekolah, jalan menuju
sekolah, tetapi dimanfaatkan secaralangsung untuk proses belajar mengajar,
seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai
sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
30
Nawawi (2008) mengklasifikasikan sarana pendidikan menjadi beberapa
macam sarana pendidikan yaitu :
1.
Ditinjau dari Habis Tidaknya Dipakai
Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana
pendidikan, yakni :
a.
Sarana pendidikan yang habis dipakai
Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau
alatyang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif
singkat.Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang biasa digunakan oleh
gurudan siswa dalam pembelajaran, beberapa bahan kimia yang sering
kalidigunakan oleh seorang guru dan siswa dalam pembelajaran
IPA.Semua contoh tersebut merupakan sarana pendidikan yang apabila
dipakai satu kali atau beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah
sifatnya.
b.
Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat
yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif
lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, atlas,
globe, dan beberapa peralatan olahraga.
2.
Ditinjau dari Bergerak Tidaknya
a.
Sarana pendidikan yang bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa
digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya.
31
Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu sarana pendidikan
yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana-mana bila diinginkan.
Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa
digerakkan atau dipindahkan ke mana saja.
b.
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana
pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan.
Misalnya, sekolah yang telah memiliki saluran dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM). Semua peralatan yang berkaitan dengan itu, seperti
pipanya, relatif tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat tertentu.
3.
Ditinjau dari Hubungannya dengan Proses Belajar mengajar
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis
sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung
digunakandalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh kapur tulis, atlas,
dansarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar.
Kedua,sarana pendikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan
prosesbelajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor yang secara tidak
langsung digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi
dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang langsung digunakan untuk
proses belajar mengajar. Seperti ruang teori, ruang perpustakaan, dan ruang
laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan
untuk proses belajar mengajar.
32
2.2.2.3. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi,jenis atau
sifatnya, yaitu:
1.
2.
3.
Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi
tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Sedangkan
sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat
menentukan) terhadap PBM.
Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi
fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.
Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat
dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang
kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas. (Gunawan, 2006)
Secara singkat ketiga tinjauan fasilitas atau benda-benda pendidikan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Ditinjau dari fungsinya terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM), prasarana
pendidikan
berfungsi
tidak
langsung
(kehadirannya
tidak
sangat
menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman,
pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon,
serta perabot/mobiler. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung
(kehadirannyasangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat
peraga, alat praktek dan media pendidikan.
2.
Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas
fisik dan fasilitas nonfisik. Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala
sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran
untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan,
mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya.
33
Fasilitas nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat
disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan
atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.
3.
Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan
menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat
mendukung pelaksanaan tugas.
a.
Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan
menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai.
1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenyapada
waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang
tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi
lagi, seperti kapur tukis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu
dan sebagainya.
2) Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai
berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan
dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan
perawatan agar selalu siap-pakai untuk pelaksanaan tugas,
seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan,
perabot, media pendidikan dan sebagainya.(Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 2001).
b.
Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya
atau tidak bisa dipidahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur,
menara air, dan sebagainya.
Selanjutnya menurut Nawawi (2007), ditinjau dari hubungannyadengan
Proses Belajar Mengajar adalah sebagai berikut:
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenissarana
pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsungdigunakan
dalam proses belajar mengajar. Sebagai contonya adalahkapur tulis, atlas
dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan gurudalam mengajar.
Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsungberhubungan dengan
proses belajar mengajar, seperti lemari arsip dikantor sekolah merupakan
34
sarana pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam
proses belajar mengajar.
Sedangkan bila tinjau dari fungsi dan peranannya dalam prosesbelajar
mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi:
1.
2.
3.
Alat pelajaran
Alat peraga
Media pengajaran. (Arikunto,2003)
Secara singkat ketiga macam sarana pendidikan tersebut dapatdijelaskan
sebagai berikut:
1.
2.
Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam
proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis,
gambar-gambar, alat-alat tulis-menulis lain seperti kapur,
penghapusan dan papan tulis maupun alat-alat praktek, semuanya
termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran.
Alat peraga
Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat
pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun
perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang
paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian
(penyampaian konsep) kepada murid.
Di samping itu, alat peraga sangatlah penting bagi pengajaruntuk
mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan pengajaranguna
memberikan pengertian atau gambaran yang jelas tentangpelajaran
yang diberikan. Hal itu sangat membantu siswa untuktidak menjadi
siswa verbalis.
Dengan bertitik tolak pada penggunaannya, maka alat peragadapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan dengan
menunjukkan benda sesungguhnya (benda dibawa ke kelas, atau
anak diajak ke benda);
b. Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan
penggantian terhadap benda sesungguhnya. Berturut-turut dari
yang konkrit ke yang abstrak, maka alat peraga dapat berupa:
Benda tiruan (miniatur), Film, Slide, Foto, Gambar, Sketsa atau
bagan.
Disamping pembagian ini, ada lagi alat peraga atau peragaan
yang berupa perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Sebagai contoh jika guru akan menerangkan bagaimana orang:
35
3.
berkedip, mengengadah, melambaikan tangan, membaca dan
sebagainya, maka tidak perlu menggunakan alat peraga. Tetapi ia
memperagakan.
Oleh karena itu, alat peraga sangatlah diperlukan dalam
prosesbelajar mengajar dengan maksud memberikan variasi
dalammengajar dan lebih banyak memberikan realita dalam
mengajarsehingga pengalaman anak lebih konkrit.
Media pengajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentukjamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara ataupengantar.
(Subroto, 2008)
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Medi amerupakan sesuatu yang
bersifat menyalurkan pesan dan dapa tmerangsang pikiran, perasaan dan
kemauan audien (siswa)sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada dirinya. (Asnawir dan Usman, 2002)
Oleh karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan
audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan
mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Ramayulis (2002), bahwa :
Alat/Media pendidikan ataupengajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Sebabalat/media merupakan sarana yang membantu proses
pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan
penglihatan. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses
pembelajaran murid Karena dapat membuat pemahaman murid lebih lebih
cepat pula.
Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari peraga.Media
pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam
proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efesiensi, tetapi
dapat pula sebaga ipengganti peranan guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa :
Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
36
danrangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh
pengaruhpsikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada
tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran padasaat itu. Di
samping membangkitkan motivasi dan minat siswa,media pengajaran juga
dapat membantu siswa meningkatkanpemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya,memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi. (dalam Arsyad, 2000)
Biasanya klasifikasi media pendidikan didasarkan atas indera yang
digunakan untuk menangkap isi dari materi yang disampaikan dengan media
tersebut. Dengan cara pengklasifikasian ini dibedakan atas:
1.
2.
3.
Media audio atau media dengar, yaitu media untuk pendengaran.
Media visual atau media tampak, yaitu media untuk penglihatan.
Media audio visual atau media tampak-dengar, yaitu media untuk
pendengaran dan penglihatan. (Arikunto, 2003)
Sedangkan contoh dari ketiga media di atas adalah: Contoh yang termasuk
media audio antara lain, transparansi, papantulis, gambar-gambar, grafik
poster, peta dan globe, dll.Contoh yang termasuk media visual antara lain,
radio,rekaman pada tape recorder, dll. Sedangkan contoh yang termasuk
media audio visual antara lain, film, televisi, dll. (Asnawir dan Usman,
2002)
Ketiga media ini dapat digunakan untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran, yaitu di antaranya adalah dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi serta dapatmeningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsungantara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untukbelajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Oleh karena itu, media pengajaran harus benar-benar dimanfaatkan dengan
seoptimal mungkin maka tujuan pendidikan dapat berjalanmsecara efektif dan
37
efisien serta mencapai tujuan yang diharapkan.Sedangkan jenis-jenis prasarana
pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
1.
2.
Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses
belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang
praktek keterampilan, dan ruang laboratorium.
Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses
belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya
proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah
jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor, kantin
sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha
kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat
parkir kendaraan. (Bafadal, 2003)
Sedangkan menurut Arikunto (2003) bahwa yang termasuk kedalam
klasifikasi prasarana pendidikan adalah:
1.
2.
Bangunan sekolah (tanah dan gedung) yang meliputi:lapangan,
halaman sekolah, ruang kelas, ruang guru, kantor,ruang praktek, ruang
tamu, ruang kepala sekolah, ruangperpustakaan, laboratorium,
mushala, kamar kecil dan sebagainya.
Perabot sekolah, yang meliputi: meja guru, meja murid,kursi, lemari,
rak buku, sapu, bulu-bulu, kotak sampah, alat-alat kantor TU.
Jadi, berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana pendidikan adalah semua perangkat atau fasilitas atau perlengkapan
dasar yang secara langsung dan tidak langsung dipergunakan untuk menunjang
proses pendidikan dan demi tercapainya tujuan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung,ruang, meja kursi, alat-alat media pengajaran, ruang
teori, ruangperpustakaan, ruang praktik keterampilan, serta ruang laboratoriumdan
sebagainya.
38
2.2.2.4. Prinsip dan Tata Tertib Pemanfaatan Sarana dan Prasarana
Setiap sekolah memiliki prinsip-prinsip dan tata tertib mengenai
penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, hal itu bertujuan
untuk mempermudah administrator dalam mengawasi dan mengatur sarana dan
prasarana yang ada di sekolah tersebut. Berikut ini merupakan dasar yang perlu
diperhatikan agar administrator dapat mencapai sukses dalam tugasnya. Beberapa
dasar dalam administrasi antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
Prinsip Efisiensi
Administrator akan berhasil dalam tugasnya bila dia menggunakan
semua sumber, tenaga, dana, dan fasilitas yang ada secara efisien.
Prinsip Pengelolaan
Administrator akan memperoleh hasil yang paling efektif dan efisien
dengan cara melakukan pekerjaan manejemen, yakni merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan pemeriksaan
(pengontrolan).
Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan
Bila diharuskan untuk memilih pekerjaan manajemen dan pekerjaan
operatif dalam waktu yang sama, seorang administrator cenderung
memprioritaskan pekerjaan operatif. Namun ia sebaiknya tidak
memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan operatif saja karena bila ia
hanya berkecimpung dalam tugas-tugas operatif saja, maka pekerjaan
pokoknya akan terbengkalai.
Prinsip Kepemimpinan yang Efektif
Seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya apabila ia
memiliki gaya kepemimimpinan yang efektif, yakni memperhatikan
hubungan antar manusia (human relationship), Pelaksanaan tugas
serta memperhatikan situasi dan kondisi (sikon) yang ada.Adapun
tentang gaya kepemiminan yang efektif adalah mampu memelihara
hubungan baik dengan bawahannya. Di samping itu ia juga harus
memperhatikan pembagian dan penyelesaian tugas bagi setiap anggota
organisasi yang sesuai dengan jenis pekerjaanya.
Prinsip Kerjasama
Administrator dikatakan berhasil dalam melakukan tugasnya bila ia
mampu mengembangkan kerjasma antara seluruh anggota baik secara
horizontal maupun secara vertikal. (Anonim, 2007)
39
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan sebagai landasan operasional
kegiatan administrasi di sekolah adalah berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.
Prinsip Fleksibilitas
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus memperhatikan faktorfaktor ekosistem dan kemampuan menyediakan fasilitas untuk
pelaksanaan pendidikan sekolah.
Prinsip Efisien dan Efektivitas
Efisiensi tidak hanya dalam penggunaan waktu secara tepat,
melainkan juga dalam pendayagunaan tenaga secara optimal.
Prinsip berorientasi pada Tujuan
Semua kegiatan pendidikan harus beriorientasi untuk mencapai tujuan.
Administrasi pendidikan di sekolah merupakan komponen dalam
sistem pendidikan maka untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut,
tujuan operasional yang sudah dirumuskan harus menjadi sandaran
orientasi bagi pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan di
sekolah.
Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas ini merupakan landasan operasional dalam
melaksanakan kegiatan administrasi di sekolah. Karena itu, dalam tiap
jenjang pendidikan harus memiliki hirarki yang saling berhubungan.
Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
Setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang.
Karena itu masyarakat ataupun pemerintah diharapkan dapat
menciptakan situasi yang dapat mendukung dalam proses belajar
mengajar. Dalam pelaksanaan administrasi pendidikan, prinsip
tersebut perlu digunakan sebagai landasan operasional.(Anonim,
2007)
2.2.2.5. Komponen-Komponen Standar Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan
1.
Lahan
Lahan yang di perlukan untuk mendirikan sekolah harus di sertai
dengan tanda bukti kepemilikan yang sah dan lengkap (sertifikat), adapun
jenis lahan tersebut harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
a.
Lahan terbangun adalah lahan yang diatasnya berisi bangunan ,
b.
Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan diatasnya.
40
c.
Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang di gunakan untuk pelaksanaan
kegiatan praktek
d.
Lahan
pengembangan
adalah
lahan
yang
di
butuhkan
untuk
pengembangan bangunan dan kegiatan praktek.
Lokasi sekolah harus berada di wilayah pemukiman yang sesuai
dengan cakupan wilayah sehingga mudah di jangkau dan aman dari gangguan
bencana alam dan lingkungan yang kurang baik.
2.
Ruang
Secara umum jenis ruang di tinjau dari fungsinya dapat di
kelompokkan dalam :
a.
Ruang pendidikan
Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung proses kegiatan belajar
mengajar teori dan praktek antara lain :
1) Ruang teori sejumlah rombel
2) Ruang perpustakaaan
3) Ruang Laboratorium
4) Ruang kesenian
5) Ruang Olah raga
6) Ruang keteraampilan
b.
Ruang administrasi
Ruang Administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan
kantor. Ruang administrasi terdiri dari :
41
1) Ruang kepala sekolah
2) Ruang tata usaha
3) Ruang guru
4) Gudang
b.
Ruang penunjang
Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang mendukung
proses kegiatan belajar mengajar antara lain :
1) Ruang Ibadah
2) Ruang serbaguna
3) Ruang koperasi sekolah
4) Ruang UKS
5) Ruang OSIS (untuk tingkat SMP & SMA)
6) Ruang WC/ kamar mandi
7) Ruang BP
3.
Perabot
Secara umum perabot sekolah mendukung 3 fungsi yaitu : fungsi
pendidikan, fungsi administrasi, fungsi penunjang. Jenis perabot sekolah
dikelompokkan menjadi 3 macam :
a.
Perabot pendidikan
Perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan untuk
proses kegiatan belajar mengajar. Adapun Jenis, bentuk dan ukurannya
mengacu pada kegiatan itu sendiri.
42
b.
Perabot administrasi
Perabot administrasi adalah perabot yang di gunakan untuk mendukung
kegiatan kantor. jenis perabot ini hanya tidak baku / terstandart secara
internasional.
c.
Perabot penunjang
Perabot penunjang adalah perabot yang di gunakan / di butuhkan dalam
ruang penunjang. seperti perabot perpustakaan, perabot UKS, perabot
OSIS dsb.
4.
Alat dan Media Pendidikan
Setiap mata pelajaran sekurang–kurangnya memiliki satu jenis alat
peraga
praktek
yang
sesuai
dengan
keperluan
pendidikan
dan
pembelajaran,sehingga dengan demikian proses pembelajaran tersebut akan
berjalan dengan optimal.
a.
Buku Atau Bahan Ajar
Bahan ajar adalah sekumpulan bahan pelajaran yang di gunakan dalam
kegiatan proses belajar mengajar. Bahan ajar ini terdiri dari :
1) Buku pegangan
Buku pegangan di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai
acuan dalam pembelajaran yang bersifat Normatif, adaptif dan
produktif.
2) Buku Pelengkap
Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan memperdalam
penguasaan materi
43
3) Buku Sumber
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk
memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu /
keterampilan.
c.
Buku Bacaan
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai bahan
bacaan tambahan (non fiksi) untuk memperluas pengetahuan dan
wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi ) yang bersifat relatif.
2.2.2.6. Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah.
Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkatan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan,
seperti gedung, ruang belajar/kelas, alat media pendidikan, meja, kursi dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang
secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman,
kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Dengan demikian dapat ditarik satu
kesimpulan fungsi sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua barang yang
secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
untuk mencapai tujuan dalam pendidikan.
Kreatifitas pendidik dan tenaga pendidik sangat dibutuhkan dalam
menyediakan dan menggunakan sarana bukan hanya sekedar canggih dan mewah,
akan tetapi yang terpenting adalah kebermaknaan dan kesesuaian dengan
kebutuhan pencapaian tujuan pendidikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. Di
44
adopsi dari konsep sumber belajar teori tentang sarana dan prasana meliputi;
perancangan, fungsi, strategi penggunaan, prosedur Penggunaan dan evaluasi
penggunaan. Dibawah ini dideskripsikan setiap komponennya :
1.
Perancangan Sarana Prasarana
Dilihat dari segi Perancangannya, secara garis besar sarana dan
prasarana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.
Sarana prasarana yang dirancang (learning resource by design) yakni
sumber-sumber yang secara khusus dirancang atau dikembangkan
sebagai “komponen sistem instruksional” untuk memberikan fasilitas
belajar yang tearah dan bersifat formal.
b.
Sarana prasarana yang dimanfaatkan (learning resources by ulitilization)
yakni sarana prasarana yang tidak didesain khusus untuk keperluan
pembelajaran atau keberadaaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sarana prasarana yang
dimanfaatkan ini adalah sarana prasarna yang ada di masyarakat seperti :
Museum, pasar, toko-toko dan lainnya yang ada dilingkungan sekitar
2.
Fungsi Sarana Prasarana
Sarana prasarana mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana memiliki fungsi sebagai berikut :
a.
Meningkatkan produktivitas pembelajaran
b.
Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual
c.
Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
d.
Lebih memantapkan pembelajaran
45
2.
e.
Memungkinkan pembelajaran secara seketika
f.
Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas.
Strategi Penggunaan Sarana Prasarana.
Strategi dalam menggunakan sarana prasarana, pendidik dan
tenaga kependidikan harus mampu mengidentifikasi karakteristik dari sarana
prasarana yang digunakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a.
Mengidentifikasi karakteristik sarana prasarana yang digunakan. Sarana
prasarana yang ada sangatlah banyak, untuk itu guru harus mampu
mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing sarana prasarana yang
digunakan. Apakah sarana prasarana yang digunakan sesuai dengan
karakteristik materi pelajaran yang ada. Artinya, sarana prasarana
tersebut dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan pembelajaran, sehingga siswa dapat mengikuti
pembelajaran tersebut dengan lancar (bermakna).
b.
Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pendidikan
dan
pembelajaran.
Sarana
prasarana
yang
digunakan
dapat
mengoptimalkan pencapaian suatu kompetensi.
c.
Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan guru.
Seorang guru harus memahami kemampuannya dalam hal menggunakan
sarana prasarana. Tanpa memahami karakteristik dan Penggunaan sarana
prasarana, proses pembelajaran tidak akan berjaan secara optimal.
d.
Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Pemilihan sarana prasarana yang dibutuhkan bermakna dan yang akan
46
menarik perhatian siswa sehingga diharapkan pembelajaran dapat
berjalan optimal.
2.2.2.7. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut selalu dalam kondisi baik dan
siap pakai.Pemeliharaan dilakukan secara continue terhadap semua barang-barang
inventaris kadang-kadang dianggap sebagai suatu hal yang sepele, padahal
pemeliharaan ini merupakan suatu tahap kerja yang tidak kalah pentingnya
dengan tahap-tahap yang lain dalam administrasi sarana dan prasarana.
Pemeliharaan dimulai dari pemakai barang, yaitu dengan berhati-hati
dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh
petugas professional yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang
dimaksud.Pelaksanaan barang inventaris meliputi:
1.
Perawatan
2.
Pencegahan kerusakan
3.
Penggantian ringan
Pemeliharaan berbeda dengan rehabilitasi, rehabilitasi adalah perbaikan
berskala besar dan dilakukan pada waktu tertentu saja.
2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana efektivitas penggunaan sarana
dan prasarana sekolah dalam menunjang prestasi belajar sekolah di SDN Sendang
47
Laok Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan. Sebagaimana rumusan masalah
dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka model
implementasi kebijakan standar sarana dan prasarana sekolah di SDN Sendang
Laok Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan dapat digambarkan sebagai
berikut :
Manajemen Pengelolaan
Sarpras
Permendiknas No.
24 tahun 2007
1. Pengadaan sarana dan
prasarana
2. Pendayagunaan sarana dan
prasarana
3. Pemeliharaan sarana dan
prasarana
Faktor Pendukung & Penghambat
Gambar 2.1
Model Kerangka Pikir Penelitian
Download