11 BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang saran aprasarana pendidikan di sekolah sebelumnya dilakukan oleh Sri Winarni pada Tahun 2010 dengan judul penelitian “Pengaruh Sarana dan Prasarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri Cimahi Jawa Barat”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara sarana-prasarana pendidikan terhadap prestasi siswa dengan tingkat sangat baik. Dimana hasil analisis peneltian tersebut menghasilkan gambaran bahwa 93,5% perubahan variabel prestasi belajar disebabkan oleh perubahan variabel sarana dan prasarana belajar, sedangkan sisanya sebesar 6,5% disebabkan oleh variabel bebas lainnya. Penelitian tentang kebijakan sarana prasarana sekolah juga dilakukan oleh Bakti Yulianto (2011) dengan judul : “Evaluasi Kebijakan tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Sarana Prasarana Pendidikan di SMK Negeri 1 Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta”. Hasil analisis diketahui bahwa bentuk partisipasi masyarakat yang menonjol adalah dengan menyampaikan usulan dan gagasan. Adapun tingkat partisipasi yang mengacu pada tipologi Arnstein termasuk dalam kategori placation. Dalam tangga kelima ini, masyarakat telah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal masih ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Adapun data responden adalah sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 40-50 11 12 tahun, berpendidikan sarjana strata 2, memiliki pekerjaan sebagai guru/dosen dan wiraswasta serta berpenghasilan cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Jahyani Busono (2012) dengan judul penelitian : “Evaluasi Pemenuhan Standar Minimal Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dasar di Kota Bandung”. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa sebagian besar luas bangunan sekolah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Ruang kelas sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang utama pada sebagian besar sekolah sudah sangat memadai.hanya masih dijumpai beberapa sekolah yang belum memiliki ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang UKS, mushala, dan gudang yang representatif dalam rangka menunjang kegiatan belajar mengajar.Tetapi masih ada sekolah yang kurang memperhatikan fasilitas pendukung dan tidak secara berkala melaksanakan pemeliharaan bangunan tersebut.Bagi sekolah yang berada di pinggir jalan raya, masih belum dapat mengatasi kebisingan yang diakibatkan oleh lalulintas sehingga dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Adanya sekolah yang berdekatan dengan pusat keramaian seperti pasar juga memerlukan perhatian untuk mengurangi terganggunya kegiatan belajar mengajar. Atas dasar hasil penelitian tentang kebijakan sarana dan prasarana sekolah di atas, peneliti akan meneliti dari sisi lain yaitu tentang kesesuaian implementasi standar sarana prasarana sekolah di SDN Sendang Laok Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan. 13 Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Penelitian Terdahulu Penelitian yag Akan Dilakukan Persamaan Perbedaan Sri Winarni (2010) Persaman dengan penelitian yang akan dilakukan adalah, yaitu pada pengelolaan standar sarana dan prasarana sekolah Bakti Yulianto (2011) Judul : Evaluasi Kebijakan tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Sarana Prasarana Pendidikan di SMK Negeri 1 Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti tentang sarana prasarana pendidikan di sekolah dan keterkaitannya dengan fungsi dan pemanfaatan sarana prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah. Jahyani Busono (2012) Judul : Evaluasi Pemenuhan Standar Minimal Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dasar di Kota Bandung Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Wahid Sulaiman dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti yaitu pada konsep penelitian mengenai implementasi standar sarana prasarana sekolah. Judul : Pengaruh Sarana dan Prasarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri Cimahi Jawa Barat Perbedaanya adalah pada focus penelitian, penelitian yang akan dilakukan lebih menekankan pada evaluasi kebijakan dan tidak menekankan pada manajemen pengelolaan Sarana dan prasarana sekolah serta dampaknya pad aprestasi sekolah Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada fokus penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Bakti Yulianto lebih menekankan pada pelaksanaan program peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan dan mengevaluasi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan, sedangkan dalam penelitian ini nantinya difokuskan pada bentuk implementasi standar sarana prasarana pendidikan di sekolah Sedangkan perbedaannya terletak pada fokusnya, yaitu bahwa penelitian Wahid Sulaiman lebih menekankan pada system pengelolaan standar sarana dan prasarana sekolah sedangkan dalam penelitian ini nantinya akan lebih berfokus pada standar sarana prasarana berdasar pada ketentuan perundangan yang berlaku 14 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Evaluasi Kebijakan Publik 2.2.1.1. Evaluasi Kebijakan Pengertian evaluasi yang bersumber dari kamus OxfordAdvanced Leaner’s Dictionary of Current English evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata -kata yang terkandung dalam definisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertangung jawab ,menggunakan strategi dan dapat dipertanggung jawabkan(Suharsimi,2007:1). Suchman (dalam Anderson 2005) memandang evaluasisebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dari Worthen dan Sanders(dalam Anderson 2005) evaluasi adalah : Kegiatan mencar isesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberdaan suatu kebijakan, produksi, prosedur serta alternative strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Anderson (dalam Arikunto, 2004 : 1) memandang Evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.Sedangkan Stufflebeam (dalam Arikunto, 2004:1),mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. 15 Sedangkan Pedoman Evaluasi yang diterbitkan Direktorat Ditjen PLS Depdiknas (2002 : 2) memberikan pengetian evaluasi kebijakan adalah : Proses pengumpulan dan penelaahan data secara berencana, sistematis dan dengan menggunakan metode dan alat tertentu untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan kebijakan dengan menggunakan tolak ukur yang telah ditentukan. Evaluasi kebijakan adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan. Ralp Tyler,1950 mendefinisikan bahwa evaluasi kebijakan adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan kebijakan sudah dapat terealisasi. Sedangkan Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) evaluasi kebijakan adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.(dalam Suharsimi, 2007) Arikunto dan Abdul Jabar (2004 : 14) Evaluasi kebijakan adalah : Proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan. Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat diintisarikan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu kebijakan pemerintah, yang selanjutnya 16 informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. 2.2.1.2. Pendekatan Evaluasi Kebijakan Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan-kebijakan, dapat digunakan sejumlah pendekatan yang berbeda yang tentunya akan mempengaruhi indikator yang digunakan, antara lain : 1. Pendekatan Berdasarkan Sistem Nilai yang Diacu Pendekatan berdasarkan sistem nilai yang diacu ada tiga jenis, yaitu evaluasi semu, evaluasi teori keputusan dan evaluasi formal. a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation) Sifat dari Evaluasi semu ini adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter tertentu yang secara umum disepakati (self evident) dan tidak kontroversial (uncontroversial). Hasil evaluasinya mudah diterima oleh publik dan tidak terlalu rumit (complicated). Penilaiannya berkisar antara gagal atau berhasil. Pseudo evaluation ini seringkali dijadikan sebagai salah satu metode monitoring. b. Evaluasi Teori Keputusan (Decision Theoretic Evaluation/ DTE) Sifat dari DTE adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang disepakati oleh pihak-pihak yang terkait secara langsung/pihak yang bersitegang. Sistem nilainya juga berdasarkan kesepakatan antara pihak yang bersitegang. Biasanya berkisar antara benar atau salah. 17 c. Evaluasi Formal (Formal Evaluation) Sifat dari evaluasi formal adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang ada pada dokumen formal seperti tujuan dan sasaran yang tercantum dalam dokumen kebijakan rencana tata ruang, peraturan perundang-undangan dan sebagainya. Dalam evaluasi formal, metode yang ditempuh untuk menghasilkan informasi yang valid dan reliable ditempuh dengan beberapa cara antara lain: 1) Merunut legislasi (peraturan perundang-undangan); 2) Merunut kesesuaian dengan kebijakan yang tercantum pada dokumen formal yang memiliki hierarki diatasnya; 3) Merunut dokumen formal (kesesuaian dengan hasil yang diharapkan /tujuan dan sasaran); dan 4) Interview dengan penyusun kebijakan atau administrator kebijakan. Evaluasi formal terbagi atas 2 jenis, yaitu summative evaluation dan formative evaluation. Summative evaluation adalah upaya untuk mengevaluasi kebijakan/kegiatan yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu, umumnya dilakukan untuk mengetahui/mengevaluasi kebijakan/kegiatan yang relatif sering dilakukan dan karena indikatornya tetap/baku. Formative evaluation adalah upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan/kegiatansecara kontinyu, karena merupakan kebijakan/kegiatan yang relatif baru dan indikatornya dapat berubahrubah. 18 2. Pendekatan Berdasarkan Dasar Evaluasi Pendekatan berdasarkan dasar evaluasi ada 6 jenis yaitu: a. Before vs after comparison (pembandingan antara sebelum dan sesudah) Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk satu komunitas yang sama dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah adanya intervensi. b. With vs without comparisons (pembandingan antara dengan atau tanpa intervensi) Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk lebih dari satu komunitas (>1) dengan membandingkan antara komunitas yang diberi intervensi dengan komunitas yang tidak diberi intervensi dalam waktu yang bersamaan. c. Actual vs planned performance comparisons (pembandingan antara kenyataan dengan rencana) Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain membandingkan antara rencana dengan kenyataan di lapangan (sesuai atau tidak). d. Experimental (controlled) models Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan kebijakan/policy terhadap suatu kegiatan yang memiliki standar ketat. Dampaknya dilihat dari proses dan hasil kegiatan tersebut. e. Quasi experimental (uncontrolled) models Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan kebijakan/policy terhadap suatu kegiatan yang tidak memiliki standar tidak 19 memiliki standar. Dampaknya dilihat hanya berdasarkan hasilnya saja, sedangkan prosesnya diabaikan. f. Efisiensi penggunaan dana (Cost Oriented Approach) Cost Oriented Approach terbagi tiga yaitu ex-ante evaluation, on-going evaluation dan ex-post evaluation. Ex-ante evaluation adalah evaluasi yang dilakukan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. On-going Evaluation adalah evaluasi yang dilakukan saat kegiatan tersebut sedang berjalan. Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan tersebut selesai. 3. Pendekatan Berdasarkan Kriteria Evaluasi Pendekatan berdasarkan kriteria evaluasi terbagi atas 6 indikator, yaitu: a. Efektivitas Penilaian terhadap efektivitas ditujukan untuk menjawab ketepatan waktu pencapaian hasil/ tujuan. Parameternya adalah ketepatan waktu. b. Efisiensi Penilaian terhadap efisiensi ditujukan untuk menjawab pengorbanan yang minim (usaha minimal) untuk mencapai hasil maksimal. Parameternya adalah biaya, rasio, keuntungan dan manfaat. c. Adequacy/ketepatan dalam menjawab masalah Penilaian terhadap adequacy ditujukan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian hasil dapat memecahkan masalah. 20 d. Equity / pemerataan Penilaian terhadap equity ditujukan untuk melihat manfaat dan biaya dari kegiatan terdistribusi secara proporsional untuk aktor-aktor yang terlibat. e. Responsiveness Penilaian terhadap responsiveness ditujukan untuk mengetahui hasil rencana/kegiatan/kebijaksanaan sesuai dengan preferensi/keinginan dari target grup. f. Appropriateness/ketepatgunaan Penilaian terhadap ketepat gunaan ditujukan untuk mengetahui kegiatan/rencana/kebijaksanaan tersebut memberikan hasil/ keuntungan dan manfaat kepada target grup. Standar tingkat keuntungan dan manfaat sangat relatif sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada target grup tersebut. Secara umum, pendekatan yang dipakai untuk melaksanakan studi evaluasi ini adalah pendekatan evaluatif empiris. Empiris, yaitu melihat apa dan bagaimana konsep dan framework pelaksanaan mitigasi bencana di provinsi dan kabupaten. Pendekatan empiris merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk memperoleh data lapangan dan memetakan strategi mitigasi bencana di beberapa tingkatan pemerintahan yang berlaku selama ini. Hasil pemetaan ini juga akan menjadi dasar untuk memilah dan menganalisa kegiatan mitigasi bencana di sejumlah departemen/lembaga dan pemerintah daerah. Evaluatif, yaitu menilai keefektifan pelaksanaan kebijakan, strategi dan operasional mitigasi bencana dan normatif dengan mengusulkan konsep dan 21 framework pelaksanaan mitigasi bencana sebagai masukan untuk penyempurnaan kebijakan, strategi dan operasional yang sudah ada. 2.2.1.3. Dimensi dan tahapan Evaluasi Kebijakan Setelah kita menentukan obyek evaluasi selanjutnya harus menentukan aspek-aspek dari obyek yang akan evaluasi. MenurutStake, 1967, Stuffebeam, 1959, Alkin 1969 (dalam Suharsimi,2007) telah mengemukakan bahwa evaluasi berfokus pada empat aspek yautu : 1. 2. 3. 4. Konteks Input Proses implementasi Produk Bridgman dan Davis (dalam Farida Yusuf, 2000) yaitu evaluasi kebijakan yang secara umum mengacu pada 4 (empat) dimensi yaitu : 1. 2. 3. 4. Indikator input, Indikator process, Indikator outputs Indikator outcomes. Menurut Setiawan (2000) Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Bapenas, tujuan evaluasi kebijakan adalah agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan kebijakan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan dimasa yang akan datang. Menurut Setiawan, (2000) dimensi utama evaluasi diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari kebijakan. Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu : 22 1. 2. 3. 4. Indikator masukan (input), Proses (process) Keluaran (output), Indikator dampak (outcame) Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilanatau kegagalan pelaksanaan dari suatu kebijakan, oleh karena itu pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukan tahapan siklus pengelolahan kebijakan yang mencakup : 1. 2. 3. Evaluasi pada tahap perencanaan (EX-ANTE). Pada tahap perencanaan, evaluasi sering digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas dari berbagai alternative dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (ON-GOING). Pada tahap pelaksanaan, evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan kebijakan dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi pada tahap Pasca Pelaksanaan (EX-POST) pada tahap paska pelaksanaan evalusi ini diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) kebijakan mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan setelah kebijakan berakhir untuk menilai relevansi (dampak dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dibandingkan keluaran), kemanfaatan (dampak dibandingkan hasil), dan keberlanjutan (dampak dibandingkan dengan hasil dan keluaran) dari suatu kebijakan. (Setiawan,2000) Hubungan ketiga tahapan tersebut sangat erat, selajutnya terdapat perbedaan metodelogi antara evaluasi kebijakan yang berfokus kerangka anggaran dengan yang berfokus pada kerangka regulasi.Evaluasi kebijakan yang berfokus pada anggaran dilakukan dengan duacara yaitu : Penilaian indikator kinerja kebijakan berdasarkan keluaran dan hasil dan studi evaluasi kebijakan berdasarkan dampak yangtimbul. Cara pertama dilakukan melalui perbandingan indicator kinerja sasaran yang direncanakan dengan realisasi, informasi yang 23 relevan dan cukup harus tersedia dengan mudah sebelum suatu indikator kinerja kebijakan dianggap layak. Cara yang kedua dilaksanakan melalui pengumpulan data dan informasi yang bersifat lebih mendalam (in-depth evaluation)terhadap hasil, manfaat dan dampak dari kebijakan yang telah selesai dilaksanakan. Hal yang paling penting adalah mengenai informasi yang dihasilkan dan bagaimana memperoleh informasi, dianalisis dan dilaporkan.Informasi harus bersifat independen, obyektif, relevan dan dapa tdiandalkan. 2.2.1.4. Tujuan Evaluasi Kebijakan Seperti disebutkan oleh Sudjana (2006 : 48), tujuan khususEvaluasi Kebijakan terdapat 6 (enam) hal, yaitu untuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Memberikan masukan bagi perencanaan kebijakan; Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian kebijakan; Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan tentang modifikasi atau perbaikan kebijakan Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat kebijakan; Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana kebijakan dan. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi kebijakan pendidikan luar sekolah. Tujuan evalusi kebijakan menurut Setiawan, (2000)adalah : Agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil,kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan kebijakan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan dimasa yang akan datang. 24 Sudjana, tujuan evalusi adalah untuk melayani pembuatkebijakan dengan menyajikan data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan secara bijaksana. Oleh karenanya evaluasi kebijakan dapat menyajikan 5 (lima) jenis informasi dasar sebagaiberikut : 1. Berbagai data yang dibutuhkan untuk menentukan apakah pelaksanaan suatu kebijakan harus dilanjutkan. 2. Indikator-indikator tentang kebijakan-kebijakan yang paling berhasil berdasarkan jumlah biaya yang digunakan. 3. Informasi tentang unsur-unsur setiap kebijakan dan gabungan antar unsur kebijakan yang paling efektif berdasarkan pembiayaan yang diberikan sehingga efisiensi pelaksanaan kebijakan dapat tercapai. 4. Informasi untuk berbagai karakteristik sasaran kebijakan-kebijakan pendidikan sehingga para pembuat keputusan dapat menentukan tentang individu, kelompok, lembaga atau komunitas mana yang paling menerima pengaruh dari palayanan setiap kebijakan. 5. Informasi tentang metode-metode baru untuk memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan evaluasi pengaruh kebijakan. 40 2.2.2. Sarana dan Prasarana Sekolah 2.2.2.1. Dasar Hukum Pengelolaan Sarana dan Prasarana Untuk mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana. Sekolah 25 dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan mengurus kepentingan sekolah menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan teta pmengacu pada peraturan dan perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal itu terutama ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah. Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut, maka pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, sertaperlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasaran ayang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruangpendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana dan prasarana untuk SMA/MA,mencakup criteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang ada di negara Indonesia merupakan realisasi dari cita-cita negara Indonesia untuk mencerdaskan bangsa 26 yang dimana pelaksanaannya memerlukan sarana dan prasarana pendidikan guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UU SISDIKNAS No. 20 Thn. 2003 pasal 3 yang berbunyi,"pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 2.2.2.2. Pengertian Sarana dan Prasarana Sekolah Ada lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu. Ketidakadaan salah satu faktor saja dari faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. Dengan 5 faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadangkadang dengan hasilyang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/Sarana dan Prasarana Pendidikan. Pengertian sarana dan prasaran dapat diartikan secara satu persatu. Sarana pendidikan menurut Nurubay (2008) adalah : Semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses penddikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. 27 Sarana adalah “segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan; alat; media” (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2000) Menurut Mulyasa (2004), sarana pendidikan adalah : “peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti : gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran” Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajarmengajar. Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan: Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalamproses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. (Arikunto, 2003) Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerakmaupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) bahwa : Prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan.Dalam pendidikan misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah,lapangan olah raga, uang dan sebagainya. Sedang sarana sepertialat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya :ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. (Daryanto, 2006) 28 Sedangkan menurut Bafadal (2003) bahwa : “prasarana pendidikana dalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah”. Sementara itu sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tersebut harus disediakan oleh setiap satuan pendidikan Sarana dan prasarana yang disediakan harus memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan kejiwaan peserta didik.Menurut Keputusan Menteri Pendidikan NasionalNo. 24 tahun 2007 tentang standar sarana pendididkan terdiri dari3 kelompok besar yaitu : 1. 2. 3. Bangunan dan perabot sekolah Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan , alat-alat peraga dan laboratorium. Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil. Secara mikro (sempit) kepala sekolah yang bertanggung jawab atas pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang di perlukan di sebuah sekolah.Sedangkan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting bagi terlaksananya proses pembelajaran di sekolaah serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sebuah sekolah baik tujuan secara khusus maupun tujuan secara umum. Terdapat beberapa pemahaman mengenai administrasi sarana dan prasarana di antaranya adalah : 29 1. 2. Berdasarkan konsepsi lama dan modern Menurut konsepsi lama administrasi sarana dan prasarana itu di artikan sebagai sebuah system yang mengatur ketertiban peralatan yang ada di sekolah. Menurut konsepsi modern administrasi sarana dan prasarana itu adalah suatu proses seleksi dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Guru menurut konsepsi lama bertugas untuk mengatur ketertiban penggunaan sarana sekolah, menurut konsepsi modern guru bertugas sebagai administrator dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu a. Seperangkat kegiatan dalam mempertahankan ketertiban penggunaan sarana dan prasarana di sekolah melalui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter ) b. Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan ketertiban sarana dan prasarana sekolah dengan melalui pendekatan intimidasi c. Seperangkat kegiatan untuk memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran (pendekatan permisif) d. Seperangkat kegiatan untuk mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan program pembelajaran (pendekatan intruksional) e. Seperangkat kegiatan untuk mengembangkan sarana dan prasarana sekolah f. Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan keutuhan dan keamanan dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Pengertian lain dari administrasi sarana dan prasarana adalah suatu usaha yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun,taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secaralangsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. 30 Nawawi (2008) mengklasifikasikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam sarana pendidikan yaitu : 1. Ditinjau dari Habis Tidaknya Dipakai Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yakni : a. Sarana pendidikan yang habis dipakai Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alatyang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat.Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang biasa digunakan oleh gurudan siswa dalam pembelajaran, beberapa bahan kimia yang sering kalidigunakan oleh seorang guru dan siswa dalam pembelajaran IPA.Semua contoh tersebut merupakan sarana pendidikan yang apabila dipakai satu kali atau beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah sifatnya. b. Sarana pendidikan yang tahan lama Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olahraga. 2. Ditinjau dari Bergerak Tidaknya a. Sarana pendidikan yang bergerak Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. 31 Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana-mana bila diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan ke mana saja. b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan. Misalnya, sekolah yang telah memiliki saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Semua peralatan yang berkaitan dengan itu, seperti pipanya, relatif tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat tertentu. 3. Ditinjau dari Hubungannya dengan Proses Belajar mengajar Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakandalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh kapur tulis, atlas, dansarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua,sarana pendikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan prosesbelajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor yang secara tidak langsung digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang langsung digunakan untuk proses belajar mengajar. Seperti ruang teori, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar. 32 2.2.2.3. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi,jenis atau sifatnya, yaitu: 1. 2. 3. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas. (Gunawan, 2006) Secara singkat ketiga tinjauan fasilitas atau benda-benda pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Ditinjau dari fungsinya terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM), prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon, serta perabot/mobiler. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannyasangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan. 2. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik. Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya. 33 Fasilitas nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang. 3. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas. a. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai. 1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenyapada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tukis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya. 2) Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap-pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.(Keputusan Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 2001). b. Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa dipidahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur, menara air, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Nawawi (2007), ditinjau dari hubungannyadengan Proses Belajar Mengajar adalah sebagai berikut: Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenissarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsungdigunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contonya adalahkapur tulis, atlas dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan gurudalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsungberhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip dikantor sekolah merupakan 34 sarana pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Sedangkan bila tinjau dari fungsi dan peranannya dalam prosesbelajar mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi: 1. 2. 3. Alat pelajaran Alat peraga Media pengajaran. (Arikunto,2003) Secara singkat ketiga macam sarana pendidikan tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut: 1. 2. Alat pelajaran Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis-menulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan tulis maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran. Alat peraga Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid. Di samping itu, alat peraga sangatlah penting bagi pengajaruntuk mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan pengajaranguna memberikan pengertian atau gambaran yang jelas tentangpelajaran yang diberikan. Hal itu sangat membantu siswa untuktidak menjadi siswa verbalis. Dengan bertitik tolak pada penggunaannya, maka alat peragadapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan dengan menunjukkan benda sesungguhnya (benda dibawa ke kelas, atau anak diajak ke benda); b. Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan penggantian terhadap benda sesungguhnya. Berturut-turut dari yang konkrit ke yang abstrak, maka alat peraga dapat berupa: Benda tiruan (miniatur), Film, Slide, Foto, Gambar, Sketsa atau bagan. Disamping pembagian ini, ada lagi alat peraga atau peragaan yang berupa perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Sebagai contoh jika guru akan menerangkan bagaimana orang: 35 3. berkedip, mengengadah, melambaikan tangan, membaca dan sebagainya, maka tidak perlu menggunakan alat peraga. Tetapi ia memperagakan. Oleh karena itu, alat peraga sangatlah diperlukan dalam prosesbelajar mengajar dengan maksud memberikan variasi dalammengajar dan lebih banyak memberikan realita dalam mengajarsehingga pengalaman anak lebih konkrit. Media pengajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentukjamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara ataupengantar. (Subroto, 2008) Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Medi amerupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapa tmerangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa)sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. (Asnawir dan Usman, 2002) Oleh karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Ramayulis (2002), bahwa : Alat/Media pendidikan ataupengajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Sebabalat/media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses pembelajaran murid Karena dapat membuat pemahaman murid lebih lebih cepat pula. Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari peraga.Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efesiensi, tetapi dapat pula sebaga ipengganti peranan guru. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa : Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi 36 danrangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruhpsikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran padasaat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa,media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkanpemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. (dalam Arsyad, 2000) Biasanya klasifikasi media pendidikan didasarkan atas indera yang digunakan untuk menangkap isi dari materi yang disampaikan dengan media tersebut. Dengan cara pengklasifikasian ini dibedakan atas: 1. 2. 3. Media audio atau media dengar, yaitu media untuk pendengaran. Media visual atau media tampak, yaitu media untuk penglihatan. Media audio visual atau media tampak-dengar, yaitu media untuk pendengaran dan penglihatan. (Arikunto, 2003) Sedangkan contoh dari ketiga media di atas adalah: Contoh yang termasuk media audio antara lain, transparansi, papantulis, gambar-gambar, grafik poster, peta dan globe, dll.Contoh yang termasuk media visual antara lain, radio,rekaman pada tape recorder, dll. Sedangkan contoh yang termasuk media audio visual antara lain, film, televisi, dll. (Asnawir dan Usman, 2002) Ketiga media ini dapat digunakan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yaitu di antaranya adalah dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi serta dapatmeningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsungantara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untukbelajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Oleh karena itu, media pengajaran harus benar-benar dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin maka tujuan pendidikan dapat berjalanmsecara efektif dan 37 efisien serta mencapai tujuan yang diharapkan.Sedangkan jenis-jenis prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: 1. 2. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek keterampilan, dan ruang laboratorium. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan. (Bafadal, 2003) Sedangkan menurut Arikunto (2003) bahwa yang termasuk kedalam klasifikasi prasarana pendidikan adalah: 1. 2. Bangunan sekolah (tanah dan gedung) yang meliputi:lapangan, halaman sekolah, ruang kelas, ruang guru, kantor,ruang praktek, ruang tamu, ruang kepala sekolah, ruangperpustakaan, laboratorium, mushala, kamar kecil dan sebagainya. Perabot sekolah, yang meliputi: meja guru, meja murid,kursi, lemari, rak buku, sapu, bulu-bulu, kotak sampah, alat-alat kantor TU. Jadi, berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat atau fasilitas atau perlengkapan dasar yang secara langsung dan tidak langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan dan demi tercapainya tujuan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung,ruang, meja kursi, alat-alat media pengajaran, ruang teori, ruangperpustakaan, ruang praktik keterampilan, serta ruang laboratoriumdan sebagainya. 38 2.2.2.4. Prinsip dan Tata Tertib Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Setiap sekolah memiliki prinsip-prinsip dan tata tertib mengenai penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, hal itu bertujuan untuk mempermudah administrator dalam mengawasi dan mengatur sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut. Berikut ini merupakan dasar yang perlu diperhatikan agar administrator dapat mencapai sukses dalam tugasnya. Beberapa dasar dalam administrasi antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Prinsip Efisiensi Administrator akan berhasil dalam tugasnya bila dia menggunakan semua sumber, tenaga, dana, dan fasilitas yang ada secara efisien. Prinsip Pengelolaan Administrator akan memperoleh hasil yang paling efektif dan efisien dengan cara melakukan pekerjaan manejemen, yakni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan melakukan pemeriksaan (pengontrolan). Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan Bila diharuskan untuk memilih pekerjaan manajemen dan pekerjaan operatif dalam waktu yang sama, seorang administrator cenderung memprioritaskan pekerjaan operatif. Namun ia sebaiknya tidak memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan operatif saja karena bila ia hanya berkecimpung dalam tugas-tugas operatif saja, maka pekerjaan pokoknya akan terbengkalai. Prinsip Kepemimpinan yang Efektif Seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya apabila ia memiliki gaya kepemimimpinan yang efektif, yakni memperhatikan hubungan antar manusia (human relationship), Pelaksanaan tugas serta memperhatikan situasi dan kondisi (sikon) yang ada.Adapun tentang gaya kepemiminan yang efektif adalah mampu memelihara hubungan baik dengan bawahannya. Di samping itu ia juga harus memperhatikan pembagian dan penyelesaian tugas bagi setiap anggota organisasi yang sesuai dengan jenis pekerjaanya. Prinsip Kerjasama Administrator dikatakan berhasil dalam melakukan tugasnya bila ia mampu mengembangkan kerjasma antara seluruh anggota baik secara horizontal maupun secara vertikal. (Anonim, 2007) 39 Adapun prinsip-prinsip yang digunakan sebagai landasan operasional kegiatan administrasi di sekolah adalah berikut ini: a. b. c. d. e. Prinsip Fleksibilitas Penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus memperhatikan faktorfaktor ekosistem dan kemampuan menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pendidikan sekolah. Prinsip Efisien dan Efektivitas Efisiensi tidak hanya dalam penggunaan waktu secara tepat, melainkan juga dalam pendayagunaan tenaga secara optimal. Prinsip berorientasi pada Tujuan Semua kegiatan pendidikan harus beriorientasi untuk mencapai tujuan. Administrasi pendidikan di sekolah merupakan komponen dalam sistem pendidikan maka untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, tujuan operasional yang sudah dirumuskan harus menjadi sandaran orientasi bagi pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan di sekolah. Prinsip Kontinuitas Prinsip kontinuitas ini merupakan landasan operasional dalam melaksanakan kegiatan administrasi di sekolah. Karena itu, dalam tiap jenjang pendidikan harus memiliki hirarki yang saling berhubungan. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup Setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang. Karena itu masyarakat ataupun pemerintah diharapkan dapat menciptakan situasi yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan administrasi pendidikan, prinsip tersebut perlu digunakan sebagai landasan operasional.(Anonim, 2007) 2.2.2.5. Komponen-Komponen Standar Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Lahan Lahan yang di perlukan untuk mendirikan sekolah harus di sertai dengan tanda bukti kepemilikan yang sah dan lengkap (sertifikat), adapun jenis lahan tersebut harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : a. Lahan terbangun adalah lahan yang diatasnya berisi bangunan , b. Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan diatasnya. 40 c. Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang di gunakan untuk pelaksanaan kegiatan praktek d. Lahan pengembangan adalah lahan yang di butuhkan untuk pengembangan bangunan dan kegiatan praktek. Lokasi sekolah harus berada di wilayah pemukiman yang sesuai dengan cakupan wilayah sehingga mudah di jangkau dan aman dari gangguan bencana alam dan lingkungan yang kurang baik. 2. Ruang Secara umum jenis ruang di tinjau dari fungsinya dapat di kelompokkan dalam : a. Ruang pendidikan Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung proses kegiatan belajar mengajar teori dan praktek antara lain : 1) Ruang teori sejumlah rombel 2) Ruang perpustakaaan 3) Ruang Laboratorium 4) Ruang kesenian 5) Ruang Olah raga 6) Ruang keteraampilan b. Ruang administrasi Ruang Administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai kegiatan kantor. Ruang administrasi terdiri dari : 41 1) Ruang kepala sekolah 2) Ruang tata usaha 3) Ruang guru 4) Gudang b. Ruang penunjang Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar antara lain : 1) Ruang Ibadah 2) Ruang serbaguna 3) Ruang koperasi sekolah 4) Ruang UKS 5) Ruang OSIS (untuk tingkat SMP & SMA) 6) Ruang WC/ kamar mandi 7) Ruang BP 3. Perabot Secara umum perabot sekolah mendukung 3 fungsi yaitu : fungsi pendidikan, fungsi administrasi, fungsi penunjang. Jenis perabot sekolah dikelompokkan menjadi 3 macam : a. Perabot pendidikan Perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Adapun Jenis, bentuk dan ukurannya mengacu pada kegiatan itu sendiri. 42 b. Perabot administrasi Perabot administrasi adalah perabot yang di gunakan untuk mendukung kegiatan kantor. jenis perabot ini hanya tidak baku / terstandart secara internasional. c. Perabot penunjang Perabot penunjang adalah perabot yang di gunakan / di butuhkan dalam ruang penunjang. seperti perabot perpustakaan, perabot UKS, perabot OSIS dsb. 4. Alat dan Media Pendidikan Setiap mata pelajaran sekurang–kurangnya memiliki satu jenis alat peraga praktek yang sesuai dengan keperluan pendidikan dan pembelajaran,sehingga dengan demikian proses pembelajaran tersebut akan berjalan dengan optimal. a. Buku Atau Bahan Ajar Bahan ajar adalah sekumpulan bahan pelajaran yang di gunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Bahan ajar ini terdiri dari : 1) Buku pegangan Buku pegangan di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai acuan dalam pembelajaran yang bersifat Normatif, adaptif dan produktif. 2) Buku Pelengkap Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan memperdalam penguasaan materi 43 3) Buku Sumber Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu / keterampilan. c. Buku Bacaan Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai bahan bacaan tambahan (non fiksi) untuk memperluas pengetahuan dan wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi ) yang bersifat relatif. 2.2.2.6. Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkatan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti gedung, ruang belajar/kelas, alat media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Dengan demikian dapat ditarik satu kesimpulan fungsi sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua barang yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Kreatifitas pendidik dan tenaga pendidik sangat dibutuhkan dalam menyediakan dan menggunakan sarana bukan hanya sekedar canggih dan mewah, akan tetapi yang terpenting adalah kebermaknaan dan kesesuaian dengan kebutuhan pencapaian tujuan pendidikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. Di 44 adopsi dari konsep sumber belajar teori tentang sarana dan prasana meliputi; perancangan, fungsi, strategi penggunaan, prosedur Penggunaan dan evaluasi penggunaan. Dibawah ini dideskripsikan setiap komponennya : 1. Perancangan Sarana Prasarana Dilihat dari segi Perancangannya, secara garis besar sarana dan prasarana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Sarana prasarana yang dirancang (learning resource by design) yakni sumber-sumber yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai “komponen sistem instruksional” untuk memberikan fasilitas belajar yang tearah dan bersifat formal. b. Sarana prasarana yang dimanfaatkan (learning resources by ulitilization) yakni sarana prasarana yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran atau keberadaaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sarana prasarana yang dimanfaatkan ini adalah sarana prasarna yang ada di masyarakat seperti : Museum, pasar, toko-toko dan lainnya yang ada dilingkungan sekitar 2. Fungsi Sarana Prasarana Sarana prasarana mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana memiliki fungsi sebagai berikut : a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran d. Lebih memantapkan pembelajaran 45 2. e. Memungkinkan pembelajaran secara seketika f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas. Strategi Penggunaan Sarana Prasarana. Strategi dalam menggunakan sarana prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan harus mampu mengidentifikasi karakteristik dari sarana prasarana yang digunakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : a. Mengidentifikasi karakteristik sarana prasarana yang digunakan. Sarana prasarana yang ada sangatlah banyak, untuk itu guru harus mampu mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing sarana prasarana yang digunakan. Apakah sarana prasarana yang digunakan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang ada. Artinya, sarana prasarana tersebut dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran tersebut dengan lancar (bermakna). b. Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sarana prasarana yang digunakan dapat mengoptimalkan pencapaian suatu kompetensi. c. Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan guru. Seorang guru harus memahami kemampuannya dalam hal menggunakan sarana prasarana. Tanpa memahami karakteristik dan Penggunaan sarana prasarana, proses pembelajaran tidak akan berjaan secara optimal. d. Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pemilihan sarana prasarana yang dibutuhkan bermakna dan yang akan 46 menarik perhatian siswa sehingga diharapkan pembelajaran dapat berjalan optimal. 2.2.2.7. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut selalu dalam kondisi baik dan siap pakai.Pemeliharaan dilakukan secara continue terhadap semua barang-barang inventaris kadang-kadang dianggap sebagai suatu hal yang sepele, padahal pemeliharaan ini merupakan suatu tahap kerja yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap yang lain dalam administrasi sarana dan prasarana. Pemeliharaan dimulai dari pemakai barang, yaitu dengan berhati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas professional yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.Pelaksanaan barang inventaris meliputi: 1. Perawatan 2. Pencegahan kerusakan 3. Penggantian ringan Pemeliharaan berbeda dengan rehabilitasi, rehabilitasi adalah perbaikan berskala besar dan dilakukan pada waktu tertentu saja. 2.3. Kerangka Pikir Penelitian Dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana efektivitas penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam menunjang prestasi belajar sekolah di SDN Sendang 47 Laok Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan. Sebagaimana rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka model implementasi kebijakan standar sarana dan prasarana sekolah di SDN Sendang Laok Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan dapat digambarkan sebagai berikut : Manajemen Pengelolaan Sarpras Permendiknas No. 24 tahun 2007 1. Pengadaan sarana dan prasarana 2. Pendayagunaan sarana dan prasarana 3. Pemeliharaan sarana dan prasarana Faktor Pendukung & Penghambat Gambar 2.1 Model Kerangka Pikir Penelitian