PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA ANTARA KELAS YANG MENGGUNAKAN GLOSARI DENGAN KELAS YANG TIDAK MENGGUNAKAN GLOSARI DI KELAS X SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/ 2013 Egi Purnama, Sri Amnah, dan Nurkhairo Hidayati Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 13 [email protected] ABSTRACT This study was conducted to determine differences in learning outcomes between grade biology students who use the glossary class that does not use the glossary in the class ten at SMA Negeri 5 Pekanbaru Academic Year 2012/2013 on materials Dunia Tumbuhan. This research is an experiment research which compre two classes, namely the control class and experimen class. The population of this study are all students of ten class of SMA Negeri 5 Pekanbaru. The samples in this research were chosen based on homogeneity test of pre-test that given to the population. Two classes homogeneous then randomly selected to determine the control class and experimental class, the class selected as the control class is X 5 and X6 class as experiment class. Data collecting technique in this research is test. Data obtained after treatment hypothesis testing, where the experimental class using class glossary where as control without using glossaries. From the data analysis, t-test is known that taccount > ttable, is 7,99 1,99 then H0 is rejected and H1 is accepted, that there are biological differences in students' learning outcomes by using glossaries. Based on the obtained descriptive data analysis average student learning outcomes Cognitive experimental class (X6) is 77,74 and control class (X5) is 76,87 and the average Psychomotor of experimental class (X6) is 85,91 and class control (X5) is 78,09. So, it can be concluded that there is a difference between the students' learning outcomes biology class that uses the glossary with classes that do not use the glossary on material “Dunia Tumbuhan” in the class ten at SMA Negeri 5 Pekanbaru Academic Year 2012/ 2013. Keywords: Glossary, Learning Outcomes PENDAHULUAN Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya ilmu pengetahuan sehingga pendidikan dianggap sebagai bagian dari kehidupan mereka. Pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila tujuan dari pendidikan tercapai. Untuk mencapai tujuan pendidikan dipengaruhi beberapa faktor antara lain guru, sarana dan prasarana yang memadai, serta input siswa. Menurut Herlina (2007: 1), pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan (Sanjaya, 2005: 2-3). Dalam memahami suatu pengetahuan tertentu, sering seorang 43 pelajar mengalami kesulitan karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan yang sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Dalam hal ini, pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting bagi pelajar untuk dimilikinya (Trianto, 2010: 33). Menarik minat siswa dalam mendapatkan pengetahuan awal tidaklah mudah. Apalagi konsep-konsep yang tercakup dalam kurikulum mata pelajaran Biologi untuk tingkat SMA tergolong rumit. Untuk itu guru dituntut untuk memiliki media dalam proses pembelajaran. Menurut Nasrun, guru harus mampu memiliki dan menggunakan media pengajaran sesuai materi yang akan disajikan (Nasrun dalam Herlina, 2007: 3). Lebih lanjut, Sanaky (2008: 2) mengatakan bahwa media pengajaran itu mampu menyalurkan pesan atau informasi, dan merupakan jenis komponen dalam lingkungan siswa yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian, masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran dapat teratasi dengan adanya media pengajaran. Dari hasil survai dan wawancara peneliti dengan guru bidang studi Biologi pada bulan Desember 2012 ditemukan beberapa masalah: Masih kurangnya kesadaran siswa untuk memiliki kamus biologi sehingga proses belajar mengajar menjadi bermasalah ketika ditemui istilah latin atau kata yang dilatinkan, Siswa belum optimal dalam menggunakan sumber belajar seperti perpustakaan, Tidak utamanya pemanfaatan glosari atau kamus biologi dalam proses pembelajaran biologi tingkat SLTA, dan Prestasi belajar biologi siswa yang mencapai KKM yaitu 75 adalah sekitar 25,63%. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, maka peneliti berupaya melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan media glosari sebagai media bantu bagi siswa selama proses diskusi maupun disaat pembelajaran berlangsung. Secara umum, diskusi digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakkan keterlibatan siswa di dalam pelajaran. Menurut Aqib (2009: 39), diskusi merupakan suatu percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide, dan pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok dengan tujuan untuk mencari kebenaran, keputusan, kesimpulan, dan pemecahan dari suatu masalah. Tabel 1. Langkah-langkah Menyelenggarakan Diskusi Tahapan Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan mengatur setting Tahap 2 Mengarahkan diskusi Kelompok Belajar Tradisional Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi. Guru mengarahkan fokus diskusi dengan menguraikan aturanaturan dasar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera dijelaskan, atau menyampaikan isu diskusi. 44 Tahap 3 Menyelenggarakan diskusi Tahap 4 Mengakhiri diskusi Guru memonitor antar aksi, mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa, menanggapi gagasan, melaksanakan aturan dasar, membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan sendiri. Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang telah diselenggarakan kepada siswa. Guru menyuruh para siswa untuk memeriksa proses diskusi dan berpikir siswa. Tahap 5 Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu Sumber: Trianto, 2010: 126 sebuah buku yang mengandung istilahistilah yang digunakan dalam buku tersebut. Glosari sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dalam hal meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap kaitan suatu istilah dengan materi yang sedang diajarkan, waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, memudahkan siswa dalam mengetahui objek sewaktu pelaksanaan praktikum, dan sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri. BAHAN DAN METODE Metode diskusi memiliki tiga tujuan pembelajaran penting yaitu meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa, dan membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir (Tjokrodihardjo dalam Trianto, 2010: 124). Berdasarkan tujuan tersebut, maka siswa memerlukan media pembelajaran yang mendukung. Salah satunya dengan menggunakan glosari. Glosari merupakan bentuk jamak dari glosarium. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai kamus dalam bentuk yang ringkas atau daftar kata dengan penjelasannya di bidang tertentu (Indrasanto, 2006: 1). Lebih lanjut, Alwi (2007: 366) mengatakan bahwa glosarium (jamak: glosari) berarti kamus dalam bentuk yang ringkas dengan daftar kata dan penjelasannya di bidang tertentu. Biasanya, glosari ini diletakkan pada akhir Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Metode ini dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan dalam kondisi yang terkendalikan. Pengambilan data penelitian dimulai dari bulan Desember sampai April 2013 di SMA Negeri 5 Pekanbaru. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Pekanbaru tahun ajaran 2012/ 2013 yang terdiri dari tujuh kelas yaitu X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7 dengan jumlah seluruh siswa 260 orang. Sampel penelitian adalah siswa kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X5 sebagai kelas kontrol yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis pre-test siswa. Tabel 2. Desain Penelitian Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test Eksperimen T1 X1 T2 Kontrol T1 T2 Keterangan: T1 : Nilai siswa sebelum dilakukan tindakan T2 : Nilai siswa setelah dilakukan tindakan X1 : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen 45 Instrumen yang digunakan penelitian ini adalah perangkat pembelajaran terdiri dari standar isi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal kuis, LKPD, dan post-test, glosari, dan buku panduan. Instrumen pengumpulan data kognitif terdiri dari penilaian tugas rumah (PR), quis tertulis, dan post-test. Nilai psikomotorik diperoleh dari nilai portofolio (LKPD dan laporan praktikum), serta nilai unjuk kerja (pelaksanaan praktikum, diskusi, dan presentasi). Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Tahap persiapan; menentukan jadwal penelitian, menentukan kelas penelitian, menetapkan materi pembelajaran yang disajikan, dan membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 3-4 siswa secara acak, sesuai dengan akademik dan jenis kelamin. b) Tahap pelaksanaan; penelitian ini dilaksanakan dalam 8 kali pertemuan yang terdiri dari: pertemuan I untuk sosialisasi sekaligus pelaksanaan pretest. Pertemuan II, III, IV, V, VI, VII adalah tahap pelaksanaan pembelajaran, dan pertemuan VIII untuk post-test. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Setelah pembelajaran sampai pada pertemuan VIII, maka pertemuan IX dilakukan post-test pada kedua kelas. Analisis statistik terhadap hasil belajar kognitif dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis Statistik Hasil Belajar Kognitif Kelas Ekspe rimen Kontr ol n X X 37 2876 77,74 37 2844 76,87 1 X X 2 1 2247 73 2194 61 2 1 827482 7 808947 3 Hasil belajar kognitif tersebut dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua variansi dan diperoleh nilai Fhitung = 1,37 dengan nilai Ftabel = 1,84 untuk taraf signifikansi 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua variansi tersebut, maka diperoleh Fhitung < Ftabel yang berarti kedua varians dalam keadaan homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji-t. Setelah dianalisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (Sp) = 5,21 dan nilai thitung = 0,76 dengan nilai ttabel = 1,99 untuk taraf signifikansi 5%. Berdasarkan uji dua pihak tersebut, diperoleh thitung < ttabel sehingga tidak terdapat perbedaan hasil belajar dari kedua kelas penelitian. Analisis statistik terhadap hasil belajar psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Statistik Psikomotorik Kelas Ekspe rimen Kontr ol n X X 37 3178 85,91 37 2889 78,09 1 Hasil Belajar X X 2 1 2736 33 2264 98 2 1 101034 97 834863 2 Hasil belajar psikomotorik tersebut dianalisis secara statistik dengan uji kesamaan dua variansi dan diperoleh nilai Fhitung = 1,52 dengan nilai Ftabel = 1,84 46 untuk taraf siginifikansi 5%. Berdasarkan uji kesamaan dua varians tersebut, maka diperoleh Fhitung < Ftabel yang berarti kedua varians dalam keadaan homogen kemudian dilanjutkan dengan uji-t. Setelah dianalisis dengan uji dua pihak, maka diperoleh nilai standar deviasi gabungan (Sp) = 4,45 dan nilai thitung = 7,99 dengan nilai ttabel = 1,99 untuk taraf signifikansi 5%. Berdasarkan uji dua pihak tersebut, diperoleh thitung > ttabel sehingga terdapat perbedaan hasil belajar dari kedua kelas penelitian. Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (X6) dan kelas kontrol (X5) berdasarkan hasil pretest, kognitif, dan psikomotorik dapat dilihat pada Gambar 1. Persentase (%) 100 80 72.48 72,30 77.74 76.87 85,91 78.09 60 40 20 0 Pre- test Kognitif Psikomotorik Eksperimen Kontrol Gambar 1: Perbandingan rata-rata hasil belajar biologi siswa antara kelas eksperimen (X6) dan kelas kontrol (X5) PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis inferensial yang telah dilakukan, pada nilai kognitif tidak ada perbedaan hasil belajar biologi siswa antara kelas eksperimen (X6) yang menggunakan glosari dengan kelas kontrol (X5) yang tidak menggunakan glosari pada materi Dunia Tumbuhan. Nilai rata-rata siswa kelas eksperimen diperoleh 77,74 sedangkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol diperoleh 76,87 dengan selisih 0,87%. Hal ini disebabkan karena pemahaman konsep, teori, dan prinsip dapat diperoleh siswa tidak hanya dalam proses pembelajaran di kelas akan tetapi siswa bisa memperoleh itu di luar kelas dengan tersedia banyaknya media ataupun sumber belajar seperti internet. Selain itu, semua siswa di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol telah memiliki buku paket yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar untuk memahami konsep, teori, prinsip yang telah dipelajari sebelumnya. Tidak hanya itu, penggunaan glosari masih dirasa kurang maksimal pada kegiatan individu siswa. Pada nilai psikomotorik diperoleh perbedaan hasil belajar kedua kelas penelitian yaitu nilai rata-rata siswa kelas eksperimen diperoleh 85,91 sedangkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol 78,09 dengan selisih 7,82%. Fungsi glosari dalam kegiatan psikomotorik sangat penting. Hal ini terlihat dari kegiatan siswa di kelas eksperimen yang menggunakan glosari dalam mencari berbagai informasi mengenai fungsi ataupun keterangan bagian lumut, paku, dan tumbuhan berbiji yang ditanyakan LKPD. Selain itu, glosari mampu membantu siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan sumber masalah dalam diskusi. Dengan kelebihan ini, siswa di kelas eksperimen tentu memperoleh nilai tes yang tinggi dibandingkan siswa di kelas kontrol dalam kegiatan psikomotorik. Rendahnya nilai tes siswa di kelas kontrol disebabkan masingmasing siswa dalam kelompok kewalahan 47 menjawab soal LKPD dan beberapa pertanyaan yang diajukan sumber masalah. Sebagai media bantu, glosari mampu memberikan keefektifan dan keefisienan pada kegiatan psikomotorik kelas eksperimen. Dengan kata lain, siswa di kelas eksperimen memiliki banyak kesempatan untuk menjawab, memahami dan menganalisis materi yang sedang didiskusikan dibandingkan siswa di kelas kontrol. Dengan demikian, siswa di kelas eksperimen memungkinkan menjawab tes atau soal LKPD lebih cepat, lancar dan tepat dibandingkan siswa di kelas kontrol. Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya dalam Trianto (2010: 20), efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu siswa agar bisa belajar dengan baik. Salah satunya diupayakan peneliti dengan penggunaan glosari. Dari uraian hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk psikomotorik diperoleh hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hipotesis pada penelitian ini dapat diterima bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara kelas eksperimen (X6) yang menggunakan glosari dengan kelas kontrol (X5) yang tidak menggunakan glosari di SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/ 2013. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar biologi siswa antara kelas yang menggunakan glosari dengan kelas yang tidak menggunakan glosari di kelas X SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/ 2013 pada materi Dunia Tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai hasil belajar biologi antara siswa kelas eksperimen (X6) dengan siswa kelas kontrol (X5) dari daya serap maupun ketuntasan belajar psikomotorik. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh peneliti terhadap penggunaan glosari dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk guru dan peneliti berikutnya agar menekankan penggunakan glosari pada kegiatan perorangan yaitu dengan memberikan glosari pada masingmasing siswa. 2. Untuk guru biologi agar dapat menyarankan pada siswa untuk memiliki glosari atau kamus biologi dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini mengingat bidang studi biologi tidak dapat dipisahkan dari bahasa latin atau kata yang dilatinkan. 3. Diharapkan penggunaan glosari pada penelitian selanjutnya ditujukan pada sekolah dengan siswa yang minim memiliki media dan sumber belajar, terutama fasilitas internet. 4. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan penggunaan glosari dengan model ataupun metode pembelajaran lain agar dapat membantu 48 siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. 5. Untuk penggunaan media glosari selanjutnya agar dibuat dalam bentuk mini atau buku saku agar lebih memudahkan siswa membawanya kemana-mana baik dalam lingkungan formal maupun non formal. DAFTAR PUSTAKA Alwi, H. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Aqib, Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group Z., Maftuh, M., Sujak, dan Kawentar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk guru SMP, SMA, SMK. Bandung: Yrama Widya Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa (Eksperimen di Kelas VII MTS. Al-Mafatih Palmerah ). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta1428 H/ 2007 M (skripsi): http://idb4 .wikispaces. com/file/view/ss4004.pdf (Diakses: 29 Agustus 2012) Indrasanto, D. 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Diakses: 28 Agustus 2012) Sanaky, H. 2008. Media Pengajaran (Materi/Bahan Mata Kuliah). Yogyakarta: Jurusan Tarbiyah Universitas Islam Indonesia. Sanaky.staff.uii.ac.id (Diakses: 21 Juli 2012) 49