1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muatan seni budaya

advertisement
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Replubik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional
Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu
sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran seni budaya, aspek
budaya tidak dibahas secara tersendiri secara terintergrasi dengan seni. Karena itu
mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang
berbasis budaya.
Depdiknas (2006 : 3) menjelaskan bahwa mata pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan pada suatu pendidikan tingkat SMP memiliki keunikan,
kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta
didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan
berekspresi berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan “belajar dengan seni”,
“belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni”.
Dalam Pendidikan seni di SMP, pendidikan seni diarahkan pada
pembentukan sikap sehingga terjadi keseimbangan intelektual, akal pikiran dan
kepekaan emosi. Keseimbangan intelektual, akal pikiran dan kepekaan emosi
dapat dibentuk melalui pengalaman estetik yang dialami oleh siswa SMP tersebut.
Namun, pengalaman estetik tersebut tidak dapat dirasakan karena siswa sulit
untuk mengekspresikan Ide dan sulit untuk menghasilkan ide yang orisinil.
Seharusnya siswa yang kreatif adalah siswa yang mampu secara mandiri
menghasilkan karya seni dengan idenya sendiri.
Namun fakta yang terjadi, berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP
Negeri 19 Depok belum menggunakan strategi pembelajaran yang tepat pada mata
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di materi menggambar ilustrasi. Hal
ini terjadi karena metode yang digunakan adalah metode konvensional dimana
1
2
yang berperan aktif adalah guru, sedangkan siswa lebih banyak pasif. Dalam
penggunaan metode konvensional, siswa lebih condong untuktidak variatif
sehingga siswa kesulitan menuangkan ide atau gagasan. Lebih jauh lagi,
berdasarkan hasil karya siswa terdahulu di kelas VIII-2 SMP Negeri 19 Depok
menunjukkan bahwa kreativitas siswa masih cukup rendah. Dari hasil karya
siswa sebelumnya menunjukkan hanya 2,5% dari 40 siswa atau satu orang siswa
yang memiliki nilai kreativitas yang memenuhi indikator kelulusan yaitu 75. Dari
obeservasi juga didapatkan informasi bahwa siswa cenderung menghasilkan
gambar yang monoton terlihat dari penggunaan objek yang cenderung sama antara
satu dan lainnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan siswa
untuk menghadirkan ide kreatif dan sistem pembelajaran yang masih
konvensional.
Hasil observasi awal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Jellen dan
Urban tentang fenomena kreativitas pada tahun 1987 dalam Ririn (2014:1)
Menurut penelitian Jellen dan Urban anak-anak di Indonesia menempati peringkat
terakhir dari 9 Negara objek penelitian. Indonesia berada dibawah Filiphina,
Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan bahkan dibawah Negara India, Kamerun
dan Zulu. Penelitian ini mengungkapkan faktor penyebab rendahnya kreativitas di
Indonesia salah satunya adalah sistem pendidikan yang kurang mendukung.
Berangkat dari hal tersebut peneliti berusaha mencari penerapan metode
pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut sehingga siswa dapat
berfikir kreatif dan mampu mengekspresikan ide melalui media yang sederhana
yang dapat merangsang imajinasi dan membantu anak dalam mengembangkan
kreativitas. Salah satu solusi yang mungkin dapat mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL). Dalam pembelajaran CTL ini siswa diajak untuk mengalami
sendiri lewat panca indranya sehingga siswa mampu merasakan pengalam estetika
dan pada akhirnya dapat terciptanya keseimbangan intelektual, akar pikiran dan
kepekaan emosi.
Pada Model Pembelajaran CTL merupakan satu konsepsi pengajaran dan
pembelajarn guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia
3
sebenarnya dan memotivasikan pembelajaran untuk membuat kaitan antara
pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka. Dengan
mengaitkan bahan subjek dengan situasi dunia, siswa diharapan lebih mudah
mengekspresikan ide karena ide yang tercipta berasal dari benda-benda yang ada
disekitar mereka yang mudah untuk diekspresikan. Dengan metode pembelajaran
ini siswa Kelas VIII-2 SMP Negeri 19 Depok diharapkan mampu berfikir lebih
kreatif karena sumber ide merupakan benda-benda yang tidak asing yang mudah
disintesis menjadi ide baru.
Model pembelajaran CTL memiliki kelebihan diantaranya, pertama
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Kedua pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, yang menggangap siswa dapat menemukan dan membangun
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme, siswa
diharapkan “mengalami” bukan “menghafal”.
Dengan menggunakan CTL siswa akan merasa lebih senang dan aktif
dalam menciptakan karya seni karena siswa bisa langsung berhubungan dengan
benda-benda yang ada disekitar mereka dan yang sudah tidak asing lagi. Hal yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana membuat proses belajar mengajar menjadi
menyenangkan dalam metode CTL siswa dibawa dalam kondisi belajar mengajar
yang menyenangkan. Sesuai dengan pendapat Yetti Ellyana (2009 : 3)
berpendapat bahwa, “Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu
guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat”.
4
Dari paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contectual
Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kreativitas Membuat
Karya Ilustrasi Pada Siswa Kelas VIII-2 SMP Negeri 19 Depok Semester
Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016”
B. Pembatasan Masalah
Dengan melihat banyaknya permasalahan yang ada di dalam penelitian ini,
maka perlu pembatasan masalah. Hal ini diperlukan agar penelitian tidak
menyimpang dari tujuan dan memperoleh kedalaman pengkajian masalah.
Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi pada upaya untuk meningkatkan
kreativitas siswa pada Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan
menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di
kelas VIII-2 di SMP Negeri 19 Depok Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
“Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dapat
Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Karya Ilustrasi di Kelas VIII-2
SMP Negeri 19 Depok Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016?”
D. Tujuan Penelitian
Skripsi ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Adapun tujuan
penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
“Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Karya Ilustrasi
di Kelas VIII-2 SMP Negeri 19 Depok Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan”.
5
E. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator kerja merupakan sebuah tolak ukur keberhasilan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang ditingkatkan
adalah kreativitas siswa khususnya terhadap pembuatan karya ilustrasi, yaitu
meningkatkan minimal 75% dari 40 siswa kelas VIII-2. Capaian target pada setiap
indikator harus didasarkan pada tingkat kemampuan siswa sebelum adanya
perbaikan. Target indikator tidak boleh terlalu rendah dan terlalu tinggi. Adapun
indikator keberhasilan penelitian sebagai berikut:
1. 75% siswa mampu mencapai atau melebihi KKM yang ditentukan sekolah
yaitu 75 dalam aspek kognitif.
2. 75% siswa mampu mencapai atau melebihi nilai sikap yang ditetapkan sekolah
yaitu 75.
3. 75% siswa memiliki kreativitas membuat karya ilustrasi dengan mampu
berfikir secara divergen, menguasai pengetahuan umum dan pengetahuan
spesifik, fokus dan komitmen, memiliki motivasi dan keterbukaan fikiran.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam
upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan
pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian
dibidang pendidikan seni rupa dimasa yang akan datang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa:
1) Membantu siswa mencapai kompentensi diri dalam memutuskan
materi pembelajaran seni budaya dan keterampilan.
6
2) Membantu siswa meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran seni
budaya dan keterampilan.
3) Membantu siswa untuk berfikir kreatf.
4) Mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa.
b. Bagi Guru:
1) Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian
tindakan kelas
2) Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara
komperhensif dengan berbagai pendekatan dan penilaian.
3) Menemukan inovasi pembelajaran yang akan memberikan perbaikan
dan peningkatan.
4) Memotivasi untuk selalu eksplorasi dalam teknik, metode dan model
pembelajaran yang kreatif serta inovatif dalam rangka peningkatan
kreativitas siswa.
Download