BAB II LANDASAN TEORI A. Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Dalam arti luas investasi terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu: aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains. Sedangkan investasi tidak langsung terjadi bilamana suratsurat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara. 9 Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam investasi langsung, selainitu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara tersebut.(sunariyah,2011:6) B. Pasar modal Pasar modal menurut Sunariyah (2011:46) adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana ( surplus fund ) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), di mana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang, dari pengertian ini dapat diketahui perbedaannya dengan pasar uang yaitu pada jangka waktu dana yang diperdagangkan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. (Iggi H Achsien,2010:25) 1. Macam-macam pasar modal menurut Abdul Manan (2009:26) a. Pasar perdana Yang dimaksud pasar perdana adalah penjualan perdana efek / atau sertifikat atau pejualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan di 10 bursa / pasar sekunder. Pada pasar ini efek/sertifikat diperdagangkan dengan harga emisi. Pada pasar perdana perusahaan akan memperoleh dana dengan menjual sekuritas (saham, obligasi, hipotek). b. Pasar sekunder Yang dimaksud dengan pasar sekunder adalah penjualan efek/sertifikat setelah pasar perdana berakhir. Pasar sekunder merupakan pasar di mana surat berharga di jual setelah pasar perdana. Ditinjau dari sudut investor, pasar sekunder harus dapat menjamin likuiditas dari efek. Artinya, investor menghendaki dapat membeli kembali sekuritas jika ia punya dana dan juga menghendaki menghendaki menjual sekuritas untuk memperoleh uang tunai atau dapat mengalihkan kepada investor lain. Dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan wadah untuk menghimpun para investor baik para investor lembaga maupun investor perorangan. c. Bursa paralel Bursa paralel adalah suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek Jakarta, dengan bentuk pasar sekunder, diatur dan diselenggarakan dengan oleh perserikatan perdagangan uang dan efekefek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam). 2. Manfaat pasar modal Abdul Manan (2009:35): a. Manfaat bagi investor antara lain: 11 1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi, peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga yang menjadi capital baru. 2. Sebagai pemegang saham, investor memperoleh dividen, sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap (bagi hasil) atau pendapatan yang lain yang mengambang. 3. Mempunyai hak suara dalam RPUS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi. 4. Dapat dengan mudah mengambil instrumen investasi misalnya dari saham A ke ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko investasi. 5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk mengurangi risiko. b. Manfaat bagi pemerintah : Dengan dengan berkembangnya pasar modal, perusahaan- perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, hal ini akan sejalan dengan tujuan pemerataan haasil pembangungan, membuka kesempatan kerja, dan tidak kalah pentingnya adalah mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat. Dana yang diperoleh perusahaan yang go public dapat digunakan untuk memperluas jaringan usaha, kondisi yang demikian ini jelas akan membuka kesempatan kerja. 12 Dan dengan kondisi ini pula akan terjadi pendayagunaan secara optimal dana yang dimiliki oleh masyarakat untuk dimanfaatkan dalam mendorong pembangunan. c. Manfaat bagi perusahaan dan dunia usaha : 1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Membarikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. 3. Menyediakan indikator utama (leading incator) nagi tren ekonomi Negara 4. Memungkunkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. 6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik. 7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses control sosial. 13 9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat. C. Pasar modal Syariah Pasar modal syariah menurut fatwa Dewan Syariah Nasional {DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 40/DSN-MUI/X/2003, tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip Syariah di bidang pasar modal adalah: pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah memenuhi prinsip-prinsip syariah. 1. Instrument pasar modal syariah terdiri: a. Emiten syariah Emiten syariah adalah perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah yang jenis, produk barang,jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan syariah adalah perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang, lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional, produsen dan distributor atau penyedia barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat, melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat 14 transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.( Ahmad Ifham Sholihin, 2010:91) b. Efek Syariah Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Efek syariah mencakup saham syariah, obligasi syariah, reksadana syariah, kontrak investasi kolektif efek beragun asset (KIKEBA) syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 2. Operasional Pasar Modal Syariah Operasional pasar modal syariah menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 40/DSNMUI/X/2003, adalah pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur dharar, riba, risywah, maksiat dan kezaliman. Transaksi yang meliputi unsur-unsur diatas meliputi: a. Najsy. yaitu melakukan penawaran palsu. b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang belum dimiliki (short selling). 15 c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang. d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan. e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut. f. Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi pihak lain. (Abdul Manan ,2009:68) D. Reksadana Dalam kamus keuangan reksadana didefidefinisikan sebagai portofolio asset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal menyebutkan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dari definisi yang telah diuraikan disebutkan bahwa reksadana tersebut mempunyai beberapa karakteristik yaitu pertama, kumpulan dana dan pemilik, dimana pemilik reksadana adalah berbagai pihak yang menginvestasikan atau 16 memasukkan dananya ke reksadana dengan berbagai variasi. Artinya, investor dari reksadana dapat perorangan dan lembaga dimana pihak tersebut melakukan investasi ke reksadana sesuai dengan tujuan investor tersebut. Kedua, diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan instrument investasi. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut diinvestasikan ke dalam instrument investasi seperti rekening Koran, deposito, surat utang jangka pendek yang dikenal dengan Repurchase Agreement (REPO), Commercial Papper (CP)/promissory Notes (PN), surat utang jangka panjang, obligasi dan efek saham maupun ke efek yang berisiko tinggi seperti opsi, future dan sebagainya. Manajer investasi melakukan investasi pada masing-masing instrument tersebut mempunyai besaran ( alokasi asset ) yang bebeda-beda sesuai dengan perhitungan manajer investasi untuk mencapai tujuan investasi yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan. Ketiga, reksadana tersebut dikelola oleh manager investasi. Manajer investasi ini dapat diperhatikan dari dua sisi yaitu sebagai lembaga dan sebagai perorangan. Sebagai lembaga harus mempunyai izin perusahaan untuk mengelola dana. Dimana izin tersebut diperoleh dari Bapepam ( Badan Pengawas Pasar Modal ).(Adler Haymans Manurung,2008:1) , dalam investasi terhadap reksadana terdapat keuntungan yang bisa diperoleh antara lain: 1. Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko Jumlah dana yang dikelola oleh reksadana cukup besar, sehingga memberikan kesempatan bagi pengelola untuk mendivesifikasikan 17 investasinya ke berbagai jenis efek atau alternatif media investasi lainnya, sehingga hal ini bisa merupakan penyebaran risiko. 2. Biaya rendah Reksadana yang dikelola secara profesional akan menciptakan efisiensi dalam pengelolaan, sehingga biaya relatif akan lebih kecil. Berbeda jika investor melakukan investasi sendiri, yang harus mengeluarka komisi transaksi yang relatif lebih besar, dan biaya untuk mendapatkan informasi lebih besar. 3. Dapat dimonitor secara rutin Pemegang reksadana dapat memonitor perkembangan harga unit penyertaannya secara rutin, karena setiap hari bursa reksadana akan menggumumkan Nilai aktiva Bersih (NAB) melalui surat kabar. 4. Likuiditas terjamin Berbeda dengan saham, reksadana terbuka sangat likuid. Apabila investor ingin menjual reksadananya, maka perusahaan reksadana yang bersangkutan wajib membelinya kembali dengan harga NAB yang berlaku. Adapun risiko yang didapat dari berinvestasi pada reksadana adalah : 1. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaaan (NUP) Hal ini disebabkan oleh turunnya harga dari efek-efek yang menyusun portofolio (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya). Kemampuan pengelola invesitasi dalam pengelolaan dana sangat berpengaruh dalam berkurangnya NUP. 18 2. Risiko likuiditas Hal ini adalah kesulitan yang dihadapi oleh pihak manajer investasi apabila sebagian besar pemegang unit penyertaan menjual kembali (redemption) unit-unit penyertaan yang dipegangnya., sehingga pihak perusahaan kesulitan dalam menyiapkan dana untuk pembayaran tersebut. 3. Risiko wanprestasi Risiko yang timbul karena perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan pada saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (Adler Haymans Manurung,2008:16) E. Reksadana syariah Reksadana dengan berbasiskan syariah memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan reksadana jenis lain. reksadana syariah adalah salah satu segmen yang cepat berkembang dalam system keuangan islam. Meskipun begitu, ketika dibandingkan dengan industri reksadana secara keseluruhan reksadana syariah masih dalam tahap infansi pertumbuhan dan perkembangan dalam kurun waktu kurang dari satu dekade. Tujuan utama reksadana syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan investor yang tidak menginginkan modalnya diinvestasikan dalam bisnis yang dinilai bertentangan dengan prinsip syariah islam, 19 sehingga sebuah reksadana syariah akan berusaha menawarkan kepada investornya tingkat pengembalian yang tinggi tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip yang mereka yakini. Dalam reksadana syariah berisi akad muamalah yang dibolehkan dalam islam, yaitu jual beli dan bagi hasil (mudharabah/musyarakah). Dan disana terdapat banyak maslahat, seperti memajukan perekonomian, saling member keuntungan diantara pelakunya, meminimalkan risiko dalam pasar modal, dan sebagainya. Namun didalamnya juga ada hal-hal yang bertentangan dengan syariah islam, baik dalam segi akad, operasi, investasi, transaksi, dan pembagian keuntungan. Bagi umat islam reksadana merupakan hal yang perlu diteliti, karena masih mengandung hal-hal yang tidak sejalan dengan jaran Islam, misalnya investasi reksadana pada produk yang diharamkan islam, seperti minuman keras, judi, pornografi, dan jasa keuangan non syariah, disamping itu, mekanisme transaksi antara investor dengan reksadana, dan emiten harus diklarifikasi menurut hukum islam. (Abdul Manan, 2009:71) F. Jenis-jenis reksadana 1. Dilihat dari jenisnya, reksadana dapat dibedakan menjadi : a. Reksadana perseroan, adalah perusahaan yang kegiatannya menghimpun dana dan menjual saham, dan selanjutnya dana dan penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal. Wujud dari 20 reksadana ini dapat berupa reksadana tertutup dan reksadana terbuka. Ciri-ciri reksadana perseroan adalah : 1. Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas (PT). 2. Pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara direksi perusahaan dengan manager investasiyang ditunjuk. 3. Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian. b. Reksadana kontrak investasi kolektif (contractual type) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif merupakan instrument penghimpun dana dengan menerbitkan unit penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut di investasikan pada berbagai jenis investasi baik di pasar modal maupun pasar uang. Bentuk kontrak investasi kolektif ini dapat dijelaskan sebagai kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan, dimana manajer investasi bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian bertugas dan bertanggung jawab dalam pengadministrasian dan penyimpanan atas kekayaan reksadana. (sunariyah,2011,53) 2. Dilihat dari portofolio investasinya, reksadana dapat dibedakan menjadi: a. Reksadana pasar uang (money market funds) 21 Reksadana pasar uang didefinisikan sebagai reksada yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang. Efek pasar uang sendiri didefinisikan sebagai efek-efek utang yang berjangka kurang dari satu tahun. Secara umum instrument atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi Deposito, SBI, Obligasi serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan tingkat risiko paling rendah. Di lain pihak, potensi keuntungan reksadana ini juga terbatas. Hasil reksadana pasar uang umumnya sangat mirips dengan tingkat suku bunga deposito karena hamper sebagian besar portofolio investasi reksadana pasar uang terdiri atas deposito. b. Reksadana pendapatan tetap (fixed income fund) Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang. Efek bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrument lainnya. Umumnya reksadana pendapatan tetap di Indonesia memanfaatkan instrument obligasi sebagai bagian terbesar investasinya. Dengan orientasi investasi pada obligasi smemang sangat menarik baggi investor individu maupun institusi seperti asuransi dan bank karena investasi reksadana pendapatan tetap pada obligasi tidak dikenakan pajak atas kupon bunga yang diterimanya. Reksadana pendapatan 22 tetap memiliki potensi hasi investasi yang lebih besar daripada reksadana pasar uang. Namun, memiliki risiko yang jauh lebih besar pula. c. Reksadana saham (equity funds) Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas ( saham ). Berbeda dari efek pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen. Secara teori dan berdasarkan pengalaman yang sudah dibuktikan di seluruh pasar modal dunia, investasi pada saham adalah jenis investasi jangka panjang yang sangat menjanjikan, hal ini dikarenakan investasi perusahaan-perusahaan, saham yang merupakan dalam investasi pada panjang akan jangka memberikan hasil investasi yang lebih besar daripada deposito maupun obligasi. Namun, dalam jangka pendek, terdapat risiko karena harga-harga saham yang selalu berfluktuasi. d. Reksadana campuran (discretionary funds) Tidak seperti reksadana-reksadana lainnya reksadana campuran dapat melakukan investasinya baik pada efek utang maupu ekuitas 23 dan porsi alokasi yang lebih fleksibel. Per definisi, reksadana campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek utang yang perbandingannya (alokasi) tidak termasuk dalam kategori reksadana pendapatan tetap dan Reksadana saham. Dilihat dari fleksibilitasnya baik dalam pemilihan jenis investasi jenis investasinya serta komposisi alokasinya, reksadana campuran dapat berorientasi ke saham, ke obligasi atau bahkan ke pasar uang. Dari sisi pengelolaan investasi, fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan untuk berpindah-pindah dari saham ke obligasi atau deposito atau sebaliknya tergantung pada kondisi pasar dengan melakukan aktivits trading, atau sering juga disebut usaha melakukan market timing. Market timing memang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil investasi dan atau untuk menurunkan risiko. (Eko Priyo Pratomo,2009:91) G. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Nilai Aktiva Bersih (NAB) tidak dapat dipisahkan dari reksadana. Karena istilah ini merupakan tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Yang dimaksud NAB per saham/unit adalah harga wajar dari portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar pada saat tersebut. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank kustodian setelah mendapat data dari manager investasi. Besarnya NAB bisa berfluktuasi 24 setiap hari, tergantung dari perubahan dalam portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang saham/unit penyertaan. Begitu sebaliknya.(Sunariyah,2011:77) H. JII ( Jakarta Islamic Index ) Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management ( DIM ) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah islam, yaitu Jakarta Islamic Index ( JII ). Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Penentuan kriteria pemililihan saham dalam JII melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur ( benchmark ) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah. (Abdul Manan, 2009:83) I. Indeks LQ 45 Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham kapitalisasi pasar. 25 tersebut mempertimbangkan Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 ini. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteris seleksi indeks LQ 45 maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Indeks LQ 45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Hari dasar untuk perhitungan 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Untul seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993-Juni 1994, hingga terpilih 45 emiten, 72 % dari total kapitalisasi pasar dan 72,5 % dari total nilai transaksi di pasar regular. (Sunariyah,2011:97) J. Metode Sharpe, Treynor dan Jensen 1. Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut premium atas risiko atau “risk premium”. Risk premium adalah perbedaan ( selisih ) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free asset ). Dalam pembahasan ini, investasi bebas risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 2. Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk premium, seperti halnya yang dilakukan Sharpe. Namun, dalam 26 metode treynor diginakan pembagi beta yang merupakan risiko fluktuasi relative terhadap risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM merupakan risiko sistematis ( yang merupakan risiko pasar atau market risk). Beta diperoleh dengan menggunakan regeresi linier. 3. Sama halnya dengan metode Treynor, metode Jensen menggunakan faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model ( CAPM ). Pengukuran dengan metode Jensen menilai kinerja manager investasi didasarkan atas seberapa besar manajer investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Semakin tinggi nilai alfa positif, semakin baik kinerjanya. (Eko Priyo Pratomo,2009:126) 27