KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN

advertisement
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN
KUALITAS PENDIDIKAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Abdurrozzaq Hasibuan
(Anggota Dewan Riset Daerah Sumut)
Dosen Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Sumatera Utara
Email : [email protected]/[email protected]
1.
PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sejalan dengan perubahan lingkungan
pendidikan dan dunia usaha saat ini maka diperlukan profesionalisme di segala bidang
termasuk dunia pendidikan.
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
maju, adil dan makmur (Matondang, 2010). Selanjutnya dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakn setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Dalam pengembangan suatu wilayah sebagai strategi pembangunan nasional ada
tiga pilar yang mempunyai hubungan yang erat dan harus saling berinteraksi yaitu :
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi. Suatu wilayah yang mempunyai
sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu
memanfaatkan dan mengembangkan teknologi akan cepat berkembang dibanding
wilayah lain.
Agar pendidikan tersebut berkualitas dan berdampak bagi suatu pengembangan
wilayah maka perlu dilakukan perencanaan pendidikan yang melibatkan kegiatan
multidisipliner yang memperhatikan masalah-masalah demografi, ekonomi, keuangan,
pemerintah, pedagogi, statistik persekolahan, lingkungan, sosial budaya dan aspek
lainnya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perencanaan
pendidikan (Enoch, dalam Matondang, 2009). Artinya perencanaan pendidikan
dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek sehingga
pendidikan itu dapat berfungsi dengan baik menghasilkan sumberdaya manusia yang
berkualitas secara menyeluruh. Menyeluruh dalam pengertian semua warga negara
mendapatkan kesempatan untuk belajar sehingga masing-masing memiliki kemampuan
untuk mendukung pembangunan suatu wilayah ataupun negara. Karenanya suatu
wilayah dalam proses pembangunannya sangat ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia
berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu wilayah.
2.
DUKUNGAN PEMERINTAH PUSAT
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, hal ini sesuai dengan tujuan dari
pendidikan yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang berimbas pada
peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia, agar tidak tertinggal dengan bangsa lain.
Seperti aspek-aspek yang lain, pendidikan pun senantiasa mengalami perkembangan
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
89
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
secara dinamis. Perubahan global meminta perubahan di dalam pengelolaan hidup
masyarakat dan juga perubahan di dalam visi dan strategis pendidikan dalam rangka
mempersiapkan manusia-manusia Indonesia untuk memberikan jawaban terhadap
tantangan dan peluang global. Untuk menghadapi tantangan dan tuntutan di era
globalisasi, Pemerintah mengadakan Pembaharuan Hukum Sistem Pendidikan Nasional
yaitu merubah UU No 2 Tahun 1989 menjadi UU No 20 Tahun 2003.
Salah satu kewenangan pemerintah daerah, provinsi dan kabupaten/kota di era
otonomi daerah adalah mengurus sektor pendidikan. Dimana pendidikan merupakan
salah satu urusan pemerintah daerah yang amat penting, menyangkut hajat hidup orang
banyak, menentukan masa depan anak bangsa ini, dan juga akan ikut menentukan majumundurnya daerah itu sendiri dalam jangka panjang, jika diukur dari kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki daerah tersebut sebagai hasil dari proses pendidikan yang
diurusnya. Hal ini dipertegas dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (4) Negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional dan dalam
UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 11 ayat (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselanggaranya pendidikan bagi setiap warga negara
yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Juga dalam pasal 49 ayat (1) Dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20% dari Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan
dan minimal 20% dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dalam otonomi pendidikan, sebenarnya terbuka peluang yang cukup besar untuk
membuat pendidikan di daerah menjadi lebih berkualitas. Hal ini terjadi karena Bupati
Kepala Daerah saat ini memiliki kewenangan yang penuh dalam menentukan kualitas
sekolah di daerahnya masing-masing melalui sistem rekrutmen guru, rekrutmen siswa,
pembinaan profesionalisme guru, rekrutmen kepala sekolah, penentuan sistem evaluasi,
dan sebagainya. Jadi dalam era otonomi, berbicara tentang kualitas pendidikan tinggal
tergantung pada maunya daerah. Jika kita meminjam terminologi school based
management, kualitas pendidikan untuk masa yang akan datang lebih tergantung pada
komitmen daerah untuk merumuskan visi dan misi di daerahnya masing-masing. Jika
daerah cukup visioner, pengembangan sektor pendidikan akan memiliki peluang yang
besar untuk dapat memenuhi standar kualitas sesuai dengan harapan para stakeholders.
Manakala pemerintah daerah memiliki political will yang kuat dan kemudian disertai
dengan kebijakan yang mengedepankan arti penting pendidikan sebagai upaya human
investment di daerah, dapat dipastikan pendidikan di daerah itu akan memiliki praksis
yang baik, dan dengan demikian kualitas pendidikan akan dapat ditegakkan
keberadaannya.
3.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN
KUALITAS PENDIDIKAN
Kebijakan daerah di era otonomi daerah sangat menentukan kualitas pendidikan,
menurut kamus hukum dan Glosarium Otonomi Daerah, kebijakan adalah penyataan
prinsip sebagai landasan pengaturan dalam pencapaian suatu sasaran. Kebijakan daerah
adalah aturan, arahan, acuan, ketentuan dan pedoman dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dituangkan dalam peraturan daerah, keputusan kepala daerah
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
90
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
dan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan keputusan pimpiman Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Kebijakan pemerintah daerah merupakan landasan pengaturan dalam pencapaian
suatu sasaran. Kebijakan yang responsif merupakan produk hukum demokratis yang
menganut asas keterbukaan antara rakyat dan pemerintah. Penetapan kebijakan
pendidikan pemerintah daerah harus sesuai dengan kebijakan nasioanl dan provinsi.
Pemerintah daerah dalam membuat perencaanaan harus sistematis dan terarah sesuai
dengan kewenangannya. Penyelenggaraan sosialisasi Standar Nasional Pendidikan
kewenangan pemerintah daerah, sehingga penerapan standar pendidikan sesuai dengan
ketentuan pada PP No. 19 Tahun 2005.
Kebijakan pemerintah daerah harus bersendikan hukum, produk-produknya dimuat
dalam kemasan hukum. Dalam perencanaan peraturan perundang-undangan yang baik,
ada suatu teori klasik yang disebut dengan Gelding Theori. Teori gelding mengajarkan
bahwa peraturan perundang-undangan mempunyai landasan berlaku yang baik maka
harus dipenuhi tiga macam landasan, yaitu landasan berlaku secara yuridis, landasan
berlaku secara soiologis, dan landasan berlaku secara filosofis. Landasan berlaku secara
yuridis (yuridische gelding) artinya, suatu peraturan perundang-undangan harus
memenuhi syarat-syarat pembentukan dan berdasarkan pada aturan hukum yang lebih
tinggi. Landasan berlaku sosiologis (sociologische gelding) berarti bahwa peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat,
termasuk pula kecenderungan dan harapan-harapan masyarakat. Sedangkan landasan
berlaku filosofis (filosofische gelding) bermakna bahwa pereturan perundanganundangan harus mencerminkan sistem nilai dari masyarakat besangkutan.
Tanggung jawab pendanaan pendidikan ditegaskan dalam UU Nomor 20 Tahun
2003 Pasal 46 ayat (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Hal ini dapat diatur dan dihimpun
melalui berbagai sumber yaitu APBN, APBD, SPP, hibah, wakaf, zakat, pembayaran
nazar, pinjaman, sumbangan, keringanan dan penghapusan pajak untuk pendidikan.
Bila pemerintah daerah sudah menganggarkan dana pendidikan 20% dari APBD
dan dikelola secara efektif dan efisien, maka apa yang menjadikan tugas dan
kewenangan pemerintah daerah untuk menyediakan bantuan biaya penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah akan terwujud. Hal
ini juga akan berdampak terkait penjaminan mutu satuan pendidikan yang bertujuan
untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.
Bagi pemerintah daerah yang memberikan perhatian besar terhadap sektor
pendidikan adalah satu bentuk investasi jangka panjang yang akan menuai banyak
keuntungan. Kebijakan mereka akan selalu dikenang karena dapat mewujudkan masa
depan yang lebih baik bagi masyarakat daerah.
Ketidakmampuan pemerintah daerah dalam mengoptimalkan alokasi dana untuk
sektor pendidikan diperburuk oleh rendahnya partisipasi masyarakat, kondisi ini akibat
sebagian masyarakat tingkat perekonomiannya masih memprihatinkan. Pemerintah
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
91
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
daerah di era otonomi daerah harus menemukan potensi daerah yang bisa menambah
pemasukan dana di kas daerah.
Kepedulian saja tidak cukup, masih harus ada agenda aksi dan grand design secara
komprehensif untuk mengaktualisasikan pembangunan bidang pendidikan di daerah
yang bersangkutan yang antara lain dapat mencakup aspek-aspek ; (a) besarnya alokasi
budget untuk sektor pendidikan, (b) peningkatan profesionalisme guru, kepala sekolah
dan tenaga kependidikan lainnya, (c) sistem pembelajaran yang memberdayakan semua
potensi peserta didik, (d) peningkatan peran serta masyarakat, (e) peningkatan
partisipasi pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, (f) pengembangan kurikulum
yang mampu menjawab perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era global,
(g) sistem evaluasi yang mampu memberdayakan peserta didik, guru dan orangtua
peserta didik, (h) ketersediaan sarana-prasarana minimal pendidikan, agar sekolah dapat
menerapkan prinsup quality assurance dan total quality manajement di bidang
pendidikan secara konsisten.
Pemerintah harus secara bertahap meninggalkan pola top down dan menerapkan
pola bottom up dalam proses kebijakan pendidikan. Berbagai keputusan pendidikan
hendaknya dimulai dan dikembangkan dengan mendorong keterlibatan kontruktif
(constructive involvement) semua kelompok kepentingan (interest groups). Mereka
perlu diberi ruang untuk memberikan kontribusinya dan mengekspresikan aspirasi
pendidikan serta mempresentasikan dalam berbagai kebijakan pendidikan. Kebijakankebijakan pendidikan hendaknya tidak di buat atas dasar pilihan, preferensi, kemauan
dan kepentingan para pejabat pemegang otoritas kependidikan (authority based), tetapi
berdasarkan kondisi dan kebutuhan riil di daerah (research based).
Kewenangan pemerintah daerah diatur dalam pasal 10 UU No.20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,
membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pada pasal 11 ayat 1 dan 2
dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa diskriminasi. Kemudian pemerintah dan pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga nwgara
yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Dengan demikian peraturan perundangan-undangan yang berlaku sudah memberi
arah dan wadah pengembangan sekolah yang lebih demokratis, bahkan dalam rumusan
tujuan pendidikan dinyatakan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3,
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta perubahan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Bila semua kebijakan pemerintah daerah sudah disepakati langkah selanjutnya yang
harus dilakukan adalah pengawasan, pemantauan yang berkelanjutan oleh pimpinan
satuan pendidikan dan komite sekolah atau pihak-pihak terkait untuk menilai efisiensi,
efektifitas dan akuntabilitas satuan pendidikan.
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
92
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
Hasil pengawasan atau supervisi satuan pendidikan dilaporan oleh pimpinan satuan
pendidikan kepada komite atau pihak terkait. Laporan pengawasan atau penilik satuan
pendidikan juga ditujukan kepada Bupati/Walikota melalui Dinas Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Sehingga hasil evaluasi menunjang komitmen pemerintah daerah untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan era otonomi daerah juga untuk membuat
kebijakan sesuai dengan potensi dan keunggulan daerah masing-masing.
LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN PENYELENGGARA
PENDIDIKAN
Penyelenggara pendidikan yang baik, pada dasarnya menuntut keterlibatan seluruh
komponen pemangku kepentingan, baik di lingkungan pendididkan/sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan/sekolah, sangat
dipengaruhi oleh kepedulian dan komitmen Kepala Sekolah dan aparat penyelenggara
pendidikan/sekolah untuk menyelengarakan kependidikan/sekolah yang baik.
Good governance and education yang diartikan sebagai kepemerintahan dan
pendidikan yang baik, adalah pemerintah dan pendidikan yang dekat dengan masyarakat
dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ada tiga faktor rendahnya mutu pendidikan yaitu : 1) kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production
atau input-input analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan
secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam
penyelnggaraan pendidikan sangat minim (Usman, 2002)
Sesuai UU No.20 Tahun 2003 dalam pasal 9 dinyatakan bahwa ”Masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, palaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan”. Keikut sertaan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk keterlibatan
mereka dalam komite sekolah atau dewan pendidikan daerah. Komite sekolah berhak
ikut serta dalam merumuskan perencanaan pendidikan, kebijakan rektruktutrisasi
kurikulum dalam batas-batas garis besar. Berhak juga mengevaluasi terhadap program
dan kebijakan pengembangan sekolah.
Karakteristik Good governance and education sebagai berikut :
a) Tata pendidikan/sekolah yang berwawasan ke depan (visionary).
b) Tata pendidikan/sekolah yang bersifat terbuka (openness and transparency)
c) Tata pendidikan/sekolah yang mendorong partisipasi masyarakat (participation)
d) Tata pendidikan/sekolah yang bertanggung jawab / bertanggung gugat
(accountability)
e) Tata pendidikan/sekolah yang menjunjung supremasi hukum (rule of law)
f) Tata pendidikan/sekolah yang demokratis dan berorientasi pada konsesnsus
(democracy)
g) Tata pendidikan/sekolah yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi
(profesinalism and competency)
h) Tata pemerintah yang cepat tanggap (responsiveness)
i) Tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya secara efisien dan
efektif (efficiency and effectiveness)
j) Tata pendidikan/sekolah yang desentralisasi (decentralizations)
k) Tata pendidikan/sekolah yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha swasta
dan masyarakat (private sector and civil society)
4.
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
93
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
l)
Tata pendidikan/sekolah yang memiliki komitmen pada pengurangan kesenjangan
(commitment to reduce inequality)
m) Tata pendidikan/sekolah yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup
(commitment to environmentsl protection)
n) Tata pendidikan/sekolah yang memiliki komitmen pada pasar (commitment to fair
market).
Beberapa alternaif kebijakan Inovatif sekolah sebagai penyelenggara pendidikan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan :
5.
PENINGKATAN KUALITAS BERBASIS SEKOLAH
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang
bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan
pada ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen
sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan
organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam
Peningkatan Kualitas, terkandung upaya :
a) Mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun
administrasi,
b) Melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose,
c) Memerlukan partisipasi semua fihak : kepala sekolah, guru, staf administrasi,
siswa, orang tua dan pakar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat difahami bahwa Manajemen Peningkatan
Mutu memiliki prinsip :
1. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
2. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang
baik 3. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat
kualitatif maupun kuantitatif
3. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di
sekolah
4. Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan
kepada siswa, orang tua dan masyarakat.
Aplikasi kegiatan ini dalam bentuk Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
yaitu sekolah yang mengalami desentralisasi secara konsisten dan bermakna, sehingga
sekolah memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
alokasi sumber-sumber yang meliputi pengetahuan, teknologi, wewengan, material,
waktu dan keuangan. Kegiatan ini didukung dengan partisipasi masyarakat yang tinggi,
dari warga sekolah, orang tua dan masyarakat, serta sesuai dengan kerangka kebijakan
pendidikan nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Adapun penyususnan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat
teknik : a) school review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality control.
Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan sebagai berikut :
a. School review : Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama
khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan
menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. Adapun pertanyaan yang digunakan
sbagai acuan adalah ; 1) Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan
orang tua siswa dan siswa sendiri? ; 2) Bagaimana prestasi siswa ?; 3) faktor
apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu?; 4) Apakah faktorfaktor pendukung yang dimiliki sekolah?.
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
94
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
b.
c.
d.
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan,
kelebihan-kelebihan dan prstasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan
program tahun mendatang.
Benchmarking : Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan
dicapai dalam suatuperiode terentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk
individu, kelompok ataupun lembaga. Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab
oleh bencmarking adalah ; 1) Seberapa baik kondisi kita?; 2) Harus menjadi
seberapa baik?; Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?. Dan Langkah
yang harus dilakukan salah satunya adalah menentukan standar, rencana target,
cara-cara mencapai target.
Quality assurance : Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah
berlangsung sebagaimana sehrusnya. Dengan teknik ini akan dideteksi adanya
penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang
berkisambungan, dan melembaga menjadi subsistem sekolah.
Untuk melaksanakannya maka sekolah harus : menekankan pada kualitas hasil
belajar; hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus; Informasi dari data
sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah; Semua
pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi dan juga orang tua siswa
harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang
kritis dan berupaya untuk memperbaiki.
Quality control : Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas
output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control indikator kualitas yang
jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan kualitas yang terjadi. Dampak MBS bagi
sekolah (1) dapat menciptakan rasa tanggung jawab melalui administrasi sekolah
yang lebih terbuka. Kepala sekolah, guru, anggota masyarakat bekerja sama dengan
baik untuk membuat rencana pengembangan sekolah. (2) Keterbukaan
menciptakan kepercayaan, motivasi, serta dukungan orang tua dan masyarakat
terhadap sekolah, (3) Pelaksanaan Paikem (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan) berjalan baik.
6.
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN GERAKAN
MASYARAKAT
Gerakan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan setidak-tidaknya harus
diarahkan untuk lima sasaran utama dengan komitmen dan dukungan program dan
anggaran yang kuat, terpadu dan dinamik dari pemerintah dan aparatnya. Mutu
pendidikan adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran pendidikan
yang dihasilkan. Fokus mutu didasari upaya positif yang dilakukan individu dan setiap
orang bertanggung jawab pada mutu. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik,
orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk bekerja
sama guna memberikan kepada siswa sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk
memenuhi tantangan masyarakat, bisnis dan akademik sekarang dan masa depan.
Sasaran pertama, peningkatan pemberdayaan siswa secara konsisten dan berkelanjutan.
Kedua, peningkatan mutu, kemampuan dan kesejahteraan guru.
Ketiga, penyempurnaan kemampuan dan kesiapan sekolah untuk memberikan dukungan
terhadap aktivitas kependidikan dan pengajaran yang dinamik, padat dan relevan
dengan perkembangan masyarakatnya.
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
95
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
Keempat, pengembangan kesadaran orang tua untuk mengirim dan memberikan
dukungan kepada anak-anaknya untuk belajar sampai ke tingkat yang setinggitingginya.
Kelima, pengembangan budaya masyarakat yang kondusif serta mendukung upaya
belajar dalam suasana nyaman, menggairahkan dan dinamik.
Sebagai gerakan nasional yang sekaligus diadakan dalam suasana pengentasan
kemiskinan, semua pihak harus sepakat untuk bekerja keras mendukung investasi
sumber daya manusia yang handal itu dalam kerangka totalitas yang utuh. Upaya ini
harus sekaligus mengutamakan pemberdayaan manusia agar berkembang menjadi insan
nasional yang penuh iman, taqwa, berbudi pekerti luhur dan berkrepibadian mantap.
Dukungan budaya, sosial dan ekonomi yang kokoh untuk kelima sasaran itu harus
secara sengaja memihak, yaitu dengan menempatkan para siswa, khususnya anak
keluarga kurang mampu, sebagai titik sentral pembangunan.
a. Gerakan peningkatan mutu yang mengharuskan dilakukannya investasi berbasis pada
siswa itu harus dilakukan dengan menghormati hak-hak azasi manusia yang
diarahkan untuk pembentukan manusia yang berwatak dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yaitu dengan memberikan penggemblengan religiositas, watak,
kepribadian dan kesempatan yang luas untuk memilih atau kesempatan untuk ikut
berpartisipasi pada pilihan yang dilakukan oleh setiap siswa, atau oleh setiap
individu. Mereka harus bebas mengambil jalur pemberdayaan sesuai dengan visi,
misi dan kehidupan masa depan yang ingin dinikmatinya. Setiap siswa harus
mempunyai kesempatan mencoba dan melatih dirinya dengan pemberdayaan yang
sifatnya menyeluruh agar segala keputusannya tidak menimbulkan kesal atau
kekecewaan dimasa yang akan datang.
b. Para guru, sebagai individu, atau lembaga, yang paling dekat dengan siswa harus
diberi kesempatan dan dukungan yang kuat dan luas untuk meningkatkan kualitas
dan kesejahteraannya. Lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan yang akrab
dengan masyarakat harus diadakan atau mendapat dukungan agar setiap guru bisa
menyegarkan dirinya secara kontinue sesuai dengan kemajuan zaman dan
masyarakatnya.
c. Sekolah sebagai pusat penggemblengan harus kondusif dan dilengkapi dengan
peralatan yang memungkinkan siswa mengembangkan diri dan kemampuan
mencipta, menganalisis dan menyumbang untuk masyarakat di sekelilingnya.
Mereka harus mendapat kesempatan mengembangkan gagasan yang berguna. Dalam
gerakan masyarakat yang gegap gempita, lingkungan masyarakat dan budaya
pendukung harus mendapat pemberdayaan yang matang. Para orang tua harus
mendapat informasi yang luas tentang manfaat pendidikan anak-anaknya untuk
dirinya sendiri, kini, atau nanti.
d. Orang tua dan masyarakat sekelilingnya harus pula mengetahui manfaat pendidikan
untuk masa depan anak cucunya. Pada akhirnya gerakan ini harus menumbuhkan
budaya baru yang menghargai anak-anak yang belajar tekun, guru yang rajin
mengajar atau rajin memberi pelajaran tambahan, atau sekolah yang murid-muridnya
padat belajar - dari pagi sampai petang, serta orang tua yang sanggup mengorbankan
segalanya untuk anak-anaknya bersekolah sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.
e. Budaya memberi penghargaan yang tinggi terhadap suasana bersekolah ini harus
muncul dan menjadi percakapan sehari-hari. Gerakan ini harus diawali dengan
minimal mengundang seluruh masyarakat untuk merayakannya. Peringatan yang
penting itu tidak boleh menjadi monopoli Kepala Dinas Pendidikan, atas sekolah,
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
96
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
atau para guru, atau para murid di sekolah-sekolah saja. Peringatan itu harus
memunculkan kreasi baru yang menghidupkan suasana budaya belajar yang
berkembang dengan dinamika yang sangat tinggi.
Para Kepala Sekolah, guru-guru, orang tua dan siswa, bahkan seluruh organisasi
kependidikan, seperti PGRI, harus bisa menyatu dengan masyarakat luas untuk
menggali sebanyak mungkin apa yang diharapkan dan dibutuhkan oleh semua pihak
untuk maju. Aspirasi itu harus menjadi pokok tunggal dari aspirasi para Kepala Sekolah,
para guru, orang tua dan para siswa untuk membangkitkan gairah peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia.
Visi dan cita-cita guru atau kaum pendidik yang menghendaki peningkatan mutu
pendidikan harus menjadi visi dan cita-cita masyarakat luas. Sebaliknya visi dan citacita
masyarakat luas harus menjadi cita-cita dan perjuangan para Kepala Sekolah, guru,
orang tua dan semua siswa-siswanya.
7.
MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SEKOLAH
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) yang diterjemahkan Total Quality Manajement
(TQM) atau disebut juga Pengelolaan Mutu Total adalah suatu pendekatan mutu
pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. Menurut Hanafiah, dkk
(1994:4) mendefinikan Pengelolaan Mutu Pendidikan adalah suatu pendekatan yang
sistematis, praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang
mengutamakan kepentingan pelanggan, pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan
dan menggendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengen Pengelola Mutu Total
Pendidikan Sekolah (bisa pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan
berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh
semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan
sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan bahkan melebihi
kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang.
Komponen yang terkait dengan mutu pendidkan yang termuat dalam Buku
Manajemen sekolah (2000:191) adalah 1) siswa; kesiapan dan motivasi belajarnya, 2)
guru: kemampuan profesional, moral kerjanya(kemampuan personal) dan kerjasamanya
(kemampuan sosial), 4) dan sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam
mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang Tua, pengguna lulusan, dan
perguruan tinggi); partisipasi dalam pengembangan program-program pendidikan
sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus perhatian kepala
sekolah.
Adapun prinsip dari MMT sekolah dianggap sebagai suatu unit produksi, dimana
siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil produksi. Dalam MMT
sekolah dipahami sebagi Unit layanan jasa yakni pelayanan pemebelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah :
1) pelanggan Internal : guru, pustakawan.laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2)
Pelanggan eksternal terdiri atas ; pelanggan primer (siswa), pelnggan sekunder (orang
tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pamakai/penerima lulusan terbaik
di perguruan tinggi maupun dunia usaha).
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
97
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
8.
KESIMPULAN
1.
Kebijakan pemerintah daerah menentukan mutu pendidikan, menyangkut hajat
hidup orang banyak, menentukan masa depan anak bangsa ini, dan juga akan ikut
menentukan maju-mundurnya daerah itu sendiri dalam jangka panjang.
Penyelenggara pendidikan yang baik, menuntut keterlibatan seluruh komponen
pemangku kepentingan, baik di lingkungan pendididkan/sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan/sekolah,
sangat dipengaruhi oleh kepedulian dan komitmen Kepala Sekolah yang visioner,
manajemen mutu yang digunakan dan aparat penyelenggara pendidikan/sekolah
untuk menyelengarakan kependidikan/sekolah yang baik.
2.
9.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Beberapa permasalahan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan antara lain
pengimplementasian kurikulum 2013, peningkatan akses dari jenjang pendidikan anak
usia dini sampai jenjang pendidikan menengah, peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan ujian nasional yang
lebih berkualitas, pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, penyediaan
sarana dan prasanana pendidikan khususnya penyediaan sarana dan prasana di daerah
tertinggal, terdepan dan terpencil, penyebaran guru yang belum merata, pelestarian dan
pengembangan budaya dan bahasa.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan mengambil langkah-langkah strategis,
baik berupa perubahan, penyesuaian, dan pembaharuan dalam rangka menjamin
tercapainya kinerja yang lebih baik di masa datang. Dengan ketercapaian tersebut
diharapkan visi terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan untuk
membentuk insane Indonesia yang cerdas dan beradab dapat terealisasi.
Tenaga kependidikan perlu diberdayakan melalui peningkatan kompetensi guru
secara holistik sehingga ada kesamaan persepsi dan tindakan dalam usaha peningkatan
mutu proses pembelajaran. Keikutsertaan dinas pendidikan (pembina dan pengawas)
dan komite sekolah sebagai wakil dari unsur masyarakat merupakan prasyarat untuk
keberhasilan peningkatan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Panduan Manajemen sekolah, Depdiknas, Dikmenum
Arcaro, J.S., 2007, Pendidikan berbasis Mutu, Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Budi Raharjo, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, Dep.Dik.Nas., Jakarta
Hanafiah, dkk, 1994, Pengelolaan Mutu Total pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri
Prasetyo, 2002, Otonomi Daerah dan Permasalahannya, Makalah pada seminar oleh
Forum Peneliti Daerah tanggal 10 agustus 2002, Yogyakarta.
Santoso, 2001, Hubungan Ideal Pemerintah Pusat dan daerah, Langgeng Press,
Bandung.
Subardi, 2001, Sistem Otonomi, Cakra, Surakarta.
Suripto, 2001, Strategi Kebijakan Pemerintahan, Candra Press, Pati.
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
98
Pokok­Pokok Pikiran dan Kalian Aktual – Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
ISBN : 978­978­3902­34­0 : Diterbitkan Oleh Balitbang Provsu Tahun 2017
Tilaar, H.A.R., Membenahi Pendidikan Nasional, Asdi Mahasatya, Jakarta.
Usman, H. Peran Baru Administrasi pendidikan dari Sistem Sentralistik menuju Sistem
Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8 Nomor 1
Zamroni, 2000, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Bigraf Publishing , Yogyakarta.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UUD 1945 (setelah diamandemen).
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Dewan Riset Daerah Sumut Periode 2014­2019
99
Download