RI-Cina Teken Enam MoU Energi Bernilai Ratusan Juta Dollar AS 26-09-02 Nusa Dua, Kompas - Indonesia dan Cina hari Rabu (25/9) di Nusa Dua, Bali, menandatangani enam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) di bidang energi, baik pertambangan maupun pembangkitan listrik, dengan nilai kontrak ratusan juta dollar AS. Demikian hasil dari The First IndonesiaChina Energy Forum (ICEF) di Nusa Dua, Bali. Hadir dalam pertemuan itu antara lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, Duta Besar Cina untuk Indonesia Lu Shumin, Dirut PT PLN (Persero) Eddie Widiono, Dirut PT Perusahaan Gas Negara (Persero) WMP Simandjuntak, dan Dirut Pertamina Baihaki Hakim. Delegasi Cina dipimpin Ketua State Development Planning Commision (SDPC) Zeng Pei Yan. JB SURATNO Purnomo Yusgiantoro Keenam Proyek pembangkit tenaga listrik dan pertambangan batu bara itu terdapat di Sumatera Utara (Sumut), Kalimantan Barat (Kalbar), Sumatera Selatan (Sumsel), dan Kawasan Timur Indonesia. Seluruh proyek merupakan kelanjutan dari hasil kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri ke Cina, Maret lalu. Nilai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (batu bara) Labuhan Angin di Sibolga, Sumut, 180 juta dollar AS untuk pembangkit berkapasitas 4 x 55 MW (megawatt). Kontrak itu ditandatangani PT PLN (Persero) dengan China National Machinery and Equipment Import and Export Corporation (CMEC). Proyek PLTU lainnya adalah di Pontianak, yaitu PLTU (batu bara) Parit Baru (2 x 50 MW) antara CMEC dan PLN. Sementara untuk proyek listrik swasta adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 1 di Sumut (2 x 90 MW) antara China North Industry Company dengan PT Bajradaya Sentranusa dan PLTG Palembang Timur, Sumsel (130 MW) antara China Chemical Engineering-china ChengDa Chemical Engineering Co dengan PT Asrigita Sarana. Proyek kelistrikan lainnya meliputi tujuh pembangkit tenaga listrik hidro mini di Kawasan Timur Indonesia yang ditandatangani China Machine Equipment Group dan PLN. Sementara proyek pertambangan di Ombilin antara China National Techincal Import-Export Corporation dengan PT Bukit Asam. Purnomo mengatakan, investasi di bidang energi itu merupakan langkah pembuka bagi investasi Cina lainnya di Indonesia. Hari Kamis ini di Jakarta, Pertamina dan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) akan menandatangani kontrak penjualan LNG dari Tangguh di Teluk Bintuni, Papua, ke Fujian, Cina, senilai 21 milyar dollar AS. Duta Besar Inggris untuk Indonesia Richard Grozney menilai, kerja sama antara Indonesia dan Cina bukan ancaman bagi Inggris karena sumber daya alam Indonesia untuk energi sangat banyak. "Cina bukan kompetitor bagi Inggris karena Indonesia cukup untuk semua," kata Grozney. Dia menambahkan, masuknya Cina sebagai pembeli gas dari Tangguh juga menguntungkan Inggris sebab Pertamina bermitra dengan perusahaan Inggris, yakni Beyond Petroleum (BP). Namun, semua pengolahan gas menjadi LNG baru dapat terlaksana jika telah ada kontrak perjanjian jual beli. Tidak seperti kontrak perjanjian minyak bumi yang dapat dieksplorasi dulu baru dicarikan pembeli. "Yang penting ada perjanjian kontrak jual beli dulu," ujar Grozney. (TIA)