BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi kelompok (Komunitas

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi kelompok (Komunitas)
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
keputusan.
2.1.1 Klasifikasi kelompok dan Karakteristik Komunikasi kelompok
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan
sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi
kelompok yaitu :
a. Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 mengatakan bahwa kelompok
primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
akrab personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama.
Sedangkan komunikasi kelompok adalah kelompok yang anggota-
15
16
anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita.
Jalaluddin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling
tersembunyi, menyingkapi unsur-unsur backstage (perilaku yang
kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit
sekali
kendala
yang
menentukan
rentangan
dan
cara
berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat
dangkal dan terbatas.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
dari pada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan
kelompok sekunder instrumental.
5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal.
b. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Theodore
Newcomb
(1930)
melahirkan
istilah
kelompok
keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference
17
group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggotaanggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai
alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk
sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi : fungsi
komparatif, fungsi normative, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan
islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai
keadaan dan status saya sekarang (fungsi kompratif), islam juga
memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus
saya miliki kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus
menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu islam
juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini cara
mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan
makna pada objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi
perspektif). Namun islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya.
Dalam bidang ilmu, ikatan sarjana komunikasi Indonesia (ISKI) adalah
kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya.
Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk
perilaku saya dalam berkomunikasi.
18
c. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Prespektif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok
menjadi dua deskriptif dan preskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan
kepada klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukkannya
secara alamiah. Berdasarkan bentuk tujuan, ukuran dan pola komunikasi.
Kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga yaitu : kelompok tugas,
kelompok pertemuan dan kelompok penyadaran.
Kelompok prespektif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan
dan Wright mengkategorikan enam format kelompok prespektif, yaitu
diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolokium dan
prosedur parlementer.
2.1.2 Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
(norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau
dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau
melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan
melakukan hal yang sama. Jadi kalo ada yang merencanakan untuk menjadi
ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok.
Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara
persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok
19
sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju
juga.
2. Fasilitasi social
Fasilitasi (dari kata prancis facile, artinya mudah) menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.
Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert
Zajonz
(1965)
menjelaskan
bahwa
kehadiran
orang
lain
dianggap
menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi
pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan
kita.
Energi
yang
meningkat
akan
mempertinggi
kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang
kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi
peningkatan presentasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi
penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan
adalah respon yang benar, karena itu, peneliti-peneliti melihat kelompok
mempertinggi kualitas kerja individu.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan kea rah posisi yang ekstrem. Bila
sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung
20
tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agar
menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih
keras.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan
yaitu: melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-anggotanya.
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut presentasi (performance)
tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation).
Jadi bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya
kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak
informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat
memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Karena itu, faktor-faktor
keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok (faktor
situasional) dan pad karakteristik para anggotanya (faktor personal).18
2.2 Pola Komunikasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia , pola diartikan sebagai bentuk
(struktur) yang tetap. sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti
terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Komunikasi adalah pengiriman dan
penerima pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat
18
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya. 2009 Hlm:139160
21
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak. Dengan
demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara
dua orang atau lebih dalem pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang
tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.19
Pola komunikasi adalah suatu bentuk arus penyampaian pesan yang
biasanya telah menjadi sistem dalam sebuah kelompok atau organisasi yang dapat
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kelompok atau
organisasi tersebut.
Karl weick seorang ahli yang memiliki pemikiran sibernetika, yaitu
pemikiran yang menempatkan komunikasi sebagai proses penting dalam
pembentukan sebuah sistem dalam organisasi, teori tentang pola arus informasi
yang dimiliki Weick adalah Teori sistem dan Teori Sosiokultural.
a. Teori sistem
Teori sistem adalah teori yang melihat pola-pola interaksi
yang kompleks diantara bagian-bagian dalam sistem, dan
memahami berbagai interaksi yang ada didalamnya. Komponen
penting dalam teori sistem untuk memahami informasi dalam
organisasi adalah umpan balik (feedback), yaitu informasi yang
diterima organisasi. Informasi yang diterima dapat di pandang
sebagai informasi yang positif dan negatif. Organisasi dan
19
Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Rineka Cipta.
2004 Hlm: 1
22
anggotanya dapat memilih perubahan yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai pada sistem yang bersangkutan. Melalui umpan
balik, bagian-bagian organisasi dapat menentukan jika informasi
yang ingin diterima bersifat jelas dan mencukupi untuk mencapai
tujuan yang di inginkan.20
b. Teori Sosiokultural
Teori yang melihat organisasi sama seperti makhluk hidup,
yang selalu memiliki naluri untuk bertahan dan memiliki kemauan
dan kemampuan untuk beradaptasi sesuai dengan lingkungannya.
Pada dasarnya organisasi memiliki dua tugas utama agar dapat
mengelola berbagai sumber informasi dengan tepat. Yang pertama
organisasi harus mampu menafsirkan informasi yang ada di
lingkungan eksternal organisasinya, kedua organisasi harus bisa
mengoordinasikan atau menerjemahkan kedalam bahasa yang
sesuai agar di mengerti dan memiliki manfaat untuk membantu
organisasinya mencapai tujuannya.
Pada sebuah kelompok yang memiliki pola komunikasi yang tetap dan
terstuktur, umumnya ada dua struktur yang menjadi dasar acuan untuk melihat
pola komunikasi yang ada dalam sebuah kelompok yaitu: 21
20
21
Morissan, Teori Komunikasi Organisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, Hlm: 34
Ibid, Hlm:49
23
a. Struktur permukaan (Surface Structure)
Struktur permukaan organisasi adalah aktivitas sehari-hari
anggota organisasi. Aktivitas tersebut bukanlah interaksi yang
tidak saling berhubungan atau kebetulan saja. Berbagai
kegiatan tersebut degerekan dari struktur dalam (Deep
structure) organisasi bersangkutan).
b. Struktur dalam (Deep structure)
Struktur organisasi adalah seperti tata bahasa atau pengaturan
structural yang memberikan karakter pada organisasi dan
memandu tindakannya. Struktur dalam adalah suatu jaringan
aturan yang rumit mengenai pola-pola interaksi
yang
diperbolehkan dalam organisasi, kewajiban anggota serta
tanggung jawab yang diharapkan. Struktur adalah aturan moral
atau suatu rasa mengenai bagaimana rasa mengenai bagaimana
sesuatu harus dikerjakan.
Organisasi harus menciptakan jaringan komunikasi yang beragam (Baird,
1997, Kreps, 1990). Yang dimaksud jaringan disini adalah saluran yang
digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan
sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang
menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini
merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam
24
mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi
ini bisa di pandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh
organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.22
Terdapat cukup banyak pemikiran yang membahas cara-cara jaringan
berfungsi dalam organisasinya, misalnya:23
a. Mengontrol aliran informasi
b. Menyatukan orang-orang dengan kepentingan yang sama
c. Membangun interpretasi yang sama
d. Mendorong pengaruh sosial
e. Memungkinkan terjadinya tukar menukar sumber daya
Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, maka tercipta
hubungan (link) atau jaringan yang merupakan garis-garis komunikasi yang saling
berhubungan dan menjadi sebuah pola komunikasi yang membentuk sebuah
aturan baik dapat menjadi formal, ataupun hanya sebuah pola yang informal
namun menjadi hal yang membudaya dalam individu, kelompok, sampai
organisasi. Gagasan yang penting lainnya tentang pola komunikasi yaitu
mengenai jaringan yang relativ stabil diantara interaksi individu.
22
23
Joseph A. Devinto, Komunikasi Antarmanusia, Jakarta: Professional Books, 2009 Hlm: 344
Ibid, Hlm: 54
25
2.2.3 Macam-macam struktur jaringan Pola Komunikasi
Dalam kelompok formal maupun informal pola komunikasi sangat
dibutuhkan untuk terciptanya kelarasan penyaluran pesan dalam setiap individu
yang menjadi bagian dari sebuah kelompok, agar dapat memaksimalkan hasil dan
meminimalisir hal yang tidak diinginkan/ hambatan untuk mencapai tujuan.
Terdapat lima struktur jaringan pola komunikasi:
1. Struktur Lingkaran, struktur lingkaran memiliki pemimpin semua
anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewwnang atau kekuatan
yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa
berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.
2. Struktur Roda, struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu
yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat
mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu,
jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka
pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.
3. Struktur y, struktur ini kurang tersentralisasi disbanding dengan
struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi di bandingkan dengan pola
lainnya. Pada struktur y juga tedapat pemimpin yang jelas, tetapi satu
anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat
mengirimkan data penerima pesan dari dua orang lainnya, ketiga
anggota lainnya komunikasinya terbatas hanyadengan satu orang
lainnya.
26
4. Struktur rantai, struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali,
bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi
dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang
yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari
pada mereka yang berada di posisi lain.
5. Struktur semua saluran, atau pola bintang hampir sama dengan struktur
lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga
memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya,
pola anggota ini memungkinkan adanya partisipasi secara optimum.
Struktur diatas memiliki keunggulan dan kekurangan, dalam sebuah
kelompok atau organisasi struktur jaringan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
kelompok atau organisasi hasilnya akan menghambat arus pesan dalam
komunikasi internal antara masing-masing anggota, ketua kelompok atau
organisasi harus dengan cermat memutuskan jaringan seperti apa yang sesuai
dengan kebutuhan kelompok.24
2.3 Komunikasi Verbal
Komuniasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan verbal
yang di ucapkan menggunakan bahasa dan simbol. Simbol atau pesan verbal
adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat
juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai
24
Joseph A Devito. Komunikasi Antarmanusia, Jakarta : Profesional Books, 2009 Hlm:345
27
perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol
tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Bahasa
terdiri
dari
simbol-simbol
(kata-kata)
dan
aturan-aturan
penggunaannya.bahasa terucapkan terdiri dari simbol-simbol dan suara yang dapat
diwakili benda, perasaan, dan gagasan. Dalam pengertian yang mendasar, bahasa
adalah suatu sistem simbol yang telah diatur, disepakati bersama dan dipelajar,
yang digunakan untuk mewakili pengalaman-pengalaman dalam komunitas
geografik atau cultural tertentu ( Samovar, et, al, 1981:19). 25
Komunikasi verbal merupakan komunikasi dengan menggunakan katakata atau dalam kata lain bahasa, bahasa ini bila digunakan dengan baik dapat
mempengaruhi orang di sekitarnya hanya dengan kata-kata saja. Komunikasi
verbal yang menggunakan bahasa dalam penerapan realitas membuat manusia
menciptakan bagaimana memberi label atau simbolisasi pada dunia.
Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai
aspek realitas individul kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas
kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau
konsep yang diwakili kata-kata itu. Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel
dalam proses abstraksi itu, problemnya menjadi semakin rumit. Berkomunikasi
dengan seseorang dari budaya sendiri, proses abstraksi untuk merepresentasikan
pengalaman jauh lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagi
sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan budaya orang-
25
Daryanto, Ilmu Komunikasi, Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2010 Hlm 101-102
28
orang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda, dan konsekuensinya, proses
abstrasinya juga menyulitkan .26
2.3.1 Asal Usul Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tidak terlepas dari komunikasi.
Alat komunikasi adalah bahasa. Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi diantaranya yaitu bahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.
Hingga kini belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asal usul bahasa.
Hanya teori kontemporer yang mengatkan bahwa bahasa adalah eksistensi
perilaku sosial manusia. Sedangkan yang lain percaya bahawa bahasa verbal
berkembang dari :
a. Suara dasar (basic sound)
b. Gerak gerik tubuh (gestures)
nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon berkomunikasi melalui
simbol-simbol seperti tulang, tanduk dan lain sebagainya sampai ada pada tahap
perkembangan selanutnya, antara 35.000 sampai 40000 tahun lalu, mereka
menggunakan bahasa lisan. Karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa,
mereka mampu membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik
dan mempertahankan diri lebih efektif. Perkembangan bahasa itu menggambarkan
atau mereflesikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat., seperti: kelas (class),
26
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011
Hlm.260-262
29
jenis kelamin (gender), profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat
faktor sosial lainnya.27
2.3.2 Fungsi Bahasa Dalam Kehidupan Manusia
Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti dari penggunaannya untuk
percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang membuat satu sama lain
dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud. Tak hanya dalam bentuk
lisan, tentu saja bahasa juga digunakan dalam bentuk tulisan. Kita sering tidak
menyadari pentingnya bahasa, karena kita sepanjang hidup kita menggunakannya.
Kita baru sadar bahasa itu penting ketika kita menemui jalan buntu dalam
menggunakan bahasa misalnya ketika kita berupaya berkomunikasi dengan orang
yang sama sekali tidak memahami bahasa kita yang membuat kita frustasi, ketika
kita sulit menerjemahkan suatu kata, frase, atau kalimat dari suatu bahasa ke
bahasa lain. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain.
Keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas waktu,
dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan
kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak hanya
pada bahasa yang sama dan makna yang sama kita berikan kepada kata-kata.
Semakin jauh perbedaan antara bahasa bahasa yang kita gunakan dengan bahasa
mitra komunikasi kita semakin sulit bagi kita untuk mencapai saling pengertian.
27
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009 Hlm. 11
30
Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi, kita tidak mungkin
menghadirkan semua objek dari tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.28
Menurut larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi yaitu:
a) Penamaan (naming atau labeling)
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek,
tindakan atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk
dalam komunikasi
b) Interaksi
Fungsi Interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
c) Transmisi
Informasi yang kita terima setiap hari, sejak bangun tidur, tidur kembali,
dari orang lain secara langsung maupun tidak langsung (dari media
massa).29
2.3.3 Keterbatasan Bahasa
Bahasa yang merupakan komunikasi verbal yang digunakan manusia
memiliki porsi 35% dari keseluruhan komunikasi manusia, oleh sebab itu bahasa
mempunyai keterbatasan dalam penggunanya, yakni:
a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
28
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Bandung
268
29
0pcit , Hlm: 112
: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, Hlm. 265-
31
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu:
orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata
merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka
realitas itu sendiri. Dengan demikian kata-kata pada dasarnya bersifat
persial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
b. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual
Kata-kata bersifat ambigu adalah kata yang mempresentasikan persepsi
interpretasi orang-orang yang menganut latar belakang sosial budaya yang
berbeda-beda. Kata berat juga ambigu yang mempunyai makna yang
nuansanya beraneka ragam. Misalnya: “Tubuh orang ini berat”, “Kepala
saya berat”.
c. Kata-kata yang mengandung bias budaya
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat
kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak
mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama. Bahasa
dapat
dipandang
sebagai
perluasan
budaya
dan
setiap
bahasa
menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas
pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakai.30
2.4 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal
karena keduanya itu saling bekerja sama dalam proses komunikasi. Komunikasi
30
Ibid, Hlm: 269-278
32
nonverbal yang digunakan dalam berkomunikasi sudah lama menarik perhatian
para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari bidang
kedokteran. Ada tiga hal yang perlu diingat dalam komunikasi nonverbal yaitu :
1. Interprestasi adalah karakteristik yang kritis dalam komunikasi
nonverbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan stimulus
nonverbal tertentu dengan satu pesan verbal khusus.
2. Komunikasi nonverbal tidaklah merupakan system bahasa tersendiri.
System komunikasi nonverbal terbatas, dan tidaklah memperlihatkan
ketepatan bila hanya digunakan tersendiri.
3. Komunikasi nonverbal dapat dengan mudah ditafsirkan salah karena
adanya perbedaan dalam kebudayaan di antara sesama kita. Nilai
komunikasi
nonverbal
tidaklah
terletak
sebagai
pengganti,
pertukaran, pesan tulisan tetapi sebagai satu jaringan yang
menyokong.
Pemberian arti terhadap komunikasi nonverbal sangat dipengaruhi oleh
system sosial budaya masyarakat yang menggunakannya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa memang kita berkomunikasi dengan kata-kata, tetapi arti
dari pesan itu bukanlah terletak pada kata tersebut, 93 % dari arti pesan diterima
dari komunikasi nonverbal yang melatarbelakangi komunikasi verbal dan hanya
7% dari pesan verbal.
33
Secara terinci adalah 7% dari pesan verbal, 38% dari nada suara atau
infleksi, 55% dari ekspresi wajah, gerakan tubuh dan kepala atau sikap. Dari
penelitian ini jelas bahwa komunikasi nonverbal sangat membantu dalam
menginterprestasikan arti pesan verbal. Tetapi kalau pesan nonverbal saja
tersendiri yang dikirimkan akan sulit menginterprestasikannya dengan tepat.31
2.4.1
Fungsi Komunikasi Nonverbal
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal berbeda dalam banyak hal
namun kedua bentuk komunikasi itu seringkali bekerja sama, atau dengan kata
lain komunikasi nonverbal ini mempunyi fungsi. Menurut Mark Knapp (1978)
menyebutkan bahwa penggunaan komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi
memiliki fungsi untuk :32
a. Meyakinkan apa yang diucapkan (repetition).
b. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan
dengan kata-kata (substitution).
c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya
(identity).
d. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.
31
32
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, Hlm.132
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, Hlm.104
34
Pemaknaan terhadap perilaku nonverbal dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan yaitu: immediacy, status, dan respon siveness. 33
2.4.2 Klasifikasi Pesan Nonverbal
2.4.2.1 Kinesik
Kinesik adalah komunikasi nonverbal yang yang ditunjukkan oleh gerakgerak badan. Gerak-gerak badan bisa dibedakan atas lima macam yaitu :
1. Emblems ialah isyarat yang berarti langsung pada simbol yang dibuatoleh
gerakan badan.
2. Illustrators ialah isyarat yang dibuatkan dengan gerakan-gerakan badan
untuk menjelaskan sesuatu.
3. Affectdisplays ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan
emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka.
4. Regulators ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala.
5. Adaptory ialah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkel
2.4.2.2 Sentuhan
Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan,
seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multimakna, dapat menggantikan
seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan,
cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, dan rabaan yang disosialisasikan
33
Liliweri, Alo. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994 Hlm.12
35
dengan sentuhan. Sentuhan tidak bersifat acak, melainkan suatu strategis
komunikasi yang penting. Menurut Heslin, terdapat lima katagori sentuhan, yang
merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat
personal. Katagori-katagori tersebut adalah sebagi berikut ;
a. Fungsional- professional.
b. Social- sopan
c. Persahabatan – kehangatan
d. Cinta- keintiman
e. Rangsangan seksual
Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal, termasuk sentuhan,
bukan hanya bergantung pada budaya tetapi juga ada konteks.
2.4.2.3 Parabahasa
Parabahas, atau vokalika, merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan
yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (Tinggi atau Rendah),
intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vocal ( kejelasan), warna suara,
dialek,
suara
serak,
dan
sebagainya.
Setiapa
karakteristk
suara
ini
mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Riset menunjukkan bahwa pendengar
mempersepsi kepribadian komunikator lewat suara. Tidak berarti bahwa persepsi
mereka akurat, alih-alih mereka memperoleh persepsi tersebut berdasarkan
stereotip yang telah mereka kembangkan. Terkadang kita bosan mendengarkan
36
pembicaraan orang,bukan karena isi pembicarannya, melainkan karna cara
menyampaikannya
yang
lamban
dan
monoton.
Mehrabian
dan
Ferris
menyebutkan bahwa parabahasa adalah terpenting kedua setelah ekspresi wajah
dalam menyampaikan perasaan atau emosi.
2.4.2.4 Penampilan Fisik
Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. Sekitar 40.000
tahun lalu orang-orang purba menggunakan tulang untuk dijadikan kalung dan
hiasan tubuh lainya. Bukti-bukti arkelogis menunjukan bahwa sejak saat itu oragorang sangat peduli dengan tubuh mereka. Setiap orang punya persepsi mengenai
penampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kulitas, bahan, warna) dan
juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan, dan
lain-lain seringkali orang memberikan makna tertentu pada karakteristik fisik
orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan
sebagainya. 34
2.5 Homoseksual
Homo berasal dari istilah latin yang berarti sama. Homoseksualitas adalah
istilah yang digunakan untuk suatu orientasi seksual kepada jenis kelamin yang
sama homoseksual yang dilakukan oleh sesama pria dalam istilah umumnya
disebut gay. Sedangkan, yang dilakukan sesame wanita disebut lesbi. Kaum
34
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011, Hlm. 372-392
37
psikolog memandang perilaku homoseks sebagai perilaku abnormal dan
menyimpang (perverse).
Dalam bahasa Freud diistilahkan sebagai perilaku inverse (perilaku
terbalik), perilaku inverse memiliki kecenderungan berbeda.35 Homoseksual
merupakan penyimpangan arah seksual dimana terjadi ketertarikan terhadap
sesama jenis bila dipandang dari unsur seksual. Bagi kaum homoseksual seolah
sulit untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan diri yang notabennya adalah
kenikmatan seksual.
Kaum homoseksual sangat menutupi diri. Sembunyi-sembunyi dan
menutup diri adalah pilihan satu-satunya bagi mereka lantaran sosial masyarakat
yang belum bisa menerima keberadaan kaumnya. Padahal mereka juga manusia
seperti layaknya mereka, hanya orientasi seksual yang berbeda. Makanya mereka
membentuk komunitas tersendiri dan seolah memiliki dunia sendiri, seperti gay
Ada banyak cara untuk mengenali seorang gay, dari pengakuan sebagian besar
gay, mereka mendapatkan keahlian mengenali kawan jenisnya itu karena jam
terbang.semakin tinggi jam terbang pria gay tersebut,maka semakin besar peluang
kebenaran “insting” nya.36
2.6 Komunitas
Sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang
seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antara
35
Anang Harns Himawan, Bukan Salah Tuhan Mengazab, Solo: PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
2007, Hlm. 68-69
36
Lanang Priaga, Menembus Kaum Gay Jakarta, Jakarta: Abdi Tandur, 2003, Hlm. vii
38
para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.37
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “Kesamaan”
kemudian dapat diturunkan dari “communis” yang berarti “sama, public, dibagi
oleh semua atau banyak”.38 Komunitas dalam sebuah kelompok sosisal dari
beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan
dan habitat yang sama. Dalam kumunitas manusia, individu-individu di dalamnya
dapat memiliki maksud, kepercayaan sumber daya, frefensi, kebutuhan, resiko dan
sejumlah kondisi serupa.
Cassells (1993) mencatat bahwa komunitas memiliki tiga demensi
sekelompok orang, tempat dalam ruang, dan waktu, dan suatu system sosial.
Kelompok orang ini berbagi karakteristik umum yang menghasilkan tujuan
kolektif dan aktivitas. Komunitas memiliki ketetapan lokasi fisik atau geografi.
Beragam jenis batasan menetapkan parameter komunitas. Batasan dan komposisi
orang yang tinggal dalam komunitas bisa berubah sepanjang waktu.
Sebagai suatu sistem sosial, komunitas disusun atas subsistem yang saling
berhubungan, yang pada gilirannya melaksanakan fungsi komunitas. Komunitas
sehat dapat lebih baik meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kelompok
dan individu dari pada komunitas yang tidak sehat (Stanhope dan Lancaster,
1992). Komunitas yang kompeten adalah salah satu bagian interdependen isinya:
37
Hermaway Kertajaya, Karakteristik Entrepreneur, Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008,
Hlm.20 dikutip dari skripsi Adi Gunawan Saputro. Analisis Perilaku Komunikasi verbal dan
nonverbal komunitas lesbian. Jakarta 2013.
38
Ibit, Hlm. 21
39
1. Berkolaborasi dalam mengidentifikasi masalah komunitas
2. Mencapai konsensus pada tujuan dan prioritas
3. Menyetujui cara untuk mencapai tujuan
4. Berkolaborasi dalam melaksanakan tindakan39
2.7 Studi Kasus
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Secara
umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti haya memiliki
sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan
bilaman focus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di
dalam konteks kehidupan nyata.
Studi kasus adalah pengujian intensif, menggunakan berbagai sumber
bukti (yang bisa jadi kualitatif, kuantitatif, atau kedua-duanya) terhadap satu
entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Studi kasus dihubungkan
dengan sebuah lokasi “kasusnya” mungkin sebuah organisasi, sekumpulan orang
seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses isu,
maupun kampanye. Tujuan studi kasus adalah meningkatkan pengetahuan
mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi kontemporer
yang nyata,dalam
konteksnya.40 Selain itu peneliti studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe,
yaitu
39
studi
kasus
eksplanatoris,
eksploratoris,
dan
deskriptif.
Dalam
Eni Novieastari. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC. 2003 Hal:262-263
Cahaya Wiratama, Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing
Communication, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2008 Hlm:162
40
40
penggunaannya peneliti studi kasus perlu memusatkan perhatian pada aspek
pendesainan dan penyelenggaraannya agar lebih mampu menghadapi kritik-kritik
tradisional tertentu terhadap metode pilihannya.41
Studi kasus bisa didasarkan atas enam sumber bukti yang berlainan:
dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan,
dan perangkat-perangkat fisik. Keuntungan dari suatu studi kasus , peneliti akan
mendapatkan gambaran yang luas dan lengkap dari subjek yang diteliti karena
adanya anggapan bahwa sifat-sifat suatu individu merupakan juga gambaran dari
individu lainnya, maka hasil dari studi kasus dengan metode analogi sering
dijadikan hipotesis bagi suatu penelitian yang meliputi daerah dan jumlah
populasi yang lebih luas. Dalam penelitian yang lebih luas ini hipotesis yang
didapatkan lalu diuji secara empiris. Sifat dari studi kasus inilah yang
menyebabkan ia cocok untuk digunakan dalam suatu penelitian eksplorasi.42
41
42
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 Hlm:1
Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002 Hlm:117-118
Download