BAB 2 DATA DAN ANALISA

advertisement
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur
2.1.1 Tinjauan Pustaka
Data dan informasi yang mendukung Tugas Akhir ini diperoleh dari :
- Buku Psikologi Abnormal (Jilid 1 dan 2) yang ditulis oleh Jeffrey S.Nevid,
Spencer A.Rathus, Beverly Greene (2005)
Buku ini adalah buku teks pertama yang sepenuhnya mengintegrasikan
masalah keberagaman, perspektif teoretis, dan kandungan multimedia. Masalah
keberagaman dan multibudaya tidak bisa dipisahkan dari diskusi mengenai
berbagai kelainan/gangguan dan pengobatannya, sehingga materi-materi
mengenai keberagaman sekarang dilebur ke dalam batang tubuh teks dan tidak
dipisahkan ke dalam kotak khusus.
Berbagai perspektif teori disajikan dalam buku ini, sehingga diharapkan
bahwa mahasiswa tidak lagi menganggap hanya ada satu perspektif yang benar
dan yang lain salah. Diperlukan suatu pemahaman yang mengaitkan interaksi
antara faktor-faktor psikologis, sosiobudaya, dan biologis dalam menjelaskan
banyak bentuk perilaku abnormal, termasuk gangguan kecemasan, gangguan
disosiatif, gangguan mood, penyalahgunaan obat-obatan dan ketergantungan, dan
schizophrenia.
-
280 Tanya Jawab Mengenai Kesehatan Mental oleh Dr.Surya Widya, SpKj
Merupakan buku panduan kecil terbitan Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan,
dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan
mental secara umum. Bertujuan memberi informasi bagi mahasiswa fakultas
keperawatan, keluarga penderita gangguan mental, dan penderita gangguan
mental sendiri mengenai kesehatan mental dari berbagai aspek dalam bentuk
tanya jawab singkat.
-
Introduction to Psychology, Clifford T. Morgan, Richard A.King, John R.weisz,
John Schoppler,1986
Buku ini adalah buku textbook bagi mahasiswa jurusan psikologi, baik sarjana
maupun pascasarjana yang memberi overview dari bidang psikologi itu sendiri.
-
Pengantar Psikologi Umum, Sarlito Wirawan Sarwono, 2009
Merupakan buku acuan pokok bagi para mahasiswa jurusan Psikologi dan
pemerhati umum, dengan bahasa yang terstruktur dan mudah dicerna. Membahas
teori dasar psikologi, fungsi-fungsi psikis, interaksi, sampai gangguan mental,
dengan pendekatan budaya Indonesia.
2.1.2 Literatur Internet
Referensi data dari internet diambil dari berbagai situs berikut:
-
http://en.wikipedia.org/ Website ensiklopedia online untuk umum paling besar. Penjelasan yang ada
merupakan hasil kontribusi sukarelawan. Untuk mendapat sumber data yang
lebih bisa dipertanggungjawabkan, dapat mengikuti link referensi dari halaman
Wikipedia yang berkaitan.
-
http://www.disorderscentral.com/ Website yang menyediakan berbagai artikel mengenai gangguan-gangguan
mental atau mental, dengan pendekatan umum yang lebih dekat dengan
kehidupan sehari-hari.
-
http://counsellingresource.com/ Website dari para psikolog dengan bahasan masalah psikologis yang lebih
bersifat klinis. Membahas terapi, gejala, dan obat, serta menyediakan sesi tanya
jawab yang lebih mengarah ke konseling dengan para psikolog.
-
http:// www.phobialist.com/ Membahas gangguan fobia secara spesifik, bagaimana penanganannya, asal
penamaannya, daftar panjang dari fobia yang pernah diderita orang-orang, dan
lainnya menyangkut fobia.
-
http://www.helpguide.org/mental/
Memberikan pemahaman singkat pada masyarakat umum mengenai berbagai
masalah kesehatan mental.
2.1.3 Artikel Pendukung
Kasus Gangguan Mental Ringan Meningkat
JAKARTA, KOMPAS.com — Jumlah penderita gangguan mental di Indonesia saat ini,
menurut data Departemen Kesehatan tahun 2007, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan
kategori gangguan mental ringan 11,6 persen dari populasi dan 0,46 persen menderita
gangguan mental berat.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Mental Indonesia dr Tun Kurniasih
Bastaman, dr.Sp.KJ (K), menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi peningkatan
jumlah penderita gangguan mental ringan. “Secara umum, gangguan mental berat cenderung
stagnan, justru yang ringan mengalami peningkatan,” katanya dalam acara jumpa pers
Konferensi Nasional Psikoterapi 2010, Sabtu (1/5) di Jakarta.
Faktor gaya hidup dan problematikanya, seperti tuntutan hidup dan persaingan yang semakin
tinggi, menjadi pemicu banyaknya penderita gangguan mental ringan. “Kebanyakan yang
datang ke psikiater adalah orang yang depresi dan stres karena problem sehari-hari,” kata dr
Tun.
Orang yang menderita gangguan mental ringan memiliki ciri sering dilanda kecemasan,
gangguan panik, sulit berkonsentrasi, serta gangguan tidur. “Gangguan mental ringan bisa
membuat seseorang jadi tidak produktif dan mengganggu hubungan sosial dengan orang
lain. Karena itu, perlu dikonsultasikan kepada psikiater,” tambah dr Tun.
Dia menambahkan, gangguan mental ringan dan berat memiliki definisi klinis yang berbeda.
Kendati gangguan mental ringan bisa menetap, gangguan mental kategori ini tidak akan
bergeser menjadi gangguan mental berat.
Saat ini masih banyak orang yang enggan memeriksakan diri ke dokter mental karena
kuatnya stigma di masyarakat. “Sebenarnya orang yang mengalami gangguan mental adalah
orang yang sakit, sama saja seperti orang yang sakit diabetes atau jantung. Ada mekanisme
biologinya. Karena itu, jangan dijauhi, tetapi diberikan pertolongan,” ujar dr Tun.
Dalam ilmu mental, gangguan pada seseorang dilihat secara menyeluruh, baik psikis
maupun fisik. Oleh sebab itu, pengobatan juga dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya
obat-obatan, tetapi juga psikoterapi. (Sumber:Kompas.com)
http://www.duniapustaka.org/dunia-kesehatan/kasus-gangguan-mental-ringan-meningkat.html Kesehatan Mental sebagai Prioritas Global
Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan mental. Di Indonesia,
berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang
dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000
ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional.
Mengingat besarnya masalah tersebut, setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari
Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan World Mental Health Day (WMHD) tahun 2009
merupakan Kampanye Kesadaran Global (Global Awareness Campaign) yang bertujuan
untuk melanjutkan harapan menjadikan kesehatan mental sebagai prioritas global (make
mental health health issues a global priority)”.
Peringatan Hari Kesehatan Mental tahun 2009 mengangkat tema Kesehatan Mental di
Pelayanan Kesehatan Primer. Menkes menyebutkan 7 alasan perlunya mengintegrasikan
pelayanan kesehatan mental pada pelayanan primer, yaitu :
-
Beban biaya dan psikis pada keluarga atas gangguan kesehatan mental sangat besar.
-
Masalah kesehatan mental dan masalah kesehatan fisik saling terkait satu sama lain,
tidak bisa dipisahkan.
-
Kesenjangan ketersediaan perawat untuk gangguan mental sangat besar.
-
Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan mental dapat meningkatkan
aksesibilitas.
-
Pelayanan kesehatan mental yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan tingkat
primer dapat meminimalisasi timbulnya stigma dan diskriminasi terhadap masalah
gangguan mental.
-
Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan mental yang dilakukan di Puskesmas
jauh lebih murah daripada biaya pelayanan di Rumah Sakit Mental / Rumah Sakit
Umum.
Mayoritas individu dengan gangguan kesehatan mental yang dirawat pada layanan dasar
menunjukkan hasil yang baik. Menurut Menkes, masalah kesehatan mental adalah masalah
yang sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun
masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi perlu kerja sama
multi sektor.
Direktur Bina Kesehatan Mental dr. H.M. Aminullah dalam laporannya menyatakan,
pelayanan kesehatan mental di pelayanan primer dapat meningkatkan akses masyarakat
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan mental sehingga dapat segera tertangani. Beberapa
Puskesmas di Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pelayanan Keswa dan
menjadikannya sebagai program prioritas.
Beberapa topik yang dibahas tentang :
-
Talk show di TV dan Radio
-
Talk show Psikologi Forensik
-
Seminar dan Pameran
http://www.pusat-intelegensia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=30&Itemid=2
2.1.4 Wawancara dengan Narasumber
Untuk mendapat sudut pandang lebih dalam mengenai topik ini, dilakukan
wawancara dengan Psikiater bagian Litbang Rumah Sakit Mental Dr. Soeharto
Heerdjan, Dr.Pri. Berikut hasil wawancara dengan beliau:
-Apa kebanyakan pasien yang datang ke rumah sakit mental sudah tahu
gangguan mental mereka?
Umumnya penderita gangguan mental tidak menyadari bahwa mereka sakit,
yang terganggu oleh keadaan si penderita biasanya lingkungannya, keluarga,
tetangga, atau temannya. Karena mereka tidak ada insight bahwa mereka sakit.
Karena itu, umumnya mereka dibawa keluarga. Beberapa yang tidak bisa dibawa
keluarga dijemput oleh rumah sakit.
-Menurut Bapak, pengetahuan masyarakat mengenai gangguan mental masih
kurang?
Masih sangat kurang dan sebenarnya mereka sangat memerlukan pengetahuan
tentang itu. Kami tidak menyalahkan masyarakat, karena pemahaman
masyarakat mengenai gangguan mental masih terpengaruh budaya dan tradisi
kita, jadi masyarakat masih menganggap gangguan mental itu akibat guna-guna,
sihir, atau teluh. Bukannya kami mengabaikan hal seperti itu, tapi perlu diberikan
edukasi bahwa pada saat ini, gangguan mental secara medis dapat diatasi, supaya
penderita tidak dibawa setelah terlambat. Umumnya, bila ada anggota keluarga
yang menderita gangguan mental, dibawa ke orang pintar, pastur, kiyai, ahli
keagamaan, untuk didoakan. Setelah beberapa kali cara itu tidak berhasil, baru
dibawa ke rumah sakit mental. Saat itu, penderita sudah sampai tahap parah, bisa
setelah beberapa tahun sampai puluhan tahun. Seandainya penderita dibawa
sedini mungkin, kemungkinan pulihnya (prognosis) mungkin akan lebih baik.
-Dengan unit psikiater keliling dan penyuluhan, kondisi masalah kesehatan
mental di Indonesia sudah lebih baik?
Seharusnya, namun dengan keterbatasan dana, banyaknya pasien dan kurangnya
tenaga kerja, kondisi sekarang masih memprihatinkan. Kami butuh kerja sama
dari semua sektor, dengan keswamas, Dinas Kesehatan, Departemen Sosial, dan
lain-lain, termasuk masyarakat. Masalah kesehatan mental sebenarnya masalah
untuk semua lapisan masyarakat, sama saja seperti kesehatan fisik. Sampai saat
ini, kami baru bisa menggapai lingkungan sekitar di tingkat kelurahan dan yang
membutuhkan.
-Gangguan mental apa yang banyak diderita pasien yang ditangani di sini?
Kebanyakan gangguan mental berat seperti skizofrenia dan bipolar, atau depresi
berat. Biasanya gangguan skizofrenia pertama kali muncul di usia 16-18 tahun,
sedangkan gangguan bipolar usia 20an sampai akhir 30an. Gangguan mental
yang masih belum termasuk kasus berat, seperti gangguan kepribadian, parafilia,
atau gangguan kecemasan, biasanya tidak berobat ke sini.
-Untuk mengetahui gangguan mental yang diderita pasien, bagaimana proses
pemeriksaannya?
Ada prosedur klinisnya yang disebut clinical pathway. Pasien masuk ke
poliklinik, lalu kita lakukan pemeriksaan, dari wawancara, juga ada alat-alat
khusus seperti brainmapping, EEG (untuk memeriksa gelombang otak), MRI,
tapi umumnya tidak perlu. Gangguan mental sifatnya fungsional, jadi umumnya
dilihat dari gejalanya saja bisa diketahui gangguan apa yang diderita.
-Untuk penderita rawat inap dan rawat jalan, apa bedanya?
Dilihat dari parahnya gangguan dan kemampuan keluarga. Pasien rawat inap
tinggal sementara di rumah sakit selama beberapa waktu, biasanya sekitar
beberapa hari sampai satu bulan. Dengan bantuan obat, pasien kebanyakan sudah
hanya dirawat inap kurang dari satu bulan. Pasien rawat jalan datang berobat
rutin ke rumah sakit, tiap minggu atau 2 minggu sekali. Asal rajin minum obat,
pasien bisa pulang.
-Apa semua pasien bisa kembali ke masyarakat?
Tentunya dengan segala kekurangan dan kualitas hidupnya. Tapi, dengan
canggihnya pengobatan saat ini, umumnya semua pasien, 99,9 % pasien, pasti
bisa kembali ke masyarakat.
Selain itu, ada juga wawancara dengan Bu Retno dari bagian humas Rumah Sakit
Mental Dr. Soeharto Heerdjan dan Pak Kanisius dari bagian Kesehatan Mental
Masyarakat Dr. Soeharto Heerdjan. Informasi yang didapat dari wawancara:
-Pasien gangguan mental yang datang untuk mendapat perawatan umumnya
sudah dalam tahap parah. Walaupun mereka tahu ada yang salah, mereka
cenderung merasa malu untuk mengakui hal itu. Oleh karena itu, mereka baru
datang atau dibawa ke rumah sakit ketika gangguan itu sudah tak bisa diatasi
sendiri lagi.
-
Untuk pasien yang sudah ‘sembuh’, bisa kembali ke rumah dengan keluarganya.
Keluarga dan masyarakat diberi penyuluhan mengenai bagaimana merawat
pasien, bagaimana minum obat dan apabila pasien mulai kambuh, dan
sebagainya. Rumah Sakit juga melaporkan ke ketua RT dan Puskesmas, bahwa
pasien sudah aman untuk kembali ke rumah. Selama perlu, pasien masih
mendapat asuhan keperawatan dan terhitung pasien rawat jalan.
-
Stigma di masyarakat mengenai gangguan mental, dimana masyarakat masih
membedakan sekali penderita gangguan mental, membuat pasien terkadang lebih
nyaman di Rumah Sakit.
-
Pada masyarakat yang kurang edukasinya, paham bahwa gangguan mental akibat
ilmu hitam dan harus dihukum masih merebak. Inilah penyebab penderitapenderita gangguan mental di daerah tersebut dipasung.
-
Sudah diadakan berbagai penyuluhan, baik internal maupun eksternal.
Penyuluhan internal diadakan setiap hari Rabu minggu kedua di dalam Rumah
Sakit, ditujukan untuk pasien rawat jalan, mantan pasien, dan keluarga pasien.
Penyuluhan eksternal diadakan di perumahan dan sekolah-sekolah, juga di
daerah bencana alam, untuk mengatasi pasca-trauma dari musibah tersebut.
-
Dengan adanya penyuluhan, respon masyarakat mulai membaik. Tadinya
masyarakat tertawa atau mengejek bila mobil rumah sakit datang untuk
menjemput pasien yang tidak mampu datang ke rumah sakit. Sekarang, beberapa
sudah mulai kritis dan peduli.
-
Belum ada survey untuk memastikan membaiknya respon masyarakat terhadap
penderita gangguan mental, namun banyaknya kunjungan saat penyuluhan
dipercaya menunjukkan hal itu.
-
Isu mengenai gangguan mental pada anggota DPR juga membantu menyadarkan
masyarakat bahwa kesehatan mental itu penting, karena bahkan tokoh
masyarakat pun bisa terkena gangguan mental dan sebaiknya menjalani tes
kesehatan mental sebelum menjabat.
Dari wawancara tersebut, penulis mendapat informasi mengenai pemahaman
masyarakat mengenai gangguan mental yang membantu untuk lebih memahami
dan mendukung tema Tugas Akhir ini.
2.1.5 Survey Lapangan
Untuk lebih mengerti kondisi dan keadaan mengenai tema yang diangkat, dilakukan
kunjungan ke Rumah Sakit Mental Dr. Soeharto Heerdjan, atau yang lebih sering
disebut Rumah Sakit Mental Grogol.
Rumah Sakit Mental Dr.Soeharto Heerdjan terdiri atas beberapa gedung berdasarkan
jenis pelayanannya. Ada Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap, Pelayanan
Kesehatan Mental Masyarakat, dan sebagainya. Berbeda dari citra Rumah Sakit
Mental yang kesannya menyeramkan, suasananya teduh dan tenang. Banyak pasien
yang datang menunggu untuk berkonsultasi di poliklinik. Di sebelahnya, ada Gedung
Instalasi Anak dan Remaja yang apik, ber-AC, dan fasilitasnya baik. Seperti Taman
Kanak-kanak dengan jumlah anak yang lebih sedikit.
Pembagian Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Mental Dr.Soeharto Heerdjan
dilakukan berdasarkan tingkat gangguan mental penderita. Untuk pasien yang baru
masuk, umumnya ditempatkan di ruangan Cempaka untuk diobservasi lebih lanjut.
Pasien gangguan mental yang masih dalam tahap parah, ditempatkan di ruangannya
yang lebih dikontrol. Pasien yang mengalami gangguan fisik berkenaan dengan
gangguan mental yang dideritanya, ditempatkan di ruangan khusus dengan fasilitas
yang diperlukan. Mungkin dengan infus sepanjang hari. Akan tetapi, untuk pasien
yang tidak terlalu berbahaya, pasien dilepas dan pintu ruangan mereka dibuka.
Ruangan-ruangan ini mencakup beberapa bilik dan taman tempat pasien beraktifitas,
dibatasi dengan pagar yang cukup longgar. Suasana ruang rawat inap tersebut asri
dan teduh. Bahkan ada beberapa kucing di dalamnya, untuk menemani pasien. Juga
ada ruang kegiatan untuk rehabilitasi psikososial, dimana fasilitas untuk pelatihan
ketrampilan, kesenian, dan kesenian sangat mendukung pasien melakukan minat dan
bakatnya. Rumah Sakit Mental Dr.Soeharto Heerdjan sangat mendukung
kesembuhan dan kembalinya pasien ke masyarakat.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
2.1.6 Kuesioner
Pertanyaan yang ditanyakan pada 100 responden dari usia jangkauan usia primer
dan sekunder, yaitu 16-65 tahun, adalah sebagai berikut :
- Apakah anda cukup mengerti mengenai gangguan mental?
12 % responden menjawab cukup mengerti
74 % responden menjawab hanya mengerti yang umum-umum saja.
14% responden menjawab kurang mengerti
- Bagaimana deskripsi anda terhadap seorang penderita gangguan mental?
Sebagian besar responden menyebutkan perilaku abnormal yang menjadi
indikasi gangguan mental, dan kebanyakan sepertinya merajuk pada orang gila
yang terlantar di jalanan. Ada juga yang menyebutkan gangguan mental dapat
dilihat dari gangguan komunikasi dan tidak terkontrolnya tingkah laku
seseorang.
Sebagian kecil menyebutkan gejala khusus yang merajuk pada gangguan mental
tertentu secara spesifik. Sebagian responden mengemukakan trauma atau
pengalaman buruk yang menjadi pemicu gangguan mental. Sebagian responden
lainnya menjawab secara ilmiah, bahwa gangguan mental merupakan gangguan
pada kesehatan mental.
- Tolong sebutkan gangguan mental apa saja yang anda ketahui
Sebagian besar responden menyebutkan gangguan mental yang umum seperti
gila, depresi, stress, autisme, skizofernia, paranoid, psikopat, eating disorder.
Sebagian kecil menyebutkan nama-nama gangguan mental yang kurang umum,
seperti bipolar (gangguan mood), OCD, anxiety, phobia (secara spesifik),
paraphilia (secara spesifik), hipokondria, dan lain-lain.
- Sejauh mana anda mengetahui gangguan-gangguan mental tersebut?
56 % responden menjawab hanya tahu namanya.
41 % responden menjawab tahu pengertian dan gejala umumnya.
3% responden menjawab tahu pengertian, gejala, dan perawatannya.
- Darimana anda mendapat informasi mengenai gangguan mental tersebut?
38 % responden menjawab Koran/majalah
28 % responden menjawab Buku Fiksi (Novel,Novel Grafis,Komik,Cerita
Pendek,dsb)
27% responden menjawab Buku Non-Fiksi (Kesehatan,Psikologi,Kisah
Nyata,dsb)
52 % responden menjawab TV
46 % responden menjawab internet
32% responden menjawab kenalan/kerabat
- Apakah anda mengenal seseorang dengan gangguan mental?
65 % responden menjawab tidak.
32 % responden menjawab ya, tapi hanya gangguan mental ringan.
3% responden menjawab ya, dengan gangguan mental berat.
- Bagaimana perasaan dan sikap anda terhadap orang dengan gangguan mental
yang anda tahu tersebut?
25 % responden menjawab takut.
43 % responden menjawab kasihan
15% responden menjawab enggan/menjaga jarak
13% responden menjawab ingin membantu
20 % responden menjawab bingung
13% responden menjawab tidak mau berurusan
- Apakah anda ingin mengetahui lebih jauh mengenai gangguan-gangguan
mental?
33 % responden menjawab tidak, tidak tertarik dengan topik tersebut.
7 % responden menjawab tidak,takut dengan hal seperti itu.
24% responden menjawab ya, tertarik dengan topic tersebut
36 % responden menjawab ya, penting untuk diketahui
- Informasi apa yang ingin anda ketahui tentang gangguan-gangguan mental,
yang menurut anda penting untuk diketahui masyarakat?
60 % responden menjawab gejala..
68% responden menjawab penyebab.
70% responden menjawab penanggulangan
30 % responden menjawab asal usul penyakit
60 % responden menjawab gejala..
68% responden menjawab penyebab.
16% responden menjawab profil umum penderita
41% responden menjawab sudut pandang penderita
2.2 Data Pendukung
2.2.1 Definisi Gangguan mental
Menurut DSM-IV
yang dikeluarkan American Psychiatric Association,
Gangguan mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak
secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan yang
menyakitkan atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsifungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting.
2.2.2 Psikologi Abnormal
Di dalam psikologi, dikenal perilaku-perilaku yang menyimpang dari perilaku
yang normal sebagai gejala dari gangguan mental. Penyimpangan perilaku ini dapat
disebabkan oleh adanya kelainan psikis pada orang yang bersangkutan, tetapi bisa
juga disebabkan karena adanya stressor (sumber stres) yang datang dari luar, atau,
perubahan sosial yang mengubah kriteria normal-tidak normal. Cabang psikologi
yang khusus mempelajari gangguan mental ini disebut Psikopatologi atau Psikologi
Abnormal, sedangkan usaha-usaha untuk memperbaiki atau menyembuhkan
kelainan-kelainan ini dilakukan dalam Psikologi klinis.
Perilaku menyimpang ini seringkali tidak mendapatkan perhatian. Hanya sedikit
orang dari keseluruhan populasi yang pernah dirujuk ke rumah sakit mental.
Kebanyakan orang, bahkan yang sebenarnya bermasalah psikologis pun, tidak
pernah mencari bantuan psikolog ataupun psikiater. Kebanyakan dari kita memiliki
kerabat yang kita sebut eksentrik, tetapi hanya sedikit yang punya kerabat yang
benar-benar aneh. Namun, sebenarnya, perilaku menyimpang sangat dekat dengan
kehidupan kita sehari-hari. Pola perilaku yang menyimpang meliputi gangguan
fungsi psikologis atau gangguan mental. Istilah penyakit mental secara kolektif
mengacu pada semua gangguan mental yang dapat didiagnosis, termasuk gangguan
kecemasan, gangguan mood, skizofernia, disfungsi seksual, dan gangguan
penyalahgunaan zat. Jika kita membatasi definisi di antara kita tentang perilaku
abnormal pada gangguan mental yang dapat didiagnosis, berarti satu dari dua orang
di antara kita secara langsung telah mengalaminya. Gangguan psikologis paling
banyak dialami oleh orang-orang berusia antara 25-32 tahun dan menurun seiring
bertambahnya usia. Masalah yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi lebih
umum terjadi pada wanita. Masalah penyalahgunaan alkohol dan zat-zat lebih umum
terjadi pada laki-laki.
Perilaku yang menyimpang adalah respon psikologis yang tidak sesuai dengan
situasi atau tingkat keseriusan masalah. Menurut buku Psikologi Abnormal, yang
ditulis Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, kriteria yang umum
digunakan untuk mengidentifikasikan perilaku abnormal:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perilaku yang tidak biasa.
Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial dan melanggar norma sosial.
Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas.
Orang-orang tersebut berada dalam stres personal yang signifikan.
Perilaku maladaptif atau self-defeating.
Perilaku berbahaya.
Mengaitkan perilaku yang menyimpang dengan penyebab supranatural atau halhal gaib disebut model demonologi. Doktrin ini menyebutkan bahwa perilaku
abnormal seseorang disebabkan oleh pengaruh roh jahat atau kekuatan setan.
Masyarakat saat itu meyakini bahwa kekuatan roh atau setan dapat merasuk ke
dalam tubuh seseorang dan mengontrol pikiran serta tubuh orang tersebut.
Demonologi ditemukan di Yunani, Cina, dan Mesir.
Pada zaman Yunani Kuno, orang yang berperilaku menyimpang sering dikirim
ke kuil untuk dipersembahkan pada Aesculapius, yang adalah Dewa Penyembuhan,
karena mereka percaya ketidakwarasan yang menyelimuti pikiran seseorang adalah
hukuman dari dewa. Hipocrates menentang pemikiran tersebut. Ia meyakini bahwa
kesehatan tubuh dan mental tergantung pada keseimbangan cairan tubuh.
Berlebihnya lendir (phlegm) menyebabkan orang tidak bertenaga, berlebihnya cairan
empedu hitam menyebabkan depresi atau melankolia, terlalu banyak darah
menyebabkan sikap optimistik atau disposisi sanguinis, sementara kelebihan cairan
empedu kuning membuat orang-orang cepat marah atau koleris. Meskipung kita
tidak lagi mengikuti pemikiran Hipocrates, ia memberi pandangan baru bahwa
perilaku normal didasari proses biologis, bukannya supranatural. Hipocrates juga
menggolongkan tiga kategori utama perilaku menyimpang, yaitu melankolia yang
menandai depresi berlebihan, maniak yang mengacu pada kegembiraan yang
berlebihan, dan frenitis untuk perilaku aneh (yang mengarah pada skizofernia).
Selain itu, Hippocrates merupakan pelopor somatogenesis – suatu ide yang
menyebutkan bahwa kondisi soma (tubuh) mempengaruhi pikiran dan perilaku
individu. Jika soma (tubuh) seseorang terganggu, maka pikiran dan perilakunya juga
akan terganggu. Kebalikannya, yaitu psychogenesis – suatu keyakinan bahwa segala
sesuatu tergantung kepada kondisi psikis individu.
Pada zaman pertengahan, tulisan dari mengenai keyakinan bahwa perilaku
abnormal sebagai tanda kerasukan roh jahat atau iblis ditemukan dan dibangkitkan
lagi oleh Gereja. Para pemuka agama pada masa itu melakukan suatu upacara untuk
mengeluarkan pengaruh roh jahat dari tubuh seseorang. Mereka menggunakan
nyanyian mantra atau siksaan terhadap objek tertentu, bisa binatang atau manusia.
Metode tersebut dinamakan exorcism. Pada zaman Renaissance setelahnya,
ketakutan akan roh jahat dan penyihir meningkat. Orang-orang yang diduga penyihir
dihukum mati. Untuk mengetes apakah orang itu benar dirasuki roh jahat, mereka
ditenggelamkan di air, yang tenggelam terbukti tidak bersalah sementara yang
terapung dianggap bersekutu dengan iblis dan dihukum mati. Para ilmuwan sekarang
mengajukan dugaan bahwa orang-orang yang disebut penyihir itu adalah orangorang dengan gangguan mental.
Bagaimana pun, teori Hippocrates tetap berkembang dan di abad 15-16, Rumah
Sakit Mental mulai menyebar di Eropa. Di abad 17-18, beberapa orang seperti JeanBaptiste Pussin, Philippe Pinel, Benjamin Rush, dan Dorothea Dix, berusaha agar
penanganan terhadap penderita gangguan mental lebih manusiawi. Filosofi
penanganan ini disebut terapi moral. Namun, di abad ke 19, muncul sikap apatis
dimana perilaku abnormal dianggap tidak bisa disembuhkan. Rumah sakit mental
menjadi sekitar tempat penitipan dan perawatan yang ada pun kurang baik.
Gerakan Kesehatan Mental Komunitas (Community Mental Health Act) pada
tahun 1963 meminta reformasi sistem kesehatan mental, yang dijawab dengan
didirikannya Sistem Pusat Kesehatan Mental (Community Mental Health Center)
yang berskala nasional. CMCH bertujuan memberikan dukungan dan perawatan bagi
penderita gangguan mental yang dilepaskan dari rumah sakit mental. Hal ini
didukung penemuan obat antipsikotik yang membantu menekan gejala-gejala
skizofernia, yaitu phenothiazines. Penggunaan obat ini memberi harapan akan
penderita gangguan mental, misalnya skizofernia, untuk kembali ke komunitas.
2.2.3 Penggolongan gangguan mental berdasarkan DSM IV-TR
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder merupakan panduan bagi
ahli kesehatan mental, baik psikolog maupun psikiater, yang membahas dan
mengklasifikasikan gangguan mental dan membantu diagnosis masalah kesehatan
mental. DSM diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) dan saat ini
sudah diterbitkan sampai versi keempat.
Penggunaan DSM sebagai panduan internasional mengundang kontroversi
karena DSM dibuat berdasarkan kasus-kasus di Amerika Serikat, sehingga
dikembangkan versi internasional dari DSM, yang dimasukkan dalam bab Mental
Disorders pada buku International Statistical Classification of Disease (ICD) yang
dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO).
Penggolongan DSM mengacu pada sistem poros ganda (multi-axial system),
yaitu pada aspek-aspek yang terganggu atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
yang terbagi atas:
-Poros I : gangguan klinis, termasuk gangguan utama dan gangguan dalam
perkembangan mental dan gangguan belajar.
-Poros II : gangguan mengenai kondisi kepribadian, maupun gangguan
keterbelakangan mental.
-Poros III : kondisi medis dan gangguan fisik yang akut, seperti benturan atau
luka pada otak dan gangguan media yang memperparah gangguan atau
menimbulkan gejala baru yang mirip dengan gangguan mental yang lain.
-Poros IV : faktor-faktor psikososial dan lingkungan yang ikut menyebabkan
terjadinya gangguan.
-Poros V : asesmen atau skala fungsi untuk anak-anak di bawah 18 tahun yang
berlaku global.
2.2.4 Media buku
Menurut Wikipedia, buku adalah kumpulan lembaran dari kertas atau bahan lain
yang berisi tulisan, hasil print atau cetakan, ilustrasi, atau halaman kosong, yang
dijilid menjadi satu pada salah satu sisinya.
Menurut Yongki Safanayong dalam bukunya Desain Komunikasi Visual
Terpadu, manual desain untuk publikasi (buku) terdiri atas:
•
Cover
Hardcover dan softcover (paperback), yang mencakup:
o Jaket buku (untuk hardcover)
o Cover depan/muka
- Judul, subjudul, penulis, logo penerbit, judul seri
o Punggung buku (tulisan dibaca dari atas ke bawah)
- Judul, penulis, logo penerbit
o Cover belakang
- Biografi penulis dan blurb, barcode dan ISBN/ISSN
o Flap jaket
- Uraian singkat atau teaser copy (pada flap depan)
-Biografi penulis dan potret (pada flap belakang)
-ISBN
o Endpaper atau inside cover depan dan belakang.
•
Halaman-halaman pendahuluan (preliminary)
o Preliminary blank atau Flyleaf
o Half-title atau bastard
- Judul (umumnya diletakkan setelah endpaper)
- Review, uraian singkat penulis atau teaser copy
o Frontispiece (contoh: left of title page)
- Sebuah gambar dengan keterangan (caption)
- Halaman setelah half title
o Halaman Judul (title page)
- Judul, subjudul, judul seri, dan penulis
-Penerbit, tempat publikasi
o Halaman imprint (verso of title page) - Pemilik hak cipta, tahun publikasi
- Informasi cetak ulang : nomor cetak ulang, tanggal
- ISBN
- Detail produksi (editor, desainer, manajer produksi, percetakan,dll)
o
o
o
o
o
o
o
o
•
- Colophon (bisa di bagian depan atau belakang) : detail tipografi dan
reproduksi (jenis huruf dan kertas yang digunakan, proses percetakan,
edisi, fotografi, desain )
Dedikasi atau kuotasi
Foreword (oleh penulis tamu)
Daftar isi, daftar ilustrasi, daftar tabel
Kata pengantar (alasan buku ini ditulis oleh penulis atau penulis tamu)
Penghargaan (pada kontributor atau penasehat)
Petunjuk penggunaan buku (optional)
Pendahuluan
Glosari atau daftar istilah penting
Teks
Dibagi dalam bab. Halaman 1 dihitung mulai dari sini, umumnya dimulai dari
sebelah kanan (recto), bisa juga bagian dari judul, sehingga apabila bab mulai
dari halaman recto, halaman 3 menjadi halaman teks pertama sesungguhnya.
Apabila halaman bab dimulai pada verso, halaman 2 yang menjadi halaman teks
pertama sesungguhnya. Halaman sub judul selalu dimulai pada halaman kanan
(recto) dan sering kali diberi warna blok penuh untuk dikenali saat buku dibuka
dengan cepat.
•
Endm
matter
o
o
o
o
o
o
Informasi tambahan (suplement)
(
Appendixx
Referensii (bisa juga diletakkan
d
d akhir tiap bab)
di
b
Sumber ilustrasi
i
Bibliograafi
Indeks
Struk
ktur buku
1. Kertass pengikat buku 2. Flap 3. Endpaaper 4. Sampu
ul buku 5. Tepi b
buku atas 6. Tepi b
buku sampingg 7. Tepi b
buku bawah 8. Halam
man kanan, reecto 9. Halam
man kiri, verso
o 10. Gutter ku berdasarkkan isinya :
Jenis buk
•
Fiksii
Sebaagian buku yang
y
ada saatt ini adalah buku
b
fiksi, berupa
b
karanngan atau
fantaasi, yang berrtujuan sebaggai hiburan. Buku fiksi sendiri
s
terbaggi menjadi
berbaagai genre. Novel
N
adalahh bentuk paling umum dari
d buku nonnfiksi. Pada
komiik dan novell grafis, ceritta disampaikkan dengan ilustrasi.
i
•
Non--fiksi
Buku
u referensi merupakan
m
coontoh palingg umum, yanng memberi informasi
i
dalam
m berbagai bentuk,
b
misaalnya almanaak, ensiklopeedia, kamus,,atlas, buku
pand
duan, petunjuuk manual, dan
d lain-lain.
•
Lainnya
Buku yang tidak termasuk fiksi dan non-fiksi, misalnya album, buku pujian di
gereja, atau buku doa.
2.3 Karakteristik Produk
2.3.1 Sinopsis
Produk berupa buku non-fiksi untuk publikasi mengenai gangguan mental ini,
dengan penjelasan mengenai gejala, penyebab/asal-usul, profil penderita, dan
saran penanganan, yang didukung dengan ilustrasi dan infografik. Memiliki
sinopsis sebagai berikut:
Dari Paranoid, Anti-sosial, Phobia, Skizofrenia, Bipolar, Autisme,
Hipokondria, dan masih banyak lagi. Buku ini membahas jenis-jenis gangguan
mental untuk menjadi referensi bagi pembaca dalam memahami masalah
kesehatan mental, yang seringkali tabu untuk dibicarakan. Gangguan mental
adalah kondisi kompleks yang dipengaruhi kondisi otak, mood, dan keadaan
psikologis seseorang. Tanda-tanda yang terlihat dapat terlihat mirip namun
mengarah ke gangguan yang sama sekali berbeda. Dengan mengetahui jenis-jenis
gangguan mental lebih jauh, diharapkan pembaca dapat mendeteksi gangguan
mental sedini mungkin dan mendapat perawatan yang tepat. Pemahaman ini juga
diharapkan dapat mengurangi stigma negatif terhadap gangguan mental, dengan
menyadari bahwa gangguan mental adalah kondisi kesehatan ilmiah yang
memerlukan penanganan.
2.3.2 Daftar Isi
Pendahuluan
I. Abnormalitas
-Kriteria abnormal
-Berbagai perspektif
-Praktisi dan terapi
-Stres
-Stres pada Tubuh
II. Gangguan Mental
-Penggolongan gangguan mental menurut DSM
-Skala Penilaian Global
*Kecemasan
-Gangguan panik
-Gangguan kecemasan menyeluruh
-Gangguan fobia
-Gangguan obsesif-kompulsif
* Dissosiatif
-Gangguan identitas disosiatif (kepribadian ganda)
-Gangguan amnesia disosiatif
-Fugue disosiatif
-Depersonalisasi
* Somatoform
-Gangguan konversi
-Gangguan dismorfik tubuh
-Hipokondriasis
*Mood
-Gangguan depresi
-Gangguan distimik
-Gangguan bipolar
-Gangguan sikliotimik
*Kepribadian
-Gangguan kepribadian paranoid
- Gangguan kepribadian skizoid
-Gangguan kepribadian skizotipal
-Gangguan kepribadian antisosial
-Gangguan kepribadian ambang
-Gangguan kepribadian histrionik
-Gangguan kepribadian narsistik
-Gangguan kepribadian menghindar
-Gangguan kepribadian depeden
-Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
* Ketergantungan zat
-Penyalahgunaan zat
-Obat yang disalahgunakan
-Ketergantungan
* Gangguan makan
-Anoreksia nervosa
-Bulimia nervosa
-Gangguan makan berlebihan
*Gangguan tidur
-Dissomnia, yang terdiri dari Insomnia, hipersomnia, dan narkolepsi
-Parasomnia, yang terdiri dari mimpi buruk, gangguan teror dalam tidur,
gangguan berjalan sambil tidur
*Identitas Gender and Seksualitas
-Gangguan identitas gender
-Homofobia
-Parafilia
-Disfungsi seksual
*Skizofrenia
-Skizofrenia
-Psikosis
*Anak dan Remaja
-Gangguan perkembangan pervasif (autisme, rett. Asperger)
-Retardasi mental
-Gangguan ADHD
-Disleksia
*Kognitif
- Delirium (akibat gangguan medis, intoksikasi zat, putus zat)
-Demensia (tipe alzeimer, vascular, akibat penyakit, akibat trauma kepala)
-Gangguan Amnestik (akibat kondisi medis, akibat zat).
2.3.3 Data Penyelenggara
PT. Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 33-37, Lt. 2-3
Jakarta 10270
www.gramedia.com
Gramedia Pustaka Utama adalah anak perusahaan dari kelompok Kompas
Gramedia yang mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Dengan misi “Ikut
mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta masyarakat Indonesia” ,
Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi agen pembaruan bagi
bangsa ini dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang berkualitas, yang
memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas
berpikir.
Melalui pengalaman jatuh-bangun dan melihat kebutuhan pasar, Gramedia
Pustaka Utama akhirnya mengkonsentrasikan diri untuk menggarap dua bidang
utama, yakni fiksi dan non-fiksi. Bidang fiksi dibagi menjadi fiksi anak-anak dan
pra-remaja, remaja, dewasa. Bidang non-fiksi dibagi menjadi humaniora,
pengembangan diri, bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris/ELT, kamus dan
referensi, sains dan teknologi, kesehatan, kewanitaan, dsb.
2.3.4 Target Konsumen
a. Target Primer
Demografi
-Usia
: 21-35 tahun
-Jenis Kelamin
: Laki-laki dan perempuan
-Pendidikan
: SMA, Perguruan Tinggi
-Kelas Ekonomi
: Menengah ke atas (SES B-A+)
Geografi
-Domisili
: Kota Besar
-Letak
:Jakarta dan sekitarnya
Psikografi
-Personality
: Berpikiran kritis;
Tertarik untuk mempelajari hal-hal baru;
Peduli pada kesehatan;
Peduli dengan orang lain dan sekitarnya;
Mudah Simpatik;
Profesional dan mementingkan etos kerja;
Tertarik dengan psikologi;
-Behavior
: Suka membaca;
Mengikuti berita dan perkembangan jaman;
Berbicara hal-hal yang kritis;
Lebih memilih hal-hal idealis daripada praktis;
Mementingkan kualitas;
Peduli lingkungan
-Lifestyle
: Bekerja atau sedang menyelesaikan kuliah ;
Mengoleksi buku; Tertarik dengan film dan
buku yang penikmatnya berpikir, seperti
Inception, Shutter Island, Silence of the Lamb;
Suka ke toko buku dan perpustakaan; Bersikap
positif terhadap gerakan peduli lingkungan,
seperti Earth Hour, Go Green, dll; Membaca
artikel yang menambah pengetahuan di koran,
majalah, dan internet;
b. Target Sekunder
Demografi
-Usia
: 16-65 tahun
-Jenis Kelamin
: Laki-laki dan perempuan
-Pendidikan
: SMA, Perguruan Tinggi, Pascasarjana
-Kelas Ekonomi
: Menengah ke atas (SES A-B)
Geografi
-Domisili
: Kota Besar
-Letak
: seluruh Indonesia
Psikografi
- Personality
: Memiliki sifat bertanggung jawab yang tinggi;
Bersikap ingin tahu terhadap hal yang dihadapinya;
Memperhatikan teman dan keluarga;
Menganggap penting kesehatan mental;
Empatik dan simpatik pada penderita gangguan mental;
- Behavior
: Suka membaca; Mengutamakan tanggung jawabnya
terhadap keluarga dan kerabat; Kritis, analitis ,dan
cepat tanggap; Lebih memilih hal yang penting
daripada bersenang-senang,
- Lifestyle
: Memiliki kerabat atau kenalan yang menderita
gangguan mental; Mencari tahu tentang gangguangangguan mental; Ikut mendampingi keluarga yang
membutuhkan; Serius dalam sekolah, kuliah, maupun
pekerjaan
2.3.5 Kompetitor
2.3.5.1. Kompetitor berdasarkan tema buku
-50 Signs of Mental Illness
Ditulis oleh James Whitney Hicks M, D, dari Yale University PressHealth and Wealthness. Merupakan buku panduan untuk memahami
kesehatan mental. Membahas 50 gejala yang dapat mengarah ke
gangguan mental untuk membuat pembaca lebih kritis dalam
menganalisa sikap-sikapnya. Dari kemarahan, antisosial, delusi,
depresi, ketakutan, halusinasi, iri hati, obsesi, panik, masalah
kepercayaan diri, masalah tidur, keinginan bunuh diri, trauma, dan
masih banyak lagi. Semuanya dipaparkan secara singkat dengan
contoh skenario dan bagaimana menghadapi gejala-gejala tersebut.
- Solusi Praktis: Mengenali, Mengatasi,dan Mengantisipasi Depresi
Ditulis oleh Dr. Rebecca Fox-Spencer dan Profesor Allan Young.
Untuk terjemahan bahasa Indonesianya, diterjemahkan oleh dr.
Winardini. Ketika mengalami stres, kegagalan, penolakan, pengucilan,
atau kehilangan seseorang, kadang sulit membedakan mana kondisi
"jatuh" yang normal dan mana yang tidak-yang disebut depresi. Untuk
menjaga kesehatan mental, perlu mengenali rambu-rambu depresi
dengan benar. Buku ini membahas mengenai gejala depresi, penyebab
depresi, hubungan pola makan dengan depresi, cara mengendalikan
dan menangani depresi, cara kerja obat antidepresan, dan berbagai
pilihan terapi.
- Serba-Serbi Anak Autis
Ditulis oleh D.S.Prasetyono. Buku ini menjelaskan gejala-gejala tubuh
yang mengarah ke autisme pada anak. Buku yang sangat lengkap
mengupas seluk-beluk anak autis ini ditujukan untuk memberi
informasi tentang autisme, cara melakukan diagnosis, dan sekaligus
melakukan terapi yang paling tepat dan bijak, agar tidak salah dalam
memperlakukan dan menangani anak autis, seperti menjauhi,
mengasingkan, atau bahkan mengisolasi si anak.
2.3.5.2. Kompetitor berdasarkan pendekatan buku
- Ensiklopedia Tubuh Manusia
Sebuah Panduan Berilustrasi Mengenai Struktur, Fungsi dan Kelainan
Tubuh Manusia oleh Steve Parker yang diterbitkan Erlangga.
Membahas setiap sistem tubuh manusia, mulai dari kerangka hingga
kulit, rambut, dan kuku. Juga semua aspek yang berkaitan dengan
fungsi tubuh - misalnya bagaimana jantung berdenyut, bagaimana kita
bernapas, bagaimana kita melihat, mendengar, dan merasa, serta
bagaimana tubuh melindungi dirinya sendiri. Proses dalam tubuh yang
sangat rumit dan tak terlihat oleh mata telanjang, seperti bagaimana
impuls syaraf berjalan, digambarkan dengan jelas melalui ilustrasi
yang memukau. Buku panduan ini juga membahas lebih dari 200
penyakit umum dan kelainan yang dijelaskan dan diilustrasikan secara
terperinci.
- The Hypochondriac's Pocket Guide to Horrible Diseases You
Probably Already Have
Oleh Dennis DiClaudio. Membahas 50 macam penyakit yang aneh dan
menyakitkan, dengan penulisan yang lebih ringan serta jenaka.
Informasi yang disampaikan cukup lengkap, dari penjelasan, daftar
gejala, penanganan, kemungkinan sembuh, dan untuk yang belum
menderita—cara mencegah penyakit tersebut. Buku ini dapat menjadi
referensi bagi pembaca mengenai penyakit-penyakit tersebut, dan
sekaligus menghibur.
2.3.6 SWOT
2.3.6.1. Strength
- Belum adanya buku lokal serupa, mengenai pembahasan berbagai
gangguan mental yang diperuntukkan bagi umum. Kompetitor
umumnya hanya membahas gangguan mental spesifik, misalnya
stress, depresi, autisme, dll.
-Pembahasannya praktis, padat dan jelas sehingga lebih mudah dicerna
dan cocok untuk masyarakat umum.
2.3.6.2. Weakness
-Harga relatif mahal, sehingga membatasi kelas ekonomi target
audience.
-Pembahasan dari masing-masing gangguan mental hanya bersifat
general, karena fungsinya hanya sebagai panduan umum.
2.3.6.3. Opportunities
- Tema tentang gangguan mental memang perlu untuk diangkat saat
ini, berkenaan dengan angka gangguan mental dan kasus bunuh diri
yang terus meningkat.
-Berbagai penyuluhan kesehatan mental dan berita-berita mengenai
anggota DPR yang mengalami gangguan mental, mulai diadakannya
hotline khusus keluhan untuk keinginan bunuh diri (500-454), berita
mengenai penderita gangguan mental yang dipasung, menjadikan
gangguan mental topik yang sedang hangat.
- Lebih bisa diterima masyarakat awam dibanding pengantar psikologi
umum lainnya yang cenderung ditujukan pada kalangan di bidang
psikologi.
-Kemungkinan buku untuk menarik para peminat psikologi.
2.3.6.4. Threat:
-Adanya kemungkinan kurangnya ketertarikan masyarakat, karena
mereka belum aware terhadap kesehatan mental.
- Adanya pandangan skeptis terhadap buku buatan lokal.
-Saat ini, kebanyakan penyebaran informasi melalui media digital,
sehingga kemungkinan peminat buku berkurang.
-Kurangnya minat baca masyarakat.
Download