PEMELIHARAAN INDUK DAN LARVA IKAN NILA BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK DIO RHEZA RIVANDI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Dio Rheza Rivandi NIM C14100067 4 ABSTRAK DIO RHEZA RIVANDI. Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan JULIE EKASARI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk maupun larva dengan sistem bioflok terhadap kinerja produksi dan ketahanan larva ikan nila. Induk ikan nila dipelihara dengan dua sistem yang berbeda yaitu teknologi bioflok (BFT) dan kontrol (non-BFT). Larva yang dihasilkan dari masing-masing induk selanjutnya dipelihara dalam dua sistem yang berbeda (kontrol dan BFT) untuk melihat kinerja pertumbuhannya. Dengan demikian, uji pertumbuhan meliputi 4 perlakuan yaitu benih yang berasal dari induk yang dipeliharan dengan sistem BFT selanjutnya dipelihara dengan sistem BFT (BFT-BFT), benih Non-BFT dipelihara pada BFT (K-BFT), benih BFT dipelihara pada media Non-BFT (BFT-K), dan benih Non-BFT dipelihara pada media Non-BFT (K-K). Kisaran bobot dan panjang larva nila yang digunakan dalam uji pertumbuhan masing-masing adalah 20-22 mg dan 8,5-11,1 mm. Larva ikan dipelihara dalam wadah plastik yang berjumlah 16 buah dengan volume 2 L selama 14 hari. Uji stres salinitas dilakukan dengan merendam larva yang diambil dari masing-masing bak induk perlakuan ke dalam air laut bersalinitas 35 g/L selama 1 jam. Hasil uji pertumbuhan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan induk dan metoda budidaya larva tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan bobot akhir larva. Sistem pemeliharaan induk dengan teknologi bioflok menghasilkan larva dengan kelangsungan hidup lebih tinggi (P<0,05) daripada larva yang dihasilkan dari sistem non-BFT, terlepas dari metode budidaya larva. Sementara hasil uji stres salinitas menunjukkan bahwa larva yang dihasilkan dari induk BFT lebih tahan terhadap uji salinitas. Kata kunci: bioflok, induk, larva, ikan nila, salinitas ABSTRACT DIO RHEZA RIVANDI. Biofloc-based Rearing on Broodstock and Larvae of Nile Tilapia under guidance of MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan JULIE EKASARI. The purpose of this study was to determine the influence of biofloc technology application on broodstock, growth performance and durability of larvae tilapia. Broodstock of tilapia reared with two different systems Bioflocs Technology (BFT) and non-BFT. The descendants from each broodstock subsequently maintained in two different systems (control and BFT) to examine its growth performance. The growth performance test devided into 4 treatment were BFT seeds reared by BFT system (BFT-BFT), Non-BFT seeds reared at BFT (K-BFT), BFT seeds reared in Non-BFT (BFT-K), and Non-BFT seeds reared in Non-BFT (KK). Tilapia larvae that used in each tank is about 20-22 mg and 8.5 to 11.1 mm. Totally, fish larvae reared in 16 tanks with 2 L volume for 14 days. Salinity stress test carried out by soaking larvae from each broodstock into salinity water 35 g/L for 1 hour. The test showed that the broodstock system and larvae had no significant effect on larval growth, final length and final weights. Biofloc technology produced larvae with higher survival (P < 0,05) than non-BFT system, regardless of the method of cultivation. While the salinity stress test results indicated that larvae produced from BFT is more resistant to environmental challenge. Keywords: bioflocs, broodstock, larvae, nile tilapia, salinity challenge 6 PEMELIHARAAN INDUK DAN LARVA IKAN NILA BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK DIO RHEZA RIVANDI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 8 Judul skripsi : Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok Nama : Dio Rheza Rivandi NIM : C14100067 Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Disetujui oleh Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M. Si Pembimbing I Diketahui oleh Dr. Ir. Sukenda, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus: Julie Ekasari, M. Sc Pembimbing II 10 PRAKATA Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok”. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung sejak bulan November 2013 hingga Maret 2014 yang dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya atas bantuan yang telah diberikan berbagai pihak khususnya kepada: 1. Ayahanda Arif Effendi, Ibunda Sri Wahyuni, serta kakak-adik tercinta Dexa Rivandi dan Dea Rizki Amelinda atas do’a dan kasih sayangnya. 2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi M. Si selaku pembimbing I dan Ibu Julie Ekasari M. Sc sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama ini. 3. Bapak Dr. Alimudin selaku dosen penguji dan Bapak Rahman S. Pi M. Si selaku perwakilan Ketua Program Studi 4. Bapak Wasjan dan Mbak Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan dan Kang Abe di Laboratorium Lingkungan atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian. 5. Nutrikids serta rekan-rekan BDP 47 khususnya untuk Raja Efrianti, Endang Saefudin, Bagus Mukmin, Haris Achmad Nugrahadi, Fendi Bayu Israwan, Riyan Maulana dan Wira Tri Barkah yang telah memberikan banyak bantuan dan kerja sama. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi. Harapannya semoga skripsi ini dapat bermanfaatan untuk pengembangan ilmu akuakultur kedepannya. Bogor, Agustus 2014 Dio Rheza Rivandi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2 METODE ............................................................................................................ 2 Desain Penelitian ....................................................................................... 2 Pemeliharaan Induk ................................................................................... 3 Uji Pemeliharaan Larva ............................................................................. 3 Pengukuran Kualitas Air ........................................................................... 4 Parameter Uji .............................................................................................. 5 Analisis Data .............................................................................................. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 6 Hasil ........................................................................................................... 6 Pembahasan ............................................................................................... 8 KESIMPULAN .................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11 LAMPIRAN ....................................................................................................... 14 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 18 12 DAFTAR TABEL 1 Analisis proksimat pakan larva dan induk ....................................................... 4 2 Kualitas air dalam pemeliharaan larva nila ...................................................... 4 DAFTAR GAMBAR 1 Grafik rancangan penelitian (uji pemeliharaan) ............................................... 2 2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ...................................................................... 6 3 Panjang akhir rata-rata larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol .................................................................................................... 6 4 Laju pertumbuhan harian bobot larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ................................................................................. 7 5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol ............................................................................................. 7 6 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol .................................................................................................... 8 7 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol pada perendaman dengan salinitas 35g/L selama 1 jam dan 24 jam setelah perendaman .................................................. 8 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan molase .......................................................................................... 14 2 Analisis sidik ragam tingkat kelangsungan hidup ........................................... 14 3 Analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian bobot ...................................... 15 4 Analisis sidik ragam pertambahan panjang mutlak ......................................... 15 5 Analisis sidik ragam bobot akhir .................................................................... 16 6 Analisis sidik ragam panjang akhir .................................................................. 17 1 PENDAHULUAN Latar belakang Ikan nila adalah salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi (Fitzsimons dan Gonzales 2005), dimana kebutuhan benih maupun ikan konsumsi dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat seiring dengan perluasan usaha budidaya. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) produksi ikan nila mengalami peningkatan dari 567.078 ton pada tahun 2011 naik menjadi 1,1 juta ton pada tahun 2013. Namun peningkatan produksi ikan nila masih terhambat oleh beberapa kendala yang sampai saat ini masih belum teratasi salah satunya adalah masih rendahnya kualitas dan kuantitas benih. Menurut Sumantadina (1981), jaminan penyediaan benih ikan baik kualitas maupun kuantitas yang memadai merupakan salah satu syarat yang menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan. Kualitas dan penanganan induk sangat penting dalam kaitannya untuk menghasilkan benih yang baik. Rocha (2008) menyatakan bahwa kualitas benih dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nutrien induk dan faktor lingkungan. De Schryver dan Verstraete (2009) menyatakan bahwa prinsip dasar teknologi bioflok (BFT) adalah asimilasi nitrogen anorganik oleh komunitas mikroba heterotrof dalam media budidaya. Biomasa mikroba tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan kembali oleh organisme budidaya sebagai sumber makanan. Dengan demikian akumulasi limbah nitrogen dapat diminimalkan dan pemanfaatan nutrien pakan dapat ditingkatkan. Konversi nitrogen anorganik menjadi bakteri heterotrof dapat dikontrol melalui penambahan karbon organik seperti molase dengan rasio karbon per nitrogen (C/N) tertentu. Pengaturan rasio C/N dalam pakan (10 sampai 20) dianjurkan dalam sistem bioflok (Asaduzzaman et al. 2008; Avnimelech 1999; Ballester et al. 2010; Hargreaves 2006). Penelitian Avnimelech (1999) menunjukkan bahwa pemberian karbohidrat berupa glukosa dan tepung tapioka dalam bak pemeliharaan ikan nila dengan kepadatan 80 ekor/ m3 dapat menurunkan konsentrasi total ammonium nitrogen (TAN) secara nyata. Selain meminimalkan limbah nitrogen yang berpotensi sebagai toksikan bagi organisme budidaya, penerapan teknologi bioflok diketahui membawa manfaat lain diantaranya sebagai sumber pakan, meningkatkan efisiensi pakan, dan mengontrol keberadaan bakteri patogen (Avnimelech 2007; Crab et al. 2007; Little 2008). Salah satu pengaruh positif penerapan teknologi bioflok yang dilaporkan baru-baru ini diantaranya adalah terhadap aspek reproduksi.Ekasari et al. (2013) melaporkan bahwa kinerja reproduksi ikan nila pada perlakuan teknologi bioflok meningkat secara signifikan. Salah satu cara untuk memperoleh benih ikan yang berkualitas yaitu dengan peningkatan performa/ kinerja reproduksi dengan perbaikan kualitas nutrien induk. Dari segi kandungan nutrien, teknologi bioflok (BFT) dapat menjadi sumber pakan tambahan bukan hanya untuk induk tetapi juga untuk perkembangan larva. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bioflok tidak hanya mengandung protein yang tinggi namun juga asam lemak esensial (Ekasari et al. 2010) dan vitamin C (Crab et al. 2012) yang dapat berperan dalam pematangan gonad, peningkatan kualitas dan kuantitas telur (Dabrowski dan Ciereszko 2001). Hasil penelitian Ekasari et al. (2013) juga 2 menunjukkan bahwa jumlah larva yang dihasilkan dari induk yang dipelihara dengan system BFT lebih tinggi daripada kontrol. Namun tidak diketahui apakah peningkatan jumlah larva ini hanya disebabkan oleh peningkatan aktivitas reproduksi atau juga didukung oleh kualitas larva yang lebih baik. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk dan larva dengan sistem bioflok terhadap pertumbuhan dan ketahanan larva terhadap perubahan lingkungan. METODE Desain penelitian Penelitian terdari dua tahap yaitu uji pertumbuhan dan uji stress terhadap salinitas tinggi. Variabel yang diuji pada penelitian ini adalah asal induk dan sistem pemeliharaan larva. Dua kelompok induk dipelihara dengan sistem berbeda, dengan teknologi bioflok dan kontrol tanpa bioflok. Sementara sistem pemeliharaan larva terdiri dari dua sistem yang sama seperti pemeliharaan induk yaitu sistem bioflok dan non-bioflok. Perlakuan (dengan 4 ulangan) untuk uji pertumbuhan dalam penelitian ini disajikan pada gambar 1, meliputi: Perlakuan BFT-BFT : benih dari induk bioflok dipelihara dengan media bioflok Perlakuan BFT-K : benih dari induk bioflok dipelihara dengan media nonbioflok Perlakuan K-BFT : benih dari induk non bioflok dipelihara dengan media bioflok Perlakuan K-K : benih dari induk non bioflok dipelihara dengan media non-bioflok Induk Induk Bioflok Larva dipelihara dalam media bioflok (BFT-BFT) Larva dipelihara dalam media non-bioflok (BFT-K) Induk Non-Bioflok Larva dipelihara dalam media bioflok (K-BFT) Larva dipelihara dalam media non-bioflok (K-K) Gambar 1 Grafik Rancangan Penelitan (Uji Pemeliharaan) Sementara pada uji salinitas, benih diambil langsung dari bak induk dan dibandingkan kelangsungan hidupnya setelah diuji pada salinitas tinggi. 3 Pemeliharaan Induk Pemeliharan induk ikan nila diawali dengan kegiatan persiapan wadah. Wadah pemeliharaan induk yang digunakan berupa bak dengan ukuran 2 m x 3 m x 0.7 m sebanyak 2 unit yang diisi air dengan ketinggian 50 cm. Wadah perlakuan dilengkapi dengan instalasi aerasi berupa dengan 16 titik aerasi (3 L/menit per titik aerasi). Induk ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain Nirwana berasal dari Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar Wanayasa, Dinas Perikanan dan Kelautan, Provinsi Jawa Barat dengan bobot tubuh 243 ± 27 g. Induk terlebih dahulu diadaptasikan pada bak pemeliharaan hingga stabil dan sudah merespons pakan yang diberikan sebelum diberi perlakuan. Pada tiap unit penelitian dimasukkan induk dengan kepadatan 25 ekor/ bak dengan rasio jantan betina 1:4. Pakan diberikan secara restricted dengan tingkat pemberian pakan 2.5% bobot biomassa per hari. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi pada pukul 09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 Pakan induk yang diberikan yaitu pakan apung komersial dengan komposisi proksimat tertera pada tabel 1. Setelah diberi perlakuan keberadaan larva pada bak induk dicek setiap dua minggu sekali. Sumber karbon organik yang digunakan pada penelitian adalah molase dengan kadar C sebesar 53%. Penambahan molase pada media pemeliharaan berdasarkan perhitungan yang dilakukan Avnimelech (1999) (Lampiran 1). Hasil perhitungan didapat jumlah molase yang ditambahkan pada media pemeliharaan yaitu sebanyak 1 kali dari jumlah pakan yang diberikan. Penambahan molase pada bak induk dilakukan setiap 2 kali sehari 30 menit setelah pemberian pakan. Pemeliharaan Larva Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan larva pada penelitian ini adalah 16 unit wadah platik dengan volume 2 L. Masing-masing wadah diisi dengan 1.5 L air yang diambil dari bak induk sesuai dengan masing-masing perlakuan. Masing-masing wadah dilengkapi dengan instalasi aerasi. Dinding wadah dilapisi plastik berwarna hitam yang berfungsi untuk mengurangi stress pada larva. Larva yang digunakan berasal dari bak induk bioflok dan non bioflok yang sudah diseleksi untuk mendapatkan ukuran yang relatif seragam. Kisaran bobot dan panjang awal larva yang digunakan masing-masing adalah 20 - 22 mg dan 85 – 111 mm. Pada setiap wadah, larva ikan nila didistribusikan secara acak dengan kepadatan 15 ekor/ wadah. Pakan diberikan secara restricted dengan tingkat pemberian pakan awal 40% bobot biomassa per hari (Santiago et al. 1987). Pemberian pakan dilakukan 5 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 10.00, 12.00, 14.00, dan 16.00. Pakan yang digunakan yaitu pakan udang komersial yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Penambahan molase dilakukan setiap hari pada akhir pemberian pakan (sore hari). Uji pertumbuhan dilakukan selama 14 hari. Pada akhir masa pemeliharaan, larva yang hidup dihitung dan dilakukan pengukuran bobot dan panjang akhir untuk menghitung laju pertumbuhan harian bobot dan panjang serta kelangsungan hidup. 4 Tabel 1 Analisis proksimat pakan larva dan induk Komposisi Nutrien Pakan induk (%) Protein 33,00 Lemak 7,04 Air 2 Serat Kasar 5,13 Abu 16,04 1) BETN 36,79 1) Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Pakan Larva (%) 36,18 6,64 8 0,98 9,39 38,81 Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air dengan parameter suhu, pH, DO, TAN, nitrat, nitrit dan alkalinitas dilakukan pada akhir pemeliharaan (Tabel 2). Pengukuran TAN, nitrat dan nitrit dianalisis dengan metode standar APHA, sedangkan pengukuran oksigen terlarut (DO) dan pH dilakukan menggunakan alat DO-meter Lutron DO 5510 dan pH-meter Lutron pH 208. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa kisaran parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini berada pada kisaran batas toleransi bagi ikan nila walaupun pada beberapa parameter berada diluar nilai optimum yang ditetapkan. Tabel 2 Kualitas air dalam pemeliharaan larva nila Parameter Suhu Satuan 0 C Nilai terukur BFT Non-BFT 26,9-27,6 26-27,3 DO pH mg/l Unit 6,4-7,2 7,25-7,92 6,8-7,8 6,87-7,42 Alkalinitas mg/l 48-104 24-40 TAN Nitrat Nitrit mg/l mg/l mg/l 0,42-0,67 0,81-1,62 0,66-2,42 0,92-1,38 0,69-1,27 0,03-0,38 Nilai optimum 25-32 (Hepher dan Pruginin 1981) > 3,0 (Henley 2005) 6,0-9,0 (Popma dan Masser 1999) > 50 (Boyd dan Zimmerman 2000) < 1 (SNI 7550 2009) < 1 (PP No. 82 tahun 2001) 0,1 – 0,7 (Boyd dan Zimmerman 2000) Uji Salinitas Wadah yang digunakan uji salinitas adalah wadah plastik dengan ukuran 2 L sebanyak 12 unit. Untuk masing-masing perlakuan induk dipakai 3 toples (kontrol) dan 3 toples (uji salinitas). Kontrol diisi air tawar (0 g/L) sedangkan untuk uji salinitas dipakai air laut dengan salinitas 35 g/L. Larva yang digunakan berasal dari bak induk perlakuan yang telah diseleksi berdasarkan ukuran. Bobot dan panjang larva yang digunakan masingmasing berkisar antara 15 - 17 mg dan 0.98 – 0.99 cm. Larva nila kemudian dimasukkan ke dalam media bersalinitas sebanyak 20 ekor/wadah. Uji tantang dalam media bersalinitas dilakukan dengan merendam larva ikan selama satu jam dalam media air laut. Ikan yang masih hidup kemudian dipindahkan ke dalam air tawar dibiarkan selama 1 jam lalu dihitung kelangsungan hidupnya. Pengamatan 5 kelangsungan hidup dilanjutkan hingga 24 jam setelah dipindahkan ke dalam air tawar. Parameter uji Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan Zonneveld et al (1991) dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: Kelangsungan hidup = Kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor) Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian untuk bobot dan panjang larva dihitung berdasarkan Huisman (1987) dengan rumus sebagai berikut: [√ Keterangan: LPH Wt Wo t = = = = ] Laju pertumbuhan harian (%) Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor) Bobotrata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor) Periode pemeliharaan (hari) Pertumbuhan panjang mutlak Pertumbuhan pada larva ikan nila dihitung berdasarkan pertumbuhan panjang mutlak dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997): Pm = Lt – L0 Keterangan: Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (mm) Lt = Panjang rata-rata larva nila akhir (mm) L0 = Panjang rata-rata larva nila awal (mm) Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program statistik SPSS 17 portable. Normalitas dan homogenitas ragam diuji dengan Kolmogorov-Smirnovdan Levene’s. Setelah asumsi normalitas dan homogenitas ragam terpenuhi, seluruh data dianalisa dengan menggunakan analisis ragam ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey (P < 0,05). 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Bobot rata-rata akhir (mg/ekor) Pertambahan panjang dan pertambahan bobot serta pertumbuhan larva untuk semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Gambar 2 5) (P < 0,05). 150 a a a BFTxBFT BFTxKontrol a 120 90 60 30 0 KontrolxBFT KontrolxKontrol Gambar 2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) Panjang rata-rata akhir (mm/ekor) 2 a a BFTxBFT BFTxKontrol a a 1,6 1,2 0,8 0,4 0 KontrolxBFT KontrolxKontrol Gambar 3 Panjang akhir rata-rata larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) Laju Pertumbuhan Harian Bobot (%) 7 16 14 a a a a 12 10 8 6 4 2 0 BFTxBFT BFTxKontrol KontrolxBFT KontrolxKontrol Gambar 4 Laju pertumbuhan harian bobot larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) Pertambahan Panjang Mutlak (mm) 60 a a a a 50 40 30 20 10 0 BFTxBFT BFTxKontrol KontrolxBFT KontrolxKontrol Gambar 5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang sama di atas diagram batang menunjukkan tidak berbeda nyata (P < 0,05) Kelangsungan hidup larva yang dihasilkan dari induk yang dipelihara dengan sistem bioflok menunjukkan nilai yang lebih tinggi secara signifikan. Kelangsungan hidup terendah didapat pada kombinasi perlakuan benih kontrol yang dipelihara pada media kontrol (P < 0,05) (Gambar 6), sedangkan kelangsungan hidup tertinggi didapat pada perlakuan kombinasi benih BFT yang dipelihara pada media BFT. 8 a ab 100 Kelangsungan hidup (%) b b 80 60 40 20 0 BFTxBFT BFTxKontrol KontrolxBFT KontrolxKontrol Gambar 6 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) Hasil uji salinitas menunjukkan bahwa larva yang berasal dari induk bioflok lebih tahan terhadap perubahan salinitas daripada larva yang berasal dari induk kontrol (Gambar 7). Kelangsungan hidup (%) 1 jam setelah uji salinitas a 100 24 jam setelah uji salinitas 80 60 x b 40 20 y 0 Benih BFT Benih Kontrol Gambar 7 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol pada perendaman dengan salinitas 35 g/L selama 1 jam dan 24 jam setelah perendaman. Huruf yang berbeda di atas diagram batang dengan pola yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) Pembahasan Laju pertumbuhan harian bobot dan pertambahan panjang mutlak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa media pemeliharaan induk dan metode pemeliharaan larva tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan. Pada penelitian kali ini diduga pertumbuhan yang tidak nyata diakibatkan oleh kebutuhan nutrien yang dibutuhkan oleh larva yang sudah maksimal, sehingga kontribusi bioflok dalam hal ini tidak signifikan. Hal ini didukung oleh laju pertumbuhan larva yang diperoleh dalam penelitian ini yang setara dengan hasil penelitian El Sayed 9 (2002) dan El-Sayed dan Kawanna (2004) yang menggunakan larva ikan nila dengan ukuran awal yang sama dengan kepadatan yang 3 kali lebih rendah. Berdasarkan uji statistik terhadap nilai kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk yang dipelihara pada media bioflok berbeda nyata jika dibandingkan larva yang berasal dari kontrol. Sementara media pemeliharaan larva tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup larva. Hal ini sesuai dengan pernyataan Emerenciano et al. (2011) bahwa bioflok dapat berkontribusi sebagai sumber nutrien bagi induk yang dapat meningkatkan jumlah maupun kualitas telur. Menurut penelitian yang dilakukan McIntosh et al. (2000) kandungan protein pada media bioflok dapat mencapai 43%, lemak 12,5% dan kadar abu dapat mencapai 26,5%. Lemak diketahui sangat berpengaruh sebagai sumber energi untuk aktifitasreproduksi dan sebagai komponen sintesis membran (Kanazawa et al. 1979; Teshima dan Kanazawa 1983; Teshima et al. 1988). Kondisi nutrisi induk berpengaruh pada cadangan nutrisi dan energi yang tersedia bagi larva terutama pada stadia awal ketika larva belum dapat makan sendiri (Mokoginta 1992). Cadangan nutrisi dan energi yang tersedia bagi larva berperan penting terhadap daya tahan larva pada fase awal kehidupannya. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa kontribusi bioflok pada nutrien induk juga berperan dalam peningkatan ketahanan larva sehingga tingkat kelangsungan hidup larva lebih tinggi daripada kontrol. Kelangsungan hidup larva salah satunya ditentukan oleh daya tahan larva terhadap perubahan lingkungan. Salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi daya tahan larva terhadap perubahan lingkungan adalah dengan uji salinitas (Lin et al. 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup pada uji salinitas larva menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pada induk yang dipelihara dengan sistem bioflok menghasilkan larva yang lebih tahan terhadap perubahan salinitas. Pemanfaatan bioflok oleh induk nila diduga mampu meningkatkan kualitas dan kemampuan larva dalam menghadapi perubahan lingkungan. Gunasekera et al. (1995) yang menyatakan bahwa nutrisi induk, salah satunya tingkat protein, dapat mempengaruhi pertumbuhan oosit, kualitas telur dan larva pada ikan nila. Kontribusi nutrisi bioflok terutama lemak diduga mampu meningkatkan kemampuan sel dalam menghadapi perubahan lingkungan terutama perubahan salinitas yang drastis. Selain itu bioflok juga berpotensi sebagai pakan alami bagi larva. Selain mengandung beberapa nutrisi esensial (Tacon 2000), bioflok juga diketahui memberikan kontribusi enzim-enzim pencernaan yang dapat membantu proses pencernaan pakan baik pakan buatan maupun bioflok oleh larva. Pada tahap awal kehidupan ikan, enzim pankreas seperti tripsin, amilase dan lipase, sangat penting untuk pencernaan larva, karena pada tahap ini saluran pencernaan masih belum berfungsi penuh (Zamboino-Infante dan Cahu 2001). Menurut penelitian Xu dan Pan (2012) terdapat beberapa enzim yang mengalami peningkatan aktivitas pada udang yang dipelihara dengan sistem bioflok diantaranya enzim protease dan enzim amilase. Kontribusi enzim pencernaan serta nutrien penting seperti senyawa-senyawa bioaktif seperti vitamin, enzim, fitosterol dan fotopigmen (Linan-Cabello et al. 2002; Burford et al. 2004) diduga dapat berperan dalam penyempurnaan organ tubuh termasuk yang berperan dalam osmoregulasi pada larva. Salze et al. (2008) menyatakan kontribusi nutrien dari mikroflora usus pada 10 larva dapat mempercepat penyempurnaan organ-organ yang berperan dalam osmoregulasi sehingga lebih tahan terhadap perubahan salinitas. KESIMPULAN Pemeliharaan induk dengan sistem bioflok dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas larva ikan nila. 11 DAFTAR PUSTAKA Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture 264: 140-147. Avnimelech Y. 1999. Carbon nitrogen ratio as a control element in aquaculture systems. Aquaculture 176: 227–235. Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ, Huque S, Salam MA, Azim ME, 2008. C/N ratio control and substrate addition for periphyton development jointly enhance freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii production in ponds. Aquaculture 280: 117–123. Ballester ELC, Abreu PC, Cavalli RO, Emerenciano M, Abreu L, Wasielesky W 2010. Effect of practical diets with different protein levels on the performance of Farfantepenaeus paulensis juveniles nursed in a zero exchange suspended microbial flocs intensive sistem. Aquaculture Nutrition 16: 163–172. Boyd C, Zimmerman S. 2000. Grow-out systems –Water Quality and Soil Management. Freshwater Prawn Culture: The Farming of Macrobrachium rosenbergii. Oxford (UK): Blackwell Publishing Ltd. Burford MA, Sellars MJ, Arnold SJ, Crocos PJ, Preston NP. 2004. Contribution of the natural biota associated with substrates to nutritional requirements of the post-larval shrim, Penaeus esculentus (Haswell), in high-density rearing sistems. Aquaculture Research 35: 508-515. Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2007. Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable production. Aquaculture 270: 1-14. Crab R, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2012. Biofloc technology in aquaculture beneficial effects and future challenges. Aquaculture 357: 351356. Dabrowski K, Cierszko A. 2001. Ascorbic acid and reproduction in fish: endocrine regulation and gamete quality. Aquaculture Research 32: 623638. De Schryver P, Verstraete W. 2009. Nitrogen removal from aquaculture pond water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencing batch reactors. Bioresource Technology 100: 1162-1167. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. Ekasari J, Crab R, Verstraete W. 2010. Primary nutritional content of bio-flocs cultured with different organic carbon source and salinitiy. Hayati journal of Bioscience 17: 125-130. Ekasari J, Zairin M, Putri DU, Sari NP, Surawidjaja EH,Bossier P. 2013. Bioflocbased reproductive performance of Nile tilapia Oreochromis niloticus L. broodstock. Aquaculture Research: 1-4 El-Sayed AFM. 2002. Effects of stocking density and feeding levels on growth and feed efficiency of Nile tilapia (Oreochromis sp. L.) fry. Aquaculture Research 33: 621-626. 12 El-Sayed AFM, Kawanna M. 2004. Effects of photoperiod on the performance of farmed Nile tilapia (Oreochromis sp.): I. Growth, feed utilization efficiency and survival of fry and fingerlings. Aquaculture 231: 393-402. Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011.Floc contribution on spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture Research 19: 891-901 Fitzsimmons K, Gonzalez P. 2005. Over view of global trade and markets for tilapia – 2005. World Aquaculture 2005 Book of Abstracts, Bali, Indonesia. Gunasekera RM, Shim KF, Lam TJ. 1995. Effect of dietary protein level on puberty, oosit growth and egg chemical composition in the tilapia, Oreochromis sp. (L.). Aquaculture 134: 169-183. Hargreaves JA. 2006. Photosynthetic suspended-growth sistems in aquaculture. Aquacultural Engineering 34: 344–363. Hepher B, PrugininY. 1981. Commercial fish farming: with special reference to fish culture in Israel.John Wiley and Son. New York. 261 pp. Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Cultureand Fisheries. Wageningen Agricultural University.Wageningen. Netherlands.57-122 pp. Kanazawa A, Teshima S, Ono K. 1979. Relationship between essential fatty acid requirements of aquatic animals and the capacity for bioconversion of linolnic acid to highly unsaturated fatty acids. Comparative Biochemistryand Physiology 63B: 295-298. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rencana srategis kementrian kelautan dan perikanan 2010-2014. Jakarta. Lawson TB. 1995. Fundamentals of Aquacultural Engineering. New York (US): Chapman & Hall. Lin LY, Weng CF, Hwang PP. 2000. Effects of cortisol and salinity challenge on water balance in developing larvae of Tilapia (Oreochromis mossambicus). Chicago Journals 73: 8-10 Linan-Cabello MA, Paniagua-Michel J, Hopkins PM. 2002. Bioactive roles of caratenoids and retinoids in crustaceans. Aquaculture Nutrition 8: 299-309. Little DC, Azim ME. 2008. The biofloc technology (BFT) in indoor tanks: water quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia (Oreochromis sp.). Aquaculture 283: 29-35. McIntosh D, Samocha TM, Jones ER, Lawrenc AL, McKee DA, Horowitz S, Horowitz A. 2000. The effect of a bacterial supplement on the high-density culturing of Litopenaeus vannamei with low-protein diet in outdoor tank system and no water exchange. Aquculture Engineering 21: 215-227. Mokoginta I. 1992. Essential fatty acid requirements of catfish (Clarias batracus Linn.) for broodstock development [Desertasi]. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Popma TJ, Masser M. 1999. Tilapia: life history and biology. Southern Regional Aquaculture Center (USA): United States Department of Agriculture. Rocha MJ. 2008. Fish Reproduction. California (USA): Science Publisher. Salze G, McLean E, Schwarz MH, Craig SR. 2008. Dietary mannan oligosaccharide enhances salinity tolerance and gut development of larval cobia. Aquaculture 274: 148-152 13 Santiago CB, Aldaba MB, Reyes OS. 1987. Influence of feeding rate and diet form on growth and survival of Nile Tilapia (Oreochromis sp.) fry. Aquaculture 64: 277-282. Sumantadinata K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-ikan di Indonesia. Bogor (ID): Sastra Huyada. Suyanto. 1993. Nila. PT. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Tacon, A. 2000. Shrimp feeds and feeding regime in zero exchange outdoor tanks. Global Aquaculture Advocate 3 (2): 15-16 Teshima SI, Kanazawa A, Kushio S, Horinouchi K. 1988.Lipid metabolism in destalked prawn Penaeus japonicas I; induced maturation and accumulation of lipids in the ovaries.Nippon Suisan Gakkaishi 54: 1115-1122. Teshima SI, Kanazawa A. 1983.Variation in lipid composition during the ovarian maturation of the prawn. Bull. Japan Society for the Science. Fish 49 (6): 957-962. Xu WJ, Pan LQ. 2012. Effects of bioflocs on growth performance, digestive enzyme activity and body composition of juvenile Litopenaeus vannamei in zero-water exchange tanks manipulating C/N ratio in feed. Laboratory of Mariculture, Ministry of Education, Ocean University of China. Zambonino-Infane JL, Cahu C. 1994. Development and response to a diet change of some digestive enzymes in sea bass (Dicetrarchus labrax) larvae. Fish Physiology and Biochemistry 12: 399-408. Zonneveld NZA, Huisman EA, Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama, 318 hal. 14 LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan Molase Perhitungan jumlah molase mengacu pada Avnimelech (1999). Catatan : 1. % Nitrogen pakan : 16% 2. % Nitrogen ekskresi nila : 75% 3. % C pakan : 38% Asumsi : ∑ pakan/hari = A ∑ Nitrogen = ∑ pakan/hari x % Nitrogen pakan/hari x % Nitrogen ekskresi = A x (36% x16%) x 75% = 0,043A C/N = 15 C/0,043A = 15 C = 0,648A Kandungan C molase = 53% = (100/53) x 0,645A = 1,22A Jadi molase yang ditambahkan per hari yaitu 1,22 kali pakan. Lampiran 2 Analisis sidik ragam tingkat kelangsungan hidup Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. a 3 818.448 8.337 .003 108900.000 1 108900.000 1109.348 .000 .000 1 .000 .000 1.000 2177.622 1 2177.622 22.183 .001 277.722 1 277.722 2.829 .118 Error 1177.989 12 98.166 Total 112533.333 16 3633.333 15 Corrected Model 2455.344 Intercept Larva INDUK Larva * INDUK Corrected Total a. R Squared = .676 (Adjusted R Squared = .595) Subset for alpha = 0.05 Perlakuan Tukey B a Duncan a N 1 2 3.00 4 66.6675 1.00 4 75.0000 2.00 4 4.00 4 3.00 4 66.6675 1.00 4 75.0000 2.00 4 4.00 4 Sig. 3 75.0000 90.0000 90.0000 98.3325 75.0000 90.0000 90.0000 98.3325 .257 .053 .257 15 Lampiran 3 Analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian bobot Type III Sum of Squares Source df a Corrected Model Intercept INDUK Larva INDUK * Larva Error Total Corrected Total 18.810 2199.610 16.810 1.000 1.000 46.140 2264.560 64.950 Mean Square 3 1 1 1 1 12 16 15 6.270 2199.610 16.810 1.000 1.000 3.845 F 1.631 572.070 4.372 .260 .260 Sig. .234 .000 .058 .619 .619 a. R Squared = .290 (Adjusted R Squared = .112) Subset for alpha = 0.05 Perlakuan Tukey B a Duncan a N 1 1.00 4 10.2000 3.00 4 11.2000 2.00 4 12.7500 4.00 4 12.7500 1.00 4 10.2000 3.00 4 11.2000 2.00 4 12.7500 4.00 4 12.7500 Sig. .113 Lampiran 4 Analisis sidik ragam pertambahan panjang mutlak Source Corrected Model Intercept INDUK Larva INDUK * Larva Error Total Corrected Total Type III Sum of Squares df a .141 220.077 2.500E-5 .141 .000 3.479 223.697 3.620 Mean Square 3 1 1 1 1 12 16 15 .047 220.077 2.500E-5 .141 .000 .290 F .162 759.083 .000 .485 .001 Sig. .920 .000 .993 .499 .978 16 Type III Sum of Squares Source df a Corrected Model Intercept INDUK Larva INDUK * Larva Error Total Corrected Total 18.810 2199.610 16.810 1.000 1.000 46.140 2264.560 64.950 Mean Square 3 1 1 1 1 12 16 15 F 6.270 2199.610 16.810 1.000 1.000 3.845 Sig. 1.631 572.070 4.372 .260 .260 .234 .000 .058 .619 .619 a. R Squared = .039 (Adjusted R Squared = -.201) Subset for alpha = 0.05 Larva Tukey B a a Duncan N 1 PERLAKUAN 4 3.6125 LPH 4 3.6175 SR 4 3.7975 FCR 4 3.8075 PERLAKUAN 4 3.6125 LPH 4 3.6175 SR 4 3.7975 FCR 4 3.8075 Sig. .643 Lampiran 5 Analisis sidik ragam bobot akhir Type III Sum of Squares Source Corrected Model Intercept INDUK Larva INDUK * Larva Error Total Corrected Total df a 903.082 185856.048 298.331 575.508 29.244 9227.688 195986.819 10130.771 Mean Square 3 1 1 1 1 12 16 15 301.027 185856.048 298.331 575.508 29.244 768.974 a. R Squared = .089 (Adjusted R Squared = -.139) Subset for alpha = 0.05 Larva Tukey B a N 1 LPH 4 98.8140 PERLAKUA N 4 104.7463 SR 4 108.1050 FCR 4 119.4450 F .391 241.694 .388 .748 .038 Sig. .761 .000 .545 .404 .849 17 Duncana LPH 4 98.8140 PERLAKUA N 4 104.7463 SR 4 108.1050 FCR 4 119.4450 Sig. .348 Lampiran 6 Analisis sidik ragam panjang akhir Type III Sum of Squares Source Corrected Model Intercept INDUK Larva INDUK * Larva Error Total Corrected Total df a .046 43.484 .019 .027 7.656E-5 .139 43.669 .185 Mean Square 3 1 1 1 1 12 16 15 .015 43.484 .019 .027 7.656E-5 .012 F 1.337 3767.504 1.680 2.323 .007 a. R Squared = .250 (Adjusted R Squared = .063) Subset for alpha = 0.05 Larva Tukey B a Duncan a N 1 LPH 4 1.575 PERLAKUAN 4 1.640 SR 4 1.652 FCR 4 1.727 LPH 4 1.575 PERLAKUAN 4 1.640 SR 4 1.652 FCR 4 1.727 Sig. .089 Sig. .309 .000 .219 .153 .936 18 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surakarta tanggal 18 Agustus 1992 dari ayah Arif Effendi dan ibu Sri Wahyuni. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di SD Muhammadiyah I Surakarta pada tahun 1998-2001 dan dilanjutkan di SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung 2001-2004. SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2004-2007. SMAN 2 Bandar Lampung 2007-2010. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor (UTMI) pada tahun 2010. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai Anggota Divisi Kewirausahaan 2011/ 2012 dan 2012/ 2013, asisten Teknologi Produksi Plankton, Bentos dan Alga 2013/ 2014 dan Nutrisi Ikan 2013/ 2014. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field 2012 dan ditempatkan di Kabupaten Brebes. Lomba yang pernah dimenangkan penulis antara lain, pendanaan PKM-P DIKTI 2012 dan melaksanakan magang pada tahun 2011 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Praktik Lapang pada tahun 2013 di Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan judul “Pembenihan Ikan Patin Pangasius sp. di Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor”. Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok”.