pemeliharaan induk dan larva ikan nila berbasis

advertisement
PEMELIHARAAN INDUK DAN LARVA IKAN NILA
BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK
DIO RHEZA RIVANDI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemeliharaan Induk
dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Dio Rheza Rivandi
NIM C14100067
4
ABSTRAK
DIO RHEZA RIVANDI. Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis
Teknologi Bioflok dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan
JULIE EKASARI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh pemeliharaan
induk maupun larva dengan sistem bioflok terhadap kinerja produksi dan
ketahanan larva ikan nila. Induk ikan nila dipelihara dengan dua sistem yang
berbeda yaitu teknologi bioflok (BFT) dan kontrol (non-BFT). Larva yang
dihasilkan dari masing-masing induk selanjutnya dipelihara dalam dua sistem
yang berbeda (kontrol dan BFT) untuk melihat kinerja pertumbuhannya. Dengan
demikian, uji pertumbuhan meliputi 4 perlakuan yaitu benih yang berasal dari
induk yang dipeliharan dengan sistem BFT selanjutnya dipelihara dengan sistem
BFT (BFT-BFT), benih Non-BFT dipelihara pada BFT (K-BFT), benih BFT
dipelihara pada media Non-BFT (BFT-K), dan benih Non-BFT dipelihara pada
media Non-BFT (K-K). Kisaran bobot dan panjang larva nila yang digunakan
dalam uji pertumbuhan masing-masing adalah 20-22 mg dan 8,5-11,1 mm. Larva
ikan dipelihara dalam wadah plastik yang berjumlah 16 buah dengan volume 2 L
selama 14 hari. Uji stres salinitas dilakukan dengan merendam larva yang diambil
dari masing-masing bak induk perlakuan ke dalam air laut bersalinitas 35 g/L
selama 1 jam. Hasil uji pertumbuhan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan
induk dan metoda budidaya larva tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan
bobot akhir larva. Sistem pemeliharaan induk dengan teknologi bioflok
menghasilkan larva dengan kelangsungan hidup lebih tinggi (P<0,05) daripada
larva yang dihasilkan dari sistem non-BFT, terlepas dari metode budidaya larva.
Sementara hasil uji stres salinitas menunjukkan bahwa larva yang dihasilkan dari
induk BFT lebih tahan terhadap uji salinitas.
Kata kunci: bioflok, induk, larva, ikan nila, salinitas
ABSTRACT
DIO RHEZA RIVANDI. Biofloc-based Rearing on Broodstock and Larvae of
Nile Tilapia under guidance of MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan JULIE
EKASARI.
The purpose of this study was to determine the influence of biofloc
technology application on broodstock, growth performance and durability of
larvae tilapia. Broodstock of tilapia reared with two different systems Bioflocs
Technology (BFT) and non-BFT. The descendants from each broodstock
subsequently maintained in two different systems (control and BFT) to examine
its growth performance. The growth performance test devided into 4 treatment
were BFT seeds reared by BFT system (BFT-BFT), Non-BFT seeds reared at
BFT (K-BFT), BFT seeds reared in Non-BFT (BFT-K), and Non-BFT seeds
reared in Non-BFT (KK). Tilapia larvae that used in each tank is about 20-22 mg
and 8.5 to 11.1 mm. Totally, fish larvae reared in 16 tanks with 2 L volume for 14
days. Salinity stress test carried out by soaking larvae from each broodstock into
salinity water 35 g/L for 1 hour. The test showed that the broodstock system and
larvae had no significant effect on larval growth, final length and final weights.
Biofloc technology produced larvae with higher survival (P < 0,05) than non-BFT
system, regardless of the method of cultivation. While the salinity stress test
results indicated that larvae produced from BFT is more resistant to
environmental challenge.
Keywords: bioflocs, broodstock, larvae, nile tilapia, salinity challenge
6
PEMELIHARAAN INDUK DAN LARVA IKAN NILA
BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK
DIO RHEZA RIVANDI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
8
Judul skripsi : Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi
Bioflok
Nama
: Dio Rheza Rivandi
NIM
: C14100067
Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M. Si
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Julie Ekasari, M. Sc
Pembimbing II
10
PRAKATA
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan
Nila Berbasis Teknologi Bioflok”. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung sejak
bulan November 2013 hingga Maret 2014 yang dilaksanakan di Laboratorium
Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya atas bantuan yang telah diberikan berbagai pihak khususnya kepada:
1. Ayahanda Arif Effendi, Ibunda Sri Wahyuni, serta kakak-adik tercinta Dexa
Rivandi dan Dea Rizki Amelinda atas do’a dan kasih sayangnya.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi M. Si selaku pembimbing I dan Ibu
Julie Ekasari M. Sc sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan selama ini.
3. Bapak Dr. Alimudin selaku dosen penguji dan Bapak Rahman S. Pi M. Si
selaku perwakilan Ketua Program Studi
4. Bapak Wasjan dan Mbak Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan dan Kang Abe di
Laboratorium Lingkungan atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian.
5. Nutrikids serta rekan-rekan BDP 47 khususnya untuk Raja Efrianti, Endang
Saefudin, Bagus Mukmin, Haris Achmad Nugrahadi, Fendi Bayu Israwan,
Riyan Maulana dan Wira Tri Barkah yang telah memberikan banyak bantuan
dan kerja sama.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Harapannya semoga skripsi ini dapat bermanfaatan untuk pengembangan
ilmu akuakultur kedepannya.
Bogor, Agustus 2014
Dio Rheza Rivandi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
METODE ............................................................................................................ 2
Desain Penelitian ....................................................................................... 2
Pemeliharaan Induk ................................................................................... 3
Uji Pemeliharaan Larva ............................................................................. 3
Pengukuran Kualitas Air ........................................................................... 4
Parameter Uji .............................................................................................. 5
Analisis Data .............................................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 6
Hasil ........................................................................................................... 6
Pembahasan ............................................................................................... 8
KESIMPULAN .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11
LAMPIRAN ....................................................................................................... 14
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 18
12
DAFTAR TABEL
1 Analisis proksimat pakan larva dan induk ....................................................... 4
2 Kualitas air dalam pemeliharaan larva nila ...................................................... 4
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik rancangan penelitian (uji pemeliharaan) ............................................... 2
2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang berasal dari
induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada
media bioflok dan media kontrol ...................................................................... 6
3 Panjang akhir rata-rata larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem
pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan
media kontrol .................................................................................................... 6
4 Laju pertumbuhan harian bobot larva ikan nila yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media
bioflok dan media kontrol ................................................................................. 7
5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk dengan
sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok
dan media kontrol ............................................................................................. 7
6 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem
pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan
media kontrol .................................................................................................... 8
7 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan sistem
pemeliharaan bioflok dan kontrol pada perendaman dengan salinitas 35g/L
selama 1 jam dan 24 jam setelah perendaman .................................................. 8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan molase .......................................................................................... 14
2 Analisis sidik ragam tingkat kelangsungan hidup ........................................... 14
3 Analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian bobot ...................................... 15
4 Analisis sidik ragam pertambahan panjang mutlak ......................................... 15
5 Analisis sidik ragam bobot akhir .................................................................... 16
6 Analisis sidik ragam panjang akhir .................................................................. 17
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ikan nila adalah salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi
(Fitzsimons dan Gonzales 2005), dimana kebutuhan benih maupun ikan konsumsi
dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat seiring dengan perluasan usaha
budidaya. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) produksi ikan
nila mengalami peningkatan dari 567.078 ton pada tahun 2011 naik menjadi 1,1
juta ton pada tahun 2013. Namun peningkatan produksi ikan nila masih terhambat
oleh beberapa kendala yang sampai saat ini masih belum teratasi salah satunya
adalah masih rendahnya kualitas dan kuantitas benih. Menurut Sumantadina
(1981), jaminan penyediaan benih ikan baik kualitas maupun kuantitas yang
memadai merupakan salah satu syarat yang menentukan keberhasilan suatu usaha
budidaya ikan. Kualitas dan penanganan induk sangat penting dalam kaitannya
untuk menghasilkan benih yang baik. Rocha (2008) menyatakan bahwa kualitas
benih dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nutrien induk dan faktor
lingkungan.
De Schryver dan Verstraete (2009) menyatakan bahwa prinsip dasar
teknologi bioflok (BFT) adalah asimilasi nitrogen anorganik oleh komunitas
mikroba heterotrof dalam media budidaya. Biomasa mikroba tersebut selanjutnya
dapat dimanfaatkan kembali oleh organisme budidaya sebagai sumber makanan.
Dengan demikian akumulasi limbah nitrogen dapat diminimalkan dan
pemanfaatan nutrien pakan dapat ditingkatkan. Konversi nitrogen anorganik
menjadi bakteri heterotrof dapat dikontrol melalui penambahan karbon organik
seperti molase dengan rasio karbon per nitrogen (C/N) tertentu. Pengaturan rasio
C/N dalam pakan (10 sampai 20) dianjurkan dalam sistem bioflok (Asaduzzaman
et al. 2008; Avnimelech 1999; Ballester et al. 2010; Hargreaves 2006). Penelitian
Avnimelech (1999) menunjukkan bahwa pemberian karbohidrat berupa glukosa
dan tepung tapioka dalam bak pemeliharaan ikan nila dengan kepadatan 80 ekor/
m3 dapat menurunkan konsentrasi total ammonium nitrogen (TAN) secara nyata.
Selain meminimalkan limbah nitrogen yang berpotensi sebagai toksikan bagi
organisme budidaya, penerapan teknologi bioflok diketahui membawa manfaat
lain diantaranya sebagai sumber pakan, meningkatkan efisiensi pakan, dan
mengontrol keberadaan bakteri patogen (Avnimelech 2007; Crab et al. 2007;
Little 2008).
Salah satu pengaruh positif penerapan teknologi bioflok yang dilaporkan
baru-baru ini diantaranya adalah terhadap aspek reproduksi.Ekasari et al. (2013)
melaporkan bahwa kinerja reproduksi ikan nila pada perlakuan teknologi bioflok
meningkat secara signifikan. Salah satu cara untuk memperoleh benih ikan yang
berkualitas yaitu dengan peningkatan performa/ kinerja reproduksi dengan
perbaikan kualitas nutrien induk. Dari segi kandungan nutrien, teknologi bioflok
(BFT) dapat menjadi sumber pakan tambahan bukan hanya untuk induk tetapi
juga untuk perkembangan larva. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa bioflok tidak hanya mengandung protein yang tinggi namun juga asam
lemak esensial (Ekasari et al. 2010) dan vitamin C (Crab et al. 2012) yang dapat
berperan dalam pematangan gonad, peningkatan kualitas dan kuantitas telur
(Dabrowski dan Ciereszko 2001). Hasil penelitian Ekasari et al. (2013) juga
2
menunjukkan bahwa jumlah larva yang dihasilkan dari induk yang dipelihara
dengan system BFT lebih tinggi daripada kontrol. Namun tidak diketahui apakah
peningkatan jumlah larva ini hanya disebabkan oleh peningkatan aktivitas
reproduksi atau juga didukung oleh kualitas larva yang lebih baik.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk
dan larva dengan sistem bioflok terhadap pertumbuhan dan ketahanan larva
terhadap perubahan lingkungan.
METODE
Desain penelitian
Penelitian terdari dua tahap yaitu uji pertumbuhan dan uji stress terhadap
salinitas tinggi. Variabel yang diuji pada penelitian ini adalah asal induk dan
sistem pemeliharaan larva. Dua kelompok induk dipelihara dengan sistem
berbeda, dengan teknologi bioflok dan kontrol tanpa bioflok. Sementara sistem
pemeliharaan larva terdiri dari dua sistem yang sama seperti pemeliharaan induk
yaitu sistem bioflok dan non-bioflok.
Perlakuan (dengan 4 ulangan) untuk uji pertumbuhan dalam penelitian ini
disajikan pada gambar 1, meliputi:
Perlakuan BFT-BFT : benih dari induk bioflok dipelihara dengan media bioflok
Perlakuan BFT-K
: benih dari induk bioflok dipelihara dengan media nonbioflok
Perlakuan K-BFT
: benih dari induk non bioflok dipelihara dengan media
bioflok
Perlakuan K-K
: benih dari induk non bioflok dipelihara dengan media
non-bioflok
Induk
Induk Bioflok
Larva dipelihara
dalam media
bioflok
(BFT-BFT)
Larva dipelihara
dalam media
non-bioflok
(BFT-K)
Induk
Non-Bioflok
Larva dipelihara
dalam media
bioflok
(K-BFT)
Larva dipelihara
dalam media
non-bioflok
(K-K)
Gambar 1 Grafik Rancangan Penelitan (Uji Pemeliharaan)
Sementara pada uji salinitas, benih diambil langsung dari bak induk dan
dibandingkan kelangsungan hidupnya setelah diuji pada salinitas tinggi.
3
Pemeliharaan Induk
Pemeliharan induk ikan nila diawali dengan kegiatan persiapan wadah.
Wadah pemeliharaan induk yang digunakan berupa bak dengan ukuran 2 m x 3 m
x 0.7 m sebanyak 2 unit yang diisi air dengan ketinggian 50 cm. Wadah
perlakuan dilengkapi dengan instalasi aerasi berupa dengan 16 titik aerasi (3
L/menit per titik aerasi).
Induk ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain Nirwana berasal
dari Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar Wanayasa, Dinas Perikanan dan
Kelautan, Provinsi Jawa Barat dengan bobot tubuh 243 ± 27 g. Induk terlebih
dahulu diadaptasikan pada bak pemeliharaan hingga stabil dan sudah merespons
pakan yang diberikan sebelum diberi perlakuan. Pada tiap unit penelitian
dimasukkan induk dengan kepadatan 25 ekor/ bak dengan rasio jantan betina 1:4.
Pakan diberikan secara restricted dengan tingkat pemberian pakan 2.5%
bobot biomassa per hari. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi pada pukul
09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 Pakan induk yang diberikan yaitu
pakan apung komersial dengan komposisi proksimat tertera pada tabel 1. Setelah
diberi perlakuan keberadaan larva pada bak induk dicek setiap dua minggu sekali.
Sumber karbon organik yang digunakan pada penelitian adalah molase
dengan kadar C sebesar 53%. Penambahan molase pada media pemeliharaan
berdasarkan perhitungan yang dilakukan Avnimelech (1999) (Lampiran 1). Hasil
perhitungan didapat jumlah molase yang ditambahkan pada media pemeliharaan
yaitu sebanyak 1 kali dari jumlah pakan yang diberikan. Penambahan molase
pada bak induk dilakukan setiap 2 kali sehari 30 menit setelah pemberian pakan.
Pemeliharaan Larva
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan larva pada penelitian ini
adalah 16 unit wadah platik dengan volume 2 L. Masing-masing wadah diisi
dengan 1.5 L air yang diambil dari bak induk sesuai dengan masing-masing
perlakuan. Masing-masing wadah dilengkapi dengan instalasi aerasi. Dinding
wadah dilapisi plastik berwarna hitam yang berfungsi untuk mengurangi stress
pada larva.
Larva yang digunakan berasal dari bak induk bioflok dan non bioflok
yang sudah diseleksi untuk mendapatkan ukuran yang relatif seragam. Kisaran
bobot dan panjang awal larva yang digunakan masing-masing adalah 20 - 22 mg
dan 85 – 111 mm. Pada setiap wadah, larva ikan nila didistribusikan secara acak
dengan kepadatan 15 ekor/ wadah. Pakan diberikan secara restricted dengan
tingkat pemberian pakan awal 40% bobot biomassa per hari (Santiago et al.
1987). Pemberian pakan dilakukan 5 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 10.00,
12.00, 14.00, dan 16.00. Pakan yang digunakan yaitu pakan udang komersial
yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Penambahan molase dilakukan setiap hari
pada akhir pemberian pakan (sore hari). Uji pertumbuhan dilakukan selama 14
hari. Pada akhir masa pemeliharaan, larva yang hidup dihitung dan dilakukan
pengukuran bobot dan panjang akhir untuk menghitung laju pertumbuhan harian
bobot dan panjang serta kelangsungan hidup.
4
Tabel 1 Analisis proksimat pakan larva dan induk
Komposisi Nutrien
Pakan induk (%)
Protein
33,00
Lemak
7,04
Air
2
Serat Kasar
5,13
Abu
16,04
1)
BETN
36,79
1)
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Pakan Larva (%)
36,18
6,64
8
0,98
9,39
38,81
Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dengan parameter suhu, pH, DO, TAN, nitrat,
nitrit dan alkalinitas dilakukan pada akhir pemeliharaan (Tabel 2). Pengukuran
TAN, nitrat dan nitrit dianalisis dengan metode standar APHA, sedangkan
pengukuran oksigen terlarut (DO) dan pH dilakukan menggunakan alat DO-meter
Lutron DO 5510 dan pH-meter Lutron pH 208. Hasil analisis kualitas air
menunjukkan bahwa kisaran parameter kualitas air yang diamati pada penelitian
ini berada pada kisaran batas toleransi bagi ikan nila walaupun pada beberapa
parameter berada diluar nilai optimum yang ditetapkan.
Tabel 2 Kualitas air dalam pemeliharaan larva nila
Parameter
Suhu
Satuan
0
C
Nilai terukur
BFT
Non-BFT
26,9-27,6
26-27,3
DO
pH
mg/l
Unit
6,4-7,2
7,25-7,92
6,8-7,8
6,87-7,42
Alkalinitas
mg/l
48-104
24-40
TAN
Nitrat
Nitrit
mg/l
mg/l
mg/l
0,42-0,67
0,81-1,62
0,66-2,42
0,92-1,38
0,69-1,27
0,03-0,38
Nilai optimum
25-32
(Hepher dan Pruginin 1981)
> 3,0 (Henley 2005)
6,0-9,0
(Popma dan Masser 1999)
> 50
(Boyd dan Zimmerman 2000)
< 1 (SNI 7550 2009)
< 1 (PP No. 82 tahun 2001)
0,1 – 0,7
(Boyd dan Zimmerman 2000)
Uji Salinitas
Wadah yang digunakan uji salinitas adalah wadah plastik dengan ukuran 2
L sebanyak 12 unit. Untuk masing-masing perlakuan induk dipakai 3 toples
(kontrol) dan 3 toples (uji salinitas). Kontrol diisi air tawar (0 g/L) sedangkan
untuk uji salinitas dipakai air laut dengan salinitas 35 g/L.
Larva yang digunakan berasal dari bak induk perlakuan yang telah
diseleksi berdasarkan ukuran. Bobot dan panjang larva yang digunakan masingmasing berkisar antara 15 - 17 mg dan 0.98 – 0.99 cm. Larva nila kemudian
dimasukkan ke dalam media bersalinitas sebanyak 20 ekor/wadah. Uji tantang
dalam media bersalinitas dilakukan dengan merendam larva ikan selama satu jam
dalam media air laut. Ikan yang masih hidup kemudian dipindahkan ke dalam air
tawar dibiarkan selama 1 jam lalu dihitung kelangsungan hidupnya. Pengamatan
5
kelangsungan hidup dilanjutkan hingga 24 jam setelah dipindahkan ke dalam air
tawar.
Parameter uji
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan Zonneveld et al (1991) dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Kelangsungan hidup = Kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor)
No
= Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian untuk bobot dan panjang larva dihitung berdasarkan
Huisman (1987) dengan rumus sebagai berikut:
[√
Keterangan:
LPH
Wt
Wo
t
=
=
=
=
]
Laju pertumbuhan harian (%)
Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor)
Bobotrata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor)
Periode pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan panjang mutlak
Pertumbuhan pada larva ikan nila dihitung berdasarkan pertumbuhan panjang
mutlak dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997):
Pm = Lt – L0
Keterangan:
Pm
= Pertumbuhan panjang mutlak (mm)
Lt
= Panjang rata-rata larva nila akhir (mm)
L0
= Panjang rata-rata larva nila awal (mm)
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel 2007 dan program statistik SPSS 17 portable. Normalitas dan homogenitas
ragam diuji dengan Kolmogorov-Smirnovdan Levene’s. Setelah asumsi
normalitas dan homogenitas ragam terpenuhi, seluruh data dianalisa dengan
menggunakan analisis ragam ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey (P <
0,05).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Bobot rata-rata akhir (mg/ekor)
Pertambahan panjang dan pertambahan bobot serta pertumbuhan larva
untuk semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Gambar 2 5) (P < 0,05).
150
a
a
a
BFTxBFT
BFTxKontrol
a
120
90
60
30
0
KontrolxBFT
KontrolxKontrol
Gambar 2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang berasal
dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada
media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
Panjang rata-rata akhir
(mm/ekor)
2
a
a
BFTxBFT
BFTxKontrol
a
a
1,6
1,2
0,8
0,4
0
KontrolxBFT KontrolxKontrol
Gambar 3 Panjang akhir rata-rata larva ikan nila yang berasal dari induk dengan
sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan
media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan
perbedaan nyata (P < 0,05)
Laju Pertumbuhan Harian Bobot
(%)
7
16
14
a
a
a
a
12
10
8
6
4
2
0
BFTxBFT
BFTxKontrol
KontrolxBFT KontrolxKontrol
Gambar 4 Laju pertumbuhan harian bobot larva ikan nila yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media
bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
Pertambahan Panjang Mutlak
(mm)
60
a
a
a
a
50
40
30
20
10
0
BFTxBFT
BFTxKontrol
KontrolxBFT KontrolxKontrol
Gambar 5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media
bioflok dan media kontrol. Huruf yang sama di atas diagram batang menunjukkan
tidak berbeda nyata (P < 0,05)
Kelangsungan hidup larva yang dihasilkan dari induk yang dipelihara dengan
sistem bioflok menunjukkan nilai yang lebih tinggi secara signifikan.
Kelangsungan hidup terendah didapat pada kombinasi perlakuan benih kontrol
yang dipelihara pada media kontrol (P < 0,05) (Gambar 6), sedangkan
kelangsungan hidup tertinggi didapat pada perlakuan kombinasi benih BFT yang
dipelihara pada media BFT.
8
a
ab
100
Kelangsungan hidup (%)
b
b
80
60
40
20
0
BFTxBFT
BFTxKontrol
KontrolxBFT
KontrolxKontrol
Gambar 6 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan
sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan
media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan
perbedaan nyata (P < 0,05)
Hasil uji salinitas menunjukkan bahwa larva yang berasal dari induk bioflok lebih
tahan terhadap perubahan salinitas daripada larva yang berasal dari induk kontrol
(Gambar 7).
Kelangsungan hidup (%)
1 jam setelah uji salinitas
a
100
24 jam setelah uji salinitas
80
60
x
b
40
20
y
0
Benih BFT
Benih Kontrol
Gambar 7 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan
sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol pada perendaman dengan salinitas 35 g/L
selama 1 jam dan 24 jam setelah perendaman. Huruf yang berbeda di atas diagram
batang dengan pola yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
Pembahasan
Laju pertumbuhan harian bobot dan pertambahan panjang mutlak
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini
menunjukkan bahwa media pemeliharaan induk dan metode pemeliharaan larva
tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan. Pada penelitian kali ini
diduga pertumbuhan yang tidak nyata diakibatkan oleh kebutuhan nutrien yang
dibutuhkan oleh larva yang sudah maksimal, sehingga kontribusi bioflok dalam
hal ini tidak signifikan. Hal ini didukung oleh laju pertumbuhan larva yang
diperoleh dalam penelitian ini yang setara dengan hasil penelitian El Sayed
9
(2002) dan El-Sayed dan Kawanna (2004) yang menggunakan larva ikan nila
dengan ukuran awal yang sama dengan kepadatan yang 3 kali lebih rendah.
Berdasarkan uji statistik terhadap nilai kelangsungan hidup larva ikan nila
yang berasal dari induk yang dipelihara pada media bioflok berbeda nyata jika
dibandingkan larva yang berasal dari kontrol. Sementara media pemeliharaan
larva tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan
hidup larva. Hal ini sesuai dengan pernyataan Emerenciano et al. (2011) bahwa
bioflok dapat berkontribusi sebagai sumber nutrien bagi induk yang dapat
meningkatkan jumlah maupun kualitas telur. Menurut penelitian yang dilakukan
McIntosh et al. (2000) kandungan protein pada media bioflok dapat mencapai
43%, lemak 12,5% dan kadar abu dapat mencapai 26,5%. Lemak diketahui sangat
berpengaruh sebagai sumber energi untuk aktifitasreproduksi dan sebagai
komponen sintesis membran (Kanazawa et al. 1979; Teshima dan Kanazawa
1983; Teshima et al. 1988). Kondisi nutrisi induk berpengaruh pada cadangan
nutrisi dan energi yang tersedia bagi larva terutama pada stadia awal ketika larva
belum dapat makan sendiri (Mokoginta 1992). Cadangan nutrisi dan energi yang
tersedia bagi larva berperan penting terhadap daya tahan larva pada fase awal
kehidupannya. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa
kontribusi bioflok pada nutrien induk juga berperan dalam peningkatan ketahanan
larva sehingga tingkat kelangsungan hidup larva lebih tinggi daripada kontrol.
Kelangsungan hidup larva salah satunya ditentukan oleh daya tahan larva
terhadap perubahan lingkungan. Salah satu metode yang digunakan untuk
mengevaluasi daya tahan larva terhadap perubahan lingkungan adalah dengan uji
salinitas (Lin et al. 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelangsungan
hidup pada uji salinitas larva menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar
perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pada induk yang dipelihara dengan sistem
bioflok menghasilkan larva yang lebih tahan terhadap perubahan salinitas.
Pemanfaatan bioflok oleh induk nila diduga mampu meningkatkan kualitas dan
kemampuan larva dalam menghadapi perubahan lingkungan. Gunasekera et al.
(1995) yang menyatakan bahwa nutrisi induk, salah satunya tingkat protein, dapat
mempengaruhi pertumbuhan oosit, kualitas telur dan larva pada ikan nila.
Kontribusi nutrisi bioflok terutama lemak diduga mampu meningkatkan
kemampuan sel dalam menghadapi perubahan lingkungan terutama perubahan
salinitas yang drastis.
Selain itu bioflok juga berpotensi sebagai pakan alami bagi larva. Selain
mengandung beberapa nutrisi esensial (Tacon 2000), bioflok juga diketahui
memberikan kontribusi enzim-enzim pencernaan yang dapat membantu proses
pencernaan pakan baik pakan buatan maupun bioflok oleh larva. Pada tahap awal
kehidupan ikan, enzim pankreas seperti tripsin, amilase dan lipase, sangat penting
untuk pencernaan larva, karena pada tahap ini saluran pencernaan masih belum
berfungsi penuh (Zamboino-Infante dan Cahu 2001). Menurut penelitian Xu dan
Pan (2012) terdapat beberapa enzim yang mengalami peningkatan aktivitas pada
udang yang dipelihara dengan sistem bioflok diantaranya enzim protease dan
enzim amilase. Kontribusi enzim pencernaan serta nutrien penting seperti
senyawa-senyawa bioaktif seperti vitamin, enzim, fitosterol dan fotopigmen
(Linan-Cabello et al. 2002; Burford et al. 2004) diduga dapat berperan dalam
penyempurnaan organ tubuh termasuk yang berperan dalam osmoregulasi pada
larva. Salze et al. (2008) menyatakan kontribusi nutrien dari mikroflora usus pada
10
larva dapat mempercepat penyempurnaan organ-organ yang berperan dalam
osmoregulasi sehingga lebih tahan terhadap perubahan salinitas.
KESIMPULAN
Pemeliharaan induk dengan sistem bioflok dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas larva ikan nila.
11
DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal
discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture 264: 140-147.
Avnimelech Y. 1999. Carbon nitrogen ratio as a control element in aquaculture
systems. Aquaculture 176: 227–235.
Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ, Huque S, Salam MA, Azim ME,
2008. C/N ratio control and substrate addition for periphyton development
jointly enhance freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii production in
ponds. Aquaculture 280: 117–123.
Ballester ELC, Abreu PC, Cavalli RO, Emerenciano M, Abreu L, Wasielesky W
2010. Effect of practical diets with different protein levels on the
performance of Farfantepenaeus paulensis juveniles nursed in a zero
exchange suspended microbial flocs intensive sistem. Aquaculture Nutrition
16: 163–172.
Boyd C, Zimmerman S. 2000. Grow-out systems –Water Quality and Soil
Management. Freshwater Prawn Culture: The Farming of Macrobrachium
rosenbergii. Oxford (UK): Blackwell Publishing Ltd.
Burford MA, Sellars MJ, Arnold SJ, Crocos PJ, Preston NP. 2004. Contribution
of the natural biota associated with substrates to nutritional requirements of
the post-larval shrim, Penaeus esculentus (Haswell), in high-density rearing
sistems. Aquaculture Research 35: 508-515.
Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2007. Nitrogen
removal techniques in aquaculture for a sustainable production. Aquaculture
270: 1-14.
Crab R, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2012. Biofloc technology in
aquaculture beneficial effects and future challenges. Aquaculture 357: 351356.
Dabrowski K, Cierszko A. 2001. Ascorbic acid and reproduction in fish:
endocrine regulation and gamete quality. Aquaculture Research 32: 623638.
De Schryver P, Verstraete W. 2009. Nitrogen removal from aquaculture pond
water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencing batch
reactors. Bioresource Technology 100: 1162-1167.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Ekasari J, Crab R, Verstraete W. 2010. Primary nutritional content of bio-flocs
cultured with different organic carbon source and salinitiy. Hayati journal
of Bioscience 17: 125-130.
Ekasari J, Zairin M, Putri DU, Sari NP, Surawidjaja EH,Bossier P. 2013. Bioflocbased reproductive performance of Nile tilapia Oreochromis niloticus L.
broodstock. Aquaculture Research: 1-4
El-Sayed AFM. 2002. Effects of stocking density and feeding levels on growth
and feed efficiency of Nile tilapia (Oreochromis sp. L.) fry. Aquaculture
Research 33: 621-626.
12
El-Sayed AFM, Kawanna M. 2004. Effects of photoperiod on the performance of
farmed Nile tilapia (Oreochromis sp.): I. Growth, feed utilization efficiency
and survival of fry and fingerlings. Aquaculture 231: 393-402.
Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011.Floc contribution on
spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture
Research 19: 891-901
Fitzsimmons K, Gonzalez P. 2005. Over view of global trade and markets for
tilapia – 2005. World Aquaculture 2005 Book of Abstracts, Bali, Indonesia.
Gunasekera RM, Shim KF, Lam TJ. 1995. Effect of dietary protein level on
puberty, oosit growth and egg chemical composition in the tilapia,
Oreochromis sp. (L.). Aquaculture 134: 169-183.
Hargreaves JA. 2006. Photosynthetic suspended-growth sistems in aquaculture.
Aquacultural Engineering 34: 344–363.
Hepher B, PrugininY. 1981. Commercial fish farming: with special reference to fish
culture in Israel.John Wiley and Son. New York. 261 pp.
Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish
Cultureand Fisheries. Wageningen Agricultural University.Wageningen.
Netherlands.57-122 pp.
Kanazawa A, Teshima S, Ono K. 1979. Relationship between essential fatty acid
requirements of aquatic animals and the capacity for bioconversion of
linolnic acid to highly unsaturated fatty acids. Comparative
Biochemistryand Physiology 63B: 295-298.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rencana srategis kementrian
kelautan dan perikanan 2010-2014. Jakarta.
Lawson TB. 1995. Fundamentals of Aquacultural Engineering. New York (US):
Chapman & Hall.
Lin LY, Weng CF, Hwang PP. 2000. Effects of cortisol and salinity challenge on
water balance in developing larvae of Tilapia (Oreochromis mossambicus).
Chicago Journals 73: 8-10
Linan-Cabello MA, Paniagua-Michel J, Hopkins PM. 2002. Bioactive roles of
caratenoids and retinoids in crustaceans. Aquaculture Nutrition 8: 299-309.
Little DC, Azim ME. 2008. The biofloc technology (BFT) in indoor tanks: water
quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia
(Oreochromis sp.). Aquaculture 283: 29-35.
McIntosh D, Samocha TM, Jones ER, Lawrenc AL, McKee DA, Horowitz S,
Horowitz A. 2000. The effect of a bacterial supplement on the high-density
culturing of Litopenaeus vannamei with low-protein diet in outdoor tank
system and no water exchange. Aquculture Engineering 21: 215-227.
Mokoginta I. 1992. Essential fatty acid requirements of catfish (Clarias batracus
Linn.) for broodstock development [Desertasi]. Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Popma TJ, Masser M. 1999. Tilapia: life history and biology. Southern Regional
Aquaculture Center (USA): United States Department of Agriculture.
Rocha MJ. 2008. Fish Reproduction. California (USA): Science Publisher.
Salze G, McLean E, Schwarz MH, Craig SR. 2008. Dietary mannan
oligosaccharide enhances salinity tolerance and gut development of larval
cobia. Aquaculture 274: 148-152
13
Santiago CB, Aldaba MB, Reyes OS. 1987. Influence of feeding rate and diet
form on growth and survival of Nile Tilapia (Oreochromis sp.) fry.
Aquaculture 64: 277-282.
Sumantadinata K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-ikan di Indonesia. Bogor (ID):
Sastra Huyada.
Suyanto. 1993. Nila. PT. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Tacon, A. 2000. Shrimp feeds and feeding regime in zero exchange outdoor
tanks. Global Aquaculture Advocate 3 (2): 15-16
Teshima SI, Kanazawa A, Kushio S, Horinouchi K. 1988.Lipid metabolism in
destalked prawn Penaeus japonicas I; induced maturation and accumulation
of lipids in the ovaries.Nippon Suisan Gakkaishi 54: 1115-1122.
Teshima SI, Kanazawa A. 1983.Variation in lipid composition during the ovarian
maturation of the prawn. Bull. Japan Society for the Science. Fish 49 (6):
957-962.
Xu WJ, Pan LQ. 2012. Effects of bioflocs on growth performance, digestive
enzyme activity and body composition of juvenile Litopenaeus vannamei in
zero-water exchange tanks manipulating C/N ratio in feed. Laboratory of
Mariculture, Ministry of Education, Ocean University of China.
Zambonino-Infane JL, Cahu C. 1994. Development and response to a diet change
of some digestive enzymes in sea bass (Dicetrarchus labrax) larvae. Fish
Physiology and Biochemistry 12: 399-408.
Zonneveld NZA, Huisman EA, Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama, 318 hal.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Molase
Perhitungan jumlah molase mengacu pada Avnimelech (1999).
Catatan : 1. % Nitrogen pakan
: 16%
2. % Nitrogen ekskresi nila : 75%
3. % C pakan
: 38%
Asumsi : ∑ pakan/hari = A
 ∑ Nitrogen = ∑ pakan/hari x % Nitrogen pakan/hari x % Nitrogen
ekskresi
= A x (36% x16%) x 75%
= 0,043A
 C/N
= 15
C/0,043A = 15
C
= 0,648A
 Kandungan C molase = 53%
= (100/53) x 0,645A = 1,22A
Jadi molase yang ditambahkan per hari yaitu 1,22 kali pakan.
Lampiran 2 Analisis sidik ragam tingkat kelangsungan hidup
Source
Type III Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
a
3
818.448
8.337
.003
108900.000
1
108900.000
1109.348
.000
.000
1
.000
.000
1.000
2177.622
1
2177.622
22.183
.001
277.722
1
277.722
2.829
.118
Error
1177.989
12
98.166
Total
112533.333
16
3633.333
15
Corrected Model
2455.344
Intercept
Larva
INDUK
Larva * INDUK
Corrected Total
a. R Squared = .676 (Adjusted R Squared = .595)
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan
Tukey B
a
Duncan
a
N
1
2
3.00
4
66.6675
1.00
4
75.0000
2.00
4
4.00
4
3.00
4
66.6675
1.00
4
75.0000
2.00
4
4.00
4
Sig.
3
75.0000
90.0000
90.0000
98.3325
75.0000
90.0000
90.0000
98.3325
.257
.053
.257
15
Lampiran 3 Analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian bobot
Type III Sum of
Squares
Source
df
a
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total
18.810
2199.610
16.810
1.000
1.000
46.140
2264.560
64.950
Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15
6.270
2199.610
16.810
1.000
1.000
3.845
F
1.631
572.070
4.372
.260
.260
Sig.
.234
.000
.058
.619
.619
a. R Squared = .290 (Adjusted R Squared = .112)
Subset for alpha
= 0.05
Perlakuan
Tukey B
a
Duncan
a
N
1
1.00
4
10.2000
3.00
4
11.2000
2.00
4
12.7500
4.00
4
12.7500
1.00
4
10.2000
3.00
4
11.2000
2.00
4
12.7500
4.00
4
12.7500
Sig.
.113
Lampiran 4 Analisis sidik ragam pertambahan panjang mutlak
Source
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total
Type III Sum of
Squares
df
a
.141
220.077
2.500E-5
.141
.000
3.479
223.697
3.620
Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15
.047
220.077
2.500E-5
.141
.000
.290
F
.162
759.083
.000
.485
.001
Sig.
.920
.000
.993
.499
.978
16
Type III Sum of
Squares
Source
df
a
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total
18.810
2199.610
16.810
1.000
1.000
46.140
2264.560
64.950
Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15
F
6.270
2199.610
16.810
1.000
1.000
3.845
Sig.
1.631
572.070
4.372
.260
.260
.234
.000
.058
.619
.619
a. R Squared = .039 (Adjusted R Squared = -.201)
Subset for alpha = 0.05
Larva
Tukey B
a
a
Duncan
N
1
PERLAKUAN
4
3.6125
LPH
4
3.6175
SR
4
3.7975
FCR
4
3.8075
PERLAKUAN
4
3.6125
LPH
4
3.6175
SR
4
3.7975
FCR
4
3.8075
Sig.
.643
Lampiran 5 Analisis sidik ragam bobot akhir
Type III Sum of
Squares
Source
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total
df
a
903.082
185856.048
298.331
575.508
29.244
9227.688
195986.819
10130.771
Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15
301.027
185856.048
298.331
575.508
29.244
768.974
a. R Squared = .089 (Adjusted R Squared = -.139)
Subset for alpha = 0.05
Larva
Tukey B
a
N
1
LPH
4
98.8140
PERLAKUA
N
4
104.7463
SR
4
108.1050
FCR
4
119.4450
F
.391
241.694
.388
.748
.038
Sig.
.761
.000
.545
.404
.849
17
Duncana
LPH
4
98.8140
PERLAKUA
N
4
104.7463
SR
4
108.1050
FCR
4
119.4450
Sig.
.348
Lampiran 6 Analisis sidik ragam panjang akhir
Type III Sum of
Squares
Source
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total
df
a
.046
43.484
.019
.027
7.656E-5
.139
43.669
.185
Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15
.015
43.484
.019
.027
7.656E-5
.012
F
1.337
3767.504
1.680
2.323
.007
a. R Squared = .250 (Adjusted R Squared = .063)
Subset for alpha = 0.05
Larva
Tukey B
a
Duncan
a
N
1
LPH
4
1.575
PERLAKUAN
4
1.640
SR
4
1.652
FCR
4
1.727
LPH
4
1.575
PERLAKUAN
4
1.640
SR
4
1.652
FCR
4
1.727
Sig.
.089
Sig.
.309
.000
.219
.153
.936
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surakarta tanggal 18 Agustus 1992 dari ayah Arif
Effendi dan ibu Sri Wahyuni. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan di SD Muhammadiyah I Surakarta pada tahun
1998-2001 dan dilanjutkan di SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung 2001-2004.
SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2004-2007. SMAN 2 Bandar
Lampung 2007-2010. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor (UTMI) pada tahun 2010.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di
Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai Anggota Divisi
Kewirausahaan 2011/ 2012 dan 2012/ 2013, asisten Teknologi Produksi Plankton,
Bentos dan Alga 2013/ 2014 dan Nutrisi Ikan 2013/ 2014. Penulis pernah
mengikuti kegiatan IPB Goes to Field 2012 dan ditempatkan di Kabupaten
Brebes. Lomba yang pernah dimenangkan penulis antara lain, pendanaan PKM-P
DIKTI 2012 dan melaksanakan magang pada tahun 2011 di Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Praktik Lapang pada tahun 2013 di
Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan judul
“Pembenihan Ikan Patin Pangasius sp. di Kolam Percobaan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor”.
Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis
dengan menyusun skripsi yang berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan
Nila Berbasis Teknologi Bioflok”.
Download