UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMP NEGERI 1 KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: TILAM SARI DEWI NIM: 111-12-065 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 1 2 3 4 5 MOTTO 27. kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan dan Kami susulkan (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orangorang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah [1460] Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang kami wajibkan hanyalah) mencari keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya dan banyak di antara mereka yang fasik. (Q.S Al-Hadid [57:27]) 6 PERSEMBAHAN Kubingkiskan karya yang istimewa ini untuk: 1. Kedua orang tua tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku.Terima kasih atas untaian do’a yang tiada henti terucap dan dorongan untuk mengerjakan skripsi ini. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Bapak dan Ibu bangga terhadapku. Terima kasih Bapak ... Terima kasih Ibu .... 2. Kakakku Bambang Susanto, ST.,terima kasih atas semangat dan dorongan yang telah engkau berikan kepada adikmu ini. 3. Ika, Septine, dan seluruh sahabatku yang telah memberikan goresan warna di setiap langkahku serta terimakasih atas motivasi dan kebersamaan kita selama ini karena kalian telah mengajarkanku bagaimana menjadi teman yang sesungguhnya dan menghargai indahnya persahabatan. 4. Untuk teman-teman seperjuangan PAI B angkatan 2012, teman-teman PPL di SMK PELITA, teman-teman KKN di Dusun Kacetan Kaliangkrik Magelang, terimakasih untuk do’a, nasehat, hiburan, canda, tawa dan semangat yang kalian berikan. Aku tak akan melupakan semua kenangan yang telah kalian berikan kepadaku. Semoga sillaturahmi tetap terjalin diantara kita untuk selamanya. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan kekuatan-Nya. Sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Adapun judul skripsi ini adalah “Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP Negeri 1 Karanggede tahun pelajaran 2015/2016” Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan dorongan serta dukungan moral dan materi. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Karanggede. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga. 4. Ibu Dr. Muna Erawati, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini. 5. Bapak Drs. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik 8 6. Seluruh Dosen dan petugas administrasi jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berguna serta banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung. 7. SMP Negeri 1 Karanggede, Bapak Joko Widodo, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Karanggede, Ibu Siti Hidayah, S.Ag. dan Bapak Sumardi, S.Ag. selaku guru Pendidikan Agama Islam dan semua staf, guru, serta siswa-siswi di SMP Negeri 1 Karanggede yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini. 8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya. Salatiga, Juni 2016 Penulis Tilam Sari Dewi 111-12-065 9 ABSTRAK Dewi, Tilam Sari. 2016. Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, S.Psi. M.Si Kata Kunci: Metode Guru PAI, kecerdasan emosional. Penelitian ini membahas upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional di SMP Negeri 1 Karanggede tahun pelajaran 2015/2016. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab peneliti adalah : 1) Bagaimana upaya Guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. 2) Apa saja metode yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. 3) Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dengan mengambil objek kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Karanggede. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan kemudian ditarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengenali dan memahami emosi siswa di SMP Negeri 1 Karanggede dilakukan melalui berbagai cara yang secara bersamaan telah mengembangkan unsur-unsur kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri, motivasi diri, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. 2) Metode pengembangan kecerdasan emosional siswa yang dilakukan guru PAI yaitu menghubungkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi, pengarahan, sosiodrama, bercerita, sharing (belajar berbagi), dan Peer teaching method (metode tutor teman sebaya). 3) Faktor yang mendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional: Dukungan dari dewan guru, kesadaran anak, dan kegiatan siswa. Faktor yang menghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional: latar belakang anak yang berbeda-beda, jam belajar, sarana dan prasarana, lingkungan pergaulan, kesadaran anak yang terkadang kurang, perhatian orang tua terhadap kecerdasan emosional anak yang kurang. 10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................ v MOTTO................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ................................................................................ vii KATA PENGANTAR ......................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................ xi DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv BAB 1 PENDAHULUAN A. ................................................................................... Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. ................................................................................... Perta nyaan Penelitian.................................................................. 6 C. ................................................................................... Tujua n Penelitian ......................................................................... 7 D. ................................................................................... Pene gasan Istilah ........................................................................ 8 11 E. ................................................................................... Manf aat Penelitian ...................................................................... 11 F..................................................................................... Meto de Penelitian ....................................................................... 12 G. ................................................................................... Siste matika Penulisan Penelitian................................................ 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ................................................................................... Mate ri Pendidikan Agama Islam 1. ............................................................................. Peng ertian Pendidikan Agama Islam ................................. 19 2. ............................................................................. Tujua n Pendidikan Agama Islam ........................................ 20 3. ............................................................................. Mate ri PAI Semester Genap di SMP .................................. 22 B. ................................................................................... Meto de-metode Pembelajaran PAI 1. ............................................................................. Jenisjenis Metode Pembelajaran ........................................ 26 2. ............................................................................. Kele bihan dan kekurangan Metode Pembelajaran ............. 34 C. ................................................................................... Kece rdasan Emosional 12 1. ............................................................................. Peng ertian Kecerdasan Emosional ...................................... 39 2. ............................................................................. Unsu r-unsur Kecerdasan Emosional .................................... 45 3. ............................................................................. Fakto r yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ............ 50 4. ............................................................................. Strate gi Pengembangan Kecerdasan Emosional ................... 52 5. ............................................................................. Meto de-metode Pengembangan Emosi ............................... 56 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA A. ................................................................................... Gam baran umum SMP N 1 Karanggede ................................... 62 B. ................................................................................... Papar an Data Penelitian.............................................................. 70 BAB IV ANALISIS DATA A. ................................................................................... Upay a Guru PAI dalam mengenali dan memahami emosi siswa di SMP N 1 Karanggede ......................................................... 85 B. ................................................................................... Meto de yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Karanggede ....... 90 13 C. Faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Karanggede ......................................................................... 95 BAB V PENUTUP A. ................................................................................... Kesi mpulan ............................................................................... 101 B. ................................................................................... Saran ........................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 105 14 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1 : Nama guru dan mata pelajaran yang diajarkan ................................. 66 Tabel 2: Jumlah siswa tahun 2015/2016 .......................................................... 68 Tabel 3: Sarana dan prasarana.......................................................................... 68 15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lamp. 1: Pedoman Wawancara............................................................ 107 Lamp. 2: Pedoman Observasi ............................................................. 109 Lamp. 3: Transkip Wawancara ............................................................ 110 Lamp. 4: Nota Pembimbing Skripsi Lamp. 5: Lembar Konsultasi Lamp. 6: Surat Izin Penelitian Lamp. 7: Surat Keterangan Bukti Penelitian Lamp. 8: Daftar SKK Lamp. 9: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAI Kelas VII & VIII Semester Genap Lamp.10: Dokumentasi Lamp. 11: Daftar Riwayat Hidup 16 BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah Peserta didik SMP berada pada tahap perkembangan usia masa remaja awal dan bisa disebut juga dengan istilah pubertas. Masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun (Singgih & Yulia, 2011:201). Perkembangan sosial-emosional pada periode ini diantaranya remaja mulai melibatkan diri dalam sebuah kegiatan yang diminati secara intens, semakin ingin bebas dari orang tua, pengaruh teman sebaya sangat kuat, issu popularitas bisa menjadi sangat penting, dan perasaan cinta dengan lawan jenis yang semakin meningkat. Setiap perkembangan tugas yang perkembangan, harus individu diselesaikan memiliki dalam tugas-tugas hidupnya. Tugas perkembangan yang berhasil adalah yang dapat direalisasikan dalam hidupnya sesuai dengan situasi dan kondisinya. Tugas-tugas itu diantaranya adalah mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri; mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita; mengenal kemampuan, bakat, minat serta arah perkembangan karier; 17 berperan serta dalam kehidupan masyarakat; memantapkan cara-cara bertingkah laku yang dapat diterima lingkungan sosialnya; mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri baik secara emosional maupun sosial ekonomis; mengenal seperangkat sistem etika dan nilai-nilai untuk pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagai makhluk Tuhan; dan lain sebagainya (Hamzah & Masri, 2009:6). Namun kenyataannya banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal dan lain sebagainya yang meresahkan masyarakat dan aparat keamanan. Hal tersebut memunculkan kritik dari masyarakat untuk dunia pendidikan saat ini. Bukan hanya disebabkan oleh tindakan pelajar yang menunjukkan sikap tidak terpuji tetapi juga disebabkan adanya peningkatan jumlah pengangguran yang mayoritas adalah tamatan pendidikan. Kejadian tersebut menunjukkan kurang adanya perhatian terhadap kecerdasan emosional selama ini, karena dunia pendidikan selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan, dan keterampilan. Pada masa sekarang ini, peran keluarga mulai melemah karena adanya perubahan sosial, politik dan budaya. Keadaan ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap terbebasnya anak dari peraturan yang ditanamkan dalam suatu keluarga, hal ini membuat keluarga telah kehilangan fungsinya dalam perkembangan emosi anak. 18 Anak dimasa usia sekolah menengah pertama sering mengalami gangguan emosi atau penyesuaian diri dalam berbagai hal. Misalnya ketakutan dalam persaingan prestasi hasil belajar, kurangnya berempati dengan teman, dan kurangnya rasa percaya diri dalam kemampuan yang dimiliki. Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas. Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar yang bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik dan orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran (Hamzah, 2011:15). Guru memegang peranan penting dalam mengoptimalkan potensi anak baik fisik, kognitif, spiritual, maupun emosional. Untuk itu hendaknya guru mementingkan dan memperhatikan pendidikan anak pada segi emosional, bukan hanya kecerdasan intelektual. Menurut Goleman (1997:38) keberhasilan dalam kehidupan ditentukan oleh keduanya, tidak hanya oleh IQ, tetapi kecerdasan emosional-lah yang memegang peranan. Sungguh, intelektualitas tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. Jika guru tidak menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa, anak-anak tidak akan belajar secara efektif dan bisa sepenuhnya menolak pendidikan (Barbara, 2002:59). 19 Terdapat ayat Al-Qur’an yang menggambarkan bahwa faktor kecerdasan emosional juga ikut serta menentukan eksistensi manusia di depan Tuhan yaitu dalam QS. Al Haj ([22]:46): ٌاَ فََهمْ يَسِ ْيرُوْا فِى انَْا رْ ضِ فَتَكُى نَ نَهُم قُهُى بٌ يَّعقِهُى نَ تِهَا اَواَذَا ن يَّسمَعُى نَ تِهَا فَاِ وَّهَا الَ تَعمَى االَ تصَا رُ وَ نَكِه تَعمى انقُهُىبُ انَّتِي فِى ِانصُّدُور Artinya:“Maka apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada.” (QS. Al Haj [22]:46). Kecerdasan emosional erat hubungannya dengan kecerdasan interpersonal. Menurut Goleman, faktor emosi sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional. Lima wilayah tersebut adalah kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan. Lima wilayah tersebut menjadi bagian dari Pendidikan Agama Islam. Kecerdasan emosional di dalam ajaran Islam lebih dekat dengan ajaran mengenai akhlak (Hamzah & Masri, 2009:15). Metode merupakan komponen yang penting dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pembinaan karena dengan metode guru PAI dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Guru PAI memegang peran kunci dalam mengembangkan kecerdasan 20 emosional, namun juga tidak terlepas dengan peran guru lain dan lingkungan sekolah yang diciptakan untuk pembelajaran akhlak. Lingkungan sekolah yang kondusif akan membantu penghayatan peserta didik untuk memperkuat keyakinan dirinya terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang kemudian akan membentuk sikap emosionalnya. Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Terjadilah suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak sekadar tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik (Sardiman, 2009:148). Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya sendiri sekalipun cerdas secara intelektual dapat berakibat fatal bagi kehidupannya bahkan kehidupan orang lain. DanoCandace Pert, penulis Molecules of Emotion, menyatakan bahwa emosi menghubungkan tubuh dengan otak dan menyediakan energi untuk memacu prestasi akademis, juga kesehatan dan keberhasilan pribadi. “semua yang kita lakukan,” katanya, “dikendalikan oleh emosi” (Barbara, 2002:80). Untuk itu emosi mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan, karena manusia dapat mengontrol tindakan yang dilakukan, menjaga diri, menjalin hubungan dengan orang lain, dan mempunyai keinginan untuk berkompetensi. 21 Penulis tertarik untuk meneliti siswa di SMP N 1 Karanggede mengingat usia tersebut merupakan masa-masa yang banyak terjadi hal-hal rawan tapi sekaligus menjadi hasil dari perkembangan individu. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan jasmani cepat dengan puncak perkembangan kecerdasan yang disertai dengan kegoncangan emosi, ketidakpastian diri dan masa memuncaknya kebutuhan kepada agama. Pada masa SMP merupakan fase paling penting dalam mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosional yang sudah tertanam dalam diri. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terutama mengenai metode guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Karanggede. Maka penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh lagi persoalan tersebut melalui sebuah penelitian dengan judul: “Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP Negeri 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016’’. C. Pertanyaaan Penelitian 1. Bagaimana upaya Guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? 22 2. Apa saja metode yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya Guru PAI dalam mengenali dan memahami emosi siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui metode yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten 2015/2016. 23 Boyolali Tahun Pelajaran E. Penegasan Istilah 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Kata “upaya” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:1109) adalah usaha atau ikhtiar untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya. Maksudnya adalah suatu usaha sadar untuk mencari jalan terbaik atau mengubah menjadi yang lebih baik untuk mencapai tujuan, sedangkan pengertian pendidik/guru dalam perspektif islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaannya sehingga ia mampu menjalankan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi-ardh maupun „abd) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (Al-Rasyidin, 2005:42). Upaya guru pendidikan agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik yang mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional di SMP N 1 Karanggede. Usaha tersebut dapat dilakukan didalam proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dengan melalui metode pembelajaran. 2. Metode Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode 24 berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”. Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia “metode” adalah cara yang teratur dan berpikir baikbaik untuk mencapai maksud (Arief, 2002:40). 3. Mengembangan Kecerdasan Emosional Kata “mengembangkan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:473) adalah membuka lebar-lebar, membentangkan, menjadikan luas, merata, menjadikan maju, baik, dan sempurna. Maksudnya adalah mengoptimalkan potensi sehingga hasilnya maksimal. Kecerdasan sering disebut juga intelegensi. Kata intelegensi dikenal dengan terminologi intellegence dalam bahasa inggris. Terminologi berasal dari bahasa latin intellegence yang terdiri dari dua akar kata intus dan legere yang berarti membaca atau memahami sesuatu secara mendalam dengan rasional. Intelegensi diartikan kemampuan intelektual secara esensial, yang terutama mencakup kemampuan dalam membentuk pengertian, pertimbangan, dan rasionalitas (Thantawy, 2005:41). Akar kata emosi adalah movere, dalam bahasa latin yang berarti “menggerakkan, bergerak” di tambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1997:7). Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi 25 sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, dan setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Davies dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa intelegensi emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta perilaku seseorang (Monty & Fidelis, 2003:27). Kecerdasan emosional adalah perpaduan kemampuan afektif dan kemampuan kognitif yang menjelma dalam perilaku manusia tentang sadar diri dan kendali diri, ketekunan tingkat motivasi, empati dan keterampilan sosial. 4. Mengenali dan Memahami Emosi Kata mengenali dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:246) adalah mengetahui tanda-tandanya atau ciri-cirinya, sedangakan kata memahami adalah mengerti atau mengetahui dengan benar. Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan mengenali dan memahami emosi siswa adalah usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui dan mengerti benar mengenai emosi atau perasaan yang sedang dialami oleh anak ketika proses belajar mengajar berlangsung. 5. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kata pendukung dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (246) yang berarti penyokong, pembantu, dan penunjang, sedangkan penghambat yang berarti menghambat atau yang menghalangi. 26 Berdasarkan penjelasan di atas, maka maksud dengan judul upaya guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional adalah tentang usaha-usaha yang dilakukan secara sadar oleh guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional melalui cara atau jalan dengan mengenali dan memahami emosi siswa serta menggunakan metode pengembangan emosi sehingga hasil yang akan dicapai dapat maksimal. Tentu saja usaha-usaha yang dilakukan oleh guru PAI untuk mengembangkan kecerdasan emosional yang diterapkan tidak lepas dari faktor-faktor penunjang ataupun yang menghambat. F. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna baik yang bersifat teoritis maupun praktis, antara lain adalah: 1. Teoretis Penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya pemahaman dan pengembangan kecerdasan peserta didik. Serta wawasan tentang metode yang dikembangkan guru PAI dalam mencerdaskan emosional siswa khususnya di sekolah menengah pertama. 2. Praktis a. Dapat dijadikan sebagai masukkan dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa oleh para guru Pendidikan Agama Islam. 27 b. Dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam meningkatkan kemampuan membaca dan memahami emosi siswa. G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2009:6). Subyek dalam penelitian ini adalah guru PAI. Selain guru, siswa juga dilibatkan sebagai informan dalam penelitian ini. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian yaitu metode yang digunakan oleh guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Metode tersebut digunakan oleh guru kepada siswa, diterapkan untuk mengetahui kemampuan kecerdasan emosional siswa selama pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data tentang metode guru PAI dalam pengembangan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016 penulis menggunakan metode sebagai berikut: 28 a. Metode Wawancara Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk memperoleh informasi mengenai kecerdasan emosional siswa dan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengenai metode yang digunakan guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional serta wawancara dilakukan dengan siswa di SMP N 1 Karanggede sebagai informan. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian. Pertanyaan tersebut meliputi kondisi kecerdasan emosional, metode pengembangan serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional. Berikut langkah-langkah dalam wawancara, yaitu: menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, menyiapkan pokokpokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, mengawali atau membuka alur wawancara, melangsungkan alur wawancara, mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, menuliskan hasil wawancara 29 ke dalam catatan lapangan, mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh (Sugiono, 2009:322). b. Metode Pengamatan (Observasi) Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Cholid & Achmadi. 2010:70) yaitu interaksi antara guru dan siswa saat pembelajaran PAI selama proses belajar mengajar (PBM) yang berlangsung pada semester genap antara bulan April s/d Mei di SMP N 1 Karanggede. Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk mencatat tentang apa yang didengar dan dilihat peneliti dalam rangka pengumpulan data. Dengan metode ini, peneliti dapat menghasilkan data yang berupa proses tentang pembelajaran PAI di kelas yang meliputi bagaimana guru PAI dalam menyampaikan pembelajaran PAI, bagaimana siswa dalam menanggapi pembelajaran PAI, metode apa yang digunakan guru dan faktor apa saja yang menghambat dan mendorong dalam pembelajaran PAI di kelas khususnya yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional siswa. c. Metode Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang profil sekolah, sejarah, sarana dan prasarana serta data siswa. Serta dokumen-dokumen yang diperlukan oleh peneliti yang mendukung dan melengkapi data hasil temuan peneliti. 30 3. Pengecekan Keabsahan Data Agar data dalam suatu penelitian dikatakan valid, maka diperlukan adanya uji keabsahan data. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2009:324). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data (Moleong, 2005:330). Dalam pencapaiannya dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan. Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip obyektifitas yang dinilai dari validitas dan reabilitasnya. Validitas dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya, yaitu agar temuan dan penafsirannya sesuai dengan yang sebenarnya dan temuan disetujui oleh subyek yang diteliti. Reabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari subyek atau informan. 4. Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif, adalah upaya yang dilakukan dengan 31 jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2008:248). Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menerapkan metode berpikir induktif, yaitu suatu metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Daymon, 2008:369). Data yang diperoleh dari penelitian bersifat kompleks dan rumit direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok. Data hasil penelitian direduksi, baik dari hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Data yang telah dirangkum kemudian dipilih mana yang sekiranya diperlukan untuk penulisan laporan. Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian di lapangan. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan penelitian. 32 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab landasan teori ini meliputi: D. Materi Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam 3. Materi PAI Semester Genap di SMP E. Metode-metode Pembelajaran PAI 3. Jenis-jenis Metode Pembelajaran 4. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran F. Kecerdasan Emosional 6. Pengertian Kecerdasan Emosional 7. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional 8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional 9. Strategi Pengembangan Kecerdasan Emosional 10. Metode-metode Pengembangan Emosi BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA Pada bab ini berisi: C. Gambaran umum SMP N 1 Karanggede D. Paparan Data Penelitian BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini berisi: 33 D. Upaya Guru PAI dalam mengenali dan memahami emosi siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? E. Metode yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? F. Faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini meliputi: C. Kesimpulan D. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dari segi bahasa, kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah “ta‟lim” dengan kata kerja “ „allama”. Sedangkan Pendidikan Agama Islam dalam bahasa arabnya adalah “ Tarbiyah Islamiyah” (Darajat, 1996:25). Tayar yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya (Majid, 2014:12). Dalam Kurikulum PAI, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Abdul & Dian, 2005:130). Pengajaran agama Islam merupakan pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan oleh manusia dalam 35 menjalankan kehidupannya di dunia dan untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti. Maka dari itu ruang lingkup pengajaran agama Islam meliputi seluruh aspek kehidupan yang mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, dan mahkluk lainnya maupun lingkungannya. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Secara etimologi, tujuan adalah “Arah, maksud atau haluan.” Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang di harapkan setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai. Secara umum tujuan pendidikan Islam di klasifikasikan pada tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Arief, 2002:18). 36 Menurut imam al-Ghazali tujuan pendidikan Islam adalah membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah swt dan untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat (Arief, 2002:22). Zakiah Daradjat mendefinisikan tujuan pendidikan agama Islam yaitu membina manusia beragam, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif. Dalam kurikulum PAI 2002 Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2012:16). Tujuan Pendidikan Agama Islam di atas merupakan turunan dari Tujuan Pendidikan Nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No.20 Tahun 2003) yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang 37 beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Majid, 2014:16). Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam di SMP diberikan ddengan maksud bahwa agama diajarkan untuk bisa mengantarkan siswa menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang mampu berhubungan baik antara manusia dengan manusia (hablun minannas) dan antara manusia dengan Allah (hablun minallah). 3. Materi PAI Semester Genap SMP Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan Hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah (Abdul & Dian, 2005:131). Pengajaran agama Islam diberikan pada sekolah umum (sekolah) dan sekolah agama (madrasah), baik negeri maupun swasta. Seluruh bahan pengajaran yang diberikan di sekolah atau madrasah diorganisasikan dalam bentuk kelompokkelompok mata pelajaran, yang disebut bidang studi (broadfields) dan dilaksanakan melalui sistem kelas. a. Materi pelajaran kelas VII semester genap 1) Aspek Al-Qur’an: Hukum Bacaan Nun mati/tanwin dan Mim mati Materi pokok: Pengertian dan hukum bacaan nun mati/tanwin; pengertian dan hukum bacaan mim mati/mim sukun. 38 2) Aspek Akidah Islam: Iman Kepada Malaikat Allah Materi pokok: Pengertian iman kepada malaikat Allah; namanama malaikat dan tugas-tugasnya; sifat-sifat malaikat Allah dan dalilnya; perbedaan malaikat dengan makhluk gaib lainnya. 3) Aspek Akhak: Kerja keras, Tekun, Ulet dan Teliti Materi pokok: sifat mulia; manfaat bersifat mulia. 4) Aspek Fiqih a) Salat Jum’at, materi pokok: pengertian, hukum, syarat-syarat, sunah, dan hal-hal yang menghalangi salat jum’at; dalil naqli dan aqli tentang salat jum’at; fungsi salat jum’at dalam kehidupan. b) Salat Jama’ dan Qasar, materi pokok: pengertian salat jama’ dan qasar serta sebab-sebabnya; dalil salat jama’ dan qasar; salat-salat yang dapat dijama’ dan diqasar; salat jama’ takdim dan salat jama’ takhir. 5) Aspek tarikh: Sejarah Nabi Muhammad SAW Materi pokok: Misi nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan bermanfaat; misi nabi muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan masyarakat; meneladani perjuangan nabi dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat mekah. 39 b. Materi pelajaran kelas VIII semester genap 1) Aspek Al-Qur’an: Hukum Bacaan Mad dan Waqof Materi pokok: Arti bacaan mad; macam-macam mad; hukum bacaan waqof; macam-macam waqof dan tanda-tandanya; praktik bacaan waqaf. 2) Aspek akidah: Iman Kepada Rasul-rasul Allah Materi pokok: pengertian iman kepada rasul-rasul Allah; namanama rasul dan sifat-sifatnya; rasul-rasul Allah sebagai petunjuk bagi manusia; perbedaan antara rasul ulul azmi dan rasul lainnya; fungsi iman kepada rasul-rasul Allah. 3) Aspek Akhlak a) Membiasakan perilaku terpuji dalam makan dan minum, materi pokok:adab dalam makan dan minum; contoh adab makan dan minum; mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari. b) Dendam dan munafik, materi pokok: pengertian dendam dan munafik; dalil naqli tentang dendam dan munafik; sifat dendam dan munafik. 4) Aspek fiqih: Hukum Islam Tentang Hewan yang Dihalal dan yang Diharamkan Materi pokok: jenis-jenis hewan yang dihalalkan; tatacara menyembelih hewan yang dihalalkan; manfaat hewan yang dihalalkan; jenis-jenis hewan yang diharamkan; bahaya hewan 40 yang diharamkan; penerapan ketentuan hewan yang dihalalkan dan diharamkan. 5) Aspek Tarikh: Sejarah Dakwah Islam Materi pokok: sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam islam; tokoh-tokoh ilmuan muslim dan peranannya. B. Metode-metode Pembelajaran Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimana baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimana sempurnanya metode yang dipergunakan, jika hubungan guru dengan siswa tidak harmonis, maka dapat menciptakan keluaran yang tidak diinginkan (Asdiqoh, 2012:47). Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Terdapat tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru harus dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan melatih para siswanya (Asdiqoh, 2012:19). Menurut Koestiyah N.K bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk: Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa 41 kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman; Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai etika-etika dan dasar negara (pancasila); Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik; sebagai perantara dalam belajar; Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik kearah kedewasaan; Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat; Sebagai penegak disiplin dan menjadi contoh dalam segala hal; Guru sebagai administrator dan manajer; Pekerjaan guru sebagai suatu profesi; Guru sebagai perencana kurikulum; Guru sebagai pemimpin; Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak misalnya ekstrakurikuler (Asdiqoh, 2012:20). Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, ada 5 variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa yaitu: melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, prinsip individualitas, peragaan dan pengajaran (Asdiqoh, 2012:44). 1. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian (Usman, 2002:33), yakni: a. Metode konvensional, yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut metode tradisional. Beberapa metode mengajar konvensional, antara lain: metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan eksperimen, resitasi (pemberian tugas), kerja 42 kelompok, sosio-drama dan bermain peran, karya wisata, drill (latihan), dan sistem regu. b. Metode mengajar inkonvensional, yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode mengajar dengan modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, machine program, merupakan metode yang baru dikembangkan dan ditetapkan dibeberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya. Al-Ghazali mengemukakan beberapa metode alternatif antara lain (Arief, 2002:44) : a. Mujahadah dan riyadlah nafsiyah (kekuatan dan latihan jiwa) yaitu mendidik anak dengan cara mengulang-ulangi pengalaman. b. Penggunaan metode yang bervariasi akan membangkitkan motivasi belajar dan menghilangkan kebosanan. c. Pendidik hendaknya memberikan dorongan berupa pujian, penghargaan dan hadiah kepada anak yang berprestasi, sedangkan memberikan hukuman hendaknya bersifat mendidik dengan maksud memperbaiki perbuatan yang salah agar tidak menjadi kebiasaan. 43 Pendapat ibnu khaldun tentang metode pendidikan (Arief, 2002:45) adalah sebagai berikut: a. Metode ilmiah yang modern, yaitu menumbuhkan kemampuan memahami ilmu dengan kelancaran berbicara dalam diskusi untuk menghindari verbalisme dalam pelajaran. b. Metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan. Pengetahuan bersifat global bertahap dan terperinci, agar penjelasan sesuai dengan tingkat berfikirnya. c. Menggunakan media (alat peraga) untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. d. Melakukan karyawisata agar siswa mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. e. Menghindari sistem pengajaran materi dalam bentuk ikhtisar (ringkasan). f. Memberikan sanksi yang proporsional untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sedangkan menurut H.M. Arifin (Arief, 2002:46), yaitu: metode situasional dan kondisional, metode tarhib dan targhib, metode kebermaknaan, metode dialog, metode pemberian contoh, metode diskusi, metode induktif dan deduktif, metode demonstrasi, metode eksperimen, dan metode hadiah dan hukuman. 44 Berdasarkan pembagian waktunya, pengembangan metode pendidikan Islam terbagi menjadi masa klasik, masa pertengahan, dan masa modern: a. Masa klasik (610-1258M) metode yang digunakan adalah: ceramah, hafalan, membaca tadarus, tanya jawab, bercerita, menulis, metode khusus. b. Masa pertengahan (1258-1800M):ceramah, hafalan, membacamenulis, membaca-tadarus, tanya jawab, cerita lewat buku, menulis Al-Qur’an mulai dari titik, keyakinan/pembenaran, mudzakarah, umum dan sederhana, metode khusus, menyeluruh, pemberian contoh, membimbing. c. Masa modern (1800-sekarang): ceramah dengan menggunakan media, hafalan mandiri, membaca dengan pemahaman, murid bertanya dan menjawab, cerita lewat media, menulis Al-Qur’an secara utuh, sintesis analisis, diskusi, deduktif, induktif, komprehensif, dan demonstrasi. Hal yang membedakan antara ketiga periode tersebut adalah pengembangan dalam menggunakan metode dengan dibantu alat atau media yang semakin canggih, dari sekian banyak metode yang ditawarkan oleh beberapa pakar pendidikan, tidak semuanya dapat diaplikasikan pada setiap pelajaran. Oleh karena itu hendaknya setiap pendidik terlebih dahulu dapat mempertimbangkan metode apa yang tepat untuk digunakan, yang 45 dapat mempengaruhi hasil belajar kearah yang lebih baik dan relevan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Penggunaan metode yang bervariasi pada setiap pelajaran hendaknya juga menjadi pertimbangan bagi setiap guru, guna meningkatkan minat belajar anak (Arief, 2002:50). Dari pendapat-pendapat para ahli, secara sederhana metode-metode pendidikan dapat diringkas, sebagai berikut: a. Metode Ceramah Metode ceramah ialah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa. Dalam bahasa inggris metode ceramah disebut dengan istilah “lecturing method atau telling method”. Metode ini sering digunakan karena metode ini sangat mudah untuk dilakukan. Untuk bidang studi agama, metode ceramah masih tepat untuk dilaksanakan, misalnya: untuk memberikan pengertian tentang tauhid, karena tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, maka seorang guru akan memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan murid dapat mengikuti jalan fikiran guru (Daradjat Zakiah, 1981:232). b. Metode Diskusi Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif (Usman, 2002:36). Metode 46 diskusi tepat digunakan untuk menumbuhkan sikap transparan dan toleran bagi peserta didik, untuk mencari berbagai masukkan dalam memutuskan sebuah permasalahan secara bersama, dan untuk membiasakan peserta didik berfikir secara logis dan sistematis (Arief, 2002:145). Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. c. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa (Arief, 2002:190). Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran/contoh Rasulullah saw (Daradjat Zakiah, 1981:236). d. Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran. Metode ini dilakukan apabila guru mengharapkan pengetahuan yang diterima siswa lebih mantap dan mengaktifkan mereka dalam mencari atau mempelajari suatu masalah dengan lebih banyak membaca, mengerjakan sesuatu secara langsung (Usman, 2002:47). 47 Metode pemberian tugas merupakan salah satu cara di dalam penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan sejumlah tugas kepada siswa-siswanya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk mempertanggungjawabkannya. e. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial (Usman, 2002:51). Metode sosiodrama ini dapat dilaksanakan terutama dalam bidang studi kesenian atau dapat juga dilaksanakan dalam bidang sejarah. Dalam bidang studi agama dapat dilaksakan terutama dalam bidang sejarah Islam. Metode sosiodrama ini dilakukan setelah guru menjelaskan sesuatu hal yang menyangkut bidang studi agama. Metode sosiodrama bertujuan bagaimana belajar memahami perasaan orang lain, menggambarkan bagaimana seseorang memecahkan masalah serta melukiskan bagaimana seharusnya seorang bertindak atau bertingkahlaku dalam situasi sosial (Arief, 2002:182). f. Metode Drill (Latihan) Zuhairini mendefinisikan metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan (Arief, 2002:174). Metode drill lebih 48 menitikberatkan pada keterampilan siswa seperti kecakapan motoris, mental, asosiasi yang dibuat dan sebagainya. g. Metode Kerja Kelompok Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok baik kelompok kecil maupun besar. Setiap kelompok diberikan tugas, sementara guru tetap melakukan pengawasan. h. Metode Karyawisata Menurut H.Zuhairini dkk, metode karyawisata adalah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran (Arief, 2002:168). Metode ini lebih menekankan pembinaan pada aspek psikomotorik sedangkan untuk pembinaan aspek kognitif dan afektif merupakan pendorong untuk tercapainya elaborasi dari teori-teori yang telah didapat peserta didik. i. Metode Simulasi Metode ini dilakukan dengan cara berpura-pura bermain tentang bagaimana seseorang merasa dan berbuat sesuatu. Metode ini mempunyai tujuan untuk melatih siswa agar dapat memahami dirinya dan lingkungannya sehingga mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi (Arief, 2002:186). 49 j. Metode Eksperiman Metode eksperimen ialah cara pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi (Usman, 2002:45). 2. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran a. Metode ceramah Karateristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebih dominan sementara siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Metode ceramah mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satu kelebihannya adalah suasana kelas berjalan dengan tenang, sedangkan kekurangannya antara lain: interaksi cenderung bersifat teacher centred, verbalisme, guru lebih aktif sedangkan murid lebih pasif (Arief, 2002:140). b. Metode Diskusi Kelebihan metode ini diantaranya adalah suasana kelas lebih bergairah, dapat menjalin hubungan sosial antar individu sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain (Usman, 2002:37). Sedangkan 50 kelemahan metode diskusi ini adalah adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggungjawab terhadap hasil diskusi. c. Metode demonstrasi Metode ini merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, menambah pengalaman anak didik, dan memusatkan perhatian anak didik, dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi pelajaran yang disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat bahkan mempraktekkannya secara langsung. Di samping itu, metode demonstrasi dalam pelaksanaannya memakan waktu yang lama, apabila terjadi kekurangan media metode demonstrasi menjadi kurang efektif, memerlukan biaya yang cukup mahal terutama untuk pembelian alat-alat, memerlukan tenaga yang tidak sedikit oleh karena itu guru dan siswa perlu persiapan fisik di samping penguasaan teori. d. Metode Pemberian Tugas atau Resitrasi Kelebihan dari metode ini murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian berkreatif, berinisiatif, bertanggungjawab, dan mandiri. Sedangkan kelemahannya salah 51 satunya adalah tugas yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental siswa (Arief, 2002:166). e. Metode Sosiodrama Kelebihan dari metode ini antara lain melatih keberanian, penyaluran perasaan-perasaan terpendam karena atau memperoleh keinginan-keinginan kesempatan untuk yang belajar mengekspresikan (mencurahkan) penghayatan mereka mengenai suatu problem di depan orang banyak (murid-murid lain), untuk mengajar anak supaya ia bisa menempatkan dirinya diantara orang lain. Kelemahan metode ini adalah situasi sosial yang diciptakan dalam suatu lakon tertentu, tetap hanya merupakan situasi yang memiliki kekurangan kualitas emosional dengan situasi sosial sebenarnya, kadang-kadang anak tidak mau memerankan sesuatu adegan karena malu, anak-anak yang tidak dapat giliran akan menjadi pasif, perbedaan adat istiadat, kebiasaan dan kehidupan, masyarakat akan mempersulit pengaplikasian metode ini (Arief, 2002:181). f. Metode Drill (Latihan) Kelebihan metode ini adalah dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan dan guru lebih mudah mengontrol siswa yang disiplin belajarnya ataupun yang kurang disiplin, akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin, dalam 52 waktu yang relatif singkat dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan para murid akan memiliki pengetahuan yang siap pakai (Arief, 2002:178). Sedangkan kelemahan metode drill (latihan) ini adalah dapat menghambat daya inisiatif siswa dan menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan (Usman, 2002:57). Metode ini akan membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku. g. Metode kerja kelompok Adapun kelebihan metode kerja kelompok adalah melatih dan menumbuhkan rasa kebersamaan, toleransi dalam sikap dan perbuatan, timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok dan anak-anak yang pemalu akan lebih aktif, menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik. Kelemahan metode kerja kelompok ini adalah terlalu banyak persiapan dan bilamana guru kurang kontrol maka akan terjadi persaingan negatif antar kelompok (Usman, 2002:50). Tugas guru akan menjadi berat, tugas akan terbengkalai jika tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis anak didik, sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang terasa terabaikan. h. Metode karyawisata Kelebihan dari metode ini adalah siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat kunjungan; 53 siswa bisa memperoleh informasi yang lebih akurat dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan oleh petugas setempat; dalam karyawisata berbagai mata pelajaran dapat dipelajari sekaligus dan integral, dan tidak hanya terbatas pada satu mata pelajaran; siswa memperoleh pemantapan teori-teori yang pernah mereka pelajari di sekolah dengan kenyataan aplikasi yang diterapkan pada objek yang mereka kunjungi (Arief, 2002:169). Selain itu metode karyawisata dapat menumbuhkan motivasi dan perasaan senang oleh peserta didik. Kekurangan metode ini adalah waktu yang tersedia tidak mencukupi dan menyita waktu pelajaran; karyawisata membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang besar sehingga menjadi beban siswa dan guru (Usman, 2002:54). i. Metode simulasi Kelebihan: aktivitas simulasi menyenangkan siswa sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi, interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban, simulasi melatih siswa agar mampu berfikir kritis, strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya, tidak memerlukan skill komunikasi yang pelik dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simple. Kekurangan: efektifitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset, simulasi menghendaki 54 hubungan yang inovatif antara guru dan murid, dalam simulasi sering tidak terikutkan elemen-elemen yang penting. j. Metode eksperimen Kelebihan metode ini adalah menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri melaksanakan metode kekurangannya adalah sebuah ilmiah tidak permasalahan dengan semua mata baik. dan dapat Sedangkan pelajaran dapat menggunakan metode ini dan murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat, kurang baik hasilnya (Arief, 2002:173). C. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Akar kata emosi adalah movere, dalam bahasa latin yang berarti “menggerakkan, bergerak” di tambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1997:7). Emosi menurut The Dictionary of Psychology dalam bukunya J.Maurus yang berjudul Mengembangkan Emosi Positif (2014:17) adalah keadaan yang kompleks dari suatu organisme, termasuk perubahan dalam banyak hal antara lain pernafasan, denyut nadi, kelenjar, dll. Secara kejiwaan semisal kegembiraan atau kegelisahan yang ditandai dengan perasaan yang mendalam dan dorongan yang kuat untuk melakukan tindakan tertentu. Dalam ilmu psikologi, kata emosi 55 ini dimaknai sebagai perasaan, sehingga keadaan individu ketika marah, sedih, kecewa, atau pun gembira adalah bagian dari emosi. Kata emosi ini tidak hanya mencakup perasaan marah atau pun sedih, namun segala hal yang menyangkut perasaan manusia (Beranda & Tridhonanto, 2009:2). Goleman (1997:411) menyatakan bahwa “emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak”. Dari definisi di atas bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. Ali dan Yeni (2011) mengutip pendapat dari Stewart at all yang mengutarakan bahwa perasaan senang, marah takut, dan sedih sebagai emosi dasar. Dari keempat emosi dasar tersebut dapat berkembang menjadi berbagai macam emosi, yakni diklasifikasikan ke dalam kelompok emosi positif dan emosi negatif. Reynold mengklasifikasikan emosi positif dan negatif tersebut adalah sebagai berikut: emosi positif meliputi rela, lucu, kegembiraan/keceriaan, kesenangan/kenyamanan, rasa ingin tahu, kebahagiaan, kesukaan, rasa cinta/kasih sayang, ketertarikan/takjub. Emosi negatif meliputi tidak sabaran, kebimbangan, rasa marah, kecurigaan, rasa cemas, rasa bersalah, rasa cemburu, rasa jengkel, rasa takut, depresi, kesedihan, rasa benci. 56 Islam memandang emosi adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada makhluk-makhluknya termasuk manusia dengan segenap fungsi dan kegunaannya bagi keberlangsungan hidup (Yasin, 2007:105). Hal ini terwujud melalui kecakapan emosi yang terdiri dari kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan pribadi terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi. Sedangkan kecakapan sosial terdiri dari empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2001:4243). Kecerdasan sering disebut juga intelegensi. Kata intelegensi dikenal dengan terminologi intellegence dalam bahasa inggris. Terminologi berasal dari bahasa latin intellegence yang terdiri dari dua akar kata intus dan legere yang berarti membaca atau memahami sesuatu secara mendalam dengan rasional. Intelegensi diartikan kemampuan intelektual secara esensial, yang terutama mencakup kemampuan dalam membentuk pengertian, pertimbangan, dan rasionalitas (Thantawy, 2005:41). Dalam bahasa arab kecerdasan disebut al-dzaka menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu dalam arti kemampuan dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna (Ramayulis, 2002:96). Diantara pakar-pakar teori tentang kecerdasan emosi paling berpengaruh yang menunjukkan perbedaan nyata antara kemampuan intelektual dan emosi adalah Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard memperkenalkan sebuah model yang oleh banyak orang 57 disebut kecerdasan majemuk (multiple intelligence) (Goleman, 2001:513). Kecerdasan tersebut yaitu meliputi kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal. Kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Pembagian kecerdasan oleh Gardner telah membuka paradigma baru disebuah kata kecerdasan karena ternyata cerdas bukan semata dapat memiliki skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu beranekaragam. Bagi Gardner, tidak ada anak bodoh, yang ada anak yang menonjol pada satu atau beberapa jenis kecerdasan. Howes dan Herald berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi bila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain (Beranda & Tridhonanto, 2009:5). Davies dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa intelegensi emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta perilaku seseorang (Monty & Fidelis, 2003:27). 58 Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu memandu pikiran dan tindakan (Goleman, 2002:513). Sedangkan kecerdasan emosional dalam pandangan Islam menurut Jalalludin Rahmat adalah: kecerdasan emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri. Dalam Islam, kemampuan mengendalikan emosi atau menahan diri disebut sabar (Yasin, 2007:15). Thorndike, ahli psikologi terkemuka menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan “sosial” kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak “bijaksana dalam hubungan antar manusia” merupakan suatu aspek IQ seseorang. IQ dan kecerdasan emosional bukanlah keterampilan-keterampilan yang saling bertentangan, melainkan keterampilan-keterampilan yang sedikit terpisah (Goleman, 1997:56). Keterampilan emosional dapat dilangsungkan di sekolah. Keberhasilan di sekolah bukanlah diramalkan oleh kumpulan fakta seorang anak atau kemampuan dininya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial: yakin pada diri sendiri dan mempunyai minat, tahu pola perilaku apa yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk tidak berbuat nakal, mampu menunggu, mengikuti petunjuk, dan mengacu pada guru untuk 59 mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya saat bergaul dengan anak-anak lain (Goleman, 1996:273). Perilaku emosional dipengaruhi oleh kelenjar endokrin dan bagian otak yang mengurusi emosi yaitu sistem limbik, sistem saraf yang paling berhubungan dalam membentuk kecerdasan emosi yang dikirim keberbagai tubuh adalah korteks, hipotalamus, dan amigdala (Mualifah, 2009:115). Emotional intelligence sangat berpengaruh dalam proses dan keberhasilan belajar. Hal ini karena belajar tidaklah semata-mata persoalan intelektual, tetapi juga emosional. Belajar tidak hanya menyangkut interaksi peserta didik dengan buku-buku dan bahan pelajaran yang mati, tetapi juga melibatkan hubungan manusiawi antara sesama peserta didik dan antara peserta didik dengan guru. Disinilah letak pentingnya kecerdasan emosional dalam belajar (Mustaqim, 2012:158). Goleman mengungkapkan ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan emosional (Riana, 2011:61), sebagai berikut: a) Mampu memotivasi diri sendiri b) Mempu bertahan menghadapi frustasi c) Lebih cakap untuk menjalankan jaringan informal/nonverbal d) Mampu mengendalikan dorongan lain 60 e) Cukup luwes untuk menemukan cara/alternatif agar sasaran tetap tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit dijangkau f) Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatu akan beres ketika menghadapi tahap sulit 2. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2001:39) unsur-unsur kecerdasan emosi meliputi kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Berikut penjelasan mengenai unsur-unsur kecerdasan emosional: a. Kesadaran Diri Kesadaran diri bertindak sebagai barometer batiniah, yang mengukur apakah yang sedang dikerjakan atau baru dikerjakan memang berharga. Perasaan memberi kita informasi yang penting. Menurut Goleman (2001:513) kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Seseorang yang mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan secara mantap, dalam hal ini misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan 61 seperti memilih, sekolah, sahabat, pekerjaan, sampai soal pasangan hidup (Mamzah & Masri, 2009:16). Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk memahami perasaan dan emosi diri, Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 33: ْص ِر ف ْ َجهُ اَحَةُّ اِنَيَّ مِمَّا يَدْ عُى وَ ِىيْ اِنَيْهِ وَاِالَّ ت ْ ِّقَا ل رَبِّ انس َصةُ اِنَيْهِهَّ وَاَ ُكهْ ِّمهَ ا نْجَهِهِيه ْ َع َِّىيْ كَيْدَهُهَّ ا Artinya: Yusuf berkata, “wahai Tuhanku penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka, jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.”(QS. Yusuf [12:33]) b. Motivasi Diri Arti dari memotivasi diri adalah usaha yang dilakukan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Menurut Goleman (2001:514) motivasi adalah menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan pencapaian tujuan tersebut meliputi: a) dorongan prestasi yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan, b) komitmen yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga, c) inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, d) optimisme yaitu kegigihan 62 dalam memperjuangkan tujuan kendati ada halangan dan kegagalan (Mustaqim, 2012:156). Menurut Shapiro, orang yang termotivasi mempunyai banyak keinginan dan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi rintangan-rintangan (Mualifah, 2009:120). Dalam hal ini mengandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi sehingga seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan aktivitas, misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain dan sebagainya. Kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dapat terlihat dari hal-hal sebagai berikut: cara mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, kekuatan berfikir positif, optimisme, dan keadaan flow ( mengikuti aliran) yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Bila seseorang memiliki kemampuan memotivasi diri, ia akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya (Beranda & Tridhonanto, 2009:7). c. Pengaturan Diri Pengaturan diri adalah menangani emosi sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu 63 sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi (Goleman, 2001:514). Pengaturan diri meliputi kemampuan a) mengendalikan diri: mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif, b) dapat dipercaya: menunjukkan kejujuran dan integritas, c) kehati-hatian: dapat diandalkan dan bertanggungjawab dalam memenuhi kewajiban, d) adaptabilitas: keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan, e) inovasi: bersikap terbuka terhadap gagasan, pendekatan baru, dan informasi terkini (Goleman, 2001:130). Karateristik perilaku : memiliki rasa tanggung jawab, mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan, dan mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat impulsif (Riana, 2011:63). Dalam pandangan Islam kemampuan pengendalian diri dikenal dengan istilah sabar, yang di dalamnya mengandung harapan yang kuat, istiqomah, tabah, optimis, dan percaya diri dalam mencapai tujuan (Yasin, 2007:128). Misalnya, seseorang yang sedang marah dapat mengendalikan kemarahannya secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali dikemudian hari. Al-Qur’an juga menjelaskan bagaimana manusia beradaptasi dengan emosinya, serta bagaimana merubah perasaan mereka. Dalam firman Allah surat Al-Hadid ayat 23: ُّنِّكَ ْيالَ تَأْ سَىْا عَهي مَا فَا تَكُمْ وَالَ َت ْفرَ حُىا تِمَا اَتَكُمْ وَانهَّهُ الَ يُحِة ٍكُمَّ مُخْتَا لٍ فَخُ ْىر 64 Artinya: “agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid [57:23]) d. Empati Empati adalah merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang (Goleman, 2001:514). Ajaran Islam mendorong munculnya sikap empati terhadap sesama karena empati yang dalam akan melahirkan pertolongan yang tulus. Dan Rasulullah saw bersabda “ bersikap belas kasihlah kamu terhadap siapa saja yang berada di atas bumi, pasti yang di langit akan merahmatimu” (H.R. Thabrani). Dengan adanya kemampuan berempati individu akan cenderung disukai orang. e. Kecakapan Dalam Membina Hubungan dengan Orang Lain Menjalin hubungan sosial dengan orang lain adalah sifat hakiki yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Seseorang dikatakan berhasil dalam menjalin hubungan dengan orang lain, jika ia sukses dalam pergaulan dan penampilannya selaras dengan perasaannya sendiri. Seseorang dikatakan gagal dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain, jika ia tidak mengerti perasaan dan keberadaan orang lain, biasanya ditampilkan dengan sikap sombong atau angkuh (Beranda & Tridhonanto, 2009:8). Peserta didik dengan kemampuan 65 ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul, dan menjadi lebih populer. 3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional a. Faktor otak La Douk mengungkapkan bagaimana arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak. Amigdala adalah spesialis masalah-masalah emosional yang berfungsi sebagai semacam gudang ingatan emosional. Tanpa amigdala seseorang kehilangan semua pemahaman tentang perasaan (Mualifah, 2009:124). b. Faktor lingkungan keluarga Orang tua memegang peranan penting terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak. Goleman berpendapat bahwa lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak untuk mempelajari emosi. Jika orang tua tidak mampu mengenalkan atau salah dalam mengenalkan bentuk emosi, maka dampaknya akan sangat fatal terhadap anak. Menurut Mazhahiri, orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan anak dalam berbagai tingkatan umur dari masa kanakkanak hingga remaja, sampai beranjak dewasa dalam mewujudkan masa depan mereka (Riana, 2011:59). 66 c. Faktor lingkungan sekolah Guru memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi anak melalui beberapa cara diantaranya melalui teknik, gaya kepemimpinan, dan metode mengajar, sehingga kecerdasan emosional berkembang secara maksimal. Kondisi ini menuntut agar sistem pendidikan hendaknya tidak mengabaikan berkembangnya otak kanan, terutama perkembangan emosi seseorang. Lingkungan sekolah mengajarkan anak sebagai individu untuk mengembangkan keintelektualan dan bersosialisasi dengan sebayanya, sehingga anak dapat berekspresi secara bebas tanpa terlalu banyak diatur dan diawasi secara ketat (Mualifah, 2009:126). d. Faktor lingkungan dan dukungan sosial Dukungan ini dapat berupa perhatian, penghargaan, pujian, nasihat, atau penerimaan masyarakat. Semuanya memberikan dukungan psikis atau psikologis bagi anak. Dukungan sosial di artikan sebagai suatu hubungan interpersonal yang di dalamnya satu atau lebih bantuan dalam bentuk fisik atau instrumental, informasi, dan pujian. Pembagian emosional juga faktor-faktor dipengaruhi yang mempengaruhi oleh cooper kecerdasan (alat-alat untuk memperbaiki), juga oleh latar belakang pendidikan dalam keluarga, latar belakang budaya, dan latar belakang keilmuan yang dipelajari oleh setiap individu atau anak (Mualifah, 2009:127). 67 4. Strategi Pengembangan Kecerdasan Emosional Penerapan strategi pengembangan emosi anak perlu memerhatikan proses perkembangan emosi pada anak. Masa early genital atau adolescence usia 12-20 tahun menurut pendapat Erikson tahap ini merupakan jembatan antara masa kanak-kanak dan kematangan. Remaja bergulat dengan pertanyaan “Who am I ?” remaja harus menunjukkan identitas awal secara sosial dan pekerjaan, atau mereka akan mengalami kebingungan dalam memainkan peran dewasa mereka. Masyarakat dan teman sebaya merupakan agen sosial penting (Riana, 2011:53). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan dimasa remaja penuh dengan konflik. Hurlock, mengungkapkan proses belajar yang menunjang perkembangan emosi terdiri dari belajar secara trial and error, belajar dengan meniru, belajar dengan identifikasi, belajar melalui pembiasaan, dan pelatihan. Belajar trial and error melibatkan aspek reaksi, anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar dan menolak perilaku yang sama sekali tidak memberikan pemuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi tidak pernah ditinggalkan sama sekali. Belajar dengan cara meniru (learning by imitation) mempengaruhi aspek rangsangan dan aspek reaksi. Dengan cara anak mengamati halhal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-anak 68 bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orangorang yang diamati. Contoh, anak yang suka ribut mungkin akan marah ketika ditegur oleh guru, jika anak tersebut adalah anak yang populer dikalangan teman sebayanya, teman-temannya pun juga akan ikut marah kepada guru tersebut. Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification) sama dengan belajar meniru, yaitu anak menirukan reaksi emosional orang lain dan tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Belajar melalui pengkodisian (conditioning), berarti belajar dengan cara asosiasi yang berkaitan dengan aspek rangsangan. Pelatihan (training) atau belajar di bawah pimpinan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Dengan pelatihan anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan. Strategi pengembangan merupakan bentuk kegiatan stimulasi emosi yang diberikan kepada anak yang dilakukan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Stimulasi identik dengan pemberian rangsangan, menurut Monks, Knoers, dan Haditono pemberian stimulasi yang tepat dapat mempertinggi kemampuan aspek-aspek perkembangan, namun apabila stimulasi yang diberikan tidak tepat akan 69 memberi akibat yang tidak baik (Riana, 2011:117). Adapun rangsangan pengembangan kecerdasan emosi yang perlu dilakukan oleh guru sebagai pendidik di sekolah menurut Nugraha dan Rachmawati (Riana, 2011:23), antara lain: a. Memberikan kegiatan yang diorganisasikan berdasar kebutuhan, minat, dan karateristik anak yang menjadi sasaran pengembangan kecerdasan emosi. b. Pemberian kegiatan yang diorganisasikan bersifat holistis (menyeluruh), kegitan ini meliputi semua aspek perkembangan dan semua pihak yang terkait dalam proses tumbuh kembang anak. Salovry dan Mayer mengemukakan bahwa terdapat lima cara yang dapat dilakukan untuk membina emosi yang sehat pada anak (Ali & Yeni, 2011:8.4), yaitu: a. Kemampuan untuk mengenali emosi diri Untuk membantu anak mengenali emosinya, dapat dilakukan dengan cara mengajarkan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya. Guru dapat mengajak anak untuk mendiskusikan mengenai berbagai emosi yang dirasakan berdasarkan pengalamannya, misalnya mengarahkan rasa marah anak dengan suatu kegiatan bermain. 70 b. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat Anak dapat dibiasakan untuk berpikir realistis sehingga anak dapat menanggapi suatu kejadian dengan perilaku yang tepat. Selain itu guru juga dapat melatih anak untuk mengelola emosi, misalnya anak diajak untuk meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan emosi itu pada kegiatan lain. c. Kemampuan untuk memotivasi diri Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Selain itu orang tua dan guru perlu menanamkan optimisme pada anak. d. Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan kepedulian terhadap orang lain menjadi sangat penting. Guru dapat melatihnya dengan cara menengok orang sakit dan membicarakan kemungkinan yang dihadapi orang sakit itu. e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain kelompok, dan melakukan kerjasama. Pengalaman ini akan sangat berarti bagi anak untuk kehidupannya di kemudian hari. 71 5. Metode- metode Pengembangan Emosi Untuk membantu proses perkembangan emosi, seorang guru dapat melakukan beberapa metode pembelajaran. Berikut beberapa metode yang dapat dilakukan secara individual dan kelompok: a. Bercerita Bercerita dipandang sebagai alat pengajaran yang vital karena strategi ini telah digunakan oleh semua kebudayaan diseluruh dunia selama ratusan tahun. Apabila akan menggunakan metode bercerita di kelas harus menggabungkan konsep, gagasan dasar, dan tujuan pengajaran menjadi sebuah cerita yang dapat disampaikan secara langsung kepada siswa. Kemudian guru hendaknya menggunakan imajinasinya untuk membuat kisah tentang suatu tempat, sekelompok orang yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan jalan cerita yang berliku-liku agar semua pesan tersampaikan (Hamzah & Masri, 2009:130). Solehuddin dan Hidayat mengemukakan bahwa aktivitas bercerita juga dapat berfungsi untuk membangun hubungan erat dengan anak. Melalui bercerita, para pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika mereka dapat menyelingi atau melengkapi cerita-cerita itu dengan unsur humor (Ali & Yeni, 2011:8.17). Agar siswa dapat memetik manfaat dari cerita yang disampaikan, cerita tersebut tidak harus orisinil atau hebat. Biasanya siswa hanya 72 terkesan karena kesungguhan guru untuk berkreasi dan berbicara secara tulus tentang suatu topik. b. Simulasi Simulasi melibatkan kelompok orang yang secara bersama-sama menciptakan lingkungan “serba seadanya”. Misalnya, siswa yang mempelajari periode sejarah islam mengenakan kostum periode tersebut, mengubah ruang kelas pada zaman tersebut. Kemudian berakting seolah-olah mereka hidup pada zaman tersebut. Simulasi ini dapat bersifat improvisasi dan spontan memainkan skenario yang dibuat dengan seketika oleh guru. Meskipun melibatkan sejumlah kecerdasan (kecerdasan kinestetis, linguistik, dan spasial), strategi ini dimaksudkan ke dalam kategori interpersonal karena interaksi antar manusia yang terjadi dapat membantu siswa mengembangkan tingkat pemahaman yang baru (Hamzah & Masri, 2009:130). c. Demonstrasi Demonstrasi adalah kegiatan memberi contoh atau memperlihatkan secara langsung dalam melakukan suatu perbuatan atau perilaku. Tujuan penerapan metode ini adalah untuk katarsis atau mengeluarkan emosi yang ditekan, self awareness atau kesadaran terhadap diri sendiri serta pengenalan terhadap berbagai bentuk emosi (Ali & Yeni, 2011:8.20). 73 d. Berbagi rasa dengan teman sekelas Metode ini yang paling mudah dilakukan. Guru hanyalah mengatakan kepada siswa “berbaliklah ke arah teman disebelahmu dan mulailah bercerita tentang....” titik-titik ini dapat diisi dengan topik apapun. Guru dapat meminta siswa mengolah materi yang baru saja diajarkan di kelas, dan menyuruh siswa mengemukakan pertanyaan setelah mendengarkan pelajaran. Melalui metode ini anak akan terlatih untuk membaca situasi lingkungan, belajar berempati terhadap kebutuhan siswa lain, belajar bermurah hati, melatih lebih bersikap sosial, serta bertahap meninggalkan perilaku egosentrismenya (Ali & Yeni, 2011:9.20). e. Kerja kelompok Kelompok ini efektif jika terdiri atas tiga sampai delapan orang. Kerja kelompok ini sangat cocok untuk pengajaran kecerdasan karena dapat disusun sedemikian rupa sehingga melibatkan siswasiswa yang mewakili seluruh spektrum kecerdasan. Dalam kerja kelompok ini siswa mengerjakan tanggung jawab mereka. Misalnya kelompok dapat membagi tugas berdasarkan struktur tugas, dengan satu anggota mengerjakan bagian isi, dan anggota lain mengerjakan kesimpulan, atau dengan cara lain yaitu menugaskan peran yang berbeda diantara anggota kelompok, misalnya satu orang menulis, satu orang membacakan laporan di depan kelas, dan yang terakhir memimpin diskusi. 74 f. Sesi refleksi satu menit Selama pelajaran diskusi sebaiknya mendapat waktu “jeda” yang cukup untuk mawas diri atau merenung. Sesi satu menit memberikan waktu bagi para siswa untuk mencerna informasi yang mereka terima, atau menghubungkan informasi dengan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan mereka sendiri. g. Hubungan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi Metode ini menuntut guru untuk merangkaikan asosiasi, perasaan, dan pengalaman pribadi kedalam proses pengajaran. Guru dapat memasukkan materi-materi pribadi kedalam proses belajar mengajar dengan pertanyaan ( “siapa yang pernah...?”), misalnya ketika pelajaran tentang tata cara mengurus jenazah, guru dapat bertanya “siapa yang pernah ikut serta dalam mengurus jenazah? Kemudian sebelum membahas tata cara mengurus jenazah, siswa dapat menceritakan pengalaman mereka. h. Momentun mengekspresikan perasaan Salah satu temuan yang memprihatinkan dalam “A Study of Scholling” dari John Goolad adalah sebagian besar diantara seribu kelas yang diteliti hanya memiliki sedikit pengalaman tentang perasaan yang berlangsung, yakni ekspresi, kegembiraan, kekaguman, kemarahan, kebahagiaan, atau kasih sayang. Hal yang sering terjadi adalah guru menyampaikan informasi dengan emosi yang netral. 75 Untuk mendidik emosional tersebut pendidik harus mengajar dengan perasaan. Dengan demikian, metode ini menganjurkan bahwa selama proses belajar mengajar guru bertanggung jawab untuk menciptakan momen-momen sehingga siswa dapat tertawa, merasa marah, mengungkapkan pendapat dengan keras, tersentuh oleh suatu topik, atau mengalami emosi-emosi lain. Guru dapat membantu menciptakan momen mengekspresikan perasaan ini melalui beberapa cara:pertama, dengan memperagakan emosi tersebut sendiri, kedua dengan membuat siswa merasa aman untuk mengekspresikan emosi di kelas. i. Sesi perumusan tujuan Salah satu karateristik pelajar yang memiliki kecerdasan intrapersonal kuat adalah kemampuannya merumuskan tujuan-tujuan realistis bagi dirinya sendiri. Kemampuan ini tentu merupakan salah satu kemampuan penting yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan. Tujuan ini dapat berupa tujuan jangka pendek (“saya meminta semua menuliskan tiga hal yang ingin dipelajari hari ini”) atau tujuan jangka panjang (“ceritakan prediksi kalian tentang pekerjaan kalian dua puluh lima tahun yang akan mendatang”). Sesi perumusan tujuan dapat berlangsung hanya dalam beberapa menit atau dapat direncanakan jauh beberapa bulan sebelumnya (Hamzah & Masri, 2009:152). 76 Sesi perumusan tujuan mengembangkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri (kemampuan kesadaran diri) dengan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menikmati dirinya sendiri sebagai pribadi yang memiliki sejarah hidup dan rasa individualis yang mendalam setiap harinya. j. Waktu memilih Memberikan pilihan kepada siswa adalah prinsip dasar pendidikan, sekaligus merupakan metode pengajaran intrapersonal yang spesifik. Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan tentang pengalaman belajarnya. Pilihan dapat bersifat informal atau spontan (“baiklah kalian ingin dilanjutkan atau cukup sampai disini”). Pilihan yang diberikan dapat berkaitan dengan isi (pilihlah surat yang ingin kalian hafalkan”) (Hamzah & Masri, 2009:150). Seperti yang telah dijelaskan diatas guru harus pandai-pandai memilih metode pengembangan emosi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, karena jika pengunaan metode kurang tepat akan membuat bosan siswa dalam belajar. Dengan metode-metode tersebut dapat membantu mengembangkan kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri, motivasi diri, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. 77 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA A. Gambaran Umum SMP N 1 Karanggede 1. Sejarah Singkat Berdirinya dan Perkembangannya SMP N 1 Karanggede didirikan pada 19 September 1974, dengan SK pendirian sekolah 0143/0/1973 dan SK izin operasional 0232/0/1974. Akses jalan menuju SMP Negeri 1 Karanggede sangat mudah dijangkau oleh sarana transportasi umum. Karena terletak di pinggir jalan dan juga tidak jauh dari kantor kecamatan karanggede. SMP Negeri 1 Karanggede pada tanggal 18 Februari 2014 telah terakreditasi A berdasarkan SK penetapan hasil akreditasi BAP-S/M Nomor 18/BAP-SM/II/2014. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di SMP Negeri 1 Karanggede mengaju pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sempat diberlakukan kurikulum 2013 namun hanya satu semester dan setelah itu diberlakukan kembali ke kurikulum KTSP. SMP Negeri 1 Karanggede sebagai lembaga pendidikan dasar 9 tahun yang sering dijadikan rujukan oleh sekolah lain serta dipercaya masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan kompetitif di era global. 78 Berikut ringkasan profil SMP N 1 Karanggede: 1. Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Karanggede 2. No. Statistik Sekolah : 020103091409 3. NPSN : 20308531 4. Status Sekolah : Negeri 5. Kualifikasi Akreditasi : A (amat baik) nilai: 93 6. Alamat Sekolah a. Desa : Sendang b. Kecamatan : Karanggede c. Kabupaten/Kota : Boyolali d. Provinsi : Jawa Tengah 7. Nama Kepala Sekolah : Joko Widodo, S.Pd a. NIP : 19660624 199203 1 002 b. SK. Kepala : 821.2/06706 Tahun 2010 c. Tempat/Tgl.Lahir : Boyolali, 24-06-1966 d. Alamat Rumah :Jatisari, 2/1 Mojosari, Karanggede, Boyolali e. No. Tlp/Hp : 08122977843 8. Telepon Sekolah : 0298610624 9. Alamat E-mail : [email protected] 10. Alamat Web : smpn1karanggede.sch.net 11. Kepemilikan Tanah : Pemerintah 79 2. Letak Geografis Secara geografis SMP Negeri 1 Karanggede cukup strategis mengingat transportasi mudah dijangkau oleh siswa dari segala penjuru, gedung sekolah beralamat di Jalan Raya GemolongKaranggede Km. 7 Desa Sendang Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Bangunan yang mengelilingi SMP Negeri 1 Karanggede, yaitu: a. Sebelah utara : Jalan Raya Gemolong- Karanggede b. Sebelah selatan : Rumah Warga c. Sebelah timur : Balai Desa Sendang d. Sebelah barat : Polsek Karanggede 3. Visi, Misi, dan Motto a. Visi SMP Negeri 1 Karanggede mempunyai visi: “Terwujudnya lulusan yang berkarakter mulia dan berprestasi”, dengan indikator sebagai berikut: 1) Terdepan dalam prestasi akademis 2) Terdepan dalam prestasi olah raga 3) Terdepan dalam prestasi kesenian 4) Terdepan dalam kegiatan kerohanian 5) Kemampuan menguasai keterampilan/tehnologi 6) Cinta dan bangga terhadap budaya nasional 80 7) Berwawasan mandiri, dan universal 8) Bersemangat dan berjiwa pandu b. Misi 1) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 2) Membentuk karakter yang responsif, kompetitif, dan sportif dalam menghadapi era globalisasi. 3) Membimbing, melatih, dan mengembangkan jiwa dan semangat profesionalisme. 4) Menanamkan budaya dan semangat kebangsaan, budi pekerti luhur serta keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5) Menerapkan manejemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah. c. Motto Motto SMP Negeri 1 Karanggede : “ Ikhlas Dalam Pelayanan Bersih Dalam Tindakan ” Makna motto : Pelayanan Pendidikan di SMP Negeri 1 Karanggede berupaya untuk melayani kepada siswa, alumni, orang tua siswa dan masyarakat sesuai ketentuan yang berlaku dengan penuh keiklasan dan rasa tanggungjawab. 81 4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru Guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga. Jumlah guru ada 33 orang dengan rincian guru tetap berjumlah 28 dan guru tidak tetap berjumlah 5 orang. Berikut ini disajikan daftar nama-nama guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016 pada tabel 1. Tabel 1 Nama Guru dan Mata Pelajaran yang Diajarkan No Nama Guru 1 Joko Widodo, S.Pd Tugas Mengajar Penjaskes NIP 19660624 199203 1 002 2 Sadino, S.Pd Bhs. Indonesia 19560508 197903 1 009 3 Drs. Sutrisno, M.Pd IPA 19621025 198803 1 009 4 Surati, S.Pd.M.Pd IPS 19571002 197803 2 002 5 19620126 198403 1 006 6 Amrih Basuki Sudiman, Matematika S.Pd Tanwir, SE IPS 7 Suyudi, S.Pd Seni Budaya 19650505 198803 1 030 8 Jaka Agus Purwaka, S.Pd IPA 19630204 198602 1 006 9 Sri Wahyuni, S.Pd Matematika 19630817 198601 2 011 10 Drs. Yupendi Penjaskes 19670410 199412 1 004 11 Sumardi, S.Ag PAI 19610104 198803 1 009 12 Martini, S.Pd Bhs. Jawa 19630726 198403 2 006 13 Sri Mulyono, S.Pd TIK 19600809 198301 1 003 14 Margono, S.Pd Matematika 19631207 198303 1 009 82 19610715 198403 1 010 15 Dra. Singgang Murtiasih Bhs. Indonesia 19680730 199512 2 002 16 Nunuk Ambarsih, S.Pd Bhs. Inggris 19680701 199512 2 002 17 Siti Hidayah, S.Ag PAI 19701226 199803 2 005 18 19740303 199903 2 005 19 Sri Rahayu Setyaningrum, IPA S.Pd Dewi murniningsih, S.Sn Seni Budaya 20 Drs. Sunarno IPS 19660107 200312 1 001 21 Nyoto, S.Pd Bhs. Indonesia 19600330 198103 1 007 22 Ani Sulistiyowati, S.Pd IPA 19830506 200604 2 013 23 Subur Raharjo, S.Pd IPS 19640717 200701 1 014 24 Dra. Suryati BK 19621115 201406 2 001 25 Dra. Puji Luari PAK 19660105 201406 2 001 26 Sri Mintarsih, S.Pd Bhs. Inggris 19770422 201406 2 001 27 19800921 201406 2 002 28 Annissa Anggung Pkn Sinawang, SH Imam Wahyudi Bhs. Inggris 29 Sumardiasih, S.Pd Bhs. Indonesia - 30 Sri Pujianti, S.Pd PKn - 31 Marheni Ekawati, SE IPS - 32 Lila Utami, S.Pd Bhs. Inggris - 33 Sri Suyamtini, S.Pd IPA - 19700626 200312 2 005 19661020 200801 1 003 b. Keadaan Siswa Siswa di SMP N 1 Karanggede pada tahun pelajaran 2015/2016 seluruhnya berjumlah 629, dengan rincian sebagai berikut: 83 Tabel 2 Jumlah Siswa Jenis Kelamin No Kelas Jumlah Laki-laki Perempuan 1 VII 114 104 218 2 VIII 90 114 204 3 IX 106 101 207 Jumlah 629 Dari jumlah tersebut ada 16 siswa yang beragama kristen dengan rincian kelas VII ada 5 siswa, kelas VIII ada 6 siswa, kelas IX ada 9 siswa. c. Keadaan Karyawan Karyawan di SMP Negeri 1 Karanggede bertugas untuk mengurusi bagian administrasi yang berjumlah 7 orang dengan rincian laki-laki ada 5 orang bertugas di TU dan perempuan 2 orang yang bertugas di perpustakaan. d. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Karanggede adalah sebagaimana tabel 3, berikut: Tabel 3 Sarana dan Prasarana No Jenis Ruang Jumlah 1 Ruang belajar (Kelas Pembelajaran) 18 2 Ruang Perpustakaan 1 84 3 Lab. IPA 2 4 Lab. TIK 1 5 Ruang Tata Usaha 1 6 Ruang Bimbingan Konseling 1 7 Ruang- ruang Ekstrakurikuler 2 8 Kamar mandi 10 9 Ruang hijau/Taman/Green House 1 10 Kantin Terpadu 1 11 Mushola 1 12 Lapangan Upacara 1 13 Ruang Kepala Sekolah 1 14 Ruang Guru 1 15 Ruang UKS 1 16 Lab. Komputer 1 17 Gudang 1 18 Ruang Aula 1 5. Kegiatan Siswa SMP Negeri 1 Karanggede mempunyai beberapa kegiatan siswa diantaranya adalah setiap pagi sebelum mulai pelajaran menyanyikan Indonesia Raya dan membaca Al-Qur’an bagi semua siswa yang beragama Islam pada setiap kelas yang dipandu oleh guru yang mengajar pada saat jam pertama. Pada saat hari besar seperti Idul Adha di SMP Negeri 1 Karanggede juga mengadakan sholat Idul Adha berjamaah dan berqurban. 85 B. Paparan Data Penelitian 1. Profil Narasumber a. SH yang peneliti wawancara pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 11.15 WIB di ruang perpustakaan adalah guru PAI kelas VIII dan kelas VII (D,E,F). Saat ini beliau berusia 46 Tahun dan bertempat tinggal di Galangan RT 06 RW 05 Gentan, Susukan, Semarang. b. SM yang peneliti wawancara pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 10.00 WIB di ruang BK adalah guru PAI kelas IX dan VII (A,B,C). Saat ini beliau berusia 55 Tahun dan bertempat tinggal di Ngrumpuk RT 01 RW 08 Sendang, Karanggede, Boyolali. c. DR siswa laki-laki yang peneliti wawancara pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 11.00 WIB di halaman sekolah adalah siswa kelas VII A. Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di desa Tegalsari dan merupakan siswa yang diajar oleh SM. d. LM siswa perempuan yang peneliti wawancara pada tanggal 19 Mei 2016 pukul 11.45 WIB di ruang kelas VIII A adalah siswa kelas VIII A. Saat ini berusia 14 Tahun yang bertempat tinggal di desa Klimas dan merupakan siswa yang diajar oleh SH. e. SK siswa perempuan yang peneliti wawancara pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 12.10 WIB di depan kelas VIII D adalah siswa kelas VIII D. Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di desa Tretes dan merupakan siswa yang diajar oleh SH. 86 f. VJ siswa laki-laki yang peneliti wawancara pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 12.45 WIB di depan sekolah adalah siswa kelas VIII E. Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di desa Bangkok dan merupakan siswa yang diajar oleh SH. g. ZA siswa laki-laki yang peneliti wawancara pada tanggal 17 Mei 2016 pukul 13.00 WIB di rumah siswa adalah siswa kelas VII C. Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di dusun Randusari dan merupakan siswa yang diajar oleh SM 2. Upaya Guru PAI untuk Mengenali dan Memahami Emosi Siswa di SMP N 1 Karanggede Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi siswa saat di kelas berdasarkan observasi yaitu: Untuk mengenali emosi siswa di kelas guru memberi pertanyaan kepada seluruh siswa “hewan apa yang kalian tidak sukai?” dari pertanyaan itu guru dapat mengenali bentuk reaksi emosi siswa melalui ekspresi saat menjawab pertanyaan. Jawaban siswa bermacam-macam di kelas tersebut dan ekspresi emosi merekapun juga berbeda. Ada anak yang merasa jijik ketika dia bilang tidak suka bekicot dan kodok, ada yang benci ketika mengatakan bahwa dia tidak suka ular, ada juga anak yang merasa takut saat dia bilang tidak suka bebek. Respon siswa dengan jawaban yang disampaikan siswa lain sangat beragam seperti mengejek dan mentertawakan. Guru berusaha menciptakan dan mengkondisikan kelas kembali agar tenang seperti sebelumnya. Guru melakukan humor yang ramah dan berinteraksi dengan baik. Lalu upaya guru dalam memahami emosi siswa yaitu dengan mendengarkan dan memahami perasaan anak saat mengungkapkan apa yang anak sedang rasakan serta menyelaraskan diri dengan mereka sesuai dengan kondisi 87 tersebut. Selain memberi pertanyaan untuk mengenali emosi siswa guru juga memberi apresiasi (hadiah) kepada siswa yang mampu memberi jawaban dan alasan untuk pertanyaan“halal atau haramkah hukum memakan lele padahal makanan lele dari kotoran atau bangkai, kalau ada yang bisa menjawab ibu kasih uang 50 ribu, tapi dikasih alasan yang rasional ya ?”. dari pertanyaan itu muncul ekspresi emosi rasa jijik saat membayangkan makanan yang dimakan lele, ada yang termotivasi berlomba-lomba menjawab dengan benar agar mendapat hadiah. Karena tak ada satu pun alasan yang benar mengenai halal haramnya lele, guru menjelaskan secara singkat, jelas, masuk akal dan mampu diterima siswa (VIII F, 30/04/2016:09.30). Saat pembiasaan berinfaq dan shalat dhuha guru dapat mengenali berbagai emosi siswa. Ketika penarikan uang infaq anak-anak begitu antusias untuk mengeluarkan uangnya namun ada beberapa anak yang terlihat tidak tenang dan panik karena takut di ejek teman sebab tidak dapat melakukan infaq . Sementara ketika melakukan pembiasaan waktu shalat dhuha anak terlihat begitu bersemangat menuju mushola (VII A, 17/05/2016/:07.00). Begitu juga saat shalat dzuhur berjamaah anak-anak begitu antusias menuju mushola agar tidak ketinggalan untuk shalat berjamaah (VIII A, 19/05/2016:11.15). Upaya guru dalam memahami emosi siswa dengan selalu memberi motivasi untuk mempertahankan semangat dan rasa senang dalam melakukan hal yang positif. Sementara upaya guru dalam memahami emosi siswa yang tidak tenang dan panik karena tidak mengeluarkan infaq, guru melakukan pendekatan dan bertanya kendala yang dialami serta memberikan jalan keluar dalam mengatasi kendala siswa. Untuk mengenali emosi siswa di kelas guru memberikan cerita tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, melalui cerita tersebut muncul emosi-emosi positif yang berupa rasa ingin tahu yang terlihat saat anak bertanya kepada guru yang berkaitan dengan cerita yang disampaikan oleh guru, rasa takjub atau tertarik yang ditandai anak benar-benar menyimak dan mendengarkan cerita. Lalu upaya guru dalam memahami emosi siswa yaitu dengan menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa (VII C, 17/05/2016: 07.50). Untuk mengenali dan memahami emosi siswa upaya guru yaitu dengan mengamati perilaku siswa dan memberi perhatian kepada siswa yang terlihat gelisah, melamun, dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Perhatian itu diberikan dengan cara memanggil nama siswa dengan lembut dan penuh kasih sayang, dengan cara itu anak dapat mengatur dirinya dengan baik. Dan anak yang 88 mengabaikan atau tidak memperhatikan, guru memberinya tugas untuk membaca surat al-Alaq yang bertujuan agar anak dapat mengendalikan diri (VII A, 17/05/2016/:07.00). Dalam upaya mengenali dan memahami emosi siswa peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI mengenai kondisi dan masalah yang berkaitan dengan kecerdasan emosional siswa. SMP Negeri 1 Karanggede setiap tingkat kelas terdiri dari 6 kelas A sampai F. Ada kelas unggulan yaitu kelas A. Kondisi kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 1 Karanggede tentu saja bermacammacam karena latar belakang siswa satu dengan siswa lain yang berbeda-beda. Kondisi kecerdasan emosional siswa yang berada di ruang kelas A (Unggulan) tentu berbeda dengan kelas F yang terkenal kelas paling ramai. Tapi secara keseluruhan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede bisa dibilang baik sebagaimana penuturan SM guru PAI yang mengajar di kelas IX (A-F) dan VII (A-C) (18/05/2016:10.00): “Kondisinya ya bermacam-macam ada yang anak itu yang cepat tanggap, cepat menanggapi pesan-pesan yang disampaikan oleh guru melalui materi yang diajarkan. Yang kedua ada yang sedang dan ada yang sangat rendah. Prosentasenya kalau disini ya 75% keatas kebanyakan sedang baik bila dibandingkan sekolah swasta karena saya pernah mengajar di swasta.” Sedangkan menurut SH yang juga merupakan guru PAI yang mengajar di kelas VIII (A-F) dan kelas VII (D-F) (21/05/2016:11.15): 89 “bervariasi ya dari yang baik, lumayan baik, ada yang kurang baik. Secara umum masih baik tapi hanya ada beberapa anak yang kurang baik.” Untuk mengetahui kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede, peneliti mewawancarai beberapa siswa. Jawaban mereka pun berbeda-beda, ada yang mengatakan sudah cukup baik, ada juga yang mengatakan belum baik. SK siswa kelas VIII D (21/05/2016:12.10) mengatakan: “Menurut saya, belum baik karena banyak siswa yang ngomong saru.” Sedangkan menurut LM siswa kelas VIII A (19/05/2016:11.45) mengungkapkan: “Kalau menurut saya sudah baik karena toleransinya tinggi, tetapi masih ada anak yang belum bisa mengontrol emosinya.” Hal serupa juga diungkapkan ZA siswa kelas VII C (17/05/2016:13.00): “Ya baik, karena tingkat kesadaran siswa yang tinggi, terlihat sudah banyak siswa yang membawa Al-qur’an dari rumah dan melakukan kegiatan pembiasaan dengan disiplin” Selama peneliti melakukan observasi baik di kelas maupun diluar kelas. Peneliti menemukan siswa yang berada di kelas VII A (18/05/2016:07.00) dan VIII A (19/05/2016:11.15) siswanya cenderung aktif dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, suasana di kelas pun nyaman dan tenang. Menurut Mubayidh (2006:112) anak yang 90 tenang dan tenteram lebih mampu menyerap pelajaran daripada anak penakut atau gelisah. Berbeda dengan kelas VIII F (30/04/2016:09.30) siswanya ramai dan bahkan ada yang berbicara kotor. Dalam situasi itu guru mengajarkan kepada muridnya bagaimana mengendalikan ucapannya bagaimana mengarahkan perilaku mereka, dan bagaimana mengatasi masalah yang mereka hadapi serta memahami perasaan anak. Dari hasil wawancara dan observasi mengenai kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede bervariasi, ada yang baik, ada yang kurang baik dan ada yang tidak baik. Pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui masalah yang sering muncul di SMP Negeri 1 Karanggede yang berkaitan dengan kecerdasan emosional (mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orng lain). Menurut SH (21/05/2016:11.15): “Masalah yang sering muncul, sama teman itu kalau ada hal sedikit langsung ngumpat (ngomong kotor) kalau bolos paling cuma satu dua orang yang sampai ke BK (Bimbingan Konseling). Apalagi yang nongkrongnya di kantin bulek situ bisa dibedakan anaknya gimana tingkah lakunya kalau di kelas. Ya nakalnya biasa masih sewajarnya dalam arti belum sampai yang luar biasa. Dalam mengembangkan empatinya juga ada pembiasaan infaq tapi yang disayangkan masih ada bagian kecil yang nggak mau entah karena nggak ada atau emang nggak mau atau ada faktor lain, walaupun ada siswa yang melebihi kewajiban mereka. Malah ada yang ngasih lima ribu atau lebih.” 91 Sama halnya dengan yang diungkapkan SK (21/05/2016:12.10) siswa kelas VIII: “...Kadang suka ngomong saru..” Sedangkan menurut SM yang juga guru PAI (18/05/2016:10.00) mengatakan: “ya masalahnya rame didalam kelas, guru menerangkan tidak memperhatikan, terus anak-anak yang izinnya kebelakang itu lama tapi lama kembali ke kelasnya entah kurang apa ya mbak apa nggak minat apa piye ya mbak. Trus masalah yang berkaitan dengan empati, kalau guru sering mencatat infaqnya mereka infaq, tapi kalau tak pasrahke siswa tidak pada infaq, yang infaq sedikit. terus kesadaran dalam berinfaq kurang. Tapi mayoritas infaqnya lancar. Kalau dalam berteman bergerombol mbak kalau dipisah tempat duduknya kembali lagi. Yang pendiam ya sama yang pendiam.” Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenai masalah yang sering muncul mengenai kecerdasan emosional di SMP Negeri 1 Karanggede, peneliti menyimpulkan bahwa masalah yang timbul disebabkan karena kurangnya kemampuan kesadaran diri dan kurangnya kemampuan pengaturan diri. Mengumpat (berbicara kotor) dilatarbelakangi karena lingkungan dan pengaruh teman dan bisa juga karena dirinya sendiri yang tidak bisa mengelola emosinya. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengenali dan memahami emosi siswa penulis mewawancarai beberapa siswa yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa ketika tidak menyukai cara guru mengajar. Sikap yang ditunjukkan siswa bermacam-macam ada yang diam tapi tetap mendengarkan, menundukan kepala, cerita dengan 92 teman sebangku, menaruh kepala di atas kepala, dan ada yang tidak memperhatikan guru. Sebagaimana hasil wawancara dengan DR siswa kelas VII A (18/05/2016:11.00): “tetap diam dan mendengarkan” Dengan SK siswa kelas VIII D (21/05/2016:12.10): “Menaruh kepala di atas meja” Dengan LM siswa kelas VIII A (19/05/2016:11.45): “Menundukkan kepala kalau nggak ya cerita dengan teman sebangku. Tapi kadang kalau ingat orang tua dirumah aku berusaha untuk semangat mbak.” 3. Metode Guru PAI dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SMP Negeri 1 Karanggede Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah kompetensinya dalam memilih metode pengajaran yang tepat untuk bahan pelajaran yang akan diajarkan. Ketepatan pemilihan metode mengajar sangat penting karena akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Karanggede bermacam-macam., antara guru PAI yang satu dengan yang lainnya pun berbeda. Sebagaimana hasil wawancara dengan SM (18/05/2016:10.00): “tanya jawab, ceramah, pemberian tugas, belajar di masjid, di perpustakaan, diskusi (membuat teks khotbah)” 93 Begitu juga dengan SH (21/05/2016:11.15): “tanya jawab bisa, kalau yang kelas 8 itu ada sosiodrama dan itu nanti mereka harus ngasih abtraksinya, teladan apa yang bisa diambil dari drama yang ditampilkan. Dan penugasan juga bisa yaa kan kalau ada tugas suruh tanya ketokoh masyarakat setempat. Kalau ada permasalahan ini coba tanya ke pak kyainya dari masing-masing itu kan jawaban mereka berbeda-beda dan kita sharingkan (diskusi). Dan pada materi sejarah (tarikh) ibu biasanya menggunakan metode diskusi dengan membuat kelompok.” Berdasarkan observasi metode-metode tersebut dilakukan oleh guru PAI dengan cara penyampaian yang berbeda-beda baik SM maupun SH. Metode ceramah yang dilakukan SM dan SH divariasi dengan metode tanya jawab. Dalam pelaksanaannya para guru menggunakan kata-kata yang sederhana, jelas dan mudah dipahami oleh para siswa, menggunakan papan tulis untuk menjelaskan pokok bahasan yang disampaikan, memberikan ilustrasi, menghubungkan materi dengan contoh-contoh yang konkrit serta guru selalu mengingatkan siswa untuk senantiasa bersikap tenang dalam pembelajaran, yang membedakan dalam pengunaan metode ini SM ketika menggunakan metode ceramah di kelas VII C (17/05/2016:07.50) memasukkan cerita atau kisah-kisah di dalamnya. Hasil observasi di kelas VIII F (30/04/2016:9.30): Guru memberi tugas mencari alasan ilmiah diharamkannya binatang, serta bahaya dan manfaatnya. Dan memberikan pilihan kepada anak dalam menyelesaikan tugasnya. Terlihat ketika guru mengatakan “silahkan selesaikan tugasnya nanti sebelum UAS dikumpulkan, kalian bisa 94 mengerjakan dengan mencari sumber di perpustakaan, browsing di internet, atau dimana saja” Dengan adanya tugas tersebut siswa secara bertahap berkembang kemampuan dirinya (kesadaran diri) dan kepercayaan diri yang kuat. Karena dengan mencari alasan ilmiah diharamkannya binatang serta bahaya dan manfaatnya, siswa memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, mandiri dan bertanggung jawab. Dalam proses pengembangan kecerdasan emosi di SMP N 1 Karanggede, guru melakukan beberapa kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikatakan oleh SH guru PAI (21/05/2016:11.15): “Ngasih ceritalah ya cerita bisa cerita asli dari televisi, internet, atau bisa ngangkat cerita dari teman-temannya, dan dari kakak kelas. Bisa juga pas lagi tadarus ada ayat-ayat yang pas dengan keadaan pada waktu kegiatan itu berlangsungdibacakan, disinggung dan dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari. Dan ngasih motivasi dengan cara memberi kisah yang bisa mereka contoh. Agar siswa termotivasi “ooh yaa ternyata kalau mereka bisa kenapa saya nggak bisa. Bisa juga pada waktu materi akhlak dendam munafik mencari kasus-kasus di lingkungan mereka sendiri. Mencari contoh ekspresi dendam atau marah, yang terdekat dari siswa bisa di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Dari masing-masing siswa contohnya akan berbeda. Karena marahnya kita dengan marahnya mereka kan berbeda. Paling seru anak-anak saat pelajaran dendam munafik. Saat ibu bertanya siapa yang pernah marah terus anak-anak antusias mengeluarkan perasaannya. Lalu ibu tanya kenapa marah, dan anak-anak akhirnya bercerita. Kalau pengertiannya kan bisa di baca-baca sendiri, jadi kalau materi akhlak hanya cerita-cerita saja. Mengalisis lingkungan sekitar bagaimana dendam munafik itu. Untuk anak yang belum bisa membaca Al-qur’an diwajibkan mengikuti Ekstra BTQ yang pengajarnya dibantu kakak kelas yang sudah bisa. Kalau waktu tadarus di kelas untuk mengembangkan empati ibu menawarkan pahala investasi untuk di akhirat siapa yang mau ngajari ngaji temannya (yang masih Iqro’)? Secara langsung itu 95 juga akan mengembangkan kemampuan siswa dalam menjalin hubungan dengan temannya.” Hal yang sama juga dikatakan SM (18/05/2016:10.00): “anak disuruh cerita, membaca hasil kerjaan siswa yang lain” 4. Faktor Pendukung dan Faktor Menerapkan/mengimplementasikan Penghambat Metode dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Pada siswa di SMP N 1 Karanggede a. Faktor Pendukung 1) Dewan guru Berdasarkan hasil wawancara dengan SM (18/05/2016:10.00), beliau mengatakan: “...banyaknya guru-guru yang beragama Islam dapat membantu membimbing siswa ketika tadarus AlQur’an setiap pagi sebelum pelajaran dimulai.” Segenap dewan guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengembangan kecerdasan emosional siswa. Jadi kerjasama antara dewan guru menjadi pendukung guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. 2) Kesadaran Anak Semua upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional akan tampak sia-sia jika tidak ada kesadaran anak untuk mengolah kemampuan dalam mengenali emosi diri, pengaturan diri, memotivasi diri, memahami perasaan 96 orang lain, dan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. SH (21/05/2016:11.15) mengatakan bahwa: “Yang mendukung anak-anak care yaa dalam menerima masukan dari kita. Anak-anak hatinya terbuka. Kita marah seapapun udah besoknya bu siti bu siti lagi..” Sama halnya yang diungkapkan oleh SM (18/05/2016:10.00), beliau mengatakan: “faktor yang yang mendukung ya anak-anak sadar membawa kitab suci Al-Qur’an dan iqro’...” 3) Kegiatan Siswa Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, faktor pendukung yang lain dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa adalah kegiatan siswa yang sudah berjalan seperti tadarus selama 15 menit sebelum pelajaran, sholat dhuha sebelum pelajaran, dan pembiasaan berinfaq setelah pelajaran PAI selesai. b. Faktor Penghambat 1) Latar Belakang Anak Setiap anak berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang baik dari orangtuanya akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Sebagaimana penuturan (21/05/2016:11.15): “Hambatannya dari keluarga yang berbeda-beda. Rata-ratayang anaknya di sekolah mempunyai 97 SH permasalahan dalam proses belajar mengajar di rumahnya tinggal dengan mbahnya.” Beliau SM (18/05/2016:10.00) juga mengatakan: “..ada anak yang dari orangtuanya memperhatikan anaknya..,” itu tidak 2) Jam Belajar Waktu pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya 2x45 menit. Hal ini menjadi penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa, seperti hasil wawancara dengan SH (21/05/2016:11.15): “...Kita bisa bimbing di sekolah hanya 2 jam dan itu pun gak bisa fokus ke dia aja...” 3) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Karanggede bisa dibilang cukup lengkap. Sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Karanggede ini menjadi penunjang dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Terutama dengan adanya mushola yang menjadi pusat kegiatan keagamaan. Tetapi dengan kondisi mushola yang kecil menjadi penghambat untuk kegitan pengembangan kecerdasan emosional karena mushola yang tidak mencukupi, sebagaimana penuturan (18/05/2016:10.00): “Faktor penghambat, mushola sekolahan belum mencukupi untuk semua murid karena sangat kecil...” 98 SM 4) Lingkungan Pergaulan Lingkungan pergaulan besar pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional siswa. Jika siswa bergaul dengan teman yang bicaranya kotor tentu dalam berbicara ikut menjadi kotor. SH (21/05/2016:11.15) mengungkapkan bahwa: “...Apalagi yang nongkrongnya di kantin bulek situ bisa dibedakan anaknya gimana tingkah lakunya kalau di kelas..” Hal yang sama juga diungkapkan oleh SM (18/05/2016:10.00): “...Terus sama anak-anak yang bergerombol kalau dipisah tempat duduknya itu nanti balik lagi. Kalau berteman itu ya yang menengan sama yang menengan kalau yang rame sama yang rame.” 5) Kesadaran Anak Yang Kadang Kurang Dalam Berempati Kesadaran anak yang terkadang kurang juga menjadi hambatan dalam mengembangkan kecerdasan emosional, sebagaimana yang diungkapkan oleh SM (18/05/2016:10.00): “..terus kesadaran dalam berinfaq kurang. Tapi mayoritas infaqnya lancar.” Berinfaq merupakan salah satu cara dalam mengembangkan rasa empati siswa selain itu juga mengembangkan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. 6) Perhatian Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Yang Kurang Sebagaimana yang dikatakan SM (18/05/2016:10.00): “ada anak yang dari orang tuanya itu tidak memperhatikan anaknya” 99 Untuk itu perhatian orang tua terhadap anak sangatlah penting, karena orang tua adalah pendidik pertama untuk perkembangan kecerdasan anaknya baik cerdas secara akademis maupun cerdas secara emosi. Apalagi anak-anak yang tinggal dengan simbahnya karena orang tua sibuk bekerja, pendidikan yang didapat dirumah akan berbeda dengan hasil didikan dari orang tuanya. 100 BAB IV ANALISIS DATA A. Upaya Guru PAI Untuk Mengenali dan Memahami Emosi Siswa di SMP Negeri 1 Karanggede Guru yang memahami keterkaitan antara emosi dan pembelajaran bisa membantu siswa untuk menggunakan emosi mereka secara produktif dalam menilai situasi dan mengambil tindakan yang menonjolkan kelebihan individu, menetapkan tujuan yang relevan bagi masing-masing, mengatasi berbagai konflik, mengelola perasaan marah, dan mengungkapkan emosi dengan cara yang bisa diterima umum (Barbara, 2007:121) Dari hasil observasi ditemukan beberapa upaya guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi siswa di SMP Negeri 1 Karanggede yang dilakukan melalui berbagai cara, yaitu sebagai berikut: 1. Guru memberikan rangsangan berupa pertanyaan-pertanyaan untuk mengenali dan memahami emosi siswa dari ekspresi dan ungkapan yang muncul. Dari ekspresi yang muncul saat menjawab pertanyaan guru dapat mengenali dan memahami emosi siswa. Berbagai jenis emosi muncul seperti rasa jijik karena tidak suka bekicot dan kodok, benci karena tidak suka ular dan takut karena tidak suka bebek. Upaya guru untuk memahami emosi-emosi tersebut adalah mendengarkan dan memahami 101 perasaan anak saat mengungkapkan apa yang anak sedang rasakan, berinteraksi dengan mereka sesuai dengan kondisi siswa serta guru menyelaraskan diri dengan kondisi siswa. Terlihat ketika anak yang merasa jijik ketika menjawab bahwa ia tidak suka bekicot, guru menyelaraskan diri dengan mengekspresikan wajahnya sesuai kondisi anak tersebut. Dalam memahami anak yang merasa takut ketika menjawab bahwa ia tidak suka bebek, guru merespon ketakutan anak dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan pengalaman yang membuat siswa tersebut tidak menyukai bebek. Perasaan takut merupakan emosi yang nyata dan cara guru merespon rasa takut siswa tidak hanya penting untuk saat ini, tetapi juga untuk sepanjang hidup si anak (Barbara, 2007:101). 2. Guru memberikan apresiasi (hadiah) kepada siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru. Menurut Barbara K. Given (2007:114) setiap emosi memotivasi siswa dengan cara negatif dan positif, dan pendidik perlu menyadari bahwa motivasi tersebut dapat mempengaruhi kepribadian siswa, dan pada akhirnya mempengaruhi kemampuan belajar mereka. Dengan mengajukan pertanyaan“halal atau haramkah hukum memakan lele padahal makanan lele dari kotoran atau bangkai, kalau ada yang bisa menjawab ibu kasih uang 50 ribu, tapi dikasih alasan yang masuk akal ya?” muncullah bentuk reaksi emosi jijik saat 102 membayangkan makanan yang dimakan lele dan ada yang termotivasi berlomba-lomba menjawab dengan benar agar mendapat hadiah. Upaya guru untuk memahami emosi siswa yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya. 3. Guru mengenali dan memahami emosi siswa melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan Pada dasarnya semua anak lebih mudah mengekspresikan emosinya melalui sikap dan perilaku, dibandingkan mengungkapkannya secara verbal (Ali & Yeni, 2011:2.4). Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa dan observasi (VII A, 17/05/2016/:07.00) siswa memperlihatkan gejala tingkah laku diantaranya melamun, gelisah, menundukan kepala dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru yang ditunjukan dengan sikap sibuk bermain dengan barang yang dipegang ataupun mengobrol dengan teman sebangkunya. Upaya yang dilakukan guru untuk memahami emosi siswa tersebut dengan memberi kesempatan untuk menenangkan diri dan memusatkan perhatian pada sebuah tugas yaitu membaca surat Al-Alaq, dengan tugas tersebut anak bisa memulai proses pembentukan kembali semua hubungan yang sangat penting antara otak rasional dan otak perasaan. Menurut Thomas Armstrong (2002:133) yang paling penting dalam pendidikan anak adalah keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Anak-anak sangat peka terhadap dunia di sekitar mereka. Jika 103 diberi kesempatan, mereka akan bereaksi secara spontan terhadap materi, gagasan, dan teknik belajar. 4. Guru memberikan cerita untuk mengenali dan memahami emosi siswa dari ekspresi yang muncul. Untuk mengenali emosi di kelas (VII C, 17/05/2016: 07.50) guru memberikan cerita tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, melalui cerita tersebut muncul emosi-emosi positif yang berupa rasa ingin tahu yang terlihat saat anak bertanya kepada guru yang berkaitan dengan cerita yang disampaikan oleh guru, rasa takjub atau tertarik yang ditandai anak benar-benar menyimak dan mendengarkan cerita. Upaya guru untuk memahami emosi siswa yaitu dengan mendengarkan dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa. Menurut Ali & Yeni (2011:2.10) rasa ingin tahu melibatkan emosi kegembiraan dalam diri anak, terutama jika mereka dihadapkan pada aktivitas atau benda-benda yang baru. Rasa ingin tahu ini sangat efektif dalam membantu proses pembelajaran. 5. Melalui kegiatan pembiasaan setiap pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan para guru PAI pada waktu pelajaran pendidikan agama Islam adalah membaca Al-Qur’an, infaq, shalat dhuha, dan shalat dzuhur berjamaah. Dari kegiatan-kegiatan tersebut muncul berbagai emosi (perasaan) yang dialami oleh siswa. Ada yang antusias untuk melakukan kewajibannya, ada yang merasa 104 tidak tenang, malu dan panik karena tidak mengeluarkan infaq, dan ada yang bersemangat saat melakukan tadarus. Upaya guru PAI untuk memahami berbagai emosi (perasaan) siswa dengan cara selalu memberi motivasi untuk mempertahankan semangat dan rasa senang dalam melakukan hal yang positif. Sementara upaya guru untuk memahami emosi siswa yang tidak tenang, malu dan panik karena tidak mengeluarkan infaq, guru melakukan pendekatan secara individu dan menggambarkan pada anak pengaruh yang bisa ditimbulkan oleh perbuatannya. Dari upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi siswa, penulis berkesimpulan bahwa secara bersamaan guru telah mengembangkan unsur-unsur kecerdasan emosional menurut pendapat Goleman yang meliputi kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Menurut Mubayidh (2006:126) di sisi lain EQ anak mempengaruhi kecerdasan intelektualnya. EQ juga mempengaruhi keinginannya untuk belajar dan mendapatkan keterampilan serta pengalaman baru, ini menjadi lebih penting saat kita mengetahui bahwa setiap anak atau murid mempunyai karakter emosi yang berbeda. Dengan begitu, setiap murid harus diperlakukan sesuai dengan karakter emosi dan perasaannya. 105 B. Metode Yang Digunakan Guru PAI Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa di SMP Negeri 1 Karanggede Menurut Goleman (1999:39) kecerdasan emosional menentukan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsur: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Merujuk unsur-unsur kecerdasan emosional menurut Goleman yang meliputi kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Metode yang digunakan guru untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 1 Karanggede yang ditemukan oleh peneliti melalui wawancara dan observasi, diantaranya: 1. Menghubungkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi Terlihat ketika mengajarkan hukum binatang halal dan haram di kelas VIII F (30/04/2016:09.30), guru bertanya kepada siswa “hewan apa yang kalian tidak sukai?”dengan pertanyaan tersebut siswa dapat tertawa, takut, mengungkapkan pendapat dengan keras, atau mengalami emosi-emosi lain dari jawaban yang diberikan siswa. Siswa juga dapat menceritakan pengalaman mereka melalui jawaban yang diungkapkan. Melalui metode ini juga dapat digunakan sebagai momentum mengekspresikan perasaan. Sebagimana hasil wawancara dengan SH (21/05/2016:11.15): “Paling seru anak-anak saat pelajaran dendam munafik. Saat ibu bertanya siapa yang pernah marah terus anak- 106 anak antusias mengeluarkan perasaannya. Lalu ibu tanya kenapa marah, dan anak-anak akhirnya bercerita.” Dengan metode ini akan meningkatkan kesadaran diri siswa dalam hal menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan, perbuat, dan yang dikatakan. Menurut Goleman (1999:86) seseorang yang unggul dalam kecakapan ini (kesadaran emosi) selalu sadar tentang emosinya, bahkan sering dapat mengenali kehadiran emosi-emosi itu dan merasakannya secara fisik. Ia dapat mengartikulasikan perasaan-perasaan itu, selain menunjukkan ekspresi sosialnya yang sesuai. 2. Mengembangkan kecerdasan emosional melalui pengarahan Berdasarkan observasi di kelas VIII F (30/04/2016:09.30) terdapat seorang siswa yang kerap berulah seperti ngomong kotor, duduk dengan cara yang salah (mengangkat kaki ke kursi), dan berpindah-pindah tempat duduk. Guru memberikan teguran ringan dengan menuntut siswa tersebut untuk berperilaku terpuji. Menurut Mubayidh (2006:134) dalam bukunya yang berjudul “Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak” dalam mengatasi anak yang menjadi “biang kerok”, beliau berpendapat: Dimasa lalu, murid yang menjadi “biang kerok” disuruh menghadap kepala sekolah untuk mendapat hukuman. Sekarang kita menggunakan cara lain. Dengan mengikuti metode pengembangan EQ, murid dianjurkan untuk memikirkan faktor-faktor yang menyebabkan peristiwa gaduh di dalam kelas. Setelah mengetahui faktor tersebut, murid dimotivasi untuk memikirkan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Dengan cara ini, murid lebih mampu menganalisa perilakunya, dan belajar dari 107 kesalahan dan pengalaman. Cara ini jauh lebih baik dari pada jika kita memberikan hukuman atau mengeluarkannya dari sekolah. Di sekolah yang menerapkan metode ini, frekuensi pertengkaran dan perkelahian antar pelajar menurun tajam. Hubungan antar murid di sekolah secara umum juga membaik. 3. Sosiodrama Metode ini dilakukan oleh guru PAI khususnya di kelas VIII. Metode ini biasanya dilakukan pada saat materi akhlak. Siswa diharapkan bisa menganalisis dan mengambil pesan moral dari drama yang dipentaskan. Sebagaimana hasil wawancara dengan SH (21/05/2016:11.15): “...kalau yang kelas 8 itu ada sosiodrama dan itu nanti mereka harus ngasih abtraksinya, teladan apa yang bisa diambil dari drama yang ditampilkan.” Dengan metode ini anak dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. Dalam drama atau bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan lain sebagainya. Melalui metode ini daya imajinasi, kreativitas, empati serta penghayatan anak dapat berkembang (Ali & Yeni, 2011:8.14). 4. Bercerita Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya menjadi apa pun yang diinginkan. Dalam cerita, seorang anak juga memperoleh nilai yang banyak dan berarti 108 bagi proses pembelajaran dan perkembangannya, termasuk di dalamnya perkembangan emosi dan sosialnya (Ali & Yeni, 2011:8.17). Sebagaimana hasil wawancara dengan SH guru PAI (21/05/2016:11.15): “Ngasih ceritalah ya cerita bisa cerita asli dari televisi, internet, atau bisa ngangkat cerita dari teman-temannya, dan dari kakak kelas. Bisa juga pas lagi tadarus ada ayat-ayat yang pas dengan keadaan pada waktu kegiatan itu berlangsungdibacakan, disinggung dan dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari...” Hal yang sama juga dikatakan SM (18/05/2016:10.00): “anak disuruh cerita, membaca hasil kerjaan siswa yang lain” Begitu pula dengan hasil observasi di kelas VII C (17/05/2016: 07.50) guru memberikan cerita tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, melalui cerita tersebut muncul emosi-emosi positif yang berupa rasa ingin tahu yang terlihat saat anak bertanya kepada guru yang berkaitan dengan cerita yang disampaikan oleh guru, rasa takjub atau tertarik yang ditandai anak benar-benar menyimak dan mendengarkan cerita. Menurut Mualifah (2009:185) metode bercerita untuk memberikan suatu pelajaran terhadap anak memang sangat berpengaruh positif. Hal ini karena melihat masa anak-anak adalah masa eksplorasi, dan anak pun juga senang ketika mendengar cerita. 5. Sharing (Belajar berbagi) Melalui sharing anak akan terlatih untuk membaca situasi lingkungan, belajar berempati terhadap kebutuhan anak lain, belajar 109 bermurah hati, melatih bersikap lebih sosial, serta bertahap meninggalkan perilaku egosentrismenya (Ali & Yeni, 2011:9.20). Cara yang digunakan oleh guru adalah melalui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa yaitu salah satunya tugas bertanya kepada tokoh masyarakat setempat. Sebagaimana hasil wawancara dengan SH guru PAI (21/05/2016:11.15): “Dan penugasan juga bisa yaa kan kalau ada tugas suruh tanya ketokoh masyarakat setempat. Kalau ada permasalahan ini coba tanya ke pak kyainya dari masingmasing itu kan jawaban mereka berbeda-beda dan kita sharingkan (diskusi).” Selain dengan cara penugasan belajar berbagi juga dilakukan melalui pembiasaan infaq yang akan mengembangkan empati siswa yang berkaitan dengan kepedulian sosialnya. 6. Peer Teaching Method (metode tutor teman sebaya) Menjadi mentor bagi teman sebaya bisa memberikan peluang kepada setiap orang untuk terus mengembangkan kecakapan sambil mengasah kepemimpinan dan memupuk rasa percaya diri (Barbara, 2007:82). Proses pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Karanggede menggunakan peer teaching method (tutor teman sebaya). Guru menunjuk dan menawarkan siswa yang dinilai pandai dalam membaca Al-Qur’an untuk dijadikan sebagai tutor temannya yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang diungkapkan oleh SH (21/05/2016:11.15): 110 “Kalau waktu tadarus di kelas untuk mengembangkan empati ibu menawarkan pahala investasi untuk diakhirat siapa yang mau ngajari ngaji temannya (yang masih Iqro’)? Secara langsung itu juga akan mengembangkan kemampuan siswa dalam menjalin hubungan dengan temannya.” Dengan menggunakan tutor teman sebaya, maka siswa secara tidak langsung melakukan interaksi sosial atau komunikasi dengan siswa lainnya, yang kemudian akan melatih dan mengembangkan keterampilan atau kecakapan interakasi sosial, kesadaran atau kepercayaan diri dan pengaturan diri pada siswa. Pengembangan keterampilan sosial ditandai dengan siswa yang saling berinteraksi dengan pasangannya saat mengajari membaca AlQur’an, pengembangan kepercayaan diri ditandai dengan keberanian dalam menerima tawaran dari guru untuk mengajari mengaji temannya, sedangkan pengembangan pengaturan diri dalam diri siswa ditandai dengan sikap sabar dalam mengajari siswa yang sulit menerima arahan. C. Faktor Pendukung dan Faktor Menerapkan/mengimplementasikan Penghambat Metode dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Pada siswa di SMP Negeri 1 Karanggede 1. Faktor Pendukung a. Dukungan Dari Dewan Guru Segenap dewan guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pengembangan kecerdasan emosional siswa. Jadi 111 kerjasama antara dewan guru menjadi pendukung guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Menurut Mubayidh (2006:134) tingginya nilai EQ guru adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kemampuan sekolah dalam menciptakan suasana kondusif dan sehat sebagai modal dasar untuk mengembangkan EQ murid. b. Kesadaran Anak Kesadaran mengembangkan anak menjadi kecerdasan faktor emosional pendukung untuk dalam mengolah kemampuan dalam mengenali emosi diri, pengaturan diri, memotivasi diri, memahami perasaan orang lain, dan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Menurut Harlock keadaan individu, seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, peran seks dapat mempengaruhi perkembangan emosi individu (Ali &Yeni, 2011:4.5). c. Kegiatan Siswa Kegiatan siswa yang telah berjalan mendukung pengembangan kecerdasan emosional siswa. Kegiatan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan tadarus sebelum pembelajaran, sholat dhuha sebelum pelajaran, dapat mengembangkan kemampuan mengenali emosi diri, pengaturan diri dan motivasi diri siswa yang ditandai sikap lebih tenang dan mampu mempersiapkan diri untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kegiatan pembiasaan berinfaq setelah 112 pelajaran PAI selesai dapat mengembangkan kemampuan berempati siswa. 2. Faktor Penghambat a. Latar Belakang Anak Setiap anak berasal dari latar belakang keluarga yang berbedabeda. Hal inilah yang menjadi penghambat bagi guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang baik dari orangtuanya akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Tetapi sebaliknya jika anak di rumah tidak mendapatkan kasih sayang apalagi pendidikan emosi, anak cenderung di sekolah sulit dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun dalam keterampilan sosialnya. Thompson dan Lagatuta, menyatakan bahwa perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab maupun konsekuensinya (Riana, 2011:20). b. Jam Belajar Waktu pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya 2x45 menit. Hal ini menjadi penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. c. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Karanggede ini menjadi penunjang dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. 113 Terutama dengan adanya mushola yang menjadi pusat kegiatan keagamaan. Tetapi dengan kondisi mushola yang kecil menjadi penghambat untuk kegitan pengembangan kecerdasan emosional karena mushola yang tidak mencukupi untuk seluruh siswa dalam melakukan shalat berjamaah. d. Lingkungan Pergaulan Goleman menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh lingkungan, apa yang dialami dan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari lebih menentukan tingkah laku dan pola tanggapan emosi (Riana, 2011:20). Lingkungan pergaulan (tempat nongkrong) besar pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional siswa. Jika siswa bergaul dengan teman yang bicaranya kotor tentu dalam berbicara ikut menjadi kotor. Oleh karena itu guru hanya bisa mengamati perilakunya ketika di dalam kelas dan mengunakannya untuk memberi nasihat. Kondisi lingkungan di sekitar anak akan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku serta perkembangan emosi dan pribadi anak. Berbagai stimulus yang bersumber dari lingkungan sekitarnya akan dapat memicu anak dalam berekspresi (Ali & Yeni, 2011:4.8). e. Kesadaran Anak Yang Terkadang Kurang Dalam Berempati Hambatan guru dalam mengembangkan rasa empati siswa adalah kesadaran anak yang kurang. Siswa yang mempunyai niat 114 untuk berinfaq, terkadang mempunyai kendala uangnya sudah habis atau mereka sengaja tidak mau berinfaq. Goleman (1999:87) berpendapat bahwa orang yang tidak mampu mengenali perasaan mereka sungguh sangat tidak beruntung. Karena dengan kata lain, mereka buta emosi, terhalang dari dunia realitas yang sangat penting untuk sukses dalam hidup secara keseluruhan, termasuk kerja. Berinfaq akan menumbuhkan sikap berempati dan mengembangkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain. f. Perhatian Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Yang Kurang Perhatian orang tua terhadap anak sangatlah penting, karena orang tua adalah pendidik pertama untuk perkembangan kecerdasan anaknya baik cerdas secara akademis maupun cerdas secara emosi. Apalagi anak-anak yang tinggal dengan simbahnya karena orang tua sibuk bekerja, pendidikan yang didapat di rumah akan berbeda dengan hasil didikan dari orang tuanya Melalui interaksi keluarga, anak-anak belajar bersosialisasi, mereka belajar memahami perasaan oran lain, dan mereka belajar menggunakan tindakan untuk membentuk dan mengelola perasaan orang lain. Disanalah letak sebagian besar ketergantungan emosional dan sistem pembelajaran sosial (Barbara, 2007:140). 115 Gaya pengasuhan yang diperoleh anak dari keluarganya akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak, jika pertumbuhan dan belajar anak dalam keluarga tidak memadai maka penyesuaian emosi berikutnya juga akan terhambat bahkan mungkin mengalami gangguan. 116 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan data-data penulis sajikan dalam laporan skripsi ini, penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Upaya yang dilakukan guru untuk mengenali dan memahami emosi siswa yaitu dengan cara: a) Guru memberikan rangsangan berupa pertanyaan-pertanyaan untuk mengenali dan memahami emosi siswa dari ekspresi dan ungkapan yang muncul. b) Guru memberikan apresiasi (hadiah) kepada siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru. c) Melalui gejala dan tingkah laku yang ditampilkan. d) Guru memberikan cerita untuk mengenali dan memahami emosi siswa dari ekspresi yang muncul. e) Melalui kegiatan pembiasaan setiap pelajaran pendidikan agama islam. 2. Metode yang digunakan guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 1 Karanggede pada proses pembelajaran adalah menghubungkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi, pengarahan, sosiodrama, bercerita, sharing (belajar berbagi), dan peer teaching method (metode tutor teman sebaya). 117 3. Faktor pendukung dalam menerapkan/mengimplementasikan metode dalam mengembangkan kecerdasan emosional di SMP Negeri 1 Karanggede adalah dewan guru, kesadaran anak dan kegiatan siswa seperti menyanyikan lagu nasional, shalat dhuha, tadarus sebelum pelajaran dimulai dan pembiasaan berinfaq setelah pelajaran PAI selesai. Sedangkan faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional adalah latar belakang anak, jam belajar, sarana dan prasarana, lingkungan pergaulan, kesadaran anak yang terkadang kurang dalam berempati dan perhatian orang tua terhadap kecerdasan emosional anak yang kurang B. Saran Demi kemajuan SMP Negeri 1 Karanggede dimasa yang akan datang, maka penulis memberikan beberapa saran untuk dijadikan pertimbangan kemajuan SMP Negeri 1 Karanggede khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan emosional: 1. Bagi guru PAI diharapkan untuk lebih meningkatkan metode mengajarnya dengan optimal dengan berbagai cara, agar tujuan pengembangan kecerdasan emosional lebih baik. 2. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional alangkah baiknya jika satu semester sekali mengadakan simulasi, metode ini dapat membantu siswa mengembangkan tingkat pemahaman yang baru melalui interaksi yang terjalin antar siswa. 118 3. Bagi guru PAI diharapkan dalam proses belajar mengajar tidak terlalu mengedepankan sistem belajar dengan LKS karena interaksi guru dengan siswa akan berkurang yang akan menganggu perkembangan emosi siswa. 119 DAFTAR PUSTAKA Ali & Yeni. 2011. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka Al-Rasyidin. 2005. Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press Asdiqoh. 2012. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Trustmedia publishing Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press Armstrong, Thomas. 2000. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Daradjat, zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara Daymon dan Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif. Bandung: Mizan Media Utama Given K, Barbara. 2007. Brain-Based Teaching. Bandung: Mizan Pustaka Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Goleman, Daniel. 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Gottman, John dan Joan Declaire. 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hamzah & Masri. 2009. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hude, M Darwis. 2006. Emosi (Penjelajahan Religio-psikologis tentang emosi manusia di dalam Al-Qur‟an). Jakarta: Erlangga Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya Majid & Dian. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Komptensi. Bandung: Remaja Rosdakarya 120 Masher, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Maurus, J. 2014. Mengembangkan Emosi Positif. Yogyakarta: Bright Publisher Moleong J, Lexy. 2011. Metodologi Penellitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Monty & Fidelis. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor Mualifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: Diva Press Mubayidh, Makmun. 2006. Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak (referensi penting bagi para pendidik & orang tua). Jakarta: Pustaka Al- Kautsar Musthofa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sketsa Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Netty. Nihayah, zahrotun, dkk. 2005. Islam dan Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ramayulis. 1990. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:Kalam mulia Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Singgih & Yulia. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta Tridhonanto & Beranda. 2009. Melejitkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati. Jakarta: Gramedia Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers 121 122 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU PAI Metode Guru PAI Dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016 A. Identitas Narasumber Nama : Jenis Kelamin : Usia : Alamat : Guru PAI Kelas : Tempat : Waktu : B. Sasaran Wawancara 1. Bagaimana upaya guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apa saja metode yang digunakan guru PAI untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Isi Wawancara 1. Sudah berapa lama bapak mengajar di SMP N I Karanggede? 2. Berhubungan dengan masalah kecerdasan emosional menurut bapak apa arti yang tepat tentang hal itu? 3. Bagaimana kondisi kecerdasan emosi siswa SMP N 1 Karanggede kelas X dan XI ? 4. Masalah apa yang sering muncul di SMP N 1 Karanggede, khususnya mengenai kecerdasan emosional siswa (mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orang lain)? 5. Apa saja upaya bapak sebagai pengelola kelas dalam membina dan meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Karanggede? 6. Metode apa saja yang sudah digunakan dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Karanggede? 7. Apa saja kegiatan pengembangan kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? 8. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? 123 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA Metode Guru PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMA N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016 D. Identitas Narasumber Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Kelas Tempat Waktu : : : : : : : E. Isi pertanyaan 1. Menurut kamu , bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Karanggede ? 2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu? 3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar dikelasmu? 4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat pembelajaran? Berilah alasannya. 5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai cara guru mengajar ? 6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran berlangsung ? 7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui materi yang disampaikan oleh guru? 8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung? 124 PEDOMAN OBSERVASI Metode Guru PAI Dalam Pengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016 Kelas : Tanggal : Pedoman : 1. Kegiatan pembelajaran di kelas 2. Instruksi guru dan siswa di kelas 3. Komunikasi guru dengan siswa 125 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU Hari/Tanggal : Rabu, 18 Mei 2016 Tempat Wawancara : Ruang Bimbingan Konseling SMP N 1 Karanggede Waktu : 10.00 - selesai Responden/kode : Sumardi, S.Ag/SM 1. Sudah berapa lama bapak mengajar di SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: sudah 5 Tahun, bapak pindah kesini Tahun 2011. 2. Berhubungan dengan masalah kecerdasan emosional menurut bapak apa arti yang tepat tentang hal itu? Jawab: kemampuan anak dalam menerima, menyimpulkan dari isi materi pelajaran yang berhubungan dengan tingkah laku, adab, dan sopan santun. 3. Bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? Jawab: Kondisinya ya bermacam-macam ada yang anak itu yang cepat tanggap, cepat menanggapi pesan-pesan yang disampaikan oleh guru sesuai materi yang diajarkan. Yang kedua ada yang sedang dan ada yang sangat rendah. Prosentasenya kalau disini ya 75% keatas kebanyakan sedang baik bila dibandingkan sekolah swasta karena saya pernah mengajar di swasta. Jadi sopan santun kepada guru sudah baik. 4. Masalah apa yang sering muncul di SMP N 1 Karanggede, khususnya mengenai kecerdasan emosional siswa (mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orng lain)? Jawab: ya masalahnya rame didalam kelas, guru menerangkan tidak memperhatikan, terus anak-anak yang izinnya kebelakang itu lama tapi lama kembali ke kelasnya mboh kurang apa ya mbak apa nggak minat apa piye ya mbak. Trus masalah yang berkaitan dengan empati, kalau guru sering mencatat infaqnya mereka infaq, tapi kalau tak pasrahke siswa tidak pada infaq, yang infaq sedikit. terus kesadaran dalam berinfaq kurang. Tapi mayoritas infaqnya lancar. Kalau dalam berteman bergerombol mbak kalau dipisah tempat duduknya kembali lagi. Yang pendiam ya sama yang pendiam. 5. Apa saja upaya bapak sebagai pengelola kelas dalam membina dan mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: ya ngandani atau menasehati secara individu kalau cuma satu dua yang bermasalah. Suatu ketika didalam kelas memotivasi secara menyeluruh. Mengulang-ngulang memberi pelajaran pada anak, mendidik dan membiasakan diri untuk berbuat yang positif. 6. Metode apa saja yang sudah digunakan dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: tanya jawab, ceramah, pemberian tugas, belajar di masjid, di perpustakaan, diskusi (membuat teks khotbah) 126 7. Apa saja kegiatan pengembangan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: anak disuruh cerita, membaca hasil kerjaan siswa yang lain. 8. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? Jawab: Faktor yang yang mendukung ya anak-anak sadar membawa kitab suci al-qur’an dan iqro’, guru-guru banyak yang beragama Islam misal kalau suruh ngulang ngaji kalau pagi bisa. Faktor penghambat, mushola sekolahan belum mencukupi untuk semua murid karena sangat kecil, guru ekstra tilawah belum ada harus mencari dari luar, ada anak yang dari orangtuanya itu tidak memperhatikan anaknya, sampai sini ya waktunya hanya sedikit cuma dua jam. Trus sama anak-anak yang bergerombol kalau dipisah tempat duduknya itu nanti balik lagi. Kalau berteman itu ya yang menengan sama yang menengan kalau yang rame sama yang rame. 127 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016 Tempat Wawancara : Ruang Perpustakaan SMP N 1 Karanggede Waktu : 11.15- selesai Responden/kode : Siti Hidayah, S.Ag/SH 1. Sudah berapa lama ibu mengajar di SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: Dari 2006 dan sekarang 2016 ya sudah 10 Tahun mengajar di SMP Negeri 1 Karanggede 2. Berhubungan dengan masalah kecerdasan emosional menurut ibu apa arti yang tepat tentang hal itu? Jawab: Ya kemampuan anak mengola rasanya dalam menghadapi permasalahan yang muncul baik dengan temannya, dengan dirinya, maupun dengan guru baik permasalahan yang baik maupun yang tidak baik. 3. Bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? Jawab: bervariasi ya dari yang baik, lumayan baik, ada yang kurang baik kalau tidak rasanya ndak nyampai hati ya walaupun ada. Secara umum masih baik tapi hanya ada beberapa anak yang masih kurang baik. Tapi kenakalannya nggak sampai yang parah. 4. Masalah apa yang sering muncul di SMP N 1 Karanggede, khususnya mengenai kecerdasan emosional siswa (mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orng lain)? Jawab: Masalah yang sering muncul, sama teman itu kalau ada hal sedikit langsung ngumpat (ngomong kotor) kalau bolos paling cuma satu dua orang yang sampai ke BK. Apalagi yang nongkrongnya di kantin bulek situ bisa dibedakan anaknya gimana tingkah lakunya kalau dikelas. Ya nakalnya biasa masih sewajarnya dalam arti belum sampai yang luar biasa. Dalam mengembangkan empatinya juga ada pembiasaan infak tapi yang disayangkan masih ada bagian kecil yang gak mau ntah karna gak ada atau emang gak mau atau ada faktor lain, walaupun ada siswa yang melebihi kewajiban mereka. Malah ada yang ngasih lima ribu atau lebih. 5. Apa saja upaya ibu sebagai pengelola kelas dalam membina dan meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: Ngasih ceritalah ya cerita bisa cerita asli dari televisi, internet, atau bisa ngangkat cerita dari teman-temannya, dan kakak kelas. Bisa juga pas lagi tadarus ada ayat-ayat yang pas itu dibacakan, disinggung dan dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari. Dan ngasih motivasi dengan cara ngasih kisah yang bisa mereka contoh. Agar siswa termotivasi “ooh yaa ternyata kalau mereka bisa kenapa saya gak bisa. 128 6. Metode apa saja yang sudah digunakan dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: tanya jawab bisa, kalau yang kelas 8 itu ada sosiodrama dan itu nanti mereka harus ngasih abtraksinya, teladan apa yang bisa di ambil dari drama yang ditampilkan. Dan penugasan juga bisa yaa kan kalau ada tugas suruh tanya ke tokoh masyarakat setempat. Kalau ada permasalahan ini coba tanya ke pak kyainya dari masing-masing itu kan jawaban mereka berbeda-beda dan kita sharingkan (diskusi). Dan pada materi sejarah (tarikh) ibu biasanya menggunakan metode diskusi dengan membuat kelompok. 7. Apa saja kegiatan pengembangan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: Untuk materi akhlak dendam munafik mencari kasus-kasus dilingkungan mereka sendiri. Mencari contoh dendam atau marah, yang terdekat dari siswa bisa di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Dari masing-masing siswa contohnya akan berbeda. Karena marahnya kita dengan marahnya mereka kan berbeda. Paling seru anakanak saat pelajaran dendam munafik. Saat ibu bertanya siapa yang pernah marah trus anak-anak antusias mengeluarkan perasaannya. Lalu ibu tanya kenapa marah, dan anak-anak akhirnya bercerita. Kalau pengertiannya kan bisa di baca-baca sendiri, jadi kalau materi akhlak hanya cerita-cerita saja. Mengalisis lingkungan sekitar bagaimana dendam munafik itu. Untuk anak yang belum bisa membaca Al-qur’an diwajibkan mengikuti Ekstra BTQ yang pengajarnya dibantu kakak kelas yang sudah bisa. Kalau waktu tadarus dikelas untuk mengembangkan empati ibu menawarkan pahala investasi untuk diakhirat siapa yang mau ngajari ngaji temannya (yang masih Iqro’)? Secara langsung itu juga akan mengembangkan kemampuan siswa dalam menjalin hubungan dengan temannya. 8. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016? Jawab: Yang mendukung anak-anak ker yaa dalam menerima masukan dari kita. Anak-anak hatinya terbuka. Kita marah seapapun udah besoknya bu siti bu siti lagi. Hambatannya dari keluarga yang berbeda-beda. Ratarata yang anaknya disekolah mempunyai permasalahan dalam proses belajar mengajar di rumahnya tinggal dengan mbahnya. Kita bisa bimbing disekolah hanya 2 jam dan itu pun gak bisa fokus ke dia aja. Karena kalau kita sudah dikelas kan kita fokusnya secara menyeluruh. Kadang-kadang waktu tadarus ada yang protes kok saya cuma disuruh baca 2 ayat yang lain 3 sampai 4 ayat. Dan untuk melatih siswa untuk mengungkapkan perasaannya refleksinya diakhir semester menanyakan kepada siswa siapa yang tidak setuju cara mengajar ibu tentang pembelajaran yang saya berikan. Dan ada juga hasilnya siswa yang bilang ibu kalau mengajar galak. 129 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA Hari/Tanggal : 18 Mei 2016 Tempat Wawancara : Di halaman sekolah Waktu : 11.00 WIB- selesai Responden/Kode : Dimas Raihan Akbar/DR Usia : 13 Tahun Alamat : Tegalsari, RT 02/03 Karanggede 1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: baik 2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ? Jawab: Ramah dan penyabar 3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu? Jawab: diulang-ulangi sampai semua murid bisa memahami materi pelajaran 4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat pembelajaran? Berilah alasanmu. Jawab: senang, karena cara mengajar pada saat pembelajaran ramah, dengan kelembutan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. 5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai cara guru mengajar? Jawab: tetap diam dan mendengarkan 6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran berlangsung? Jawab: tidak pernah 7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui materi yang disampaikan oleh guru? Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang saya terapkan di kehidupan seharihari salah satunya untuk selalu bersikap ramah kepada siapapun. 8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung? Jawab: tenang dan mendengarkan apa yang diterangkan oleh guru. 130 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA Hari/Tanggal : 19 Mei 2016 Tempat Wawancara : Di ruang kelas VIII A Waktu : 11.45 WIB- selesai Responden/kode : Lisa Maryantika/LM Usia : 14 Tahun Alamat : Klimas 1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: kalau menurut saya sudah baik, terlihat toleransinya yang tinggi. Tetapi masih ada anak yang belum bisa mengontrol emosinya. 2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ? Jawab: baik, ramah, tidak galak, perduli sama muridnya dan humoris. 3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu? Jawab: diskusi, kerja kelompok dan sosiodrama. 4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat pembelajaran? Berilah alasanmu. Jawab: senang banget, karena saat penyampaian materi tidak terlalu serius karena di selipi dengan humor ringan. Jadinya di kelas tidak tegang., 5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai cara guru mengajar? Jawab: menundukkan kepala kalau nggak ya cerita dengan teman sebangku. Tapi kadang kalau ingat orang tua di rumah aku berusaha semangat mbak. 6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran berlangsung? Jawab: pernah tapi waktu pelajaran matematika mbak. 7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui materi yang disampaikan oleh guru? Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang. 8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung? Jawab: tenang dan memperhatikan. 131 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA Hari/Tanggal : 21 Mei 2016 Tempat Wawancara : Di depan kelas VIII D Waktu : 12.10 WIB- selesai Responden/Kode : Sakira/SK Usia : 13 Tahun Alamat : Tretes 1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: belum baik, kadang suka ngomong saru 2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ? Jawab: baik 3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu? Jawab: sosiodrama, cerita, diskusi, kerja kelompok dan tanya jawab 4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat pembelajaran? Berilah alasanmu. Jawab: senang karena gurunya asik 5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai cara guru mengajar? Jawab: menaruh kepala di atas meja 6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran berlangsung? Jawab: nggak pernah mbak 7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui materi yang disampaikan oleh guru? Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang. 8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung? Jawab: rame mbak, ya kadang tenang. 132 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA Hari/Tanggal : 21 Mei 2016 Tempat Wawancara : Di depan sekolah Waktu : 12.45 WIB- selesai Responden/Kode : Vijaya/VJ Usia : 13 Tahun Alamat : Bangkok 1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: kalau menurut saya baik, walaupun kadang suka iseng-isengan 2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ? Jawab: baik, ramah, dan tegas dalam menghadapi murid-muridnya 3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu? Jawab: ceramah, penugasan, diskusi, dan tanya jawab. 4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat pembelajaran? Berilah alasanmu. Jawab: senang karena ramah dan cara mengajarnya menyenangkan 5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai cara guru mengajar? Jawab: diam dan tidak memperhatikan 6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran berlangsung? Jawab: nggak pernah 7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui materi yang disampaikan oleh guru? Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang. 8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung? Jawab: rame 133 TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA Hari/Tanggal : 17 Mei 2016 Tempat Wawancara : Di rumah siswa Waktu : 13.00 WIB- selesai Responden/Kode : Zainul Amin/ZA Usia : 13 Tahun Alamat : Dukuh Randusari 1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede? Jawab: kalau menurut saya sudah baik 2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ? Jawab: baik, ramah dan tidak galak 3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu? Jawab: penugasan, ceramah, dan tanya jawab 4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat pembelajaran? Berilah alasanmu. Jawab: senang, karena cara mengajarnya diselipi cerita dan tidak tegang 5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai cara guru mengajar? Jawab: mengajak cerita teman sebangku 6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran berlangsung? Jawab: tidak pernah 7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui materi yang disampaikan oleh guru? Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang. 8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung? Jawab: tenang dan memperhatikan. 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149