upaya guru pai dalam mengembangkan kecerdasan

advertisement
UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMP
NEGERI 1 KECAMATAN KARANGGEDE
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
TILAM SARI DEWI
NIM: 111-12-065
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
1
2
3
4
5
MOTTO
           
           
             
   
27. kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan dan
Kami susulkan (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan Injil
kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orangorang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah [1460] Padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang kami wajibkan hanyalah)
mencari keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka
kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya
dan banyak di antara mereka yang fasik. (Q.S Al-Hadid [57:27])
6
PERSEMBAHAN
Kubingkiskan karya yang istimewa ini untuk:
1. Kedua orang tua tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan
menyemangatiku.Terima kasih atas untaian do’a yang tiada henti terucap dan
dorongan untuk mengerjakan skripsi ini. Semoga ini menjadi langkah awal
untuk membuat Bapak dan Ibu bangga terhadapku. Terima kasih Bapak ...
Terima kasih Ibu ....
2. Kakakku Bambang Susanto, ST.,terima kasih atas semangat dan dorongan
yang telah engkau berikan kepada adikmu ini.
3. Ika, Septine, dan seluruh sahabatku yang telah memberikan goresan warna di
setiap langkahku serta terimakasih atas motivasi dan kebersamaan kita
selama ini karena kalian telah mengajarkanku bagaimana menjadi teman
yang sesungguhnya dan menghargai indahnya persahabatan.
4. Untuk teman-teman seperjuangan PAI B angkatan 2012, teman-teman PPL
di SMK PELITA, teman-teman KKN di Dusun Kacetan Kaliangkrik
Magelang, terimakasih untuk
do’a, nasehat, hiburan, canda, tawa dan
semangat yang kalian berikan. Aku tak akan melupakan semua kenangan
yang telah kalian berikan kepadaku. Semoga sillaturahmi tetap terjalin
diantara kita untuk selamanya.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah dan kekuatan-Nya. Sehingga penulis berhasil menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada
Rasulullah SAW.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama
Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Adapun judul skripsi ini adalah
“Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di
SMP Negeri 1 Karanggede tahun pelajaran 2015/2016”
Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari pihak-pihak yang
telah memberikan dorongan serta dukungan moral dan materi. Dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:
1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di
SMP Negeri 1 Karanggede.
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
4.
Ibu Dr. Muna Erawati, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang
sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5.
Bapak Drs. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik
8
6.
Seluruh Dosen dan petugas administrasi jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berguna serta
banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.
7.
SMP Negeri 1 Karanggede, Bapak Joko Widodo, S.Pd. selaku Kepala
Sekolah SMP Negeri 1 Karanggede, Ibu Siti Hidayah, S.Ag. dan Bapak
Sumardi, S.Ag. selaku guru Pendidikan Agama Islam dan semua staf, guru,
serta siswa-siswi di SMP Negeri 1 Karanggede yang telah memberikan
informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
8.
Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Salatiga, Juni 2016
Penulis
Tilam Sari Dewi
111-12-065
9
ABSTRAK
Dewi, Tilam Sari. 2016. Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Siswa Di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, S.Psi. M.Si
Kata Kunci: Metode Guru PAI, kecerdasan emosional.
Penelitian ini membahas upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan
Agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional di SMP Negeri 1
Karanggede tahun pelajaran 2015/2016. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab
peneliti adalah : 1) Bagaimana upaya Guru PAI untuk mengenali dan memahami
emosi siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016. 2) Apa saja metode yang digunakan Guru PAI untuk
mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. 3) Apa saja faktor
pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru PAI dalam
menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan emosional
pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat
penting dengan mengambil objek kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Karanggede. Pengumpulan data dilakukan
dengan mengadakan pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi.
Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, lalu melakukan reduksi data,
penyajian data dan kemudian ditarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data
ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan
triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Upaya yang dilakukan oleh guru
PAI dalam mengenali dan memahami emosi siswa di SMP Negeri 1 Karanggede
dilakukan melalui berbagai cara yang secara bersamaan telah mengembangkan
unsur-unsur kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri, motivasi diri,
pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang
lain. 2) Metode pengembangan kecerdasan emosional siswa yang dilakukan guru
PAI yaitu menghubungkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi,
pengarahan, sosiodrama, bercerita, sharing (belajar berbagi), dan Peer teaching
method (metode tutor teman sebaya). 3) Faktor yang mendukung dalam
mengembangkan kecerdasan emosional: Dukungan dari dewan guru, kesadaran
anak, dan kegiatan siswa. Faktor yang menghambat dalam mengembangkan
kecerdasan emosional: latar belakang anak yang berbeda-beda, jam belajar, sarana
dan prasarana, lingkungan pergaulan, kesadaran anak yang terkadang kurang,
perhatian orang tua terhadap kecerdasan emosional anak yang kurang.
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................ v
MOTTO................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. ................................................................................... Latar
Belakang Masalah .............................................................. 1
B. ................................................................................... Perta
nyaan Penelitian.................................................................. 6
C. ................................................................................... Tujua
n Penelitian ......................................................................... 7
D. ................................................................................... Pene
gasan Istilah ........................................................................ 8
11
E. ................................................................................... Manf
aat Penelitian ...................................................................... 11
F..................................................................................... Meto
de Penelitian ....................................................................... 12
G. ................................................................................... Siste
matika Penulisan Penelitian................................................ 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. ................................................................................... Mate
ri Pendidikan Agama Islam
1. ............................................................................. Peng
ertian Pendidikan Agama Islam ................................. 19
2. ............................................................................. Tujua
n Pendidikan Agama Islam ........................................ 20
3. ............................................................................. Mate
ri PAI Semester Genap di SMP .................................. 22
B. ................................................................................... Meto
de-metode Pembelajaran PAI
1. ............................................................................. Jenisjenis Metode Pembelajaran ........................................ 26
2. ............................................................................. Kele
bihan dan kekurangan Metode Pembelajaran ............. 34
C. ................................................................................... Kece
rdasan Emosional
12
1. ............................................................................. Peng
ertian Kecerdasan Emosional ...................................... 39
2. ............................................................................. Unsu
r-unsur Kecerdasan Emosional .................................... 45
3. ............................................................................. Fakto
r yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ............ 50
4. ............................................................................. Strate
gi Pengembangan Kecerdasan Emosional ................... 52
5. ............................................................................. Meto
de-metode Pengembangan Emosi ............................... 56
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
A. ................................................................................... Gam
baran umum SMP N 1 Karanggede ................................... 62
B. ................................................................................... Papar
an Data Penelitian.............................................................. 70
BAB IV ANALISIS DATA
A. ................................................................................... Upay
a Guru PAI dalam mengenali dan memahami emosi siswa di
SMP N 1 Karanggede ......................................................... 85
B. ................................................................................... Meto
de yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan
kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Karanggede ....... 90
13
C.
Faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi
Guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode
pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1
Karanggede ......................................................................... 95
BAB V PENUTUP
A. ................................................................................... Kesi
mpulan ............................................................................... 101
B. ................................................................................... Saran
........................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 105
14
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1 : Nama guru dan mata pelajaran yang diajarkan ................................. 66
Tabel 2: Jumlah siswa tahun 2015/2016 .......................................................... 68
Tabel 3: Sarana dan prasarana.......................................................................... 68
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lamp. 1: Pedoman Wawancara............................................................ 107
Lamp. 2: Pedoman Observasi ............................................................. 109
Lamp. 3: Transkip Wawancara ............................................................ 110
Lamp. 4: Nota Pembimbing Skripsi
Lamp. 5: Lembar Konsultasi
Lamp. 6: Surat Izin Penelitian
Lamp. 7: Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lamp. 8: Daftar SKK
Lamp. 9: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAI Kelas VII & VIII
Semester Genap
Lamp.10: Dokumentasi
Lamp. 11: Daftar Riwayat Hidup
16
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah
Peserta didik SMP berada pada tahap perkembangan usia masa
remaja awal dan bisa disebut juga dengan istilah pubertas. Masa pubertas
meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan
fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun (Singgih & Yulia,
2011:201). Perkembangan sosial-emosional pada periode ini diantaranya
remaja mulai melibatkan diri dalam sebuah kegiatan yang diminati secara
intens, semakin ingin bebas dari orang tua, pengaruh teman sebaya sangat
kuat, issu popularitas bisa menjadi sangat penting, dan perasaan cinta
dengan lawan jenis yang semakin meningkat.
Setiap
perkembangan
tugas
yang
perkembangan,
harus
individu
diselesaikan
memiliki
dalam
tugas-tugas
hidupnya.
Tugas
perkembangan yang berhasil adalah yang dapat direalisasikan dalam
hidupnya sesuai dengan situasi dan kondisinya. Tugas-tugas itu
diantaranya adalah mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; mempersiapkan
diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik
dan psikis yang terjadi pada diri sendiri; mencapai pola hubungan yang
baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita;
mengenal kemampuan, bakat, minat serta arah perkembangan karier;
17
berperan serta dalam kehidupan masyarakat; memantapkan cara-cara
bertingkah laku yang dapat diterima lingkungan sosialnya; mengenal
gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri baik
secara emosional maupun sosial ekonomis; mengenal seperangkat sistem
etika dan nilai-nilai untuk pedoman hidup sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan sebagai makhluk Tuhan; dan lain
sebagainya (Hamzah & Masri, 2009:6).
Namun kenyataannya banyak pelajar yang terlibat tawuran,
melakukan tindakan kriminal dan lain sebagainya yang meresahkan
masyarakat dan aparat keamanan. Hal tersebut memunculkan kritik dari
masyarakat untuk dunia pendidikan saat ini. Bukan hanya disebabkan oleh
tindakan pelajar yang menunjukkan sikap tidak terpuji tetapi juga
disebabkan adanya peningkatan jumlah pengangguran yang mayoritas
adalah tamatan pendidikan. Kejadian tersebut menunjukkan kurang adanya
perhatian terhadap kecerdasan emosional selama ini, karena dunia
pendidikan selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan,
dan keterampilan.
Pada masa sekarang ini, peran keluarga mulai melemah karena
adanya perubahan sosial, politik dan budaya. Keadaan ini mempunyai
pengaruh yang besar terhadap terbebasnya anak dari peraturan yang
ditanamkan dalam suatu keluarga, hal ini membuat keluarga telah
kehilangan fungsinya dalam perkembangan emosi anak.
18
Anak dimasa usia sekolah menengah pertama sering mengalami
gangguan emosi atau penyesuaian diri dalam berbagai hal. Misalnya
ketakutan dalam persaingan prestasi hasil belajar, kurangnya berempati
dengan teman, dan kurangnya rasa percaya diri dalam kemampuan yang
dimiliki.
Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata
dan mengelola kelas. Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar
yang bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing
peserta didik dan orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran (Hamzah, 2011:15). Guru memegang peranan penting dalam
mengoptimalkan potensi anak baik fisik, kognitif, spiritual, maupun
emosional.
Untuk itu hendaknya guru mementingkan dan memperhatikan
pendidikan anak pada segi emosional, bukan hanya kecerdasan intelektual.
Menurut Goleman (1997:38) keberhasilan dalam kehidupan ditentukan
oleh keduanya, tidak hanya oleh IQ, tetapi kecerdasan emosional-lah yang
memegang peranan. Sungguh, intelektualitas tak dapat bekerja dengan
sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. Jika guru tidak menciptakan
iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi
untuk siswa, anak-anak tidak akan belajar secara efektif dan bisa
sepenuhnya menolak pendidikan (Barbara, 2002:59).
19
Terdapat ayat Al-Qur’an yang menggambarkan bahwa faktor
kecerdasan emosional juga ikut serta menentukan eksistensi manusia di
depan Tuhan yaitu dalam QS. Al Haj ([22]:46):
ٌ‫اَ فََهمْ يَسِ ْيرُوْا فِى انَْا رْ ضِ فَتَكُى نَ نَهُم قُهُى بٌ يَّعقِهُى نَ تِهَا اَواَذَا ن‬
‫يَّسمَعُى نَ تِهَا فَاِ وَّهَا الَ تَعمَى االَ تصَا رُ وَ نَكِه تَعمى انقُهُىبُ انَّتِي فِى‬
ِ‫انصُّدُور‬
Artinya:“Maka apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati
yang didalam dada.” (QS. Al Haj [22]:46).
Kecerdasan emosional erat hubungannya dengan kecerdasan
interpersonal. Menurut Goleman, faktor emosi sangat penting dan
memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi. Ada
lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional.
Lima wilayah tersebut adalah kemampuan mengenali emosi diri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan
mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan. Lima
wilayah tersebut menjadi bagian dari Pendidikan Agama Islam.
Kecerdasan emosional di dalam ajaran Islam lebih dekat dengan ajaran
mengenai akhlak (Hamzah & Masri, 2009:15).
Metode merupakan komponen yang penting dan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pembinaan karena dengan
metode guru PAI dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa.
Guru PAI memegang peran kunci dalam mengembangkan kecerdasan
20
emosional, namun juga tidak terlepas dengan peran guru lain dan
lingkungan sekolah yang diciptakan untuk pembelajaran akhlak.
Lingkungan sekolah yang kondusif akan membantu penghayatan peserta
didik untuk memperkuat keyakinan dirinya terhadap nilai-nilai ajaran
Islam yang kemudian akan membentuk sikap emosionalnya.
Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses belajar
mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Terjadilah suatu
proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat
membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak sekadar
tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada
soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik (Sardiman,
2009:148).
Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya sendiri
sekalipun
cerdas
secara
intelektual
dapat
berakibat
fatal
bagi
kehidupannya bahkan kehidupan orang lain. DanoCandace Pert, penulis
Molecules of Emotion, menyatakan bahwa emosi menghubungkan tubuh
dengan otak dan menyediakan energi untuk memacu prestasi akademis,
juga kesehatan dan keberhasilan pribadi. “semua yang kita lakukan,”
katanya, “dikendalikan oleh emosi” (Barbara, 2002:80). Untuk itu emosi
mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan, karena manusia dapat
mengontrol tindakan yang dilakukan, menjaga diri, menjalin hubungan
dengan orang lain, dan mempunyai keinginan untuk berkompetensi.
21
Penulis tertarik untuk meneliti siswa di SMP N 1 Karanggede
mengingat usia tersebut merupakan masa-masa yang banyak terjadi hal-hal
rawan tapi sekaligus menjadi hasil dari perkembangan individu. Masa
remaja merupakan masa pertumbuhan jasmani cepat dengan puncak
perkembangan kecerdasan yang disertai dengan kegoncangan emosi,
ketidakpastian diri dan masa memuncaknya kebutuhan kepada agama.
Pada masa SMP merupakan fase paling penting dalam mempertahankan
dan meningkatkan kecerdasan emosional yang sudah tertanam dalam diri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian terutama mengenai metode guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1
Karanggede. Maka penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh lagi
persoalan tersebut melalui sebuah penelitian dengan judul: “Upaya Guru
PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP
Negeri 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2015/2016’’.
C. Pertanyaaan Penelitian
1. Bagaimana upaya Guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi
siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016?
22
2. Apa saja metode yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan
kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru
PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan
kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya Guru PAI dalam mengenali dan memahami
emosi siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan Guru PAI untuk
mengembangkan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang
dihadapi Guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode
pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1
Kecamatan
Karanggede
Kabupaten
2015/2016.
23
Boyolali
Tahun
Pelajaran
E. Penegasan Istilah
1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
Kata “upaya” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:1109)
adalah usaha atau ikhtiar untuk mencapai maksud, memecahkan
persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya. Maksudnya adalah
suatu usaha sadar untuk mencari jalan terbaik atau mengubah menjadi
yang lebih baik untuk mencapai tujuan, sedangkan pengertian
pendidik/guru dalam perspektif islam ialah orang yang bertanggung
jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
agar mencapai tingkat kedewasaannya sehingga ia mampu menjalankan
tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi-ardh maupun
„abd) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (Al-Rasyidin, 2005:42).
Upaya guru pendidikan agama Islam yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik
yang mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam
mengembangkan kecerdasan emosional di SMP N 1 Karanggede.
Usaha tersebut dapat dilakukan didalam proses pembelajaran baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dengan melalui metode
pembelajaran.
2. Metode
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani
“metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode
24
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa
Arab metode disebut “Thariqat”. Sedangkan dalam kamus besar
bahasa indonesia “metode” adalah cara yang teratur dan berpikir baikbaik untuk mencapai maksud (Arief, 2002:40).
3. Mengembangan Kecerdasan Emosional
Kata “mengembangkan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1994:473) adalah membuka lebar-lebar, membentangkan, menjadikan
luas, merata, menjadikan maju, baik, dan sempurna. Maksudnya adalah
mengoptimalkan potensi sehingga hasilnya maksimal.
Kecerdasan sering disebut juga intelegensi. Kata intelegensi
dikenal dengan terminologi intellegence dalam bahasa inggris.
Terminologi berasal dari bahasa latin intellegence yang terdiri dari dua
akar kata intus dan legere yang berarti membaca atau memahami
sesuatu secara mendalam dengan rasional. Intelegensi diartikan
kemampuan intelektual secara esensial, yang terutama mencakup
kemampuan
dalam
membentuk
pengertian,
pertimbangan,
dan
rasionalitas (Thantawy, 2005:41).
Akar kata emosi adalah movere, dalam bahasa latin yang berarti
“menggerakkan, bergerak” di tambah awalan “e-“ untuk memberi arti
“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1997:7). Dalam makna
paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi
25
sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, dan
setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”.
Davies dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa intelegensi emosi
adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya
sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya, dan
menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta
perilaku seseorang (Monty & Fidelis, 2003:27).
Kecerdasan emosional adalah perpaduan kemampuan afektif dan
kemampuan kognitif yang menjelma dalam perilaku manusia tentang
sadar diri dan kendali diri, ketekunan tingkat motivasi, empati dan
keterampilan sosial.
4. Mengenali dan Memahami Emosi
Kata mengenali dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:246)
adalah mengetahui tanda-tandanya atau ciri-cirinya, sedangakan kata
memahami adalah mengerti atau mengetahui dengan benar.
Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan mengenali dan
memahami emosi siswa adalah usaha yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui dan mengerti benar mengenai emosi atau perasaan yang
sedang dialami oleh anak ketika proses belajar mengajar berlangsung.
5. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Kata pendukung dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (246) yang
berarti penyokong, pembantu, dan penunjang, sedangkan penghambat
yang berarti menghambat atau yang menghalangi.
26
Berdasarkan penjelasan di atas, maka maksud dengan judul upaya
guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional adalah tentang
usaha-usaha yang dilakukan secara sadar oleh guru PAI dalam
mengembangkan kecerdasan emosional melalui cara atau jalan dengan
mengenali dan memahami emosi siswa serta menggunakan metode
pengembangan emosi sehingga hasil yang akan dicapai dapat maksimal.
Tentu saja usaha-usaha yang dilakukan oleh guru PAI untuk
mengembangkan kecerdasan emosional yang diterapkan tidak lepas dari
faktor-faktor penunjang ataupun yang menghambat.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna baik yang bersifat
teoritis maupun praktis, antara lain adalah:
1. Teoretis
Penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi pengembangan ilmu
pendidikan khususnya pemahaman dan pengembangan kecerdasan
peserta didik. Serta wawasan tentang metode yang dikembangkan guru
PAI dalam mencerdaskan emosional siswa khususnya di sekolah
menengah pertama.
2. Praktis
a. Dapat
dijadikan
sebagai
masukkan
dalam
mengembangkan
kecerdasan emosional siswa oleh para guru Pendidikan Agama
Islam.
27
b. Dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam meningkatkan
kemampuan membaca dan memahami emosi siswa.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong, 2009:6).
Subyek dalam penelitian ini adalah guru PAI. Selain guru, siswa
juga dilibatkan sebagai informan dalam penelitian ini. Sedangkan yang
menjadi fokus penelitian yaitu metode yang digunakan oleh guru PAI
dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Metode tersebut
digunakan oleh guru kepada siswa, diterapkan untuk mengetahui
kemampuan kecerdasan emosional siswa selama pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data tentang metode guru PAI dalam
pengembangan kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016 penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
28
a. Metode Wawancara
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan guru
bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk memperoleh informasi
mengenai kecerdasan emosional siswa dan kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam mengenai metode yang digunakan guru
dalam mengembangkan kecerdasan emosional serta wawancara
dilakukan dengan siswa di SMP N 1 Karanggede sebagai informan.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh jawaban
dari pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian. Pertanyaan
tersebut
meliputi
kondisi
kecerdasan
emosional,
metode
pengembangan serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang
dihadapi guru PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode
pengembangan kecerdasan emosional.
Berikut langkah-langkah dalam wawancara, yaitu: menetapkan
kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, menyiapkan pokokpokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, mengawali
atau membuka alur wawancara, melangsungkan alur wawancara,
mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya,
menuliskan
hasil
wawancara
29
ke
dalam
catatan
lapangan,
mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
(Sugiono, 2009:322).
b. Metode Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala
yang diselidiki (Cholid & Achmadi. 2010:70) yaitu interaksi antara
guru dan siswa saat pembelajaran PAI selama proses belajar
mengajar (PBM) yang berlangsung pada semester genap antara
bulan April s/d Mei di SMP N 1 Karanggede. Peneliti menggunakan
catatan lapangan untuk mencatat tentang apa yang didengar dan
dilihat peneliti dalam rangka pengumpulan data.
Dengan metode ini, peneliti dapat menghasilkan data yang
berupa proses tentang pembelajaran PAI di kelas yang meliputi
bagaimana guru PAI dalam menyampaikan pembelajaran PAI,
bagaimana siswa dalam menanggapi pembelajaran PAI, metode apa
yang digunakan guru dan faktor apa saja yang menghambat dan
mendorong dalam pembelajaran PAI di kelas khususnya yang
berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional siswa.
c. Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
tentang profil sekolah, sejarah, sarana dan prasarana serta data siswa.
Serta dokumen-dokumen yang diperlukan oleh peneliti yang
mendukung dan melengkapi data hasil temuan peneliti.
30
3. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data dalam suatu penelitian dikatakan valid, maka diperlukan
adanya uji keabsahan data. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2009:324).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas dengan
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk
keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data (Moleong,
2005:330). Dalam pencapaiannya dilakukan dengan jalan membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan
hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip obyektifitas
yang dinilai dari validitas dan reabilitasnya. Validitas dibuktikan dengan
dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya, yaitu agar temuan
dan penafsirannya sesuai dengan yang sebenarnya dan temuan disetujui
oleh subyek yang diteliti. Reabilitas diperoleh dari konsistensi temuan
penelitian yang diperoleh dari subyek atau informan.
4. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam buku
Metodologi Penelitian Kualitatif, adalah upaya yang dilakukan dengan
31
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
2008:248).
Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu
dengan menerapkan metode berpikir induktif, yaitu suatu metode berfikir
yang bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik
kesimpulan yang bersifat umum (Daymon, 2008:369).
Data yang diperoleh dari penelitian bersifat kompleks dan rumit
direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok. Data hasil penelitian
direduksi, baik dari hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Data
yang telah dirangkum kemudian dipilih mana yang sekiranya diperlukan
untuk penulisan laporan. Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti bukti-bukti yang diperoleh ketika
penelitian di lapangan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pertanyaan penelitian,
tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode
penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
32
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab landasan teori ini meliputi:
D. Materi Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
3. Materi PAI Semester Genap di SMP
E. Metode-metode Pembelajaran PAI
3. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
4. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran
F.
Kecerdasan Emosional
6. Pengertian Kecerdasan Emosional
7. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
9. Strategi Pengembangan Kecerdasan Emosional
10. Metode-metode Pengembangan Emosi
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
Pada bab ini berisi:
C. Gambaran umum SMP N 1 Karanggede
D. Paparan Data Penelitian
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini berisi:
33
D. Upaya Guru PAI dalam mengenali dan memahami emosi siswa
di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016?
E. Metode yang digunakan Guru PAI untuk mengembangkan
kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
F. Faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi Guru
PAI
dalam
menerapkan/mengimplementasikan
metode
pengembangan kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2015/2016?
BAB V PENUTUP
Pada bab terakhir ini meliputi:
C. Kesimpulan
D. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
34
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Materi Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dari segi bahasa, kata “pendidikan” yang umum kita gunakan
sekarang dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah” dengan kata kerja
“rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah “ta‟lim”
dengan kata kerja “ „allama”. Sedangkan Pendidikan Agama Islam
dalam bahasa arabnya adalah “ Tarbiyah Islamiyah” (Darajat, 1996:25).
Tayar yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia muslim, bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur,
dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam dalam kehidupannya (Majid, 2014:12).
Dalam Kurikulum PAI, Pendidikan Agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam
dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Abdul & Dian, 2005:130).
Pengajaran agama Islam merupakan pengajaran tentang tata hidup
yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan oleh manusia dalam
35
menjalankan kehidupannya di dunia dan untuk menyiapkan kehidupan
yang sejahtera di akhirat nanti. Maka dari itu ruang lingkup pengajaran
agama Islam meliputi seluruh aspek kehidupan yang mencakup
perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, dan mahkluk
lainnya maupun lingkungannya.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara etimologi, tujuan adalah “Arah, maksud atau haluan.”
Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang di harapkan setelah
sebuah usaha atau kegiatan selesai.
Secara umum tujuan pendidikan Islam di klasifikasikan pada
tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional.
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan
sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah
kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta
didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia
menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan
praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu
(Arief, 2002:18).
36
Menurut imam al-Ghazali tujuan pendidikan Islam adalah
membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri
kepada Allah swt dan untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik dunia
maupun akhirat (Arief, 2002:22).
Zakiah Daradjat mendefinisikan tujuan pendidikan agama Islam
yaitu membina manusia beragam, berarti manusia yang mampu
melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna,
sehingga
tercermin
pada
sikap
dan
tindakan
dalam
seluruh
kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia
dan akhirat yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif
dan efektif.
Dalam kurikulum PAI 2002 Pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan
melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(Majid, 2012:16).
Tujuan Pendidikan Agama Islam di atas merupakan turunan dari
Tujuan Pendidikan Nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No.20
Tahun 2003) yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
37
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Majid, 2014:16).
Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam di SMP diberikan
ddengan maksud bahwa agama diajarkan untuk bisa mengantarkan
siswa menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang mampu
berhubungan baik antara manusia dengan manusia (hablun minannas)
dan antara manusia dengan Allah (hablun minallah).
3. Materi PAI Semester Genap SMP
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam secara keseluruhannya
dalam lingkup Al-Qur’an dan Hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah,
dan sejarah (Abdul & Dian, 2005:131). Pengajaran agama Islam
diberikan pada sekolah umum (sekolah) dan sekolah agama (madrasah),
baik negeri maupun swasta. Seluruh bahan pengajaran yang diberikan
di sekolah atau madrasah diorganisasikan dalam bentuk kelompokkelompok mata pelajaran, yang disebut bidang studi (broadfields) dan
dilaksanakan melalui sistem kelas.
a. Materi pelajaran kelas VII semester genap
1) Aspek Al-Qur’an: Hukum Bacaan Nun mati/tanwin dan Mim
mati
Materi pokok: Pengertian dan hukum bacaan nun mati/tanwin;
pengertian dan hukum bacaan mim mati/mim sukun.
38
2) Aspek Akidah Islam: Iman Kepada Malaikat Allah
Materi pokok: Pengertian iman kepada malaikat Allah; namanama malaikat dan tugas-tugasnya; sifat-sifat malaikat Allah dan
dalilnya; perbedaan malaikat dengan makhluk gaib lainnya.
3) Aspek Akhak: Kerja keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Materi pokok: sifat mulia; manfaat bersifat mulia.
4) Aspek Fiqih
a) Salat Jum’at, materi pokok: pengertian, hukum, syarat-syarat,
sunah, dan hal-hal yang menghalangi salat jum’at; dalil naqli
dan aqli tentang salat jum’at; fungsi salat jum’at dalam
kehidupan.
b) Salat Jama’ dan Qasar, materi pokok: pengertian salat jama’
dan qasar serta sebab-sebabnya; dalil salat jama’ dan qasar;
salat-salat yang dapat dijama’ dan diqasar; salat jama’ takdim
dan salat jama’ takhir.
5) Aspek tarikh: Sejarah Nabi Muhammad SAW
Materi
pokok:
Misi
nabi
Muhammad
SAW
untuk
menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan
bermanfaat; misi nabi muhammad SAW sebagai rahmat bagi
alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan
masyarakat; meneladani perjuangan nabi dan para sahabat dalam
menghadapi masyarakat mekah.
39
b. Materi pelajaran kelas VIII semester genap
1) Aspek Al-Qur’an: Hukum Bacaan Mad dan Waqof
Materi pokok: Arti bacaan mad; macam-macam mad; hukum
bacaan waqof; macam-macam waqof dan tanda-tandanya; praktik
bacaan waqaf.
2) Aspek akidah: Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Materi pokok: pengertian iman kepada rasul-rasul Allah; namanama rasul dan sifat-sifatnya; rasul-rasul Allah sebagai petunjuk
bagi manusia; perbedaan antara rasul ulul azmi dan rasul lainnya;
fungsi iman kepada rasul-rasul Allah.
3) Aspek Akhlak
a) Membiasakan perilaku terpuji dalam makan dan minum,
materi pokok:adab dalam makan dan minum; contoh adab
makan dan minum; mempraktikkan adab makan dan minum
dalam kehidupan sehari-hari.
b) Dendam dan munafik, materi pokok: pengertian dendam dan
munafik; dalil naqli tentang dendam dan munafik; sifat
dendam dan munafik.
4) Aspek fiqih: Hukum Islam Tentang Hewan yang Dihalal dan
yang Diharamkan
Materi pokok: jenis-jenis hewan yang dihalalkan; tatacara
menyembelih hewan yang dihalalkan; manfaat hewan yang
dihalalkan; jenis-jenis hewan yang diharamkan; bahaya hewan
40
yang diharamkan; penerapan ketentuan hewan yang dihalalkan
dan diharamkan.
5) Aspek Tarikh: Sejarah Dakwah Islam
Materi pokok: sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam
islam; tokoh-tokoh ilmuan muslim dan peranannya.
B. Metode-metode Pembelajaran
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Hubungan guru
dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang
sangat menentukan. Bagaimana baiknya bahan pelajaran yang diberikan,
bagaimana sempurnanya metode yang dipergunakan, jika hubungan guru
dengan siswa tidak harmonis, maka dapat menciptakan keluaran yang
tidak diinginkan (Asdiqoh, 2012:47).
Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam
mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan.
Terdapat tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru harus dapat
melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan melatih para siswanya
(Asdiqoh, 2012:19).
Menurut Koestiyah N.K bahwa guru dalam mendidik anak didik
bertugas untuk: Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa
41
kepandaian,
kecakapan
dan
pengalaman-pengalaman;
Membentuk
kepribadian anak yang harmonis sesuai etika-etika dan dasar negara
(pancasila); Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik; sebagai
perantara dalam belajar; Guru adalah sebagai pembimbing, untuk
membawa anak didik kearah kedewasaan; Guru sebagai penghubung
antara sekolah dan masyarakat; Sebagai penegak disiplin dan menjadi
contoh dalam segala hal; Guru sebagai administrator dan manajer;
Pekerjaan guru sebagai suatu profesi; Guru sebagai perencana kurikulum;
Guru sebagai pemimpin; Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak
misalnya ekstrakurikuler (Asdiqoh, 2012:20).
Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, ada 5
variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa yaitu: melibatkan
siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan
motivasi siswa, prinsip individualitas, peragaan dan pengajaran (Asdiqoh,
2012:44).
1. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2
bagian (Usman, 2002:33), yakni:
a. Metode konvensional, yaitu metode mengajar yang lazim dipakai
oleh guru atau sering disebut metode tradisional. Beberapa metode
mengajar konvensional, antara lain: metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, demonstrasi dan eksperimen, resitasi (pemberian tugas), kerja
42
kelompok, sosio-drama dan bermain peran, karya wisata, drill
(latihan), dan sistem regu.
b. Metode mengajar inkonvensional, yaitu suatu teknik mengajar yang
baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti
metode mengajar dengan modul, pengajaran berprogram, pengajaran
unit, machine program, merupakan metode yang baru dikembangkan
dan ditetapkan dibeberapa sekolah tertentu yang mempunyai
peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli
menanganinya.
Al-Ghazali mengemukakan beberapa metode alternatif antara lain
(Arief, 2002:44) :
a. Mujahadah dan riyadlah nafsiyah (kekuatan dan latihan jiwa) yaitu
mendidik anak dengan cara mengulang-ulangi pengalaman.
b. Penggunaan metode yang bervariasi akan membangkitkan motivasi
belajar dan menghilangkan kebosanan.
c. Pendidik
hendaknya
memberikan
dorongan
berupa
pujian,
penghargaan dan hadiah kepada anak yang berprestasi, sedangkan
memberikan hukuman hendaknya bersifat mendidik dengan maksud
memperbaiki perbuatan yang salah agar tidak menjadi kebiasaan.
43
Pendapat ibnu khaldun tentang metode pendidikan (Arief, 2002:45)
adalah sebagai berikut:
a. Metode ilmiah yang modern, yaitu menumbuhkan kemampuan
memahami ilmu dengan kelancaran berbicara dalam diskusi untuk
menghindari verbalisme dalam pelajaran.
b. Metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan. Pengetahuan bersifat
global bertahap dan terperinci, agar penjelasan sesuai dengan tingkat
berfikirnya.
c. Menggunakan media (alat peraga) untuk membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran.
d. Melakukan karyawisata agar siswa mendapatkan pengalaman belajar
secara langsung.
e. Menghindari sistem pengajaran materi dalam bentuk ikhtisar
(ringkasan).
f. Memberikan sanksi yang proporsional untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
Sedangkan menurut H.M. Arifin (Arief, 2002:46), yaitu: metode
situasional dan kondisional, metode tarhib dan targhib, metode
kebermaknaan, metode dialog, metode pemberian contoh, metode
diskusi, metode induktif dan deduktif, metode demonstrasi, metode
eksperimen, dan metode hadiah dan hukuman.
44
Berdasarkan
pembagian
waktunya,
pengembangan
metode
pendidikan Islam terbagi menjadi masa klasik, masa pertengahan, dan
masa modern:
a. Masa klasik (610-1258M) metode yang digunakan adalah: ceramah,
hafalan, membaca tadarus, tanya jawab, bercerita, menulis, metode
khusus.
b. Masa pertengahan (1258-1800M):ceramah, hafalan, membacamenulis, membaca-tadarus, tanya jawab, cerita lewat buku, menulis
Al-Qur’an mulai dari titik, keyakinan/pembenaran, mudzakarah,
umum dan sederhana, metode khusus, menyeluruh, pemberian
contoh, membimbing.
c. Masa modern (1800-sekarang): ceramah dengan menggunakan
media, hafalan mandiri, membaca dengan pemahaman, murid
bertanya dan menjawab, cerita lewat media, menulis Al-Qur’an
secara
utuh,
sintesis
analisis,
diskusi,
deduktif,
induktif,
komprehensif, dan demonstrasi.
Hal yang membedakan antara ketiga periode tersebut adalah
pengembangan dalam menggunakan metode dengan dibantu alat atau
media yang semakin canggih, dari sekian banyak metode yang
ditawarkan oleh beberapa pakar pendidikan, tidak semuanya dapat
diaplikasikan pada setiap pelajaran.
Oleh karena itu hendaknya setiap pendidik terlebih dahulu dapat
mempertimbangkan metode apa yang tepat untuk digunakan, yang
45
dapat mempengaruhi hasil belajar kearah yang lebih baik dan relevan
dengan materi pelajaran yang disampaikan. Penggunaan metode yang
bervariasi pada setiap pelajaran hendaknya juga menjadi pertimbangan
bagi setiap guru, guna meningkatkan minat belajar anak (Arief,
2002:50).
Dari pendapat-pendapat para ahli, secara sederhana metode-metode
pendidikan dapat diringkas, sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah cara penyampaian sebuah materi pelajaran
dengan cara penuturan lisan kepada siswa. Dalam bahasa inggris
metode ceramah disebut dengan istilah “lecturing method atau
telling method”. Metode ini sering digunakan karena metode ini
sangat mudah untuk dilakukan.
Untuk bidang studi agama, metode ceramah masih tepat untuk
dilaksanakan, misalnya: untuk memberikan pengertian tentang
tauhid, karena tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan,
maka seorang guru akan memberikan uraian menurut caranya
masing-masing dengan tujuan murid dapat mengikuti jalan fikiran
guru (Daradjat Zakiah, 1981:232).
b. Metode Diskusi
Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari materi pelajaran
dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu
argumentasi secara rasional dan objektif (Usman, 2002:36). Metode
46
diskusi tepat digunakan untuk menumbuhkan sikap transparan dan
toleran bagi peserta didik, untuk mencari berbagai masukkan dalam
memutuskan sebuah permasalahan secara bersama, dan untuk
membiasakan peserta didik berfikir secara logis dan sistematis
(Arief, 2002:145). Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk
memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir
dengan renungan yang dalam.
c. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk
memperlihatkan
bagaimana
berjalannya
suatu
proses
pembentukan tertentu kepada siswa (Arief, 2002:190).
Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan
pada seluruh anggota kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara
shalat yang sesuai dengan ajaran/contoh Rasulullah saw (Daradjat
Zakiah, 1981:236).
d. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena
siswa diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran. Metode ini
dilakukan apabila guru mengharapkan pengetahuan yang diterima
siswa lebih mantap dan mengaktifkan mereka dalam mencari atau
mempelajari suatu masalah dengan lebih banyak membaca,
mengerjakan sesuatu secara langsung (Usman, 2002:47).
47
Metode pemberian tugas merupakan salah satu cara di dalam
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan sejumlah tugas
kepada siswa-siswanya untuk mempelajari sesuatu, kemudian
mereka disuruh untuk mempertanggungjawabkannya.
e. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama merupakan teknik mengajar yang banyak
kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat
sosial (Usman, 2002:51). Metode sosiodrama ini dapat dilaksanakan
terutama dalam bidang studi kesenian atau dapat juga dilaksanakan
dalam bidang sejarah. Dalam bidang studi agama dapat dilaksakan
terutama dalam bidang sejarah Islam. Metode sosiodrama ini
dilakukan setelah guru menjelaskan sesuatu hal yang menyangkut
bidang studi agama.
Metode sosiodrama bertujuan bagaimana belajar memahami
perasaan
orang
lain,
menggambarkan
bagaimana
seseorang
memecahkan masalah serta melukiskan bagaimana seharusnya
seorang bertindak atau bertingkahlaku dalam situasi sosial (Arief,
2002:182).
f. Metode Drill (Latihan)
Zuhairini mendefinisikan metode drill adalah suatu metode dalam
pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran
yang sudah diberikan (Arief, 2002:174). Metode drill lebih
48
menitikberatkan pada keterampilan siswa seperti kecakapan motoris,
mental, asosiasi yang dibuat dan sebagainya.
g. Metode Kerja Kelompok
Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok baik kelompok kecil maupun besar. Setiap
kelompok diberikan tugas, sementara guru tetap melakukan
pengawasan.
h. Metode Karyawisata
Menurut H.Zuhairini dkk, metode karyawisata adalah suatu
metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak
keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang
ada hubungannya dengan pelajaran (Arief, 2002:168). Metode ini
lebih menekankan pembinaan pada aspek psikomotorik sedangkan
untuk pembinaan aspek kognitif dan afektif merupakan pendorong
untuk tercapainya elaborasi dari teori-teori yang telah didapat peserta
didik.
i. Metode Simulasi
Metode ini dilakukan dengan cara berpura-pura bermain tentang
bagaimana seseorang merasa dan berbuat sesuatu. Metode ini
mempunyai tujuan untuk melatih siswa agar dapat memahami
dirinya dan lingkungannya sehingga mampu bersikap dan bertindak
sesuai dengan situasi yang dihadapi (Arief, 2002:186).
49
j. Metode Eksperiman
Metode eksperimen ialah cara pengajaran dimana guru dan murid
bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk
mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi (Usman, 2002:45).
2. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran
a. Metode ceramah
Karateristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan
guru tampak lebih dominan sementara siswa lebih banyak pasif dan
menerima apa yang disampaikan oleh guru. Metode ceramah
mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satu kelebihannya
adalah
suasana
kelas
berjalan
dengan
tenang,
sedangkan
kekurangannya antara lain: interaksi cenderung bersifat teacher
centred, verbalisme, guru lebih aktif sedangkan murid lebih pasif
(Arief, 2002:140).
b. Metode Diskusi
Kelebihan metode ini diantaranya adalah suasana kelas lebih
bergairah, dapat menjalin hubungan sosial antar individu sehingga
menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan
sistematis. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan
mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan
refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan
menghargai pendapat orang lain (Usman, 2002:37). Sedangkan
50
kelemahan metode diskusi ini adalah adanya sebagian siswa yang
kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan
sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggungjawab terhadap hasil
diskusi.
c. Metode demonstrasi
Metode ini merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran, menambah pengalaman anak didik, dan
memusatkan
perhatian
anak
didik,
dapat
mengurangi
kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih jelas dan konkrit,
dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan, karena siswa tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat bahkan mempraktekkannya secara langsung.
Di samping itu, metode demonstrasi dalam pelaksanaannya
memakan waktu yang lama, apabila terjadi kekurangan media
metode demonstrasi menjadi kurang efektif, memerlukan biaya yang
cukup mahal terutama untuk pembelian alat-alat, memerlukan tenaga
yang tidak sedikit oleh karena itu guru dan siswa perlu persiapan
fisik di samping penguasaan teori.
d. Metode Pemberian Tugas atau Resitrasi
Kelebihan dari metode ini murid berkesempatan memupuk
perkembangan
dan
keberanian
berkreatif,
berinisiatif,
bertanggungjawab, dan mandiri. Sedangkan kelemahannya salah
51
satunya adalah tugas yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan
mental siswa (Arief, 2002:166).
e. Metode Sosiodrama
Kelebihan dari metode ini antara lain melatih keberanian,
penyaluran
perasaan-perasaan
terpendam
karena
atau
memperoleh
keinginan-keinginan
kesempatan
untuk
yang
belajar
mengekspresikan (mencurahkan) penghayatan mereka mengenai
suatu problem di depan orang banyak (murid-murid lain), untuk
mengajar anak supaya ia bisa menempatkan dirinya diantara orang
lain.
Kelemahan metode ini adalah situasi sosial yang diciptakan dalam
suatu lakon tertentu, tetap hanya merupakan situasi yang memiliki
kekurangan kualitas emosional dengan situasi sosial sebenarnya,
kadang-kadang anak tidak mau memerankan sesuatu adegan karena
malu, anak-anak yang tidak dapat giliran akan menjadi pasif,
perbedaan adat istiadat, kebiasaan dan kehidupan, masyarakat akan
mempersulit pengaplikasian metode ini (Arief, 2002:181).
f. Metode Drill (Latihan)
Kelebihan metode ini adalah dapat menimbulkan rasa percaya diri
bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki
suatu keterampilan dan guru lebih mudah mengontrol siswa yang
disiplin belajarnya ataupun yang kurang disiplin, akan tertanam pada
setiap pribadi anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin, dalam
52
waktu yang relatif singkat dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan
yang
diharapkan
para
murid
akan
memiliki
pengetahuan yang siap pakai (Arief, 2002:178).
Sedangkan kelemahan metode drill (latihan) ini adalah dapat
menghambat daya inisiatif siswa dan menimbulkan penyesuaian
secara statis kepada lingkungan (Usman, 2002:57). Metode ini akan
membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku.
g. Metode kerja kelompok
Adapun kelebihan metode kerja kelompok adalah melatih dan
menumbuhkan rasa kebersamaan, toleransi dalam sikap dan
perbuatan, timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok dan
anak-anak yang pemalu akan lebih aktif, menumbuhkan rasa ingin
maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagai
kelompok yang terbaik. Kelemahan metode kerja kelompok ini
adalah terlalu banyak persiapan dan bilamana guru kurang kontrol
maka akan terjadi persaingan negatif antar kelompok (Usman,
2002:50). Tugas guru akan menjadi berat, tugas akan terbengkalai
jika tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis anak
didik, sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang terasa
terabaikan.
h. Metode karyawisata
Kelebihan dari metode ini adalah siswa dapat menyaksikan secara
langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat kunjungan;
53
siswa bisa memperoleh informasi yang lebih akurat dengan jalan
mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan
oleh petugas setempat; dalam karyawisata berbagai mata pelajaran
dapat dipelajari sekaligus dan integral, dan tidak hanya terbatas pada
satu mata pelajaran; siswa memperoleh pemantapan teori-teori yang
pernah mereka pelajari di sekolah dengan kenyataan aplikasi yang
diterapkan pada objek yang mereka kunjungi (Arief, 2002:169).
Selain itu metode karyawisata dapat menumbuhkan motivasi dan
perasaan senang oleh peserta didik.
Kekurangan metode ini adalah waktu yang tersedia tidak
mencukupi dan menyita waktu pelajaran; karyawisata membutuhkan
biaya transportasi dan akomodasi yang besar sehingga menjadi
beban siswa dan guru (Usman, 2002:54).
i. Metode simulasi
Kelebihan: aktivitas simulasi menyenangkan siswa sehingga
siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi, interaksi antara
siswa memungkinkan timbulnya keakraban, simulasi melatih siswa
agar mampu berfikir kritis, strategi ini menimbulkan respon yang
positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang
motivasinya, tidak memerlukan skill komunikasi yang pelik dalam
banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simple.
Kekurangan: efektifitasnya dalam memajukan proses belajar
mengajar belum terbuktikan oleh riset, simulasi menghendaki
54
hubungan yang inovatif antara guru dan murid, dalam simulasi
sering tidak terikutkan elemen-elemen yang penting.
j. Metode eksperimen
Kelebihan metode ini adalah menambah keaktifan untuk berbuat
dan
memecahkan
sendiri
melaksanakan
metode
kekurangannya
adalah
sebuah
ilmiah
tidak
permasalahan
dengan
semua
mata
baik.
dan
dapat
Sedangkan
pelajaran
dapat
menggunakan metode ini dan murid yang kurang mempunyai daya
intelektual yang kuat, kurang baik hasilnya (Arief, 2002:173).
C. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Akar kata emosi adalah movere, dalam bahasa latin yang berarti
“menggerakkan, bergerak” di tambah awalan “e-“ untuk memberi arti
“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1997:7).
Emosi menurut The Dictionary of Psychology dalam bukunya
J.Maurus yang berjudul Mengembangkan Emosi Positif (2014:17)
adalah keadaan yang kompleks dari suatu organisme, termasuk
perubahan dalam banyak hal antara lain pernafasan, denyut nadi,
kelenjar, dll. Secara kejiwaan semisal kegembiraan atau kegelisahan
yang ditandai dengan perasaan yang mendalam dan dorongan yang kuat
untuk melakukan tindakan tertentu. Dalam ilmu psikologi, kata emosi
55
ini dimaknai sebagai perasaan, sehingga keadaan individu ketika marah,
sedih, kecewa, atau pun gembira adalah bagian dari emosi. Kata emosi
ini tidak hanya mencakup perasaan marah atau pun sedih, namun segala
hal yang menyangkut perasaan manusia (Beranda & Tridhonanto,
2009:2).
Goleman (1997:411) menyatakan bahwa “emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak”. Dari
definisi di atas bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks,
dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh
perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
Ali dan Yeni (2011) mengutip pendapat dari Stewart at all yang
mengutarakan bahwa perasaan senang, marah takut, dan sedih sebagai
emosi dasar. Dari keempat emosi dasar tersebut dapat berkembang
menjadi berbagai macam emosi, yakni diklasifikasikan ke dalam
kelompok emosi positif dan emosi negatif. Reynold mengklasifikasikan
emosi positif dan negatif tersebut adalah sebagai berikut: emosi positif
meliputi rela, lucu, kegembiraan/keceriaan, kesenangan/kenyamanan,
rasa ingin tahu, kebahagiaan, kesukaan, rasa cinta/kasih sayang,
ketertarikan/takjub. Emosi negatif meliputi tidak sabaran, kebimbangan,
rasa marah, kecurigaan, rasa cemas, rasa bersalah, rasa cemburu, rasa
jengkel, rasa takut, depresi, kesedihan, rasa benci.
56
Islam memandang emosi adalah karunia Allah SWT yang
diberikan kepada makhluk-makhluknya termasuk manusia dengan
segenap fungsi dan kegunaannya bagi keberlangsungan hidup (Yasin,
2007:105). Hal ini terwujud melalui kecakapan emosi yang terdiri dari
kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan pribadi terdiri dari
kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi. Sedangkan kecakapan
sosial terdiri dari empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2001:4243).
Kecerdasan sering disebut juga intelegensi. Kata intelegensi
dikenal dengan terminologi intellegence dalam bahasa inggris.
Terminologi berasal dari bahasa latin intellegence yang terdiri dari dua
akar kata intus dan legere yang berarti membaca atau memahami
sesuatu secara mendalam dengan rasional. Intelegensi diartikan
kemampuan intelektual secara esensial, yang terutama mencakup
kemampuan
dalam
membentuk
pengertian,
pertimbangan,
dan
rasionalitas (Thantawy, 2005:41). Dalam bahasa arab kecerdasan
disebut al-dzaka menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan,
dan kesempurnaan sesuatu dalam arti kemampuan dalam memahami
sesuatu secara tepat dan sempurna (Ramayulis, 2002:96).
Diantara pakar-pakar teori tentang kecerdasan emosi paling
berpengaruh yang menunjukkan perbedaan nyata antara kemampuan
intelektual dan emosi adalah Howard Gardner, seorang psikolog dari
Harvard memperkenalkan sebuah model yang oleh banyak orang
57
disebut
kecerdasan majemuk (multiple
intelligence) (Goleman,
2001:513). Kecerdasan tersebut yaitu meliputi kecerdasan matematika
logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal. Kecerdasan visual
spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Pembagian kecerdasan oleh Gardner telah membuka paradigma
baru disebuah kata kecerdasan karena ternyata cerdas bukan semata
dapat memiliki skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu
beranekaragam. Bagi Gardner, tidak ada anak bodoh, yang ada anak
yang menonjol pada satu atau beberapa jenis kecerdasan.
Howes dan Herald berpendapat bahwa kecerdasan emosional
merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosi. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan
lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi bila diakui dan
dihormati, kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain (Beranda &
Tridhonanto, 2009:5).
Davies dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa intelegensi emosi
adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya
sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya, dan
menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta
perilaku seseorang (Monty & Fidelis, 2003:27).
58
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai
kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang
lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu memandu pikiran dan
tindakan (Goleman, 2002:513).
Sedangkan kecerdasan emosional dalam pandangan Islam menurut
Jalalludin
Rahmat
adalah:
kecerdasan
emosional
diukur
dari
kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri. Dalam Islam,
kemampuan mengendalikan emosi atau menahan diri disebut sabar
(Yasin, 2007:15).
Thorndike, ahli psikologi terkemuka menyatakan bahwa salah satu
aspek kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan “sosial” kemampuan
untuk memahami orang lain dan bertindak “bijaksana dalam hubungan
antar manusia” merupakan suatu aspek IQ seseorang. IQ dan
kecerdasan emosional bukanlah keterampilan-keterampilan yang saling
bertentangan, melainkan keterampilan-keterampilan yang sedikit
terpisah (Goleman, 1997:56).
Keterampilan
emosional
dapat
dilangsungkan
di
sekolah.
Keberhasilan di sekolah bukanlah diramalkan oleh kumpulan fakta
seorang anak atau kemampuan dininya untuk membaca, melainkan oleh
ukuran-ukuran emosional dan sosial: yakin pada diri sendiri dan
mempunyai minat, tahu pola perilaku apa yang diharapkan orang lain
dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk tidak berbuat nakal,
mampu menunggu, mengikuti petunjuk, dan mengacu pada guru untuk
59
mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya saat
bergaul dengan anak-anak lain (Goleman, 1996:273).
Perilaku emosional dipengaruhi oleh kelenjar endokrin dan bagian
otak yang mengurusi emosi yaitu sistem limbik, sistem saraf yang
paling berhubungan dalam membentuk kecerdasan emosi yang dikirim
keberbagai tubuh adalah korteks, hipotalamus, dan amigdala (Mualifah,
2009:115).
Emotional intelligence sangat berpengaruh dalam proses dan
keberhasilan belajar. Hal ini karena belajar tidaklah semata-mata
persoalan intelektual, tetapi juga emosional. Belajar tidak hanya
menyangkut interaksi peserta didik dengan buku-buku dan bahan
pelajaran yang mati, tetapi juga melibatkan hubungan manusiawi antara
sesama peserta didik dan antara peserta didik dengan guru. Disinilah
letak pentingnya kecerdasan emosional dalam belajar (Mustaqim,
2012:158).
Goleman mengungkapkan ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan
emosional (Riana, 2011:61), sebagai berikut:
a) Mampu memotivasi diri sendiri
b) Mempu bertahan menghadapi frustasi
c) Lebih cakap untuk menjalankan jaringan informal/nonverbal
d) Mampu mengendalikan dorongan lain
60
e) Cukup luwes untuk menemukan cara/alternatif agar sasaran tetap
tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit
dijangkau
f) Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatu akan
beres ketika menghadapi tahap sulit
2. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2001:39) unsur-unsur kecerdasan emosi
meliputi kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan
kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.
Berikut penjelasan mengenai unsur-unsur kecerdasan emosional:
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri bertindak sebagai barometer batiniah, yang
mengukur apakah yang sedang dikerjakan atau baru dikerjakan
memang berharga. Perasaan memberi kita informasi yang penting.
Menurut Goleman (2001:513) kesadaran diri adalah mengetahui apa
yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk
memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur
yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
Seseorang yang mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki
kepekaan yang tajam atas perasaan yang sesungguhnya dan
kemudian mengambil keputusan secara mantap, dalam hal ini
misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan
61
seperti memilih, sekolah, sahabat, pekerjaan, sampai soal pasangan
hidup (Mamzah & Masri, 2009:16). Al-Qur’an juga mendorong
manusia untuk memahami perasaan dan emosi diri, Sebagaimana
firman Allah dalam surat Yusuf ayat 33:
ْ‫ص ِر ف‬
ْ َ‫جهُ اَحَةُّ اِنَيَّ مِمَّا يَدْ عُى وَ ِىيْ اِنَيْهِ وَاِالَّ ت‬
ْ ِّ‫قَا ل رَبِّ انس‬
َ‫صةُ اِنَيْهِهَّ وَاَ ُكهْ ِّمهَ ا نْجَهِهِيه‬
ْ َ‫ع َِّىيْ كَيْدَهُهَّ ا‬
Artinya: Yusuf berkata, “wahai Tuhanku penjara lebih aku
sukai daripada memenuhi ajakan mereka, jika aku tidak Engkau
hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang
yang bodoh.”(QS. Yusuf [12:33])
b. Motivasi Diri
Arti dari memotivasi diri adalah usaha yang dilakukan seseorang
tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendaki. Menurut Goleman (2001:514) motivasi adalah
menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan
bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan
dan frustasi.
Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan
pencapaian tujuan tersebut meliputi: a) dorongan prestasi yaitu
dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar
keberhasilan, b) komitmen yaitu kemampuan menyesuaikan diri
dengan sasaran kelompok atau lembaga, c) inisiatif yaitu kesiapan
untuk memanfaatkan kesempatan, d) optimisme yaitu kegigihan
62
dalam memperjuangkan tujuan kendati ada halangan dan kegagalan
(Mustaqim, 2012:156).
Menurut Shapiro, orang yang termotivasi mempunyai banyak
keinginan dan kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi
rintangan-rintangan
(Mualifah,
2009:120).
Dalam
hal
ini
mengandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi sehingga
seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan aktivitas,
misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain dan
sebagainya.
Kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dapat terlihat dari
hal-hal sebagai berikut: cara mengendalikan dorongan hati, derajat
kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang,
kekuatan berfikir positif, optimisme, dan keadaan flow ( mengikuti
aliran) yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah
ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada
satu objek. Bila seseorang memiliki kemampuan memotivasi diri, ia
akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai
segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya (Beranda & Tridhonanto,
2009:7).
c. Pengaturan Diri
Pengaturan diri adalah menangani emosi sedemikian sehingga
berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati
dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
63
sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi (Goleman,
2001:514).
Pengaturan diri meliputi kemampuan a) mengendalikan diri:
mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif, b) dapat
dipercaya: menunjukkan kejujuran dan integritas, c) kehati-hatian:
dapat
diandalkan
dan
bertanggungjawab
dalam
memenuhi
kewajiban, d) adaptabilitas: keluwesan dalam menangani perubahan
dan tantangan, e) inovasi: bersikap terbuka terhadap gagasan,
pendekatan baru, dan informasi terkini (Goleman, 2001:130).
Karateristik perilaku : memiliki rasa tanggung jawab, mampu
memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan, dan mampu
mengendalikan diri dan tidak bersifat impulsif (Riana, 2011:63).
Dalam pandangan Islam kemampuan pengendalian diri dikenal
dengan istilah sabar, yang di dalamnya mengandung harapan yang
kuat, istiqomah, tabah, optimis, dan percaya diri dalam mencapai
tujuan (Yasin, 2007:128). Misalnya, seseorang yang sedang marah
dapat mengendalikan kemarahannya secara baik tanpa harus
menimbulkan akibat yang akhirnya disesali dikemudian hari.
Al-Qur’an juga menjelaskan bagaimana manusia beradaptasi
dengan emosinya, serta bagaimana merubah perasaan mereka.
Dalam firman Allah surat Al-Hadid ayat 23:
ُّ‫نِّكَ ْيالَ تَأْ سَىْا عَهي مَا فَا تَكُمْ وَالَ َت ْفرَ حُىا تِمَا اَتَكُمْ وَانهَّهُ الَ يُحِة‬
ٍ‫كُمَّ مُخْتَا لٍ فَخُ ْىر‬
64
Artinya: “agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang
luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid [57:23])
d. Empati
Empati adalah merasakan yang dirasakan oleh orang lain,
mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan
saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam
orang (Goleman, 2001:514). Ajaran Islam mendorong munculnya
sikap empati terhadap sesama karena empati yang dalam akan
melahirkan pertolongan yang tulus.
Dan Rasulullah saw bersabda “ bersikap belas kasihlah kamu
terhadap siapa saja yang berada di atas bumi, pasti yang di langit
akan merahmatimu” (H.R. Thabrani).
Dengan adanya kemampuan berempati individu akan cenderung
disukai orang.
e. Kecakapan Dalam Membina Hubungan dengan Orang Lain
Menjalin hubungan sosial dengan orang lain adalah sifat hakiki
yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Seseorang dikatakan
berhasil dalam menjalin hubungan dengan orang lain, jika ia sukses
dalam pergaulan dan penampilannya selaras dengan perasaannya
sendiri. Seseorang dikatakan gagal dalam menjalin hubungan sosial
dengan orang lain, jika ia tidak mengerti perasaan dan keberadaan
orang lain, biasanya ditampilkan dengan sikap sombong atau angkuh
(Beranda & Tridhonanto, 2009:8). Peserta didik dengan kemampuan
65
ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul, dan
menjadi lebih populer.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
a. Faktor otak
La Douk mengungkapkan bagaimana arsitektur otak memberi
tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang
mampu membajak otak. Amigdala adalah spesialis masalah-masalah
emosional yang berfungsi sebagai semacam gudang ingatan
emosional. Tanpa amigdala seseorang kehilangan semua pemahaman
tentang perasaan (Mualifah, 2009:124).
b. Faktor lingkungan keluarga
Orang tua memegang peranan penting terhadap perkembangan
kecerdasan
emosional
anak.
Goleman
berpendapat
bahwa
lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak untuk
mempelajari emosi. Jika orang tua tidak mampu mengenalkan atau
salah dalam mengenalkan bentuk emosi, maka dampaknya akan
sangat fatal terhadap anak.
Menurut Mazhahiri, orang tua sangat berpengaruh terhadap
masa depan anak dalam berbagai tingkatan umur dari masa kanakkanak hingga remaja, sampai beranjak dewasa dalam mewujudkan
masa depan mereka (Riana, 2011:59).
66
c. Faktor lingkungan sekolah
Guru memegang peranan penting dalam mengembangkan
potensi anak melalui beberapa cara diantaranya melalui teknik, gaya
kepemimpinan,
dan
metode
mengajar,
sehingga
kecerdasan
emosional berkembang secara maksimal. Kondisi ini menuntut agar
sistem pendidikan hendaknya tidak mengabaikan berkembangnya
otak kanan, terutama perkembangan emosi seseorang.
Lingkungan sekolah mengajarkan anak sebagai individu untuk
mengembangkan
keintelektualan
dan
bersosialisasi
dengan
sebayanya, sehingga anak dapat berekspresi secara bebas tanpa
terlalu banyak diatur dan diawasi secara ketat (Mualifah, 2009:126).
d. Faktor lingkungan dan dukungan sosial
Dukungan ini dapat berupa perhatian, penghargaan, pujian,
nasihat, atau penerimaan masyarakat. Semuanya memberikan
dukungan psikis atau psikologis bagi anak. Dukungan sosial di
artikan sebagai suatu hubungan interpersonal yang di dalamnya satu
atau lebih bantuan dalam bentuk fisik atau instrumental, informasi,
dan pujian.
Pembagian
emosional
juga
faktor-faktor
dipengaruhi
yang mempengaruhi
oleh
cooper
kecerdasan
(alat-alat
untuk
memperbaiki), juga oleh latar belakang pendidikan dalam keluarga,
latar belakang budaya, dan latar belakang keilmuan yang dipelajari
oleh setiap individu atau anak (Mualifah, 2009:127).
67
4. Strategi Pengembangan Kecerdasan Emosional
Penerapan strategi pengembangan emosi anak perlu memerhatikan
proses perkembangan emosi pada anak. Masa early genital atau
adolescence usia 12-20 tahun menurut pendapat Erikson tahap ini
merupakan jembatan antara masa kanak-kanak dan kematangan.
Remaja bergulat dengan pertanyaan “Who am I ?” remaja harus
menunjukkan identitas awal secara sosial dan pekerjaan, atau mereka
akan mengalami kebingungan dalam memainkan peran dewasa mereka.
Masyarakat dan teman sebaya merupakan agen sosial penting (Riana,
2011:53). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini
bahwa perkembangan dimasa remaja penuh dengan konflik.
Hurlock,
mengungkapkan
proses
belajar
yang
menunjang
perkembangan emosi terdiri dari belajar secara trial and error, belajar
dengan meniru, belajar dengan identifikasi, belajar melalui pembiasaan,
dan pelatihan. Belajar trial and error melibatkan aspek reaksi, anak
belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk
perilaku yang memberikan pemuasan terbesar dan menolak perilaku
yang sama sekali tidak memberikan pemuasan. Cara belajar ini lebih
umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan
sesudahnya, tetapi tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
Belajar dengan cara meniru (learning by imitation) mempengaruhi
aspek rangsangan dan aspek reaksi. Dengan cara anak mengamati halhal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-anak
68
bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orangorang yang diamati. Contoh, anak yang suka ribut mungkin akan marah
ketika ditegur oleh guru, jika anak tersebut adalah anak yang populer
dikalangan teman sebayanya, teman-temannya pun juga akan ikut
marah kepada guru tersebut.
Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification)
sama dengan belajar meniru, yaitu anak menirukan reaksi emosional
orang lain dan tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan
yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Belajar melalui
pengkodisian (conditioning), berarti belajar dengan cara asosiasi yang
berkaitan dengan aspek rangsangan.
Pelatihan (training) atau belajar di bawah pimpinan dan
pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Dengan pelatihan anak-anak
dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak
bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan
emosi yang tidak menyenangkan.
Strategi pengembangan merupakan bentuk kegiatan stimulasi
emosi yang diberikan kepada anak yang dilakukan di dalam ruangan
maupun di luar ruangan. Stimulasi identik dengan pemberian
rangsangan, menurut Monks, Knoers, dan Haditono pemberian
stimulasi yang tepat dapat mempertinggi kemampuan aspek-aspek
perkembangan, namun apabila stimulasi yang diberikan tidak tepat akan
69
memberi akibat yang tidak baik (Riana, 2011:117). Adapun rangsangan
pengembangan kecerdasan emosi yang perlu dilakukan oleh guru
sebagai pendidik di sekolah menurut Nugraha dan Rachmawati (Riana,
2011:23), antara lain:
a. Memberikan kegiatan yang diorganisasikan berdasar kebutuhan,
minat, dan karateristik anak yang menjadi sasaran pengembangan
kecerdasan emosi.
b. Pemberian
kegiatan
yang
diorganisasikan
bersifat
holistis
(menyeluruh), kegitan ini meliputi semua aspek perkembangan dan
semua pihak yang terkait dalam proses tumbuh kembang anak.
Salovry dan Mayer mengemukakan bahwa terdapat lima cara yang
dapat dilakukan untuk membina emosi yang sehat pada anak (Ali &
Yeni, 2011:8.4), yaitu:
a. Kemampuan untuk mengenali emosi diri
Untuk membantu anak mengenali emosinya, dapat dilakukan
dengan cara mengajarkan anak untuk memahami perasaan-perasaan
yang dialaminya. Guru dapat mengajak anak untuk mendiskusikan
mengenai
berbagai
emosi
yang
dirasakan
berdasarkan
pengalamannya, misalnya mengarahkan rasa marah anak dengan
suatu kegiatan bermain.
70
b. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara
tepat
Anak dapat dibiasakan untuk berpikir realistis sehingga anak
dapat menanggapi suatu kejadian dengan perilaku yang tepat. Selain
itu guru juga dapat melatih anak untuk mengelola emosi, misalnya
anak diajak untuk meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara
mengalihkan emosi itu pada kegiatan lain.
c. Kemampuan untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh
kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Selain itu orang tua
dan guru perlu menanamkan optimisme pada anak.
d. Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami
perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan
kepedulian terhadap orang lain menjadi sangat penting. Guru dapat
melatihnya dengan cara menengok orang sakit dan membicarakan
kemungkinan yang dihadapi orang sakit itu.
e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain
kelompok, dan melakukan kerjasama. Pengalaman ini akan sangat
berarti bagi anak untuk kehidupannya di kemudian hari.
71
5. Metode- metode Pengembangan Emosi
Untuk membantu proses perkembangan emosi, seorang guru dapat
melakukan beberapa metode pembelajaran. Berikut beberapa metode
yang dapat dilakukan secara individual dan kelompok:
a. Bercerita
Bercerita dipandang sebagai alat pengajaran yang vital karena
strategi ini telah digunakan oleh semua kebudayaan diseluruh dunia
selama ratusan tahun. Apabila akan menggunakan metode bercerita
di kelas harus menggabungkan konsep, gagasan dasar, dan tujuan
pengajaran menjadi sebuah cerita yang dapat disampaikan secara
langsung kepada siswa. Kemudian guru hendaknya menggunakan
imajinasinya
untuk
membuat
kisah
tentang
suatu
tempat,
sekelompok orang yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda
dan jalan cerita yang berliku-liku agar semua pesan tersampaikan
(Hamzah & Masri, 2009:130).
Solehuddin dan Hidayat mengemukakan bahwa aktivitas bercerita
juga dapat berfungsi untuk membangun hubungan erat dengan anak.
Melalui bercerita, para pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan
akrab, terlebih lagi jika mereka dapat menyelingi atau melengkapi
cerita-cerita itu dengan unsur humor (Ali & Yeni, 2011:8.17).
Agar siswa dapat memetik manfaat dari cerita yang disampaikan,
cerita tersebut tidak harus orisinil atau hebat. Biasanya siswa hanya
72
terkesan karena kesungguhan guru untuk berkreasi dan berbicara
secara tulus tentang suatu topik.
b. Simulasi
Simulasi melibatkan kelompok orang yang secara bersama-sama
menciptakan lingkungan “serba seadanya”. Misalnya, siswa yang
mempelajari periode sejarah islam mengenakan kostum periode
tersebut, mengubah ruang kelas pada zaman tersebut. Kemudian
berakting seolah-olah mereka hidup pada zaman tersebut. Simulasi
ini dapat bersifat improvisasi dan spontan memainkan skenario yang
dibuat dengan seketika oleh guru.
Meskipun melibatkan sejumlah kecerdasan (kecerdasan kinestetis,
linguistik, dan spasial), strategi ini dimaksudkan ke dalam kategori
interpersonal karena interaksi antar manusia yang terjadi dapat
membantu siswa mengembangkan tingkat pemahaman yang baru
(Hamzah & Masri, 2009:130).
c. Demonstrasi
Demonstrasi
adalah
kegiatan
memberi
contoh
atau
memperlihatkan secara langsung dalam melakukan suatu perbuatan
atau perilaku. Tujuan penerapan metode ini adalah untuk katarsis
atau mengeluarkan emosi yang ditekan, self awareness atau
kesadaran terhadap diri sendiri serta pengenalan terhadap berbagai
bentuk emosi (Ali & Yeni, 2011:8.20).
73
d. Berbagi rasa dengan teman sekelas
Metode ini yang paling mudah dilakukan. Guru hanyalah
mengatakan kepada siswa “berbaliklah ke arah teman disebelahmu
dan mulailah bercerita tentang....” titik-titik ini dapat diisi dengan
topik apapun. Guru dapat meminta siswa mengolah materi yang baru
saja diajarkan di kelas, dan menyuruh siswa mengemukakan
pertanyaan setelah mendengarkan pelajaran.
Melalui metode ini anak akan terlatih untuk membaca situasi
lingkungan, belajar berempati terhadap kebutuhan siswa lain, belajar
bermurah hati, melatih lebih bersikap sosial, serta bertahap
meninggalkan perilaku egosentrismenya (Ali & Yeni, 2011:9.20).
e. Kerja kelompok
Kelompok ini efektif jika terdiri atas tiga sampai delapan orang.
Kerja kelompok ini sangat cocok untuk pengajaran kecerdasan
karena dapat disusun sedemikian rupa sehingga melibatkan siswasiswa yang mewakili seluruh spektrum kecerdasan. Dalam kerja
kelompok ini siswa mengerjakan tanggung jawab mereka. Misalnya
kelompok dapat membagi tugas berdasarkan struktur tugas, dengan
satu anggota mengerjakan bagian isi, dan anggota lain mengerjakan
kesimpulan, atau dengan cara lain yaitu menugaskan peran yang
berbeda diantara anggota kelompok, misalnya satu orang menulis,
satu orang membacakan laporan di depan kelas, dan yang terakhir
memimpin diskusi.
74
f. Sesi refleksi satu menit
Selama pelajaran diskusi sebaiknya mendapat waktu “jeda” yang
cukup untuk mawas diri atau merenung. Sesi satu menit memberikan
waktu bagi para siswa untuk mencerna informasi yang mereka
terima, atau menghubungkan informasi dengan peristiwa-peristiwa
dalam kehidupan mereka sendiri.
g. Hubungan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi
Metode ini menuntut guru untuk merangkaikan asosiasi, perasaan,
dan pengalaman pribadi kedalam proses pengajaran. Guru dapat
memasukkan materi-materi pribadi kedalam proses belajar mengajar
dengan pertanyaan ( “siapa yang pernah...?”), misalnya ketika
pelajaran tentang tata cara mengurus jenazah, guru dapat bertanya
“siapa yang pernah ikut serta dalam mengurus jenazah? Kemudian
sebelum membahas tata cara mengurus jenazah, siswa dapat
menceritakan pengalaman mereka.
h. Momentun mengekspresikan perasaan
Salah satu temuan yang memprihatinkan dalam “A Study of
Scholling” dari John Goolad adalah sebagian besar diantara seribu
kelas yang diteliti hanya memiliki sedikit pengalaman tentang
perasaan
yang
berlangsung,
yakni
ekspresi,
kegembiraan,
kekaguman, kemarahan, kebahagiaan, atau kasih sayang. Hal yang
sering terjadi adalah guru menyampaikan informasi dengan emosi
yang netral.
75
Untuk mendidik emosional tersebut pendidik harus mengajar
dengan perasaan. Dengan demikian, metode ini menganjurkan
bahwa selama proses belajar mengajar guru bertanggung jawab
untuk menciptakan momen-momen sehingga siswa dapat tertawa,
merasa marah, mengungkapkan pendapat dengan keras, tersentuh
oleh suatu topik, atau mengalami emosi-emosi lain. Guru dapat
membantu menciptakan momen mengekspresikan perasaan ini
melalui beberapa cara:pertama, dengan memperagakan emosi
tersebut sendiri, kedua dengan membuat siswa merasa aman untuk
mengekspresikan emosi di kelas.
i. Sesi perumusan tujuan
Salah satu karateristik pelajar yang memiliki kecerdasan
intrapersonal kuat adalah kemampuannya merumuskan tujuan-tujuan
realistis bagi dirinya sendiri. Kemampuan ini tentu merupakan salah
satu kemampuan penting yang dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan dalam kehidupan.
Tujuan ini dapat berupa tujuan jangka pendek (“saya meminta
semua menuliskan tiga hal yang ingin dipelajari hari ini”) atau tujuan
jangka panjang (“ceritakan prediksi kalian tentang pekerjaan kalian
dua puluh lima tahun yang akan mendatang”). Sesi perumusan
tujuan dapat berlangsung hanya dalam beberapa menit atau dapat
direncanakan jauh beberapa bulan sebelumnya (Hamzah & Masri,
2009:152).
76
Sesi perumusan tujuan mengembangkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri (kemampuan kesadaran
diri) dengan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menikmati
dirinya sendiri sebagai pribadi yang memiliki sejarah hidup dan rasa
individualis yang mendalam setiap harinya.
j. Waktu memilih
Memberikan
pilihan
kepada
siswa
adalah
prinsip
dasar
pendidikan, sekaligus merupakan metode pengajaran intrapersonal
yang spesifik. Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan
tentang pengalaman belajarnya. Pilihan dapat bersifat informal atau
spontan (“baiklah kalian ingin dilanjutkan atau cukup sampai
disini”). Pilihan yang diberikan dapat berkaitan dengan isi (pilihlah
surat yang ingin kalian hafalkan”) (Hamzah & Masri, 2009:150).
Seperti yang telah dijelaskan diatas guru harus pandai-pandai
memilih metode pengembangan emosi yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar, karena jika pengunaan metode kurang tepat akan
membuat bosan siswa dalam belajar. Dengan metode-metode
tersebut dapat membantu mengembangkan kecerdasan emosional
yang meliputi kesadaran diri, motivasi diri, pengaturan diri, empati,
dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.
77
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
A. Gambaran Umum SMP N 1 Karanggede
1. Sejarah Singkat Berdirinya dan Perkembangannya
SMP N 1 Karanggede didirikan pada 19 September 1974, dengan
SK pendirian sekolah 0143/0/1973 dan SK izin operasional
0232/0/1974. Akses jalan menuju SMP Negeri 1 Karanggede sangat
mudah dijangkau oleh sarana transportasi umum. Karena terletak di
pinggir jalan dan juga tidak jauh dari kantor kecamatan karanggede.
SMP Negeri 1 Karanggede pada tanggal 18 Februari 2014 telah
terakreditasi A berdasarkan SK penetapan hasil akreditasi BAP-S/M
Nomor 18/BAP-SM/II/2014.
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di SMP Negeri 1
Karanggede mengaju pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Sempat diberlakukan kurikulum 2013 namun hanya satu
semester dan setelah itu diberlakukan kembali ke kurikulum KTSP.
SMP Negeri 1 Karanggede sebagai lembaga pendidikan dasar 9
tahun yang sering dijadikan rujukan oleh sekolah lain serta dipercaya
masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan kompetitif
di era global.
78
Berikut ringkasan profil SMP N 1 Karanggede:
1. Nama Sekolah
: SMP Negeri 1 Karanggede
2. No. Statistik Sekolah
: 020103091409
3. NPSN
: 20308531
4. Status Sekolah
: Negeri
5. Kualifikasi Akreditasi
: A (amat baik) nilai: 93
6. Alamat Sekolah
a. Desa
: Sendang
b. Kecamatan
: Karanggede
c. Kabupaten/Kota
: Boyolali
d. Provinsi
: Jawa Tengah
7. Nama Kepala Sekolah
: Joko Widodo, S.Pd
a. NIP
: 19660624 199203 1 002
b. SK. Kepala
: 821.2/06706 Tahun 2010
c. Tempat/Tgl.Lahir
: Boyolali, 24-06-1966
d. Alamat Rumah
:Jatisari,
2/1
Mojosari,
Karanggede, Boyolali
e. No. Tlp/Hp
: 08122977843
8. Telepon Sekolah
: 0298610624
9. Alamat E-mail
:
[email protected]
10. Alamat Web
: smpn1karanggede.sch.net
11. Kepemilikan Tanah
: Pemerintah
79
2. Letak Geografis
Secara geografis SMP Negeri 1 Karanggede cukup strategis
mengingat transportasi mudah dijangkau oleh siswa dari segala
penjuru, gedung sekolah beralamat di Jalan Raya GemolongKaranggede Km. 7 Desa Sendang Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali. Bangunan yang mengelilingi SMP Negeri 1 Karanggede,
yaitu:
a. Sebelah utara
: Jalan Raya Gemolong- Karanggede
b. Sebelah selatan
: Rumah Warga
c. Sebelah timur
: Balai Desa Sendang
d. Sebelah barat
: Polsek Karanggede
3. Visi, Misi, dan Motto
a. Visi
SMP Negeri 1 Karanggede mempunyai visi: “Terwujudnya
lulusan yang berkarakter mulia dan berprestasi”, dengan indikator
sebagai berikut:
1) Terdepan dalam prestasi akademis
2) Terdepan dalam prestasi olah raga
3) Terdepan dalam prestasi kesenian
4) Terdepan dalam kegiatan kerohanian
5) Kemampuan menguasai keterampilan/tehnologi
6) Cinta dan bangga terhadap budaya nasional
80
7) Berwawasan mandiri, dan universal
8) Bersemangat dan berjiwa pandu
b. Misi
1) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan.
2) Membentuk karakter yang responsif, kompetitif, dan sportif
dalam menghadapi era globalisasi.
3) Membimbing, melatih, dan mengembangkan jiwa dan semangat
profesionalisme.
4) Menanamkan budaya dan semangat kebangsaan, budi pekerti
luhur serta keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
5) Menerapkan manejemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah.
c. Motto
Motto SMP Negeri 1 Karanggede :
“ Ikhlas Dalam Pelayanan Bersih Dalam Tindakan ”
Makna motto :
Pelayanan Pendidikan di SMP Negeri 1 Karanggede berupaya
untuk melayani kepada siswa, alumni, orang tua siswa dan
masyarakat sesuai ketentuan yang berlaku dengan penuh keiklasan
dan rasa tanggungjawab.
81
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
a. Keadaan Guru
Guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan oleh suatu lembaga. Jumlah guru ada 33 orang
dengan rincian guru tetap berjumlah 28 dan guru tidak tetap
berjumlah 5 orang. Berikut ini disajikan daftar nama-nama guru
yang mengajar di SMP Negeri 1 Karanggede Kabupaten Boyolali
tahun pelajaran 2015/2016 pada tabel 1.
Tabel 1
Nama Guru dan Mata Pelajaran yang Diajarkan
No
Nama Guru
1
Joko Widodo, S.Pd
Tugas Mengajar
Penjaskes
NIP
19660624 199203 1 002
2
Sadino, S.Pd
Bhs. Indonesia
19560508 197903 1 009
3
Drs. Sutrisno, M.Pd
IPA
19621025 198803 1 009
4
Surati, S.Pd.M.Pd
IPS
19571002 197803 2 002
5
19620126 198403 1 006
6
Amrih Basuki Sudiman, Matematika
S.Pd
Tanwir, SE
IPS
7
Suyudi, S.Pd
Seni Budaya
19650505 198803 1 030
8
Jaka Agus Purwaka, S.Pd
IPA
19630204 198602 1 006
9
Sri Wahyuni, S.Pd
Matematika
19630817 198601 2 011
10
Drs. Yupendi
Penjaskes
19670410 199412 1 004
11
Sumardi, S.Ag
PAI
19610104 198803 1 009
12
Martini, S.Pd
Bhs. Jawa
19630726 198403 2 006
13
Sri Mulyono, S.Pd
TIK
19600809 198301 1 003
14
Margono, S.Pd
Matematika
19631207 198303 1 009
82
19610715 198403 1 010
15
Dra. Singgang Murtiasih
Bhs. Indonesia
19680730 199512 2 002
16
Nunuk Ambarsih, S.Pd
Bhs. Inggris
19680701 199512 2 002
17
Siti Hidayah, S.Ag
PAI
19701226 199803 2 005
18
19740303 199903 2 005
19
Sri Rahayu Setyaningrum, IPA
S.Pd
Dewi murniningsih, S.Sn Seni Budaya
20
Drs. Sunarno
IPS
19660107 200312 1 001
21
Nyoto, S.Pd
Bhs. Indonesia
19600330 198103 1 007
22
Ani Sulistiyowati, S.Pd
IPA
19830506 200604 2 013
23
Subur Raharjo, S.Pd
IPS
19640717 200701 1 014
24
Dra. Suryati
BK
19621115 201406 2 001
25
Dra. Puji Luari
PAK
19660105 201406 2 001
26
Sri Mintarsih, S.Pd
Bhs. Inggris
19770422 201406 2 001
27
19800921 201406 2 002
28
Annissa
Anggung Pkn
Sinawang, SH
Imam Wahyudi
Bhs. Inggris
29
Sumardiasih, S.Pd
Bhs. Indonesia
-
30
Sri Pujianti, S.Pd
PKn
-
31
Marheni Ekawati, SE
IPS
-
32
Lila Utami, S.Pd
Bhs. Inggris
-
33
Sri Suyamtini, S.Pd
IPA
-
19700626 200312 2 005
19661020 200801 1 003
b. Keadaan Siswa
Siswa di SMP N 1 Karanggede pada tahun pelajaran
2015/2016 seluruhnya berjumlah 629, dengan rincian sebagai
berikut:
83
Tabel 2
Jumlah Siswa
Jenis Kelamin
No
Kelas
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
VII
114
104
218
2
VIII
90
114
204
3
IX
106
101
207
Jumlah
629
Dari jumlah tersebut ada 16 siswa yang beragama kristen
dengan rincian kelas VII ada 5 siswa, kelas VIII ada 6 siswa, kelas
IX ada 9 siswa.
c. Keadaan Karyawan
Karyawan di SMP Negeri 1 Karanggede bertugas untuk
mengurusi bagian administrasi yang berjumlah 7 orang dengan
rincian laki-laki ada 5 orang bertugas di TU dan perempuan 2
orang yang bertugas di perpustakaan.
d. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Karanggede
adalah sebagaimana tabel 3, berikut:
Tabel 3
Sarana dan Prasarana
No
Jenis Ruang
Jumlah
1
Ruang belajar (Kelas Pembelajaran)
18
2
Ruang Perpustakaan
1
84
3
Lab. IPA
2
4
Lab. TIK
1
5
Ruang Tata Usaha
1
6
Ruang Bimbingan Konseling
1
7
Ruang- ruang Ekstrakurikuler
2
8
Kamar mandi
10
9
Ruang hijau/Taman/Green House
1
10
Kantin Terpadu
1
11
Mushola
1
12
Lapangan Upacara
1
13
Ruang Kepala Sekolah
1
14
Ruang Guru
1
15
Ruang UKS
1
16
Lab. Komputer
1
17
Gudang
1
18
Ruang Aula
1
5. Kegiatan Siswa
SMP Negeri 1 Karanggede mempunyai beberapa kegiatan siswa
diantaranya adalah setiap pagi sebelum mulai pelajaran menyanyikan
Indonesia Raya dan membaca Al-Qur’an bagi semua siswa yang
beragama Islam pada setiap kelas yang dipandu oleh guru yang
mengajar pada saat jam pertama. Pada saat hari besar seperti Idul
Adha di SMP Negeri 1 Karanggede juga mengadakan sholat Idul
Adha berjamaah dan berqurban.
85
B. Paparan Data Penelitian
1. Profil Narasumber
a. SH yang peneliti wawancara pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 11.15
WIB di ruang perpustakaan adalah guru PAI kelas VIII dan kelas VII
(D,E,F). Saat ini beliau berusia 46 Tahun dan bertempat tinggal di
Galangan RT 06 RW 05 Gentan, Susukan, Semarang.
b. SM yang peneliti wawancara pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 10.00
WIB di ruang BK adalah guru PAI kelas IX dan VII (A,B,C). Saat
ini beliau berusia 55 Tahun dan bertempat tinggal di Ngrumpuk RT
01 RW 08 Sendang, Karanggede, Boyolali.
c. DR siswa laki-laki yang peneliti wawancara pada tanggal 18 Mei
2016 pukul 11.00 WIB di halaman sekolah adalah siswa kelas VII A.
Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di desa Tegalsari
dan merupakan siswa yang diajar oleh SM.
d. LM siswa perempuan yang peneliti wawancara pada tanggal 19 Mei
2016 pukul 11.45 WIB di ruang kelas VIII A adalah siswa kelas VIII
A. Saat ini berusia 14 Tahun yang bertempat tinggal di desa Klimas
dan merupakan siswa yang diajar oleh SH.
e. SK siswa perempuan yang peneliti wawancara pada tanggal 21 Mei
2016 pukul 12.10 WIB di depan kelas VIII D adalah siswa kelas VIII
D. Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di desa Tretes
dan merupakan siswa yang diajar oleh SH.
86
f. VJ siswa laki-laki yang peneliti wawancara pada tanggal 21 Mei
2016 pukul 12.45 WIB di depan sekolah adalah siswa kelas VIII E.
Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di desa Bangkok
dan merupakan siswa yang diajar oleh SH.
g. ZA siswa laki-laki yang peneliti wawancara pada tanggal 17 Mei
2016 pukul 13.00 WIB di rumah siswa adalah siswa kelas VII C.
Saat ini berusia 13 Tahun yang bertempat tinggal di dusun Randusari
dan merupakan siswa yang diajar oleh SM
2. Upaya Guru PAI untuk Mengenali dan Memahami Emosi Siswa di
SMP N 1 Karanggede
Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa
upaya yang dilakukan guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi
siswa saat di kelas berdasarkan observasi yaitu:
Untuk mengenali emosi siswa di kelas guru memberi
pertanyaan kepada seluruh siswa “hewan apa yang kalian
tidak sukai?” dari pertanyaan itu guru dapat mengenali bentuk
reaksi emosi siswa melalui ekspresi saat menjawab
pertanyaan. Jawaban siswa bermacam-macam di kelas tersebut
dan ekspresi emosi merekapun juga berbeda. Ada anak yang
merasa jijik ketika dia bilang tidak suka bekicot dan kodok,
ada yang benci ketika mengatakan bahwa dia tidak suka ular,
ada juga anak yang merasa takut saat dia bilang tidak suka
bebek. Respon siswa dengan jawaban yang disampaikan siswa
lain sangat beragam seperti mengejek dan mentertawakan.
Guru berusaha menciptakan dan mengkondisikan kelas
kembali agar tenang seperti sebelumnya. Guru melakukan
humor yang ramah dan berinteraksi dengan baik. Lalu upaya
guru dalam memahami emosi siswa yaitu dengan
mendengarkan dan memahami perasaan anak saat
mengungkapkan apa yang anak sedang rasakan serta
menyelaraskan diri dengan mereka sesuai dengan kondisi
87
tersebut. Selain memberi pertanyaan untuk mengenali emosi
siswa guru juga memberi apresiasi (hadiah) kepada siswa yang
mampu memberi jawaban dan alasan untuk pertanyaan“halal
atau haramkah hukum memakan lele padahal makanan lele
dari kotoran atau bangkai, kalau ada yang bisa menjawab ibu
kasih uang 50 ribu, tapi dikasih alasan yang rasional ya ?”.
dari pertanyaan itu muncul ekspresi emosi rasa jijik saat
membayangkan makanan yang dimakan lele, ada yang
termotivasi berlomba-lomba menjawab dengan benar agar
mendapat hadiah. Karena tak ada satu pun alasan yang benar
mengenai halal haramnya lele, guru menjelaskan secara
singkat, jelas, masuk akal dan mampu diterima siswa (VIII F,
30/04/2016:09.30).
Saat pembiasaan berinfaq dan shalat dhuha guru dapat
mengenali berbagai emosi siswa. Ketika penarikan uang infaq
anak-anak begitu antusias untuk mengeluarkan uangnya
namun ada beberapa anak yang terlihat tidak tenang dan panik
karena takut di ejek teman sebab tidak dapat melakukan infaq .
Sementara ketika melakukan pembiasaan waktu shalat dhuha
anak terlihat begitu bersemangat menuju mushola (VII A,
17/05/2016/:07.00). Begitu juga saat shalat dzuhur berjamaah
anak-anak begitu antusias menuju mushola agar tidak
ketinggalan
untuk
shalat
berjamaah
(VIII
A,
19/05/2016:11.15). Upaya guru dalam memahami emosi siswa
dengan selalu memberi motivasi untuk mempertahankan
semangat dan rasa senang dalam melakukan hal yang positif.
Sementara upaya guru dalam memahami emosi siswa yang
tidak tenang dan panik karena tidak mengeluarkan infaq, guru
melakukan pendekatan dan bertanya kendala yang dialami
serta memberikan jalan keluar dalam mengatasi kendala siswa.
Untuk mengenali emosi siswa di kelas guru memberikan
cerita tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, melalui cerita
tersebut muncul emosi-emosi positif yang berupa rasa ingin
tahu yang terlihat saat anak bertanya kepada guru yang
berkaitan dengan cerita yang disampaikan oleh guru, rasa
takjub atau tertarik yang ditandai anak benar-benar menyimak
dan mendengarkan cerita. Lalu upaya guru dalam memahami
emosi siswa yaitu dengan menanggapi pertanyaan-pertanyaan
siswa (VII C, 17/05/2016: 07.50).
Untuk mengenali dan memahami emosi siswa upaya
guru yaitu dengan mengamati perilaku siswa dan memberi
perhatian kepada siswa yang terlihat gelisah, melamun, dan
tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.
Perhatian itu diberikan dengan cara memanggil nama siswa
dengan lembut dan penuh kasih sayang, dengan cara itu anak
dapat mengatur dirinya dengan baik. Dan anak yang
88
mengabaikan atau tidak memperhatikan, guru memberinya
tugas untuk membaca surat al-Alaq yang bertujuan agar anak
dapat mengendalikan diri (VII A, 17/05/2016/:07.00).
Dalam upaya mengenali dan memahami emosi siswa peneliti
melakukan wawancara dengan guru PAI mengenai kondisi dan masalah
yang berkaitan dengan kecerdasan emosional siswa.
SMP Negeri 1 Karanggede setiap tingkat kelas terdiri dari 6 kelas
A sampai F. Ada kelas unggulan yaitu kelas A. Kondisi kecerdasan
emosional siswa di SMP Negeri 1 Karanggede tentu saja bermacammacam karena latar belakang siswa satu dengan siswa lain yang
berbeda-beda.
Kondisi kecerdasan emosional siswa yang berada di ruang kelas A
(Unggulan) tentu berbeda dengan kelas F yang terkenal kelas paling
ramai. Tapi secara keseluruhan kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede bisa dibilang baik sebagaimana penuturan SM
guru PAI yang mengajar di kelas IX (A-F) dan VII (A-C)
(18/05/2016:10.00):
“Kondisinya ya bermacam-macam ada yang anak itu yang
cepat tanggap, cepat menanggapi pesan-pesan yang
disampaikan oleh guru melalui materi yang diajarkan. Yang
kedua ada yang sedang dan ada yang sangat rendah.
Prosentasenya kalau disini ya 75% keatas kebanyakan
sedang baik bila dibandingkan sekolah swasta karena saya
pernah mengajar di swasta.”
Sedangkan menurut SH yang juga merupakan guru PAI yang
mengajar di kelas VIII (A-F) dan kelas VII (D-F) (21/05/2016:11.15):
89
“bervariasi ya dari yang baik, lumayan baik, ada yang
kurang baik. Secara umum masih baik tapi hanya ada
beberapa anak yang kurang baik.”
Untuk mengetahui kondisi kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede, peneliti mewawancarai beberapa siswa. Jawaban
mereka pun berbeda-beda, ada yang mengatakan sudah cukup baik, ada
juga yang mengatakan belum baik. SK siswa kelas VIII D
(21/05/2016:12.10) mengatakan:
“Menurut saya, belum baik karena banyak siswa yang
ngomong saru.”
Sedangkan menurut LM siswa kelas VIII A (19/05/2016:11.45)
mengungkapkan:
“Kalau menurut saya sudah baik karena toleransinya tinggi,
tetapi masih ada anak yang belum bisa mengontrol
emosinya.”
Hal
serupa
juga
diungkapkan
ZA
siswa
kelas
VII
C
(17/05/2016:13.00):
“Ya baik, karena tingkat kesadaran siswa yang tinggi,
terlihat sudah banyak siswa yang membawa Al-qur’an dari
rumah dan melakukan kegiatan pembiasaan dengan
disiplin”
Selama peneliti melakukan observasi baik di kelas maupun diluar
kelas. Peneliti menemukan siswa yang berada di kelas VII A
(18/05/2016:07.00) dan VIII A (19/05/2016:11.15) siswanya cenderung
aktif dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, suasana di kelas
pun nyaman dan tenang. Menurut Mubayidh (2006:112) anak yang
90
tenang dan tenteram lebih mampu menyerap pelajaran daripada anak
penakut atau gelisah.
Berbeda dengan kelas VIII F (30/04/2016:09.30) siswanya ramai
dan bahkan ada yang berbicara kotor. Dalam situasi itu guru
mengajarkan kepada muridnya bagaimana mengendalikan ucapannya
bagaimana mengarahkan perilaku mereka, dan bagaimana mengatasi
masalah yang mereka hadapi serta memahami perasaan anak.
Dari hasil wawancara dan observasi mengenai kondisi kecerdasan
emosional
siswa
SMP
Negeri
1
Karanggede,
peneliti
dapat
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1
Karanggede bervariasi, ada yang baik, ada yang kurang baik dan ada
yang tidak baik.
Pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui masalah yang
sering muncul di SMP Negeri 1 Karanggede yang berkaitan dengan
kecerdasan emosional (mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi
diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orng lain). Menurut SH
(21/05/2016:11.15):
“Masalah yang sering muncul, sama teman itu kalau ada hal
sedikit langsung ngumpat (ngomong kotor) kalau bolos
paling cuma satu dua orang yang sampai ke BK (Bimbingan
Konseling). Apalagi yang nongkrongnya di kantin bulek
situ bisa dibedakan anaknya gimana tingkah lakunya kalau
di kelas. Ya nakalnya biasa masih sewajarnya dalam arti
belum sampai yang luar biasa. Dalam mengembangkan
empatinya juga ada pembiasaan infaq tapi yang
disayangkan masih ada bagian kecil yang nggak mau entah
karena nggak ada atau emang nggak mau atau ada faktor
lain, walaupun ada siswa yang melebihi kewajiban mereka.
Malah ada yang ngasih lima ribu atau lebih.”
91
Sama halnya dengan yang diungkapkan SK (21/05/2016:12.10)
siswa kelas VIII:
“...Kadang suka ngomong saru..”
Sedangkan menurut SM yang juga guru PAI (18/05/2016:10.00)
mengatakan:
“ya masalahnya rame didalam kelas, guru menerangkan
tidak memperhatikan, terus anak-anak yang izinnya
kebelakang itu lama tapi lama kembali ke kelasnya entah
kurang apa ya mbak apa nggak minat apa piye ya mbak.
Trus masalah yang berkaitan dengan empati, kalau guru
sering mencatat infaqnya mereka infaq, tapi kalau tak
pasrahke siswa tidak pada infaq, yang infaq sedikit. terus
kesadaran dalam berinfaq kurang. Tapi mayoritas infaqnya
lancar. Kalau dalam berteman bergerombol mbak kalau
dipisah tempat duduknya kembali lagi. Yang pendiam ya
sama yang pendiam.”
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenai masalah
yang sering muncul mengenai kecerdasan emosional di SMP Negeri 1
Karanggede, peneliti menyimpulkan bahwa masalah yang timbul
disebabkan karena kurangnya kemampuan kesadaran diri dan
kurangnya kemampuan pengaturan diri. Mengumpat (berbicara kotor)
dilatarbelakangi karena lingkungan dan pengaruh teman dan bisa juga
karena dirinya sendiri yang tidak bisa mengelola emosinya.
Untuk mengetahui upaya guru dalam mengenali dan memahami
emosi siswa penulis mewawancarai beberapa siswa yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana sikap siswa ketika tidak menyukai cara
guru mengajar. Sikap yang ditunjukkan siswa bermacam-macam ada
yang diam tapi tetap mendengarkan, menundukan kepala, cerita dengan
92
teman sebangku, menaruh kepala di atas kepala, dan ada yang tidak
memperhatikan guru. Sebagaimana hasil wawancara dengan DR siswa
kelas VII A (18/05/2016:11.00):
“tetap diam dan mendengarkan”
Dengan SK siswa kelas VIII D (21/05/2016:12.10):
“Menaruh kepala di atas meja”
Dengan LM siswa kelas VIII A (19/05/2016:11.45):
“Menundukkan kepala kalau nggak ya cerita dengan teman
sebangku. Tapi kadang kalau ingat orang tua dirumah aku
berusaha untuk semangat mbak.”
3. Metode Guru PAI dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Siswa SMP Negeri 1 Karanggede
Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah
kompetensinya dalam memilih metode pengajaran yang tepat untuk
bahan pelajaran yang akan diajarkan. Ketepatan pemilihan metode
mengajar sangat penting karena akan membantu pencapaian tujuan
pembelajaran.
Metode yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran
di SMP Negeri 1 Karanggede bermacam-macam., antara guru PAI yang
satu dengan yang lainnya pun berbeda. Sebagaimana hasil wawancara
dengan SM (18/05/2016:10.00):
“tanya jawab, ceramah, pemberian tugas, belajar di masjid,
di perpustakaan, diskusi (membuat teks khotbah)”
93
Begitu juga dengan SH (21/05/2016:11.15):
“tanya jawab bisa, kalau yang kelas 8 itu ada sosiodrama
dan itu nanti mereka harus ngasih abtraksinya, teladan apa
yang bisa diambil dari drama yang ditampilkan. Dan
penugasan juga bisa yaa kan kalau ada tugas suruh tanya
ketokoh masyarakat setempat. Kalau ada permasalahan ini
coba tanya ke pak kyainya dari masing-masing itu kan
jawaban mereka berbeda-beda dan kita sharingkan
(diskusi). Dan pada materi sejarah (tarikh) ibu biasanya
menggunakan metode diskusi dengan membuat kelompok.”
Berdasarkan observasi metode-metode tersebut dilakukan oleh
guru PAI dengan cara penyampaian yang berbeda-beda baik SM
maupun SH.
Metode ceramah yang dilakukan SM dan SH divariasi dengan
metode tanya jawab. Dalam pelaksanaannya para guru menggunakan
kata-kata yang sederhana, jelas dan mudah dipahami oleh para siswa,
menggunakan papan tulis untuk menjelaskan pokok bahasan yang
disampaikan, memberikan ilustrasi, menghubungkan materi dengan
contoh-contoh yang konkrit serta guru selalu mengingatkan siswa untuk
senantiasa bersikap tenang dalam pembelajaran, yang membedakan
dalam pengunaan metode ini SM ketika menggunakan metode ceramah
di kelas VII C (17/05/2016:07.50) memasukkan cerita atau kisah-kisah
di dalamnya.
Hasil observasi di kelas VIII F (30/04/2016:9.30):
Guru memberi tugas mencari alasan ilmiah diharamkannya
binatang, serta bahaya dan manfaatnya. Dan memberikan
pilihan kepada anak dalam menyelesaikan tugasnya.
Terlihat ketika guru mengatakan “silahkan selesaikan
tugasnya nanti sebelum UAS dikumpulkan, kalian bisa
94
mengerjakan dengan mencari sumber di perpustakaan,
browsing di internet, atau dimana saja”
Dengan adanya tugas tersebut siswa secara bertahap berkembang
kemampuan dirinya (kesadaran diri) dan kepercayaan diri yang kuat.
Karena dengan mencari alasan ilmiah diharamkannya binatang serta
bahaya dan manfaatnya, siswa memiliki peluang untuk meningkatkan
keberanian, inisiatif, mandiri dan bertanggung jawab.
Dalam proses pengembangan kecerdasan emosi di SMP N 1
Karanggede,
guru
melakukan
beberapa
kegiatan
pembelajaran
sebagaimana yang dikatakan oleh SH guru PAI (21/05/2016:11.15):
“Ngasih ceritalah ya cerita bisa cerita asli dari televisi,
internet, atau bisa ngangkat cerita dari teman-temannya, dan
dari kakak kelas. Bisa juga pas lagi tadarus ada ayat-ayat
yang pas dengan keadaan pada waktu kegiatan itu
berlangsungdibacakan, disinggung dan dihubungkan dengan
pengalaman sehari-hari. Dan ngasih motivasi dengan cara
memberi kisah yang bisa mereka contoh. Agar siswa
termotivasi “ooh yaa ternyata kalau mereka bisa kenapa
saya nggak bisa. Bisa juga pada waktu materi akhlak
dendam munafik mencari kasus-kasus di lingkungan mereka
sendiri. Mencari contoh ekspresi dendam atau marah, yang
terdekat dari siswa bisa di lingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat. Dari masing-masing siswa contohnya
akan berbeda. Karena marahnya kita dengan marahnya
mereka kan berbeda. Paling seru anak-anak saat pelajaran
dendam munafik. Saat ibu bertanya siapa yang pernah
marah terus anak-anak antusias mengeluarkan perasaannya.
Lalu ibu tanya kenapa marah, dan anak-anak akhirnya
bercerita. Kalau pengertiannya kan bisa di baca-baca
sendiri, jadi kalau materi akhlak hanya cerita-cerita saja.
Mengalisis lingkungan sekitar bagaimana dendam munafik
itu. Untuk anak yang belum bisa membaca Al-qur’an
diwajibkan mengikuti Ekstra BTQ yang pengajarnya
dibantu kakak kelas yang sudah bisa. Kalau waktu tadarus
di kelas untuk mengembangkan empati ibu menawarkan
pahala investasi untuk di akhirat siapa yang mau ngajari
ngaji temannya (yang masih Iqro’)? Secara langsung itu
95
juga akan mengembangkan kemampuan siswa dalam
menjalin hubungan dengan temannya.”
Hal yang sama juga dikatakan SM (18/05/2016:10.00):
“anak disuruh cerita, membaca hasil kerjaan siswa yang
lain”
4. Faktor
Pendukung
dan
Faktor
Menerapkan/mengimplementasikan
Penghambat
Metode
dalam
Pengembangan
Kecerdasan Emosional Pada siswa di SMP N 1 Karanggede
a. Faktor Pendukung
1) Dewan guru
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
SM
(18/05/2016:10.00), beliau mengatakan:
“...banyaknya guru-guru yang beragama Islam dapat
membantu membimbing siswa ketika tadarus AlQur’an setiap pagi sebelum pelajaran dimulai.”
Segenap dewan guru memiliki peran yang sangat penting
dalam proses pengembangan kecerdasan emosional siswa. Jadi
kerjasama antara dewan guru menjadi pendukung guru PAI dalam
mengembangkan kecerdasan emosional siswa.
2) Kesadaran Anak
Semua upaya yang dilakukan untuk mengembangkan
kecerdasan emosional akan tampak sia-sia jika tidak ada
kesadaran anak untuk mengolah kemampuan dalam mengenali
emosi diri, pengaturan diri, memotivasi diri, memahami perasaan
96
orang lain, dan kemampuan dalam membina hubungan dengan
orang lain. SH (21/05/2016:11.15) mengatakan bahwa:
“Yang mendukung anak-anak care yaa dalam
menerima masukan dari kita. Anak-anak hatinya
terbuka. Kita marah seapapun udah besoknya bu siti
bu siti lagi..”
Sama halnya yang diungkapkan oleh SM (18/05/2016:10.00),
beliau mengatakan:
“faktor yang yang mendukung ya anak-anak sadar
membawa kitab suci Al-Qur’an dan iqro’...”
3) Kegiatan Siswa
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, faktor pendukung
yang lain dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa
adalah kegiatan siswa yang sudah berjalan seperti tadarus selama
15 menit sebelum pelajaran, sholat dhuha sebelum pelajaran, dan
pembiasaan berinfaq setelah pelajaran PAI selesai.
b. Faktor Penghambat
1) Latar Belakang Anak
Setiap anak berasal dari latar belakang keluarga yang
berbeda-beda. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan
perhatian yang baik dari orangtuanya akan tumbuh menjadi
pribadi
yang
baik.
Sebagaimana
penuturan
(21/05/2016:11.15):
“Hambatannya dari keluarga yang berbeda-beda.
Rata-ratayang anaknya di sekolah mempunyai
97
SH
permasalahan dalam proses belajar mengajar di
rumahnya tinggal dengan mbahnya.”
Beliau SM (18/05/2016:10.00) juga mengatakan:
“..ada anak yang dari orangtuanya
memperhatikan anaknya..,”
itu
tidak
2) Jam Belajar
Waktu pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam hanya 2x45 menit. Hal ini menjadi penghambat
dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa, seperti hasil
wawancara dengan SH (21/05/2016:11.15):
“...Kita bisa bimbing di sekolah hanya 2 jam dan itu
pun gak bisa fokus ke dia aja...”
3) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1
Karanggede bisa dibilang cukup lengkap. Sarana dan prasarana di
SMP Negeri 1 Karanggede ini menjadi penunjang dalam
mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Terutama dengan
adanya mushola yang menjadi pusat kegiatan keagamaan. Tetapi
dengan kondisi mushola yang kecil menjadi penghambat untuk
kegitan pengembangan kecerdasan emosional karena mushola
yang
tidak
mencukupi,
sebagaimana
penuturan
(18/05/2016:10.00):
“Faktor penghambat, mushola sekolahan belum
mencukupi untuk semua murid karena sangat kecil...”
98
SM
4) Lingkungan Pergaulan
Lingkungan
pergaulan
besar
pengaruhnya
terhadap
kecerdasan emosional siswa. Jika siswa bergaul dengan teman
yang bicaranya kotor tentu dalam berbicara ikut menjadi kotor.
SH (21/05/2016:11.15) mengungkapkan bahwa:
“...Apalagi yang nongkrongnya di kantin bulek situ
bisa dibedakan anaknya gimana tingkah lakunya kalau
di kelas..”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh SM (18/05/2016:10.00):
“...Terus sama anak-anak yang bergerombol kalau
dipisah tempat duduknya itu nanti balik lagi. Kalau
berteman itu ya yang menengan sama yang menengan
kalau yang rame sama yang rame.”
5) Kesadaran Anak Yang Kadang Kurang Dalam Berempati
Kesadaran anak yang terkadang kurang juga menjadi
hambatan
dalam
mengembangkan
kecerdasan
emosional,
sebagaimana yang diungkapkan oleh SM (18/05/2016:10.00):
“..terus kesadaran dalam berinfaq kurang. Tapi
mayoritas infaqnya lancar.”
Berinfaq merupakan salah satu cara dalam mengembangkan
rasa empati siswa selain itu juga mengembangkan kemampuan
dalam membina hubungan dengan orang lain.
6) Perhatian Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Anak
Yang Kurang
Sebagaimana yang dikatakan SM (18/05/2016:10.00):
“ada anak yang dari orang tuanya itu tidak
memperhatikan anaknya”
99
Untuk itu perhatian orang tua terhadap anak sangatlah
penting, karena orang tua adalah pendidik pertama untuk
perkembangan kecerdasan anaknya baik cerdas secara akademis
maupun cerdas secara emosi. Apalagi anak-anak yang tinggal
dengan simbahnya karena orang tua sibuk bekerja, pendidikan
yang didapat dirumah akan berbeda dengan hasil didikan dari
orang tuanya.
100
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Upaya Guru PAI Untuk Mengenali dan Memahami Emosi Siswa di
SMP Negeri 1 Karanggede
Guru yang memahami keterkaitan antara emosi dan pembelajaran
bisa membantu siswa untuk menggunakan emosi mereka secara produktif
dalam menilai situasi dan mengambil tindakan yang menonjolkan
kelebihan individu, menetapkan tujuan yang relevan bagi masing-masing,
mengatasi
berbagai
konflik,
mengelola
perasaan
marah,
dan
mengungkapkan emosi dengan cara yang bisa diterima umum (Barbara,
2007:121)
Dari hasil observasi ditemukan beberapa upaya guru PAI untuk
mengenali dan memahami emosi siswa di SMP Negeri 1 Karanggede yang
dilakukan melalui berbagai cara, yaitu sebagai berikut:
1. Guru memberikan rangsangan berupa pertanyaan-pertanyaan
untuk mengenali dan memahami emosi siswa dari ekspresi dan
ungkapan yang muncul.
Dari ekspresi yang muncul saat menjawab pertanyaan guru dapat
mengenali dan memahami emosi siswa. Berbagai jenis emosi muncul
seperti rasa jijik karena tidak suka bekicot dan kodok, benci karena
tidak suka ular dan takut karena tidak suka bebek. Upaya guru untuk
memahami emosi-emosi tersebut adalah mendengarkan dan memahami
101
perasaan anak saat mengungkapkan apa yang anak sedang rasakan,
berinteraksi dengan mereka sesuai dengan kondisi siswa serta guru
menyelaraskan diri dengan kondisi siswa.
Terlihat ketika anak yang merasa jijik ketika menjawab bahwa ia
tidak suka bekicot, guru menyelaraskan diri dengan mengekspresikan
wajahnya sesuai kondisi anak tersebut.
Dalam memahami anak yang merasa takut ketika menjawab bahwa
ia tidak suka bebek, guru merespon ketakutan anak dengan cara
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan pengalaman
yang membuat siswa tersebut tidak menyukai bebek. Perasaan takut
merupakan emosi yang nyata dan cara guru merespon rasa takut siswa
tidak hanya penting untuk saat ini, tetapi juga untuk sepanjang hidup si
anak (Barbara, 2007:101).
2. Guru memberikan apresiasi (hadiah) kepada siswa yang mampu
menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Menurut Barbara K. Given (2007:114) setiap emosi memotivasi
siswa dengan cara negatif dan positif, dan pendidik perlu menyadari
bahwa motivasi tersebut dapat mempengaruhi kepribadian siswa, dan
pada akhirnya mempengaruhi kemampuan belajar mereka.
Dengan mengajukan pertanyaan“halal atau haramkah hukum
memakan lele padahal makanan lele dari kotoran atau bangkai, kalau
ada yang bisa menjawab ibu kasih uang 50 ribu, tapi dikasih alasan
yang masuk akal ya?” muncullah bentuk reaksi emosi jijik saat
102
membayangkan makanan yang dimakan lele dan ada yang termotivasi
berlomba-lomba menjawab dengan benar agar mendapat hadiah.
Upaya guru untuk memahami emosi siswa yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.
3. Guru mengenali dan memahami emosi siswa melalui gejala tingkah
laku yang ditampilkan
Pada dasarnya semua anak lebih mudah mengekspresikan
emosinya melalui sikap dan perilaku, dibandingkan mengungkapkannya
secara verbal (Ali & Yeni, 2011:2.4). Berdasarkan wawancara dengan
beberapa siswa dan observasi (VII A, 17/05/2016/:07.00) siswa
memperlihatkan gejala tingkah laku diantaranya melamun, gelisah,
menundukan kepala dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan
oleh guru yang ditunjukan dengan sikap sibuk bermain dengan barang
yang dipegang ataupun mengobrol dengan teman sebangkunya.
Upaya yang dilakukan guru untuk memahami emosi siswa tersebut
dengan memberi kesempatan untuk menenangkan diri dan memusatkan
perhatian pada sebuah tugas yaitu membaca surat Al-Alaq, dengan
tugas tersebut anak bisa memulai proses pembentukan kembali semua
hubungan yang sangat penting antara otak rasional dan otak perasaan.
Menurut Thomas Armstrong (2002:133) yang paling penting
dalam pendidikan anak adalah keseimbangan antara perasaan dan
pikiran. Anak-anak sangat peka terhadap dunia di sekitar mereka. Jika
103
diberi kesempatan, mereka akan bereaksi secara spontan terhadap
materi, gagasan, dan teknik belajar.
4. Guru memberikan cerita untuk mengenali dan memahami emosi
siswa dari ekspresi yang muncul.
Untuk mengenali emosi di kelas (VII C, 17/05/2016: 07.50) guru
memberikan cerita tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, melalui
cerita tersebut muncul emosi-emosi positif yang berupa rasa ingin tahu
yang terlihat saat anak bertanya kepada guru yang berkaitan dengan
cerita yang disampaikan oleh guru, rasa takjub atau tertarik yang
ditandai anak benar-benar menyimak dan mendengarkan cerita. Upaya
guru untuk memahami emosi siswa yaitu dengan mendengarkan dan
menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa.
Menurut Ali & Yeni (2011:2.10) rasa ingin tahu melibatkan emosi
kegembiraan dalam diri anak, terutama jika mereka dihadapkan pada
aktivitas atau benda-benda yang baru. Rasa ingin tahu ini sangat efektif
dalam membantu proses pembelajaran.
5. Melalui kegiatan pembiasaan setiap pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan para guru PAI pada waktu
pelajaran pendidikan agama Islam adalah membaca Al-Qur’an, infaq,
shalat dhuha, dan shalat dzuhur berjamaah. Dari kegiatan-kegiatan
tersebut muncul berbagai emosi (perasaan) yang dialami oleh siswa.
Ada yang antusias untuk melakukan kewajibannya, ada yang merasa
104
tidak tenang, malu dan panik karena tidak mengeluarkan infaq, dan ada
yang bersemangat saat melakukan tadarus.
Upaya guru PAI untuk memahami berbagai emosi (perasaan) siswa
dengan cara selalu memberi motivasi untuk mempertahankan semangat
dan rasa senang dalam melakukan hal yang positif. Sementara upaya
guru untuk memahami emosi siswa yang tidak tenang, malu dan panik
karena tidak mengeluarkan infaq, guru melakukan pendekatan secara
individu dan menggambarkan pada anak pengaruh yang bisa
ditimbulkan oleh perbuatannya.
Dari upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI untuk mengenali
dan memahami emosi siswa, penulis berkesimpulan bahwa secara
bersamaan guru telah mengembangkan unsur-unsur kecerdasan
emosional menurut pendapat Goleman yang meliputi kesadaran diri,
motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
Menurut Mubayidh (2006:126) di sisi lain EQ anak mempengaruhi
kecerdasan intelektualnya. EQ juga mempengaruhi keinginannya untuk
belajar dan mendapatkan keterampilan serta pengalaman baru, ini menjadi
lebih penting saat kita mengetahui bahwa setiap anak atau murid
mempunyai karakter emosi yang berbeda. Dengan begitu, setiap murid
harus diperlakukan sesuai dengan karakter emosi dan perasaannya.
105
B. Metode Yang Digunakan Guru PAI Untuk Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Siswa di SMP Negeri 1 Karanggede
Menurut Goleman (1999:39) kecerdasan emosional menentukan
potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang
didasarkan pada lima unsur: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri,
empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.
Merujuk unsur-unsur kecerdasan emosional menurut Goleman
yang meliputi kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan
kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Metode yang
digunakan guru untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa di
SMP Negeri 1 Karanggede yang ditemukan oleh peneliti melalui
wawancara dan observasi, diantaranya:
1. Menghubungkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi
Terlihat ketika mengajarkan hukum binatang halal dan haram di
kelas VIII F (30/04/2016:09.30), guru bertanya kepada siswa “hewan
apa yang kalian tidak sukai?”dengan pertanyaan tersebut siswa dapat
tertawa, takut, mengungkapkan pendapat dengan keras, atau mengalami
emosi-emosi lain dari jawaban yang diberikan siswa. Siswa juga dapat
menceritakan pengalaman mereka melalui jawaban yang diungkapkan.
Melalui metode ini juga dapat digunakan sebagai momentum
mengekspresikan perasaan. Sebagimana hasil wawancara dengan SH
(21/05/2016:11.15):
“Paling seru anak-anak saat pelajaran dendam munafik.
Saat ibu bertanya siapa yang pernah marah terus anak-
106
anak antusias mengeluarkan perasaannya. Lalu ibu tanya
kenapa marah, dan anak-anak akhirnya bercerita.”
Dengan metode ini akan meningkatkan kesadaran diri siswa dalam
hal menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka
pikirkan, perbuat, dan yang dikatakan.
Menurut Goleman (1999:86) seseorang yang unggul dalam
kecakapan ini (kesadaran emosi) selalu sadar tentang emosinya, bahkan
sering dapat mengenali kehadiran emosi-emosi itu dan merasakannya
secara fisik. Ia dapat mengartikulasikan perasaan-perasaan itu, selain
menunjukkan ekspresi sosialnya yang sesuai.
2. Mengembangkan kecerdasan emosional melalui pengarahan
Berdasarkan observasi di kelas VIII F (30/04/2016:09.30) terdapat
seorang siswa yang kerap berulah seperti ngomong kotor, duduk dengan
cara yang salah (mengangkat kaki ke kursi), dan berpindah-pindah
tempat duduk. Guru memberikan teguran ringan dengan menuntut
siswa tersebut untuk berperilaku terpuji.
Menurut Mubayidh (2006:134) dalam bukunya yang berjudul
“Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak” dalam mengatasi anak
yang menjadi “biang kerok”, beliau berpendapat:
Dimasa lalu, murid yang menjadi “biang kerok”
disuruh menghadap kepala sekolah untuk mendapat
hukuman. Sekarang kita menggunakan cara lain. Dengan
mengikuti metode pengembangan EQ, murid dianjurkan
untuk memikirkan faktor-faktor yang menyebabkan
peristiwa gaduh di dalam kelas. Setelah mengetahui faktor
tersebut, murid dimotivasi untuk memikirkan solusi atas
permasalahan yang dihadapinya. Dengan cara ini, murid
lebih mampu menganalisa perilakunya, dan belajar dari
107
kesalahan dan pengalaman. Cara ini jauh lebih baik dari
pada jika kita memberikan hukuman atau mengeluarkannya
dari sekolah. Di sekolah yang menerapkan metode ini,
frekuensi pertengkaran dan perkelahian antar pelajar
menurun tajam. Hubungan antar murid di sekolah secara
umum juga membaik.
3. Sosiodrama
Metode ini dilakukan oleh guru PAI khususnya di kelas VIII.
Metode ini biasanya dilakukan pada saat materi akhlak. Siswa
diharapkan bisa menganalisis dan mengambil pesan moral dari drama
yang dipentaskan.
Sebagaimana
hasil
wawancara
dengan
SH
(21/05/2016:11.15):
“...kalau yang kelas 8 itu ada sosiodrama dan itu nanti
mereka harus ngasih abtraksinya, teladan apa yang bisa
diambil dari drama yang ditampilkan.”
Dengan metode ini anak dapat mengembangkan kemampuan sosial
emosional. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya
tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. Dalam drama
atau bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang
pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan lain sebagainya. Melalui
metode ini daya imajinasi, kreativitas, empati serta penghayatan anak
dapat berkembang (Ali & Yeni, 2011:8.14).
4. Bercerita
Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan.
Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya menjadi apa
pun yang diinginkan. Dalam cerita, seorang anak juga memperoleh nilai
yang
banyak
dan
berarti
108
bagi
proses
pembelajaran
dan
perkembangannya, termasuk di dalamnya perkembangan emosi dan
sosialnya (Ali & Yeni, 2011:8.17). Sebagaimana hasil wawancara
dengan SH guru PAI (21/05/2016:11.15):
“Ngasih ceritalah ya cerita bisa cerita asli dari televisi,
internet, atau bisa ngangkat cerita dari teman-temannya, dan
dari kakak kelas. Bisa juga pas lagi tadarus ada ayat-ayat
yang pas dengan keadaan pada waktu kegiatan itu
berlangsungdibacakan, disinggung dan dihubungkan dengan
pengalaman sehari-hari...”
Hal yang sama juga dikatakan SM (18/05/2016:10.00):
“anak disuruh cerita, membaca hasil kerjaan siswa yang
lain”
Begitu pula dengan hasil observasi di kelas VII C (17/05/2016:
07.50) guru memberikan cerita tentang sejarah Nabi Muhammad SAW,
melalui cerita tersebut muncul emosi-emosi positif yang berupa rasa
ingin tahu yang terlihat saat anak bertanya kepada guru yang berkaitan
dengan cerita yang disampaikan oleh guru, rasa takjub atau tertarik
yang ditandai anak benar-benar menyimak dan mendengarkan cerita.
Menurut Mualifah (2009:185) metode bercerita untuk memberikan
suatu pelajaran terhadap anak memang sangat berpengaruh positif. Hal
ini karena melihat masa anak-anak adalah masa eksplorasi, dan anak
pun juga senang ketika mendengar cerita.
5. Sharing (Belajar berbagi)
Melalui sharing anak akan terlatih untuk membaca situasi
lingkungan, belajar berempati terhadap kebutuhan anak lain, belajar
109
bermurah
hati, melatih
bersikap
lebih
sosial,
serta
bertahap
meninggalkan perilaku egosentrismenya (Ali & Yeni, 2011:9.20).
Cara yang digunakan oleh guru adalah melalui tugas-tugas yang
diberikan kepada siswa yaitu salah satunya tugas bertanya kepada tokoh
masyarakat setempat. Sebagaimana hasil wawancara dengan SH guru
PAI (21/05/2016:11.15):
“Dan penugasan juga bisa yaa kan kalau ada tugas suruh
tanya ketokoh masyarakat setempat. Kalau ada
permasalahan ini coba tanya ke pak kyainya dari masingmasing itu kan jawaban mereka berbeda-beda dan kita
sharingkan (diskusi).”
Selain dengan cara penugasan belajar berbagi juga dilakukan
melalui pembiasaan infaq yang akan mengembangkan empati siswa
yang berkaitan dengan kepedulian sosialnya.
6. Peer Teaching Method (metode tutor teman sebaya)
Menjadi mentor bagi teman sebaya bisa memberikan peluang
kepada setiap orang untuk terus mengembangkan kecakapan sambil
mengasah kepemimpinan dan memupuk rasa percaya diri (Barbara,
2007:82).
Proses pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Karanggede
menggunakan peer teaching method (tutor teman sebaya). Guru
menunjuk dan menawarkan siswa yang dinilai pandai dalam membaca
Al-Qur’an untuk dijadikan sebagai tutor temannya yang belum bisa
membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang diungkapkan oleh SH
(21/05/2016:11.15):
110
“Kalau waktu tadarus di kelas untuk mengembangkan
empati ibu menawarkan pahala investasi untuk diakhirat
siapa yang mau ngajari ngaji temannya (yang masih Iqro’)?
Secara langsung itu juga akan mengembangkan kemampuan
siswa dalam menjalin hubungan dengan temannya.”
Dengan menggunakan tutor teman sebaya, maka siswa secara tidak
langsung melakukan interaksi sosial atau komunikasi dengan siswa
lainnya,
yang
kemudian
akan
melatih
dan
mengembangkan
keterampilan atau kecakapan interakasi sosial, kesadaran atau
kepercayaan diri dan pengaturan diri pada siswa.
Pengembangan keterampilan sosial ditandai dengan siswa yang
saling berinteraksi dengan pasangannya saat mengajari membaca AlQur’an, pengembangan kepercayaan diri ditandai dengan keberanian
dalam menerima tawaran dari guru untuk mengajari mengaji temannya,
sedangkan pengembangan pengaturan diri dalam diri siswa ditandai
dengan sikap sabar dalam mengajari siswa yang sulit menerima arahan.
C. Faktor
Pendukung
dan
Faktor
Menerapkan/mengimplementasikan
Penghambat
Metode
dalam
Pengembangan
Kecerdasan Emosional Pada siswa di SMP Negeri 1 Karanggede
1. Faktor Pendukung
a. Dukungan Dari Dewan Guru
Segenap dewan guru memiliki peran yang sangat penting
dalam proses pengembangan kecerdasan emosional siswa. Jadi
111
kerjasama antara dewan guru menjadi pendukung guru PAI dalam
mengembangkan kecerdasan emosional siswa.
Menurut Mubayidh (2006:134) tingginya nilai EQ guru adalah
salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kemampuan
sekolah dalam menciptakan suasana kondusif dan sehat sebagai
modal dasar untuk mengembangkan EQ murid.
b. Kesadaran Anak
Kesadaran
mengembangkan
anak
menjadi
kecerdasan
faktor
emosional
pendukung
untuk
dalam
mengolah
kemampuan dalam mengenali emosi diri, pengaturan diri,
memotivasi diri, memahami perasaan orang lain, dan kemampuan
dalam membina hubungan dengan orang lain.
Menurut Harlock keadaan individu, seperti usia, keadaan fisik,
intelegensi, peran seks dapat mempengaruhi perkembangan emosi
individu (Ali &Yeni, 2011:4.5).
c. Kegiatan Siswa
Kegiatan siswa yang telah berjalan mendukung pengembangan
kecerdasan emosional siswa. Kegiatan menyanyikan lagu Indonesia
Raya dan tadarus sebelum pembelajaran, sholat dhuha sebelum
pelajaran, dapat mengembangkan kemampuan mengenali emosi
diri, pengaturan diri dan motivasi diri siswa yang ditandai sikap
lebih tenang dan mampu mempersiapkan diri untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Kegiatan pembiasaan berinfaq setelah
112
pelajaran PAI selesai dapat mengembangkan kemampuan berempati
siswa.
2. Faktor Penghambat
a. Latar Belakang Anak
Setiap anak berasal dari latar belakang keluarga yang berbedabeda. Hal inilah yang menjadi penghambat bagi guru dalam
mengembangkan kecerdasan emosional. Anak yang mendapatkan
kasih sayang dan perhatian yang baik dari orangtuanya akan tumbuh
menjadi pribadi yang baik. Tetapi sebaliknya jika anak di rumah
tidak mendapatkan kasih sayang apalagi pendidikan emosi, anak
cenderung di sekolah sulit dalam mengikuti proses belajar mengajar
maupun dalam keterampilan sosialnya.
Thompson dan Lagatuta, menyatakan bahwa perkembangan
emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan
hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik
penyebab maupun konsekuensinya (Riana, 2011:20).
b. Jam Belajar
Waktu pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam hanya 2x45 menit. Hal ini menjadi penghambat dalam
mengembangkan kecerdasan emosional siswa.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Karanggede ini menjadi
penunjang dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa.
113
Terutama dengan adanya mushola yang menjadi pusat kegiatan
keagamaan. Tetapi dengan kondisi mushola yang kecil menjadi
penghambat untuk kegitan pengembangan kecerdasan emosional
karena mushola yang tidak mencukupi untuk seluruh siswa dalam
melakukan shalat berjamaah.
d. Lingkungan Pergaulan
Goleman
menyatakan
bahwa
tingkah
laku
seseorang
ditentukan oleh lingkungan, apa yang dialami dan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari lebih menentukan tingkah laku dan pola
tanggapan emosi (Riana, 2011:20).
Lingkungan pergaulan (tempat nongkrong) besar pengaruhnya
terhadap kecerdasan emosional siswa. Jika siswa bergaul dengan
teman yang bicaranya kotor tentu dalam berbicara ikut menjadi
kotor. Oleh karena itu guru hanya bisa mengamati perilakunya
ketika di dalam kelas dan mengunakannya untuk memberi nasihat.
Kondisi lingkungan di sekitar anak akan sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku serta perkembangan emosi dan pribadi anak.
Berbagai stimulus yang bersumber dari lingkungan sekitarnya akan
dapat memicu anak dalam berekspresi (Ali & Yeni, 2011:4.8).
e. Kesadaran Anak Yang Terkadang Kurang Dalam Berempati
Hambatan guru dalam mengembangkan rasa empati siswa
adalah kesadaran anak yang kurang. Siswa yang mempunyai niat
114
untuk berinfaq, terkadang mempunyai kendala uangnya sudah habis
atau mereka sengaja tidak mau berinfaq.
Goleman (1999:87) berpendapat bahwa orang yang tidak
mampu mengenali perasaan mereka sungguh sangat tidak
beruntung. Karena dengan kata lain, mereka buta emosi, terhalang
dari dunia realitas yang sangat penting untuk sukses dalam hidup
secara keseluruhan, termasuk kerja.
Berinfaq
akan
menumbuhkan
sikap
berempati
dan
mengembangkan kemampuan menjalin hubungan dengan orang
lain.
f. Perhatian Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Yang
Kurang
Perhatian orang tua terhadap anak sangatlah penting, karena
orang tua adalah pendidik pertama untuk perkembangan kecerdasan
anaknya baik cerdas secara akademis maupun cerdas secara emosi.
Apalagi anak-anak yang tinggal dengan simbahnya karena orang tua
sibuk bekerja, pendidikan yang didapat di rumah akan berbeda
dengan hasil didikan dari orang tuanya
Melalui interaksi keluarga, anak-anak belajar bersosialisasi,
mereka belajar memahami perasaan oran lain, dan mereka belajar
menggunakan tindakan untuk membentuk dan mengelola perasaan
orang lain. Disanalah letak sebagian besar ketergantungan
emosional dan sistem pembelajaran sosial (Barbara, 2007:140).
115
Gaya pengasuhan yang diperoleh anak dari keluarganya akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak, jika
pertumbuhan dan belajar anak dalam keluarga tidak memadai maka
penyesuaian emosi berikutnya juga akan terhambat bahkan mungkin
mengalami gangguan.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan data-data penulis sajikan dalam laporan skripsi ini,
penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Upaya yang dilakukan guru untuk mengenali dan memahami emosi
siswa yaitu dengan cara:
a) Guru memberikan rangsangan berupa pertanyaan-pertanyaan untuk
mengenali dan memahami emosi siswa dari ekspresi dan ungkapan
yang muncul.
b) Guru memberikan apresiasi (hadiah) kepada siswa yang mampu
menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru.
c) Melalui gejala dan tingkah laku yang ditampilkan.
d) Guru memberikan cerita untuk mengenali dan memahami emosi
siswa dari ekspresi yang muncul.
e) Melalui kegiatan pembiasaan setiap pelajaran pendidikan agama
islam.
2. Metode yang digunakan guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan
emosional siswa di SMP Negeri 1 Karanggede pada proses
pembelajaran
adalah
menghubungkan
mata
pelajaran
dengan
pengalaman pribadi, pengarahan, sosiodrama, bercerita, sharing
(belajar berbagi), dan peer teaching method (metode tutor teman
sebaya).
117
3. Faktor pendukung dalam menerapkan/mengimplementasikan metode
dalam mengembangkan kecerdasan emosional di SMP Negeri 1
Karanggede adalah dewan guru, kesadaran anak dan kegiatan siswa
seperti menyanyikan lagu nasional, shalat dhuha, tadarus sebelum
pelajaran dimulai dan pembiasaan berinfaq setelah pelajaran PAI
selesai. Sedangkan faktor penghambat dalam mengembangkan
kecerdasan emosional adalah latar belakang anak, jam belajar, sarana
dan prasarana, lingkungan pergaulan, kesadaran anak yang terkadang
kurang dalam berempati dan perhatian orang tua terhadap kecerdasan
emosional anak yang kurang
B. Saran
Demi kemajuan SMP Negeri 1 Karanggede dimasa yang akan datang,
maka penulis memberikan beberapa saran untuk dijadikan pertimbangan
kemajuan SMP Negeri 1 Karanggede khususnya yang berkaitan dengan
kecerdasan emosional:
1. Bagi guru PAI diharapkan untuk lebih meningkatkan metode
mengajarnya dengan optimal dengan berbagai cara, agar tujuan
pengembangan kecerdasan emosional lebih baik.
2. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional alangkah baiknya jika satu
semester sekali mengadakan simulasi, metode ini dapat membantu
siswa mengembangkan tingkat pemahaman yang baru melalui interaksi
yang terjalin antar siswa.
118
3. Bagi guru PAI diharapkan dalam proses belajar mengajar tidak terlalu
mengedepankan sistem belajar dengan LKS karena interaksi guru
dengan siswa akan berkurang yang akan menganggu perkembangan
emosi siswa.
119
DAFTAR PUSTAKA
Ali & Yeni. 2011. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas
Terbuka
Al-Rasyidin. 2005. Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Ciputat Press
Asdiqoh. 2012. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Trustmedia publishing
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press
Armstrong, Thomas. 2000. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Daradjat, zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Daymon dan Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif. Bandung: Mizan
Media Utama
Given K, Barbara. 2007. Brain-Based Teaching. Bandung: Mizan Pustaka
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Goleman, Daniel. 2001. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gottman, John dan Joan Declaire. 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang
Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hamzah & Masri. 2009. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara
Hude, M Darwis. 2006. Emosi (Penjelajahan Religio-psikologis tentang emosi
manusia di dalam Al-Qur‟an). Jakarta: Erlangga
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Majid & Dian. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Komptensi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
120
Masher, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Maurus, J. 2014. Mengembangkan Emosi Positif. Yogyakarta: Bright Publisher
Moleong J, Lexy. 2011. Metodologi Penellitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Monty & Fidelis. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Mualifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: Diva Press
Mubayidh, Makmun. 2006. Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak (referensi
penting bagi para pendidik & orang tua). Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
Musthofa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Sketsa
Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Netty. Nihayah, zahrotun, dkk. 2005. Islam dan Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Ramayulis. 1990. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:Kalam mulia
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Singgih & Yulia. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Tridhonanto & Beranda. 2009. Melejitkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati.
Jakarta: Gramedia
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers
121
122
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU PAI
Metode Guru PAI Dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP N
1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016
A. Identitas Narasumber
Nama
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
Alamat
:
Guru PAI Kelas
:
Tempat
:
Waktu
:
B. Sasaran Wawancara
1. Bagaimana upaya guru PAI untuk mengenali dan memahami emosi
siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016?
2. Apa saja metode yang digunakan guru PAI untuk mengembangkan
kecerdasan emosional siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi guru
PAI dalam menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan
kecerdasan emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Isi Wawancara
1. Sudah berapa lama bapak mengajar di SMP N I Karanggede?
2. Berhubungan dengan masalah kecerdasan emosional menurut bapak
apa arti yang tepat tentang hal itu?
3. Bagaimana kondisi kecerdasan emosi siswa SMP N 1 Karanggede
kelas X dan XI ?
4. Masalah apa yang sering muncul di SMP N 1 Karanggede, khususnya
mengenai kecerdasan emosional siswa (mengenali emosi, mengelola
emosi, memotivasi diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orang
lain)?
5. Apa saja upaya bapak sebagai pengelola kelas dalam membina dan
meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Karanggede?
6. Metode apa saja yang sudah digunakan dalam mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Karanggede?
7. Apa saja kegiatan pengembangan kecerdasan emosional siswa SMP N
1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2015/2016?
8. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SMP N 1 Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
123
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA
Metode Guru PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di
SMA N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2015/2016
D. Identitas Narasumber
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Kelas
Tempat
Waktu
:
:
:
:
:
:
:
E. Isi pertanyaan
1. Menurut kamu , bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP
N 1 Karanggede ?
2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu?
3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar dikelasmu?
4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada
saat pembelajaran? Berilah alasannya.
5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak
menyukai cara guru mengajar ?
6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran
berlangsung ?
7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui
materi yang disampaikan oleh guru?
8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran
berlangsung?
124
PEDOMAN OBSERVASI
Metode Guru PAI Dalam Pengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Di SMP
N 1 Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016
Kelas
:
Tanggal
:
Pedoman
:
1. Kegiatan pembelajaran di kelas
2. Instruksi guru dan siswa di kelas
3. Komunikasi guru dengan siswa
125
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU
Hari/Tanggal
: Rabu, 18 Mei 2016
Tempat Wawancara : Ruang Bimbingan Konseling SMP N 1 Karanggede
Waktu
: 10.00 - selesai
Responden/kode
: Sumardi, S.Ag/SM
1. Sudah berapa lama bapak mengajar di SMP Negeri 1 Karanggede?
Jawab: sudah 5 Tahun, bapak pindah kesini Tahun 2011.
2. Berhubungan dengan masalah kecerdasan emosional menurut bapak apa
arti yang tepat tentang hal itu?
Jawab: kemampuan anak dalam menerima, menyimpulkan dari isi materi
pelajaran yang berhubungan dengan tingkah laku, adab, dan sopan santun.
3. Bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
Jawab: Kondisinya ya bermacam-macam ada yang anak itu yang cepat
tanggap, cepat menanggapi pesan-pesan yang disampaikan oleh guru
sesuai materi yang diajarkan. Yang kedua ada yang sedang dan ada yang
sangat rendah. Prosentasenya kalau disini ya 75% keatas kebanyakan
sedang baik bila dibandingkan sekolah swasta karena saya pernah
mengajar di swasta. Jadi sopan santun kepada guru sudah baik.
4. Masalah apa yang sering muncul di SMP N 1 Karanggede, khususnya
mengenai kecerdasan emosional siswa (mengenali emosi, mengelola
emosi, memotivasi diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orng lain)?
Jawab: ya masalahnya rame didalam kelas, guru menerangkan tidak
memperhatikan, terus anak-anak yang izinnya kebelakang itu lama tapi
lama kembali ke kelasnya mboh kurang apa ya mbak apa nggak minat apa
piye ya mbak. Trus masalah yang berkaitan dengan empati, kalau guru
sering mencatat infaqnya mereka infaq, tapi kalau tak pasrahke siswa tidak
pada infaq, yang infaq sedikit. terus kesadaran dalam berinfaq kurang.
Tapi mayoritas infaqnya lancar. Kalau dalam berteman bergerombol mbak
kalau dipisah tempat duduknya kembali lagi. Yang pendiam ya sama yang
pendiam.
5. Apa saja upaya bapak sebagai pengelola kelas dalam membina dan
mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede?
Jawab: ya ngandani atau menasehati secara individu kalau cuma satu dua
yang bermasalah. Suatu ketika didalam kelas memotivasi secara
menyeluruh. Mengulang-ngulang memberi pelajaran pada anak, mendidik
dan membiasakan diri untuk berbuat yang positif.
6. Metode apa saja yang sudah digunakan dalam mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede?
Jawab: tanya jawab, ceramah, pemberian tugas, belajar di masjid, di
perpustakaan, diskusi (membuat teks khotbah)
126
7. Apa saja kegiatan pengembangan kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede?
Jawab: anak disuruh cerita, membaca hasil kerjaan siswa yang lain.
8. Faktor
apa
yang
mendukung
dan
menghambat
dalam
menerapkan/mengimplementasikan metode pengembangan kecerdasan
emosional pada siswa di SMP N 1 Kecamatan Karanggede dalam
mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
Jawab: Faktor yang yang mendukung ya anak-anak sadar membawa kitab
suci al-qur’an dan iqro’, guru-guru banyak yang beragama Islam misal
kalau suruh ngulang ngaji kalau pagi bisa.
Faktor penghambat, mushola sekolahan belum mencukupi untuk semua
murid karena sangat kecil, guru ekstra tilawah belum ada harus mencari
dari luar, ada anak yang dari orangtuanya itu tidak memperhatikan
anaknya, sampai sini ya waktunya hanya sedikit cuma dua jam. Trus sama
anak-anak yang bergerombol kalau dipisah tempat duduknya itu nanti
balik lagi. Kalau berteman itu ya yang menengan sama yang menengan
kalau yang rame sama yang rame.
127
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU
Hari/Tanggal
: Sabtu, 21 Mei 2016
Tempat Wawancara : Ruang Perpustakaan SMP N 1 Karanggede
Waktu
: 11.15- selesai
Responden/kode
: Siti Hidayah, S.Ag/SH
1. Sudah berapa lama ibu mengajar di SMP Negeri 1 Karanggede?
Jawab: Dari 2006 dan sekarang 2016 ya sudah 10 Tahun mengajar di SMP
Negeri 1 Karanggede
2. Berhubungan dengan masalah kecerdasan emosional menurut ibu apa arti
yang tepat tentang hal itu?
Jawab: Ya kemampuan anak mengola rasanya dalam menghadapi
permasalahan yang muncul baik dengan temannya, dengan dirinya,
maupun dengan guru baik permasalahan yang baik maupun yang tidak
baik.
3. Bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
Jawab: bervariasi ya dari yang baik, lumayan baik, ada yang kurang baik
kalau tidak rasanya ndak nyampai hati ya walaupun ada. Secara umum
masih baik tapi hanya ada beberapa anak yang masih kurang baik. Tapi
kenakalannya nggak sampai yang parah.
4. Masalah apa yang sering muncul di SMP N 1 Karanggede, khususnya
mengenai kecerdasan emosional siswa (mengenali emosi, mengelola
emosi, memotivasi diri, empati, dan menjalin hubungan dengan orng lain)?
Jawab: Masalah yang sering muncul, sama teman itu kalau ada hal sedikit
langsung ngumpat (ngomong kotor) kalau bolos paling cuma satu dua
orang yang sampai ke BK. Apalagi yang nongkrongnya di kantin bulek
situ bisa dibedakan anaknya gimana tingkah lakunya kalau dikelas. Ya
nakalnya biasa masih sewajarnya dalam arti belum sampai yang luar biasa.
Dalam mengembangkan empatinya juga ada pembiasaan infak tapi yang
disayangkan masih ada bagian kecil yang gak mau ntah karna gak ada atau
emang gak mau atau ada faktor lain, walaupun ada siswa yang melebihi
kewajiban mereka. Malah ada yang ngasih lima ribu atau lebih.
5. Apa saja upaya ibu sebagai pengelola kelas dalam membina dan
meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede?
Jawab: Ngasih ceritalah ya cerita bisa cerita asli dari televisi, internet, atau
bisa ngangkat cerita dari teman-temannya, dan kakak kelas. Bisa juga pas
lagi tadarus ada ayat-ayat yang pas itu dibacakan, disinggung dan
dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari. Dan ngasih motivasi dengan
cara ngasih kisah yang bisa mereka contoh. Agar siswa termotivasi “ooh
yaa ternyata kalau mereka bisa kenapa saya gak bisa.
128
6. Metode apa saja yang sudah digunakan dalam mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede?
Jawab: tanya jawab bisa, kalau yang kelas 8 itu ada sosiodrama dan itu
nanti mereka harus ngasih abtraksinya, teladan apa yang bisa di ambil dari
drama yang ditampilkan. Dan penugasan juga bisa yaa kan kalau ada tugas
suruh tanya ke tokoh masyarakat setempat. Kalau ada permasalahan ini
coba tanya ke pak kyainya dari masing-masing itu kan jawaban mereka
berbeda-beda dan kita sharingkan (diskusi). Dan pada materi sejarah
(tarikh) ibu biasanya menggunakan metode diskusi dengan membuat
kelompok.
7. Apa saja kegiatan pengembangan kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede?
Jawab: Untuk materi akhlak dendam munafik mencari kasus-kasus
dilingkungan mereka sendiri. Mencari contoh dendam atau marah, yang
terdekat dari siswa bisa di lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat. Dari masing-masing siswa contohnya akan berbeda. Karena
marahnya kita dengan marahnya mereka kan berbeda. Paling seru anakanak saat pelajaran dendam munafik. Saat ibu bertanya siapa yang pernah
marah trus anak-anak antusias mengeluarkan perasaannya. Lalu ibu tanya
kenapa marah, dan anak-anak akhirnya bercerita. Kalau pengertiannya kan
bisa di baca-baca sendiri, jadi kalau materi akhlak hanya cerita-cerita saja.
Mengalisis lingkungan sekitar bagaimana dendam munafik itu. Untuk
anak yang belum bisa membaca Al-qur’an diwajibkan mengikuti Ekstra
BTQ yang pengajarnya dibantu kakak kelas yang sudah bisa. Kalau waktu
tadarus dikelas untuk mengembangkan empati ibu menawarkan pahala
investasi untuk diakhirat siapa yang mau ngajari ngaji temannya (yang
masih Iqro’)? Secara langsung itu juga akan mengembangkan kemampuan
siswa dalam menjalin hubungan dengan temannya.
8. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SMP Negeri 1 Karanggede Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?
Jawab: Yang mendukung anak-anak ker yaa dalam menerima masukan
dari kita. Anak-anak hatinya terbuka. Kita marah seapapun udah besoknya
bu siti bu siti lagi. Hambatannya dari keluarga yang berbeda-beda. Ratarata yang anaknya disekolah mempunyai permasalahan dalam proses
belajar mengajar di rumahnya tinggal dengan mbahnya. Kita bisa bimbing
disekolah hanya 2 jam dan itu pun gak bisa fokus ke dia aja. Karena kalau
kita sudah dikelas kan kita fokusnya secara menyeluruh. Kadang-kadang
waktu tadarus ada yang protes kok saya cuma disuruh baca 2 ayat yang
lain 3 sampai 4 ayat. Dan untuk melatih siswa untuk mengungkapkan
perasaannya refleksinya diakhir semester menanyakan kepada siswa siapa
yang tidak setuju cara mengajar ibu tentang pembelajaran yang saya
berikan. Dan ada juga hasilnya siswa yang bilang ibu kalau mengajar
galak.
129
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA
Hari/Tanggal
: 18 Mei 2016
Tempat Wawancara : Di halaman sekolah
Waktu
: 11.00 WIB- selesai
Responden/Kode
: Dimas Raihan Akbar/DR
Usia
: 13 Tahun
Alamat
: Tegalsari, RT 02/03 Karanggede
1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede?
Jawab: baik
2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ?
Jawab: Ramah dan penyabar
3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu?
Jawab: diulang-ulangi sampai semua murid bisa memahami materi
pelajaran
4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat
pembelajaran? Berilah alasanmu.
Jawab: senang, karena cara mengajar pada saat pembelajaran ramah,
dengan kelembutan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif.
5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai
cara guru mengajar?
Jawab: tetap diam dan mendengarkan
6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran
berlangsung?
Jawab: tidak pernah
7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui
materi yang disampaikan oleh guru?
Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang saya terapkan di kehidupan seharihari salah satunya untuk selalu bersikap ramah kepada siapapun.
8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung?
Jawab: tenang dan mendengarkan apa yang diterangkan oleh guru.
130
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA
Hari/Tanggal
: 19 Mei 2016
Tempat Wawancara : Di ruang kelas VIII A
Waktu
: 11.45 WIB- selesai
Responden/kode
: Lisa Maryantika/LM
Usia
: 14 Tahun
Alamat
: Klimas
1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede?
Jawab: kalau menurut saya sudah baik, terlihat toleransinya yang tinggi.
Tetapi masih ada anak yang belum bisa mengontrol emosinya.
2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ?
Jawab: baik, ramah, tidak galak, perduli sama muridnya dan humoris.
3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu?
Jawab: diskusi, kerja kelompok dan sosiodrama.
4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat
pembelajaran? Berilah alasanmu.
Jawab: senang banget, karena saat penyampaian materi tidak terlalu serius
karena di selipi dengan humor ringan. Jadinya di kelas tidak tegang.,
5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai
cara guru mengajar?
Jawab: menundukkan kepala kalau nggak ya cerita dengan teman
sebangku. Tapi kadang kalau ingat orang tua di rumah aku berusaha
semangat mbak.
6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran
berlangsung?
Jawab: pernah tapi waktu pelajaran matematika mbak.
7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui
materi yang disampaikan oleh guru?
Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang.
8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung?
Jawab: tenang dan memperhatikan.
131
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA
Hari/Tanggal
: 21 Mei 2016
Tempat Wawancara : Di depan kelas VIII D
Waktu
: 12.10 WIB- selesai
Responden/Kode
: Sakira/SK
Usia
: 13 Tahun
Alamat
: Tretes
1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede?
Jawab: belum baik, kadang suka ngomong saru
2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ?
Jawab: baik
3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu?
Jawab: sosiodrama, cerita, diskusi, kerja kelompok dan tanya jawab
4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat
pembelajaran? Berilah alasanmu.
Jawab: senang karena gurunya asik
5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai
cara guru mengajar?
Jawab: menaruh kepala di atas meja
6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran
berlangsung?
Jawab: nggak pernah mbak
7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui
materi yang disampaikan oleh guru?
Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang.
8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung?
Jawab: rame mbak, ya kadang tenang.
132
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA
Hari/Tanggal
: 21 Mei 2016
Tempat Wawancara : Di depan sekolah
Waktu
: 12.45 WIB- selesai
Responden/Kode
: Vijaya/VJ
Usia
: 13 Tahun
Alamat
: Bangkok
1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede?
Jawab: kalau menurut saya baik, walaupun kadang suka iseng-isengan
2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ?
Jawab: baik, ramah, dan tegas dalam menghadapi murid-muridnya
3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu?
Jawab: ceramah, penugasan, diskusi, dan tanya jawab.
4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat
pembelajaran? Berilah alasanmu.
Jawab: senang karena ramah dan cara mengajarnya menyenangkan
5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai
cara guru mengajar?
Jawab: diam dan tidak memperhatikan
6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran
berlangsung?
Jawab: nggak pernah
7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui
materi yang disampaikan oleh guru?
Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang.
8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung?
Jawab: rame
133
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN SISWA
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2016
Tempat Wawancara : Di rumah siswa
Waktu
: 13.00 WIB- selesai
Responden/Kode
: Zainul Amin/ZA
Usia
: 13 Tahun
Alamat
: Dukuh Randusari
1. Menurut kamu, bagaimana kondisi kecerdasan emosional siswa SMP
Negeri 1 Karanggede?
Jawab: kalau menurut saya sudah baik
2. Bagaimana karakter guru PAI yang mengajar di kelasmu ?
Jawab: baik, ramah dan tidak galak
3. Metode apa yang digunakan guru PAI ketika mengajar di kelasmu?
Jawab: penugasan, ceramah, dan tanya jawab
4. Apakah kamu senang dengan cara mengajar bapak/ibu guru PAI pada saat
pembelajaran? Berilah alasanmu.
Jawab: senang, karena cara mengajarnya diselipi cerita dan tidak tegang
5. Bagaimana sikapmu saat pembelajaran berlangsung jika tidak menyukai
cara guru mengajar?
Jawab: mengajak cerita teman sebangku
6. Apakah kamu pernah mengemukakan perasaanmu ketika pembelajaran
berlangsung?
Jawab: tidak pernah
7. Apakah kamu dapat menyerap nilai-nilai/pesan-pesan moral melalui
materi yang disampaikan oleh guru?
Jawab: iya bisa mbak kadang-kadang.
8. Menurut kamu bagaimana kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung?
Jawab: tenang dan memperhatikan.
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
Download