1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun peradaban dan memajukan suatu negara. Salah satu aset SDM yang memainkan peranan penting dalam menentukan maju atau mundurnya suatu bangsa adalah kaum remaja yang besarnya mencapai 26,8 persen atau sekitar 63 juta jiwa penduduk Indonesia (BPS 2010). Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada tahap ini remaja berada pada kehidupan yang penuh gejolak, perubahan, dan penyesuaian dalam rangka mencari identitas diri. Masa remaja juga seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal ini disebabkan karena remaja banyak mengalami perubahan-perubahan baik pada fisik, psikis, dan sosial. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi, remaja juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dengan tugas pada masa kanak-kanak. Apabila remaja mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagian, serta akan menentukan keberhasilan remaja dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Namun jika remaja gagal untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan tersebut, maka perilakuperilaku menyimpang akan dilakukan oleh para remaja seperti yang saat ini sudah banyak terjadi (Atkinson dan Atkinson 1987). Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja merupakan dampak dari adanya perlakuan yang kurang hangat dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Orang tua sebagai tokoh kunci dalam mendidik remaja, memiliki peranan yang sangat besar, terutama ibu. Ibu merupakan salah satu unsur terpenting bagi terbentuknya sebuah generasi dan pendidik pertama bagi anak. Hal ini dikarenakan ibu adalah orang yang paling dekat dan kuat hubungannya dengan anak. Peran ibu sangat vital untuk perkembangan anaknya, karena ibu merupakan model yang mudah ditiru, dan juga ibu merupakan sumber informasi, konsultan serta pendidik yang memberikan pengarahan, dorongan dan pertimbangan dalam rangka membentuk perilaku anak (Gunarsa dan Gunarsa 2008). 2 Peran ibu saat ini menjadi amat berat dalam mengawasi penggunaan teknologi anaknya. Pada abad 21 ini segala informasi dan teknologi baik dari televisi, internet, dan handphone bisa dengan mudah didapat. Kemudahan dalam mengakses informasi ini membuat anak bisa mengakses berbagai informasi baik yang positif maupun negatif. Jika tidak terawasi, ada kemungkinan anak akan mengakses informasi yang seharusnya belum boleh dilihat seperti kekerasan dan seksualitas. Karakteristik remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dapat membuat remaja mencoba hal-hal yang sebenarnya tidak boleh. Akibatnya, terjadilah berbagai kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Ibu sebagai pengasuh utama memiliki gaya tersendiri dalam mendidik remajanya. Menurut Baumrind (1991), gaya pengasuhan orang tua terhadap remajanya dibagi tiga yaitu otoriter, demokratis, dan permisif. Anak remaja merupakan anak yang sudah bisa mandiri namun masih perlu bimbingan dari ibunya. Untuk itu, gaya pengasuhan demokratis sangat cocok untuk mendidik anak remaja, sebab gaya pengasuhan ini memberikan kebebasan pada remaja untuk dapat mandiri, namun masih diberi aturan yang telah disepakati bersama. Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan demokratis cenderung akan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Selain itu, anak juga akan lebih sadar untuk mematuhi aturan yang berlaku. Gaya pengasuhan yang ideal menggunakan pendekatan diskusi dalam setiap tindakan pengasuhan. Ini menunjukkan bahwa dalam pengasuhan yang baik terdapat hubungan komunikasi yang baik pula baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak. Dengan adanya komunikasi dua arah ini, remaja akan terbiasa untuk berani mengungkapkan halhal yang dirasakannya (Gunarsa dan Gunarsa 2008). Hasil dari interaksi yang terjalin antara ibu dan remaja akan menimbulkan kelekatan atau ikatan emosi diantara keduanya. Kelekatan yang terjalin antara ibu dan remaja, sebenarnya merupakan hasil dari kelekatan antara ibu dan anak ketika masih bayi. Menurut Santrock (2003), kelekatan yang aman antara remaja dan orang tua dapat membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Selain itu, kelekatan antara ibu dan anak akan mempengaruhi masa depan anak dalam menciptakan rasa aman dan membentuk dasar yang kuat bagi kesehatan mental yang positif. 3 Kelekatan yang sudah terjalin diantara ibu dan anak merupakan salah satu syarat tercapainya kepuasan hidup pada diri anak. Kepuasan hidup yang terbentuk pada diri anak merupakan modal penting untuk proses berlangsungnya kehidupan anak di masa depan, sebab cara anak untuk bisa beradaptasi serta berkorban demi orang lain tergantung kepuasan hidup yang dirasakannya (Antaramian et all 2008). Perumusan Masalah Remaja merupakan individu yang berusia 12-18 tahun berdasarkan Hurlock (1980). Masa ini merupakan masa yang penuh dengan kesempatan untuk dapat berkembang mempersiapkan masa dewasa yang cemerlang, namun disisi lain masa ini merupakan masa penuh tantangan karena semua perubahan baik secara fisik maupun psikis terjadi. Kebingungan pun kerap kali timbul dalam benak remaja mengenai statusnya yang masih berada di pertengahan. Remaja dianggap sudah besar, namun belum diberikan kebebasan sepenuhnya seperti orang dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi, sehingga remaja masih memerlukan bimbingan dan arahan dari orang tuanya, terutama ibu untuk dapat melewati masa remajanya dengan baik. Jika remaja tidak mendapatkan pengarahan dengan baik maka akan timbul berbagai kenakalan seperti yang telah sering terjadi saat ini. Beragam kenakalan remaja ini mendorong para ibu untuk lebih cerdas dalam mendidik anak. Hasil observasi yang dilakukan oleh Iyus (2010) pada anak SMP yang bermasalah, diketahui bahwa seluruh responden mengaku pernah berbohong dan pergi ke luar rumah tanpa pamit. Hampir seluruh responen (>75%) sering meminum minuman keras, begadang, dan keluyuran. Lebih dari separuh responden sering berkelahi, mengendarai motor tanpa SIM, berkebut-kebutan di jalan dan menggunakan narkoba. Kenakalan yang terjadi pada remaja merupakan ekspresi dari ketidakpuasan cara pengasuhan, cara berkomunikasi dan kelekatan yang terjalin antara orang tua dengan remaja. Ketidakpuasan ini berawal dari adanya komunikasi yang kurang harmonis antara orang tua dan remaja kemudian berujung pada kerengangan hubungan diantara keduanya. Terlebih lagi pada masa remaja, ketertarikan hubungan remaja dengan orang tua cenderung semakin kecil dibandingkan dengan teman sebayanya (Wood 2007), sehingga remaja lebih senang menceritakan segala hal mengenai dirinya pada teman sebayanya. Oleh karena itu penting bagi orang tua menjaga kelekatan dengan 4 anaknya sedari kecil agar orang tua tetap dapat mengontrol anaknya dengan baik sehingga tidak terjerumus pada kenakalan-kenakalan remaja. Penelitian Puspitawati (2009), mengenai kenakalan remaja menyatakan bahwa kontribusi peran pengasuhan yang dilakukan oleh ibu mempunyai keistimewaan yang lebih besar dibandingkan dengan ayah, sebab dalam proses pengasuhan biasanya interaksi antara ibu dan remaja dalam berkomunikasi lebih sering terjadi, sehingga kelekatan yang terjalin diantara keduanya lebih besar. Hal ini terbukti bahwa pengasuhan ibu mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mencegah anaknya dari tindakan kenakalan, baik tipe kenakalan umum maupun kenakalan kriminal. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gaya pengasuhan, pola komunikasi, kelekatan, dan hubungannya dengan kepuasan remaja. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gaya pengasuhan ibu terhadap remaja? 2. Bagaimana pola komunikasi antara ibu dan remaja menurut persepsi remaja dan ibu? 3. Bagaimana kelekatan yang terjalin antara ibu dan remaja? 4. Bagaimana kepuasan hubungan remaja terhadap ibunya? 5. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan tipe komunikasi? 6. Bagaimana hubungan antara karakteristik ibu, gaya pengasuhan, tipe komunikasi dan kelekatan dengan kepuasan remaja? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui gaya pengasuhan, pola komunikasi, kelekatan, dan hubungannya dengan kepuasan remaja. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi gaya pengasuhan ibu terhadap remaja. 2. Mengidentifikasi pola komunikasi remaja dan ibu yang terdiri dari tipe dan alokasi waktu komunikasi menurut persepsi remaja dan ibu. 3. Mengidentifikasi kelekatan remaja terhadap ibunya. 5 4. Mengidentifikasi kepuasan remaja terhadap ibunya. 5. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan tipe komunikasi. 6. Menganalisis hubungan antara karakteristik ibu, gaya pengasuhan, tipe komunikasi dan kelekatan dengan kepuasan remaja. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana berlatih untuk meningkatkan kualitas diri dan pengalaman dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan ilmu yang peneliti kuasai. 2. Bagi para ibu dan anak, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan interaksi yang baik antara ibu dan anak untuk mencapai kepuasan dalam berinteraksi. 3. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan untuk penelitian selanjutnya.