hubungan antara konformitas dengan gaya hidup

advertisement
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN GAYA
HIDUP KOMUNITAS PUNK DI KOTA PADANG
PANJANG
Rina Mariana, Afifah Mardhiyah
Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara Konformitas dengan
Gaya Hidup pada komunitas punk di kota Padang Panjang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
anggota komunitas punk di kota Padang Panjang yang berjumlah 30 orang. Adapun subjek penelitian ini
menggunakan teknik Sampling Jenuh dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.
Hasil uji coba menunjukkan koefisien validitas pada skala konformitas bergerak dari 0,322
sampai dengan 0,758 dan gaya hidup bergerak dari 0,365 sampai dengan 0,776, sedangkan koefisien
reliabilitasnya sebesar 0,922 dan 0,923. Hasil uji hipotesis menunjukkan besarnya koefisien korelasi
sebesar r = -0,339 dengan taraf signifikansi p = 0,033 artinya terdapat hubungan yang berarah negatif
antara konformitas dengan gaya hidup pada komunitas punk di kota Padang Panjang. Nilai negatif
menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas maka semakin rendah gaya hidup, begitu sebaliknya
semkain rendah konformitas makan semakin tinggi gaya hidup komunitas punk di kota Padang Panjang.
Adapun sumbangan efektif dari variabel konformitas terhadap gaya hidup sebesar 11%. hal ini
dapat diartikan bahwa konformitas mampu memberikan kontribusi positif terhadap gaya hidup sebesar
11% sedangkan 89% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
gaya hidup adalah yang berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi
sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Adapun faktor
eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan (Amstrong dalam Rianton,
2013).
Kata Kunci : Konformitas, Gaya Hidup, Punk.
1. PENDAHULUAN
Globalisasi telah memberikan peluang masuknya budaya dari satu negara ke negara lainnya.
Maraknya media massa asing yang masuk ke berbagai kawasan dunia sangatlah berpengaruh pada
tingginya volume penyebaran budaya antar bangsa. Tomlinson (dalam Akbar, 2011) menegaskan bahwa
arus budaya global dikendalikan oleh perusahaan media internasional yang memanfaatkan berbagai
teknologi komunikasi baru untuk membentuk masyarakat dan identitas. Ketika citra dan gagasan semakin
mudah dan cepat dialirkan dari satu tempat ke tempat lainnya, maka akan berdampak besar pada cara
orang menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Budaya menjadi tidak lagi berkaitan dengan lokalitas
yang tetap seperti kota atau negara, tapi mendapat makna baru yang mencerminkan tema dominan yang
muncul dalam konteks global.
Melalui teknologi canggih yang dikendalikan oleh perusahaan media internasional, berkomunikasi
dengan orang-orang di luar negeri untuk mendapatkan informasi menjadi begitu mudah. Inilah yang
dinamakan globalisasi atau dunia tanpa batas, sehingga cakrawala berpikir manusia semakin mengglobal
mengenai informasi, budaya dan perkembangan musik. Keadaan ini tentunya juga mengakibatkan
berbagai aliran kebudayaan dari luar dapat dengan mudah masuk ke dalam suatu negara termasuk
Indonesia. Dampaknya adalah muncul berbagai kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok sosial yang didasari oleh adanya persamaan tujuan, ideologi dan perasaan senasib
dari masing-masing individunya. Salah satu kelompok sosial yang muncul karena dilatarbelakangi oleh
globalisasi ini adalah komunitas sosial remaja yang disebut dengan Komunitas Punk (Akbar, 2011).
Menurut Ronaldo (dalam Marbun, 2012) kata punk berasal dari sebuah kepanjangan public united
not kingdom. Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London-Inggris di pertengahan tahun 1970 yang
dulunya adalah sebuah gerakan untuk menentang para elit politik yang berkuasa di Inggris pada saat itu.
121
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa
berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Komunitas punk adalah sekumpulan individu yang memiliki kesamaan kepentingan dan kegemaran,
dalam hal ini berupa genre musik dan ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik dengan
konsep Do it Yourself (D.I.Y) yang saling peduli dan perhatian, saling berinteraksi secara terus-menerus,
serta menitikberatkan pada nilai-nilai persahabatan (unite) (Megawati, 2014).
Komunitas punk di Indonesia tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dan tidak terkecuali di
Sumatera Barat, khususnya kota Padang Panjang dengan image Kota Serambi Mekkah. Kota Padang
Panjang merupakan pintu masuk dan keluar jalur perdagangan dari sebelah barat dengan pelabuhan di
Tiku Pariaman, dimana para pedagangnya telah menggunakan cara-cara Islam, dan kota Padang Panjang
sudah menjadi tempat yang paling strategis untuk pengembangan agama Islam di Minangkabau, ditambah
dengan banyaknya pesantren yang terdapat di kota ini (dalam https://bustaminarda.wordpress.com/.
Padang. 01/10/16).
Penilaian, dukungan dan respon positif maupun negatif terhadap anak punk dari lingkungan fisik dan
sosial akan memunculkan pengalaman-pengalaman, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan
yang akan diinterpretasi dan diinternalisasi dalam diri seseorang. Tentunya faktor-faktor tersebut tidak
secara independen mengembangkan gaya hidup melainkan melalui pengamatan dan interpretasi terhadap
keduanya, yang kemudian berujung pada proses pembentukan gaya hidup (Alwisol, 2009).
Adler (dalam Alwisol, 2009) menjelaskan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang
dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana
dia berada. Semua orang berpotensi untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan gaya hidupnya, artinya
setiap orang memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak
mewarnai usaha superiornya dengan minat sosial, setiap orang melakukannya dengan gaya hidup yang
berbeda-beda.
Menurut Engel dkk (dalam Setiawan, 2013) “Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang
hidup dan menghabiskan waktu serta uang”. Hal itu meliputi bagaimana seseorang menggunakan atau
memanfaatkan waktunya serta uangnya dalam kehidupan sehari-hari.
Maghfiroh (dalam Megawati, 2014) Penampilan anggota komunitas punk menciptakan sebuah
stigma yang berkembang di masyarakat bahwa mereka seringkali melakukan hal-hal negatif dan beresiko
tinggi yang dapat meresahkan masyarakat. Misalnya saja mengkonsumsi minuman beralkohol, menjadi
pecandu narkoba, pelaku seks bebas, melakukan tindakan kriminal seperti perampasan, perampokan,
pembunuhan, pemberontakan, pemukulan, melakukan perusakan terhadap sarana umum, dan
menyebabkan kekacauan di jalanan.
Kesamaan identitas, kesamaan kebutuhan akan kebebasan, kecenderungan untuk bergaya hidup,
berpenampilan, dan berperilaku yang sama antara anggota komunitas punk satu dengan lainnya
menunjukkan adanya konformitas dalam komunitas punk.
Sarwono (2005) menjabarkan konformitas sebagai bentuk perilaku sama dengan orang lain yang
didorong oleh keinginan sendiri. Adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau
kenyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang
dibayangkan saja. Dasar utama dari konformitas adalah ketika individu melakukan aktivitas dimana
terdapat tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan
tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang. Kecenderungan untuk melakukan konformitas tidak
selalu berarti hanya mengikuti pada hal-hal yang positif saja.
Fenomena dapat terjadi dimana saja tidak terkecuali di dalam sebuah kota dengan kota serambi
mekkah. Pada penelitian ini fenomena yang terjadi adalah adanya sekumpulan komunitas punk dengan
penampilan yang berbeda dari masyarakat Kota Padang Panjang pada umumnya. Individu kadang
memilih kebutuhan untuk menjadi unik, tampil beda dari orang lain, dan memiliki keinginan untuk
mempertahankan kontrol terhadap hidupnya, komunitas punk misalnya, adalah mereka yang mencoba
mempertahankan kontrol terhadap dirinya dari lingkungan yang dirasa tidak aman (secure) dan tidak
selalu menerima mereka. Dengan berpakaian dan berpenampilan berbeda dari kebanyakan orang, mereka
berusaha tampil beda dari norma sosial (Baron dkk dalam Sarwono dan Meinarno, 2009).
Berdasarkan wawancara awal tanggal 16 September 2016 dengan subjek W berusia 25 tahun yang
merupakan salah satu anggota komunitas punk di kota Padang Panjang mengatakan bahwa beberapa
kegiatan mereka seperti ngamen, mentatto, dan sebagai tukang parkir. Menurut A berusia 21 tahun
mereka banyak menghabiskan waktu berkumpul dengan komunitas yang biasanya bertempat di kawasan
kampung Cina dan pasar kota Padang Panjang. Sedangkan B mengatakan bahwa B ingin mencari
kebebasan, dan merasa mempunyai kesamaan dengan kelompoknya, dan ngamen adalah hobinya untuk
mencari uang salah satunya untuk membiayai uang kuliahnya, B berkuliah di salah satu universitas di
122
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
kota Padang Panjang dan tidak lagi menerima biaya dari orang tuanya, jadi B bergabung dengan
komunitas punk dengan rangkaian aktivitas yang dijalaninya.
Mengenai aktivitas, sebagian dari mereka memiliki pekerjaan seperti menjadi tukang parkir, tukang
sablon, mentatto, dan pengamen. Mereka berkumpul-kumpul sambil melakukan aktifitas mengamen
dengan menggunakan ukulele, ketipung (gendang yang terbuat dari bahan dasar paralon dan karet) dan
alat-alat musik lainnya (Akbar, 2011).
Biasanya ciri khas mereka terlihat dari busana yang digunakan, seperti sepatu boots, potongan
rambut mohawk ala suku Indian dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, memakai rantai, jaket
kulit, banyak tindikan di telinga, celana jeans ketat dan kaos yang lusuh yang mayoritas berwarna hitam.
(Setiawan, 2013).
Salah satu anak punk berinisial B mengatakan bahwa mereka memang mayoritas menggunakan kaos
lusuh berwarna hitam, karena mencerminkan kebersamaan dan keseragaman sesama komunitas punk dan
sebagai bentuk solidaritas. Biasanya mereka akan menggunakan kaos tersebut berhari-hari ketika sedang
keluar kota dalam waktu lama dan hanya membawa dua atau tiga helai pakaian saja. Kalau hanya di
dalam kota, itu tergantung individunya masing-masing mereka memilih bersih atau tidak, kalau B sendiri
mengatakan bahwa ia mengganti bajunya setiap hari walaupun seringnya memang berwarna hitam.
Menariknya adalah fenomena ini terjadi di kota yang dikenal dengan sebutan kota serambi Mekkah.
2. TINJAUAN LITERATUR
2.1 Gaya Hidup
Adler (dalam Alwisol, 2009) menjelaskan gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam
berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia
berada. Semua orang berpotensi untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan gaya hidupnya, artinya
setiap orang memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak
mewarnai usaha superiornya dengan minat sosial, setiap orang melakukannya dengan gaya hidup yang
berbeda-beda.
Menurut Engel dkk (dalam Setiawan, 2013) gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang
hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Hal itu meliputi bagaimana seseorang menggunakan atau
memanfaatkan waktu serta uangnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Engel dkk (dalam Setiawan, 2013) membagi aspek-aspek gaya hidup sebagai berikut :
a. Kegiatan (activities) yaitu tindakan nyata yang dilakukan seseorang. Kegiatan ini meliputi
kerja, rutinitas sehari-hari, olahraga, dan lain-lain.
b. Minat (interest) adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus
menerus. Minat meliputi keluarga, pekerjaan, komunitas, pola makan, penampilan, lawan jenis
dan sebagainya.
c. Pendapat (opinion) merupakan jawaban lisan atau tertulis yang individu berikan sebagai
respons terhadap situasi stimulus dimana semacam pertanyaan diajukan. Pendapat digunakan
untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi seperti kepercayaan mengenai maksud
orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa yang akan datang dan pertimbangan
konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif.
d. Demografi meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa aspek-aspek
gaya hidup yang meliputi kegiatan, minat, pendapat, dan demografi.
Amstrong (dalam Putra, 2014) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal
dari luar (eksternal).
Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan
persepsi dengan penjelasannya sebagai berikut:
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan
tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi
secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,
kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b. Pengalaman dan pengamatan
123
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat
diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan
dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk
pandangan terhadap suatu objek.
c. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan
perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah
menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep
diri konsumen dengan image mereka. Bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan
menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri
merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan
terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap
kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup.
f. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Amstrong (dalam Putra, 2014) sebagai berikut:
a. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh
langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling
berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok
dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh
tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
b. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku
individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak
langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah
masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang
itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem
sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan
sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak- haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja
maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.
Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
menjalankan suatu peranan.
d. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kebiasaan- kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan
terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciriciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan
pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok
referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
2.2 Konformitas
Menurut Sears dkk (dalam Taylor dkk, 2009) konformitas adalah suatu bentuk tingkah laku
menyesuaikan diri dengan tingkah laku orang lain, sehingga menjadi kurang lebih sama atau identik guna
124
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
mencapai tujuan tertentu, bila individu dihadapkan pada pendapat yang telah disepakati oleh anggotaanggota lainnya, tekanan dari pihak mayoritas akan mampu menimbulkan konformitas.
Sarwono (2005) menjabarkan konformitas sebagai bentuk perilaku sama dengan orang lain yang
didorong oleh keinginan sendiri. Adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau
keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang
dibayangkan saja.
Menurut Chaplin (2011) konformitas adalah kecenderungan untuk memperbolehkan suatu tingkah
laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Ciri pembawaan kepribadian yang
cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya.
Taylor dkk (2009) mengatakan bahwa konformitas adalah secara sukarela melakukan tindakan
karena orang lain juga melakukannya. Menurut Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor dkk, 2009)
konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan
perilaku orang lain.
Taylor, dkk (dalam Rachmawati, 2013) membagi aspek konformitas menjadi lima, yaitu:
a. Peniruan
Keinginan individu untuk sama dengan orang lain baik secara terbuka atau ada tekanan (nyata
atau dibayangkan) menyebabkan konformitas.
b. Penyesuaian
Keinginan individu untuk dapat diterima orang lain menyebabkan individu bersikap
konformitas terhadap orang lain. Individu biasanya melakukan penyesuaian pada norma yang
ada pada kelompok.
c. Kepercayaan
Semakin besar keyakian individu pada informasi yang benar dari orang lain semakin
meningkat ketepatan informasi yang memilih conform terhadap orang lain.
d. Kesepakatan
Sesuatu yang sudah menjadi keputusan bersama menjadikan kekuatan sosial yang mampu
menimbulkan konformitas.
e. Ketaatan
Respon yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan atau ketertundukan individu atas otoritas
tertentu, sehingga otoritas dapat membuat orang menjadi conform terhadap hal-hal yang
disampaikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek konformitas, yaitu: peniruan,
penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, ketaatan, kerelaan dan perubahan. Menurut Baron dkk (dalam
Sarwono dan Meinarno, 2009) mengungkapkan ada tiga faktor yang mempengaruhi individu untuk
conform diantaranya,
a. Kohesivitas kelompok
Kohesivitas adalah sejauh mana ketertarikan pada kelompok sosial tertentu dan ingin menjadi
bagian darinya.
b. Besar kelompok
Semakin menarik suatu kelompok, maka semakin besar kemungkinan orang untuk melakukan
konformitas terhadap norma-norma dalam kelompok tersebut. Begitu juga dengan ukuran
kelompok. Semakin besar ukuran kelompok, berarti semakin banyak orang yang berperilaku
dengan cara-cara tertentu, sehingga semakin banyak yang mau mengikutinya.
c. Tipe dari norma sosial
Norma yang bersifat injunctive cenderung diabaikan, sementara yang deskriptif cenderung
diikuti.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas
menurut Baron dkk (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) adalah kovesivitas kelompok, besar kelompok,
dan tipe dari norma sosial.
3. METODOLOGI
Metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Adapun variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Dependent: Gaya Hidup
125
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
Variabel Independen: Konformitas
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014).
Populasi sebagai kelompok subjek harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama
yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Semakin sedikit karakteristik populasi yang
diidentifikasikan, maka populasi akan semakin heterogen dikarenakan berbagai ciri subjek akan terdapat
dalam populasi. Sebaliknya, semakin banyak ciri subjek yang disyaratkan sebagai populasi, yaitu semakin
spesifik karakteristik populasinya, maka populasi itu akan semakin homogen. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh anggota komunitas punk di Kota Padang Panjang yaitu sebanyak 30 orang.
Sampel adalah sebagian dari populasi. Oleh karena itu, sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki
oleh populasinya. Suatu sampel merupakan representasi yang baik bagi populasinya sangat tergantung
pada sejauh mana karakteristik sampel sama dengan karakteristik populasinya (Azwar, 2016).
Menurut Sugiyono (2014), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Apabila subyeknya kurang dari 100 orang, lebih
baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014). Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh anggota yang tergabung dalam komunitas punk di Kota Padang Panjang
yang berjumlah 30 orang.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau alat ukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Sugiyono,
2014).Kesepakatan umum menyatakan bahwa koefisien validitas pada tiap item dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS (Statistical Programme for Social Science)
versi 21.0.
Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity) dan validitas kontruksi
teoritis untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu alat ukur. Setelah dilakukan penentuan item-item
skala penelitian, selanjutnya dilakukan uji validitas butir dengan jalan mengkorelasi skor item dengan
total, sehingga item-item penelitian layak dijadikan alat ukur penelitian (Sugiyono, 2014).
Pengukuran validitas konstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik korelasi product moment dengan bantuan program IBM SPSS versi 21.0 for windows. Peneliti
menentukan item valid atau tidaknya alat ukur menggunakan kriteria r xy
0,3 (Azwar, 2016). Data skala
dikatakan valid jika koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,3 (r xy
0,3) dan sebaliknya item
skala dikatakan gugur jika koefisien korelasi lebih kecil dari 0,3 (r xy
0,3).
Reliabilitas yaitu konsistensi atau ketepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan
pengukuran (Azwar, 2016). Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai 1,00. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas maka semakin tinggi reliabilitas hasil pengukuran sebaliknya jika koefisien
reliabilitas semakin rendah dengan mendekati angka 0 maka akan semakin rendah pula reliabilitas hasil
pengukuran (Azwar, 2016). Ataupun perhitungan reliabilitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan
pengujian koefisien reliabilitas Alpha cronbach dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistics 21.0.
Skala dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment
Pearsons dengan bantuan program IBM SPSS versi 21.0 for windows, yang merupakan salah satu teknik
untuk mencari derajat keeratan atau keterkaitan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas
(Azwar, 2012).
4. Hasil dan Diskusi
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik product moment
dan Alpha Cronbach. Variabel konformitas koefisien validitas ditetapkan sebesar 0,30 sehingga diperoleh
hasil dari jumlah aitem awal 50 peryataan, gugur 12 aitem sehingga jumlah aitem yang valid dan reliabel
adalah 38 pernyataan, dengan nilai corrected item-total correlation berkisar antara 0,322 sampai dengan
0,758 dan variabel gaya hidup dengan koefisien validitas ditetapkan sebesar 0,30 sehingga diperoleh hasil
126
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
dari jumlah aitem awal 40 pertanyaan, gugur 14 aitem sehingga jumlah aitem yang valid dan reliabel
adalah 26 pernyataan, dengan nilai corrected item-total correlation berkisar antara 0,365 sampai dengan
0,776. Reliabilitas skala Konformitas dan Gaya hidup pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
Alpha Cronbach. Setelah melalui proses penghitungan hasil try out, maka pada skala Konformitas dan
Gaya hidup diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,922 dan 0,923. Pada penelitian ini sebelum
melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dengan menggunakan uji normalitas dan uji
linearitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini sudah terdistribusi
sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi.
Uji Normalitas
Tabel 1: Uji Normalitas Skala Konformitas dan Gaya hidup
Variabel
N
KSZ
P
Konformitas
30
0,733
0,091
Gaya hidup
30
0,731
0,088
Sebaran
Normal
Normal
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka dperoleh nilai signifikansi pada skala sebesar p = 0,091 dengan
KSZ = 0,733 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p>0,05, artinya sebaran skala konformitas
terdistribusi secara normal, sedangkan untuk gaya hidup diperoleh nilai signifikansi sebesar p= 0,088
dengan KSZ = 0,731 , hasil tersebut menunjukan bahwa nilai p>0,05, artinya sebaran terdistribusi secara
normal
Uji Linieritas
N
30
Tabel 2: Uji Linieritas Skala Konformitas dan Gaya hidup
Df
Mean Square
F
Sig
1
1149,635
5,885
0,036
Berdasarkan tabel 2 di atas, diperoleh nilai F= 5,885 dengan signifikansi sebesar p = 0,036 (p<0,05),
artinya varians pada skala konformitas dengan gaya hidup tergolong linier.
Uji Hipotesis
Tabel 3: Hasil Uji Korelasi Antara Skala Konformitas dan Gaya hidup
P
(α)
0,033
0.05
Nilai
Korelasi
(r)
-0,339
R
square
Kesimpulan
0,115
0,033< 0,05 level of
significant (α),
berarti hipotesis
diterima.
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh koefisien korelasi antara variabel konformitas dengan
gaya hidup komunitas punk yaitu sebesar r = -0,339 dengan taraf signifikansi p = 0,033. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi yang berarah negatif atau tidak searah antara kedua variabel tersebut, yang
artinya jika konformitas rendah, maka gaya hidup pada anggota komunitas punk akan tinggi, dan
sebaliknya jika konformitas tinggi, maka gaya hidup pada anggota komunitas punk akan rendah.
Hal ini diperkuat dengan hasil uji signifikansi dengan bantuan IBM SPSS versi 21.0, dimana sesuai
dengan pernyataan Putra (2016) jika didapatkan p = 0,033 < 0,05 level of significant (α) maka hipotesis
diterima, yang berarti terdapat hubungan yang berarah negatif antara konformitas dengan gaya hidup
komunitas punk di kota Padang Panjang.
Berikut tabel deskriptif statisitik dari variabel Konformitas dan Gaya hidup berdasarkan mean
empirik.
127
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
Variabel
Konformitas
Gaya hidup
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
Tabel 4: Descriptive Statistic Skala Konformitas dan Gaya hidup
N
Mean
Std.Deviation
Minimum
30
95,53
18,573
54
30
68,03
12,375
41
Maximum
123
91
Berdasarkan nilai mean empirik, maka dapat dilakukan pengelompokkan yang mengacu pada
kriteria pengkategorisasian dengan tujuan menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012).
Kategorisasi subjek berdasarkan variabel konformitas dan gaya hidup yaitu terdapat enam orang
(20%) anggota komunitas punk memiliki konformitas yang rendah, 19 orang (63%) anggota komunitas
punk memiliki konformitas yang sedang dan lima orang (17%) anggota komunitas punk memiliki
konformitas yang tinggi.
Sementara itu ada lima orang (17%) anggota komunitas punk memiliki gaya hidup yang rendah, 22
orang (73%) anggota komunitas punk memiliki gaya hidup yang sedang dan tiga orang (10%) anggota
komunitas punk memiliki gaya hidup yang tinggi.
Adapun sumbangan efektif dari variabel konformitas terhadap gaya hidup sebesar 11%. hal ini dapat
diartikan bahwa konformitas mampu memberikan kontribusi positif terhadap gaya hidup sebesar 11%
sedangkan 89% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor lain yang dapat mempengaruhi gaya
hidup adalah yang berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap,
pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Adapun faktor eksternal
meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan (Amstrong dalam Rianton, 2013).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik
kesimpulan yang sekaligus merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Terdapat hubungan yang signifikan
antara konformitas dangan gaya hidup pada komunitas punk di kota Padang Panjang dengan arah negatif,
yaitu semakin tinggi konformitas yang dimiliki anggota komunitas punk, maka gaya hidup nya akan
semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah konformitas yang dimiliki anggota komunitas
punk, maka gaya hidup nya akan semakin tinggi. Adapun sumbangan efektif dari variabel konformitas
terhadap gaya hidup sebesar 11%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mencoba memberikan beberapa
saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan yang dapat bermanfaat, diantaranya:
1.
2.
Bagi Subjek Penelitian
Disarankan kepada anggota komunitas punk dapat lebih menyesuaikan gaya hidup dengan
masyarakat kota Padang Panjang pada umumnya dan lebih membatasi diri dalam menjalani gaya
hidup yang cenderung bebas dengan cara lebih berbaur dengan masyarakat, misalnya aktif di
organisasi masyarakat seperti Karang Taruna dan ikut berpartisipasi mengikuti kegiatan keagamaan
di kota Padang Panjang. Anggota komunitas punk disarankan untuk berperan aktif dan positif dalam
menjalani kehidupan sehari-hari di kota Padang Panjang, sehingga menjadi sosok yang mampu
mewujudkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat luas dan keluarga yang peduli terhadap
lingkungan sosial, hal itu akan mengurangi stigma-stigma negatif pada masyarakat yang merugikan
anggota komunitas punk itu sendiri.
Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dan berminat dengan permasalahan yang sama dengan
penelitian ini disarankan dapat mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti variabel konsep
diri, tipe kepribadian big five, perilaku agresi, dan motivasi.
128
Jurnal PSYCHE 165 Fakultas Psikologi, Vol. 10, No. 2, Juli 2017, Hal. 121-129
Copyright©2017 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN: 2088-5326 e-ISSN : 2502-8766
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Jhoni. 2011. Keberadaan Komunitas Punk Di Bukittinggi. Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM Press
Azwar, Saifuddin. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2016. Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplin, J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Marbun, F. B. 2012. Tanggapan Masyarakat Terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kota Medan.
Skripsi Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
Megawati, Nia. 2014. Hubungan Antara Konformitas dengan Perilaku Agresi Pada Komunitas Punk Di
Kota Malang. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Putra, Ramdani Bayu. 2016. Modul Pelatihan SPSS. Fakultas Ekonomi-Manajemen Universitas Putra
Indonesia YPTK Padang.
Putra, Hengki Rama. 2014. Gaya Hidup dan Ideologi Seorang Guru yang Berjiwa Punk. Skripsi. Fakultas
Psikologi Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang.
Putri, Oksil Syaf. 2011. Hubungan Antara Efek Media Massa Dengan Kecemasan CTKI Yang Akan
Berangkat ke Malaysia di PT. Okdo Harapan Mulia. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Putra
Indonesia “YPTK” Padang.
Rachmawati, Fema. 2013. Hubungan Kematangan Emosi dengan Konformitas Pada Remaja. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Rianton. 2013. Hubungan antara Konformitas Kelompok Teman Sebaya dengan Gaya Hidup Hedonis
pada Mahasiswa Kab. Dhamasraya di Yogyakarta. Jurnal Fakultas Psikologi, Vol. 2. No. 1.
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito W dan Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai
Pustaka
Setiawan, Didit. 2013. Gaya Hidup Punklunk (Studi Kasus Pada Komunitas Punklung Di Cicalengka,
Bandung). Skripsi. Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Taylor, S.E., Peplau, L.A & Sears, D.O. 2009. Psikologi Sosial Edisi XII. Jakarta: Kencana.
https://bustaminarda.wordpress.com/2008/09/06/Menguak-Misteri-Padang-Panjang-Kota-SerambiMekah/ Padang. Diakses 8 Juni 2016.
129
Download