kesehatan - ReliefWeb

advertisement
HEALTH
MESSENGER
PEMBAWA PESAN
KESEHATAN
Air, Higiene dan Sanitasi
WATER, HYGIENE AND SANITATION
Dermatitis Kontak/Contact Dermatitis — Diare/Diarrhea — Kolera/Cholera
Promosi kebersihan/Hygiene promotion — Demam tipus/Typhoid fever
Manajemen limbah medis/Medical waste management
Kebersihan kewanitaan/Feminine hygiene
MAJALAH KESEHATAN UNTUK PEKERJA KESEHATAN INDONESIA DIPUBLIKASIKAN OLEH AIDE MÉDICALE INTERNATIONALE
THE HEALTH MAGAZINE FOR INDONESIAN HEALTH WORKERS PUBLISHED BY AIDE MÉDICALE INTERNATIONALE
EDISI
JUNE
11 ISSUE
2009 JUNI
HM TEAMTIM P2K
Manager Publikasi/ Publication Manager
Chloé Forette
CONTENTSDAFTAR ISI
1
EDITORIAL EDITORIAL
2
BERITA NEWS
Hari Kesehatan Dunia World Health Day
Aceh bebas dari Malaria pada tahun 2015 Aceh free from
Malaria by 2015
Flu Babi Swine Influenza
Hari Perawat Internasional International Nurse Day
5
PERISTIWA EVENTS
Acara Pembukaan PIDA The Opening Ceremony of PIDA
7
LEBIH DEKAT ZOOM
Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat
Community-Based Water Supply and Environmental Sanitation
Eumpang Breuh
13
LAPORAN KHUSUS SPECIAL REPORT
Air, Higiene Dan Sanitasi Water, Hygiene and Sanitation
Ikonografi/ Iconography
Tim P2K/HM Team
14
PENGANTAR INTRODUCTION
Pengembangan Sarana Air Bersih dan Sanitasi
Development of Water and Sanitation Facilities
Tata Letak/ Layout
Chloé Forette
15
DI TANAH AIR KITA IN OUR COUNTRY
Indonesia Sehat 2010 Healthy Indonesia 2010
16
DARI LAPANGAN FROM THE FIELD
Wawancara Yopie Pangkey Interview Yopie Pangkey
21
KESEHATAN MASYARAKAT PUBLIC HEALTH
Membangun Air, Sanitasi, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di
Aceh Building Water, Sanitation, Hygiene and Healthy Lifestyle
in Aceh
Air Dan Sanitasi: Suatu Joint Venture Water and Sanitation: A
Joint Venture
27
KESEHATAN UMUM GENERAL HEALTH
Dermatitis Kontak Contact Dermatitis
Penyakit Yang Berkaitan Dengan Air Water Related Diseases
Program Manajemen Limbah Medis
Medical Waste Management Program
42
IBU & ANAK MOTHER & CHILD
Kebersihan Kewanitaan pada Kehamilan Feminine Hygiene
During Pregnancy
44
PSIKOSOSIAL PSYCHOSOCIAL
Air dan Sanitasi : Sebuah Pemenuhan Hak Water and
Sanitation: A Right Fulfilment
Instruksi Tentang Kebersihan, Sanitasi dan Air di Rumah
Sakit Instructions on Hospital Hygiene, Water and Sanitation.
Wawancara Perawat Bambang Interview Nurse Bambang
51
LEBIH DALAM IN DEPTH
Panduan Praktis untuk Diare Practical Guideline for Diarrhea
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap Air, Sanitasi dan
Higiene di Aceh Knowledge, Attitudes and Practices on Water,
Sanitation and Hygiene in Aceh
62
TAKARIR GLOSSARY
Editor Kepala/ Editor in chief
Anne Broggi
Penyunting Medis/ Medical Editor
dr. Nurjannah
Penerjemah/ Translators
Denni Rajagukguk
Endrani Sulistyowati
Mahdani A. Hamid
Dewan Penyunting/ Editing Committee
Tim P2K/HM Team
CONTRIBUTORS KONTRIBUTOR
Hasrati (Staf Penanggung Jawab untuk Peningkatan Kepedulian
dan Penyadaran/ Sensitization and Awareness Raising Officer
Handicap International) ■ Erlina Marlinda (Fasilitator Komunikasi/
Communication Facilitator, Handicap International) ■ Marthunis
Muhammad (Focal Point Pokja AMPL/ AMPL Working Group Focal
Point - Bappeda Aceh) ■ Joni Kapluk (Aktor Aceh/ Acehnese actor)
■ Sijawati & Tharuddin (Seksi Penyehatan Lingkungan, Dinas
Kesehatan Provinsi Aceh/ Enviromental Health Department,
Provincial Health Office of Aceh) ■ dr. T.H. Makmur Mohd. Zein
(Fakultas Kedokteran Syiah Kuala/ Medical Faculty of Syiah Kuala
University) ■ Yopie Pangkey (Petugas Sanitasi Air - Pendidikan
Hygiene/ Watsan Officer - Hygiene Education, Irish Red Cross) ■
Moris Monson (Delegasi Watsan – Kontruksi/ Watsan Construction Delegate, Irish Red Cross) ■ Basilius Kris Cahyanto
(Spesialis WASH/ WASH specialist, UNICEF Banda Aceh) ■
Manuela Peters (Proyek Kesehatan Palang Merah Swiss cabang
Sigli/ Sigli Health Project Swiss Red Cross) ■ dr. Dina Lidadari
(Bagian Kulit Kelamin/ Dermatology Department, Unsyiah RSUZA) ■ dr. Kurnia F. Jamil (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan
Penyakit Tropik Infeksi/ Internist Consultant Tropical Infection
Diseases, Unsyiah - RSUZA) ■ Yayat Kurniawan (Manajer Teknik
Program Kesehatan Lingkungan/ Environmental Health Technical
Program Manager, Canadian Red Cross) ■ Katherine Mueller
(Delegasi Masyarakat dan Informasi/ Information & Community
Outreach Delegate, Canadian Red Cross) ■ Rahmi Wardhani
(Bidan/ Midwife, RSU Cut Mutia Lhokseumawe) ■ dr. Nur Fardian
(Program Studi Pendidikan Dokter/ Medical Studies Program,
Malikussaleh University) ■ Ibu Hasniah (Politeknik Kesehatan –
Keperawatan Depkes Banda Aceh/ Nursing School Banda Aceh)
Bambang Isnur Imanto (Perawat, Puskesmas Kopelma Darussalam/
Nurse Puskesmas Kopelma Darussalam) ■ Sasimar Sangchantr,
Riza Adirza, Damaris Monteiro & Soegeng Afriyanto (Tim
Kesehatan Masyarakat/ Public Health Team, IOM) ■
EDITORIAL EDITORIAL
Air, higiene dan Sanitasi
Water, Hygiene and Sanitation
S
etiap 8 detik sekali seorang anak meninggal
dunia karena air yang terkontaminasi; ada lebih
dari 25 bakteri yang terdapat dalam air yang
terkontaminasi dan lain-lain. Data ini sangat menakutkan
namun inilah realita yang menyedihkan.Air merupakan
kebutuhan dasar dan vital, tetapi akses terhadap air
yang layak minum masih menjadi isu global sampai
saat ini. Setidaknya terdapat 2,6 miliar orang tidak
memiliki akses terhadap air leding. Sebagian besar
dari mereka bahkan tidak mempunyai jamban dan
harus buang air besar di ruang terbuka sehingga dapat
mengkontaminasi sungai dan sistem saluran air. Hal
ini kemungkinan besar menjadi penyebab tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang
disebarkan melalui air. Terlepas dari pembangunan
ekonominya, Indonesia masih merupakan salah satu
dari negara berkembang dimana sistem Air, Higiene
dan Sanitasinya harus ditingkatkan. Rekonstruksi
provinsi Aceh setelah terjadinya Tsunami telah mengarah ke perbaikan yang cukup baik. Namun masih
banyak yang harus dilakukan. Penyakit yang disebarkan
melalui air umumnya terdeteksi di Puskesmas, banyak
anak-anak menderita diare yaitu suatu penyakit yang
dapat mengancam jiwa terutama anak-anak yang rentan. Dan bagaimana mengenai Malaria, tipus dan lainlain?
Masyarakat harus belajar mengenai langkah-langkah
dasar pencegahan penyakit.Anak-anak harus mengetahui bahwa tangan serta gigi harus dibersihkan dengan
sabun dan pasta gigi. Banyak penyakit dapat dicegah
dengan menerapkan cara ini. Ini adalah masalah edukasi. Karena itu Pembawa Pesan Kesehatan edisi ke-11
ditujukan untuk membahas masalah Air, Higiene dan
Sanitasi, disini kami menggaris bawahi peranan penting para petugas kesehatan dalam mentransfer dan
membagi informasi mengenai higiene dan kami
menyoroti beberapa alat survei yang ada seperti survei
pengetahuan, sikap dan perilaku. Lebih dari sekedar
sebuah majalah kesehatan, informasi yang disampaikan
dalam edisi ini sebaiknya dibagikan juga kepada
semua anggota masyarakat. Namun kami sangat yakin,
bahwa anda para pembaca, para petugas kesehatan
adalah penghubung bagi masyarakat. Jadi, mari kita
baca, belajar dan berbagi pengetahuan!
E
very 8 seconds a child dies because of
contaminated water; there are more
than 25 pathologies related to contaminated water, etc. These data are frightening
but this is a sad reality. Water is a basic and
vital need but access to drinkable water is still
a global issue. At least 2,6 billion people do
not have access to running water. Most of
them do not even have toilets and have to
defecate in open air, thus, contaminating
rivers, air and sewer systems. This is probably
the cause of high morbidity and mortality
rates. In spite of its economic development,
Indonesia is still one of these developing
countries where Water, Hygiene and
Sanitation need to be improved. The reconstruction of the Aceh province after the
Tsunami led to a sharp improvement. But
many things remain to be done. Waterborne
diseases are commonly detected in the
puskesmas, too many children are suffering
diarrhea which is a life threatening disease for
a child vulnerable organism. And what about
Malaria, typhoid, etc?
People have to learn about the basic preventive measures. Children must know that
hands as well as teeth should be cleaned with
soap and toothpaste. Many diseases could be
prevented this way. This is a matter of education. For this HM 11 dedicated to Water,
Hygiene and Sanitation, we underline the key
role of health workers in transmitting and
sharing information about hygiene and we
highlight some of the numerous tools that
exist like the Knowledge, Attitudes and
Practices. More than a medical magazine, the
information published in this issue should be
shared between all citizens. But we truly
believe that you, readers, health workers, are
the link with the community. So lets read,
learn and share the knowledge!
Anne Broggi
pembawa pesan kesehatan 1
NEWS BERITA
Hari Kesehatan Dunia
World Health Day
Tim P2K/ HM team
Hari Kesehatan Dunia diperingati setiap tahun tanggal 7
April. Fokus tahun ini adalah untuk meningkatkan fasilitas
kesehatan menjadi lebih baik dan aman pada saat bencana
dan tanggap darurat.Tema Hari Kesehatan Dunia tahun 2009
adalah ”Fasilitas Kesehatan saat Darurat”, dengan motto
“Selamatkan Jiwa, Ciptakan Rumah Sakit Aman saat Darurat”.
Masa darurat tidak hanya
merenggut banyak jiwa dan
kesehatan manusia, tetapi juga
merusak fasilitas-fasilitas kesehatan. Sebagai contoh, bencana
Tsunami di Aceh dan Gempa
bumi di Nias dan Yogyakarta
secara keseluruhan telah merusak
sedikitnya 713 fasilitas kesehatan.
Fasilitas-fasilitas yang rusak
tersebut kehilangan kapasitas
dalam menyediakan layananlayanan kesehatan selama masa
tanggap darurat.
Dengan
bantuan
WHO,
Indonesia saat ini melaksanakan
penilaian keamanan fasilitasfasilitas kesehatan yang penting pada saat persiapan dan
mitigasi bencana. Tugas mengembangkan rumah sakit yang
aman bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah
atau sektor kesehatan saja. Hal tersebut membutuhkan
keterlibatan dari pihak masyarakat, pengambil keputusan di
tingkat lokal, pekerja-pekerja kesehatan serta para professional
lainnya. Dengan bekerja bersama-sama, kemungkinan di
masa depan ketika bencana menghadang, fasilitas-fasilitas
kesehatan Indonesia akan bertahan kuat dan tetap berfungsi
untuk dapat menyelamatkan jiwa. ■
Penting untuk diingat:
Membangun rumah sakit yang
aman dapat menyelamatkan banyak
jiwa saat bencana datang.
2 health messenger
The World Health Day is celebrated annually on 7
April. This year's focus is to strengthen health
facilities to be better prepared and safe in case
of emergencies and disasters. The theme of World
Health Day 2009 is "Health Facilities in
Emergencies", and its motto "Save Lives, Make
Hospitals Safe in Emergencies".
Emergencies not only
can take a heavy toll on
human life and health,
but also damage health
facilities. For instance,
the Tsunami in Aceh
and the earthquakes in
Nias and Yogyakarta
have together damaged
at least 713 health
facilities. These damaged facilities lost their
capacity to provide
health services during
these emergency periods.
With the help of WHO,
Indonesia is currently
undertaking a safety
assessment of health facilities, which is important
for preparedness and mitigation. Developing safe
hospitals is not merely the responsibility of the
government or the health sector alone. It needs the
involvement of communities, local decision makers,
health workers and other professionals. By working
together, it is possible that in the future, when disaster
strikes, Indonesia's health facilities will stand strong
and stay functional to save lives. ■
Good to remember:
Developing safe hospitals
can save lives when
disaster strikes.
NEWSBERITA
ACEH BEBAS DARI MALARIA PADA
TAHUN 2015
Aceh free from Malaria
by 2015
Tim P2K/ HM team
H
ari Malaria Dunia 2009 diperingati pada tanggal
25 April, 2009. Dinas Kesehatan Provinsi dengan
dukungan dari UNICEF mengadakan rapat
perencanaan di Banda Aceh untuk mempersiapkan sebuah
rencana strategis untuk memberantas malaria di Provinsi
Aceh pada tahun 2015.Terdapat 7.060 kasus positif malaria
pada tahun 2007. Hal ini merupakan tantangan besar bagi
masyarakat Aceh.
Rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan dari berbagai
kabupaten/kota dan pelaksana program multi-sektor serta
pemangku kepentingan lainnya yang bekerja bersama-sama
mengembangkan rencana strategis. Tema dari pertemuan
tersebut adalah “Aceh bebas dari Malaria pada tahun 2015”.
Fokus utama dari rencana strategis termasuk kegiatan
operasional, kelompok sasaran, anggaran dan pelaksanaan
alat-alat evaluasi berdasarkan standar nasional dan WHO. ■
W
orld Malaria Day 2009 was celebrated on
April 25, 2009. PHO with support from
UNICEF held a planning meeting in
Banda Aceh to prepare a strategic plan to eliminate
malaria from Aceh Province by 2015. There were
7,060 cases of positive malaria in 2007. This is still a
major challenge for Aceh.
The meeting was attended by representatives from
districts/cities and multi-sectoral program implementers and stakeholders who work together to
develop the strategic plan. The theme of this meeting
was “Aceh Free from Malaria by 2015.” The main
focus of the strategic plan includes operational
activities, target groups, budget and implementation
of evaluation tools based on the national and WHO
standards. ■
FLU BABI, SEBUAH ANCAMAN BARU DI INDONESIA
Tim P2K/ HM team
S
ebuah penelitian baru-baru ini oleh Universitas Kobe,
Jepang, menemukan bahwa babi-babi di Indonesia
tampaknya dapat menularkan sebuah jenis flu baru
bagi manusia, jauh lebih berbahaya dibanding jenis yang saat
ini sedang merajalela di Meksiko. Para peneliti melakukan
penelitian pada lebih dari 400 babi di 4 kota di Indonesia
dan menemukan bahwa 50 babi mengandung virus.
Sebagaimana babi dapat mengandung virus burung serta
virus manusia, para peneliti tersebut mencemaskan bahwa
H5N1 dapat merubah dirinya sendiri menjadi bentuk baru
berupa virus babi yang dapat ditularkan kepada manusia
yang disebut H1N1.
Di Indonesia, pengembangbiakan dan penjualan babi
dilaksanakan dengan pengawasan steril. Menteri Kesehatan
menyatakan bahwa Pemerintah akan menyembelih babi-babi
yang terinfeksi oleh virus H1N1. Sejauh ini belum ada kasus
yang terdeteksi. ■
Swine Influenza,
a new threat in Indonesia
A
recent research by University of Kobe, Japan,
found that Indonesian porks are likely to
transmit a new type of influenza to human
beings, much more dangerous than the one which is
raging in Mexico. They performed a research on
more than 400 pigs in 4 States in Indonesia and
found out that more than 50 pigs carried the virus.
As pork can carry avian virus as well as human virus,
they fear that H5N1 transform itself into a new form
of swine virus that could be transmitted to human
beings called H1N1.
In Indonesia, swine breeding and trading are under
sanitary surveillance. The Ministry of Health declared
the Government will slaughter pigs infected with the
virus H1N1. No case has been detected so far. ■
pembawa pesan kesehatan 3
NEWS BERITA
Hari Perawat
Internasional
International
Nurse Day
Tim P2K/ HM team
Hari Perawat Internasional diperingati setiap tanggal
12 Mei dalam rangka mengingat semua kerja dan
kontribusi penting perawat terhadap masyarakat.
International Nurse Day is celebrated every
12 May in order to remind all the valuable work
and contribution nurses make to society.
Ini juga hari yang tepat untuk mengingat tantangan-tantangan
yang dihadapi oleh tenaga-tenaga kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia yang tenaga kesehatannya dapat
menghadapi banyak keterbatasan-keterbatasan kerja: paparan
penyakit menular, peralatan yang terbatas, obat-obatan yang
terbatas.
It is also an appropriate day to consider the challenges
faced by health workers in developing countries such
as Indonesia where health workers can face a lot of
working constraints: exposure to infectious diseases,
limited equipment, limited access to medicine.
History of this event
Sejarah peringatan hari perawat internasional
Konsil Perawat Internasional (KPI) sudah memperingati hari
perawat ini sejak tahun 1965.
Pada januari 1974, keputusan dibuat untuk memperingati
hari perawat ini pada 12 Mei karena pada tanggal tersebut
merupakan hari lahirnya Florence Nightingale, yang kita
ketahui sebagai pencetus keperawatan modern. Setiap
tahun, KPI mempersiapkan dan mendistribusikan peralatan
hari perawat internasional. Peralatan ini terdiri dari bahanbahan yang bersifat edukatif dan memberikan informasi
kepada masyarakat, serta dapat digunakan oleh perawat
dimana saja.
Banda Aceh dan seluruh propinsi Aceh bergantung pada
banyak fasilitas kesehatan dan perawat.
Terdapat 5 sekolah perawat di Banda Aceh. Untuk memperingati hari ini, umumnya pelajar dari sekolah perawat ini
berkumpul pada tanggal 12 Mei, di Rumah Sakit Jiwa untuk
mengadakan upacara yang dihadiri juga oleh direktur Rumah
Sakit Jiwa.
Setelah pidato dari direktur, para pelajar turun ke jalan-jalan
di Banda Aceh untuk menyebarkan alat-alat komunikasi
(selebaran, poster) dan bunga kepada masyarakat.
Cara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya peran petugas kesehatan. ■
4 health messenger
The International Council of Nurses (ICN) has
celebrated this day since 1965.
In January 1974, the decision was made to celebrate
the day on 12 May as it is the anniversary of the birth
of Florence Nightingale, who is widely considered as
the founder of modern nursing. Each year, ICN
prepares and distributes the International Nurses'
Day Kit. The kit contains educational and public
information materials, for use by nurses everywhere.
Banda Aceh and the whole Aceh province count on
many health facilities and nurses.
There are five nursing schools in Banda Aceh. To
celebrate this day, most of the students gathered on
Tuesday 12 May, 2009 in Rumah Sakit Jiwa for an
official ceremony held by the hospital’s director.
After the speeches, the students went in the streets of
Banda Aceh to distribute communication tools (flyers,
posters) and flowers to people.
This way, they raised people’s awareness on the
importance the health workers play here.
The students were really glad to join this event to
promote this medical career. ■
EVENT PERISTIWA
ACARA PEMBUKAAN PIDA
The Opening Ceremony of PIDA
Hasrati, Staf Penanggung Jawab untuk Peningkatan Kepedulian dan Penyadaran/ Sensitization and Awareness Raising
Officer - Erlinda Marlinda, Fasilitator Komunikasi/ Communication Facilitator - Handicap International
Pada tanggal 30 April 2009, Handicap International
menyelenggarakan pembukaan PIDA. Kesempatan yang sangat baik sekali buat kita untuk
mengingat kembali sejarah dan tujuan pusat
informasi ini untuk orang-orang cacat.
On 30 April 2009, Handicap International
celebrated the opening of the PIDA. It is a
great opportunity to remind you the history
and the goal of this information center for
disabled people.
Apa itu PIDA?
What is the PIDA?
PIDA (Pusat Informasi Disable Aceh) merupakan pusat dan
sumber informasi untuk orang-orang cacat. PIDA bertujuan
untuk memberikan akses terhadap berbagai fasilitas bagi
Organisasi Orang-orang Cacat (OOC) dan penyebaran
informasi tentang masalah orang-orang cacat kepada semua
pihak dalam masyarakat.Organisasi ini juga memfasilitasi
hubungan antar pihak yang berkaitan dengan inklusi orang
cacat. Fokus utama PIDA adalah untuk membantu Organisasi
Orang Cacat (OOC) tetapi juga terbuka untuk semua orangorang cacat dan keluarganya dan bagi orang-orang yang
tertarik dengan masalah kecacatan. Ada 3 layanan yan disediakan oleh PIDA yaitu Sumber Daya & Fasilitas, Informasi &
Orientasi dan Penyebaran Informasi.
The PIDA (Information Center for disabled acehnese
people) is a center of resources and information on
disability. It aims at providing access to different
facilities and tools for Disabled People Organizations
(DPOs) and disseminating information on disability
amongst all actors in the community. It also facilitates
the link between actors regarding the inclusion of
people with disability. The main focus of PIDA is to
support DPOs but is open for all Persons With
Disability (PWDs), their family and any other persons
or organization interested in the thematic of disability.
The three main services provided by PIDA are:
Resources & Facilities, Information & Orientation,
and a Dissemination of Information.
Sejarah Singkat PIDA
Brief PIDA’s history
PIDA dibentuk pada tanggal 21 September 2006. Panitia
Kegiatan dibentuk pada bulan Juli 2007 untuk meningkatkan
partisipasi Organisasi Orang Cacat, Orang Cacat dan masya-
The PIDA has been inaugurated on 21st September
2006. An Activity Committee has been created in
July 2007 in order to develop DPOs, PWDs and
pembawa pesan kesehatan
5
EVENT PERISTIWA
rakat dalam proses dan
pemilihan kegiatan.
Pada awalnya, nama
yang digunakan adalah
DIRC (Pusat Sumber
Informasi Orang Cacat),
kemudian Rakan (artinya persahabatan dalam bahasa Aceh).
Tetapi nama ini tidak mencerminkan bahwa itu merupakan
tempat pusat informasi orang-orang cacat. PIDA diambil
sebagai nama terakhir pada bulan Septemer 2007 setelah
dipilih oleh panitia kegiatan.
Kegiatan Utama
Kegiatan utama yang dikembangkan oleh PIDA adalah:
Untuk Organisasi Orang Cacat:
◗ Memudahkan koordinasi dan kerjasama antar Organisasi
Orang Cacat
◗ Memfasilitai seminar dan pelatihan
◗ Memudahkan akses terhadap fasilitas PIDA oleh Organiasi
Orang Cacat
◗ Membantu orang cacat dalam advokasi dan lobi pada pihak
yang berwenang pada berbagai tingkatan
◗ Meningkatkan kesadaran orang cacat akan Hak Asasi dan
Konvensi Hak Asasi orang cacat
Untuk orang cacat dan keluarganya yang bukan anggota
Organiasi Orang Cacat:
◗ Menyediakan informasi umum kepada orang cacat
◗ Mempromosikan hak orang cacat untuk mengakses IT
◗ Meningkatkan kesadaran orang-orang cacat beserta keluarganya tentang Hak Asasi mereka dan Konvensi Hak Asasi
orang cacat
◗ Memberikan informasi kepada orang cacat tentang petunjuk
rujukan
community participation in the process and the
selection of activities. At first, the name was
Disability Information Resource Center, followed by
Rakan (friendship in Bahasa Aceh). But this name
was not reflecting that the place was an information
center focusing on disability. The Activity Committee
selected the final name in September 2007.
Good to remember:
People With Disability have the
right to accessible information.
Main activities
The main activities developed by the PIDA are:
For DPOs:
◗ Ease the coordination and collaboration between
the different DPOs
◗ Facilitate seminars and trainings
◗ Ease the access to PIDA’s facilities to DPOs
◗ Support DPOs in advocating and lobbing local
authorities at any level
◗ Raise DPOs awareness about their Human Rights
and the Convention on the Rights of PWD
For PWDs and their families not members
of DPOs:
◗ Provide PWDs with a general information
◗ Promote PWDs right to accessible IT
◗ Raise PWDs and their family’s awareness on their
Human Rights and the Convention on the rights of
PWDs
◗ Inform PWDs about disability referral directory
Available services
Penting untuk diingat:
Orang-orang cacat mempunyai
hak terhadap informasi yang
mudah diakses.
Layanan yang tersedia
Fasilitas yang disediakan oleh PIDA termasuk akses internet,
kursus komputer (pengenalan dan menggunakan komputer
dengan JAWS, software untuk orang buta) perpustakaan,
ruang pertemuan, kursus bahasa Inggris dan bahasa isyarat
yang akan diatur pada tahun ini karena adanya permintaan
dari para pengguna PIDA. ■
6 health messenger
Facilities provided by the PIDA include internet
access, computer courses (introduction and using
computer with JAWS, a software for blind people),
library, meeting room. English and Sign Language
courses will be organized later in the course of the
year as it has been requested by the PIDA users. ■
PIDA
HASRATI: Staf penanggung jawab untuk peningkatan
kepedulian dan penyadaran / Sensitization and
Awareness Raising Officer
Jl. Residen Danubroto, Samping Sonic Net,
Lamlagang, Banda Aceh
Telp: 0651 741 46 77
ZOOM LEBIH DEKAT
Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis
Masyarakat
COMMUNITY-BASED WATER SUPPLY AND
ENVIRONMENTAL SANITATION
Marthunis Muhammad, Focal Point Pokja AMPL,Bappeda Provinsi Aceh/AMPL Working Group Focal Point, Bappeda
Aceh Province.
Kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL) Provinsi Aceh merupakan
sebuah wadah koordinasi pembangunan di sektor
air minum dan penyehatan lingkungan secara
terpadu dan menyeluruh yang berbasis masyarakat
guna meraih tujuan pembangunan millennium.
The water supply and environmental sanitation
(AMPL in bahasa) working group of Aceh Province is
a coordinating institution for the construction of
integrated community-based water supply and
environmental sanitation in order to achieve the
Millenium Development Goals (MDGs).
Mengapa harus berbasis masyarakat?
Why should the community be involved?
Hal ini berdasarkan pengalaman, contohnya saja kita lihat
betapa banyaknya fasilitas air bersih dan sanitasi seperti
MCK yang menjadi monumen (tidak digunakan hingga rusak
atau rusak kemudian ditinggalkan). Hal ini disebabkan
pembangunan yang tidak berdasarkan kebutuhan dan juga
karena tidak melibatkan masyarakat sehingga rasa kepemilikan masyaraka akan fasilitas yang dibangun rendah.
Ada 11 prinsip kebijakan dalam AMPL-BM seperti yang terdapat pada tabel berikut:
According to the past experiences and surveys, it has
been found that many facilities for clean water and
sanitation such as public bathing, washing facilities
and latrines have been neglected (not optimally used
then at last broken or being left). It is because the
constructions were not based on community needs
and the community was not involved which led to a
low sense of ownership of the facilities.
AMPL-BM1 set up 11 policy principles as illustrated
in the following table :
1. AMPL-BM: Community Based Water Supply and Environmental Sanitation.
pembawa pesan kesehatan 7
ZOOM LEBIH DEKAT
Prinsip dalam Kebijakan AMPL-BM
Policy principles of AMPL-BM
1
Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi
2
Pilihan yang Diinformasikan sebagai Dasar dalam
Informed choice is the basis for demand-responsive approach
Pendekatan Tanggap Kebutuhan
3
Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Enviromentally-based development
4
Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Health and hygiene behaviour education
5
Keberpihakan pada Masyarakat Miskin
Poverty focus
6
Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan
Active role of women in decision-making
7
Akuntabilitas Proses Pembangunan
Accountability in the development process
8
Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator
Government is a facilitator
9
Peran Aktif Masyarakat
Active community participation
10
Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran
Optimal and target-oriented service
11
Penerapan Prinsip Pemulihan Biaya
Application of the cost-recovery principle
Water is an economic and social good
Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah?
What should the government do?
Dari sisi pemerintah daerah, kebijakan nasional AMPL-BM ini
mensyaratkan perubahan paradigma bahwa pemerintah
bukan penyedia tetapi lebih pada fasilitator pembangunan
air minum dan penyehatan lingkungan. Karena itu tugas
pemerintah adalah menciptakan kebutuhan atas fasilitas air
minum dan penyehatan lingkungan serta perilaku hidup
bersih dan sehat melalui sosialisasi, kampanye, pendidikan
dan lain sebagainya. Selain itu, pemerintah juga harus menciptakan sebuah peluang agar masyarakat dapat berpartisipasi
aktif dalam pembangunan fasilitas AMPL dimana penyiapan
dan pemberdayaan masyarakat menjadi prioritas utama.
For the local government of Aceh, the national policy
of AMPL-BM aims at socializing the change of the
paradigm that the government is not a provider but
more a facilitator regarding the development of water
supply and environmental sanitation. Therefore the
role of the government is to fulfill the needs of the
population with providing water supply and environmental sanitation facilities as well as to promote
health and hygiene behaviours and education through
communication, campaigns, etc. Moreover, the
government must create opportunities for the community to actively participate in the development of
AMPL facilities where the community education and
empowerment is the main priority.
Relevansi penerapan kebijakan AMPL-BM?
Kebijakan AMPL BM ini menjadi tidak realistis apabila diterapkan di dalam sebuah masyarakat yang telah mendapatkan
akses fasilitas air minum dan sanitasi dari berbagai institusi
yang sudah mapan seperti PDAM dan perusahaan pengolah
sampah/limbah cair dan lain sebagainya. Keterlibatan aktif
masyarakat disini ditunjukkan dengan membayar jasa atau
fee kepada institusi tersebut. Dilihat dari karakter geografis,
kebijakan AMPL-BM lebih cocok diterapkan didaerah dimana
belum tersedianya institusi penyedia akses AMPL. Daerah
tersebut terutama daerah perdesaan dimana mewakili
sebagian besar wilayah Aceh. Atas kenyataan ini pula,
Pemerintah Aceh seharusnya mengambil perhatian lebih
terhadap pelaksanaan kebijakan AMPL-BM ini.
8 health messenger
Is AMPL-BM policy relevant?
The AMPL-BM policy is not efficient if it is applied in
a community that already has access to sanitation
and water supply facilities from well-structured
institutions such as PDAM (state-owned water supply
company) and solid/water waste treatment company,
etc. Active community involvement in this area is
showed by the fee people pay for the related companies.
AMPL-BM policy is more likely to be applied in the
areas where there are still no service providers for
water supply and enviromental sanitation. These
areas are mainly villages (most of the Aceh province
ZOOM LEBIH DEKAT
is composed of villages). Based on
this reality, the Aceh government
should pay more attention on the
implementation of this AMPL-BM
policy.
What is the role of AMPL
working group in the Aceh
province?
Peran Pokja AMPL provinsi Aceh?
Pokja ini adalah koordinator dari seluruh stakeholder pembangunan AMPL di Aceh. Melalui pokja ini diharapkan lahir
kesamaan visi dan keseragaman langkah dari semua pihak
dalam rangka pemenuhan target MDGs di sektor AMPL, yaitu
mengurangi separuh penduduk Aceh yang belum mendapatkan akses air minum dan sanitasi yang bersih dan sehat.
Artinya pada tahun 2015, sekitar 80% penduduk perkotaan
dan 60% penduduk perdesaan mendapat akses tersebut.
Untuk mencapai target tersebut, tidak cukup dengan hanya
membangun fasilitas air bersih dan sanitasi oleh Dinas Bina
Marga Cipta Karya, tetapi juga dibutuhkan membangun
perilaku hidup bersih dan sehat, mempersiapkan masyarakat,
menjaga lingkungan, serta mengembangkan perekonomian
masyarakat. Hal ini membutuhkan kontribusi peran dari
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Dinas
Koperasi dan UKM dan dinas/badan lainnya. ■
Penting untuk diingat:
Program Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan berbasis masyarakat
dilakukan didaerah dimana belum
tersedianya institusi penyedia
akses AMPL.
This working group is the coordinator of all AMPL development
stakeholders in Aceh. Through this
working group, a common vision
and action from all parties is
expected in order to achieve the
MDGs which is to halve the number
of acehnese population who do not
yet have access to clean sanitation
and water supply. It means that in
2015, around 80% of the urban
population and 60% of the rural
population of aceh should have access to these vital
needs. To achieve the goal, constructing facilities
through the Department of Bina Marga Cipta Karya
(public construction) is not enough. Education on
hygiene and health need to be improved, the community needs to know how to take care of the environment and how to develop its economy. The contribution of public institutions is also needed:
Provincial Ministry of Education, Provincial Health
Office, community empowerment body, the Agency
of Environmental Impacts Control, Co-operative and
Small Medium Enterprises Department, and other
governmental bodies. ■
Good to remember:
Water supply and environmental
sanitation program is conducted
in the areas where there are still not
service providers for clean water
and sanitation.
pembawa pesan kesehatan 9
ZOOM LEBIH DEKAT
EUMPANG
BREUH
Tim P2K/ HM team
2008 adalah tahun sanitasi internasional. Pada
kesempatan ini, sekelompok LSM yang aktif di Aceh
memutuskan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap air dan sanitasi dengan
membuat sebuah film: EUMPANG BREUH, karena
ini merupakan cara yang inovatif untuk belajar
tentang tentang air, hygiene dan sanitasi. Film ini
diluncurkan secara resmi pada November 2008.
Karena ruang lingkup P2K 11 adalah Watsan dan
untuk mencapai lebih banyak masyarakat, AMI
bekerjasama dengan IOM, memutuskan untuk
mendistribusikan DVD EUMPANG BREUH bersama
dengan majalah ini pada fasilitas-fasilitas kesehatan.
Anda dapat menemukan keterangan pres dibawah
ini yang menjelaskan tujuan film ini dan pernyataan
dari aktor lokal yang terkenal, Joni Kapluk.
2008 was the International Year of Sanitation.
On this occasion, a group of NGOs active in
Aceh decided to raise people awareness on
Water and Sanitation by handling a movie:
EUMPANG BREUH, as it is an original way to
learn about water, hygiene and sanitation.The
movie has been officially launched in
November 2008.
In the scope of the HM 11 on WatSan and in
order to reach further more people, AMI in
collaboration with IOM, decided to distribute
the DVD of EUMPANG BREUH along with the
magazine in the health facilities. You can find
below the press release explaining the goals
of this movie and a testimony of the famous
local actor, Joni Kapluk.
Joni Kapluk, Yusniar, Haji Umar dan kawan-kawan dari
kelompok lawak Eumpang Breuh, mengajak masyarakat Aceh
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
film Empang Breuh edisi spesial bertema air, sanitasi dan
higienitas.Kelompok lawak paling terkenal di Aceh ini meluncurkan film di Lapangan Sudirman, Korem 11 Lilawangsa,
Lhokseumawe, pada hari Sabtu, 15 Nopember 2008.
In the Eumpang Breuh special edition movie, themed
on water, sanitation and hygiene, Joni Kapluk,
Yusniar, Haji Umar and friends from the Eumpang
Breuh commedian team, ask the Aceh community
to improve hygiene behaviors. The most famous
commedian group in Aceh has launched the Film at
Sudirman Stadiom, Korem 11 Liliwangsa,
Lhokseumawe, on Saturday 15 November 2008.
Film ini merupakan salah satu upaya mendukung kampanye
Pemerintah Daerah Propinsi Aceh untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat Aceh akan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam mencapai Tujuan Pembangunan Millennium
(Millennium Development Goals/MDGs) 2015. Film ini
merupakan kolaborasi dari 14 organisasi internasional,
Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Palang Merah
Dunia yang bekerja untuk perbaikan fasilitas air minum &
penyehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih & sehat di
propinsi Aceh.
10 health messenger
This movie is a part of the efforts to support the
government of Aceh Province’s campaign to improve
the community’s awareness in good hygiene behaviors,
and to achieve the MDG 2015. This film is a collaboration of 14 international organizations in Aceh
Province, UN agencies, and Red Cross which worked
together to improve access to water, environmental
sanitation, as well as hygiene behaviors in Aceh
Province.
ZOOM LEBIH DEKAT
Diharapkan film ini dapat memberi informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara-cara menjaga
kebersihan dan kesehatan, membangun fasilitas sanitasi
seperti jamban, dan melaksanakan gotong royong untuk
menerapkan perilaku hidup bersih yang benar.
It is expected that the movie will share some information and increase people’s knowledge on health and
hygiene constructing sanitation facilities such as toilets, and making community work to implement
good hygiene behaviors.
Dalam film ini, Joni Kapluk dan kawan-kawan menunjukkan
bahwa minimnya fasilitas sanitasi seperti toilet dan kebiasaan
buang air sembarangan dapat memicu penyebaran penyakit
diare yang terutama menjangkiti anak-anak yang rentan
terhadap penyakit infeksi. Di bagian lain, para aktor tersebut
memperagakan cara mencuci tangan dengan sabun dan
memberi berbagai tips untuk membuat dan merawat fasilitas
sanitasi di rumah serta tips untuk membuat obat diare dari
bahan-bahan yang mudah didapat di dalam rumah.
In this movie, Joni Kapluk and friends show that
poor sanitation facilities and defecation in open air
could trigger the presence of diarrhea especially for
children, who are vulnerable to infectious diseases.
In another scene, the actor also shows the right
procedure to do wash hands with soap and gives
several tips to make and to maintain the sanitation
facilities at home, and to create medicine for diarrhea from local ingredients within the house and
its environment.
pembawa pesan kesehatan 11
Kegiatan Peluncuran Film WASH di Lhokseumawe dan kotakota lain di Aceh dilakukan sekaligus untuk mendukung
pelaksanaan Hari Cuci Tangan Sedunia pada tanggal 15
Oktober 2008, yang didukung penuh oleh pemerintah
provinsi Aceh dan 14 organizasi internasional tersebut. Di
dalam event ini, terdapat beberapa acara lain yang dilakukan,
antara lain demonstrasi cuci tangan pakai sabun, kompetisi,
kuis dan lomba mewarnai, yang diikuti oleh anak-anak dan
orang tua mereka.
The launching of WASH movie in Lhokseumawe and
other cities in Aceh, was done to support the Global
Hand Washing Day on 15 October 2008, supported
by the Government and 14 international organizations in Aceh Province. During this event, several
activities have been done, such as demonstration of
handwashing with soap, competition, quiz, and
coloring competition, participated by children and
their parents.
Tahun 2008 telah ditetapkan sebagai Tahun Sanitasi
Internasional, untuk mempercepat kemajuan pencapaian
target MDGs 2015, yaitu untuk mengurangi setengah dari
populasi penduduk dunia yang tidak terjangkau akses ke
sanitasi yang baik.
The year 2008 has been declared the International
Year of Sanitation, to accelarate the progress toward
MDGs 2015, to reduce the number of people without
water supply and improved sanitation facilities.
Ke-14 organisasi yang telah bekerjasama dalam produksi film
ini adalah IOM, UNICEF, the Mentor Initiative, Care
International, Palang Merah Indonesia, IFRC, Palang Merah
Amerika, Palang Merah Australia, Palang Merah Canada,
Palang Merah Irlandia,, Palang Merah Norwegias, Palang
Merah Spanyol, Save the Children dan Kelompok Kerja
AMPL Provinsi Aceh. ■
The 14 organizations who worked together in the
movie production are: IOM, UNICEF, the Mentor
Initiative, Care International, Indonesian Red Cross,
IFRC, American Red Cross, Australian Red Cross,
Canadian Red Cross, Irish Red Cross, Norwegian Red
Cross, Spanish Red Cross, Save the Children and
Water & Environmental Sanitation Working Groups
in Aceh Province. ■
Tim HM mendapat kesempatan untuk mewawancarai
Abdul Hadi (sebagai Joni Kapluk dalam Eumpang
Breuh) via telepon mengenai film ini. Beliau mengatakan bahwa film ini berbeda dengan fillm-film komersial
mereka lainnya karena idenya itu berasal dari LSM
dan mereka bekerja sama untuk membuat film yang
tidak hanya menarik untuk ditonton tetapi juga
menyebarkan pesan-pesan kesehatan. Joni Kapluk
juga mengakui bahwa dengan membuat film ini telah
meningkatkan pengetahuannya akan air, hygiene dan
sanitasi. Mereka memutuskan untuk membuat film ini
karena mereka percaya bahwa meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang WatSan adalah sangat
penting karena berhubungan erat dengan kesehatan.
HM team had the opportunity to interview Abdul Hadi (as Joni Kapluk in Eumpang Breuh). He said that this film is different
from their usual and commercial movies because the idea of this film is to target the whole community. It is a common
project between NGOs which work together to produce it in order to entertain people but also to promote hygiene
practises and health messages. He also admitted that by making this film, he has improved his knowledge on water,
hygiene and sanitation. All the actors agreed to make this film because they believe that it is important to improve community’s knowledge towards WatSan which is closely related to health.
12 health messenger
INTRODUCTION PENGANTAR
PENGEMBANGAN SARANA AIR
BERSIH DAN SANITASI
DEVELOPMENT OF WATER
AND SANITATION FACILITIES
Sijawati, SKM, M.Kes dan Tharuddin, SKM, M.Kes/Seksi Penyehatan Lingkungan/Enviromental
Health - Dinas Kesehatan Provinsi Aceh/Provincial Health Office Aceh Province
Penduduk pedesaan dan pinggiran perkotaan di
Indonesia pada umumnya memiliki derajat kesehatan
yang rendah.Penyakit utama yang menyerang adalah
penyakit yang berkaitan dengan air dan sanitasi,
misalnya diare, cacingan, penyakit kulit dan mata,
serta malaria.
Generally, rural and suburban people in
Indonesia have a low level of health. Main
detected diseases are water and sanitationrelated diseases such as diarrhea, worms, skin
and eye diseases as well as malaria.
Kelompok yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit
tersebut adalah anak-anak dan penduduk lanjut usia.
Prevalensi diare digunakan sebagai indikator yang mewakili
penyakit yang berkaitan langsung dengan air dan sanitasi.
Hasil survey dari National Demographic and Health Surveys
(NDHS), menggambarkan terjadinya peningkatan prevalensi
diare cukup signifikan pada balita dari tahun 1993 sebanyak
11% meningkat menjadi 12.1% pada tahun 2003. Kondisi di
atas terutama disebabkan oleh rendahnya akses terhadap air
minum dan sanitasi dan rendahnya perilaku hidup bersih
dan sehat.
The most vulnerable groups prone to these diseases
are children and the elderly. Diarrhea prevalence is
an indicator representing diseases that are directly
related with water and sanitation. The result of
National Demographic and Health Surveys (NDHS)
indicates that the increase of diarrhea prevalence in
children under five was quite significant: from 11%
in 1993 to 12.1% in 2003. This condition is mainly
due to the lack of access to drinking water, sanitation
and poor clean and healthy lifestyle.
Cakupan air minum untuk provinsi Aceh tahun 2007 sebanyak 52% sedangkan cakupan air bersih dan sanitasi sebesar
51%. Ini menggambarkan bahwa kondisi masyarakat untuk
mendapatkan air bersih masih rendah. Bertitik tolak dari
kenyataan tersebut, Dinkes provinsi Aceh melalui dana bantuan ADB melaksanakan program penyehatan air dan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dilakukan di 5
Kabupaten yaitu: Kabupaten Pidie, Bireuen, Aceh Utara,
Nagan Raya dan Aceh Jaya dengan target 325 desa.
In 2007 in the Aceh province, only 52% of the population could access to drinking water and 51%
could access to clean water and sanitation. This
shows that the condition of people in getting clean
water is still low. Given this reality, Health Service of
Aceh province has launched a program of healthy
water and environment through community empowerment (funded by the Asian Development Bank).
This program is conducted in 5 districts: Pidie,
Bireuen, Aceh Utara, Nagan Raya and Aceh Jaya
districts and targeting 325 villages.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah di
pedesaan dan pinggiran perkotaan dengan pendekatan
berbasis masyarakat melalui:
◗ penyediaan air minum yang berkualitas dan sarana sanitasi
yang lebih memadai
This program aims at improving the level of health
and quality of life of people with low income in rural
areas and suburbs with a community-based approach
through:
◗ the provision of quality drinking water and sufficient
sanitation facilities
14 health messenger
INTRODUCTION PENGANTAR
◗ perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat dan pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan
Pelaksanaan program harus bertindak dengan berpedoman
pada prinsip-prinsip partisipasi masyarakat, transparansi,
sensitif terhadap gender dan kemiskinan, desentralisasi dan
berkelanjutan.
Tabel 1. Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Melalui Pemberdayaan
Masyarakat di 5 Kabupaten tahun 2009
Table 1. Development of Clean Water and Sanitation Facilities through
Community Empowerment in 5 districts in 2009
Kabupaten/SAB + Sanitasi
Aceh
Aceh Nagan
Bireuen Pidie
Total
District / Clean Water+ Sanitation
Utara
Jaya Raya
Facilities
Perpipaan (Km)
38
21
54
42
5
160
Piping (Km)
Hidran Umum
66
1
27
53
92
239
Public Hydrant
Kran Umum
79
78
192 11
69
429
Public Tap
Sumur Gali
1.139 936
353 262 810 3.500
Well
Sumur Bor
5
—
24
—
19
48
Artesian well
PAH
Jamban di sekolah
Latrines at schools
Jamban di Masyarakat
Latrines in the community
93
—
—
—
—
93
73
6
12
5
29
125
60
56
38
12
3
169
◗ the improvement of clean and healthy lifestyle and
environment-related diseases prevention
The implementation of this program should be done
in accordance with community participation principles,
transparency, sensitiveness to gender and poverty,
decentralization and sustainability.
The progress of physical development of clean
WatSan facilities in February 2009 in the 5 targeted
districts can be seen in Table 1.
It is very effective in Aceh province to improve access
to clean water and sanitation through community
empowerment because the community contribution
in planning and implementing the program can raise
the community sense of ownership as they have to
keep and maintain the facilities for a better future. ■
Good to remember:
Development of clean water and
sanitation should be through a
community based approach.
Perkembangan pembangunan fisik Sarana Air
Bersih dan Sanitasi hingga Februari 2009 di 5
kabupaten diatas dapat dilihat pada tabel 1.
Peningkatan sarana air bersih dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat sangat efektif untuk di
laksanakan di Provinsi Aceh, karena kontribusi
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
program membuat masyarakat merasa memiliki
sehingga timbul rasa ingin menjaga dan memelihara sarana tersebut untuk selanjutnya. ■
Penting untuk diingat:
Pengembangan sarana air
bersih dan sanitasi harus
berbasis masyarakat.
pembawa pesan kesehatan 15
OUR COUNTRY TANAH AIR
INDONESIA SEHAT 2010
Healthy Indonesia 2010
dr. T.H. Makmur Mohd. Zein, MPH, PKK/ Bagian IKK/IKM FK Unsyiah/ Public Health Dept Medical Faculty Unsyiah
Pembangunan kesehatan bertujuan antara lain
untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
setiap warganegara, sehingga dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
One of the goals of the health development
aims at achieving healthy living capacity for
all citizens, thus the optimal level of health
could be obtained.
Keadaan masyarakat saat ini belum semuanya memenuhi
persyaratan. Penyebab penyakit menular belum semuanya
dapat diatasi,dipihak lain penyakit tidak menular juga semakin
meningkat. Penyakit menular umumnya berkaitan dengan
rendahnya hygiene dan sanitasi masyarakat, air minum dan
jamban keluarga yang belum memenuhi syarat kesehatan.
The community’s conditions of life do not all fulfill
healthy conditions. The causes of infectious diseases
cannot be entirely overcome, and on the other hand,
the non-infectious diseases are increasingly growing.
In general, the infectious diseases are related to the
low-level of hygiene and sanitation of the community,
drinking water and latrines which do not match the
health standard.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992,“kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Dalam
upaya tetap sehat, maka banyak faktor yang harus diperhatikan. Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor (H.L
Blum, 1974), yaitu : faktor lingkungan, faktor sarana pelayanan
kesehatan, faktor perilaku dan genetik. Faktor lingkungan
memberikan pengaruh terbesar terhadap status kesehatan
dimana ekosistem ikut berperan.
Penting untuk diingat:
Indonesia Sehat 2010 bertujuan
untuk mewujudkan perilaku
masyarakat yang sehat dan
lingkungan yang berwawasan
kesehatan.
Pembangunan kesehatan sekarang berorientasi pada paradigma sehat tahun 2010. Perilaku masyarakat Indonesia
Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Sedangkan lingkungan yang diharapkan adalah
16 health messenger
According to the law No. 23 of the year 1992,
“health is a prosperous state of physical, mental and
social well being that enables a person to live productively in social and economic terms”. In the effort to
remain healthy, many factors have to be considered.
Community’s health is influenced by 4 factors (H.L
Blum, 1974): environmental factors, health services
factor, behavior and genetic factors. The environmental factors have the biggest influence on the health
status as the ecosystem plays an important role.
Now, the development of health is focusing on the
paradigm of Healthy Indonesia 2010. To reach this
goal, people are expected to be proactive to keep and
increase the level of health, to prevent the risk and
protecting themselves from the threats of illnesses as
Good to remember:
Healthy Indonesia 2010 aims
at up-bringing the healthy
and environmental behaviors
of the community that have
health impacts.
OUR COUNTRY TANAH AIR
Parameter kesehatan yag harus dicapai pada “Indonesia Sehat 2010”
Health parameters to be achieved for “Healthy Indonesia 2010”
Indikator
Indicators
No Parameter/Parameters
1
Umur harapan hidup (tahun)/Life expectancy rate at birth (years)
70
2
Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup/Infant mortality rate per 1000 births
40
3
Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup (kematian anak dibawah 5 tahun)
Child mortality rate per 1000 births (probability of dying under 5 year old)
58
4
Angka kematian akibat penumonia per 1000 anak/Pneumonia mortality rate per 1000 children
2
5
Angka kematian balita akibat diare per 1000 anak/Diarrhea mortality rate per 1000 children under 5 years old
1
6
Angka kematian ibu per 1000 kelahiran hidup/Maternal mortality rate per 100,000 life births
150
7
Angka penyakit dengue per 100.000 penduduk/Dengue disease rate per 100,000 inhabitants
<1
8
Angka penyakit kusta (malaria) per 100.000 penduduk/Leprosy (malaria) disease rate per 1000 inhabitants
0,5
9
Angka kesembuhan tuberkulosis per 1000 penduduk/Tuberculosis recovery rate per 1000 inhabitants
>85
10
Angka HIV/AIDS (%) per kelompok resiko tinggi/HIV/AIDS rate (%) per high risk groups
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang
sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan
serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong
menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.1
Indonesia sehat 2010 ini ditentukan oleh pencapaian pembangunan kesehatan setiap propinsi dan kabupaten. Setiap
propinsi harus mengadopsi indikator yang digunakan
untuk menilai Indonesia Sehat 2010 sesuai dengan keadaan
lingkungan daerah masing-masing. Pencapaian target-target
ini dipantau setiap tahun dan dievaluasi pada tahun 2010
nanti. Program ini bukan milik departemen kesehatan
semata, akan tetapi milik semua bangsa Indonesia. Untuk
mencapai target ini diperlukan komitmen dan kerjasama
dari berbagai pihak terutama masyarakat luas. Ditambah
lagi, ini menyangkut lingkungan dan perilaku sehat yang
memerlukan kesadaran dari masyarakat untuk berubah kearah
yang lebih baik. Untuk itu, karena tahun 2010 sudah didepan
mata, marilah sama-sama kita wujudkan tujuan ini dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencapai Indonesia Sehat
2010. ■
<1
well as actively participating in community health
movements. Whereas the expected environment is
the conducive environment in order to attain the
healthy situation of pollution-free, the availability of
clean water, adequate environmental sanitation,
housing and healthy infrastructures, regional plans
that have healthy concept as well as the realization of
the “help each other” community by keeping the
values of the culture.1
Healthy Indonesia 2010 is determined by the
achievement of health development in each province
and each district. Every province has to adopt the
indicators used in order to match the principles of
Healthy Indonesia 2010 according to the state of the
regional environment. The achievement of these
targets will be monitored every year and will be
evaluated later in the year 2010. This program does
not belongs to the department of health only but also
belong to the whole population of Indonesia. In order
to reach this, the commitment and cooperation from
various sectors especially from the community is
required. In addition, it is related with the environment
and healthy behaviour which need the community
awareness to be better in the future. In fact, the
deadline of 2010 is already very close, let us together
implement these purposes in the everyday’s life to
achieve Healthy Indonesia 2010. ■
1. Depkes RI, April 1999, Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
pembawa pesan kesehatan 17
FROM THE FIELD DARI LAPANGAN
WAWANCARA
INTERVIEW
YOPIE PANGKEY
PETUGAS SANITASI AIR-PENDIDIKAN HYGIENE - PALANG MERAH IRLANDIA
WATSAN OFFICER - HYGIENE EDUCATION - IRISH RED CROSS
Promosi kebersihan, sebuah permasalahan pendidikan.
Hygiene promotion, a matter of education.
Tim P2K/ HM team
Air dan Sanitasi sangat berhubungan erat dengan
kebersihan dan kesehatan. Untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang kebersihan, hal
tersebut perlu sekali untuk dipromosikan dan diajarkan. Tim P2K bertemu dengan Yopie Pangkey,
salah seorang petugas Watsan Palang Merah
Irlandia yang bertanggung jawab untuk pendidikan
kebersihan dalam masyarakat dan sekolah.
Water and Sanitation is deeply linked to
hygiene and health. In order to increase
people knowledge on hygiene, it needs to
be promoted and taught. HM Team met
Yopie Pangkey, one of the Irish Red Cross
WatSan Officer who is responsible for
Hygiene Education in communities and
schools.
Palang Merah Irlandia memulai Program Promosi
Kebersihannya setelah tsunami di barak-barak sementara.
Yopie telah bekerja dengan IRC sejak tahun 2006. Sebagai
pendidik kebersihan, saat ini dia bekerja dengan anggota
masyarakat, pihak yang berwenang dari sekolah dan pelajar.
Sekolah sasarannya adalah: SMP 4 & 9; SMA 7 dan SMP 13.
Ada juga 4 desa operasional (Deah Mamplam, Labuy,
Lampineung dan Lheut) yang mewakili lebih dari 5500
penerima manfaat proyek.
The Irish Red Cross started the Hygiene Promotion
Program after the tsunami in temporary shelters.
Yopie has been working with IRC since 2006. As a
hygiene educator, he currently works with community
members, school authorities and students. The three
targeted schools are: SMP 4 & 9; SMA 7 and SMP 13.
There are also four operational villages (Deah
Mamplam, Labuy, Lampineung and Lheut) which
represent more than 5500 project beneficiaries.
HM: Apa tanggung jawab utama anda?
YP: Tugas saya adalah untuk memberikan pelatihan kepada
HM: What is your main responsibility?
YP: My task is to provide the community with training
masyarakat untuk meningkatkan tingkat pengetahuan tetapi
juga untuk mengurangi angka diare, melalui pencegahan dan
pendidikan masyarakat dan anak-anak sekolah.
to increase the level of knowledge but also to reduce the
incidence of diarrhea, through the prevention and the
education of the communities and schooled children.
HM: Bagaimana cara kerjanya?
YP: Pertama-tama, masyarakat atau sekolah mengirimkan
HM: How does it work?
YP: First of all, the community
permintaan mereka. Kami mempelajari proposal mereka;
mengevaluasi kebutuhan mereka melalui survey KAP
(Pengetahuan, Sikap dan Perilaku) yang menjadi dasar untuk
mengetahui tingkat pengetahuan mereka: apa yang mereka
yang ketahui dan apa yang mereka tidak ketahui tentang
kesehatan, kebersihan dan sanitasi?
Kemudian saya mencari anggota masyarakat yang penting
yaitu orang-orang yang tertarik untuk mengikuti pelatihan
dan kegiatan secara penuh secara sukarela (bisa saja menjadi
kesulitan atau keterbatasan). Ketika terpilih, mereka mengikuti
pelatihan saya selama lebih atau kurang satu minggu (tergan-
18 health messenger
or the school send
their request. We assess their proposal, evaluate their
needs through a knowledge, attitude and practices
(KAP) survey which is a baseline to establish their
level of knowledge: what do they know, they do not
know about health, hygiene and sanitation?
Then, I identify the community key members: the
persons who are motivated to attend training and
complete activities on a voluntary basis (can be a
difficulty or a constraint). Once selected, they attend
my training during more or less one week (depending
on their needs). I use a lot of communication tools
FROM THE FIELD DARI LAPANGAN
Langkah-langkah Proyek Watsan di sekolah/The Step s of Watsan project in school :
1
Survey dasar sekolah: melalui partcipatory needs assessment yang melibatkan pelajar, guru, orang tua dan anggota masyarakat / Baseline survey of
the school: participatory needs assessment involving students, teachers, parents and community members.
2
Kesadaran sekolah/ IEC: tentang Suplai Air ke Sekolah, Sanitasi dan Kebersihan dan mencari partisipasi / School awareness / IEC: about School Water
Supply, Sanitation and Hygiene and seeking participation.
3
Motivasi dari anggota komite sekolah, pelajar dan masyarakat umum untuk memperbaiki lingkungan sekolah dengan pembangunan pagar, penanaman
pohon dan menjaga fasilitas sanitasi dengan tepat dengan konstribusi mereka sendiri / Motivation of the school committee members, students and the
public to improve the school environment with fencing, planting trees and maintaining the sanitary block properly with their own contribution.
4
Organisasi kampanye di desa melalui sekolah untuk pemakaian air, kebersihan kakus, tempat sampah, lubang air area, bebas rokok, tangki penyimpanan
air dan perlengkapan kebersihan dalam rumah tangga sebagai suatu paket / Organization of a campaign in the village through the school for adoption of
water points, sanitary latrines, garbage pit, soakage pit, non smoking area, water storage tank and other sanitary provisions in the household as a package.
5
Pelatihan dan orientasi masyarakat dan kelompok orang tua seperti Komite Manajemen dan Promotor Kebersihan Masyarakat / Training and orientation
of community and parent groups such as Management Committees, Community Hygiene Promoters.
6
Pembentukan klub kesehatan sekolah untuk membahas, bertanggung jawab dan ikut serta dalam penyediaan air dan fasilitas sanitasi di sekolah-sekolah
dan juga menjaganya / Formation of school health clubs to discuss, take responsibility and participate in making provision of water and sanitation facilities
in the schools as well as to maintain these facilities.
7
Kesehatan dan Kegiatan Pendidikan Kebersihan untuk anak-anak sekolah tentang penggunaan air dan jamban, mencuci tangan, cara membuang sampah
yang benar, memakai alas kaki, pengawasan air dan makanan / Health and Hygiene Education Activities among school children on use of water and
toilets hand washing, safe disposal of waste, use of footwear, water and food handling.
tung kebutuhan mereka). Saya menggunakan banyak sekali
alat komunikasi (poster, selebaran...) dan mengajarkan
mereka pesan-pesan penting dan metode-metode pengajaran.
Diantara anggota masyarakat kami mencari petugas kesehatan
karena mereka telah mengetahui dasar-dasar ilmu kesehatan
dan kebersihan. Mereka bisa menjadi komunikator yang baik
karena mereka barangkali telah mempunyai kebiasaan pelatihan semacam ini. Metoda pelatihan juga tergantung pada
masyarakat itu sendiri. Di sekolah sebagai contoh, saya akan
menggunakan metoda CHAST yang lebih diadaptasikan untuk
anak-anak. Setelah pelatihan ini, saya meyakinkan bahwa
mereka memunyai tingkat pendidikan yang mencukupi untuk
menyebarkan pesan kebersihan dan melakukan kegiatan
promosi kesehatan untuk seluruh masyarakat. Pengaruh dan
efesiensi kelompok tersebut akan dipantau, tetapi sesuai
dengan pengalaman saya, satu kali pelatihan PHAST tidak
mencukupi. Merubah kebisaan masyarakat merupakan proses
yang panjang. Untuk pemantauan kita melakukan survey KAP
berkala lainnya. Itu merupakan alat ukur utama kami.
HM: Apa gambaran kelompok yang bekerja sama dengan anda?
YP: Saya bekerja dengan semua gender, tetap saya harus
mengakui bahwa perempuan lebih mudah menerima.
HM: Apakah program ini berhasil?
YP: ya, ini berhasil karena di dalam masyarakat saya bekerja,
(posters, leaflets…) and deliver them important
messages and pedagogical tools.
Among the community members we are looking for
health workers as they already know the basics of
health and hygiene. They can be good communicators
as they may have the habit of this kind of training.
The training method also depends on the community
itself. In a school for example, I will use a CHAST
method more adapted to children.
After this training, I make sure they have a sufficient
level of knowledge to spread hygiene messages and
conduct health promotion activities in the whole
community.
The impacts and the efficiency of the group will be
monitored, but according to my experience, one
PHAST training is not enough. Changing the attitude
of a community is a long process.
For the monitoring we do another periodic KAP survey.
It is our main measuring tool.
HM: What is the profile of the groups you work
with?
YP: I work with all gender, but I must admit that
women are more receptive.
pembawa pesan kesehatan 19
FROM THE FIELD DARI LAPANGAN
Penting untuk diingat:
Petugas kesehatan harus
menyampaikan pesan-pesan promosi
kebersihan. Mereka adalah anggota
masyarakat yang penting.
Good to remember:
Health workers should
communicate hygiene
promotion messages. They
are key community members.
tidak ada wabah diare. Lebih lanjut, berbicara dengan
masyarakat tentang kesehatan, mereka mengetahui arti dari
pencegahan diare dan kadang-kadang mereka akan menceritakan kepada anda bahwa mereka membutuhkan lebih
banyak dukungan. Mereka ingin sekali untuk belajar lebih
lanjut dan menjadi penyebar tentang perilaku kebersihan
yang baik.
HM: Apa perubahan utama sejak tahun 2006?
YP: Kita bekerja erat sekali dengan LSM internasional dan
LSM lokal. Kebanyakan dari mereka telah membangun fasilitas,
jamban,sistem distribusi air,sumur dangkal.Terima kasih untuk
pelatihan dan kesabarannya, sekarang mereka menggunakan
fasilitas ini dengan cara yang benar.
HM: Is it successful?
YP: Yes, it is successful as in the community I work
with, no diarrhea outbreaks have been noticed.
Moreover, chatting with people about health, they
know the means of preventing diarrhea and sometimes they will tell you they need more support. They
are eager to learn more and to be the vectors of
hygiene good practises.
HM: What are the main changes since 2006?
YP: We work closely with INGOs and local NGOs.
Many of them have built facilities, latrines, water
distribution system, shallow wells. Thanks to the
training and patience, now they use it the right way.
HM: Your goals and expectations?
YP: Many things remain to be done but my personal
and professional expectations are:
- Improved access to safe drinking water and
improved sanitation in the next twenty years.
- Mitigation of water borne diseases
- Community empowerment through capacity
building such as trainings and support with tools
- Handing over and exit with effective communication systems in place of problem identification
and solutions. ■
HM: Tujuan dan pengharapan anda?
YP: Banyak hal yang masih harus dilakukan
tetapi harapan pribadi dan profesional saya
adalah:
-Peningkatan akses terhadap air minum
yang aman dan peningkatan sanitasi
dalam dua puluh tahun mendatang
-Penurunan angka kejadian penyakit
yang disebarkan melalui air
-Memperdayakan masyarakat melalui
peningkatan kemampuan seperti pelatihan dan bantuan alat-alat
-Komunikasi efektif akan dilakukan untuk
mencari jalan keluar dan solusinya bila
ditemukan adanya masalah. ■
Terimakasih kepada Moris Monson (Delegasi Watsan/Kontruksi) atas bantuannya
dalam wawancara/ Thanks to Moris Monson (Watsan / Construction delegate) for
his help in handling the interview.
20 health messenger
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
MENCUCI TANGAN
PAKAI SABUN
Membangun Air, Sanitasi & Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Aceh
HAND WASHING WITH SOAP
Building Water, Sanitation, Hygiene and Healthy Lifestyle in Aceh
Kris Cahyanto, Spesialis WASH/WASH Specialist, UNICEF Banda Aceh
Air yang layak, sanitasi yang baik serta perilaku
hidup bersih dan sehat adalah kunci penting untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak-anak.
Clean water, good sanitation as well as hygiene
and healthy lifestyle are important keys for life
sustainability and children’s growth.
WHO menyebutkan bahwa 17% kematian anak balita di
seluruh dunia pada umumnya disebabkan oleh diare. Di
Indonesia, dari 161.000 kematian anak balita pada tahun
2005, 18% diantaranya disebabkan oleh diare. Menurut data
Dinkes Aceh, pada tahun 2006 saja ditemukan sekitar 62.091
kasus diare di Puskesmas di seluruh propinsi Aceh, dan
merupakan penyakit umum kedua yang menyerang masyarakat Aceh setelah influenza (178,286 kasus baru).
WHO mentioned that 17% of children under five’s
mortality all over the world is commonly caused by
diarrhea. In Indonesia, out of 161,000 children
under five died in 2005, 18% are due to diarrhea.
According to the data from Provincial Health Office
(PHO) of Aceh, in 2006 alone 62,091 diarrhea cases
were found in all Puskesmas all over Aceh Province,
and it is the second most common disease affecting
people of Aceh after influenza (178,286 new cases).
Dalam kurun waktu 1990 - 2004, diperkirakan sekitar 2.6
milyar orang, termasuk 980 juta anak-anak dibawah usia 18
tahun masih membutuhkan akses ke sanitasi yang baik,
meskipun lebih dari 1.2 milyar telah memiliki akses ke
sanitasi yang baik. Di Indonesia, sampai dengan tahun 2004,
hanya 55% orang Indonesia yang terjangkau oleh fasilitas
sanitasi yang baik. dan angka ini tidak memadai untuk
mencapai target Millennium Development Goals
(MDGs/Tujuan Pembangunan Millennium) pada tahun 2015,
yaitu mengurangi setengah dari populasi penduduk yang tidak
terjangkau akses ke sanitasi yang baik pada tahun 2015.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 60.38% dari kepala keluarga di Indonesia
yang memiliki sarana pengelolaan sampah skala rumah
tangga,40.67% dari rumah tangga tidak memiliki sarana tangki
septik dan 77.2% keluarga mendapatkan sumber air selain
PDAM, yang kurang terjamin kelayakannya sebagai air minum.
Between 1990 and 2004, it was estimated that 2.6
billion people, including 980 million of children aged
under 18 still needed access to good sanitation, even
though more than 1.2 billion people already have
access to good sanitation. In Indonesia, until 2004
there were only 55% of the population who were able
to access good sanitation, and this data is far from
reaching the target of MDGs (Millenium
Development Goals) in 2015, which is to halve the
population who cannot access to good sanitation by
2015.
In 2006, data from Bureau of Satistics (BPS) showed
that only 60 % of households in Indonesia had
facilities for waste management, 41% do not have
septic tank, and 77% get water from another source
than PDAM, whose quality as drinking water could
not be guaranteed.
pembawa pesan kesehatan 21
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
In Aceh Province, approximately 67% of the
population get water from digging well, and only
19% get water from the urban running water
service. Other research mentioned that 68.5% of
the population have toilet facilities at home, but
only 38% of population have good home sewerage
system.
One of the main key to achieve the MDGs is to
improve hygiene and healthy lifestyle, by hand
washing with soap, not littering stop defecating
in inappropriate places and have good waste
management.
Hand Washing with Soap
Penyebab kematian Balita/Causes of mortality of Children under five
(Sumber/Source WHO).
Di Provinsi Aceh, kurang lebih 67.24% dari penduduk mendapatkan air minum dari Sumur Gali, dan hanya 19.41%
yang mendapatkan air dari pelayanan perpipaan kota.
Laporan lain menunjukkan bahwa 68.54% penduduk telah
mempunyai fasilitas jamban di rumahnya, dan hanya 38.36%
penduduk yang memiliki tempat pengolahan air limbah
dalam skala rumah tangga.
Salah satu kunci utama untuk mencapai target pembangunan MDG adalah dengan memperbaiki atau meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat, antara lain mencuci tangan
pakai sabun, menghentikan praktek BAB sembarangan,
membuang sampah pada tempatnya dan mengelola sampah/limbah dengan baik.
Cuci Tangan Pakai Sabun
Penelitian yang dilakukan oleh UNICEF menunjukkan bahwa
perilaku hidup bersih dan sehat adalah kunci utama untuk
kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak balita. Salah satu
perilaku hidup bersih dan sehat adalah selalu mencuci tangan
dengan sabun. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
terbukti mampu mengurangi resiko penyakit diare pada
anak-anak sebesar 44%.
Berikut adalah pentingnya kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun:
◗ Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup
◗ Mencuci tangan dengan sabun bisa mencegah penyakit
yang menyebabkan kematian jutaan anak-anak setiap tahunnya
◗ Waktu-waktu kritis Cuci Tangan Pakai Sabun adalah
sebelum makan, sebelum menyuapi balita, setelah Buang Air
Besar (BAB), setelah memegang binatang peliharaan dan
setelah melakukan aktivitas lapangan
22 health messenger
Research conducted by UNICEF showed that hygiene
and healthy lifestyle are important keys for children’s growth and health. It starts with always washing
hands with soap. Hand washing with soap is proven to
reduce by 44% the risk of diarrhea in children.
The importance of hand washing with soap:
◗ Hand washing with water only is not enough
◗ Hand washing with soap could prevent diseases
that can cause millions of children deaths every year
◗ Critical time for hand washing with soap is: before
eating, before feeding babies/toddlers, after defecating,
after touching animals and after outdoor activities
◗ Hand washing with soap is the most cost-effective
healthy intervention
◗ Promoting hand washing with soap needs a social
marketing approach focus on the target/actor and
the motivation of each individual to do hand washing
with soap
Prepare the Future
Water, sanitation, as well as hygiene and healthy
lifestyle could reduce our vulnerability towards various
diseases and prepare our children to have a better
future.
◗ Safe water, good sanitation as well as hygiene and
healthy lifestyle will prevent the transmission of
infectious diseases, especially those that particularly
affect children such as diarrhea
◗ Improvement of water facilities and good sanitation
will bring positive impact on economic growth and
poverty reduction: a reduction of the risk of diseases
leads to a reduction of the medication expenses and
improves productivity and helps the economic
growth
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
◗ Cuci Tangan Pakai Sabun adalah
satu-satunya intervensi kesehatan
yang paling “cost-effective”
◗ Untuk meningkatkan Cuci Tangan
Pakai Sabun memerlukan pendekatan
pemasaran sosial yang terfokus pada
si pencuci tangan dan motivasi masingmasing yang mendorongnya untuk
Cuci Tangan Pakai Sabun
Menyiapkan Masa Depan
Air, sanitasi dan perilaku hidup bersih
dan sehat dapat mengurangi kerentanan kita terhadap berbagai penyakit
dan mempersiapkan anak-anak kita
untuk masa depan yang lebih baik
Penurunan angka kesakitan akibat diare dengan melakukan tindakan hygiene dan sanitasi yang
baik/Reduction of diarrhea morbidity by conducting good hygiene and sanitation.
◗ Air yang aman, sanitasi yang baik serta perilaku hidup
bersih dan sehat akan mencegah penularan penyakit
infeksi, terutama yang mudah menyerang anak-anak seperti
diare
◗ Perbaikan terhadap kondisi fasilitas air dan sanitasi yang baik
akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan angka kemiskinan, karena mengurangi resiko
terkena penyakit sehingga mengurangi biaya pengobatan,
meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan
ekonomi
◗ Air & sanitasi yang baik, didukung dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) akan mendorong perkembangan
sosial. Sekolah-sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas air
bersih dan sanitasi yang baik akan mendorong anak-anak
untuk lebih rajin ke sekolah
◗ Ketersedian air dan fasilitas sanitasi yang layak membantu
menjaga kualitas lingkungan dan menjamin ketersediaan
sumber daya alam dalam waktu yang panjang
Pahlawan di bidang Air, Sanitasi & Hygiene
Semua orang dapat menjadi pahlawan air, sanitasi & hygiene di
lingkungan tempat tinggal mereka dengan mempromosikan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bersama-sama kita bisa membantu pihak Pemerintah dan masyarakat untuk memastikan
mereka memberikan pelayanan yang baik dan membangun
fasilitas sanitasi bagi masyarakat, serta mempersiapkan masa
depan yang lebih baik bagi anak-anak kita di kemudian hari. ■
◗ Safe water and sanitation, hygiene and healthy
lifestyle will support the social development. Schools
equipped with clean water and good sanitation will
be a motivation for children to go to school
◗ Water supply and good sanitation will support the
quality of the environment and keep the natural
resources in long term period
Heroes on Good Hygiene, Water and
Sanitation
Everybody can be a hero on hygiene, water and
sanitation in the place where they live by promoting
the hygiene and healthy lifestyle. Together, we can
support the government and community to ensure
they provide good services and build sanitation
facilities for community, and also to prepare better
future for our children. ■
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Water, Sanitation
& Hygiene (WASH), dapat menghubungi
For further information on Water, Sanitation & Hygiene
(WASH), please contact
Kris Cahyanto, WASH Specialist, UNICEF Banda Aceh
Jl. Masdjid Sadaqah No. 2, Lamlagang.
Banda Aceh 23243
Telp/Phone: (0651) 40004 pesawat/ext 322.
Email: [email protected]
pembawa pesan kesehatan 23
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
Air dan Sanitasi:
Suatu joint venture
Water and Sanitation: a joint venture
Manuela Peters, Proyek Kesehatan Palang Merah Swiss Cabang Sigli/Swiss Red Cross Sigli Health Project
Palang Merah Swiss (SRC), bekerja sama dengan
Depkes, PMI, sektor swasta dan masyarakat di Desa
Siaga untuk meningkatkan fasilitas air dan sanitasi
dan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap air dan sanitasi untuk merespon kebutuhan
kesehatan ibu dan anak.
The Swiss Red Cross (SRC), in collaboration with
MoH, PMI, private sector and community in
Desa Siaga, works to improve watsan facilities
and enhance community’s knowledge
towards watsan in order to respond maternal
and children’s health need.
Program Kesehatan SRC,yang didanai oleh Swiss Solidarity,
berusaha meningkatkan fasilitas Air dan Sanitasi di 15 desa di
Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya dengan cara bekerja sama
secara erat dengan kelompok masyarakat dan juga berkoordinasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Departemen
Kesehatan serta sektor swasta. Kegiatan peningkatan Air dan
Sanitasi ini merupakan bagian dari kegiatan program kesehatan ibu dan anak. Sementara klinik kesehatan ibu di desa dengan fasilitas ruang melahirkan dibangun di masyarakat yang
sebagian besar terkena dampak konflik dan bidan desa dilatih mengenai metode asuhan persalinan normal dan manajemen terpadu balita sakit, masyarakat juga digerakkan untuk
membentuk panitia Desa Siaga yang digalakkan oleh
Departemen Kesehatan untuk merespon kebutuhan kesehatan ibu dan anak.
The SRC health project, funded by Swiss Solidarity, is
enhancing WatSan in 15 communities in Pidie and
Pidie Jaya Districts by working closely with the
communities and in coordination with the
Indonesian Red Cross (PMI), the Ministry of Health
(MOH) and the private sector. The WatSan activities are integrated to the Maternal and Child
Health’project activities. While village maternal
health clinics with delivery rooms are constructed in
the largely conflict affected communities and village
midwives are trained in improved delivery methods
and integrated management of childhood illnesses,
communities are mobilized to establish Desa Siaga
(Alert Villages) committees promoted by the MOH
to respond to maternal and child health needs.
Jaminan akses terhadap Air dan Sanitasi (konsumsi air yang
layak diminum) merupakan hal yang sangat penting bagi
kesehatan masyarakat dan terutama bagi kesehatan ibu dan
anak.Wanita hamil perlu banyak minum air yang layak untuk
menjamin cairan ibu dan janin dapat berganti secara terus
menerus, sama halnya dengan ibu-ibu yang menyusui juga
24 health messenger
Ensuring enhanced WatSan access (consumption of
drinkable water) is essential for community health
and in particular for maternal and child health.
Pregnant women need to drink plenty of drinkable
water to ensure that fetal-maternal fluids are continuously exchanged, as do breast-feeding women to
ensure milk production. Moreover, infants and children
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
perlu banyak minum untuk menjamin produksi air susu ibu.
Demikian pula, bayi dan anak-anak yang menderita diare
harus dianjurkan untuk minum oralit untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang.
Penting untuk diingat:
Komite Desa Siaga bertujuan untuk
merespon kebutuhan-kebutuhan
kesehatan ibu dan anak.
Untuk mendorong respon masyarakat terhadap kebutuhan
Air dan Sanitasi, maka program-program kesehatan disiarkan
melalui radio, masalah kebersihan dipromosikan di sekolahsekolah oleh para relawan PMI dan promosi kebersihan
kepada penduduk dilaksanakan oleh anggota Desa Siaga.
Pelatihan anggota Desa Siaga terdiri dari:
that have diarrhea must be encouraged to replace lost
fluids ideally by drinking ORS.
Good to remember:
Alert village committee aims
at responding maternal and
children’s health needs.
To enhance the communities’ response to WatSan
needs, health programs are broadcasted on radio,
hygiene is promoted at schools by PMI volunteers
and household hygiene promotions are conducted by
trained Desa Siaga members.
Trainings of the Desa Siaga members consist of:
◗ How to prepare drinkable water and ORS
◗ Bagaimana mempersiapkan air yang layak minum dan
oralit
◗ How to avoid waterborne diseases through personal
and household hygiene practices
◗ Bagaimana mencegah penularan penyakit-penyakit yang
disebarkan melalui air dengan cara berperilaku hidup bersih
baik individual maupun keluarga
◗ How to construct household latrines
◗ Bagaimana membangun jamban keluarga
Kebersihan pribadi dan penggunaan jamban yang benar
adalah hal yang sangat penting untuk memutuskan rantai
penularan faecal-oral yang dapat menyebabkan diare dan
penyakit-penyakit lainnya terutama yang menyerang bayi
dan anak-anak. Pesan-pesan kunci yang berisi informasi:
Personal hygiene and the correct use of latrines are
essential to break the faecal-oral route of infections
causing diarrhea and other diseases that affect
infants and children particularly.
The key messages are laminated on colorful, easyto-read sheets and distributed to each household
containing the information of how to build
latrines, how to maintain wells, etc.
pembawa pesan kesehatan 25
PUBLIC HEALTH KESEHATAN MASYARAKAT
bagaimana cara membangun jamban,
bagaimana merawat sumur dan informasi
lainnya dilaminating pada kertas berwarna
yang mudah dibaca dan disebarluaskan
pada setiap keluarga.
Apa tujuan dari pelatihan ini?
Dengan adanya pelatihan tersebut para
peserta Desa Siaga dapat lebih mendalami
masalah-masalah Air dan Sanitasi dan
sekaligus memberikan pandangan bagi
para fasilitator mengenai kebiasaankebiasaan terhadap Air dan Sanitasi
yang ditemukan didalam masyarakat.
Pemahaman bahwa tubuh terdiri dari 60 70% cairan membantu anggota Desa Siaga
untuk menghargai kebutuhan tubuh akan
cairan yang telah hilang lewat keringat,
air seni dan pembuangan kotoran,terutama
pada kasus diare.
Sehubungan dengan hal tersebut Proyek Kesehatan SRC saat
ini membangun jamban-jamban umum dan merehabilitasi
sumur-sumur sesuai dengan standar Depkes bagi keluargakeluarga yang paling rentan dalam masyarakat. Bersama
dengan PMI dan Depkes, proyek ini mengadakan pertemuanpertemuan dengan masyarakat untuk merencanakan dan
mempersiapkan kegiatan Air dan Sanitasi. Komite Desa Siaga
membantu dalam mengidentifikasi keluarga yang rentan
untuk mendapatkan rehabilitasi sumur dan lokasi-lokasi
untuk pembangunan jamban umum. Jamban umum yang
dibangun harus menjamin kesetaraan gender dalam penggunaannya dan untuk itu telah dibuat suatu kesepakatan desa
secara formal termasuk pihak-pihak yang ikut ambil bagian.
Pekerjaan para tukang bangunan dimonitor oleh proyek ini
setiap hari dan demikian pula Depkes secara aktif mengajak
anggota masyarakat. Hal ini terbukti berhasil dalam mengurangi masalah dengan para pekerja bangunan dan
masyarakat dan menumbuhkan rasa kepemilikan anggota
masyarakat. Respon Proyek Kesehatan SRC terhadap
kebutuhan Air dan Sanitasi merupakan joint venture yang
merangkul masyarakat dan bekerjasama secara erat dengan
PMI, Depkes dan sektor publik. ■
26 health messenger
What is the goal of the training?
The trainings allow the Desa Siaga participants to
explore WatSan issues and give the facilitators
insight on common WatSan practices found in the
communities. Understanding that the body is made
of 60 to 70 % of fluids helps the Desa Siaga members
to appreciate the need to replenish the body of fluids
lost through perspiration, urination and defecation,
particularly in case of diarrhea.
Correspondingly, the SRC Health Project is constructing public latrines and rehabilitating wells to
MOH standards for the most vulnerable households
in the communities. Together with the PMI and the
MOH, the project holds meetings with the communities to plan and prepare the WatSan activities. Desa
Siaga committees assist in identifying of the vulnerable households for well rehabilitation and the sites
for public latrines constructions. Public latrines
should ensure gender equality of use, and a formal
village agreement including all the partakers is made.
The works of the constructors are monitored on a
daily basis by the project and the MOH vis-à-vis,
actively integrating the household members. It has
proven to be successful in mitigating problems with
the contractors and the communities and towards
enhancing the household members’ sense of ownership. The SRC Health Project’s response to the
WatSan needs of communities is therefore a joint
venture that embraces the communities and works in
close cooperation with the PMI, the MOH and the
public sector. ■
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Dermatitis
Kontak CONTACT
DERMATITIS
dr. Dina Lidadari, Sp.KK - Bagian Kulit & Kelamin RSUZA/Unsyah/Dermatology Department of RSUZA/Unsyiah
Dermatitis kontak adalah suatu peradangan noninfeksius pada kulit dimana faktor pencetusnya
merupakan bahan yang berasal dari luar (masuk
melalui kulit) bukan melalui inhalasi ataupun oral.
Dermatitis kontak merupakan kasus kedua tersering
diantara kasus-kasus dermatitis dan sering dialami
oleh mereka yang menggunakan air yang tidak layak.
Contact dermatitis is a non-infectious
inflammation of the skin caused by a skin
exposure to an external substance (not by
inhalation or oral). Among various dermatitis,
contact dermatitis is the second most common skin disease and is mostly experienced
by people using unclean water.
Definisi
Definition
Ada 2 tipe dermatitis kontak:
There are 2 types of contact dermatitis:
◗ Dermatitis kontak iritan: suatu peradangan pada kulit akibat
kontak dengan bahan iritan
◗ Irritant contact dermatitis: skin inflammation due
to direct contact with the irritant substance
◗ Dermatitis kontak alergika: suatu peradangan pada kulit
akibat kontak dengan bahan alergen
◗ Allergic contact dermatitis: skin inflammation due
to direct contact with the allergen substance
Berbagai macam bahan allergen,serbuk bunga,kotoran unggas
dan lain-lain bisa terdapat di sumber air. Demikian juga
bahan-bahan yang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis
kontak iritan seperti bahan-bahan kimia terutama yang di
pakai di lingkungan rumah tangga dan industri dapat mencemari sumber air.
Various allergen substances such as pollen, bird feces
etc, can be found in the water resources. Similarly,
the substances causing irritant contact dermatitis
such as chemical substances used by industry and
household may contaminate water sources.
Gejala dan tanda-tanda klinis
Gejala dari dermatitis kontak alergika tidak berbeda dengan
dermatitis lainnya yaitu didominasi oleh rasa gatal yang
selanjutnya diikuti dengan timbul bercak merah (macula
eritematus dengan batas tidak jelas) ataupun bintik-bintik
merah (papulae eritematus), disertai skuama. Pada kasus
yang akut, dapat dijumpai vesikel dan pustule bila disertai
Symptoms and clinical signs
Symptoms of allergic contact dermatitis are not
different from other dermatitis: itchiness followed by
red spots (macular erythema with unclear boundary)
or red stains (papular erythema), along with squama.
For acute cases, we may find vesicles and pustules
along with secondary infection. Irritant contact
dermatitis is generally chronic. General symptoms
pembawa pesan kesehatan 27
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Diagram hipersensivitas tipe IV/ Hypersensitive type IV chart
infeksi sekunder. Pada dermatitis kontak iritan, umumnya
bersifat kronis. Gejala umumnya kulit yang mengering yang
menimbulkan rasa perih.Tampak makula eritematus dengan
skuama-skuama, atau bila lebih berat akan terlihat fisurefisure. Selanjutnya bila tetap terpapar dengan penyebab,
terjadi erosi bahkan bisa terjadi vesikel dan pustule. Kalau
sampai pada tahap ini akan susah membedakan antara
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergika.
are dried off skin which causing pain. We may find
macular erythema with squama, or for more acute
cases we may find fissures. If there is a continuous
contact with the causal factor, erosion of the skin
will occur even with vesicles and pustules. Until this
stage it is difficult to differentiate the irritant contact
dermatitis from the allergic contact dermatitis.
Etiopathogenesis
Etiopatogenesis
Dermatitis kontak iritan terjadi akibat kulit terpapar dengan
bahan iritan kuat yang menyebabkan sel-sel epidermis akan
langsung mengalami nekrosis yang dapat kita lihat reaksinya
dalam beberapa jam. Kontak langsung bahan iritan ini juga
dapat merusak barier kulit. Disini pada awalnya tidak terjadi
reaksi imunologis, namun karena prosesnya berulang terus
menerus, reaksi hypersensitifitaspun akan terjadi. Sedangkan
dermatitis kontak alergika digolongkan sebagai reaksi kulit
yang terjadi akibat dari reaksi hypersensitifitas tipe IV, yaitu
reaksi tipe lambat. Kontak awal dengan bahan alergen tidak
menimbulkan reaksi apapun. Bahan alergen (antigen) yang
masuk akan ditangkap oleh sel-sel Langerhan yang berada di
epidermis. Sel-sel langerhans ini dapat meneruskannya ke
kelenjar limfe yang selanjutnya mengalami proses sehingga
terbentuklah sel-sel T yang sensitif yang kemudian di kemba-
28 health messenger
Irritant contact dermatitis is the clinical result of
direct contact between the skin and a strong irritant
substance. It may cause a necrosis of the epidermis
cells which develops within few hours. It also may
damage the skin barrier. At the beginning there would
not be immunological reaction, however as it is
repetitive, a hypersensitive reaction of the skin can
occur. Allergic contact dermatitis is characterized as
hypersensitivity type IV, which is called slow reaction
type. First contact with the allergen substance (antigen) will not affect the skin. The antigen will be bind
with Langerhans cells which are situated at epidermis
level. Langerhans cells can migrate from the epidermis
to the regional draining lymph nodes which form the
T cell sensitization. If the skin is exposed to similar
allergens (antigen) again, the hypersensitivity reaction
can occur where various cytokines can be released.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
likan ke kulit. Apabila alergen yang sama terpapar kembali
dan dapat dikenali, maka dimulailah reaksi hipersensitifitas
dimana berbagai macam cytokin akan dikeluarkan.
Diagnosis
Diagnosis suatu dermatitis sudah dapat ditegakkan hanya
berdasarkan gejala dan gambaran klinis. Namun untuk
membuat diagnosis suatu dermatitis kontak tidaklah mudah.
Gambaran klinis antara dermatitis kontak alergika dan
dermatitis kontak iritan sangatlah mirip. Anamnesis yang
cermat dapat sangat membantu. Tes tempel dilakukan untuk
membantu mengetahui alergen-alergen yang diduga menjadi
penyebab dari dermatitis kontak alergika.
Diagnosis banding
Dermatitis kontak sukar di bedakan dengan psoriasis dan
dermatofitosis. Dermatitis kontak akut di wajah, kadangkadang mirip dengan erisipelas atau angioedema.
Penting untuk diingat:
Dermatitis kontak sering dialami oleh
mereka yang menggunakan air yang
tidak layak atau sudah tercemar dengan
bahan-bahan kimia tertentu.
Good to remember:
Contact dermatitis affects
people who use unclean water
or water contaminated with
chemical substances.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang paling utama adalah menghindari
penyebabnya. Terapi topical pada lesi yang basah dan disertai
infeksi sekunder berupa pustule sebaiknya di kompres
secara terbuka dengan sodium chloride 0,9% selama 1-2 hari
atau sampai lesi mengering, selanjutnya dapat di berikan
topical steroid. Apabila lesi kering, dapat diberikan topical
kortikosteroid, dan pada lesi yang luas dapat dipertimbangkan
pemberian kortikosteroid oral. Oral antibiotika (sebaiknya
bukan dari golongan penicillin) dapat di berikan hanya
bila ada infeksi sekunder.Antihistamin dapat diberikan pada
dermatitis kontak alergika. ■
Diagnosis
Dermatitis can be diagnosed according to symptoms
and clinical signs. However it is not easy to make a
diagnosis of a contact dermatitis. Clinical signs
between allergic contact dermatitis and irritant one
are very similar. A precise anamnesis will be very
helpful. Patch test is conducted to help to find out
the allergens which are supposed to be the cause of
the allergic contact dermatitis.
Differential Diagnosis
It is very difficult to differentiate contact dermatitis
from psoriasis and dermatophytosis. Acute contact
dermatitis on the face can look like erysipelas or
angioedema.
Treatments
The main action is to avoid the causal factor. Topical
therapy on wet lesion with secondary infection and
pustule should be given by applying moist compresses
soaked with sodium chloride 0,9% for 1-2 days or
until the lesion dries up. Then topical steroid can be
given. If the wound is dried up, topical corticosteroid
can be given, and for the extensive lesions, health
workers can consider giving oral corticosteroid. Oral
antibiotics (not penicillin type) can be given only if
there is a secondary infection. Antihistamine can be
given to allergic contact dermatitis. ■
pembawa pesan kesehatan 29
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Penyakit yang berkaitan
dengan air
WATER RELATED DISEASES
dr Kurnia F. Jamil, M.Kes, SpPD-KPTI, Spesialis Penyakit Dalam / Internist - RSUZA
Banyak penyakit berkaitan dengan air terutama di
negara berkembang seperti Indonesia (khususnya di
Provinsi Aceh) dimana sistem air dan sanitasi mengalami banyak perubahan dalam beberapa tahun
terakhir.Tsunami telah menghancurkan keseluruhan
sistem Air dan Sanitasi, akan tetapi ratusan LSM dan
institusi baik lokal dan internasional telah melaksanakan proyek-proyek untuk membangun kembali
dengan sistem yang bahkan lebih baik lagi. Namun
demikian, penyakit yang berkaitan dengan air masih
menjadi permasalahan saat ini. Banyak penyakit,
kontaminan dan kerusakan yang berkaitan dengan
air, hygiene dan sanitasi. Penyakit yang berkaitan
dengan air disebabkan oleh organisme yang secara
langsung disebarkan melalui air dan diklasifikasikan
ke dalam kategori: bakteri, parasit dan virus.
Many diseases are related to water, especially
in the developing countries such as Indonesia
(Aceh Province in particular) where the water
and sanitation systems have faced many
changes in the last few years. The tsunami
destroyed the whole existing WatSan system,
but hundreds of local and international NGOs
and institutions led projects to re-build
something even better. Nevertheless, waterrelated diseases are still a current issue.
Many illnesses, contaminants, and injuries
can be water, sanitation, or hygiene-related.
Waterborne diseases are caused by organisms
that are directly spread through water and
classified in categories: bacterial, parasitic
and viral.
JENIS-JENIS PENYAKIT DARI BAKTERI BACTERIAL TYPE OF DISEASES
KOLERA
CHOLERA
Kolera merupakan suatu penyakit diare akut yang disebabkan
oleh infeksi usus karena bakteri Vibrio cholerae.
Cholera is an acute, diarrheal illness caused by infection
of the intestine with the bacterium Vibrio cholerae.
Penyebab dan cara penularan
Causes and contamination routes
Minum air atau makan makanan yang terkontaminasi bakteri
kolera (biasanya ditemukan pada kerang-kerangan mentah).
Dalam suatu wabah, sumber kontaminasi biasanya adalah
kotoran dari orang yang terinfeksi. Penyakit dapat menyebar
dengan cepat di wilayah yang tidak memiliki sistem pembuangan kotoran dan air minum yang memadai. Kontaminasi
makanan dapat juga terjadi karena air, tangan dan lalat yang
terkontaminasi.
Drinking water or eating food contaminated with the
cholera bacterium (usually found in raw shellfish).
In an epidemic, the source of the contamination is
usually the feces of an infected person. The disease
can spread rapidly in areas with inadequate treatment of sewage and drinking water. Contamination
of food by contaminated water, hands and flies can
also occur.
30 health messenger
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Titik konsumsi/Point of consumption
Titik konsumsi/Point of consumption
Ikan, kerang-kerang/Seefood, shellfish
Ekskresi kuman
Pathogen excretion
Air Minum/Drinking water
Irigasi tanaman/Irrigated crops plants
Air laut/Costal water
Saluran pembuangan/Sewage discharge
Air permukaan dan air sumur/Surface and ground water
Gejala
Symptoms
Sekitar satu dari 20 orang yang terinfeksi mengalami penyakit yang parah yang ditandai dengan adanya diare yang sangat banyak, muntah dan kram kaki. Pada orang yang terinfeksi, hilangnya cairan tubuh dengan sangat cepat dapat
menyebabkan dehidrasi dan shock.Tanpa penanganan dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa jam.
Approximately one out of 20 infected persons suffers
severe disease characterized by profuse watery diarrhea,
vomiting, and leg cramps. In these persons, rapid loss
of body fluids leads to dehydration and shock.
Without treatment, death can occur within hours.
Langkah-langkah pencegahan dasar
Sanitasi yang baik, persediaan air yang aman dan higiene
secara umum akan membantu mencegah kolera. Minum air
yang direbus dan dipurifikasi (diberi klorin dan yodium)
Makanlah makanan yang telah dimasak dengan benar dan
masih panas atau makan buah yang sudah dikupas, hindari
ikan atau kerang-kerangan yang kurang matang atau mentah,
cuci sayuran mentah dengan air bersih.
Basic prevention measures
Good sanitation, safe water supply and general
hygiene will help to prevent cholera. Drink boiled
water or purified water (treated with chlorine or
iodine), eat only foods that have been thoroughly
cooked and are still hot, or fruits that you have
peeled yourself, avoid undercooked or raw fish or
shellfish, wash the raw vegetables with clean water.
Treatments
Pengobatan
Kolera dapat ditangani dengan mudah dan berhasil dengan
segera mengganti cairan dan garam yang hilang karena diare
dengan menggunakan Oralit (suatu campuran gula dan
garam dicampur dengan air). Kasus yang parah juga memerlukan penggantian cairan ke dalam pembuluh darah. Dengan
rehidrasi yang cepat, kurang dari 1% pasien kolera meninggal. Antibiotik memperpendek proses penyakit dan mengurangi keparahan penyakit.
KASUS KOLERA HARUS DILAPORKAN KEPADA DINAS
KESEHATAN KABUPATEN atau/dan PROPINSI
Cholera can be simply and successfully treated by
immediate replacement of the fluids and salts lost
through diarrhea using oral rehydration solution (a
prepackaged mixture of sugar and salts to be mixed
with water). Severe cases also require intravenous
fluid replacement. With prompt rehydration, less
than 1% of cholera patients die. Antibiotics shorten
the course and diminish the severity of the illness.
CHOLERA CASES MUST BE REPORTED TO THE
DHO or/and PHO
pembawa pesan kesehatan 31
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
DEMAM TIPUS
TYPHOID FEVER
Demam tipus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi.
Demam tipus masih merupakan penyakit yang umum ditemukan di negara-negara berkembang dimana penyakit ini
menyerang sekitar 21,5 juta orang setiap tahunnya.
Typhoid fever is a life-threatening illness caused by
the bacterium Salmonella Typhi. Typhoid fever is still
common in developing countries, where it affects
about 21.5 million persons each year.
Causes and contamination routes
Penyebab dan cara penularan
Bakteri S.Typhi hanya hidup di tubuh manusia. Orang yang
terserang tipus membawa bakteri di dalam aliran darah dan
saluran usus mereka. Selanjutnya, sejumlah kecil orang yang
disebut carrier sembuh dari tipus namun tetap membawa
bakteri tersebut. Baik orang yang terserang maupun carrier
tetap mengandung bakteri tersebut di dalam kotoran
mereka. Kotoran atau urin orang yang terserang dapat
mengkontaminasi makanan atau air minum. Hal ini dapat
terjadi jika mereka mengolah makanan atau jika mereka
tidak menggunakan jamban yang benar. Bisa juga terjadi jika
suplai air tidak aman atau terkontaminasi dengan kotoran
atau minum air yang belum diolah.Lalat juga dapat membawa
bakteri dari kotoran ke makanan.
Gejala
Begitu bakteri S.Typhi masuk kedalam tubuh manusia, bakteri
tersebut langsung berkembang biak dan menyebar ke dalam
aliran darah.Tubuh bereaksi dengan munculnya demam dan
tanda serta gejala lainnya.
MINGGU 1: gejala umum (rasa tidak enak badan, sakit
kepala, sakit perut, konstipasi, dan demam)
MINGGU 2: keadaan semakin memburuk (diare, muncul
sejumlah titik-titik merah)
MINGGU 3: gejala dan tanda menjadi lebih parah. Pasien
bisa jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri dan dapat
meninggal.Dapat dilihat terjadinya perforasi dan pendarahan
di usus kecil.
Langkah-langkah pencegahan dasar
Tiga tindakan dasar dapat melindungi anda dari demam tipus:
1. Pasien dan carrier tidak boleh mengolah makanan untuk
orang lain
2. Suplai air masyarakat yang aman, pembuangan kotoran
dan urin dengan benar merupakan hal yang sangat penting.
3. Imunisasi menggunakan vaksin tipus dapat direkomendasikan oleh para petugas kesehatan
Menghindari makanan beresiko juga akan membantu
melindungi Anda dari penyakit lain termasuk diare, kolera,
disentri dan hepatitis A. Setelah mendapat vaksinasi tipus,
maka dalam beberapa tahun efektifitasnya akan berkurang;
32 health messenger
S. Typhi lives only in humans. Persons with typhoid
fever carry the bacteria in their bloodstream and
intestinal tract. In addition, a small number of persons,
called carriers, recover from typhoid fever but continue
to carry the bacteria. Both ill persons and carriers
shed S. Typhi in their feces (stool). The faeces or urine
of an infected person may contaminate food or
drinking water. This may occur if they handle food or
if they do not use a proper toilet. It may also occur if
the water supply is not safe or contaminated with
excreta or remains untreated. Flies can also carry the
bacteria from faeces to food.
Symptoms
Once S. Typhi bacteria are in the organism, they
multiply and spread into the bloodstream. The body
reacts with fever and other signs and symptoms.
WEEK 1: general symptoms of infection (malaise,
headache, abdominal pain, constipation and fever)
WEEK 2: condition gets worse (diarrhea, rash of
red spots)
WEEK 3: symptoms and signs become more severe.
Patient can faint remains unconscious and die.
Perforation of intestines may be seen and hemorrhage may occur in small intestine.
Basic prevention measures
Three basic actions can protect you from typhoid
fever:
1.
Patients and carriers should not be allowed to
handle food for others
2. Safe community water supply, proper disposal of
faeces and urine is essential
3. Immunization using typhoid vaccine may be
recommended for health staff
Avoiding risky foods will also help protect you from
other illnesses, including diarrhea, cholera, dysentery,
and hepatitis A. Getting vaccinated: Typhoid vaccines
lose effectiveness after several years; if you were
vaccinated in the past, check with your doctor to see
if it is time for a booster vaccination. Taking antibiotics will not prevent typhoid fever; they only help
to treat it.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
:
jika anda dulunya sudah pernah divaksin, periksalah ke
dokter anda apakah sudah saatnya untuk mendapatkan
vaksinasi booster. Minum antibiotik tidak dapat mencegah
demam tipus; itu hanya dapat membantu mengobatinya.
Bahaya demam tipus tidak berakhir walaupun
gejalanya sudah hilang
Walaupun gejala telah hilang, pasien masih mungkin membawa bakteri S. Typhi. Jadi, penyakit dapat muncul lagi atau
ditularkan ke orang lain. Berikan saran-saran berikut kepada
pasien: Cuci tangan dengan seksama menggunakan sabun
dan air setelah menggunakan kamar mandi dan jangan
mengolah atau menyajikan makanan untuk orang lain untuk
mengurangi peluang terjadinya penularan ke orang lain.
Penting untuk melakukan pemeriksaan kotoran secara
berkala untuk memastikan bahwa tidak ada lagi bakteri
S. Typhi dalam tubuh anda.
Typhoid fever's danger doesn't end when
symptoms disappear
Even if the symptoms fade away, patient may still be
carrying S. Typhi. So, the illness could reappear or be
transmitted to other people. Advice patients to do the
following things: Wash your hands carefully with
soap and water after using the bathroom, do not
prepare or serve food for other people in order to
reduce the possibility of transmission to other people.
A series of stool cultures to ensure that no S. Typhi
bacteria remain in your body can be necessary.
Good to remember:
Waterborne diseases can
be classified in 3 categories:
viral, parasitic and bacterial.
Penting untuk diingat:
Penyakit yang berasal dari air dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 kategori:
virus, parasit dan bakteri.
pembawa pesan kesehatan 33
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Jenis penyakit yang berasal dari parasit/Parasitic Type of Diseases
ASCARIASIS
ASCARIASIS
Ascaris adalah cacing yang hidup di usus kecil. Infeksi akibat
Ascaris disebut ascariasis. Ini merupakan penyakit cacing
yang biasa dialami manusia. Infeksi terjadi di seluruh dunia
dan paling biasa terjadi di daerah tropis dan sub tropis
dimana sanitasi dan higienenya buruk.Anak-anak lebih sering
terserang dibanding orang dewasa.
Ascaris is a worm that lives in the small intestine.
Infection with ascaris is called ascariasis which is the
most common human worm infection. Infection
occurs worldwide and is found in tropical and subtropical areas where sanitation and hygiene are poor.
Children are more prone to this infection.
Transmission
Cara penularan
= Fase Infektif/Infective Stage
Cacing betina dewasa meng
The adult female
= Fase Diagnosis/Diagnostic Stage
worm lays thouhasilkan ribuan telur di
sands of eggs in the
dalam usus yang dikeluarintestine
which
kan melalui kotoran. Telur
pass in the faeces.
menjadi bersifat menular
Eggs become infecsetelah dua minggu masa
tive after two weeks
inkubasi di tanah yang lemof incubation in
bab. Begitu berada di usus
damp soil. Once in
kecil, cacing akan menetas.
the small intestines,
Larva dibawa melalui paruTinja
immature worms
Feces
paru dan kemudian ke tenghatch from the
gorokan dimana mereka
eggs. The larvae are
ditelan. Begitu tertelan,
carried through the
mereka akan tiba di usus
lungs and then to
dan tumbuh menjadi cacing
the throat where
dewasa. Cacing betina
they are swallowed.
telur yang
dewasa bertelur dan diketidak dibuahi
Once swallowed,
telur yang
tidak akan berkembang
luarkan melalui kotoran;
they
reach
the
dibuahi
unfertilized egg will not undergo
Fertilized egg
biological development
siklus ini makan waktu 2-3
intestines
and
bulan. Penularan terjadi
develop into adult
ketika tertelan telur cacing yang terkontaminasi dari koto- worms. Adult female worms lay eggs that are then
ran, air atau makanan.Anak-anak yang bermain di tanah atau passed in faeces. This cycle can take between 2-3
air yang terkontaminasi merupakan penyebab utama infeksi. months. Transmission happens when an infective
egg is swallowed from dirt, water or food. Many children playing in contaminated soil or water are infectTanda dan gejala
ed this way.
Anak-anak lebih sering terinfeksi dan lebih parah dibanding
orang dewasa.Tidak ada tanda dan gejala yang jelas tetapi bila
Signs and symptoms
cacingnya banyak, dapat diiringi dengan diare ringan, perut
tidak nyaman dan distensi dapat muncul. Dalam sejumlah Children are infected more often and more severely
kecil kasus, penyakit ini dapat menyebabkan obstruksi usus than adults. There are no obvious signs and symptoms
but if there are many worms, mild diarrhea, abdominal
atau pneumonia dan asma jika larva-larva tersebut masuk ke
discomfort and distension may appear. In few cases,
dalam paru-paru.
it can cause intestinal obstruction or pneumonia and
asthma if larvae travel to the lung.
Langkah-langkah pencegahan dasar
Hindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi
kotoran manusia, jangan buang kotoran sembarangan, cuci
tangan dengan sabun dan air sebelum mengolah makanan,
cuci, kupas atau masak semua sayuran dan buah mentah
sebelum dimakan atau cuci syauran mentah dengan air bersih
sebelum dimakan.
34 health messenger
Basic prevention measures
Avoid contacting soil that may be contaminated with
human faeces, do not defecate outdoors, wash your
hands with soap and water before handling food, wash,
peel or cook all raw vegetables and fruits before eating
or clean raw vegetables with clean water before eating.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
MALARIA
MALARIA
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit dan disebarkan oleh nyamuk. Setiap tahun 350-500
juta kasus malaria terjadi di seluruh dunia dan lebih dari satu
juta orang meninggal. Penyakit yang kadang-kadang berakibat
fatal ini dapat dicegah dan disembuhkan.
Malaria is a mosquito-borne disease caused by a parasite. Every year, 350-500 million cases of malaria
occur worldwide, and over one million people die.
This sometimes fatal disease can be prevented and
cured.
Transmission
Cara penularan
Nyamuk terinfeksi ketika menyedot darah manusia yang
menderita malaria. Setelah berkembang di usus nyamuk,
sporozoit dapat ditularkan ke orang lain melalui gigitan
nyamuk betina (Anopheles). Nyamuk biasanya menggigit
waktu subuh dan senja. Nyamuk anopheles hidup dihutan
dan daerah pegunungan termasuk pesisir hutan bakau.
Mosquitoes are infected by sucking the blood of an
infected person. After development in the midgut of
the mosquito, sporozoites can be transmitted to
another person through the bite of a female mosquito
(Anopheles). The mosquitoes usually bite at dawn
and dusk. The anopheles mosquito likes forest and
mountain areas including coastal mangroves.
BREAK THE CYCLE WITH VACCINES
MEMUTUSKAN RANTAI PENULARAN
DENGAN VAKSIN
Sporozoit/Sporozites
Kelenjar liur yang terinfeksi
dengan sporozoit/Salivary
gland infected with sporozites
Perut/Gut
Ookista/Oocyst
Merozoit/Merozoites
Ookinet/Ookinete
Sel-sel hati/Liver cells
Gamet/Gametes
Vesikel/Vesicles
Betina/Female
Gametosit/Gametocytes
Sel darah merah/Red blood cells
Jantan/Male
Gejala mulai terjadi disini/Symptoms start here
Tanda dan gejala
Signs and symptoms
Biasanya dimulai dengan gejala yang samar-samar selama
beberapa hari. Kemudian timbul demam yang diiringi
menggigil dan banyak berkeringat dibarengi sakit kepala,
muntah dan delirium. Kemudian penyakit mencapai tahap
kronis yang dapat berlangsung bertahun-tahun sampai
pasien membentuk kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang
penuh sulit terbentuk di daerah penularan yang rendah
seperti Asia Tenggara namun biasa terdapat di daerah penularan yang lebih tinggi di Afrika sub sahara.
Usually begins with a few days of vague ill health.
Then peaks of fever occur with chills and heavy
sweating followed by headache, vomiting, delirium.
Then the disease leads to a chronic stage that may
last years before the patient develops immunity.
Fully developed immunity is rare in areas of low
transmission like most of South-East Asia but common in higher transmission areas of Sub-Saharan
Africa.
pembawa pesan kesehatan 35
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Langkah-langkah pencegahan dasar
Basic prevention measures
Perlindungan dari gigitan nyamuk, menggunakan kelambu dan
melindungi tubuh dengan baju lengan panjang dan celana panjang, serta menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk.
Protecting from mosquito bites, using of mosquito
nets and covering the skin with long sleeves and
trousers, eliminating mosquito breeding grounds.
Diagnosa
Diagnosis
Malaria dapat didiagnosa berdasarkan gejala pasien dan
pemeriksaan fisik. Namun demikian, untuk mendapatkan
hasil diagnosa pasti, maka uji laboratorium harus dilakukan
untuk mendeteksi adanya parasit malaria atau komponennya.
Malaria can be suspected according to the patient's
symptoms and the physical findings during examination. However, for a definitive diagnosis, laboratory
tests must done to detect the malaria parasites or
their components.
Pengobatan
Treatments
Sebagian besar obat yang digunakan adalah aktif melawan
bentuk-bentuk parasit di dalam darah (bentuk yang menyebabkan penyakit). Pengobatan pasien malaria bergantung pada:
Most drugs used in treatment are active against the
parasite forms in the blood (the form that causes the
disease). Treating a patient with malaria depends on:
◗ Jenis (spesies) parasit yang menginfeksi
◗ Daerah tempat terinfeksi dan status resistensi obatnya
◗ Status klinis pasien
◗ Penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan
◗ Kehamilan
◗ Alergi obat atau pengobatan lain yang telah dilakukan oleh
pasien
◗ The type (species) of the infecting parasite
◗ The area where the infection was acquired and its
drug-resistance status
Penyakit malaria terdiri 4 tipe. 2 tipe diantaranya paling
sering ditemukan di Indonesia.
Tabel berikut menjelaskan pengobatan malaria yang disebabkan oleh P. falciparum and P.vivax:
There are 4 types of Malaria. Among the 4 types, 2 of
them are commonly found in Indonesia.
◗ The clinical status of the patient
◗ Any accompanying illness or condition
◗ Pregnancy
◗ Drug allergies, or other medications taken by the
patient
Explanation of the treatments for P. falciparum and
P.vivax forms of Malaria:
P. FALCIPARUM
P.VIVAX
Malaria tanpa komplikasi
Uncomplicated form of malaria
Tanpa konfirmasi pemerik- Dengan konfirmasi
saan lab
pemeriksaan lab
Unconfirmed by lab test
lab-confirmed malaria
CQ+PQ
AS+AQ+PQ
Pada kasus dengan
pengobatan yang
gagal
In case of treatment failure
QN+D+PQ
Malaria berat
severe malaria
QN/AM
Malaria pada
kehamilan
Malaria during
pregnancy
QN; (AS+AQ -2nd
+3rd trimester)
pengobatan
treatment
CQ+PQ(14d)
AQ= Amodiakuin/Amodiaquine, AM = Artemeter/Arthemehter, AS=Artesunat/Artesunate, CQ=Klorokuin/Chloroquine
D= Doksisiklin/Doxycycline, PQ=Primakuin/Primaquine, QN= kina/Quinine
Selanjutnya, Primaquine tidak boleh diminum oleh wanita
hamil atau orang yang kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenise). Pasien tidak boleh minum primaquine
sebelum uji penyaringan menunjukkan bahwa pasien tidak
mengalami defisiensi G6PD.
36 health messenger
In addition, primaquine should not be taken by
pregnant women or by people who are deficient in
glucose-6-phosphate dehydrogenize (G6PD). Patients
should not take primaquine until a screening test has
excluded G6PD deficiency.
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
Jensi Penyakit dari Virus
Viral Types of Diseases
DEMAM BERDARAH
DENGUE FEVER
Organisme penyebab penyakit ini adalah virus. Ini merupakan
penyakit mematikan bagi anak-anak dan orang dewasa.
The causative organism is a virus. This is a killer
disease of children and adults.
Transmisi
Transmission
Demam berdarah berasal dari gigitan nyamuk (Nyamuk
Aedes Aegypti). Nyamuk Aedes menggigit pada siang hari
dan hidup di sekitar rumah dan berkembang biak di wadahwadah air seperti ban bekas yang tidak dipakai dan batok
kelapa. Demam berdarah merupakan penyakit yang dapat
mewabah yang menyebabkan sejumlah kasus pada periode
tertentu setiap tahun (musim hujan).
Dengue fever comes from a mosquito bite (Aedes
Aegypti Mosquito). Aedes mosquito is a day biter and
lives around the house and breeds in water containers such as old discarded tires and coconut shells.
Dengue is an epidemic disease causing an increased
number of cases at certain period of the year (rainy
season).
Tanda dan gejala
Signs and symptoms
Serangan demam secara mendadak, sakit kepala yang parah,
myalgia dan arthralgias, leukopenia, thrombocytopenia (sakit
persendian dan punggung). Biasanya ada bercak-bercak
merah di kulit (bercak berdarah). Kadang-kadang penyakit ini
meyebabkan shock dan pendarahan yang dapat menyebabkan
kematian.
Sudden onset of fever, severe headache, myalgias and
arthralgias, leucopenia, thrombocytopenia (joint and
back pains). Usually there are rashes on the skin
(bleeding spots). Occasionally the disease produces
shock and hemorrhage, leading to death.
Spektrum Demam Berdarah Dengue/The Spectrum of Dengue Haemorrhagic Fever
Infeksi dengue/Dengue Infection
Deman
Fever
Tes torniket positif
Positive tourniquet test
Meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah
Increase vascular permeability
Pembesaran hati
Hepatomegaly
Trombositpenia
Thrombocytopenia
Stadium I
Grade I
Manifestasi perdarahan yang lain
Other haemorrhagic manifestations
Peningkatan hematokrit/Rising haemotacrit
Hipoproteinemia/Hypoproteinemia
Efusi serosa/Serous effusion
}
Stadium II
Grade II
Kebocoran plasma
Leakage of Plasma
Hipovolemia/Hypovolaemia*
Koagulopati/Coagulopathy
Koagulasi intravaskular
menyeluruh/Disseminated
intravascular coagulation*
Syok/Shock
Perdarahan hebat/Severe bleeding
* see the glossary p.62 - 63
Sumber/Source: WHO
Stadium III
Grade III
Stadium IV
Grade IV
Kematian/Death
Langka-langkah pencegahan dasar
Basic prevention measures
Langkah-langkah pencegahan kurang lebih sama dengan
langkah-langkah pencegahan malaria. (Untuk mendapatkan
informasi lebih banyak silakan lihat P2K 9, ZOOM mengenai
demam berdarah). ■
Preventive measures are more or less similar to
malaria preventive measures. (For more information
refer to HM 9, ZOOM on dengue fever). ■
pembawa pesan kesehatan 37
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
PROGRAM MANAJEMEN
LIMBAH MEDIS
MEDICAL WASTE
MANAGEMENT PROGRAM
Yayat Kurniawan, Manajer Teknik Program Kesehatan Lingkungan, Palang Merah Kanada / Environmental Health
Technical Program Manager, Canadian Red Cross
Kegiatan medis di sejumlah fasilitas seperti rumah
sakit, puskesmas dan pustu dapat menghasilkan
limbah. Sangat penting bagi para petugas kesehatan
untuk belajar bagaimana melindungi tidak hanya
diri mereka sendiri tetapi juga masyarakat umum
dari bahaya yang disebabkan oleh penanganan
limbah medis yang tidak benar.
Dibawah ini adalah beberapa efek samping limbah medis terhadap lingkungan hidup dan kualitas kesehatan:
◗
◗
◗
◗
◗
Kerusakan estetika lingkungan hidup
Kerusakan properti
Kerusakan tumbuhan dan hewan
Kerusakan terhadap kesehatan manusia
Kerusakan genetik dan reproduksi
Karakteristik limbah medis
Secara umum, ada dua jenis limbah: limbah non medis dan
limbah medis. Limbah non medis termasuk kertas, kaleng,
botol, sisa makanan, bungkus makanan dan sampah dari
kamar pasien. Sampah medis berasal dari penanganan medis
dari berbagai sumber mulai dari bagian gigi sampai veteriner,
obat-obatan, terapi, penelitian serta pelatihan dan pendidikan.
Berdasarkan potensi bahayanya maka limbah medis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
◗ Limbah tajam
◗ Limbah yang infeksius
◗ Limbah patologi dan anatomi
38 health messenger
Medical activities in facilities such as hospitals,
puskesmas and pustu can produce medical
waste. It is critical that health care providers
learn to protect not only themselves, but also
the general public from harm caused by the
improper handling of medical waste.
Below are some of the known side effects medical waste
can have on the environment and quality of health:
◗
◗
◗
◗
◗
Damage
Damage
Damage
Damage
Damage
to
to
to
to
to
the esthetics of the environment
property
plants and animals
the health of humans
genetics and reproduction
Medical waste characteristics
In general, there are two different types of waste;
non-medical waste, and medical waste. Non-medical
waste includes paper, cans, bottles, food remnants,
food wrapping, and garbage from a patient’s room.
Medical waste results from medical treatment from
various sources ranging from dental, to veterinary,
pharmaceutical, therapy, research and training and
education. Based on potential hazards, medical waste
can be classified as follows:
◗
◗
◗
◗
Sharp waste
Infectious waste
Pathological and anatomical waste
Cytotoxic waste
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
◗
◗
◗
◗
Limbah sitotoksik
Limbah obat-obatan
Limbah kimia
Limbah radioaktif
Dampak limbah medis bagi kesehatan
Kontak langsung dengan sampah berbahaya dari pusat-pusat
kesehatan dapat menyebarkan penyakit. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu atau lebih dari hal-hal berikut:
◗ Limbah yang mengandung penyebab-penyebab penyakit
infeksi
◗ Limbah yang mengandung racun atau obat-obatan dan
bahan kimia berbahaya
◗ Limbah yang mengandung bahan radioaktif
◗ Limbah yang mengandung bahan-bahan yang tajam
Penting untuk diingat:
Dari limbah tajam hingga limbah
radioaktif, fasilitas kesehatan
harus memisahkan limbah medis
mereka yang dilakukan sebagai
kegiatan harian
Orang yang bekerja di pusat-pusat layanan kesehatan serta
para pengunjung dapat beresiko terhadap bahaya-bahaya tersebut diatas. Limbah infeksius dapat mengandung berbagai
mikroorganisme patogen yang dapat masuk ke dalam tubuh
manusia dengan berbagai cara:
◗ Kulit yang luka, lepuh atau goresan di kulit (misal: HIV,
HBV, HCV, demam berdarah)
◗ Selaput lendir (misal, anthrax, infeksi kulit)
◗ Melalui udara (misal, bronchitis)
◗ Melalui mulut (misal, gastroenteritis)
Orang yang beresiko tinggi
Petugas sanitasi dan perawatan termasuk petugas yang
bekerja di daerah lembab atau di insinerator dan pengambil
sampah.
◗
◗
◗
◗
Petugas layanan pendukung: pekerja binatu, supir, dll.
Pemulung
Pasien rawat inap
Pengunjung
◗ Pharmaceutical waste
◗ Chemical waste
◗ Radioactive waste
Impact of medical waste on health
Direct contact with dangerous waste from health
centers can cause disease to spread. This could be
caused by one or more of the following:
◗ The waste contains infectious agents
◗ The waste contains poisons, or dangerous pharmaceuticals and chemicals
◗ The waste contains radioactive material
◗ The waste contains sharp materials
People, who work in health care centers, as well as
visitors, are at risk from these potential dangers.
Infectious waste can contain various microorganism
pathogens which can enter the human body in various
ways:
◗ Stabbing, blistering or skin scratches (ex. HIV,
HBV, HCV, Hemorrhagic fever)
◗ Membrane mucosal (ex. anthrax, skin infection)
◗ Air borne (ex. bronchitis)
◗ Orally (ex. gastroenteritis)
pembawa pesan kesehatan 39
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
◗ Petugas medis: dokter, perawat, dll.
Manajemen limbah medis
Lebih dari 20% limbah fasilitas layanan kesehatan dapat
menyebabkan infeksi. Kurangnya penanganan limbah dapat
melipatgandakan resiko kontaminasi. Dalam penanganan
limbah klinis, bahan-bahan perlu dipisahkan, dimasukkan ke
dalam wadah, dipindahkan dan diolah.
Cara-cara penanganan limbah medis yang umum dilakukan
saat ini di Indonesia antara lain:
◗
◗
◗
◗
Autoclav uap
Dekontaminasi bahan kimia
Penimbunan tanah
Insinerasi
Those who are at high risk
◗ Sanitary and maintenance staff, including those
working in the dump area or in the incinerator,
and pickers
◗ Support services personnel: laundry workers,
drivers etc
◗
◗
◗
◗
Good to remember:
From sharp waste to radioactive
waste, medical facilities must
segregate their medical waste
generated by daily activities.
MANAJEMEN LIMBAH MEDIS OLEH CRC
Program Manajemen Limbah Medis yang sedang dilaksanakan
oleh CRC merupakan salah satu cabang program Manajemen
Limbah Solid padat difasilitasi oleh tim Kesehatan
Lingkungan.
Cakupan kegiatan manajemen limbah medis
Ada dua komponen pada kegiatan ini: penyediaan fasilitas
dan infrastruktur untuk menangani limbah medis serta
peningkatan kapasitas para petugas layanan kesehatan.
Fasilitas dan infrastruktur terdiri dari alat pelindung diri,
fasilitas pengumpulan limbah, insinerator dan needle pit.
Peningkatan kapasitas petugas diperoleh melalui pelatihan
untuk meningkatkan keahlian mereka dan membangun
kesadaran mengenai topik penanganan limbah medis secara
aman. Target program CRC adalah fasilitas-fasilitas layanan
kesehatan di Kabupaten Aceh Jaya.
Pendekatan program
Program ini dimulai pada bulan Januari 2009 dan akan berakhir pada bulan Desember 2009. Program ini meliputi:
◗ Penilaian: data dikumpulkan dalam dua tahapan. Tahap
pertama, kondisi fasilitas yang ada saat ini didokumentasikan
demikian juga kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung.
Tahap yang kedua dilakukan pemeriksaan terhadap volume
dan karakteristik limbah yang dihasilkan.
◗ Tahap 1 pelatihan: tahap pertama dilaksanakan di Calang
dan Lamno pada bulan Maret 2009 dengan 33 peserta yang
berasal dari Dinkes Aceh Jaya, PMI cabang Aceh Jaya, staf
Puskesmas dan Pustu di Aceh Jaya.Tujuan pelatihan adalah
untuk meningkatkan keahlian dan membangun kesadaran
mengenai manajemen limbah medis. Untuk kesinambungan
program, peserta membuat suatu “Tindak Lanjut Rencana
40 health messenger
Scavengers
In-patients
Visitors
Medical staff: doctors, nurses, etc.
Medical waste management
More than 20% of waste from health care facilities is
infectious. Insufficient waste treatments can double
the contamination risk. In clinical waste treatment,
material needs to be segregated, contained, transported and treated.
General medical waste treatment practices in
Indonesia currently include:
◗
◗
◗
◗
Steam autoclaving
Chemical decontamination
Land filling
Incineration
MEDICAL WASTE MANAGEMENT BY CRC
The Medical Waste Management program being
implemented by CRC constitutes one branch of the
solid waste management program, facilitated by the
Environmental Health team.
Scope of medical waste management
activity
There are two components to this activity: providing
facilities and infrastructure to handle medical waste,
as well as capacity building for health care staff. The
facilities and infrastructure consists of personal
protective gear, waste collecting facilities, incinerator
and needle pit. Staff capacity building occurs through
training, to increase their skills and build awareness
GENERAL HEALTH KESEHATAN UMUM
on the topic of safe handling of medical waste. The CRC program targets
health care facilities in Aceh Jaya
District.
Program approach
This program began in January 2009
and will finish in December 2009. It
includes:
◗ Assessment: data is collected in two
stages. In the first stage, the conditions
of existing facilities were documented,
as well as current practices. The second
stage involves auditing the volume and
characteristics of waste generated.
Kegiatan Limbah Medis”. Untuk menentukan tingkat
pengetahuan selama dua hari pelatihan, maka para peserta
diuji pada awal pelatihan dan akhir pelatihan.Hasilnya cukup
dramatis, seperti ditunjukkan pada diagram di atas.
◗ Desain infrastruktur dan pemilihan alat: Hal ini mencakup
penyediaan sebuah insinerator dan needle pit,alat pelindung
diri (sarung tangan, masker, sepatu bot, sepatu, dll) dan
fasilitas pengumpulan limbah (tempat sampah yang diberi
label, pemotong jarum, kotak keselamatan dll)
◗ Konstruksi infrastruktur dan suplai alat-alat: dimulai
bulan Mei dan akan selesai bulan Juli
◗ Pelatihan mengenai operasional dan perawatan fasilitas
dan peralatan: akan dilaksanakan pada akhir bulan Juli.
Dari Juli sampai dengan Desember, CRC bekerjasama dengan Dinkes Kabupaten akan memonitor dan mengevaluasi
efek dari pelatihan tersebut.
◗ Training stage 1: the first stage was
implemented in Calang and Lamno
on March 2009 with 33 participants
who came from the DHO of Aceh
Jaya, PMI branch of Aceh Jaya, staff of
puskesmas and pustu in Aceh Jaya.
The goal of the training was to
improve skills and build awareness
regarding medical waste management.
For the sustainability of the program,
participants created a ‘Follow-Up
Medical Waste Action Plan’. To determine the
amount of knowledge gained during the two day
training session, participants were tested at the
beginning of the training, and again at the end. The
results, as indicated in the chart above, are dramatic.
◗ Infrastructure design and selection of tools: This
includes the provision of an incinerator and needle
pit, personal protective gear (gloves, masks, boots,
shoes, etc.) and collection facilities (labeled bins,
needle cutters, safety boxes, etc.)
◗ The infrastructure construction and supply of
tools: started in May and will be completed in July
◗ Training on the operation and maintenance of
facilities and tools: will be conducted at the end of
July. From July until December, CRC, in association with the DoH, will monitor and evaluate the
effects of this training
Penerima manfaat
Beneficiaries
Jumlah penerima manfaat dari kegiatan ini adalah 73 petugas
kesehatan dan 81 pasien setiap harinya. Jumlah ini tidak
termasuk orang yang mengunjungi berbagai fasilitas layanan
kesehatan. Diperkirakan jumlah penerima manfaat secara
tidak langsung ada sebanyak 6.400 orang. ■
The number of direct beneficiaries from this activity
is 73 health care staff and 81 patients per day. This
number does not include those visiting the various
health care facilities. The estimated number of indirect
beneficiaries is 6,400. ■
pembawa pesan kesehatan 41
MOTHER & CHILD IBU & ANAK
Kebersihan kewanitaan
pada kehamilan
FEMININE HYGIENE
DURING PREGNANCY
Rahmi Wardhani AmKeb, SPd/Bidan RSU Cut Mutia Lhokseumawe/Midwife, Cut Mutia hospital, Lhokseumawe
Saat hamil, tubuh wanita mengalami banyak
perubahan baik fisik dan hormon. Perubahan juga
terjadi pada organ kewanitaan, sehingga perlu
adanya perhatian khusus terhadap kebersihan
organ kewanitaan pada saat hamil.
During pregnancy, woman’s body experiences
many physical and hormonal changes.
Changes also occur on feminine organ,
therefore it needs special attention and cares
during pregnancy.
Para peneliti di Inggris menemukan bahwa bakterial vaginosis
berbahaya bagi kesehatan kandungan. Bakteri ini menyebabkan radang vagina yang dapat mengakibatkan wanita hamil
mengalami keguguran kandungan. Riset yang dilakukan
terhadap 771 wanita ini menunjukkan bahwa risiko keguguran pada tiga bulan pertama masa kehamilan terjadi dua
kali lebih besar pada wanita hamil yang terinfeksi bakteri
ini, dibandingkan dengan wanita yang sehat. Peneliti mengungkapkan bahwa bakterial vaginosis sejatinya tidak
selalu diidap setiap wanita. Bakterial vaginosis ini terjadi
apabila bakteri komensal vagina digantikan oleh bakteri
lain yang dapat menyebabkan radang pada vagina karena
perubahan lingkungan dan keseimbangan PH vagina berubah
(PH vagina normal: 3,8 – 4,2)1.
Researchers in England found that bacterial vaginosis
is dangerous for the reproductive health. This bacteria
can lead to a vagina inflammation that may cause
abortion. Research conducted on 771 women showed
that the risk of abortion during the first trimester of
pregnancy is twice higher for pregnant women who
are infected with bacterial vaginosis. Researchers
revealed that bacterial vaginosis is not merely carried
by every women. The bacterial vaginosis will appear
when vagina commensal bacteria is replaced by a
bacteria that may inflame the vagina due to environmental changes and vagina PH (acide level) balance
(normal vagina PH: 3.8–4.2)1.
Perubahan tubuh dan hormon selama hamil juga membuat
keseimbangan PH vagina berubah. Akibatnya infeksi jamur
juga mudah terjadi pada ibu hamil yang menyebabkan iritasi
dan keputihan. Karena itu, untuk para ibu hamil disarankan
untuk menjaga kebersihan organ kewanitaan diantaranya
dengan cara berikut:
◗ Menjaga supaya daerah di sekitar vagina dalam kondisi
selalu kering
◗ Gunakan sabun tanpa parfum
◗ Gantilah pakaian dalam setiap hari
◗ Gunakan celana dalam katun dan pakaian longgar agar
daerah vagina tidak lembab
42 health messenger
Physical and hormonal changes during pregnancy
also result in changes of vagina PH balance. This can
cause fungus infection for pregnant women which
may have irritation and fluor albus effect. Therefore,
it is suggested that pregnant women pay attention to
their feminine organ by following these advices:
◗ Keep the vagina always dry
◗ Use non-perfume soap
◗ Change underwear every day
◗ Wear cotton underwear and loose clothes so that
vagina is not humid
◗ Using antiseptic soap is not recommended.
Antiseptic soap can only be used to treat infection on
the genital labia
MOTHER & CHILD IBU & ANAK
◗ Tidak disarankan pemakaian antiseptik secara berlebihan.
◗ Antiseptik hanya boleh dipakai seandainya terjadi infeksi di
bibir vagina
◗ Cucilah organ kewanitaan dari depan kebelakang bukan
sebaliknya saat setelah buang air besar
◗ Hindari pemakaian bedak atau parfum pada vagina karena
akan merusak keseimbangan keasaman vagina
◗ Tidak dianjurkan untuk melakukan bilas vagina (tindakan
yang dilakukan untuk membersihkan vagina dengan
menyemprotkan air atau cairan lain ke dalam liang vagina
untuk membersihkan cairan vagina dan lender-lendir lainnya)
karena bilas vagina dapat membuat PH (tingkat keasaman)
dalam vagina menjadi tidak seimbang apalagi kalau bilas
vagina itu sering dilakukan. Ketidakseimbangan pH ini akan
menyebabkan bakteri-bakteri komensal menjadi mati sehingga
vagina dapat terserang bakteri dari luar. Dilaporkan pada
perempuan yang melakukan bilas vagina paling sedikit 1 kali
seminggu mempunyai risiko 2 kali menderita kehamilan di
luar kandungan. Risiko tersebut akan meningkat menjadi 4,4
kali jika menggunakan bahan bilas vagina komersial.
Penelitian di Amerika membuktikan bahwa perempuan yang
secara rutin melakukan bilas vagina lebih besar kemungkinan
terkena masalah kesehatan dari pada perempuan yang tidak
rutin melakukannya. Dilaporkan bahwa perempuan yang
melakukan bilas vagina 3 kali atau lebih dalam sebulan akan
mempunyai risiko 3,6 kali menderita penyakit radang panggul
dibandingkan dengan mereka yang melakukannya kurang
dari 1 kali sebulan. Pada wanita hamil yang melakukan bilas
vagina 2 sampai 3 kali seminggu 40% lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak
melakukan bilas vagina2,3. ■
Penting untuk diingat:
Bilas vagina tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan
infeksi pada vagina.
Good to remember:
Vaginal douching is not
recommended as it may
cause infection on vagina.
◗ After defecation, wash the genital organ from the
front side to the back side, and not the contrary and
with clear water
◗ Avoid the use of powder or perfume on vagina
because it may ruin the acid balance on vagina
◗ Not recommended to do vaginal douching (process
of rinsing or cleaning the vagina by forcing water or
another solution into the vaginal cavity to flush away
vaginal discharge or other contents) as it may result
to an imbalance of PH in the vagina. It can lead to
the destruction of the commensal bacteria so then
the vagina can get infected by the outside bacteria. It
was reported that women who do vaginal douching
at least once a are running twice the risk of getting
an ectopic pregnancy. This risk can be increased to
4.4 times if women use commercial vaginal douching.
Research in America found out that women who do
regular vaginal douching run a higher risk of having
health problems compared to women who don’t. It
has been stated that women practising vaginal
douching 3 times or more in a month are 3.6 times
more likely of getting pelvic infection compared to
women who do vaginal douching once a month.
Pregnant women who do vaginal douching twice up
to three times a week have 40% possibility to deliver
a low birth weight baby compared to pregnant
women who do not proceed to vaginal douching2,3. ■
1. TEMPO (NO. 27/XXVIII/6 - 12 September 1999)
2.Fiscella, K., Franks, P., Kendrick, J.S., & Bruce, F.C.(1998).The risk of low birth weight associated with vaginal douching.Obstetrics & Gynecology, 92(6), 913-917.
3. Cottrell BH. (2003). Vaginal douching. Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing, 32(1),12-8.
pembawa pesan kesehatan 43
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Air dan Sanitasi :
Sebuah Pemenuhan Hak
Water and Sanitation:
A Right Fulfillment
dr. Nur Fardian, Program Studi Pendidikan Dokter Univ. Malikussaleh / Medical Studies Program Univ. Malikussaleh
Anda sedang berada dalam perjalanan ke luar kota
dengan menggunakan pesawat. Selama menunggu di bandara, anda harus ke belakang. Namun
keinginan untuk dapat memenuhi hajat urung
karena tidak ada air, serta WC yang kotor dan
berbau. Itu baru di satu bandara saja, yang berarti
tidak seramai orang yang menggunakan kamar
kecil di terminal bus antar kota antar propinsi.
Bagaimana dengan akses terhadap air dan sanitasi
di sarana publik lainnya baik di kota maupun desa
di Aceh?
Lingkungan menjadi salah satu indikator penentu dalam
menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan
menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat.Akses terhadap air minum dan sanitasi merupakan
dua hal dari faktor lingkungan dimaksud.
Air dan sanitasi merupakan salah satu persoalan di
Indonesia.Tidak hanya di tingkat masyarakat, sektor ini juga
minim perhatian dari para pengambil kebijakan baik di pusat
dan daerah. Ini dapat dilihat dari rendahnya kualitas dan
kuantitas prasarana dan sarana sanitasi serta pemenuhan
kebutuhan akan air bersih yang akan berdampak negatif bagi
kesehatan.
Menurut WHO, lebih dari 1,1 milyar orang baik di desa
mapun kota mengalami kekurangan akses terhadap air
minum dan 2,6 milyar orang tidak memiliki akses terhadap
sanitasi dasar. Riset oleh Water and Sanitation Program yang
44 health messenger
You are travelling by plane. While waiting in
the airport, you need to go to the toilets. But
that need could not be fulfilled since there
is no water, and the toilets are also dirty and
stinky. That is only in one airport, which is
not as crowded as the provincial bus terminal. But, what about access to water and
sanitation in other public facilities, either
cities or villages in Aceh?
Environment is one of the indicators determining
the condition of public health. Along with the
behavioral factor, genetic factor and public services,
environment determines the degree of the community
health whether it is good or bad. Access to water and
sanitation are two main components of the environmental factor.
WatSan is a big issue in Indonesia. Not only at the
community level, this sector also has minimum
attention from the policy makers either at central or
provincial level. Qualitative and quantitative facilities
and infrastructures are lacking as well as access to
clean water and it leads to negative impacts on
health.
According to WHO, more than 1.1 billion people
either in cities or villages do not have access to water
and 2.6 billion people do not have access to basic
sanitation. Research by Water and Sanitation
Program supported by the World Bank showed that
Indonesia has suffered an important economical loss
Copyright UNICEF
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
didukung oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia
mengalami kerugian ekonomi akibat buruknya sanitasi dan
hygiene hingga US$ 6,3 miliar atau Rp 56 triliun di tahun
2006. Sanitasi yang buruk menyebabkan setidaknya 120 juta
kejadian jangkitan penyakit dan 50.000 kematian
prematur/tahun.Dampak ekonomi dari hal tersebut mencapai
US$ 3,3 miliar (Rp 29 triliun)/tahun. Sanitasi yang buruk juga
mengakibatkan pencemaran air: menambah beban biaya
pengadaan air bersih untuk rumah tangga, dan mengurangi
produksi ikan di sungai dan danau. Besarnya kerugian
ekonomi dari tercemarnya air yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi melebihi US$ 1,5 miliar (Rp 13 triliun) setiap
tahunnya. Sebuah harga yang mahal untuk hal yang selama
ini dianggap kotor dan menjijikkan, karena hanya terkait
dengan air, sumur, jamban, sampah atau comberan.
World Bank menyebutkan, hingga 2006, investasi yang
diberikan pemerintah hanya Rp 200/orang/tahun. Padahal
jika investasi untuk infrastruktur sanitasi sebesar Rp
51.254/orang/tahun, diperkirakan akan mengurangi biaya
kesehatan antara 6 -19%.Termasuk biaya pengobatan sebesar
2-5%. Kondisi air dan sanitasi yang buruk, berdasarkan
pengukuran Disability Adjusted Life Years (DALY), menyumbang 5,7% dari total beban penyakit. Diare menjadi penyebab
kematian yang cukup besar akibat buruknya kondisi air dan
sanitasi.
Mengacu pada Riskesdas 2007 propinsi Aceh terkait air dan
sanitasi, konsumsi air/orang/hari di Provinsi Aceh pada
due to bad hygiene and sanitation (up to US$ 6.3
billion or Rp 56 trillion in 2006). Bad sanitation
causes at least 120 million contagious diseases cases
and 50.000 premature deaths per year. The economical
impact may reach US$ 3.3 billion (Rp 29 trillion) per
year. Bad sanitation may also cause water pollution:
increasing the expense of water supply for households, and reducing fish production both in the river
and sea. The economical loss from polluted water
that is due to bad sanitation can be over than US$
1.5 billion (Rp 13 trillion) every year. Such an
expensive cost for something told to be dirty and
disgusting as related to water, wells, toilets, or waste.
World Bank mentioned that until 2006, government
investment allocation was only Rp 200/person/year.
Whereas if the investment for sanitation infrastructures would be Rp 51,254/person/year, it is estimated
the health expenses would be reduced by 6-19%,
including medication expenses reduced by 2-5%.
According to the measurement of Disability Adjusted
Life Years (DALY), bad sanitation and water condition
cause 5.7% of the total disease burden. Diarrhea is
one of the most important water related diseases
making quite a lot of deaths.
Refer to Riskesdas 2007 Aceh Province, the consumption of water/person/day in Aceh province is
generally >100 liters (optimum access). Few
pembawa pesan kesehatan 45
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
umumnya >100 liter (akses optimal). Masih terdapat beberapa
kabupaten/kota yang pemenuhan kebutuhan airnya di
bawah rata-rata Nasional, sedangkan berdasarkan dan
ketersediaan air bersih, secara umum di provinsi Aceh sebanyak 21,8% rumah tangga mengalami kesulitan air bersih
pada musim kemarau. Dalam hal jarak dan waktu, pada
umumnya rumah tangga dapat menjangkau sumber air
dalam waktu kurang dari 30 menit dan jarak kurang dari 1
km. Masalah kualitas fisik air bersih yang cukup banyak
adalah kekeruhan dan warna. 45,5% rumah tangga di Aceh
mempunyai akses baik terhadap air bersih dan 32,5% akses
baik terhadap sanitasi.
Penting untuk diingat:
Akses terhadap air bersih dan sanitasi
yang aman adalah hak dasar manusia
Angka di atas menunjukkan bahwa belum semua orang
memiliki akses yang sama atas air dan sanitasi yang baik.
Terlebih bagi mereka yang harus berjalan jauh berjam-jam
demi mendapatkan air bersih, atau buang air besar di tempat
terbuka.Tentu ini menjadi beban karena kebutuhan akan air
dan sanitasi yang baik menjadi hak bagi semua orang.
Layanan air dan sanitasi dasar merupakan hal yang vital
untuk kehidupan manusia dan martabatnya, dan pada saat
ini, semua orang tidak terkecuali seharusnya menikmati layanan tersebut. Perlu kontribusi positif dari berbagai elemen
untuk dapat mewujudkan kondisi air dan sanitasi yang baik.
Kesadaran akan makin minimnya air sehat dan layanan sanitasi
yang baik sepatutnya menjadi perhatian semua pihak.
Kiranya kita para petugas kesehatan pun dapat berperan
aktif dalam memberi informasi, dan mengajak masyarakat
untuk peduli terhadap kondisi air dan sanitasi yang baik. Kita
juga sebagai warga negara dapat berperan dalam advokasi
kebijakan terkait air dan sanitasi, karena sehat menjadi harga
yang mahal, ketika air dan akses terhadap sanitasi yang tidak
baik menjadi sebuah hal yang dianggap benar karena wajar
terjadi dan menjadi kebiasaan. Masyarakat harus menyadari
bahwa air bersih dan akses terhadap sanitasi adalah hak
semua orang yang harus dipenuhi. ■
46 health messenger
cities/municipalities still have an access to water
under the national average, while according to the
water availability in Aceh province, 21.8% of households face difficulties to access clean water during
dry season: talking about time and distance, generally
they can reach well/water sources in a 1 km area
(less than 30 minutes). The common problem is that
most of the time, the water is turbid and unclean.
Only 45.5% of Acehnese households have good
access to clean water and only 32.5% have good
access to sanitation.
Good to remember:
Access to clean water and safe
sanitation is a basic human right.
The figures show that not everybody has equal access
to good water and sanitation. Especially for people
who have to walk hours just to get clean water, or to
defecate in open air. This is a real problem whereas the
need of good water and sanitation is a basic right for
everybody. Basic sanitation and water services are
vital for human life and dignity, and in the mean
time, everyone without exception should be able to
enjoy this basic service. Everyone, every member of
the society, whatever the social level, should positively
act to realize good sanitation and water condition.
All parties should pay attention to this issue of clean
water access and sanitation. Health officers should
actively take part in giving information, and
encouraging the community to be careful about
hygiene, sanitation and water condition. We, as
citizens, can also participate in the advocacy for policy
related to clean water and sanitation, since health is
expensive when water and sanitation are not safe and
assumed as something common, normal and part of
the habits. People have to realize that clean water and
access to sanitation is a basic human right everyone
should fulfill. ■
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Instruksi tentang kebersihan,
sanitasi dan air di rumah sakit
INSTRUCTIONS ON HOSPITAL HYGIENE,
WATER AND SANITATION
Ns. Hasniah, S.Kep/Staf pengajar pada Sekolah Keperawatan Poltekkes Provinsi Aceh / Teaching staff at Nursing
School - Poltekkes Aceh Province.
Setiap fasilitas kesehatan harus dilengkapi dengan
sistem air dan sanitasi yang baik, aman dan bersih.
Petugas kesehatan harus menjadi orang pertama
yang mematuhi peraturan kebersihan di puskesmas
dan rumah sakit. Kebersihan tangan dan kebersihan
diri adalah hal yang paling pokok.
Every health facility should be equipped with
good, safe, clean water and sanitation system.
Health workers should be the first persons
to follow the rules of hygiene in puskesmas
and hospitals. Hand hygiene and personal
hygiene are the basics.
1. Kebersihan tangan
1. Hand hygiene
Anda harus mencuci tangan, ketika hendak dan setelah selesai
melakukan pekerjaan, sebelum makan dan jika ada cairan
atau kotoran yang terlihat di telapak tangan anda.Air hangat
dan sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan. Anda
harus mencuci tangan paling tidak selama 30 detik. Tangan
dikeringkan dengan seksama dan di disinfeksi dengan
menggunakan desinfektan tangan.
You have to wash your hands, when you go on and
off duty, before meals and if you get secretions or
visible dirt on your hands. Warm water and soap is
used in washing. You should wash your hands for at
least 30 seconds. The hands are dried carefully and
disinfected with a hand sanitizer.
Disinfeksi tangan harus dilakukan setelah merawat tiap
pasien dan ketika akan memasuki dan meninggalkan ruangan
isolasi. Cairan disinfektan tangan yang mengandung alkohol
dapat mengurangi pertumbuhan bakteri. Kecuali pada spora
Clostridium (antibiotik diare) yang bisa dihilangkan hanya
dengan mencuci tangan. Cairan desinfektan tangan digosokgosokkan pada tangan selama 30 detik dan dibiarkan kering.
Sarung tangan digunakan, ketika membersihkan kotoran
pasien, nanah pada luka atau nanah lainnya atau saat anda
merawat pasien diare atau ketika berada dalam ruang isolasi.
Sarung tangan dapat digunakan untuk sekali pakai dan merupakan prosedur khusus.Lepaskan sarung tangan segera setelah
prosedur tersebut selesai dan buang ke dalam tong sampah.
Lalu disinfeksi tangan anda.
Anda harus merawat tangan anda. Keringkan tangan anda
secara seksama untuk menghindari iritasi dan infeksi kulit
yang disebabkan oleh tangan yang lembab. Disamping itu,
cobalah untuk menjaga tangan anda supaya tidak terlalu
kering dan pecah-pecah. Rawatlah jika ada luka pada kulit
The disinfection of hands must be carried out after
each patient and when entering and leaving the
isolation room. Hand disinfectants which include
alcohol decrease the bacterial strain. Closiridium
spores (antibiotic diarrhea) make an exception, since
they can be removed only through washing. Hand
disinfectant is rubbed in the hands for 30 seconds
and left to dry.
Gloves are used, when exposed to the patient’s
excretions, pus from a wound or other pus or when
you are nursing a patient with diarrhea or in isolation.
The gloves are disposable and procedure-specific.
Remove the gloves immediately after the procedure
and throw them into the bin. Disinfect your hands.
You have to take care of your hands. Dry them
carefully to avoid rashes and infections caused by
moisture. But try to keep your hands from getting too
dry and chapped. Take care of ulcers and have chronic
skin manifestations examined and treated.
Infections, such as infection around the nails,
must be treated appropriately before working with
pembawa pesan kesehatan 47
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
serta periksa dan obati jika terdapat penyakit kulit yang kronis.
Infeksi, seperti infeksi di sekitar
kuku, harus dirawat dengan cara
yang tepat sebelum bekerja dengan pasien. Cincin, perhiasan
tangan, gelang dan kuku palsu
harus dipindahkan karena akan
mengganggu pembersihan tangan
yang tepat selama kegiatan
sehari-hari.
2. Kebersihan diri
Pakaian pelindung yang disediakan oleh rumah sakit dipakai
didalam ruang rawat inap dan
klinik rawat jalan. Pakaian tersebut harus dijaga supaya tetap
bersih dan harus diganti ketika
kotor atau paling tidak seminggu
sekali. Anda harus memakai
pakaian pelindung ketika bertugas
atau jika berada dikamar bedah.
Lebih lanjut, topi harus digunakan dalam ruang bedah.
Masker penutup mulut-hidung dan pakaian steril harus dipakai pada prosedur yang membutuhkan teknik yang aseptik.
Setiap petugas harus memakai sepatu sendiri yang rapi
yang sesuai dengan peraturan kebersihan dan keamanan
kerja. Mantel pelindung atau pakaian kerja lain tidak boleh
dipakai di luar rumah sakit.
Pakaian pelindung harus menutupi pakaian yang ada dilapisan
dalam. Celana ketat sebaiknya dipakai didalam pakaian
pelindung bila pakaian pelindung dalam bentuk rok atau
baju panjang.
Rambut harus bersih dan rapi dan rambut yang panjang
harus diikat. Pada kebanyakan selama prosedur medis, rambut harus ditutup dengan penutup kepala yang steril.
Jika kebersihan tangan dan kebersihan diri ini dipatuhi saat
bekerja difasilitas kesehatan tidak diragukan lagi ini merupakan strategi yang paling penting dalam memberantas
meningkatnya insiden organisme multi-drug resisten pada
pelayanan kesehatan. ■
Penting untuk diingat:
Petugas kesehatan harus mengetahui
peraturan kebersihan dan sanitasi
di puskesmas dan rumah sakit untuk
mencegah dari infeksi nosokomial.
48 health messenger
patients. Rings, hand
jewellery, bracelets and
artificial nails prevent
hands from getting sufficiently clean and
should be removed during your daily practises.
2. Personal hygiene
Protective clothing provided by the employer is
used in every health
facility. The clothing
must be kept clean and
it must be changed
when it gets dirty or at
least once a week. You
must use protective
clothing when on call or
in an operating theatre.
In addition, a cap must
be used in the operating
theatre. A surgical oralnasal mask and sterile clothing must be worn in
procedures requiring aseptic technique. The staff uses
their own, tidy footwear, which should comply with
the requirements of hygiene and occupational safety.
Protective coats or other work clothes must not be
used outside hospital grounds.
Protective clothing must cover the clothing underneath. Tights should be used with skirt or dress
model protective clothing.
Hair should be clean and tidy and long hair must be
tied up. During most of the medical procedures, hair
should be covered with a sterile cap.
Hand and personal hygiene measures, if they are
respected in the health facilities are undoubtedly the
most important strategies in combating the increasing
incidence of multidrug-resistant organisms in
healthcare. ■
Good to remember:
Health staff should know the
hygiene and sanitation rules in
puskesmas and hospital to prevent
from nosocomial infection.
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Wawancara
Interview
PERAWAT
BAMBANG
NURSE BAMBANG
Tim P2K/ HM team
Makin lama semakin banyak pria yang bekerja
sebagai perawat. Bagaimana tanggapan perawat
pria yang bekerja di puskesmas yang lingkungannya
didominasi oleh wanita?
Team HM bertemu saudara Bambang Isnur Imanto, seorang
perawat pria yang bekerja di puskesmas Kopelma
Darussalam sejak tahun 2005 di Unit Surveillance Penyakit
Menular. Beliau lulus sekolah perawat pada tahun 1997.
HM: Bagaimana tanggapan anda bekerja dilingkungan yang
didominasi oleh wanita?
NB: Biasa saja, saya tidak canggung, karena sejak dari sekolah
dulu sudah melihat hal seperti ini. Dari 40 murid hanya ada 4
laki-laki. Sekarang pun, di puskesmas ini hanya ada 3 perawat
pria. Tapi menurut saya, saat bekerja ada sedikit perbedaan
antara perawat pria dan wanita. Perawat wanita umumnya
lebih teliti, lebih teratur, dan lebih sabar. Sedangkan perawat
pria lebih gesit dan lebih cepat sehingga lebih cocok ditempatkan untuk kegiatan-kegiatan dilapangan.
HM: Apakah anda menikmati bekerja di unit surveillance
penyakit menular?
NB: Ya, walaupun dasar pendidikan saya bukan disini, tetapi
saya banyak mengikuti pelatihan-pelatihan tentang surveillance penyakit menular sehingga saya jadi banyak mendapat
ilmu yang dapat saya gunakan dalam unit kerja saya ini.
HM: Bagaimana tanggapan anda terhadap air dan sanitasi di
Puskesmas dan di desa-desa wilayah kerja puskesmas anda?
Nowadays increasingly more men work as
nurses. What do male nurses think about
working in puskesmas (community health
center), a field dominated by women?
HM team met HM Bambang Isnur Imanto, a male
nurse who has been working in the Infectious
Diseases Surveillance Unit of the puskesmas
Kopelma Darussalam since 2005. He graduated from
nursing school in 1997.
HM: What do you think about working in an environment which is dominated by women?
NB: I do not face any difficulty because since school
time I have seen this situation. There were only 4
boys out of 40 students. But according to me, when
it comes to work there is a difference between male
and female nurses. Female nurses are usually more
detailed, more organized and more patient. Male
nurses are usually more energetic. Most of the time,
male nurses are appointed to field activities.
HM: Do you enjoy working in the surveillance unit
of infectious diseases?
NB: Yes, although this is not my basic education but
I have received many trainings on infectious diseases
surveillance that allowed me to gain a lot of knowledge.
I can use in my working unit.
pembawa pesan kesehatan 49
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
NB: sekarang sudah lebih baik. Pembangunan saluran pembuangan, jamban dan air semakin baik terutama setelah
tsunami baik itu di puskesmas maupun di desa-desa wilayah
kerja puskesmas (Desa Rukoh, Kopelma Darussakam,
Lamgugob, Ie Masen Kayee Adang dan Deah Raya).
HM: What do you think about water and sanitation
in puskesmas and villages in your working area?
Today it is getting better. The development of
drainage, latrines and access to water are improving
especially after tsunami both in puskesmas and in
villages within this puskesmas working areas (Desa
Rukoh, Kopelma Darussakam, Lamgugob, Ie Masen
Kayee Adang and Deah Raya).
NB:
HM: Bagaimana pendapat anda tentang program Air &
Sanitasi di puskesmas? Apakah berhasil?
NB: Menurut saya program watsan di puskesmas dapat
dibilang cukup berhasil. Walaupun kami masih mendapat
beberapa kasus diare tetapi belum pernah ada wabah diare.
HM: Is the WatSan progam in the puskesmas succesful?
NB: Yes, we can say it is successful in the puskesmas.
Penting untuk diingat:
Petugas kesehatan tidak hanya
memberikan pengobatan kepada
masyarakat tetapi juga mengajari
mereka tentang dasar-dasar
higiene dan sanitasi.
Good to remember:
Health workers not only give
medication to people, they
also educate them on the basics
of hygiene and sanitation.
HM: Apakah anda yakin air yang anda minum di rumah dan
di puskesmas sudah memenuhi syarat kesehatan?
NB: Ya, karena umumnya sekarang kita minum air isi ulang.
Khususnya di wilayah kerja puskesmas saya ada unit yang
bertugas untuk memeriksa kualitas air minum isi ulang ini
secara berkala.
HM: Menurut anda, apakah setiap perawat harus tahu
masalah air dan sanitasi serta kaitannya dengan kesehatan?
NB: Ya, tentu. Karena banyak sekali penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh buruknya sanitasi dan tidak adanya akses
terhadap air bersih. Misalnya, bila ada pasien diare datang
berobat, kita bukan hanya memberikan pengobatan, tetapi
juga harus memberikan edukasi kepada pasien cara-cara
mencegah diare misalnya mencuci tangan pakai sabun,
membersihkan tempat sampah, BAB pada tempatnya dan
sebagainya.
HM: Pelatihan apa saja yang pernah anda ikuti?
NB: Pelatihan yang terkait dengan surveilans penyakit menular seperti surveilans TB, Kusta, Flu Burung dan sebagainya.
HM: Apa anda ingin ikut pelatihan lagi? Tentang apa?
NB: Ya, saya ingin ikut pelatihan tentang Program Konseling
Permasalahan Remaja karena saya sedang melanjutkan
pendidikan di psikologi. Saya pernah mengikuti pelatihan ini
tapi saya ingin lebih mendalaminya. ■
50 health messenger
We are still facing some diarrhea cases but no diarrhea
outbreak has been noticed.
HM: Are you sure that drinking water in the
households and puskesmas are matching healthy
requirements?
NB: Yes, because generally we drink refill water.
Specifically, within the working areas of my
puskesmas, there is one unit which regularly examine the quality of the refill drinking water.
HM: According to you, should every nurse know
about WatSan and its relation with health?
NB: Yes, absolutely. There are so many diseases
caused by poor sanitation and lack of access to clean
water. For instance, if a diarrhea patient comes for
medication, we give not only medication but also
education to the patient on measures to prevent
diarrhea such as washing hands with soap, cleaning
up garbage bin, defecation in latrines and so forth.
HM:
What are the trainings you have attended
already?
NB: Trainings related to surveillance of communicable
diseases such as surveillance of TB, Leprosy, Avian flu
etc.
HM:
Do you feel like needing additional training?
About what?
NB: Yes, I want to attend an Adolescent Problems
Counseling Program because currently I am pursuing
psychology studies. Actually, I participated in this training once but I would like to deepen my knowledge. ■
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Panduan praktis
untuk Diare
Practical guideline for Diarrhea
dr Kurnia F. Jamil, M.Kes, SpPD-KPTI/ Spesialis Penyakit Dalam, RSUZA / Internist, RSUZA
Diare akut bisa terjadi di negara-negara yang
sistem sanitasi dan airnya berkualitas rendah.
Panduan ini akan membantu anda untuk menangani kasus-kasus diare baik yang disebabkan atau
berhubungan dengan air.
Acute diarrhea can happen in countries
where Water and Sanitation system are still
poor. This guideline will help you to manage
with diarrhea cases either transmitted by or
linked to water.
Apa itu diare?
What is diarrhea?
Diare adalah BAB encer atau tinja berair 3 kali atau lebih per
hari, atau lebih sering dibandingkan dari biasanya. Ini dapat
menjadi penyakit yang mengancam jiwa khususnya anak-anak
yang berusia dibawah 5 tahun yang mudah sekali terserang.
Ada dua jenis diare: diare akut yang terjadi tiba-tiba dan bisa
berlanjut untuk beberapa hari dan diare kronis yang terjadi
lebih dari dua minggu. Diare bisa disebabkan oleh infeksi
usus oleh berbagai bakteri, virus dan organisme parasit.
Diarrhea is the passage of 3 or more loose or liquid
stools per day, or more frequently than normal for
the individual. It may represent a life threatening
illness especially for children under 5 years old who
are vulnerable. There are two types of diarrhea: acute
diarrhea which starts suddenly and may continue for
several days and chronic diarrhea that lasts for more
than two weeks. Diarrhea may be caused by an
infection of the gastrointestinal by a variety of bacterial,
viral and parasitic organisms.
Diare itu berbahaya
Kehilangan cairan karena mencret bisa menyebabkan kekurangan gizi dan kematian. Kematian disebabkan oleh diare akut
atau disentri (mencret berdarah) lebih banyak disebabkan oleh
kehilangan air dan garam yang berjumlah besar. Kehilangan
cairan ini disebut dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Diarrhea is a danger
The loss of watery stools can lead to under nutrition
and death. Death caused by acute diarrhea or dysentery
(bloody diarrhea) is most often due to the loss of a
large amount of water and salts. This loss is called
dehydration and electrolytes imbalance.
Dehidrasi
Tubuh biasanya mendapatkan masukan (input) air dan
garam melalui minuman dan makanan dan tubuh mengeluarkan air dan garam (output) melalui tinja, urin, dan
keringat. Ketika usus sehat, air dan garam melewati usus
besar ke dalam darah. Ketika terjadi diare, usus besar tidak
bekerja seperi biasanya.Air dan garam masuk ke dalam darah
berjumlah lebih sedikit, dan lebih banyak dari dalam darah
yang masuk ke usus besar. Oleh karena itu, air dan garam
keluar melalui tinja lebih banyak dari jumlah biasanya.
Dehydration
The body normally takes in (input) water and salts
through drinks and food and loses water and salts
(output) through stool, urine and sweat. When the
bowel is healthy, water and salts pass from the bowel
into the blood. When there is diarrhea, the bowel
does not work normally. Less water and salts pass
into the blood, and more pass from the blood into
the bowel. Thus, more than the normal amount of
pembawa pesan kesehatan 51
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Kehilangan air dan garam lebih dari jumlah normal menyebabkan tubuh menjadi dehidrasi. Ini terjadi ketika jumlah air
dan garam lebih banyak keluar dibandingkan dengan jumlah
yang masuk. Dehidrasi juga bisa disebabkan karena banyak
sekali muntah, yang sering terjadi ketika diare. Dehidrasi
terjadi lebih cepat pada bayi dan anak-anak, pada cuaca
panas dan ketika ada demam.
water and salts are passed in the stool. A important
loss of water and salts results in dehydration.
Dehydration can also be caused by vomiting, which
often accompanies diarrhea. Dehydration occurs
faster in infants and young children, in hot climates,
and when patients have fever.
Assessment of patient with diarrhea
Menilai pasien yang diare
Bagian terpenting dalam pemeriksaan adalah untuk mengetahui derajat dehidrasi. Petugas kesehatan harus MENANYAKAN
(membuat riwayat medis), MEMPERHATIKAN, MERASAKAN
tanda-tanda dehidrasi dan MEMERIKSA jika ada permasalahan
medis yang lainnya.
Menanyakan
◗ Berapa lama pasien telah menderita diare? Apa itu akut
(<14 hari) atau kronis (>14 hari)?
◗ Apakah tampak adanya darah atau nanah di dalam tinja
(pemeriksaan mikroskopis kalau perlu)? Ini menunjukkan
shigella disentri, atau apakah mencret berair seperti air
cucian beras? Mungkin saja kolera
◗ Apakah ada demam?
Pertanyaan tambahan:
◗ Apakah ada tenesmus? Terkesan bahwa dubur telah
terinfeksi atau ulserasi?
◗ Apakah ada sakit perut? Tidak pada kolera
◗ Apakah pasien muntah-muntah? Menjadikan dehidrasi
lebih buruk dan membuat lebih sulit diobati
◗ Apakah ada banyak orang pada daerah yang sama yang
mempunyai gejala yang sama? Apakah itu wabah?
Pengobatan diare
Bagian yang paling penting dalam penanganan diare adalah:
◗ Mencegah terjadinya dehidrasi jika memungkinkan
◗ Jika terjadi dehidrasi, segera diobati
◗ Berikan suplemen zinc selama 10/14 hari (tergantung
ketersediaan cadangan dan kebijakan nasional untuk
mengurangi keparahan diare dan untuk mengurangi angka
insiden diare susulan 2 hingga 3 bulan berikutnya)
◗ Berikan ASI untuk anak-anak
Tindakan pencegahan dehidrasi
Dehidrasi biasanya bisa dicegah dengan minum lebih banyak
air sesegara mungkin ketika mulai diare.Untuk melakukannya,
berikan cairan di rumah yang disarankan atau berikan
makanan yang tersedia yang berbahan dasar air ( bubur, sup
52 health messenger
The most important is to assess the level of dehydration.
The health worker should ASK (to establish the medical
history), LOOK, FEEL for the signs of dehydration
and CHECK if there is any other medical trouble.
Ask
◗ How long has the patient been suffering from
diarrhea? Is it acute (<14d) or chronic (>14d)?
◗ Is there any visible blood or pus in the faeces
(microscopy if necessary)? It suggests a Shigella
dysentery, or is it a watery diarrhea like rice water?
It could be cholera.
◗ Is there fever?
Additional questions:
◗ Is there tenesmus? Suggests that the rectum has
been affected by inflammation or ulceration
◗ Is there abdominal pain? Not with cholera
◗ Is the patient vomiting? Makes dehydration worse
and makes therapy more difficult
◗ Are there a many people in the same area with
the same symptoms? An epidemic?
Treating diarrhea
The most important parts of treatment of diarrhea
are:
◗ Prevent dehydration if possible
◗ Treat dehydration quickly if it does occur
◗ Give zinc supplements for 10/14 days (depending
on the availability of supplies and national policy
to reduce the severity of the episode and to reduce
the incidence of diarrhea episodes in the following
2 to 3 months)
◗ Breastfeeding for children
Dehydration preventive measures
Usually it can be prevented by drinking more fluids
as soon as the diarrhea starts. To do this, give the
recommended home fluids or give available foodbased fluids (gruel, soup or rice-water). Tell the
mother to increase the frequency of breastfeeding, or
PERHATIKAN
LOOK
TANYAKAN
ASK
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Diare
< 4 kali mencret/hari
4 - 10 kali mencret/hari
10 kali mencret/hari
Diarrhea
<4 liquid stools/day
4 to 10 liquid stools/day
10 liquid stools/day
Muntah-muntah
Tidak atau dalam
jumlah kecil
Kadang-kadang
Sangat sering
Some
Very frequent
Vomiting
Rasa haus/minum
Normal
Lebih banyak dari biasa
Tidak sanggup minum
Thirst
Normal
Greater than normal
Unable to drink
Kencing
Normal
Sedikit dan berwarna gelap
Tidak kencing selama 6 jam
Urine
Normal
Small amount and dark
No urine for 6 hours
Kondisi umum
Sadar
General conditions
Well alert
Mengantuk, mudah terangsang, tampak tidak sehat
Sangat mengantuk, tidak sadar,
terkulai lemah
Sleepy, irritable, not well
Very sleepy, unconscious, floppy
Air mata
Nampak
Tidak nampak
Tidak Nampak
Tears
Present
Absent
Absent
Mata
Normal
Cekung
Sangat kering, cekung
Eyes
Normal
Sunken
Very dry, sunken
Mulut dan lidah
Lembab
Kering
Sangat kering
Mouth & tongue
Humid
Dry
Very dry
Nafas
Normal
Lebih cepat dari normal
Breathing
Normal
Faster than normal
Cepat dan dalam
Fast and deep
Kulit (turgor)
Cubitan kembali
dengan cepat
Cubitan kembali dengan
lambat
Cubitan kembali dengan sangat
lambat
Skin (turgor)
RASAKAN
FEEL
Non or small amount
Pinch goes back quickly Pinch goes back slowly
Pinch goes back very slowly
Sangat cepat, atau lemah
(sukar di raba)
Nadi
Normal
Lebih cepat dari biasanya
Pulse
Normal
Faster than normal
Very fast, or weak (not able to
feel it)
Ubun-ubun kepala
(anak-anak)
Normal
Cekung
Sangat cekung
Normal
Sunken
Very sunken
Fontanelle (children)
PUTUSKAN
DECIDE
PERIKSA
CHECK
Ukur suhu
Take temperature
Berat
Weight
Kehilangan < 25 gram/ Kehilangan 25 -100 gram/
kg berat badan
kg berat badan
Loss of < 25 grams/
kg of weight
Loss of 25 -100 grams/
kg of weight
Kehilangan > 100 gram/
kg berat badan
Loss > 100 grams/kg of weight
Jika pasien memperlihatkan Jika pasien memperlihatkan
Tidak ada tanda-tanda 2 atau lebih tanda-tanda ini, 2 atau lebih tanda ini,
dehidrasi
pasien tersebut dehidrasi ringan dehidrasinya berat
If the patient presents 2 or
No sign of dehydration more of these signs, he has
a slight dehydration
If the patient presents 2 or more
of these threats, the dehydration
is severe
pembawa pesan kesehatan 53
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
atau air tajin). Beritahukan kepada ibu untuk lebih sering
memberikan ASI, atau berikan susu bubuk yang dipersiapkan
dengan jumlah air dua kali lebih banyak dari biasanya.
Perawatan Dehidrasi
Pengobatan terbaik untuk dehidrasi adalah minum air larutan
gula garam. Namun demikian, petugas kesehatan dapat
memberikan terapi cairan infus (Ringer Lactat) pada pasien
dengan dehidrasi berat di puskesmas atau rumah sakit.
Suplemen Zinc
Suplemen Zinc diberikan selama terjadinya diare untuk mengurangi lamanya diare dan tingkat keparahannya pada 2-3
bulan berikutnya. Seluruh pasien yang terkena diare harus
diberikan suplemen zinc sesegera mungkin.
Memberi makan anak yang kena diare
Berilah makan anak dalam jumlah yang sedikit tetapi sering
dengan makanan yang bergizi dan mudah dicerna. Coba tingkatkan frekuensi dan lamanya waktu pemberian ASI. Hal tersebut akan memberikan nutrisi yang anak butuhkan dan
akan mencegah hilangnya berat badan selama diare. Cairan
yang diberikan kepada pasien tidaklah menggantikan kebutuhan akan makanan. Untuk itu setelah diare berhenti, dapat
diberikan makanan harian tambahan selama seminggu untuk
membantu mengembalikan berat badan.
Anak-anak yang menderita diare
Anak-anak adalah korban pertama diare karena tubuhnya
mudah diserang dan lebih lemah dibandingkan orang dewasa.
Anda bisa melihat tabel dibawah ini yang dapat digunakan
untuk menyarankan ibu yang anaknya menderita diare dan
cara membuat larutan gula garam.
give powder prepared milk with twice the usual
amount of water.
Dehydration treatments
The best treatment for dehydration is oral therapy
with an ORS solution. However, health workers
should give an intravenous therapy (Ringer Lactat) to
patients with severe dehydration in puskesmas or
hospital.
Zinc supplementation
Zinc supplements given during an episode of diarrhea
reduce its duration and severity in the following 2–3
months. All patients with diarrhea should be given
zinc supplements as soon as possible.
Feeding a child with diarrhea
Frequently feed the child with small amount of
nutritious, easily digestible food. Try to increase the
frequency and duration of breastfeeding. It will
provide nutrients the child needs and will prevent
from loosing weight during diarrhea. Fluids given to
the patient do not replace the need for food. After the
diarrhea has stopped, an extra daily meal for a week
will help to regain weight.
Children with diarrhea
Children are the first victims of diarrhea as their
body is vulnerable and weaker than adults. You can
find below a table you can use to advise a mother
whose baby is suffering diarrhea and the recipe of ORS.
Perawatan Rumah: Larutan Gula Garam (LGG)
Home Cares: Oral Rehydration Salts (ORS)
ORALIT/ORS
Usia Anak
Age of the child
Dalam ml
In ml
Hingga 4 bulan
Up to 4 months
200-400
4- 12 bulan
4-12 months
400-700
12 bulan hingga 1 tahun
12 months to 1 year
700-900
2 hingga 5 tahun
2 to 5 years
54 health messenger
900-1040
8 sendok teh gula = 8 teaspoons of sugar
1 liter air = 1 litre of water
1 sendoh teh garam = 1 teaspoon salt
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Jika anak anda menderita diare:
◗ Berikan cairan tambahan sebanyak mungkin sesanggup
anak minum seperti susu, oralit, air, sup sayuran, air tajin
◗ Berikan ASI sesering mungkin
◗ Setiap setelah BAB berikan cairan ekstra sebagai tambahan cairan yang biasa diminum
◗ Rujuklah anak anda ke pusat kesehatan jika anak anda
tidak bisa minum, sakitnya bertambah parah, jika ada darah
dalam tinja
PENTING UNTUK DIINGAT:
Ada 2 jenis diare:
Akut (<14 hari) dan
kronis (>14 hari).
Obat
Pada umunya penyebab diare adalah virus (Rotavirus).Tidak
ada obat yang mampu dengan aman dan efisien menghentikan diare. Antibiotik tidak disarankan kecuali untuk diare
yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obatan anti motilitas
(seperti loperamide) bisa membahayakan, khususnya untuk
anak yang berusia dibawah 5 tahun. Obat-obatan tersebut
mengurangi kram dan rasa sakit sementara tetapi memperlambat dari pembersihan organisme oleh sebab itu sakit bisa
sembuh lebih lama. ■
If your children has diarrhea:
◗ Give extra fluids as much as the child can take
such as milk, ORS, water, vegetable soup, boiled
rice
◗ Breast feed frequently
◗ After each stools give additional fluids in addition
to the usual fluid intake
◗ Refer to the health center if your child can not
drink, is getting sicker, if there is blood in the stool.
GOOD TO REMEMBER:
There are 2 kinds of diarrhea:
Acute (<14 days) and
Chronic (>14 days).
Medicines
The common cause of diarrhea is a virus (Rotavirus).
There are no drugs able to safely and efficiently stop
diarrhea. Antibiotics are not recommended except for
diarrhea caused by bacteria. Anti motility drugs (such
as loperamide) may be harmful, especially for children under 5 years old. They temporarily reduce
cramps and pain but delay elimination of organisms
thus, the illness could last longer. ■
Rujukan pasien dengan diare/Referal of patients with diarrhea
- Diare terus-menerus (>2 minggu) /
Persistant diarrhea (>2 weeks)
- Disentri / Dysentry
- Pasien tidak sanggup minum / Patient
unable to drink
- Cubitan kulit kembali sangat lambat /
Very slow skin pinch
- Rujuklah segera ke rumah sakit terdekat
Refer urgently to the closest hospital
- Minum lebih banyak / Drink eagerly
- Cubitan kulit kembali lambat / Slow
skin pinch
- Obati dehidrasi dengan oralit / Treat
the dehydration with ORS
- Rawat rumah / Home cares
- Minum normal / Drink normally
- Cubitan kulit kembali normal / Normal
skin pinch
- Rawat rumah / Home cares
pembawa pesan kesehatan 55
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
PENGETAHUAN, SIKAP DAN
PERILAKU TERHADAP AIR,
SANITASI DAN HIGIENE DI ACEH
Knowledge, Attitudes and Practices
on Water, Sanitation and Hygiene in Aceh
Sasimar Sangchantr, PhD MPH, Riza Adirza, Damaris Monteiro and Soegeng Afriyanto - Tim Kesehatan
Masyarakat/Public Health Team, International Organization for Migration
Proyek Air dan Sanitasi Masyarakat International
Organization for Migration (IOM) adalah proyek
perbaikan kembali pasca tsunami dengan target
2,854 keluarga di 83 komunitas di 11 kabupaten
wilayah pesisir pantai di Aceh. Proyek ini didanai
oleh American Red Cross, tujuannya untuk
meningkatkan ketersediaan air dan sanitasi yang
aman bagi masyarakat yang ditargetkan, untuk
meningkatkan perilaku higiene yang baik di tingkat
keluarga dan untuk membangun kapasitas
masyarakat dalam mengelola, melaksanakan dan
memelihara suplai air dan sistem sanitasi.
The International Organization for Migration
(IOM) Community Water and Sanitation
Project is a post-tsunami recovery project that
targets 2,854 households in 83 communities
across 11 coastal districts of Aceh. It is funded
by the American Red Cross with objectives to
increase availability of safe water and sanitation
for targeted communities, to improve good
hygiene practices at the household level, and
to build capacity of targeted communities to
administer, operate and maintain safe water
supply and sanitation systems.
Pada bulan Desember 2007 dan Januari 2008, IOM melaksanakan sebuah studi untuk menilai Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku masyarakat yang ditargetkan mengenai isu-isu yang
berkaitan dengan air, sanitasi dan higiene. Hasil studi tersebut
ditujukan untuk menilai kondisi dasar dari populasi target,
untuk memberikan panduan dalam pengembangan dan
implementasi strategi kesehatan masyarakat dan selanjutnya
untuk memungkinkan mengukur perkembangan yang
diperoleh setelah implementasi intervensi kesehatan yang
bertujuan untuk mempengaruhi perubahan perilaku.
In December 2007 and January 2008, IOM conducted
a study to assess the Knowledge, Attitudes and
Practices (KAP) of targeted communities on issues
related to water, sanitation and hygiene. Results of
the study serve to document baseline conditions of
the target population, to guide the development and
implementation of public health strategy, and later
to enable measurement of progress achieved after
implementation of health interventions aiming to
affect behavior change.
56 health messenger
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Sebuah survei keluarga dilakukan secara acak dan observasi
langsung yang mencakup 1.102 keluarga di 75 dari 83 tempat di 11 kabupaten/kota (Tabel 1). Pertanyaan-pertanyaan
survei diarahkan kepada para ibu atau wanita dewasa dalam
setiap keluarga karena biasanya mereka adalah orang utama
yang bertanggung jawab untuk mengolah dan menyimpan
air minum, memasak makanan, merawat anak, dll, untuk seluruh anggota keluarga.
A randomized household survey and direct observations covered 1,102 households in 75 of 83 sites in
11 districts (Table 1). Survey questions were directed
to the mother or adult female of the household, as
she is typically the primary person in her household
responsible for preparing and storing drinking water,
cooking meals, caring for children, etc. for all
household members.
Dengan anggapan bahwa penduduk yang tinggal di rumahrumah IOM dapat mewakili sebagian besar masyarakat Aceh,
maka hasil dari studi PSP ini secara umum dapat digunakan
oleh petugas kesehatan di sejumlah wilayah Aceh yang tercakup dalam studi ini. Kami berbagi informasi ini dengan
rekan-rekan petugas kesehatan di Aceh dengan harapan bahwa
hal ini dapat membantu kita semua dalam menggunakan
waktu dan sumber daya yang terbatas untuk mempromosikan
perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan air, sanitasi dan
higiene secara lebih efektif.
Assuming that people living in IOM houses comprise
a representative subset of the larger Acehnese communities in which they live, results from this KAP
study may be used generally by health workers active
in areas of Aceh covered by the study. We share this
information with fellow health workers in Aceh with
the hope that it helps us all utilize limited time and
resources to promote healthy practices related to
water, sanitation and hygiene more effectively.
Artikel ini merangkum hasil-hasil utama dari studi tersebut,
menyoroti permasalahan yang ada terkait pengetahuan,
sikap dan perilaku diantara masyarakat Aceh dan memberi
saran cara-cara untuk mengarahkan usaha promosi higiene.
Tabel 1. Ukuran sampel per kabupaten/kota
Table 1. Sample size per district
No
Kabupaten/Kota
District
# Lokasi
# Sites
# Sampel Keluarga
# Households Sampled
1
Banda Aceh
16
147
2
Aceh Besar
16
251
3
Pidie
6
65
4
Bireuen
9
108
5
Lhokseumawe
6
132
6
Aceh Utara
12
159
7
Aceh Timur
1
20
8
Aceh Jaya
2
101
9
Aceh Barat
5
84
10
Nagan Raya
1
15
11
Aceh Singkil
1
20
75
1102
TOTAL
The present article summaries key results from the
study, highlights evident gaps in knowledge, attitudes
and practices among Acehnese communities, and
suggests ways to direct hygiene promotion efforts.
Drinking water
Mothers in Aceh have variable standards for what
constitutes usable household water, and they make
clear distinctions between what they perceive as
water quality suitable for drinking versus water
quality suitable for washing or bathing. Some use
washing and bathing water for drinking if they
perceive the water quality to be clean, while others
never use washing and bathing water for drinking,
no matter how clean the water seems.
Among households surveyed, the most common
source of drinking water is refill water purchased
from local vendors (35.7%). 29.2% of households
consume water obtained from shallow wells or
boreholes and 12.2% from the regional water utility
or PDAM (Perusahaan Daerah Air Mandi).
Good KAP on how to prepare and store safe drinking
water are high among mothers surveyed. Almost all
boil their water before drinking it (94.2%). A small
percentage prepares safe drinking water by chlorination or UV disinfection (1.0%). Fewer than 5% of
households consume unsafe water directly from its
source.
88.6% of mothers understand that safe drinking
water should be stored in closed containers to prevent
pembawa pesan kesehatan 57
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Air Minum
Para ibu di Aceh memiliki standar yang bervariasi terhadap
definisi air yang dapat digunakan oleh keluarga dan mereka
membuat perbedaan yang nyata antara apa yang mereka
pahami tentang kualitas air yang cocok untuk diminum
dengan kualitas air yang cocok untuk mencuci dan mandi.
Beberapa dari mereka menggunakan air untuk mencuci dan
mandi untuk air minum jika mereka menganggap bahwa air
itu cukup bersih, sementara yang lainnya tidak pernah menggunakan air mencuci dan mandi untuk air minum walaupun
air tersebut kelihatan bersih.
Diantara keluarga yang disurvei, sumber air minum paling
banyak berasal dari depot air minum isi ulang setempat
(35,7%). 29,2% keluarga mengkonsumsi air yang diperoleh
dari sumur dangkal atau sumur bor dan 12,2% dari penggunaan air daerah atau PDAM (Perusahaan Daerah Air Mandi).
recontamination. Observational data confirm that
these households store their drinking water in various
kinds of good containers with removable caps, such
as teakettles or refill water dispensers (84.8%).
However, practice on closing caps properly can be
improved. Only 65.0% of households were observed
to keep all of their water storage containers closed
properly.
Hygiene promotion should concentrate on the
importance of keeping safe drinking water stored
in closed containers and remind mothers to keep
container caps properly closed. The vital practice of
treating water to make it safe for drinking should be
reinforced as well, with aims to reach those households that still consume unsafe water directly from
its source.
Defecation
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) yang baik tentang
bagaimana cara menyiapkan dan menyimpan air minum
terlihat cukup tinggi diantara para ibu yang disurvei. Hampir
semua merebus air sebelum diminum (94.2%). Sebagian
kecil menyiapkan air minum yang aman dengan klorinisasi
atau disinfeksi UV (1.0%). Kurang dari 5% keluarga mengkonsumsi air yang tidak aman langsung dari sumbernya.
88,6% dari para ibu paham bahwa air minum yang aman harus
disimpan di dalam wadah yang tertutup untuk mencegah
rekontaminasi. Data observasi menegaskan bahwa keluarga
menyimpan air minum mereka di dalam berbagai jenis
wadah yang baik dengan tutup, seperti teko teh atau dispenser
air isi ulang (84,8%).Namun demikian,perilaku dalam menutup
wadah dengan cara yang benar harus ditingkatkan lagi.
Hanya 65,0% dari keluarga yang diobservasi menutup wadah
penyimpanan air dengan benar.
Promosi higiene harus ditujukan pada pentingnya menyimpan
air minum di dalam wadah yang tertutup dan mengingatkan
para ibu untuk tetap menjaga supaya wadah ditutup dengan
benar. Perilaku penting dalam menangani air yaitu membuat
air aman untuk diminum harus ditekankan bagi para
keluarga yang masih mengkonsumsi air yang tidak aman
langsung dari sumbernya.
Buang air besar
Diantara para ibu yang disurvei, pengetahuan dan sikap yang
baik terhadap perilaku BAB yang sehat hasilnya cukup tinggi.
Secara umum, para ibu paham bahwa mereka tidak boleh
BAB di ruang terbuka dan bahwa ada resiko kesehatan yang
dikaitkan dengan membiarkan tinja di ruang terbuka (>90%).
58 health messenger
Among mothers surveyed, good knowledge and
attitudes on healthy defecation behavior are high. In
general, mothers understand that they should not
defecate outdoors and that there are health risks associated with leaving feces exposed to open air (>90%).
Good practice, however, is lacking. Although all
houses surveyed have private bathrooms and 93.7%
of toilets were confirmed to be functional at the time
of the survey, as many as 12.2% of households do
not use the toilets in their own homes regularly.
Instead, they use nearby public toilets or defecate
outdoors (e.g. open fields, rivers, drainage ditches,
forests, beaches). Children in particular are more
inclined to defecate outdoors. Evidence of open
defecation was observed in 17.1% of sites surveyed.
Further qualitative study should look into reasons
why people defecate outdoors despite having good
knowledge and attitudes on healthy defecation and
private indoor facilities available. For example, farmers
may defecate in their fields during the day simply
because there are no toilets available nearby and it is
convenient, in which case safe alternatives to open
defecation in this context should be considered and
promoted. Hygiene promotion should reinforce
negative attitudes towards open defecation and
encourage mothers to teach their children good
defecation habits.
Hand washing with soap
Most mothers have decent knowledge on the health
benefits of hand washing with soap. They generally
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Akan tetapi perilaku yang baik masih kurang. Walaupun
semua rumah yang disurvei memiliki kamar mandi pribadi
dan 93,7% toilet dipastikan berfungsi dengan baik pada saat
survei, ada sebanyak 12,2% keluarga tidak memakai toilet di
rumah mereka sendiri secara teratur. Sebaliknya mereka
menggunakan toilet umum atau BAB di sembarang tempat
(contoh, lapangan terbuka, sungai, selokan pembuangan air,
hutan, pantai).Terutama anak-anak, mereka lebih cenderung
BAB di ruang terbuka. Bukti bahwa masyarakat masih BAB
disembarang tempat di temukan di17,1% area yang disurvei.
Studi kualitatif lebih lanjut harus menginvestigasi alasan
mengapa masyarakat BAB di ruangan terbuka walaupun
mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik mengenai
cara BAB yang sehat dan tersedia fasilitas di dalam ruangan.
Sebagai contoh, petani mungkin BAB di sawah mereka hanya
karena tidak tersedia jamban yang dekat dan nyaman, dalam
hal ini maka alternatif yang aman untuk BAB di ruang terbuka
dalam konteks ini harus dipertimbangkan dan dipromosikan.
Promosi higiene harus menekankan sikap negatif terhadap
BAB di tempat terbuka dan mendorong para ibu untuk mengajarkan pada anak mereka kebiasaan BAB yang baik.
understand the germ theory of disease, that dirty
hands may contain germs, and that they can become
sick if they do not wash their hands (79.1%). Almost
all are knowledgeable on the most critical times to
wash their hands to prevent sickness, including
before eating, before preparing food, and after
defecating (>96%).
The importance of using soap (rather than water
alone) to wash hands properly is understood by
43.9% of mothers surveyed. Actual practice is
comparably low or lower still, though almost all
mothers use soap on a daily basis, either for washing
or bathing (98.5%). “Lifebuoy” (40.4%) and “Lux”
(19.3%) are the most popular brands of soap purchased for bathing, including hand washing.
Interestingly, there is no statistically significant
difference among the economic classes in hand
washing practice (p>0.05).
Hygiene promotion should emphasize the importance
of using soap to wash hands properly in order to
prevent sickness. Knowledge on critical times to use
pembawa pesan kesehatan 59
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
Cuci tangan dengan sabun
Sebagian besar para ibu memiliki pengetahuan yang cukup
baik mengenai keuntungan kesehatan dari mencuci tangan
dengan sabun. Umumnya mereka memahami teori kuman
penyakit yaitu tangan yang kotor mengandung kuman dan
mereka dapat sakit jika tidak mencuci tangan mereka
(79,1%). Hampir semua dari mereka memiliki pengetahuan
mengenai saat-saat kritis untuk mencuci tangan guna mencegah penyakit seperti saat sebelum makan, sebelum mengolah
makanan dan setelah buang air besar (>96%).
Pentingnya mencuci tangan yang benar dengan sabun (daripada dengan air saja) dipahami oleh sebanyak 43,9% ibu
yang disurvei. Namun pada kenyataannya perilaku mereka
masih agak rendah, walaupun hampir semua ibu menggunakan sabun setiap harinya, baik untuk mencuci maupun
mandi (98,5%).“Lifebuoy”(40,4%) dan “Lux”(19,3%) merupakan 2 merek sabun paling terkenal yang dibeli untuk mandi
termasuk cuci tangan. Dan yang menarik, tidak ada perbedaan signifikan diantara kelas-kelas ekonomi masyarakat
dalam hal perilaku mencuci tangan.
Promosi higiene harus menekankan pentingnya menggunakan sabun saat mencuci tangan dengan benar guna mencegah penyakit. Pengetahuan mengenai saat-saat penting
untuk menggunakan sabun di dalam rumah harus diperkuat
lagi. Akses terhadap sabun tidak menjadi masalah karena
hampir semua ibu menggunakan sabun setiap harinya
(98,5%).Akses terhadap sabun di luar rumah mungkin menjadi
masalah dan kesulitan lingkungan yang mungkin ada di luar
rumah seharusnya dipertimbangkan.
Penyakit yang berkaitan dengan air, sanitasi
dan higiene
Penyakit yang paling umum berkaitan dengan air, sanitasi dan
higiene yang diderita oleh keluarga yang disurvei selama 12
bulan terakhir adalah diare (24,2%), malaria dan demam
berdarah (6,6%), dan tipus (2,6%). Prevalensi cacingan
(cacing parasit) tidak tinggi, namun potensi keparahan
cacingan pada anak yang terinfeksi harus diberi perhatian
khusus. Kasus-kasus serius diantara beberapa keluarga
mencatat bahwa cacing keluar dari mulut dan anus anakanak dan terdapat di muntahan mereka (n=12).
Sekali lagi, sebagian besar ibu yang disurvei memahami
bahwa mereka bisa jatuh sakit jika tidak mencuci tangan
dengan sabun pada saat-saat penting (79,1%). Selanjutnya,
mereka juga paham bahwa mencuci tangan dengan sabun
pada saat-saat penting dapat mencegah penyakit khususnya
diare (59,9%). Sebagian besar dari mereka juga tahu bahwa
60 health messenger
soap when washing hands should be reinforced.
Access to soap inside the home is not an issue as
almost all mothers use soap on a daily basis (98.5%).
Access to soap outside the home may be an issue, and
potential environmental barriers outside the home
should be considered.
Diseases related to water, sanitation and
hygiene
The most common diseases related to water, sanitation
and hygiene suffered over the previous 12 months by
households surveyed were diarrhea (24.2%), malaria
and dengue (6.6%), and typhoid (2.6%). Prevalence
of helminthes (parasitic worms) is not high, but the
potential severity of helminthes in infected children
warrants it particular attention. Serious cases among
a small number of households document worms
coming out of their children’s mouths and bottoms
and present in their children’s vomit (n=12).
Good to remember:
Results of KAP study may be used
by health workers to promote
healthy practices related to water,
hygiene and sanitation.
Penting untuk diingat:
Hasil penelitian KAP mungkin
dapat digunakan oleh
petugas kesehatan untuk
mempromosikan perilaku hidup
sehat yang berhubungan dengan
air, higiene dan sanitasi.
Again, most mothers surveyed understand that
they can become sick if they do not wash their hands
with soap at critical times (79.1%). Moreover, they
understand that hand washing with soap at critical
times can prevent diarrhea specifically (59.9%).
Most also know that they can become sick from
drinking unsafe water (78.6%) and that diarrhea can
be caused by drinking unsafe water (68.2%).
IN DEPTH LEBIH MENDALAM
mereka dapat sakit karena
minum air yang tidak aman
(78,6%) dan diare dapat disebabkan karena minum air yang tidak
aman (68,2%).
84,2% dari para ibu menyadari
akan potensi bahaya diare bahwa
diare dapat menyebabkan kematian pada anak disebabkan oleh
dehidrasi jika tidak ditangani. Hal
ini sesuai, karena mereka membawa anak mereka yang sakit ke
fasilitas kesehatan setempat
dalam waktu 24 jam pertama
sejak diare diketahui (83,5%).
Sekitar separuh dari para ibu
yang disurvei menangani diare
dengan “Oralit” atau ORT (Oral
Rehydration Therapy; 49,9%).
Beberapa dari mereka memakai
larutan rehidrasi yang dibuat sendiri terdiri dari gula dan garam
disebut Larutan Gula Garam (LGG) (21,2%). Pada saat survei,
14% keluarga memiliki paling sedikit satu anggota keluarga
yang pernah menderita diare dalam dua minggu terakhir.
Sama seperti perilaku mencuci tangan, tidak ada perbedaan
signifikan akan prevalensi diare diantara kelas-kelas ekonomi
masyarakat (p>0,05).
Promosi higiene harus bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai penyebab, pencegahan dan penanganan khususnya diare, dengan penekanan bahwa pada kenyataannya diare dapat menjadi fatal terutama pada anak-anak
dibawah lima tahun. Ibu harus didorong untuk segera mencari perawatan medis bagi bayi dan balita yang terkena diare
begitu melihat gejala diare. Resep LGG dan penggunaannya
sebagai suatu cara yang sederhana, tersedia, murah dan efektif untuk mencegah dehidrasi harus dipromosikan dengan
lebih baik lagi. Peningkatan kesadaran terhadap prevalensi
kasus cacingan yang parah di Aceh mungkin dapat digunakan untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat
sehingga mereka meningkatkan perilaku higiene yang baik
secara umum. ■
84.2% of mothers are aware of the potential severity
of diarrhea, that it can cause death in children from
dehydration if left untreated. Appropriately, they
bring their sick children to a local health facility
within the first 24 hours diarrhea is observed
(83.5%). About half of mothers surveyed treat
diarrhea with “Oralit” or ORT (Oral Rehydration
Therapy; 49.9%). Some use a homemade rehydration
solution comprised of sugar and salt called Larutan
Gula Garam (LGG) (21.2%). At the time of the
survey, 14.0% of households had at least one member
in the house suffer from diarrhea in the previous
two weeks. Like hand washing practice, there is no
statistically significant difference in prevalence of
diarrhea among the economic classes (p>0.05).
Hygiene promotion should aim to improve knowledge
on causes, prevention and treatment of diarrhea
specifically, stressing the reality that diarrhea can be
fatal particularly in children under five. Mothers
should be encouraged to seek medical care for infants
and toddlers with diarrhea immediately upon onset
of symptoms. The recipe for LGG and its use as a
simple, readily available, cheap and effective means
to prevent dehydration should be better promoted.
Increasing awareness on prevalence of severe
helminthes cases in Aceh may be used to shock
communities in improving good hygiene practices
generally. ■
pembawa pesan kesehatan 61
TAKARIR
Akut: Penyakit yang terjadi mendadak dan berkelanjutan singkat serta gawat.
Angioedema: Penyakit alergi pada kulit yang ditandai dengan urtika yang
mengenai lapisan kulit lebih dalam daripada kulit jangat, dapat terjadi di
lapisan mukosa dan bisa juga saluran cerna.
Anti motility drugs: Obat untuk menghambat peristaltik usus.
Antraks: Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Bacillus anthracis yang
terutama menyerang hewan ternak tetapi dapat juga menyerang manusia
yang mengakibatkan kelainan di kulit, saluran cerna dan paru.
Arthralgia: Nyeri sendi. Ada banyak sebab pada nyeri sendi.
Bacterial Vaginosis: Kondisi pada wanita dimana keseimbangan normal
bakteri vagina terganggu dan diganti oleh bakteri lain yang dapat menyebabkan
infeksi pada vagina, umumnya Gardnerella vaginalis. Kadang kala disertai
dengan timbulnya gejala pada vagina berupa: lendir, bau, nyeri, gatal dan
rasa terbakar.
Booster vaksinasi: Dosis tambahan vaksin yang diberikan secara periodik
untuk mempertahankan sistem imun. Sebagai contoh, tambahan dosis vaksin
tetanus dan difteri direkomendasikan untuk diberikan setiap 10 tahun sekali
untuk orang dewasa.
CHAST: Pelatihan hygiene dan sanitasi untuk anak-anak.
Delirium: Keadaan status mental, kebingungan yang diakibatkan oleh
demam tinggi, intoksikasi, syok atau sebab lain yang ditandai dengan cemas,
disorientasi, gangguan ingatan, halusinasi, tremor dan bicara ngawur.
Dermatofitosis: infeksi pada kulit, kuku dan rambut yang disebabkan oleh
dermatofita (jamur) dan ditandai oleh kulit yang merah, papula, vesikel dan
skuama.
Disability Adjusted Life Years (DALY): Jumlah tahun yang hilang dari
kehidupan potensial yang disebabkan oleh kematian dini atau jumlah tahun
yang hilang dari kehidupan produktif karena kecacatan.
Disentri: Radang pada selaput lendir usus yang ditandai dengan diare dan
tinja bercampur lendir dan darah.
Disinfeksi: Membersihkan serta membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikro organisme penyebab penyakit.
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC): Kelainan perdarahan
yang terjadi akibat aktivitas yang tidak terkontrol dari faktor pembeku darah
dan enzim fibrinolitik diseluruh pembuluh darah kecil, sehingga mengakibatkan nekrosis dan perdarahan.
Erisipelas: Infeksi akut pada kulit oleh bakteri streptokokus, yang
menyebabkan terjadinya inflamasi dikulit yang menyebar ke lapisan
lemak dibawah kulit.
Eritema: Perubahan warna kulit menjadi kemerah-merahan karena
kongesti kapiler.
Fissura: Kulit yang pecah-pecah, biasanya terjadi pada membran mukosa
yang membentuk luka seperti kulit yang retak.
HBV: Hepatitis B Virus.
62 health messenger
HCV: Hepatitis C Virus.
Hipovolemia: Volume sirkulasi darah yang rendah.
HIV: Virus imunodefisiensi pada manusia (Human Immunodeficiency Virus).
Infeksi nosokomial: Infeksi yang terjadi atau berasal dari rumah sakit,
umumnya terjadi 72 jam setelah masuk rumah sakit yang bisa terjadi pada
pasien atau petugas rumah sakit.
Insiden: Frekuensi kejadian misalnya penyakit tertentu pada daerah atau
populasi tertentu. Pada epidemiologi, insiden adalah jumlah kasus baru dalam
periode waktu tertentu.
Kronik: Menahun dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Leukopenia: Jumlah sel darah putih (leukosit) yang rendah dari jumlah normal
Makula: Bercak berupa perubahan kulit semata-mata yang biasanya tidak
meninggi diatas permukaan kulit.
Mialgia: Nyeri pada satu otot; atau nyeri pada beberapa otot.
Nosokomial: Yang berasal dan terjadi di rumah sakit, khususnya ditujukan
kepada infeksi.
Papula: Tonjolan kulit yang kecil, berbatas jelas dan padat yang berdiameter
kurang dari 1 cm. Papula dapat terinfeksi karena garukan.
Patch test (tes tempel): Tes sensitivitas alergi pada kulit yang dilakukan
dengan memasukkan bahan allergen yang diduga kedalam kulit dengan alat
bedah kecil dalam jangka waktu tertentu untuk mengetahui ada tidaknya
reaksi alergi yang timbul.
Pengobatan topical: Pengobatan setempat pada kulit.
PHAST: Pelatihan hygiene dan sanitasi yang berbasis partisipasi masyarakat.
Psoriasis: Penyakit kulit menahun dengan kelainan berupa kulit kemerahan,
disertai pembentukan sisik-sisik berwarna perak yang tertumpuk berlapis-lapis,
bisa diseluruh badan, tetapi terbanyak di lengan dan tungkai. Penyakit ini
tidak menular dan belum jelas sebabnya.
Pustule: Gelembung dikulit yang berisi nanah dilapisan epidermis atau
dibawahnya yaitu di dermis dengan diameter < 1 cm.
Skuama: Serpih lapisan tanduk kulit ari yang terlepas.
Sporozoit: Bentuk plasmodium yang dilepaskan dari ookista dalam nyamuk
untuk berkumpul dalam kelenjar ludah nyamuk dan ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Tenesmus: Sasme dan rasa nyeri pada lubang anus yang diikuti rasa ingin
BAB tetapi tidak disertai dengan keluarnya tinja.
Trombositopenia: Berkurangnya jumlah sel-sel yang berfungsi untuk
pembekuan darah (trombosit) dalam darah tepi. Sel-sel ini disebut juga
platelet (trombosit).
Ulserasi: Terjadinya tukak.
Vesikel: Gelembung kecil dikulit (seperti bisul kecil), biasanya berisi cairan
dengan diameter < 1 cm.
GLOSSARY
Acute: An illness that is of short duration, rapidly progressive, and in need of
urgent care.
Angioedema: An allergic skin disease characterized by patches of confined
swelling involving the skin, the layers beneath the skin, the mucous membranes
and sometimes the viscera.
Anthrax: Infection caused by the bacterium Bacillus anthracis that primarily
affects livestock but that can occasionally spread to humans, affecting either the
skin, intestines or lungs.
Anti motility drugs: Medicines that prevent the intestinal peristaltic.
Arthralgias: Pain in the joints. There are many possible causes of pain in a joint.
Bacterial Vaginosis: A vaginal condition where the normal balance of
bacteria in the vagina is disrupted and replaced by an overgrowth of certain
bacteria, generally Gardnerella vaginalis. It is sometimes accompanied by
discharge, odor, pain, itching or burning.
Booster vaccination: An additional dose of a vaccine needed periodically to
"boost" the immune system. For example, a booster shot of the tetanus and
diphtheria (Td) vaccine is recommended for adults every 10 years.
CHAST: Children’s Hygiene and Sanitation Training.
Chronic: Persisting over a long period of time.
Delirium: A temporary state of mental confusion resulting from high fever,
intoxication, shock, or other causes, and characterized by anxiety, disorientation,
memory impairment, hallucinations, trembling, and incoherent speech.
Dermatophytosis: Infection of the skin, hair, or nails caused by a dermatophyte
(fungus) and characterized by redness of the skin, small papulae, vesicles, fissures,
and scaling.
Disability Adjusted Life Years (DALY): The sum of years of potential life lost
due to premature mortality and the years of productive life lost due to disability.
Disinfection: To cleanse so as to destroy or prevent the growth of diseasecarrying micro organisms.
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC): Hemorrhagic disorder
that occurs following the uncontrolled activation of clotting factors and fibrinolytic
enzymes throughout small blood vessels, resulting in tissue necrosis and bleeding.
Dysentery: Inflammation of the intestine characterized by the frequent
passage of feces, usually with blood and mucus.
Erysipelas: An acute streptococcus bacterial infection of the dermis, resulting
in inflammation and characteristically extending into underlying fat tissue.
Erythema: Redness of skin resulting from congestion of capillaries.
Fissure: a break in the skin, usually where it joins a mucous membrane,
producing a crack like a sore or an ulcer.
HIV: Human Immunodeficiency Virus.
Hypovolaemia: A blood disorder consisting of a decrease in the volume of
circulating blood.
Incidence: The frequency with which something, such as a disease, appears in
a particular population or area. In disease epidemiology, the incidence is the
number of newly diagnosed cases during a specific time period.
Leukopenia: Lower than the normal amount of white blood cells (leukocytes).
Macula: Small flat and discoloured spot on the skin.
Myalgia: Pain in a muscle; or pain in multiple muscles.
Nosocomial: Originating or taking place in a hospital, acquired in a hospital,
especially in reference to an infection.
Nosocomial infection: Infection present or originating in the hospital,
generally occurring 72 hours after admittance which can affect patients as well
as hospital personnel.
Papulae: A small solid rounded bump rising from the skin that is usually less
than 1 centimeter in diameter. Papulae may open when scratched and become
infected.
Patch test: Allergic sensitivity test in which a suspected allergen is applied
on a small surgical pad on the skin for a certain period of time in order to
determine if an allergic response is present.
PHAST: Participatory Hygiene and Sanitation Transformation.
Psoriasis: Chronic dermatitis with erythematous scaling patches covered by
silvery white scales.that can be found on all the body but mostly on arms and
legs. It is non-infectious and causes are unknown.
Pustule: A visible collection of pus in the epidermis layer of the skin or beneath
it, in the dermis with a diameter < 1 cm.
Sporozoite: form of plasmodium which is produced by oocysts in the mosquito,
accumulate in the vector’s saliva glands and are transferred to the definitive
host by the bite of the infected mosquito.
Squama: Scaly or platelike structure on the epidermis layer of the skin.
Tenesmus: Painful spasm of the anal sphincter along with an urgent desire to
defecate without the significant production of faeces.
Thrombocytopenia: Abnormal drop in the number of blood cells involved in
forming blood clots. These cells are called platelets (thrombocytes).
Topical therapy: Local treatment on certain areas of skin.
Ulceration: An ulcer or an ulcerous condition.
Vesicle: A small circumscribed epidermal elevation (like a blister), usually
containing a clear fluid with diameter < 1 cm.
HBV: Hepatitis B Virus.
HCV: Hepatitis C Virus.
pembawa pesan kesehatan 63
GAME PERMAINAN
1
2
3
4
5
6
8
10
11
9
12
14
16
7
13
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
36
37
39
40
41
43
45
46
42
44
47
48
MENDATAR
4. Demam
10. Pengambilan jaringan tubuh secara
bedah untuk pemeriksaan mikroskopik
11. Radang pada gusi
13. Laju Endap Darah
17. Jerawat
19. Luka baring, luka karena tekanan
terus-menerus
21. Masa setelah melahirkan
22. Salah satu contoh water-borne
disease
24. Alat yang diletakkan dalam rahim
untuk mencegah terjadinya kehamilan
25. Campak
26. Radang telinga
28. Sel darah putih
30. Tulang hasta
31. Hilangnya daya untuk
bergerak/lumpuh
32. Pembuluh darah balik
34. Vektor malaria
64 health messenger
35
38
49
39. Magnetic Resonance Imaging
40. Selaput lendir
44. Radang saluran cerna yang
disebabkan oleh Vibrio cholerae
45. Kesulitan kencing/sakit sewaktu
kencing
47. Inflamasi
48. Tungkai atas/paha
49. Perubahan warna pada kulit
tanpa adanya penonjolan
MENURUN:
1. Lapisan keras yang meliputi
permukaan mahkota dan leher gigi
2.Gerakan yang tidak disadari
3. Tidak bisa / susah tidur
5. Vaksin untuk mencegah TBC
6. Cairan yang diberikan kepada
penderita diare
7. Gerakan anggota badan menjauhi
sumbu tengah tubuh
8. Sakit kepala sebelah
9. Sunat/khitan
12. Intensive Care Unit
14. Rahang bawah
15. Infeksi yang terjadi di
rumah sakit
16. Zat hijau daun
18. Tajam penglihatan
20. Borok/luka terinfeksi
23. Ayan/sawan
27. Rahim/kandungan ibu
29. Dengue Syok Syndrome
31. Penyebab malaria
33. Keguguran
35. Kulit ari
36. Pemakan segala
37. Lemak
38. Cacing gelang
41. Rabun dekat
42. Patah tulang
43. Epidemi
46. Intra Muscular
INFORMATION INFORMASI
1. EMAIL - 2. REFLEKS - 3. INSOMNIA - 5. BCG - 6. ORALIT - 7. ABDUKSI - 8. MIGREN - 9. SIRKUMSISI - 12. ICU - 14. MANDIBULA - 15. NOSOKOMIAL 16. KLOROFIL - 18. VISUS - 20. ULKUS - 23. EPILEPSI - 27. UTERUS - 29. DSS - 31. PLASMODIUM - 33. ABORTUS - 35. EPIDERMIS - 36. OMNIVORA 37. LIPID - 38. ASKARIS - 41. MIOPIA - 42. FRAKTUR - 43. WABAH - 46. IM
MENURUN:
4. FEBRIS - 10. BIOPSI - 11. GINGIVITIS - 13. LED - 17. ACNE - 19. DEKUBITUS - 21. NIFAS - 22. DIARE - 24. IUD - 25. MORBILI - 26. OTITIS - 28. LEUKOSIT 30. ULNA - 31. PARALISIS - 32. VENA - 34. ANOPELES - 39. MRI - 40. MUKOSA - 44. KOLERA - 45. DISURIA - 47. RADANG - 48. FEMUR - 49. MAKULA
MENDATAR
SUBSCRIPTIONBERLANGGANAN
Organisasi anda dapat
berlangganan majalah
Pembawa Pesan Kesehatan:
Your organisation can take
out subscription to the Health
Messenger Magazine as:
LSM Internasional
International NGO
<300 copies - Rp 50.000
>300 copies - Rp 44.500
<300 eksemplar - Rp 50.000
>300 eksemplar - Rp 44.500
Institusi Lokal
<300 eksemplar - Rp 38.000
>300 eksemplar - Rp 30.000
LSM Lokal
<300 eksemplar - Rp 20.000
>300 eksemplar - Rp 15.000
Local Institution
<300 copies - Rp 38.000
>300 copies - Rp 30.000
Local NGO
<300 copies - Rp 20.000
>300 copies - Rp 15.000
ADVERTISING PARIWARA
Organisasi anda dapat menerbitkan
pariwara di majalah Pembawa Pesan
Kesehatan. Untuk informasi, silakan
menghubungi kami.
Your organisation can publish an advertising in the Health Messenger Magazine.
For more information, please contact us.
CONTACTKONTAK
Aide Médicale Internationale
Lr. Tgk. Meunara VII, no.6
Desa. Garot Geuceu
Kec. Darul Imarah
Aceh Besar, NAD
[email protected]
Aide Médicale Internationale (AMI) is a nongovernmental, non-profit organization (NGO). It is
apolitical and secular. The goal of Aide Médicale
Internationale is to implement or re-establish access to
health care for deprived and isolated populations. AMI was
founded in 1979 by a group of twenty volunteer doctors and
nurses. Since its creation, Aide Médicale Internationale has
developed programs in more than thirty countries. Now
present in 9 countries, AMI teams provide primary health
care, prevent infections, and implement health education
programs. They also equip, rehabilitate and supply health
care structures and train health care personnel. AMI has
been working in Indonesia since March 2005 to provide
Indonesian health workers, in the province of Aceh, with a
continuous training tool appropriate to improve their
knowledge and skills.
Aide Médicale Internationale (AMI) adalah suatu
organisasi nirlaba non-pemerintah.AMI tidak berpolitik
dan bersifat sekuler. Aide Médicale Internationale bertujuan
untuk mewujudkan atau membangun kembali akses layanan
kesehatan bagi masyarakat yang tersisihkan dan terisolasi.
AMI didirikan pada tahun 1979 oleh dua puluh orang dokter
dan perawat relawan. Sejak pendiriannya, Aide Médicale
Internationale telah mengembangkan program di lebih dari
tiga puluh negara. Saat ini AMI bekerja di sembilan negara.
Tim AMI memberikan layanan kesehatan primer, pencegahan
infeksi, dan melakukan program pendidikan kesehatan. AMI
juga melengkapi, merehabilitasi dan mensuplai pusat layanan
kesehatan serta melatih petugas kesehatan. AMI telah
bekerja di Indonesia sejak Maret 2005 untuk membantu
para pekerja kesehatan Indonesia di Provinsi Aceh dengan
sejumlah perangkat pelatihan yang tepat guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka.
Funded by /Didanai oleh:
Contributors / Kontributor:
www.amifrance.org
Download