Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Hanevi Djasri, dr, MARS Agenda: 8 Langkah FMEA 1. 2. 3. 4. 5. Konsep Dasar Manajemen Resiko dan Peran FMEA Persiapan Pelaksanaan FMEA dan Menentukan Proses yang Mempunyai Resiko Tinggi (1) Menyusun Diagram Proses (2), Potential Faiure Modes dan Menentukan Efeknya (3) Menentukan Prioritas (4) dan Mengidentifikasi Akar Penyebab Masalah (Root Causes) dari Failure Modes (5) Membuat Rancangan Ulang (6), Analisis (7) dan Pengujian Terhadap Proses (8) Acuan Failure Mode and Effect Analysis in Heath Care, Joint Comission on Accreditation of Health Organization (JCAHO), 2005. Redesign Pelayanan Farmasi dengan Metode Failure Mode and Effefct Analysis, Eri Supriyanti, Erna Kristin dan Hanevi Djasri, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol 14, 2011, hal 79-86 Sesi I: Konsep Dasar Manajemen Resiko dan Peran FMEA Unsur penting dari manajemen risiko: Analisis dari risiko, seperti sebuah proses melakukan evaluasi terhadap KNC dan proses risiko tinggi lainnya yang dapat berubah dan berakibat terjadinya kejadian sentinel. Satu alat yang dapat digunakan melakukan analisis dari akibat suatu kejadian yang berujung pada risiko tinggi adalah FMEA (failure mode and effect analysis). Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun dan dibuat dokumentasinya. Pengertian Failure mode and effects analysis (FMEA) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk perbaikan sistem yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan. FMEA merupakan teknik yang berbasis tim, sistematis, dan proaktif yang digunakan untuk mencegah permasalahan dari proses atau pelayanan sebelum permasalahan tersebut muncul/terjadi. FMEA dapat memberikan gambaran tidak hanya mengenai permasalahan-permasalahan apa saja yang mungkin terjadi namun juga mengenai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan. 8 Langkah FMEA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Menentukan proses yang mempunyai resiko tinggi dan membentuk tim Menyusun diagram proses Brainstorming potential failure modes dan akibat-akibat yang ditimbulkan Menentukan prioritas failure modes Identifikasi akar penyebab masalah dari failure modes Membuat rancangan ulang proses Analisa dan pengujian proses baru Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses Model FMEA Failure Mode and Effect Analysis Model N oKegagalan Penyebab Akibat Occ SV D T R P N Kegiatan Perbaikan disain Validas Sumber: Failure Mode and Effect Analysis in Health Care: proactive risk reduction (Joint Commision Resources and Acreditation of Health Care Organization USA, 2005) Sesi II: Persiapan Pelaksanaan FMEA & Menentukan Proses dengan Resiko Tinggi Langkah 1 Memilih proses yang berisiko tinggi: Melakukan kajian dokumentasi (data sekunder) terhadap kejadian medication error dalam pelayanan kesehatan di RS. Menetapkan proses yang berisiko tinggi. Kanan, pasti! Slide: Adi Utarini, 2005 Langkah 2 Membuat flow chart (diagram alur) yang rinci yaitu menentukan titik awal dan akhir dari proses,dan menganalisa flow chart . Langkah ini dapat dilakukan melalui workshop dengan tim FMEA atau melihat dokumentasi flow chart bila sudah ada Mulai A/1 Apoteker/Asisten Apoteker Terima resep Asisten Apoteker Meracik obat Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep T sesua i Asisten Apoteker Memberi etiket Apoteker/Asisten Apoteker Konfirmasi ke dokter Y Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep Y Sesuai T Bon Proses Penerimaa n rerelasi Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan obat kebagian Penyerahan obat Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep Y Sesuai Prose bon/piutang Obat karyawan T Apoteker/Asisten Apoteker Koreksi Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan resep Ke bagian peracikan Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan obat A/2 selesai Langkah 3 Mengidentifikasi kemungkinan kegagalan proses dan efek yang ditimbulkan ke pasien. Langkah ini dilakukan dengan melakukan workshop dengan tim FMEA. Mulai A/1 Apoteker/Asisten Apoteker Terima resep Asisten Apoteker Meracik obat Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep T sesua i Asisten Apoteker Memberi etiket Apoteker/Asisten Apoteker Konfirmasi ke dokter Y Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep Y Sesuai T Bon Proses Penerimaa n rerelasi Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan obat kebagian Penyerahan obat Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep Y Sesuai Prose bon/piutang Obat karyawan T Apoteker/Asisten Apoteker Koreksi Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan resep Ke bagian peracikan Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan obat A/2 selesai Contoh Kegagalan & Efeknya Proses (langkah) Failure mode 1.Menerima Apoteker gagal resep mendeteksi kesalahan identitas pasien (salah nama pasien, tertukar resep pasien) Cause failure Effect failure Tidak dilakukan skrining identitas pasien, Pasien mendapatkan obat yang, waktu tunggu pasien lama Resep langsung di letakkan dikotak,tidak ada tatap muka,tidak ada komunikasi Proses lain tidak berjalan Tidak ada petugas jaga yang di loket penerimaan. S O D Langkah 4: Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek tersebut ke pasien dengan metode workshop. Penetapan ini berdasarkan hasil dari kesepakatan tim FMEA pada workshop tingkat keparahan. Untuk setiap efek tim harus memperkirakan: Besarnya kemungkinan terjadinya kegagalan Tingkat keparahan Kesulitan men-deteksi adanya kegagalan Selanjutnya menghitung Risk Priority Number (RPN) dengan tujuan untuk menentukan prioritas tindakan. Keparahan Nilai Severity 1 Slight annoyance 2-3 Moderate system problem 4-5 Major system problem 6 Minor injury 7 Major injury 8-9-10 Terminal injury or death Keseringan Nilai Occurrence Tidak diketahui 1 kemungkinannya 2-3-4 Mungkin tapi belum diketahui datanya 5-6 Terjadi, tetapi jarang 7-8 Terjadi dan sering 9-10 Terjadi, sangat sering/pasti Probability 1 dalam 10.000 1 dalam 5.000 1 dalam 200 1 dalam 100 1 dalam 10 Deteksi Like lihood Detectable Very high (1) Error selalu terdeteksi High (2,3) Error sangat mungkin Terdeksi Mungkin terdeteksi Moderate (4,5,6) Low (7,8) Kemungkinan kecil terdeteksi Probability 9 out off 10 7 out off 10 Remote (9) 0 out off 10 Tidak mungkin terdeteksi 5 out off 10 2 out off 10 Mulai RPN 5 Apoteker/Asisten Apoteker Terima resep T sesua i RPN 1 Apoteker/Asisten Apoteker Konfirmasi ke dokter Y Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep Y Sesuai T Bon Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan resep Ke bagian peracikan A/2 Asisten Apoteker Meracik obat RPN 2 Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep A/1 Asisten Apoteker Memberi etiket Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan obat kebagian Penyerahan obat RPN 4 Apoteker/Asisten Apoteker Validasi resep Proses Penerimaa n rerelasi Y Sesuai Prose bon/piutang Obat karyawan T Apoteker/Asisten Apoteker Koreksi RPN 3 Apoteker/Asisten Apoteker Menyerahkan obat selesai Tentukan tindakan Severity Tinggi Jenis kegagalan dan akibat Occurance RPN RPN Rendah Detection Biarkan Langkah FMEA 5: Tim FMEA melakukan workshop untuk mengidentifikasi masalah dengan alat bantu fish bone. Identifiasi tersebut dilakukan dari failure mode dengan RPN tertinggi. Tujuannya adalah menemukan akar penyebab dan hubungannya. Contoh Fishbone Langkah 6: Desain ulang dengan cara melakukan curah pendapat untuk menentukan dan menetapkan desain baru. Hasil dari workshop ini menetapkan desain baru yang akan diutamakan untuk diujicobakan dan diukur apakah desain baru dapat meminimalkan risiko kejadian medication error. DESAIN LAMA REDESIGN/DESAIN BARU sisten apoteker pada saat membaca resep engalami kesulitan langsung menelpon okter, tanpa konsultasi ke Apoteker jaga. Membuat SOP komunikasi dengan dokter penulis resep dan SOP bagaimana melakukan konfirmasi resep yang tidak terbaca kemudian tidakan yang dilakukan apabila terjadi kegagalan dokter tidak dapat dihubungi. Adapun produk SOP yang dibuat adalah Prosedur Komunikasi farmasis ke dokter penulis resep,Konfirmasi ke dokter untuk resep non cito,dan pelaksanaan supervisi pelayanan farmasi rawat jalan. Membuat SOP konfirmasi ke dokter untuk resep cito Melakukan sosialisasi SOP Komunikasi dan melakukan pelatihan langsung berkomunikasi dengan dokter sesuai dengan langkah-langkah dalam SOP komunikasi Tabel berlanjut... Langkah 7: Melakukan ujicoba desain baru: diawali dengan melakukan sosialisasi desain baru kepada petugas terkait Melakukan implementasi desain baru, serta melaksanakan pelatihan bila perlu Langkah 8: Evaluasi desain baru dengan cara mengukur efektifitas hasil desain ulang dengan parameter sesuai hasil pengukuran risiko tahap sebelumnya. Selanjutnya akan dilakukan skoring untuk melihat nilai RPN (Risk Priority Number) yaitu apakah ada penurunan tingkat: Severity Occurance Detectable Contoh hasil evaluasi desai baru Tahapan proses Kegagalan Nilai RPN sebelum desain baru Nilai RPN setelah desain baru OCC OCC SEV DET RPN SEV DET RPN irmasi ke dokter ulis resep Kegagalan komunikasi dengan dokter 7 7 6 294 7 7 4 196 dasi resep Kegagalan dalam Membaca nama obat 6 6 6 216 6 6 4 144 Penutup FMEA hanyalah sebuah alat, yang jauh perlu dipahami adalah prinsip dari manajemen resiko: Mengidentifikasi resiko Menilai tingkat resiko Melakukan pengelolaan resiko Menilai kembali tingkat resiko (pastikan ada perbaikan) Terimakasih hanevi_pmpk@yahoo,com