peran iai dalam rangka peningkatan profesionalisme apoteker

advertisement
PERAN IAI DALAM RANGKA
PENINGKATAN
PROFESIONALISME APOTEKER
Prof. Dr. Gemini Alam, M.Sc., Apt
1
OBAT . . . . . .
MADU atau RACUN ?
● Dalam pengobatan, obat dapat digunakan
untuk pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, dan peningkatan kesehatan.
● Namun obat adalah senyawa kimia yang
dapat bekerja sebagai racun, sehingga obat
harus digunakan dalam dosis yang tepat
dan dengan cara yang benar.
AGAR TERHINDAR DARI BAHAYA
OBAT
1. Dapatkan Obat Dengan Benar
2. Gunakan Obat Dengan Benar
3. Simpan Obat Dengan Benar
4. Buang Obat Dengan Benar
DA GU SI BU
DA
Dapatkan Obat Dengan Benar
● Obat dapat diperoleh masyarakat dari sarana pelayanan
kefarmasian yaitu:
Apotik
Toko obat berijin
Rumah Sakit
Puskesmas
dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan .
● Pada waktu menerima obat perlu dilakukan:
Pemeriksaan penandaan kemasan obat.
Pemeriksaan kualitas kemasan
BPJS
AFTA
IPEC
5
Tantangan Nasional
Sumber. Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan 2011 – 2025 (Kemenkes RI)
6
Tantangan Nasional
Sumber. Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan 2011 – 2025 (Kemenkes RI)
7
BIDANG PEKERJAAN APOTEKER INDONESIA
♦ Rumah Sakit / Puskesmas
♦ Industri BBO / Obat / Nutri.Tamb/ Kosmetik /
Jamu/ Fitofarmaka/ Makanan
♦ Apotek / Pedagang Besar Farmasi
♦ Pemerintah ( Dinas Kes., BPOM)
♦ Perguruan Tinggi / Lembaga Riset
♦ Medical Representative
♦ Berbagai laboratorium Klinik
♦ Wiraswasta
♦ Dll
Keadaan Tenaga Kefarmasian
Jumlah SDM Kesehatan di Indonesia : 887.57
5,2% adalah tenaga kefarmasian meliputi :
Apoteker & S1 Farmasi : 17,29%
BPPSDMKes)
(Profil
Dari 179.309 nakes PNS di tiap propinsi
3,68% adalah tenaga kefarmasian
Apoteker:19,62%
Keadaan Tenaga Kefarmasian...lanjutan
Data SDM Kesehatan yang Bekerja di RS :
4,75% adalah tenaga kefarmasian meliputi :
 Apoteker dan S1 Farmasi : 18,43%
Data SDM Kesehatan yang Bekerja di Puskesmas :
2.04% adalah tenaga kefarmasian
 Apoteker:2,36%
(Binkesmas)
Kebutuhan Tenaga Kefarmasian
Jumlah Apoteker di Indonesia ± 30.000
 rasio apoteker banding populasi
± 1: 8000 (Indonesia)
± 1: 4000 – 1: 5000 (negara maju)
Ketua IAI
Kebutuhan Apoteker di RS Pemerintah
2014
kebutuhan
2019
kekurangan
1622
-
Kebutuhan
Kekurangan
3038
1619
2014
Kebutuhan
2025
Kebutuhan
Kekurangan
4054
1472
2019
2025
Kekurangan
Kebutuhan
Kekurangan
Kebutuhan
Kekurangan
TNI
POLR
I
TNI
POL
RI
TNI
POL
RI
TNI
POL
RI
TNI
POL
RI
TNI
POL
RI
230
20
50
20
255
30
90
40
300
40
65
40
Kebutuhan Apoteker di Puskesmas
2014
kebutuhan
2920
kekurangan
7774
2019
Kebutuhan
2473
2014
kebutuhan
88
kekurangan
Kekurangan
679
2025
Kebutuhan
2026
837
2019
Kebutuhan
94
Kekurangan
Kekurangan
2025
Kebutuhan
Kekurangan
118
KemenKes RI
Apoteker
PERSPEKTIF
ILMU KEFARMASIAN
Perencanaan Pengadaan Obat ?
 Mengelola Pengadaan Obat ?
 Mendistribusikan Obat di RS ?
Menyimpan Obat di Gudang dan
Mengepalai sekalian ?
Semua aspek yang terkait dengan Obat
sebagai “barang atau komoditi “ ?

TINDAKAN PROFESI
SPESIFIK DAN KARAKTERISTIK
 BERBASIS ILMU PENGETAHUAN DAN
TEHNOLOGI
 KEPUTUSAN MANDIRI
BERDASARKAN KOMPETENSI, DAN
KEWENANGAN PROFESI YANG
DILINDUNGI OLEH HUKUM
 YURISPRUDENSI INTERNASIONAL

PEKERJAAN APOTEKER
SEBAGAI PROFESI
ENTITAS OBAT
Bahan Pengisi
Dosage Form yang
diformulasikan yang
menjamin bekerjanya
SAF ditempat kerja
nya.
Senyawa Aktif
Farmasi (SAF)
atau API (Active
Pharmaceutical
Ingredient)
Tehnologi pembuatan
dosage form,baik
secara manual maupun
masinal,dengan alat
produksi tertentu
Tantangan Nasional

Uang jasa apoteker sangat rendah yang
diakibatkan oleh:
◦ Belum ada aturan tegas.
◦ Ketidaktegasan apoteker saat membuat komitmen
dengan PSA.
◦ Rendahnya kualitas apoteker.
Sumber. http://www.bls.gov/ooh/healthcare/pharmacists.htm
20
Tantangan Regional
 Global Competitive Index (GCI) 2011 – 2012 menempatkan Indonesia di
posisi 44, Thailand (38), Malaysia (26), Singapura (3).
 Human Development Index (HDI) 2013 menempatkan Indonesia di posisi
108, Thailand (89), Malaysia (62), Brunei Darussalam (30), Singapura (9).
21
Tantangan Global
IAI dalam konsep Interprofessional Education/ Collaboration
(IPE/C)
IPE occurs when two or more professions learn
about, from and with each other to enable
effective collaboration and improve health
outcomes.
Present &
future health
workforce
IPE
Collaborative
practice –
ready health
workforce
IPC
Optimal
health
services
22
Interprofessional Education/
Collaboration
Types of learners who received interprofessional education at the
respondent’s institution. (from 42 surveyed countries)
Source. WHO, 2010
23
Interprofessional Education/
Collaboration
Providers of staff training on interprofessional education/collaboration (from
42 surveyed countries)
Source. WHO, 2010
24
Interprofessional Education/
Collaboration
Examples of influences that affect interprofessional education and
collaborative practice at the system level.
Source. WHO, 2010
25
So, what should we do?
26
Apa yang harus dipersiapkan?
Study, self study
Kurikulum
Pendidikan Farmasi
Organisasi
Profesi
Peraturan
Pemerintah
Apa yang harus dipersiapkan?
Ilmu Penunjang
F
A
R
M
A
K
O
L
O
G
I
F
A
R
M
A
K
O
L
O
G
I
M
O
L
R
K
U
L
E
R
F
A
R
M
A
K
O
L
O
G
I
K
L
I
N
I
K
F
A
R
M
A
K
O
T
E
R
A
P
I
F
A
R
M
A
S
I
K
L
I
N
I
K
Regulasi terkait tugas organisasi
profesi
AD/ART IAI
UU Kesehatan No. 36/2009
PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
Permenkes 889/2011 tentang Registrasi,
izin praktik & izin kerja tenaga kefarmasian
UU Tenaga Kesehatan No. 36/2014
29
5 pilar strategi pencapaian tujuan
organisasi IAI
Kualitas Perundangundangan, Pelaksanaan
dan Penegakkan
Pendidikan Calon
Apoteker
Branding Apoteker
Kualitas Organisasi
Apoteker Praktek
Bertanggungjawab
30
Pilar 1 : Terwujudnya Apoteker Praktik
Bertanggungjawab
Badan Pendayagunaan dan
Optimalisasi Praktik Apoteker
Badan Sertifikasi Profesi
Badan Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan
Bidang Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Bidang Keamanan Sediaan
Farmasi, Alkes dan Makanan
Himpunan Seminat dan IYPG
31
Pilar 2: Terwujudnya Peningkatan Kualitas Organisasi IAI
Dalam Melayani Anggota dan Masyarakat
Bidang Organisasi, Kaderisasi dan
Leadership Training
Bidang Pelayanan dan Kesejahteraan
Anggota
Bidang Aset Manajemen,Yayasan
dan Perusahaan
Koordinator Wilayah 1, 2, 3
Dewan Pakar, Pengawas,
Kehormatan, Pembina
32
Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan
Pengakuan Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa
Apoteker
Bidang Hubungan Masyarakat dan
Komunikasi
Bidang Kerjasama dan Kemitraan
Badan Pengabdian Profesi dan Tanggap
Bencana
33
Pilar 4 : Membantu Transformasi Pendidikan Apoteker Sesuai Dengan
Naskah Akademik Pendidikan Apoteker, Blueprint Uji Kompetensi
Apoteker dan Instrumen Akreditasi Pendidikan Apoteker Sesuai
Hasil HPEQ Farmasi
Bidang Pendidikan, Penelitian dan
Penerbitan
Bidang Lembaga Pengembangan Uji
Kompetensi (LPUK)
Bidang Lembaga Akreditasi Mandiri
Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM
PT.Kes)
Bidang Fasilitasi Pendidikan Apoteker
34
Pilar 5 : Mewujudkan Pelaksanaan Praktik Kefarmasian
Sesuai Peraturan Perundang-undangan, Penegakkan,
Harmonisasi dan Usulan Penerbitan Peraturan erundangundangan
Bidang Legislasi dan Peraturan
Perundang-Undangan Kefarmasian.
Badan Advokasi, Mediasi dan
Perlindungan Anggota
35
Mewujudkan Apoteker Praktik
Kementrian Kesehatan RI
BADAN POM RI
Ikatan Apoteker
Indonesia
Kementrian DIKBUD RI
APOTEKER
PRAKTIK
BERTANGGUNG
JAWAB
Komite Farmasi Nasional
Dinas Kesehatan Kab/Kota
Lingkungan
RS/Apotek/Industri
OT/Kosmetik/ Farmasi
Masyarakat Pasien / Pharmacy
Patient Watch
ASOSIASI PERGURUAN
TINGGI FARMASI
Contoh Papan Praktik Apoteker
37
Contoh Papan Praktik Apoteker
Saluran Distribusi Obat
INDUSTRI
FARMASI
DISTRIBUSI
FARMASI
Pelayanan
Farmasi
Penanggung jawab Kefarmasian oleh Apoteker
Referral Health System
Tertiary
Care
Secondary
Care
Primary
Care
40
TRANSFORMASI PELAYANAN KEFARMASIAN
FORMAT PELAYANAN
KEFARMASIAN SELAMA INI
•
FORMAT BARU BERBASIS
UU DAN PP
Proses farmasi dalam
pelayanan pasien berbasis
komoditi obat
•
Mekanisme pelayanan berbasis
transaksi jual-beli obat
•
Dimensi obat adalah barang
dagangan
•
Tanpa liability pelayanan
•
Pasien membeli obat sesuai
harga yang ditetapkan
•
Tidak transparan
CPD
CONTINUING
PROFESSIONAL
DEVELOPMENT
•
Proses farmasi dalam pelayanan
pasien berbasis pasien
•
Mekanisme pelayanan berbasis
transaksi produk profesi
•
Dimensi obat adalah barang
kesehatan, yang memiliki prosedur
kefarmasian
•
Ada liability pelayanan oleh
apoteker
•
Pasien membeli pelayanan
kefarmasian yang dilakukan dan
diselenggarakan apoteker
•
Transparan
PROFESIONAL
“Seorang profesional adalah seseorang yang memberikan
jasa atau layanan atas kompetensi yang dimiliki, sesuai
dengan Standard Operating Procedure dan kode etik serta
peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima
uang sebagai imbalan atas jasanya. Orang tersebut juga
merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang
didirikan sesuai dengan hukum di sebuah negara atau
wilayah”
MASYARAKAT
PASIEN
IKATAN APOTEKER
INDONESIA
KOMITE FARMASI
NASIONAL
KEMKES &
KEMDIKBUD RI
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN / KOTA
BADAN POM
ASOSIASI
PERGURUAN
TINGGI FARMASI
STAKE HOLDER APOTEKER
APOTEKER PRAKTEK
Peran Apoteker
APOTEKER
“MENJELASKAN
DAN
MENGURAIKAN
FARMAKOTERAP
I OBAT
APOTEKER
KOMPETEN
TENTANG OBAT
DAN KESEHATAN
mencapai efek terapi yang
pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien
Diakui
Profesionalitasnya
oleh Masyarakat
Terima kasih
www.ikatanapotekerindonesia.net
Thank you.
Let’s make discussion...!!!
47
Download