II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif (Robbins, 2006). Menurut Bimo Walgito (2002), proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses pembentukan persepsi juga merupakan pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimulus. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi, proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting. 2.1.1 Faktor eksternal Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Salah satunya faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, seperti kontras dari objek, perubahan intensitas, pengulangan, sesuatu yang baru. 1. Kontras Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan. Perubahan intensitas Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang. 7 8 1. Pengulangan (repetition) Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak termasuk dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita. 2. Sesuatu yang baru (novelty) Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui. 5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatianseseorang. 2.1.2 Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut, seperti pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki oarang tersebut, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya yang melekat pada seseorang. 1. Pengalaman atau pengetahuan Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. 2. Harapan (expectation) Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus. 3. Kebutuhan Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25 juta akan 9 merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah. 4. Motivasi Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif. 5. Emosi Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah. 6. Budaya Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja. 2.2 Pengertian Difusi dan Inovasi Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1995, dalam Sciffman dan Kanuk, 2010) mendefinisikan difusi sebagai (the process by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the members of a social system), proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggot. Difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Difusi inovasi adalah perembesan atau penyebaran adopsi inovasi dari satu individu yang 10 telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran penyuluhan yang sama. Pengertian difusi inovasi hampir sama dengan inovasi. Perbedaannya adalah jika dalam proses adopsi pembawa inovasi berasal dan luar sistem lokal masyarakat sasaran, sedang dalam proses difusi, sumber informasi berasal dan dalam (orang) sistem sosial masyarakat itu sendiri. Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau dirasa baru terhadap suatu ide, praktik atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktik atau benda tersebut. Berdasarkan kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemdamping dalam mempercepat proses baik difusi maupun adopsi adalah sebagai benikut: 1. Melakukan diagnosa terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat sasaran; 2. Membuat masyarakat sasaran menjadi tidak puas dengan kondisi yang dialaminya, dengan cara menunjukkan kelemahan mereka, masalah-masalah mereka, adanya kebutuhan-kebutuhan baru atau tuntutan zaman yang selalu 11 berkembang dan membandingkan dengan suatu sistem sosial masyarakat lain yang dapat berhasil meningkatkan kualitas kehidupannya; 3. Menjalin hubungan yang erat dengan kelompok sasaran menunjukkan kesiapannya untuk membantu masyarakat sasaran; 4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran dalam mencapai keinginankeinginan melakukan perubahan menuju pada kondisi yang lebih baik; 5. Pada akhirnya melepaskan masyarakat sasaran berswakarsa dan berswadaya. Menurut Rogers (1995, dalam Sciffman dan Kanuk, 2010), bahwa proses difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial. 1. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. 2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. 3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. 12 Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial. 4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Inovasi adalah sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktik-praktik baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan, dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto, 1993). Van den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Inovasi sering berkembang dari penelitian dan juga dari petani. Mosher (1978) menyebutkan inovasi adalah cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Sejauh dalam penyuluhan pertanian, inovasi merupakan sesuatu yang dapat mengubah kebiasaan. Ide, cara-cara baru, atau obyek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Hal yang penting adalah kebaruan dalam persepsi, atau kebaruan subjektif hal yang dimaksud bagi seseorang, yang menetukan reaksinya terhadap inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika sesuatu 13 dipandang baru bagi seseorang, maka hal tersebut merupakan inovasi (Nasution, 2004). 2.3 Karakteristik Inovasi Semua produk tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk di diterima oleh konsumen, beberapa produk bisa menjadi populer hanya dalam waktu satu malam sedangkan yang lainnya memerlukan waktu yang sangat panjang untuk di terima atau bahkan tidak pernah diterima secara luas oleh konsumen. Karakteristik produk menentukan kecepatan terjadinya proses adopsi inovasi ditingkat petani sebagai pengguna teknologi pertanian. Dalam kecepatan proses adopsi inovasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti: saluran komunikasi, ciri ciri sistem sosial, kegiatan promosi dan peran komunikator. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010), ada lima karakteristik produk yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi antara lain: 1. Keuntungan relatif (relative advantages), merupakan tingkatan dimana suatu ide dianggap sesuatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan. 2. Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel. 3. Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan, merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi. 14 4. Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu. 5. Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga mempercepat proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi. 2.4 Saluran Komunikasi Kecepatan penyebaran inovasi keseluruh pasar tergantung pada banyaknya komunikasi antara pemasar dan konsumen, maupun komunikasi antara konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2010). Mardikanto (1988) menyatakan bahwa saluran komunikasi sebagai sesuatu melalui mana pesan dapat disampaikan dari sumber kepada penerimanya. Saluran komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran interpersonal dan media massa. Cangara (2009) menyebutkan, saluran komunikasi antar pribadi ialah saluran yang melibatkan dua orang atau lebih secara tatap muka. Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa saluran antar pribadi merupakan segala bentuk hubungan atau perukaran pesan antar dua orang atau lebih secara langsung tatap muka, dengan atau tanpa alat bantu yang memungkinkan semua pihak yang berkomunikasi dapat memberikan respons atau umpan balik secara langsung. Sumber dan saluran komunikasi memberi rangsangan informasi kepada seseorang selama proses keputusan inovasi berlangsung. Seseorang pertama kali mengenal dan mengetahui inovasi terutama dari saluran media massa. Pada tahap 15 persuasi, seseorang membentuk persepsinya terhadap inovasi dari saluran yang lebih dekat dan antar pribadi. Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima inovasi pada tahap keputusan ada kemungkinan untuk meneruskan atau menghentikan penggunaannya (Hanafi, 1987). Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individu, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, dan organisasi. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Djuarsa (2005) menjelaskan bahwa komunikasi memiliki beberapa karakteristik yaitu komunikasi sebagai suatu proses, komunikasi sebagai upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kejasama dari pelaku yang terlibat, komunikasi bersifat simbolis, komunikasi bersifat transaksional dan komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Perkembangan pemanfaatan ilmu komunikasi, telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Kemajuan teknologi dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antar perorangan maupun antar kelompok 16 menjadi faktor penting untuk menentukan keberhasilan penyampaian informasi dalam komunikasi. 2.5 Faktor- Faktor Difusi Inovasi Penyuluhan Pertanian Mardikanto (1993) menyatakan bahwa kecepatan difusi dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: (a) Sifat inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya sendiri) maupun sifat ekstrinsik (menurut atau dipengaruhi oleh keadaan lingkungan), (b) Sifat sasarannya, (c) Cara pengambilan keputusan, (d) Saluran komunikasi yang digunakan, (e) Keadaan penyuluh yang berkaitan dengan kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi, perlu juga diperhatikan kemampuan berempati atau kemampuan untuk merasakan keadaan yang sedang dialami atau perasaan orang lain, dan (f) Ragam sumber informasi. Menurut Berlo (1996, dalam Yuhana, 2008), dalam berkomunikasi faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi masing-masing ditinjau dari sumber ketrampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan posisi didalam sistem sosial budaya. Faktor penerima pesan seperti ketrampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya. Faktor pesan anatara lain: kode pesan, isi pesan, perlakuan terhadap pesan, serta faktor saluran yang mempunyai kemampuan tertenntu dalam menimbulkan pengaruh (effect) kepada penerima. Selanjutnya Yuhana (2008) menyatakan bahwa dalam komunikasi ada empat faktor yang ada pada sumber untuk meningkatkan ketepatan komunikasi yaitu: 1. Ketrampilan berkomunikasi 2. Sikap mental 3. Tingkat pengetahuan 17 4. Posisi dalam sistem budaya. Menurut Soekartawi (2008), dalam praktik berkomunikasi komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam melakukan pertanian sering ditentukan oleh berbagai faktor: 1. Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman. 2. Karakter yang dipunyai. 3. Cinta dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan dalam melakukan pekerjaan. 4. Kepribadian yang ia miliki. 5. Tujuan melakukan komunikasi. 6. Cara penyampaian informasi. Faktor lain yang mempengaruhi percepatan adopsi dan difusi inovasi adalah tepat tidaknya dalam menggunakan metode penyuluhan. Penggunaan metode yang efektif akan mempermudah untuk dipahami oleh petani. Sering sebagian orang menamakan istilah komunikasi pertanian dengan penyuluhan pertanian, padahal keduanya berbeda satu sama lain. Perbedaan keduanya disampaikan oleh Soekartawi (1988) bahwa komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun kelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu; sedangkan penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan kepada petani dan keluarganya dengan maksud agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya atau bila memungkinkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekelilingnya. 18 Komunikasi mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding penyuluhan, dengan kata lain dalam penyuluhan selalu ada unsur komunikasi, akan tetapi dalam komunikasi belum tentu ada unsur penyuluhan. Ditambahkan oleh Soetriono (2003) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap usaha tani itu dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu: 1. Faktor dari dalam (internal) usaha peternakan. a. Tingkat teknologi yang digunakan dalam usaha peternakan b. Petani peternak pengelolah (Individu petani peternak) c. Tanah/padang pengembalan dimana usaha peternakan diusahakan d. Kemampuan petani peternakdalam mengalokasikan penerimaan keluarga e. Jumlah anggota keluarga 2. Faktor luar (eksternal) dalam usaha peternak a. Sarana penyuluhan bagi petani peternak. b. Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi c. Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil peternakan dan bahan usahapeternakan. 2.6 Kompetensi Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi dan keadaan di dalam pekerjaannya. Kompetensi seseorang dapat dilihat dari tingkat kreativitas yang dimilikinya serta inovasi yang diciptakan. Catano (1998) menjelaskan pengertian kompetensi dari berbagai sumber. Beberapa diantaranya adalah: 1. Kompetensi adalah kombinasi dari motif, sifat, keterampilan, aspek citra diri seseorang atau peran sosial, atau suatu bagian dari pengetahuan yang relevan. 19 Dengan kata lain, kompetensi adalah setiap karakteristik individu yang mungkin terkait dengan kesuksesan. 2. Pola karakteristik dan pengukuran pengetahuan, keterampilan, perilaku, keyakinan,nilai-nilai, sifat dan motif yang mendasari, serta kemampuan kerja yang cepat dalam mengaplikasikan pekerjaan. 3. Keterampilan dan sifat-sifat yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjadi efektif dalam pekerjaan. 4. Keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan untuk terlaksananya tugas pekerjaan. 5. Perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dasar dan untuk meningkatkan prestasi kerja lebih tinggi. 6. Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari individu yang kausal berkaitan dengan kinerja yang efektif dan superior kriteria direferensikan dalam pekerjaan atau situas. Definisi lain dinyatakan oleh Cracklin dan Carroll (1998) kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang menjadi karakteristik dari performance yang berhasil dalam konteks yang spesifik. Kompetensi merupakan aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior (LOMA.s Dictionary, 1998). Dari definisi tersebut, terdapat tiga hal pokok yang tercakup dalam pengertian kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi merupakan gabungan berbagai karakteristik individu. Kompetensi tidak terdiri dari satu karakteristik saja. Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakteristik dasar lainnya dari individu. 20 2. Kompetensi selalu berkaitan dengan kinerja atau perilaku. Kompetensi tampil dalam bentuk kinerja atau perilaku yang dapat diobservasi dan diukur (measurable). Jika potensi yang belum ditampilkan dalam bentuk perilaku yang dapat observasi atau diukur tidak dapat dikategorikan sebagai kompetensi. 3. Kompetensi merupakan kriteria yang mampu membedakan mereka yang memiliki kinerja yang unggul dan yang rata-rata. Kompetensi bukan sekedar aspek-aspek yang menjadi prasyarat suatu jabatan, tetapi merupakan aspekaspek yang menentukan optimalitas keberhasilan kinerja. Hanya karakteristikkarakteristik yang mendasari kinerja yang berhasil atau efektif yang dapat dikategorikan sebagai kompetensi. Demikian karakteristik yang mendasari kinerja yang tidak efektif juga tidak dapat dikategorikan kedalam kompetensi Inovasi menjadi sebuah kata kunci dalam dunia kompetitif seperti sekarang. Kemampuan dalam menciptakan dan membuat suatu inovasi merupakan salah satu kemampuan seseorang dalam mengimplementasikan impian dan meyakinkan ideide yang ada pada diri mereka terhadap orang lain. Kompetensi terkait dengan segala yang diketahui manusia tentang dirinya maupun lingkungannya. Hal ini diperoleh manusia melalui panca indra melalui rangkaian-rangkaian pengalaman manusia itu sendiri. Asumantri (1990) berpendapat bahwa kompetensi merupakan khazanah kekayaan mental yang secaralangsung atau tidak langsung dapat memperkaya kehidupan manusia. Dengan kompetensi manusia dapat memecahkan berbagai macam permasalahan yang dihadapinya sehingga kompetensi itu memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini relevan dengan pendapat pakar di atas yang mengatakan bahwa kompetensi sangat penting dalam kehidupan manusia karena kompetensi pada hakikatnya merupakan produk kegiatan berpikir, 21 artinya kompetensi yang diwujudkan dalam pikiran manusia merupakan hasil kegiatan berpikir, tentang informasi yang diterima (Asumantri, 1990). Kompetensi adalah sumber perubahan yang memiliki keterkaitan yang sangaterat dengan perubahan sosial kemasyarakatan. Jika kondisi sosial kemasyarakatan berubah, maka kompetensi juga akan mengalami perubahan; demikian juga sebaliknya, jika kompetensi masyarakat meningkat, maka akan berdampak terhadap perubahan kondisi sosial masyarakat (Ornstein dan Hunkins, 1988). Kompetensi memungkinkan dapat individu diperoleh memperoleh melalui belajar. berbagai Kegiatan pengertian, belajar kecakapan, keterampilan, serta sikap dan perilaku. Bagi masyarakat, belajar memainkan peranan penting,terutama dalam meneruskan kompetensi dan kebudayaan pada generasi penerus. Lingkungan dapat menjadi sumber kompetensi yang sangat luas bagi individuselama individu tersebut mau memanfaatkan energi pikirannya terhadap hal-hal yangditemui di lingkungan. Dengan demikian pada dasarnya kompetensi itu muncul dan berkembang melalui proses belajar (learning process) dan melibatkan tiga domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Kompetensi itu sendiri termasuk dalam domain kognitif (Bloom, 2003). Bloom mengemukakan bahwa kompetensi sebagai hasil belajar termasuk kedalam arah kognitif yang aspeknya terdiri dari: 1. Pengertian, dapat diartikan sebagai kegiatan mengingat: a. Fakta-fakta dan istilah-istilah, b. Cara atau alat yang digunakan untuk membuat spesifikasi, dan 22 c. Melakukan abstraksi melalui pembuatan prinsip-prinsip, generalisasi, teori,dan struktur. 2. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti lebih dalam mengenai materi yang telah dipelajari melalui kegiatan: a. Menterjemahkan, b. Menafsirkan, c. Mengekstrapolasi informasi. 3. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi tertentu. 4. Analisis, didefinisikan sebagai kemampuan merinci materi yang ada ke dalam bagian-bagian dan membedakan: a. Elemen-elemennya, b. Hubungan-hubungannya, dan c. Prinsip-prinsip organisasinya. 5. Sintesis, didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggabungkan beberapabagian menjadi satu kesatuan yang baru dalam bentuk: a. Komunikasi yang unik, b. Rencana operasi, dan c. Seperangkat hubungan-hubungan yang abstrak. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan mental, kegiatan berpikir dan sumber perubahan yang dilaksanakan dalam pemecahan masalah, perubahan sosialdan penggerak untuk berbuat yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas kerja. 23 2.6.1 Teori tentang kompetensi teknis Menurut Walsh (2001) bahwa kompetensi dasar merupakan keterampilanyang luas tentang produksi dan teknologi korporasi yang mendukung organisasiuntuk beradaptasi dengan cepat terhadap peluang-peluang yang timbul. 2.6.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi teknis Selanjutnya perusahaan mengidentifikasi kompetensi-kompetensi apa yang relevan pada industri tertentu. Indikator dari kompetensi teknis adalah: 1. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan persyaratan tingkat pendidikan yang dibutuhkan dalam memegang jabatan dan biasanya berkaitan dengan tingkat intelektual, serta tingkat pengetahuan yang diperlukan. Pendidikan yang menjadi persyaratan minimal di dalam sebuah organisasi atau perusahaan. 2. Pengalaman kerja Pengalaman kerja adalah lama seseorang dalam menangani suatu peran atau jabatan tertentu dan melaksanakannya dengan hasil yang baik. 3. Kemampuan menganalisis Kemampuan untuk memehami situasi dengan memecahkannya menjadi bagianbagian yang lebih kecil, atau mengamati implikasi suatu keadaan tahap demitahap berdasarkan pengalaman masa lalu. Menurut Fredric Jabin (dalam Fuad Mas’Ud, 2004) menyatakan bahwa indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi secara teknis dapat dilihat dari : 24 1. Memberi informasi 2. Mempraktikkan 3. Mengurangi ketidakpastian Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang pendamping pada dasarnya sama dengan kompetensi yang harus dicapai oleh seorang penyuluh. Penyuluh dan pendamping mempunyai tugas dan kewajiban yang hampir sama walau dalam praktiknya mempunyai porsi tugas yang berbeda. Menurut Suhardiyono (1992) penyuluh haruslah dapat beperan sebagai pembimbing, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara masyarakat sasaran dan lembaga yang diwakilinya seperti juga yang harus dilakukan dan dimiliki oleh seorang pendamping. Penyuluhpun diharapkan dapat membantu sasaran mengenal masalahmasalah yang dihadapi dan membantu memberikan jalan keluar yang diperlukan. Oleh karenanya, agar penyuluh atau pendamping mampu berperan di dalam menfasilitasi pembelajaran, haruslah memiliki kompetensi professional yang dibutuhkan, yaitu kompetensi yang mengacu kepada satu bidang pekerjaan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan peranannya. Kompetensi teknis yang harus dimiliki seorang penyuluh seperti : 1. Perencanaan penyuluhan 2. Pelaksanaan penyuluhan 3. Pengembangan profesi penyuluhan 4. Komunikasi penyuluh 25 2.6.2 Teori tentang kompetensi non teknis Kompetensi non teknis mengacu pada kemampuan untuk mengendalikan diri dan memacu diri dalam bekerja (Nefina, 2005). Kompetensi non teknis meliputi karakteristik individual seperti motivasi, tingkah laku dan kepribadian seseorang. Kompetensi ini tidak banyak melibatkan karyawan yang berhubungan dengan program-program maupun berkaitan dengan masalah teknis. 2.6.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi non teknis Indikator dari kompetensi non teknis menurut Hutapea dan Nurianna Thoha (2008) yaitu: 1. Pengendalian diri (self control) Kemampuan untuk mengendalikan emosi diri agar terhindar dari berbuat sesuatu yang negatif saat situasi tidak sesuai harapan atau saat berada di bawah tekanan. 2. Kepercayaan diri (self confidence) Tingkat kepercayaan yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. 3. Fleksibilitas (flexibility) Kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam berbagai situasi,orang atau kelompok. 4. Membangun hubungan (relationship building) Kemampuan bekerja untuk membangun atau memelihara keramahan, hubungan yang hangat atau komunikasi jaringan kerja dengan seseorang, atau mungkin suatu hari berguna dalam mencapai tujuan kerja. 26 2.7 Sistem Pertanian Terintegrasi Sistem Pertanian Terintegritas, atau lebih dikenal dengan sebutan Simantri memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Program Simantri ini mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukung baik secara vertikal maupun horizontal. Khususnya di sektor perkebunan, sektor industri dan lainnya sesuai potensi masing-masing wilayah yang akan menerapkan program Simantri ( Distan Bali, 2012). Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Kegiatan utamanya adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida ( Distan Bali, 2012). Tujuan kegiatan Simantri : 1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan berwawasan agribisnis. 2. Sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran, mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan hijau (clean and green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara. 3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan : unit pengolah kompos, pengolah pakan, instalasi bio urine dan biogas . 27 4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan petani pelaksana Dengan pengembangan Simantri antara sektor pertanian dengan sektor peternakan dengan kompreherensif, prinsip ramah lingkungan dan berbasis pada sumber daya lokal, diharapkan potensi lokal yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal akan bisa termanfaatkan dengan maksimal. Sehingga pada akhirnya akan tercipta pola pertanian yang mandiri, komprehensif, ramah lingkungan, berbasis pada sumber daya lokal, melembaga dan berkesinambungan. Hal tersebut selaras dengan meningkatnya pendapatan perekonomian petani dan peningkatan kesejahteraan petani (Distan Bali, 2012). Pengertian diversifikasi usahatani : 1. Diversifikasi usahatani secara horizontal ; mengusahakan beberapa komoditi secara terpadu yaitu tumpang sari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan bahkan kehutanan (agroforestry). 2. Diversifikasi usahatani secara vertikal ; mengembangkan unit pelayanan sarana produksi dan lembaga keuangan mikro, melaksanakan intensifikasi dan ekstensifikasi usahatani, kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil dan pengolahan atau pemanfaatan hasil ikutan (bio urine, bio gas, kompos, pakan, bio arang, asap cair, jamur, lebah madu, susu, sabun dari susu dll). a. Sasaran dari Simantri 1. Peningkatan luas tanam, populasi ternak, perikanan dan kualitas hasil 2. Tersedianya Pakan Ternak Sepanjang Musim. 3. Tersedianya pupuk dan pestisida organik serta biogas 28 4. Berkembangnya diversifikasi usaha, lembaga usaha ekonomi, dan infrastruktur di pedesaan b. Sasaran kegiatan Simantri adalah gabungan kelompok tani (anggota kelompok) pada satu wilayah desa, dengan kriteria: 1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan terdapat komoditi unggulan sebagai titik ungkit. 2. Terdapat anggota kelompok yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan terintegrasi. 3. Prioritas pada desa dengan rumah tangga miskin (RTM) > 35%. c. Indikator Keberhasilan Simantri Beberapa indikator keberhasilan Simantri yang diharapkan dapat terwujud dalam jangka pendek (3-4 tahun) antara lain : 1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun petani. 2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga. 3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani. 4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (pupuk, pakan, bio gas, bio urine, bio pestisida diproduksi sendiri. 5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik (green economic). 6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan. 7. Peningkatan pendapatan petani (minimal 2 kali lipat). 29 2.8 Teknologi Trichoderma Trichoderma sp merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati. Mekanisme pengendalian trichoderma sp. yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung. Selain itu trichoderma sp sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara massal dan mudah disimpan dalam waktu lama (Arwiyanto, 2003). Trichoderma merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo moniliaceae. Konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau (Cook and Baker, 1989). Spesies dalam satu kelompok yang sama dari trichoderma dapat menunjukkan spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari trichoderma, sebagai contoh misalnya pada T. harzianum dapat menunjukkan enam perbedaan bentuk seksual yang masing-masing bentuk ini menunjukkan anamorf yang berbeda (Chet, 1987). Pembiakan masal trichoderma dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Bahan: a. Sekam 2 kg / meniran jagung b. Dedak 1 kg / beras c. Air akuades 0,5 L d. Air sumur 10 L 30 e. Isolat / stater trichoderma sp., 1 testup f.Alcohol 90 % 2. Alat: a. Kantong plastik b. Tabung reaksi / stater trichoderma sp., c. Jet spraiyer d. Staples e. Corong f. Meja / tempat pempiakan g. Masker h. Kompor i. Dandang pengaduk 3. Cara membuat: a. Timbang sekam dan dedak sesuai ukuran. b. Campur sekam dan dedak hingga merata berilah air dingin secukupnya hingga keadaan bahan memal atau dikepal dan dilepaskan dapat pecah. c. Masukan bahan kedalan kantong plastik kira-kira 1kg / kantong d. Tutup kantong plastik dengan kancing staples e. Tanak bahan tersebut kedalam dandang selama 3 jam dimulai dari mendidihnya air f. Tiriskan hingga dingin g. Sebelumnya seterilkan / semprot alas plastik diatas meja dengan alkohol pada jet spraiyer h. Inokulasikan / campurkan stater Trichoderma sp., ke media hingga rata 31 i. Tuangkan bahan tersebut diatas meja denga alas plastik diatasnya j. Ratakan hingga ketebalan 2 cm dan tutuplah denga plastik yang steril 5 sampai 7 hari cendawan sudah jadi. Dengan warna kebiru-biruan 4. Cara aplikasi pada kompos a. Campurkan Tricho 500 gram kedalam 50 kg kompos yang sudah jadi. b. Aduk hingga rata c. Basahi bila kompos dalam keadaan kering hingga memal. d. Tutup dengan plastik atau masukan ke dalam karung bekas pupuk kimia e. Biarkan hingga 3x24 jam f. Kompos fermentasi plus sudah jadi 2.9 Kerangka Pemikiran Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi adalah sebuah proyek unggulan Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka mempercepat difusi teknologi pertanian yang merupakan pengembangan model percontohan dalam rangka alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Petani merupakan obyek utama yang menentukan produktivitas usaha pertanian yang dikelola. Secara naluri petani menginginkan usaha ternaknya memberikan manfaat yang tertinggi dari sumber yang dikelolah, tentunya produktivitas sumberdaya usaha pertanian tergantung pada teknologi yang diterapkan. Kemampuan dan kemauan petani dalam menerima inovasi merupakan syarat yang mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian disuatu daerah. Proses mentransfer ilmu tentang inovasi teknologi kepada petani akan mudah ketika pendamping Simantri mampu merubah perilaku petani dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa dan juga menjembatani 32 antara praktik atau kegiatan yang dijalankan petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang dan senantiasa dibutuhkan oleh petani. Penelitian mengenai kompetensi pendamping Simantri baik secara teknis maupun non teknis didalam mendifusikan inovasi teknologi trichoderma dan sekaligus akan dijadikan variabel yang akan dinilai melalui persepsi petani Simantri 376 Kelompok Tani Sri Uma Desa Takmung. Kompetensi pendamping baik dari segi teknis maupun non teknis akan dapat dilihat keberhasilan dalam mentransfer inovasi teknologi yang diberikan. Hasil dari proses difusi inovasi teknologi trichoderma akan membentuk persepsi petani terhadap kompetensi pendamping dalam mentransfer ilmu yang diberikan. Kesesuaian inovasi pertanian yang dideseminasikan dengan potensi atau permasalahan lapang merupakan salah satu penentu apakah inovasi tersebut akan didifusikan dengan baik kepada petani atau tidak. Pendamping harus memenuhi indikator kompetensi yang telah ditentukan guna mencapai sesuatu yang diharapkan dan juga mampu mengintroduksi inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani. Kompetensi pendamping Simantri dalam proses difusi inovasi teknologi trichoderma pada Simantri 376 Kelompok Tani Sri Uma Desa Takmung Klungkung Provinsi Bali maka analisis yang dipergunakan adalah analisis deskriptif. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.1. 33 Pendamping Kompetensi pendamping Teknis Non teknis 1. Memberi informasi 2. Mempraktikkan 3. Mengurangi ketidakpastian 4. Perencanaan pendampingan 5. Pelaksanaan penyuluhan 6. kemampuan dalam evaluasi dan pelaporan 1.Pengendalian diri (self control) 2. Kepercayaan diri (self confidence) 3.Fleksibilitas (Flexibility) 4. Membangun hubungan (relationship building) Persepsi petani Kesimpulan/ rekomendasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Kompetensi Pendamping Simantri dalam Difusi Inovasi Teknologi Trichoderma pada Kelompok Tani Sri Uma di Desa Takmung Klungkung