II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah proses yang

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan
kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka.
Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan
yang obyektif (Robbins, 2006).
Menurut Bimo Walgito (2002), proses terjadinya persepsi tergantung dari
pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses
pembentukan persepsi juga merupakan pemaknaan hasil pengamatan yang diawali
dengan adanya stimulus. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi
seleksi, proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka
akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak
penting.
2.1.1
Faktor eksternal
Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan
stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Salah satunya faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, seperti kontras dari
objek, perubahan intensitas, pengulangan, sesuatu yang baru.
1. Kontras
Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik
warna, ukuran, bentuk atau gerakan. Perubahan intensitas
Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan
intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.
7
8
1. Pengulangan (repetition)
Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak termasuk
dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita.
2. Sesuatu yang baru (novelty)
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu
yang telah kita ketahui.
5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak Suatu stimulus yang menjadi
perhatian orang banyak akan menarik perhatianseseorang.
2.1.2
Faktor internal
Faktor
internal
adalah
faktor
yang
terdapat
pada
orang
yang
mempersepsikan stimulus tersebut, seperti pengalaman atau pengetahuan yang
dimiliki oarang tersebut, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya yang
melekat pada seseorang.
1. Pengalaman atau pengetahuan
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang
sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi.
2. Harapan (expectation)
Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.
3. Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara
berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25 juta akan
9
merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan
merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.
4. Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi
untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu
yang negatif.
5. Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada.
Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya
serba indah.
6. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan
orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan
orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.
2.2 Pengertian Difusi dan Inovasi
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers
(1995, dalam Sciffman dan Kanuk, 2010) mendefinisikan difusi sebagai (the
process by which an innovation is communicated through certain channels
overtime among the members of a social system), proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara
para anggot. Difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu
suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Difusi
inovasi adalah perembesan atau penyebaran adopsi inovasi dari satu individu yang
10
telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran
penyuluhan yang sama.
Pengertian difusi inovasi hampir sama dengan inovasi. Perbedaannya adalah
jika dalam proses adopsi pembawa inovasi berasal dan luar sistem lokal masyarakat
sasaran, sedang dalam proses difusi, sumber informasi berasal dan dalam (orang)
sistem sosial masyarakat itu sendiri.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa
baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau dirasa baru
terhadap suatu ide, praktik atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada
sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau
kelompok terhadap ide, praktik atau benda tersebut.
Berdasarkan kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu
proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah
suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat
yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang
tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemdamping dalam mempercepat proses
baik difusi maupun adopsi adalah sebagai benikut:
1.
Melakukan diagnosa terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat sasaran;
2.
Membuat masyarakat sasaran menjadi tidak puas dengan kondisi yang
dialaminya, dengan cara menunjukkan kelemahan mereka, masalah-masalah
mereka, adanya kebutuhan-kebutuhan baru atau tuntutan zaman yang selalu
11
berkembang dan membandingkan dengan suatu sistem sosial masyarakat lain
yang dapat berhasil meningkatkan kualitas kehidupannya;
3.
Menjalin hubungan yang erat dengan kelompok sasaran menunjukkan
kesiapannya untuk membantu masyarakat sasaran;
4.
Mendukung dan membantu masyarakat sasaran dalam mencapai keinginankeinginan melakukan perubahan menuju pada kondisi yang lebih baik;
5.
Pada akhirnya melepaskan masyarakat sasaran berswakarsa dan berswadaya.
Menurut Rogers (1995, dalam Sciffman dan Kanuk, 2010), bahwa proses
difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan
melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara
anggota-anggota suatu sistem sosial.
1. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut
pandangan individu yang menerimanya.
2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber
kepada
penerima.
Jika
komunikasi
dimaksudkan
untuk
memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar
luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien. Tetapi jika
komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara
personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran
interpersonal.
3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang
mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya.
Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.
12
Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan
inovasi, keinovatifan seseorang relatif lebih awal atau lebih lambat dalam
menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan
terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
Inovasi adalah sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktik-praktik
baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan,
dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu,
yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala
aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu
hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan
(Mardikanto, 1993).
Van den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan inovasi adalah suatu
gagasan, metode, atau objek yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi
tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Inovasi sering berkembang
dari penelitian dan juga dari petani. Mosher (1978) menyebutkan inovasi adalah
cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Sejauh dalam penyuluhan pertanian, inovasi
merupakan sesuatu yang dapat mengubah kebiasaan. Ide, cara-cara baru, atau obyek
yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru adalah inovasi. Baru
di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama
kali digunakannya inovasi tersebut. Hal yang penting adalah kebaruan dalam
persepsi, atau kebaruan subjektif hal yang dimaksud bagi seseorang, yang
menetukan reaksinya terhadap inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika sesuatu
13
dipandang baru bagi seseorang, maka hal tersebut merupakan inovasi (Nasution,
2004).
2.3 Karakteristik Inovasi
Semua produk tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk di diterima
oleh konsumen, beberapa produk bisa menjadi populer hanya dalam waktu satu
malam sedangkan yang lainnya memerlukan waktu yang sangat panjang untuk di
terima atau bahkan tidak pernah diterima secara luas oleh konsumen. Karakteristik
produk menentukan kecepatan terjadinya proses adopsi inovasi ditingkat petani
sebagai pengguna teknologi pertanian. Dalam kecepatan proses adopsi inovasi
ditentukan oleh beberapa faktor seperti: saluran komunikasi, ciri ciri sistem sosial,
kegiatan promosi dan peran komunikator. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010),
ada lima karakteristik produk yang dapat digunakan sebagai indikator dalam
mengukur persepsi antara lain:
1.
Keuntungan relatif (relative advantages), merupakan tingkatan dimana suatu
ide dianggap sesuatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya,
dan secara ekonomis menguntungkan.
2.
Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi
dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan
kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel
dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide
yang kompatibel.
3.
Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap
relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan
digunakan, merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi.
14
4.
Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu
inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil
biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih
dahulu.
5.
Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi
dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga
mempercepat proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi
menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi.
2.4 Saluran Komunikasi
Kecepatan penyebaran inovasi keseluruh pasar tergantung pada banyaknya
komunikasi antara pemasar dan konsumen, maupun komunikasi antara konsumen
(Schiffman dan Kanuk, 2010). Mardikanto (1988) menyatakan bahwa saluran
komunikasi sebagai sesuatu melalui mana pesan dapat disampaikan dari sumber
kepada penerimanya. Saluran komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran
interpersonal dan media massa. Cangara (2009) menyebutkan, saluran komunikasi
antar pribadi ialah saluran yang melibatkan dua orang atau lebih secara tatap muka.
Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa saluran antar pribadi merupakan
segala bentuk hubungan atau perukaran pesan antar dua orang atau lebih secara
langsung tatap muka, dengan atau tanpa alat bantu yang memungkinkan semua
pihak yang berkomunikasi dapat memberikan respons atau umpan balik secara
langsung.
Sumber dan saluran komunikasi memberi rangsangan informasi kepada
seseorang selama proses keputusan inovasi berlangsung. Seseorang pertama kali
mengenal dan mengetahui inovasi terutama dari saluran media massa. Pada tahap
15
persuasi, seseorang membentuk persepsinya terhadap inovasi dari saluran yang
lebih dekat dan antar pribadi. Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima
inovasi pada tahap keputusan ada kemungkinan untuk meneruskan atau
menghentikan penggunaannya (Hanafi, 1987).
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan
selama proses kehidupannya. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai
konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individu, diantara
dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, dan organisasi. Menurut Rogers dan
Kincaid (1981) bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan
membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling
pengertian.
Djuarsa (2005) menjelaskan bahwa komunikasi memiliki beberapa
karakteristik yaitu komunikasi sebagai suatu proses, komunikasi sebagai upaya
yang disengaja serta mempunyai tujuan, komunikasi menuntut adanya partisipasi
dan kejasama dari pelaku yang terlibat, komunikasi bersifat simbolis, komunikasi
bersifat transaksional dan komunikasi menembus faktor ruang dan waktu.
Perkembangan pemanfaatan ilmu komunikasi, telah banyak digunakan
dalam bidang pertanian. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi pertanian adalah
suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang
pertanian, baik perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum
dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada
metode penyuluhan. Kemajuan teknologi dalam masyarakat modern sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antar perorangan maupun antar kelompok
16
menjadi faktor penting untuk menentukan keberhasilan penyampaian informasi
dalam komunikasi.
2.5 Faktor- Faktor Difusi Inovasi Penyuluhan Pertanian
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa kecepatan difusi dipengaruhi oleh
banyak faktor, yaitu: (a) Sifat inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik (yang melekat
pada inovasinya sendiri) maupun sifat ekstrinsik (menurut atau dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan), (b) Sifat sasarannya, (c) Cara pengambilan keputusan, (d)
Saluran komunikasi yang digunakan, (e) Keadaan penyuluh yang berkaitan dengan
kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi, perlu juga diperhatikan kemampuan
berempati atau kemampuan untuk merasakan keadaan yang sedang dialami atau
perasaan orang lain, dan (f) Ragam sumber informasi.
Menurut Berlo (1996, dalam Yuhana, 2008), dalam berkomunikasi faktor
yang mempengaruhi keefektifan komunikasi masing-masing ditinjau dari sumber
ketrampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan posisi didalam
sistem sosial budaya. Faktor penerima pesan seperti ketrampilan berkomunikasi,
sikap mental, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya. Faktor pesan anatara
lain: kode pesan, isi pesan, perlakuan terhadap pesan, serta faktor saluran yang
mempunyai kemampuan tertenntu dalam menimbulkan pengaruh (effect) kepada
penerima. Selanjutnya Yuhana (2008) menyatakan bahwa dalam komunikasi ada
empat faktor yang ada pada sumber untuk meningkatkan ketepatan komunikasi
yaitu:
1. Ketrampilan berkomunikasi
2. Sikap mental
3. Tingkat pengetahuan
17
4. Posisi dalam sistem budaya.
Menurut Soekartawi (2008), dalam praktik berkomunikasi komunikator
yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam melakukan pertanian sering ditentukan
oleh berbagai faktor:
1. Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.
2. Karakter yang dipunyai.
3. Cinta dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan
dalam melakukan pekerjaan.
4. Kepribadian yang ia miliki.
5. Tujuan melakukan komunikasi.
6. Cara penyampaian informasi.
Faktor lain yang mempengaruhi percepatan adopsi dan difusi inovasi adalah
tepat tidaknya dalam menggunakan metode penyuluhan. Penggunaan metode yang
efektif akan mempermudah untuk dipahami oleh petani. Sering sebagian orang
menamakan istilah komunikasi pertanian dengan penyuluhan pertanian, padahal
keduanya berbeda satu sama lain. Perbedaan keduanya disampaikan oleh
Soekartawi (1988) bahwa komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar
manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara
perorangan maupun kelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan
lambang-lambang tertentu; sedangkan penyuluhan pertanian adalah sistem
pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan kepada petani dan
keluarganya dengan maksud agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya
memperbaiki
atau
meningkatkan
kesejahteraan
keluarganya
atau
bila
memungkinkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekelilingnya.
18
Komunikasi mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding penyuluhan,
dengan kata lain dalam penyuluhan selalu ada unsur komunikasi, akan tetapi dalam
komunikasi belum tentu ada unsur penyuluhan. Ditambahkan oleh Soetriono (2003)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap usaha tani itu dapat digolongkan
dalam dua golongan, yaitu:
1. Faktor dari dalam (internal) usaha peternakan.
a. Tingkat teknologi yang digunakan dalam usaha peternakan
b. Petani peternak pengelolah (Individu petani peternak)
c. Tanah/padang pengembalan dimana usaha peternakan diusahakan
d. Kemampuan petani peternakdalam mengalokasikan penerimaan keluarga
e. Jumlah anggota keluarga
2. Faktor luar (eksternal) dalam usaha peternak
a. Sarana penyuluhan bagi petani peternak.
b. Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi
c. Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil peternakan dan bahan
usahapeternakan.
2.6 Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menghadapi situasi dan keadaan di dalam pekerjaannya. Kompetensi seseorang
dapat dilihat dari tingkat kreativitas yang dimilikinya serta inovasi yang diciptakan.
Catano (1998) menjelaskan pengertian kompetensi dari berbagai sumber. Beberapa
diantaranya adalah:
1. Kompetensi adalah kombinasi dari motif, sifat, keterampilan, aspek citra diri
seseorang atau peran sosial, atau suatu bagian dari pengetahuan yang relevan.
19
Dengan kata lain, kompetensi adalah setiap karakteristik individu yang mungkin
terkait dengan kesuksesan.
2. Pola karakteristik dan pengukuran pengetahuan, keterampilan, perilaku,
keyakinan,nilai-nilai, sifat dan motif yang mendasari, serta kemampuan kerja
yang cepat dalam mengaplikasikan pekerjaan.
3. Keterampilan dan sifat-sifat yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjadi
efektif dalam pekerjaan.
4. Keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan untuk
terlaksananya tugas pekerjaan.
5. Perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dasar dan untuk
meningkatkan prestasi kerja lebih tinggi.
6. Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari individu yang kausal berkaitan
dengan kinerja yang efektif dan superior kriteria direferensikan dalam pekerjaan
atau situas.
Definisi lain dinyatakan oleh Cracklin dan Carroll (1998) kompetensi
sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang menjadi karakteristik
dari performance yang berhasil dalam konteks yang spesifik. Kompetensi
merupakan aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia
untuk mencapai kinerja yang superior (LOMA.s Dictionary, 1998). Dari definisi
tersebut, terdapat tiga hal pokok yang tercakup dalam pengertian kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi merupakan gabungan berbagai karakteristik individu. Kompetensi
tidak terdiri dari satu karakteristik saja. Kompetensi merupakan gabungan dari
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakteristik dasar lainnya dari individu.
20
2. Kompetensi selalu berkaitan dengan kinerja atau perilaku. Kompetensi tampil
dalam bentuk kinerja atau perilaku yang dapat diobservasi dan diukur
(measurable). Jika potensi yang belum ditampilkan dalam bentuk perilaku yang
dapat observasi atau diukur tidak dapat dikategorikan sebagai kompetensi.
3. Kompetensi merupakan kriteria yang mampu membedakan mereka yang
memiliki kinerja yang unggul dan yang rata-rata. Kompetensi bukan sekedar
aspek-aspek yang menjadi prasyarat suatu jabatan, tetapi merupakan aspekaspek yang menentukan optimalitas keberhasilan kinerja. Hanya karakteristikkarakteristik yang mendasari kinerja yang berhasil atau efektif yang dapat
dikategorikan sebagai kompetensi. Demikian karakteristik yang mendasari
kinerja yang tidak efektif juga tidak dapat dikategorikan kedalam kompetensi
Inovasi menjadi sebuah kata kunci dalam dunia kompetitif seperti sekarang.
Kemampuan dalam menciptakan dan membuat suatu inovasi merupakan salah satu
kemampuan seseorang dalam mengimplementasikan impian dan meyakinkan ideide yang ada pada diri mereka terhadap orang lain. Kompetensi terkait dengan
segala yang diketahui manusia tentang dirinya maupun lingkungannya. Hal ini
diperoleh manusia melalui panca indra melalui rangkaian-rangkaian pengalaman
manusia itu sendiri. Asumantri (1990) berpendapat bahwa kompetensi merupakan
khazanah kekayaan mental yang secaralangsung atau tidak langsung dapat
memperkaya kehidupan manusia. Dengan kompetensi manusia dapat memecahkan
berbagai macam permasalahan yang dihadapinya sehingga kompetensi itu memiliki
arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini relevan dengan pendapat
pakar di atas yang mengatakan bahwa kompetensi sangat penting dalam kehidupan
manusia karena kompetensi pada hakikatnya merupakan produk kegiatan berpikir,
21
artinya kompetensi yang diwujudkan dalam pikiran manusia merupakan hasil
kegiatan berpikir, tentang informasi yang diterima (Asumantri, 1990).
Kompetensi adalah sumber perubahan yang memiliki keterkaitan yang
sangaterat dengan perubahan sosial kemasyarakatan. Jika kondisi sosial
kemasyarakatan berubah, maka kompetensi juga akan mengalami perubahan;
demikian juga sebaliknya, jika kompetensi masyarakat meningkat, maka akan
berdampak terhadap perubahan kondisi sosial masyarakat (Ornstein dan Hunkins,
1988).
Kompetensi
memungkinkan
dapat
individu
diperoleh
memperoleh
melalui
belajar.
berbagai
Kegiatan
pengertian,
belajar
kecakapan,
keterampilan, serta sikap dan perilaku. Bagi masyarakat, belajar memainkan
peranan penting,terutama dalam meneruskan kompetensi dan kebudayaan pada
generasi penerus. Lingkungan dapat menjadi sumber kompetensi yang sangat luas
bagi individuselama individu tersebut mau memanfaatkan energi pikirannya
terhadap hal-hal yangditemui di lingkungan. Dengan demikian pada dasarnya
kompetensi itu muncul dan berkembang melalui proses belajar (learning process)
dan melibatkan tiga domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain
psikomotor. Kompetensi itu sendiri termasuk dalam domain kognitif (Bloom,
2003).
Bloom mengemukakan bahwa kompetensi sebagai hasil belajar termasuk
kedalam arah kognitif yang aspeknya terdiri dari:
1. Pengertian, dapat diartikan sebagai kegiatan mengingat:
a. Fakta-fakta dan istilah-istilah,
b. Cara atau alat yang digunakan untuk membuat spesifikasi, dan
22
c. Melakukan abstraksi melalui pembuatan prinsip-prinsip, generalisasi,
teori,dan struktur.
2. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti lebih dalam
mengenai materi yang telah dipelajari melalui kegiatan:
a. Menterjemahkan,
b. Menafsirkan,
c. Mengekstrapolasi informasi.
3. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari dalam situasi tertentu.
4. Analisis, didefinisikan sebagai kemampuan merinci materi yang ada ke dalam
bagian-bagian dan membedakan:
a. Elemen-elemennya,
b. Hubungan-hubungannya, dan
c. Prinsip-prinsip organisasinya.
5. Sintesis,
didefinisikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggabungkan
beberapabagian menjadi satu kesatuan yang baru dalam bentuk:
a. Komunikasi yang unik,
b. Rencana operasi, dan
c. Seperangkat hubungan-hubungan yang abstrak.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi adalah
suatu kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan mental, kegiatan berpikir
dan sumber perubahan yang dilaksanakan dalam pemecahan masalah, perubahan
sosialdan penggerak untuk berbuat yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas kerja.
23
2.6.1
Teori tentang kompetensi teknis
Menurut
Walsh
(2001)
bahwa
kompetensi
dasar
merupakan
keterampilanyang luas tentang produksi dan teknologi korporasi yang mendukung
organisasiuntuk beradaptasi dengan cepat terhadap peluang-peluang yang timbul.
2.6.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi teknis
Selanjutnya perusahaan mengidentifikasi kompetensi-kompetensi apa yang
relevan pada industri tertentu. Indikator dari kompetensi teknis adalah:
1. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan persyaratan tingkat pendidikan yang dibutuhkan dalam
memegang jabatan dan biasanya berkaitan dengan tingkat intelektual, serta
tingkat pengetahuan yang diperlukan. Pendidikan yang menjadi persyaratan
minimal di dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
2. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja adalah lama seseorang dalam menangani suatu peran atau
jabatan tertentu dan melaksanakannya dengan hasil yang baik.
3. Kemampuan menganalisis
Kemampuan untuk memehami situasi dengan memecahkannya menjadi bagianbagian yang lebih kecil, atau mengamati implikasi suatu keadaan tahap
demitahap berdasarkan pengalaman masa lalu.
Menurut Fredric Jabin (dalam Fuad Mas’Ud, 2004) menyatakan bahwa
indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi secara
teknis dapat dilihat dari :
24
1. Memberi informasi
2. Mempraktikkan
3. Mengurangi ketidakpastian
Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang pendamping pada dasarnya
sama dengan kompetensi yang harus dicapai oleh seorang penyuluh. Penyuluh dan
pendamping mempunyai tugas dan kewajiban yang hampir sama walau dalam
praktiknya mempunyai porsi tugas yang berbeda. Menurut Suhardiyono (1992)
penyuluh haruslah dapat beperan sebagai pembimbing, organisator, dinamisator,
pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara masyarakat sasaran dan lembaga
yang diwakilinya seperti juga yang harus dilakukan dan dimiliki oleh seorang
pendamping. Penyuluhpun diharapkan dapat membantu sasaran mengenal masalahmasalah yang dihadapi dan membantu memberikan jalan keluar yang diperlukan.
Oleh karenanya, agar penyuluh atau pendamping mampu berperan di dalam
menfasilitasi pembelajaran, haruslah memiliki kompetensi professional yang
dibutuhkan, yaitu kompetensi yang mengacu kepada satu bidang pekerjaan sesuai
dengan tugas pokok, fungsi dan peranannya. Kompetensi teknis yang harus
dimiliki seorang penyuluh seperti :
1. Perencanaan penyuluhan
2. Pelaksanaan penyuluhan
3. Pengembangan profesi penyuluhan
4. Komunikasi penyuluh
25
2.6.2
Teori tentang kompetensi non teknis
Kompetensi non teknis mengacu pada kemampuan untuk mengendalikan
diri dan memacu diri dalam bekerja (Nefina, 2005). Kompetensi non teknis meliputi
karakteristik individual seperti motivasi, tingkah laku dan kepribadian seseorang.
Kompetensi ini tidak banyak melibatkan karyawan yang berhubungan dengan
program-program maupun berkaitan dengan masalah teknis.
2.6.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi non teknis
Indikator dari kompetensi non teknis menurut Hutapea dan Nurianna Thoha
(2008) yaitu:
1. Pengendalian diri (self control)
Kemampuan untuk mengendalikan emosi diri agar terhindar dari berbuat sesuatu
yang negatif saat situasi tidak sesuai harapan atau saat berada di bawah tekanan.
2. Kepercayaan diri (self confidence)
Tingkat kepercayaan yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu masalah yang
dihadapi.
3. Fleksibilitas (flexibility)
Kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam berbagai
situasi,orang atau kelompok.
4. Membangun hubungan (relationship building)
Kemampuan bekerja untuk membangun atau memelihara keramahan, hubungan
yang hangat atau komunikasi jaringan kerja dengan seseorang, atau mungkin
suatu hari berguna dalam mencapai tujuan kerja.
26
2.7 Sistem Pertanian Terintegrasi
Sistem Pertanian Terintegritas, atau lebih dikenal dengan sebutan Simantri
memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian
karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih
teknologi kepada masyarakat pedesaan. Program Simantri ini mengintegrasikan
kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukung baik secara vertikal maupun
horizontal. Khususnya di sektor perkebunan, sektor industri dan lainnya sesuai
potensi masing-masing wilayah yang akan menerapkan program Simantri ( Distan
Bali, 2012).
Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian
tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel).
Kegiatan utamanya adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak,
dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim
kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk
organik dan bio pestisida ( Distan Bali, 2012).
Tujuan kegiatan Simantri :
1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan
berwawasan agribisnis.
2. Sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran,
mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan hijau (clean and
green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara.
3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan : unit
pengolah kompos, pengolah pakan, instalasi bio urine dan biogas .
27
4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan target peningkatan
pendapatan petani pelaksana
Dengan pengembangan Simantri antara sektor pertanian dengan sektor
peternakan dengan kompreherensif, prinsip ramah lingkungan dan berbasis pada
sumber daya lokal, diharapkan potensi lokal yang selama ini belum dimanfaatkan
secara optimal akan bisa termanfaatkan dengan maksimal. Sehingga pada akhirnya
akan tercipta pola pertanian yang mandiri, komprehensif, ramah lingkungan,
berbasis pada sumber daya lokal, melembaga dan berkesinambungan. Hal tersebut
selaras dengan meningkatnya pendapatan perekonomian petani dan peningkatan
kesejahteraan petani (Distan Bali, 2012).
Pengertian diversifikasi usahatani :
1. Diversifikasi usahatani secara horizontal ; mengusahakan beberapa komoditi
secara terpadu yaitu tumpang sari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan, perikanan dan bahkan kehutanan (agroforestry).
2. Diversifikasi usahatani secara vertikal ; mengembangkan unit pelayanan sarana
produksi dan lembaga keuangan mikro, melaksanakan intensifikasi dan
ekstensifikasi usahatani, kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil dan
pengolahan atau pemanfaatan hasil ikutan (bio urine, bio gas, kompos, pakan,
bio arang, asap cair, jamur, lebah madu, susu, sabun dari susu dll).
a. Sasaran dari Simantri
1. Peningkatan luas tanam, populasi ternak, perikanan dan kualitas hasil
2. Tersedianya Pakan Ternak Sepanjang Musim.
3. Tersedianya pupuk dan pestisida organik serta biogas
28
4. Berkembangnya
diversifikasi
usaha,
lembaga
usaha
ekonomi,
dan
infrastruktur di pedesaan
b. Sasaran kegiatan Simantri adalah gabungan kelompok tani (anggota kelompok)
pada satu wilayah desa, dengan kriteria:
1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan terdapat komoditi unggulan
sebagai titik ungkit.
2. Terdapat anggota kelompok yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan
terintegrasi.
3. Prioritas pada desa dengan rumah tangga miskin (RTM) > 35%.
c. Indikator Keberhasilan Simantri
Beberapa indikator keberhasilan Simantri yang diharapkan dapat terwujud
dalam jangka pendek (3-4 tahun) antara lain :
1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun
petani.
2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha
pertanian dan industri rumah tangga.
3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani.
4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan
efisiensi usaha tani (pupuk, pakan, bio gas, bio urine, bio pestisida diproduksi
sendiri.
5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik (green economic).
6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan.
7. Peningkatan pendapatan petani (minimal 2 kali lipat).
29
2.8 Teknologi Trichoderma
Trichoderma sp merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk
pengendalian hayati. Mekanisme pengendalian trichoderma sp. yang bersifat
spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari
serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati.
Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung. Selain itu trichoderma sp
sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara massal dan mudah disimpan dalam
waktu lama (Arwiyanto, 2003).
Trichoderma merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi
Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo moniliaceae. Konidiofor tegak,
bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada
umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau
(Cook and Baker, 1989). Spesies dalam satu kelompok yang sama dari trichoderma
dapat menunjukkan spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini
dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari trichoderma,
sebagai contoh misalnya pada T. harzianum dapat menunjukkan enam perbedaan
bentuk seksual yang masing-masing bentuk ini menunjukkan anamorf yang berbeda
(Chet, 1987). Pembiakan masal trichoderma dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Bahan:
a. Sekam 2 kg / meniran jagung
b. Dedak 1 kg / beras
c. Air akuades 0,5 L
d. Air sumur 10 L
30
e. Isolat / stater trichoderma sp., 1 testup
f.Alcohol 90 %
2. Alat:
a. Kantong plastik
b. Tabung reaksi / stater trichoderma sp.,
c. Jet spraiyer
d. Staples
e. Corong
f. Meja / tempat pempiakan
g. Masker
h. Kompor
i. Dandang pengaduk
3.
Cara membuat:
a. Timbang sekam dan dedak sesuai ukuran.
b. Campur sekam dan dedak hingga merata berilah air dingin secukupnya
hingga keadaan bahan memal atau dikepal dan dilepaskan dapat pecah.
c. Masukan bahan kedalan kantong plastik kira-kira 1kg / kantong
d. Tutup kantong plastik dengan kancing staples
e. Tanak bahan tersebut kedalam dandang selama 3 jam dimulai dari
mendidihnya air
f. Tiriskan hingga dingin
g. Sebelumnya seterilkan / semprot alas plastik diatas meja dengan alkohol pada
jet spraiyer
h. Inokulasikan / campurkan stater Trichoderma sp., ke media hingga rata
31
i. Tuangkan bahan tersebut diatas meja denga alas plastik diatasnya
j. Ratakan hingga ketebalan 2 cm dan tutuplah denga plastik yang steril 5
sampai 7 hari cendawan sudah jadi. Dengan warna kebiru-biruan
4.
Cara aplikasi pada kompos
a. Campurkan Tricho 500 gram kedalam 50 kg kompos yang sudah jadi.
b. Aduk hingga rata
c. Basahi bila kompos dalam keadaan kering hingga memal.
d. Tutup dengan plastik atau masukan ke dalam karung bekas pupuk kimia
e. Biarkan hingga 3x24 jam
f. Kompos fermentasi plus sudah jadi
2.9 Kerangka Pemikiran
Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi adalah sebuah proyek unggulan
Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka mempercepat difusi teknologi pertanian
yang merupakan pengembangan model percontohan dalam rangka alih teknologi
kepada masyarakat pedesaan. Petani merupakan obyek utama yang menentukan
produktivitas usaha pertanian yang dikelola. Secara naluri petani menginginkan
usaha ternaknya memberikan manfaat yang tertinggi dari sumber yang dikelolah,
tentunya produktivitas sumberdaya usaha pertanian tergantung pada teknologi
yang diterapkan. Kemampuan dan kemauan petani dalam menerima inovasi
merupakan syarat yang mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian disuatu
daerah. Proses mentransfer ilmu tentang inovasi teknologi kepada petani akan
mudah ketika pendamping Simantri mampu merubah perilaku petani dari yang
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa dan juga menjembatani
32
antara praktik atau kegiatan yang dijalankan petani dengan pengetahuan dan
teknologi yang selalu berkembang dan senantiasa dibutuhkan oleh petani.
Penelitian mengenai kompetensi pendamping Simantri baik secara teknis
maupun non teknis didalam mendifusikan inovasi teknologi trichoderma dan
sekaligus akan dijadikan variabel yang akan dinilai melalui persepsi petani Simantri
376 Kelompok Tani Sri Uma Desa Takmung. Kompetensi pendamping baik dari
segi teknis maupun non teknis akan dapat dilihat keberhasilan dalam mentransfer
inovasi teknologi yang diberikan. Hasil dari proses difusi inovasi teknologi
trichoderma akan membentuk persepsi petani terhadap kompetensi pendamping
dalam mentransfer ilmu yang diberikan. Kesesuaian inovasi pertanian yang
dideseminasikan dengan potensi atau permasalahan lapang merupakan salah satu
penentu apakah inovasi tersebut akan didifusikan dengan baik kepada petani atau
tidak. Pendamping harus memenuhi indikator kompetensi yang telah ditentukan
guna mencapai sesuatu yang diharapkan dan juga mampu mengintroduksi inovasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani.
Kompetensi pendamping Simantri dalam proses difusi inovasi teknologi
trichoderma pada Simantri 376 Kelompok Tani Sri Uma Desa Takmung
Klungkung Provinsi Bali maka analisis yang dipergunakan adalah analisis
deskriptif. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
33
Pendamping
Kompetensi pendamping
Teknis
Non teknis
1. Memberi informasi
2. Mempraktikkan
3. Mengurangi
ketidakpastian
4. Perencanaan
pendampingan
5. Pelaksanaan
penyuluhan
6. kemampuan dalam
evaluasi dan
pelaporan
1.Pengendalian diri (self
control)
2. Kepercayaan diri (self
confidence)
3.Fleksibilitas
(Flexibility)
4. Membangun hubungan
(relationship building)
Persepsi petani
Kesimpulan/ rekomendasi
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian Kompetensi Pendamping Simantri dalam Difusi
Inovasi Teknologi Trichoderma pada Kelompok Tani Sri Uma
di Desa Takmung Klungkung
Download