59 Bab 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perumusan

advertisement
Bab 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1
Perumusan Objek Penelitian
3.1.1 Latar Belakang Perusahaan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga
pemerintah non departemen yang berada dibawah koordinasi Kementrian Negara
Riset dan Teknologi.
Awal terbentuknya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
bermula dari gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof
Dr. Ing. B.J.
Habibie pada tanggal 28 Januari 1974. Dengan surat keputusan no. 76/M/1974
tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat
pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang
bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi
dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina yang merupakan salah satu divisi
yang ada di Pertamina. Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah
Pertamina No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi
Divisi Advance Teknologi Pertamina(ATP). Kemudian diubah menjadi Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978, berlokasi di Jl. MH Thamrin No 8,
Jakarta 10340, BPPT secara resmi dibentuk sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
59
60
Presiden yang kemudian diperbaharui kembali dengan Surat Keputusan Presiden
No.47 tahun 1991. Berikut kepala-kepala BPPT dari awal berdiri sampai
sekarang seperti terlihat pada Tabel 3.1 :
No
Nama
Periode
1
Prof. Dr.Ing. B.J. Habibie
1974-1998
2
Prof. Dr. Rahardi Ramelan
1998-1998
3
Prof. Dr. Zuhal
1998-1999
4
Dr. A.S. Hikam
1999-2001
5
Ir. M. Hatta Rajasa
2001-2004
6
Dr. Kusmayanto Kadiman
2004-Sekarang
Tabel 3.1 Pimpinan BPPT
Dengan bergulirnya waktu, Institusi BPPT yang sudah mencapai usia 31
tahun dalam melaksanakan tugasnya sebagai salah satu Lembaga Pemerintah
Non Departemen, ternyata institusi ini sudah menjadi komunitas yang kaya
nuansa fenomental yang nyaris mengkristal sebagai karakteristik BPPT itu
sendiri yaitu sebagai Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang
hanya mengurusi high tech saja. Namun pada kenyataannya, tidaklah demikian,
hal ini disebabkan BPPT mampu memberikan solusi perrmasalahan kepada
masyarakat pengguna teknologi tepat guna dan teknologi menengah.
BPPT sebagai suatu Lembaga Pemerintah yang menjadi pusat unggulan
teknologi dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang berbudaya
IPTEK dimana memiliki visi, misi, tugas pokok, fungsi, dan wewenang.
61
Visi
Visi dari BPPT adalah mewujudkan teknologi sebagai pilar utama pembangunan
untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Misi
Misi dari BPPT ada 4, yaitu :
• Meningkatkan daya saing industri.
•
Mewujudkan BPPT sebagai agen pembangunan masyarakat dalam bidang
teknologi.
•
Menyusun kebijakan pengkajian dan penerapan teknologi.
•
Mengembangkan BPPT sebagai pusat unggulan teknologi dan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang handal (technology center of excellence).
Tugas Pokok
Tugas pokok dari BPPT adalah melaksanakan tugas pemerintah dibidang
pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Fungsi
Berdasarkan Keppres RI No. 43/2001 dan Keputusan Ka BPPT No:
021/Kp/KA/III/2001 jo Keputusan Ka BPPT No 170/Kp/KA VI/2002 BPPT
sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen memiliki 4 fungsi utama :
•
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang pengkajian dan
penerapan teknologi.
•
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT
62
•
Pemantauan,
pembinaan
dan
pelayanan
terhadap
kegiatan
instansi
pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam
rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas, serta membina alih
teknologi.
•
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, orgnisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Wewenang
Wewenang dari BPPT ada 4 :
•
Penyusunan rencana nasional serta makro dibidangnya .
•
Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro.
•
Penetapan sistem informasi di bidangnya.
•
Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
a.
Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi.
b.
Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan melaksanakan audit
teknologi.
63
3.1.2
Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi No: 021/Kp/KA/III/2001 jo Keputusan Ka. BPPT No 170/Kp/KA
VI/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi maka Struktur Organisasi BPPT sebagaimana terlihat dalam gambar
3.1 mengenai Struktur Organisasi BPPT.
Gambar 3.1 Berikut ini Struktur Organisasi Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Dan struktur organisasi Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi Bagian
Kelompok Energi seperti terlihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.
64
DIREKTUR
Drs. Adjat Sudradjat,Msc
BIDANG PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN TEKNOLOGI
ENERGI TERABARUKAN
BIDANG PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN TEKNOLOGI
ENERGI TAK TERBARUKAN
Ir. Suryo Busono, MSc
Lambok Silalahi, M Eng
KELOMPOK
PERENCANAAN
ENERGI
KELOMPOK PENGKAJIAN
DAN PENERAPAN ENERGI
BARU
KELOMPOK
TEKNOLOGI
BATUBARA BERSIH
Ir. Indyah Nurdiastuti
Dr. Didik Notosudjono, Msc
Ir. Hartiniati, M Eng
BIDANG PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN SISTEM ENERGI
Ir. La Ode Muh.Abdul Wahid
KELOMPOK EKONOMI
TEKNOLOGI DAN
KONSERVASI ENERGI
KELOMPOK
PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN ENERGI
TERBARUKAN
Ir. M S Boedoyo, M Eng
Dr. Martin Djamin, MSc
KELOMPOK
PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN
TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS ALAM
Ir. Dani Avianto
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi
Bagian Kelompok Perencanaan Energi
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi dan Konservasi Energi - P3TKKE
3.1.3
Deskripsi Tugas dan Wewenang
Penjelasan mengenai tugas, tanggung jawab serta wewenang bagian-bagian
yang ada dalam Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi adalah sebagai
berikut :
1. Direktur
Bertugas melakukan perancangan jangka panjang, mengawasi, mengambil
keputusan atau kebijakan yang bersifat strategis. Bertanggung jawab terhadap
pengelolaan dan membawahi bagian-bagian antara lain Bidang Pengkajian dan
Penerapan Sistem Energi, Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi
Terbarukan, Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Tak
65
Terbarukan, serta meminta dan menilai pertanggungjawaban bagian – bagian
tersebut atas pelaksanaan tugas - tugasnya.
2. Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi
Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi mempunyai tugas untuk
membawa analisis dari pengkajian energi dan teknologi ekonomi untuk
menentukan teknologi yang tepat untuk mendukung teknologi program
aplikasi teknologi energi. Bidang ini memiliki dua kelompok fungsionil,
yaitu:
a. Kelompok Perencanaan Energi
Jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh kelompok perencanaan
energi adalah sebagai berikut :
•
S1
: 3 orang
•
S2
: 4 orang
•
Aktif
: 4 orang
•
Dalam tahap pendidikan S3
: 2 orang
•
Bertugas ke agen lain
: 1 orang
Semua sumber daya manusia yang bekerja dalam kelompok perencanaan
energi mempunyai beberapa tugas penting, antara lain adalah :
66
1. Untuk memperkirakan kebutuhan energi yang dibutuhkan sekarang
dan juga untuk masa depan dari bermacam – macam sektor energi
pengguna termasuk penentuan variabel makro ekonomi, penduduk,
dan penentuan intensitas energi yang akan dibutuhkan.
2. Untuk merencanakan dan memperkirakan strategi persedian energi
jangka panjang untuk mengidentifikasi bermacam – macam teknologi
konversi, pilihan – pilihan teknologi konservasi, dan penggunanya
setaraf dengan lokal, nasional, dan persoalan regional.
3. Untuk memakai hasil keputusan kebutuhan analisis energi yang
terbaru dan yang akan datang dari beberapa sektor energi yang
digunakan, termasuk variabel makro ekonomi, penduduk dan
penentuan intensitas energi dalam penentuan energi yang dibutuhkan
untuk bermacam – macam sektor energi pengguna setaraf dengan
institusi bidang yang saling berhubungan atau perwakilan.
4. Menggunakan keputusan strategi energi jangka panjang untuk
mengidentifikasikan bermacam – macam teknologi konversi,
teknologi konservasi dan untuk bermacam – macam sektor energi
produksi, institusi yang berhubungan dengan bidang energi.
5. Memberikan
masukan
untuk
mengambil
keputusan
untuk
direkomendasikan pada penentuan lokal, nasional dan kebijaksanaan
regional dalam bidang energi.
b. Kelompok Teknologi Ekonomi dan Konservasi Energi
Jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh kelompok teknologi
ekonomi dan konservasi energi adalah sebagai berikut :
67
•
S1
: 2 orang
•
S2
: 5 orang
•
Aktif
: 5 orang
•
Dalam tahap pendidikan S3
: 1 orang
•
Bertugas ke agen lain
: 2 orang
Semua sumber daya manusia yang bekerja dalam kelompok teknologi
ekonomi dan konservasi energi mempunyai beberapa tugas penting,
antara lain adalah :
1. Untuk memperkirakan spesifikasi teknologi ekonomi dari bermacammacam proses teknologi energi dan pengguna teknologi untuk
mendukung program energi konversi dan energi konservasi.
2. Untuk memperkirakan aspek yang berhubungan dengan lingkungan
yang akan timbul untuk mengguna proses teknologi energi dan
pengguna teknologi untuk mendukung program energi konversi dan
energi konservasi.
3. Menggunakan keputusan analistis dari spesifikasi teknologi ekonomi
dari tujuan dari proses teknologi ekonomi dan pengguan teknologi
dengan tujuan untuk mendukung program energi konversi dan
konservasi bermacam –macam sektor peroduksi energi dan pengguan
energi yang membutuhkannya.
4. Menggunakan
keputusan
analisis
yang
berhubungan
dengan
lingkungan dari kegunaan proses teknologi energi dan pengguna
teknologi dengan tujuan untuk mendukung program energi konversi
68
dan konservasi terhadap bermacam – macam sektor penghasil energi
dan pengguna yang membutuhkannya.
3. Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Terbarukan
Bidang ini memiliki dua kelompok fungsionil, yaitu:
a. Kelompok Pengkajian dan Penerapan Energi Baru
b. Kelompok Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Terbarukan
4. Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Tak Terbarukan
Bidang ini memiliki dua kelompok fungsionil, yaitu:
a. Kelompok Teknologi Batubara Bersih
b. Kelompok Pengkajian dan Penerapan Teknologi Minyak dan Gas Alam
3.2
Penentuan Fakta Kebutuhan dan Tujuan Sistem
3.2.1
Pelajari Dokumen
Dokumen yang kami pelajari adalah buku statistik data PLN yang
diterbitkan pada tahun 2003. Buku ini berisi data PT. PLN (Persero) konsolidasi,
yaitu gabungan antara PLN Holding dengan anak perusahaan.
Buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai hasil kerja
perusahaan selama tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya. Isi buku dibagi tiga
bagian yang didahului dengan ikhtisar, penjelasan rumus-rumus, arti dari
singkatan dan beberapa definisi.
69
Ikhtisar
1. Pembangkitan Tenaga listrik
a. Kapasitas Terpasang
Pada akhir Desember 2003, total kapasitas terpasang dan jumlah unit
pembangkit PLN (Holding dan anak perusahaan) mencapai 21.206,3
MW dan 4.879 unit dengan 15.490 MW (73%) berada di Jawa. Unit
Pembangkit dengan kapasitas terpasang terbesar adalah PLTU Suralaya
di Jawa Barat yaitu sebesar 600 MW. Total kapasitas terpasang
meningkat 0,45% dibanding dengan akhir Desember 2002 sedangkan di
Jawa relatif tidak meningkat. Prosentase kapasitas terpasang per jenis
pembangkit adalah seperti berikut : PLTU 6900 MW (33%), PLTGU
6863 MW (32%), PLTD 2670 MW (13%), PLTA 3168 MW (15%),
PLTG 1225 MW (6%), dan PLTP 380 MW (2%).
b. Beban Puncak
Beban puncak pada tahun 2003 mencapai 17.949 MW, meningkat 4,6%
dibanding tahun sebelumnya. Beban puncak sistem interkoneksi JawaBali mencapai 13.682 MW, atau naik 2,30% dari tahun sebelumnya.
c. Produksi dan Pembelian Tenaga Listrik
Selama tahun 2003 jumlah energi listrik produksi sendiri (termasuk
sewa) sebesar 92.481GWh, meningkat 3,6% dibanding tahun
sebelumnya dari jumlah tersebut 23% diproduksi oleh PLN Holding
dan 77% anak perusahaan, PT Indonesia Power, PT PJB, dan PT PLN
BATAN. Prosentase energi listrik produksi sendiri per jenis energi
primer adalah : gas alam 21.372 GWh (23%), batubara 31.737 GWh
70
(34%), minyak 27.941 GWh (30%), tenaga air 8.472 GWh (9%) dan
2.959 GWh (3%) berasal dari panas bumi. Produksi total PLN
(termasuk pembelian dari luar PLN) pada tahun 2003 sebesar 113.020
GWh, mengalami peningkatan 4.660 GWh atau 4% dari tahun
sebelumnya. Dari produksi total PLN tersebut, energi listrik yang dibeli
dari luar PLN sebesar 20.539 GWh (18%).
2. Transmisi dan Distribusi
Pada akhir tahun 2003, total panjang jaringan transmisi mencapai 28.173
kms, atau meningkat 2% dibanding tahun sebelumnya, terdiri atas jaringan
500 kV sepanjang 3.608 kms, 150 kV sepanjang 19.519 kms, 70 kV
sepanjang 5.035 kms, dan 25 & 30 kV sepanjang 12 kms.
Total jaringan distribusi sebesar 547.217 kms, meningkat 2% dari tahun
sebelumnya, terdiri atas JTM sebesar 233.388 kms dan JTM sebesar 313.829
kms.
3. Penjualan Tenaga Listrik
Jumlah energi listrik terjual pada tahun 2003 sebesar 90.441 GWh,
meningkat 3,8% dibanding tahun sebelumnya. Kelompok pelanggan industri
mengkonsumsi sebesar 36.467 GWh (40%), rumah tangga 35.753 GWh
(40%), bisnis 13.224 GWh (15%), dan lainnya (sosial, gedung pemerintah
dan penerangan jalan umum) 4.967 GWh (5%).
4. Susut Energi
Selama tahun 2003, susut energi sebesar 16,88% terdiri dari susut transmisi
2,46% dan susut distribusi 14,41%. Susut energi tahun 2003 lebih tinggi
dibanding tahun 2002 sebesar 16,45%.
71
5. Rasio Elektrifikasi
Dengan pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga dari 28.903.325 pada
akhir tahun 2002 menjadi 29.997.554 pada akhir tahun 2003. Rasio
elektrifikasi menjadi 53% pada akhir tahun 2003.
6. Keuangan
Selama tahun 2003 jumlah pendapatan operasi mencapai Rp. 54.430.778 juta
yang terdiri dari pendapatan penjualan tenaga listrik sebesar Rp. 49.809.637
juta (91%), subsidi pemerintah Rp. 4.096.633 juta (8%) dan pendapatan
operasi lainnya sebesar Rp. 524.508 juta (1%) jumlah biaya operasi sebesar
Rp. 55.877.205 juta, dengan demikian mengalami kerugian sebesar Rp.
1.446.427 juta. Hal ini mengalami penurunan yang signifikan jika
dibandingkan 2002 sebesar Rp. 8.162.238 juta. Total aset mencapai Rp.
207.615.630 juta, turun 3% dibanding tahun sebelumnya.
7. Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai PLN pada akhir Desember 2003 sebanyak 44.216 orang
(tidak termasuk kantor pusat, jasa dan proyek). Produktivitas pegawai pada
tahun 2003 mencapai 2.934 MWh/pegawai dan 1.043 pelanggan/pegawai,
meningkat jika dibandingkan akhir tahun 2002 yaitu sebesar 2.759
MWh/pegawai dan 981 pelanggan/pegawai.
Penjelasan
1. Rumus yang digunakan adalah :
72
1.1. Faktor Kapasitas (capacity factor)
∑ kWh produksi bruto per tahun
____________________________________
x 100%
∑ kW kapasitas terpasang x 8.760 jam
•
kWh produksi bruto adalah energi (kWh) yang dibangkitkan oleh
generator sebelum dikurangi energi pemakaian sendiri (untuk
peralatan bantu, penerangan sentral, dan lain-lain), atau produksi
energi listrik yang diukur pada terminal generator.
•
Kapasitas terpasang adalah kapasitas suatu unit pembangkit
sebagaimana tertera pada papan nama (name plate) dari generator
atau mesin penggerak utama (prime mover). Khusus untuk PLTG,
kapasitas terpasangnya adalah sebagaimana tertera pada papan nama
berdasarkan base-load, bukan peak load.
1.2. Faktor Beban (Load Factor)
∑ kWh produksi total per tahun
__________________________________
x 100%
∑ kW beban puncak x 8.760 jam
kWh produksi total adalah jumlah dari kWh produksi sendiri dari
pembangkit yang ada pada satuan PLN lain, ditambah pembelian dari luar
OLN dan sewa genset (jika ada).
1.3. Faktor Permintaan (demand factor)
∑ kW beban puncak
_________________________________
∑ kVa tersambung x cos φ
cos φ = 0.8
x 100%
73
1.4. Susut Energi (energy loses)
∑ kWh hilang di jaringan transmisi + ∑ hilang di jaringan distribusi
________________________________________________
x 100%
∑ kWh produksi netto
•
kWh produksi netto adalah jumlah kWh produksi sendiri dari
pembangkit yang ada pada satuan PLN yang bersangkutan, ditambah
kWh dari satuan PLN yang lain, ditambah kWh pembelian dari luar
PLN dan sewa genset (jika ada), dikurangi pemakaian sendiri sentral.
•
kWh hilang di jaringan transmisi (susut transmisi) adalah kWh
produksi netto, dikurangi kWh pemakaian sendiri gardu induk,
dikurangi kWh yang dikirimkan ke satuan unit PLN lain dan luar
PLN, dikurangi kWh yang dikirimkan ke distribusi.
•
kWh hilang di jaringan distribusi (susut distribusi) adalah kWh yang
dikirimkan ke distribusi, dikurangi kWh pemakaian sendiri gardu
distribusi, dikurangi kWh terjual.
1.5
SAIDI (System Average Interruption Duration Index)
∑ (Lama pelanggan padam x Jumlah pelanggan yang mengalami pemadaman)
______________________________________________________
Jumlah Pelanggan
1.6
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)
∑ (Pelanggan yang mengalami pemadaman)
___________________________________________
Jumlah Pelanggan
74
1.7
SOD (System Outage Duration)
Lama gangguan yang menyebabkan pemadaman
____________________________________________
100 kms transmisi
1.8
SOF (System Outage Frequency)
Jumlah gangguan yang menyebabkan pemadaman
_____________________________________________
100 kms transmisi
Singkatan
PLTA
: Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTU
: Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PLTG
: Pembangkit Listrik Tenaga Gas
PLTGU
: Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
PLTD
: Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
PLTP
: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
VA
: Volt-Ampere
MVA
: Mega-Volt Ampere
kW
: KiloWatt
kWh
: KiloWatt-hour
MWh
: MegaWatt-hour
GWh
: GigaWatt-hour
Kms
: Kilometer-sircuit
MSCF
: 103 Standard Cubic Foot (M=103)
MMSCF
: 106 Standard Cubic Foot (MM=106)
75
MMBTU
: 106 British Thermal Unit (MM=106)
HSD
: Hight Speed Diesel Oil
IDO
: Intermediate Diesel Oil
MFO
: Marine Fuel Oil
SAIDI
: System Average Interruption Duration Index
SAIFI
: System Average Interruption Frequency Index
Dist
: Distribusi
Kitlur
: Pembangkittan dan penyaluran gedung kantor
Pemerintah
: Gedung Kantor Pemerintah
PJU
: Penerangan Jalan Umum
PJB
: Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa – Bali
P3B
: Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa – Bali
SOD
: System Outage Duration
SOF
: System Outage Frequency
n.a
: Not Available
76
3.2.2
Observasi Sistem Berjalan
Sistem yang ada pada Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi
selama ini telah berjalan cukup baik, karena penentu utama keberhasilan adalah
efisiensi waktu dan semangat etos kerja yang tinggi. Dalam penelitian ini, kami
hanya membahas bagian kelompok Perencanaan Energi. Berikut ini beberapa
software yang digunakan :
a. Linear / Non-Linear Optimizer GAMS dengan OSL dan MINOS
b. MARKAL – MUSS
c. DECADES (Databases and Methodologies for Comparative Assessment of
Different Energy Sources)
d. LEAP (Long-range Energy Alternative Planning system)
e. MAED (Model for Assessment of Energy Demand)
f. DEMI (Demand Energy Model for Indonesia)
g. MACRO (Macro Economic Model for Indonesia)
h. EM 1.4 (Environmental Manual for Power Development)
i. DAM (Decision Analysis Model)
Dari semua software yang sudah berjalan di bidang Pengkajian dan
Penerapan Sistem Energi, yang berhubungan dengan penelitian kami adalah
software MARKAL (Market Allocation) karena tema penelitian yang sedang kami
bahas adalah mengenai sistem yang menghasilkan informasi tentang pembangkit
listrik berkapasitas besar di Pulau Jawa.
77
3.2.2.1 Penjelasan Sistem Yang Sedang Berjalan
3.2.2.1.1
Pendahuluan
Konsumsi energi di Indonesia terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya kegiatan perekonomian. Mengingat cadangan sumber daya energi
yang kita miliki semakin menipis dan kemampuan pembiayaan untuk sektor ini
sangat terbatas maka diperlukan suatu perencanaan energi terpadu dengan
memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan hidup dan kesinambungan suplai
energi jangka panjang. Dalam mempertimbangkan aspek ekonomi, strategi
penyediaan energi dituntut untuk mendapatkan komposisi suplai dan teknologi
energi yang paling optimal, sehingga diperolehongkos untuk penyediaan energi
yang semurah-murahnya. Dengan strategi tersebut akan membantu daya saing
produk industri nasional, khususnya industri yang berorientasi ekspor, karena
ongkos produksinya bisa lebih murah. Kondisi ini akan membantu mengurangi
pengeluaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi. Disamping itu
diharapkan dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada industri
nasional untuk berpartisipasi dan meningkatkan kemampuan dalam penyediaan
teknologi energi. Hal ini akan meningkatkan aktifitas perekonomian di sektor
energi yang akan memberikan multiplier effect terhadap ekonomi makro dan
sekaligus dapat menghemat devisa negara. Disamping aspek ekonomi, aspek
lingkungan hidup perlu mendapat perhatian dalam penyusunan strategi
penyediaan energi jangka panjang yaitu supaya dapat tetap terjaganya
keseimbangan lingkungan (sumber daya alam dan ekosistem) dan dapat
memanfaatkan energi terbarukan secara optimum. Selain dari kedua aspek
78
tersebut, strategi penyediaan energi hendaknya juga mempertimbangkan
kelestarian cadangan dari setiap jenis energi serta peningkatan usaha-usaha
konservasi dan diversifikasi terhadap jenis-jenis energi tertentu sehingga
kesinambungan suplai energi jangka panjang dapat terjamin. BPP Teknologi
dengan melibatkan berbagai instansi pemerintah yang terkait telah membuat
perencanaan energi terpadu dengan menggunakan model MARKAL sejak tahun
1983 dengan tahapan dan topik seperti berikut ini.
- Tahap pertama, bekerja sama dengan KFA, Jerman dan telah selesai pada
tahun 1988 dengan menghasilkan laporan berjudul Energy Strategies, Energy
R+D Strategies and Technology Assessment for Indonesia.
- Tahap kedua, bekerja sama dengan KFA, Jerman dengan judul Environmental
Impacts of Energy Strategies for Indonesia dan telah selesai pada tahun 1993.
- Tahap ketiga, bekerjasama dengan GTZ, Jerman dengan judul Technology
Assessment for Energy Related CO2 Reduction Strategies for Indonesia yang
dalam tahap akhir pelaksanaan.
Secara garis besar susunan model dalam studi MARKAL ditunjukkan pada
Gambar 3.3 . Karena wilayah Indonesia sangat luas maka untuk merefleksikan
perkembangan masing-masing daerah, dalam studi ini Indonesia dibagi menjadi
empat wilayah, yaitu : Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Pulau-pulau lain.
Kebutuhan energi sebagai input untuk penyusunan strategi penyediaan energi
terlebih
dahulu
ditentukan
berdasarkan
tingkat
pertumbuhan
ekonomi,
pertumbuhan penduduk dan data historis pemakaian energi dengan menggunakan
model MACRO, DEMO, dan DEMI. Penyediaan energi yang optimal ditentukan
dengan
mempergunakan
model
MARKAL
berdasarkan
teknik
linear
79
programming dengan mempertimbangkan pilihan sumber daya dan teknologi
energi yang tersedia sehingga kebutuhan energi terpenuhi. Berdasarkan hasil
yang optimum, jumlah emisi dari penggunaan energi dapat dihitung dengan
memakai data koefisien emisi dari masing-masing teknologi dengan model
DISDEP dan GIS untuk kasus tanpa tindakan (Doing Nothing Case / DNC). Dari
hasil perhitungan ini kemudian disusun pedoman pengurangan emisi dengan
memasukkan teknologi bersih lingkungan ke dalam model MARKAL yang
kemudian disebut sebagai kasus pengurangan emisi (Emission Reduction Case /
ERC). Pada kasus ERC dilakukan optimasi ulang untuk mendapatkan susunan
jenis energi dan teknologi yang optimum dari segi ekonomi dengan
memperhatikan lingkungan hidup.
80
Gambar 3.3 Susunan model dalam studi MARKAL
3.2.2.1.2
Proyeksi Kebutuhan Energi
Proyeksi kebutuhan energi merupakan dasar bagi penyusunan strategi
penyediaan energi. Faktor utama yang menentukan tingkat kebutuhan energi di
masa mendatang adalah pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, harga energi
dan pola pemakaian energi di masa lampau. Pertumbuhan ekonomi dapat
diproyeksikan berdasarkan pertumbuhan tiap sector ekonomi, laju pertumbuhan
industri nasional serta perkembangan ekspor dan impor. Berdasarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi tersebut maka kebutuhan energi untuk sektor – sektor :
81
rumah tangga, komersial, industri, transportasi, pemerintahan dan pelayanan
umum dapat diperkirakan.
3.2.2.1.3
Model DEMO
Model DEMO digunakan untuk membuat proyeksi jumlah penduduk
untuk setiap wilayah menurut daerah perkotaan dan pedesaan sampai tahun 2023.
Laju pertumbuhan penduduk diperkirakan akan menurun secara moderat dalam
waktu-waktu mendatang. Laju pertumbuhan penduduk pulau Jawa diperkirakan
lebih rendah dari laju pertumbuhan pulau – pulau lain. Secara umum
pertumbuhan penduduk daerah perkotaan lebih tinggi dari daerah pedesaan, hal
ini lebih banyak disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi dari desa ke kota
serta menurunnya tingkat kematian penduduk, tetapi bukan disebabkan oleh
kenaikan angka kelahiran. Laju pertumbuhan penduduk menurun dari 2.2 % per
tahun pada tahun 1980 menjadi sekitar 1.7 % saat ini. Hal ini menunjukkan
kesuksesan dari program keluarga berencana. Pada akhir Repelita IX laju
pertumbuhan penduduk menurun lagi menjadi 0.8 % per tahun seperti
diperlihatkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Proyeksi pertumbuhan penduduk
82
3.2.2.1.4
Model MACRO
Model MACRO digunakan untuk membuat proyeksi pertumbuhan
ekonomi secara menyeluruh dan proyeksi perkembangan 21 sektor ekonomi
sampai tahun 2023. Model ini menggunakan tabel input-output Indonesia tahun
1985 dan mengacu pada skenario perkembangan harga ekspor dari
minyak/gas/batubara. Dari 21 sektor ekonomi ada 9 sektor industri yang
diharapkan berperan dalam menunjang pertumbuhan perekonomian di masa
mendatang yaitu sektor peraltan & mesin, industri kertas, industri kimia, listrik /
air / gas, industri tekstil, jasa, kilang minyak, pertanian serta minyak / gas /
batubara.
Gambar 3.4 Metode Perhitungan berdasarkan tabel input – output
Tabel input - output dapat dikelompokkan menjadi permintaan antara (Aij
* Yj), konsumsi rumah tangga (PC) termasuk di dalamnya institusi nonprofit,
83
konsumsi pemerintah (GC) termasuk untuk pertahanan dan keamanan, investasi
(IN), ekspor (EX), impor (IM) serta produksi (Y). Dalam model ini metode yang
dipergunakan diperlihatkan pada Gambar 3.4. Aij adalah koefisien input-output
yang menyatakan nilai rupiah yang diperlukan oleh sektor j dari sektor i untuk
memproduksi satu rupiah di sektor j. Dari tabel input-output dapat dibuat
perkiraan produksi dengan menggunakan rumus :
Y = (I-A)-1 (F+EX-IM)
(1)
dengan :
F = PC+GC+IN
(2)
I = matriks identitas
(3)
Gambar 3.5 Skenario ekspor, impor, dan konsumsi domestik dari minyak tanah
84
Model MACRO ini dibandingkan dengan model input-output tradisional
berbeda dalam dua hal, yaitu :
- Nilai impor merupakan variabel endogeneous dengan mendefinisikan rasio
permintaan domestik. Rasio ini menunjukkan banyaknya perubahan nilai impor
(IM) per unit produksi untuk pasar domestik (Y - EX).
- Dalam model ini harga ekspor minyak bumi, LNG dan energy carrier lainnya
dapat berubah dengan laju yang berbeda dengan laju inflasi yang terjadi.
Skenario impor, ekspor serta konsumsi dalam negeri minyak mentah dapat
dilihat pada Gambar 3.5.
Tabel 3.3 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang diidentikkan
dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Secara umum prospek pertumbuhan
ekonomi cukup baik dengan adanya deregulasi untuk meningkatkan sumber daya
manusia dan meningkatkan ekspor non migas. Dalam Repelita VI laju
pertumbuhan PDB diperkirakan akan menurun karena dalam Repelita VI ekspor
minyak mulai menurun sebagai akibat menurunnya cadangan minyak mentah.
Analisis sensitivitas yang dilakukan menunjukkan bahwa bila ekspor minyak
dipertahankan seperti pada tahun 1991 yaitu sebesar 278 juta ton per tahun maka
laju pertumbuhan PDB akan mencapai 6.5 % per tahun. Demikian juga dalam
Repelita VIII penurunan laju pertumbuhan PDB disebabkan oleh perubahan
kondisi Indonesia menjadi negara pengimpor minyak yang disertai dengan
kenaikan harga minyak mentah internasional. Dalam periode-periode berikutnya
angka ini meningkat kembali, yang menunjukkan mulai mantapnya industrialisasi
di Indonesia. Untuk dapat mempertahankan pertumbuhan PDB, maka ekport non
migas harus menjadi penggerak perekonomian dalam Repelita VI, VII dan VIII.
85
Tabel 3.3 Pertumbuhan PDB
3.2.2.1.5 Model DEMI dan ANALYS
Berdasarkan hasil dari model DEMO dan MACRO, proyeksi kebutuhan
energi disusun dengan memakai model DEMI (Demand Energy Model for
Indonesia) dalam bentuk useful atau final energy. Model ini menghitung semua
energi yang dipakai oleh end-use technology tetapi tidak mencakup energi yang
dipakai untuk penambangan, konversi energi, autogeneration serta rugi-rugi dari
penggunaan energi. Pada dasarnya energi yang dipakai adalah dalam bentuk
useful energy. Apabila useful energy tidak dapat diterapkan pada bagian tertentu
maka dipakai final energy, seperti :
•
Dalam sektor transportasi untuk kendaraan bermotor yang mempunyai
berbagai pilihan bahan bakar (kendaraan penumpang jarah jauh dan dekat,
truk kecil serta bis kecil) maka sebagai pengganti useful energy dipakai
jumlah kendaraan yang dinaiki untuk jarak tertentu setiap tahun. Jumlah
kebutuhan energi kemudian dihitung berdasarkan perkalian jumlah jenis
kendaraan yang memenuhi kebutuhan transportasi tersebut dengan kebutuhan
bahan bakarnya untuk jarak tempuh yang diperkirakan.
86
•
Pemakaian jenis energi ditentukan dengan peraturan atau undang-undang,
misalnya semua pabrik semen harus menggunakan batubara.
•
Substitusi dengan menggunakan jenis energi yang lain tidak ekonomis,
misalnya penggunaan gas alam sebagai bahan baku untuk produksi urea.
Dalam konsep useful energy, maka harga energi tidak diperhitungkan. Hal
ini disebabkan karena useful energy tidak tergantung pada jenis final energy yang
dihasilkannya. Model DEMI terdiri atas empat sub model yang berdasarkan sektor
pemakaian energi, yaitu :
•
RESID, untuk menghitung kebutuhan energi di sektor rumah tangga
(RESIDential).
•
TRAFF, untuk sektor transportasi (TRAFFic).
• AIC, untuk sektor pertanian (Agriculture), industri (Industry), dan komersial
(Commerce). Untuk sub model AIC, kebutuhan energi dihitung berdasarkan
intensitas energi yang diperoleh dari data historis produksi dan pemakaian
energi menggunakan model ANALYS.
•
GOVERN, untuk sektor pemerintahan (GOVERNment) dan pelayanan
umum.
Tabel 3.4 memberikan gambaran proyeksi kebutuhan energi Indonesia
untuk tiap-tiap sektor. Kebutuhan energi pada Pelita V masih didominasi oleh
pemakaian sektor rumah tangga dengan pangsa sebesar 46 % dari total kebutuhan
energi nasional diikuti oleh sektor industri dan transportasi. Mulai Repelita VII
pangsa kebutuhan energi yang terbesar bergeser pada sektor industri. Pada
Repelita XI pangsa terbesar adalah sektor industri yaitu sekitar 51 % dan
87
transportasi pada tempat kedua sebesar 30 %, hal ini mengindikasikan mulainya
proses industrialisasi.
Tabel 3.4 Proyeksi kebutuhan energi final (PJ per tahun)
3.2.2.1.5.1 Sektor rumah tangga
Proyeksi kebutuhan energi sektor rumah tangga dihitung berdasarkan laju
pertumbuhan jumlah rumah-tangga dan tingkat pemakaian energi yang
didasarkan pada pertumbuhan GDP. Kebutuhan energi ini dipakai untuk
memasak, penerangan dan peralatan-peralatan listrik. Kebutuhan energi untuk
sektor rumah tangga yang sebesar 1.124,40 Peta Joule (PJ) pada Repelita V
diperkirakan akan tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,6 % per
tahun menjadi 1.792,48 PJ pada Repelita XI.
3.2.2.1.5.2 Sektor industri dan komersial
Sektor industri dianalisis secara sektoral, antara lain menurut industriindustri : logam dasar, semen, pupuk, kimia, kertas, gula, dan non-metalik.
Proyeksi kebutuhan energi dihitung berdasarkan proyeksi output yang dihasilkan
model MACRO untuk setiap sektor industri sedangkan intensitas pemakaian
88
energi dihitung menurut penggunaannya sebagai pemanas langsung dan pemanas
tak-langsung. Kebutuhan energi sektor industri pada Repelita V adalah sebesar
789,57 PJ dan diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 6,6 % per tahun
menjadi 5.704,45 PJ pada Repelita XI. Sedangkan energi yang dipergunakan
sebagai bakan baku ataupun sebagai katalis adalah sebesar 251,05 PJ pada
Repelita V dan akan menjadi 2.030,18 PJ pada Repelita XI. Sektor komersial
saat ini membutuhkan energi sebesar 18,13 PJ dan diperkirakan akan menjadi
236,97 PJ pada Repelita XI.
3.2.2.1.5.3 Sektor transportasi
Pada sektor transportasi, yang saat ini menduduki peringkat ketiga dalam
mengkonsumsi energi setelah sektor rumah tangga dan sektor industri,
pertumbuhan pemakaian energinya dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk
dan tingkat perekonomian nasional. Konsumsi energi pada Repelita V adalah
sebesar 536,87 PJ dan diperkirakan akan tumbuh sekitar 6 % per tahun sampai
Repelita XI (3.246,73 PJ).
3.2.2.1.5.4 Sektor pemerintah dan pelayanan umum
Konsumsi energi sektor pemerintahan dan pelayanan umum sebagian
besar berupa tenaga listrik, yang dipergunakan antara lain untuk penerangan
jalan, kantor-kantor pemerintahan, rumah-sakit umum dan yayasan-yayasan
sosial. Pada Repelita V konsumsi energinya sebesar 10,96 PJ. Pangsa konsumsi
89
energi untuk sektor pemerintah dan pelayanan umum tidak terlalu besar secara
nasional. Pertumbuhannya diperkirakan akan sebesar 7 % per tahun.
3.2.2.1.6
Strategi Penyediaan Energi
3.2.2.1.6.1 Model MARKAL
Gambar 3.6 Jaringan Sistem Energi
Setelah diperoleh proyeksi kebutuhan energi kemudian dilakukan
optimasi penyediaan energi dengan menggunakan model MARKAL (Market
Allocation). Model MARKAL adalah suatu model yang memakai teknik linear
programming (LP) dan mempunyai kemampuan multiobyektif. Fungsi obyektif
antara lain dapat berupa : meminimumkan biaya penyediaan energi,
meminimumkan
dampak
negatif
terhadap
lingkungan,
meminimumkan
penggunaan energi fosil, atau memaksimumkan penggunaan energi terbarukan.
Sebelum melakukan optimasi LP, harus terlebih dahulu diformulasikan
hubungan antara sumber energi dan kemungkinan penggunaannya melalui
teknologi yang tersedia. Kemudian disusun suatu jaringan sistem energi seperti
90
pada Gambar 3.6. Jaringan sistem energi ini secara umum terbagi menjadi
beberapa kategori teknologi, yaitu :
•
•
resource technology, seperti penambangan, impor dan ekspor.
proses, yang mengubah satu bentuk energy carrier ke bentuk energy carrier
lainnya.
•
•
teknologi konversi, yang menghasilkan listrik atau panas.
end-use technology, yang mengubah satu bentuk final energy menjadi useful
energy dengan menggunakan demand device (DMD) seperti kompor untuk
memasak, lampu penerangan, dan ketel uap.
Input data untuk masukan model MARKAL secara umum dapat disebutkan
sebagai berikut :
•
•
Proyeksi kebutuhan final atau useful energy untuk setiap sektor.
Data teknis dan ekonomis setiap teknologi energi seperti : bahan bakar,
efisiensi, biaya investasi, operasi dan perawatan, serta umur dan waktu operasi
setiap tahun.
•
•
Data teknis dan ekonomis dari sumber energi.
Parameter umum lainnya seperti : discount factor dan periode studi.
91
3.2.3
Analisis Critical Success Factor (CSF)
Dari hasil analisis wawancara kami dengan kepala kelompok perencanaan
energi, maka diperoleh Critical Success Factor (CSF) sebagai berikut :
•
Hasil penelitian yang akurat. Hasil penelitian di BPPT, khususnya kelompok
perencanaan energi, digunakan untuk merencanakan kebutuhan energi, juga
teknologi di masa mendatang. Hasil penelitian yang akurat dapat diukur dari
perkembangan teknologi yang kini ada di Indonesia.
•
Perekrutan karyawan yang tepat dalam mendukung kegiatan operasional
BPPT sehari-hari. Adanya tenaga kerja yang memiliki kualitas bagus dan
berpengalaman menjadi nilai tambah BPPT
.
3.2.4
Subyek Data
Subyek data adalah sekumpulan entitas level tinggi yang dapat menjadi
masukan atau sumber bagi data yang dibutuhkan dalam sistem yang
dikelompokkan berdasarkan fungsi tertentu. Subyek data digunakan untuk
mendapatkan sumber-sumber data yang berfungsi sebagai informasi yang
diperlukan bagi pihak eksekutif. Sumber data yang dipakai pada BPPT dapat
dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.
No Subyek Data
Keterangan
92
1
Pembangkit Listrik
2
Bahan Bakar
3
Pelanggan
4
Tegangan
5
Tarif Listrik
6
Neraca Daya
7
Neraca Energi
8
Faktor BKP
9
Gardu Distribusi
10
Gardu Induk
11
Jaringan Transmisi
12
Jaringan Distribusi
13
Permintaan Listrik
14
Pendapatan
Informasi mengenai pembangkit listrik yang
diteliti oleh BPPT
Informasi mengenai bahan bakar yang diteliti
oleh BPPT
Informasi mengenai pelanggan yang diteliti
oleh BPPT
Informasi mengenai tegangan listrik yang
diteliti oleh BPPT
Informasi mengenai tarif listrik yang diteliti
oleh BPPT
Informasi mengenai neraca daya listrik yang
diteliti oleh BPPT
Informasi mengenai neraca energi listrik yang
diteliti oleh BPPT
Informasi mengenai faktor beban, kapasitas
dan permintaan yang diteliti oleh BPPT
Informasi mengenai gardu distribusi listrik
yang diteliti oleh BPPT
Informasi mengenai gardu induk yang diteliti
oleh BPPT
Informasi mengenai jaringan transmisi yang
tersebar
Informasi mengenai jaringan distribusi yang
tersebar
Informasi mengenai permintaan listrik yang
diteliti oleh BPPT
Informasi mengenai pendapatan dari listrik
Tabel 3.5 Subjek Data Pada Bagian Kelompok Perencanaan Energi
3.2.5
Fungsi Bisnis
Fungsi bisnis merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak
perencanaan energi berdasarkan fungsi tiap-tiap bagian. Kegiatan ini menyusun
aktivitas yang dilakukan oleh BPPT dalam menjalankan kegiatan operasional.
Fungsi bisnis yang dimiliki oleh kelompok perencanaan energi BPPT dapat
dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.
No. Fungsi Bisnis
93
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Analisis produksi energi listrik di pulau
Jawa
Analisis kapasitas energi yang terpasang di
pulau Jawa
Analisis daya listrik yang dihasilkan di
pulau Jawa
Analisis panjang jaringan listrik yang
terpasang di pulau Jawa
Analisis energi listrik terjual di pulau Jawa
Analisis tarif listrik di pulau Jawa
Analisis pendapatan dari listrik di pulau
Jawa
Analisis biaya operasi pembangkit di pulau
Jawa
Analisis jumlah unit pembangkit di pulau
Jawa
Tabel 3.6 Fungsi Bisnis Pada Kelompok Perencanaan Energi
3.2.6
Analisis Matrik
3.2.6.1 Matrik Unit Organisasi Vs Lokasi
Matrik ini menggambarkan hubungan unit organisasi dengan lokasi yang
dimiliki oleh BPPT. Matrik hubungannya dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini :
Lokasi
Unit Organisasi
Jakarta
Kepala
Sekretariat Utama
Direktur Deputi
Kepala Bagian Perencanaan Energi
Kepala Bagian Penerapan Energi
Tak Terbarukan
Kepala Bagian Penerapan Energi
Terbarukan
√ √
√
√
√
√
Tabel 3.7 Matrik Unit Organisasi vs Lokasi
94
Berdasarkan matrik Unit Organisasi vs Lokasi terlihat bahwa seluruh unit
organisasi berpusat di Jakarta.
3.2.6.2 Matrik Unit Organisasi VS Subjek Data
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan hubungan unit organisasi
dengan subjek data yang terdapat dalam perusahaan. Matrik hubungannya dapat
dilihat pada tabel 3.8 berikut ini :
Unit Organisasi
Pembangkit listrik
Bahan bakar
Pelanggan
Tegangan
Tarif Listrik
Neraca Daya
Neraca Energi
Faktor BKP
Gardu Distribusi
Gardu Induk
Panjang Jrgn T.
Panjang Jrgn D.
Permintaan Listrik
Pendapatan
Subyek Data
Kepala
Sekretariat Utama
Direktur Deputi
Kepala Bagian
Perencanaan
Energi
Kepala Bagian
Perencanaan
Energi Tak
Terbarukan
Kepala Bagian
Perencanaan
Energi
Terbarukan
x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Tabel 3.8 Matrik Unit Organisasi vs Subjek Data
x
x
95
3.2.6.3 Matrik Fungsi Bisnis Vs Unit Organisasi
Hubungan antara fungsi bisnis dengan unit organisasi yang berfungsi
untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan fungsi
masing- masing unit organisasi. Matrik ini dapat dilihat pada tabel 3.9 dibawah
ini:
Kepala Bagian
Penerapan Energi
Terbarukan
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
AI
W
IW
RAI
EW
IEW
IEW
IEW
Direktur Deputi
Kepala Bagian
Penerapan Energi
Tak Terbarukan
Fungsi Bisnis
Analisis produksi energi
listrik di pulau Jawa
Analisis kapasitas energi
yang terpasang di pulau
Jawa
Analisis daya listrik yang
dihasilkan di pulau Jawa
Analisis panjang jaringan
listrik yang terpasang di
pulau Jawa
Analisis energi listrik
terjual di pulau Jawa
Analisis tarif listrik di
pulau Jawa
Analisis pendapatan dari
listrik di pulau Jawa
Analisis biaya operasi
pembangkit di pulau Jawa
Analisis jumlah unit
pembangkit di pulau Jawa
Sekretariat Utama
AI
W
Kepala
Kepala Bagian
Perencanaan Energi
Unit Organisasi
Tabel 3.9 Matrik Fungsi Bisnis vs Unit Organisasi
96
Keterangan dari Tabel 3.9 sebagai berikut :
R:
Direct Management Responsibility,
Menunjukkan unit organisasi
yang menerima tanggung jawab secara langsung dalam melaksanakan
fungsi bisnis
A:
Executive or Policy Making Authority, Menunjukkan unit organisasi
yang memiliki wewenang untuk membuat dan melaksanakan
kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan fungsi bisnis.
I:
Involved in the Function, Keterlibatan suatu unit organisasi dalam
melakukan fungsi bisnis.
E:
Technical Expertise, menunjukkan unit organisasi yang memiliki
keahlian teknis dalam melaksanakan fungsi bisnis.
W : Actual Execution of the Work, Unit organisasi yang melaksanakan
pekerjaan fungsi bisnis secara langsung.
3.2.6.4 Matrik Fungsi Bisnis Vs Subyek Data
Matrik berikut menggambarkan hubungan fungsi bisnis dengan subyek
data yang ada pada kelompok Perencanaan Energi BPPT. Matrik ini dapat dilihat
pada Tabel 3.10 dibawah ini :
97
Fungsi Bisnis
Analisis
produksi energi
listrik di pulau
Jawa
Analisis
kapasitas energi
terpasang
di
pulau Jawa
Analisis daya
listrik
yang
dihasilkan
di
pulau Jawa
Analisis
panjang
jaringan listrik
yang terpasang
di pulau Jawa
Analisis energi
listrik terjual di
pulau Jawa
Analisis
tarif
listrik di pulau
Jawa
Analisis
pendapatan dari
listrik di pulau
Jawa
Analisis biaya
operasi
pembangkit di
pulau Jawa
Analisis jumlah
unit pembangkit
di pulau Jawa
C
U
R
Bahan bakar
Pelanggan
Tegangan
Tarif Listrik
Neraca Daya
Neraca Energi
Faktor BKP
Gardu Distribusi
Gardu Induk
Jrgn Transmisi
Jrgn Distribusi
Permintaan Listrik
Pendapatan
Pembangkit listrik
Subyek Data
C
U
R
D
R
C
U
R
D
R
C
U
R
C
U
R
R
C
U
R
D
R
R
R
R
C
U
R
C
U
R
D
R
R
R
R
R
C
U
R
C
U
R
C
U
R
C
U
R
C
U
R
R
C
U
R
D
C
U
R
D
R
R
U
R
C
U
R
D
C
U
R
D
R
R
C
U
R
D
R
C
U
R
R
C
U
R
D
C
U
R
R
R
R
R
Tabel 3.10 Matrik Fungsi Bisnis vs Subyek Data
R
98
Keterangan dari Tabel 3.10 sebagai berikut :
C : Create, Menciptakan subyek data untuk melaksanakan fungsi bisnis
R : Read, Pembacaan subyek data dalam melaksanakan fungsi bisnis
U : Update, Perubahan subyek data dalam melaksanakan fungsi bisnis
D : Delete, Penghapusan subyek data dalam melaksanakan fungsi bisnis
3.2.7
Teknologi Informasi di BPPT
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), khususnya
kelompok Perencanaan Energi telah menggunakan teknologi informasi dalam
mendukung kegiatan operasionalnya sehari-hari. Teknologi informasi yang
digunakan meliputi penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak.
3.2.7.1 Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan pada BPPT adalah :
•
Server :
-
PC dengan Processor Pentium IV 2.8 GHz
-
Memory 512 MB DDRAM
-
Harddisk Storage 80 GB
-
Jaringan LAN
•
Workstation :
-
PC dengan Processor Pentium IV 2.4 GHz
-
Memory 256 MB DDRAM
-
Harddisk Storage 40 GB
99
3.2.7.2 Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan pada BPPT adalah :
•
Server :
-
Sistem Operasi : Windows 2000 Advance Server
-
Database
•
3.2.8
: Microsoft Access 2000
Workstation :
-
Sistem Operasi : Windows XP Professional
-
Front End Tool : MARKAL
Analisis Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan kepada salah satu pegawai Bidang Pengkajian dan
Penerapan Sistem Energi dengan tema “Sistem yang Sedang Berjalan”. Dari
wawancara tersebut, kami memperoleh informasi bahwa pihak BPPT, khusunya
kelompok Perencanaan Energi pernah menggunakan software lain sebelum
MARKAL yaitu Paradox. Software ini dibangun oleh IAEA yaitu sebuah badan
internasional yang begerak di bidang energi dan tenaga atomic (nuklir). Sekilas
cerita tentang Paradox, Paradox merupakan software yang berbasis database
untuk menangani semua aktivitas dan melakukan penyimpanan data ke dalam
database, akan tetapi masalah mulai timbul ketika kapasitas data mulai
membesar yang menyebabkan kerusakan database. Pada akhirnya Paradox
dinyatakan gagal uji.Karena kebutuhan terhadap teknologi informasi yang begitu
penting, maka BPPT menginginkan sebuah software yang dapat menggantikan
software Paradox yang kurang berhasil diterapkan pada negara berkembang
100
seperti Indonesia, maka BPPT membeli sebuah software dari Ad Sub yang
bernama MARKAL, dimana yang hampir sama dengan Paradox dan telah
berhasil dalam masa uji coba. Maka software ini diimplementasikan hingga saat
ini. Hanya saja karena kebutuhan – kebutuhan yang meningkat, pada akhirnya
kesempurnaan software ini menjadi suatu masalah. Data yang ditampilkan hanya
bersifat umum (general), sedangkan kebutuhan terhadap data yang bersifat detail
terkadang dibutuhkan.
Berikut ini adalah gambaran umum NEED (kebutuhan) dari pegawai
yang telah kami wawancarai pada kelompok Perencanaan Sistem Energi :
1. Dibutuhkannya informasi energi diproduksi pembangkit listrik.
2. Dibutuhkannya informasi tentang penyaluran energi listrik
3. Dibutuhkannya total pendapatan energi listrik dari tiap pelanggan.
4. Dibutuhkannya informasi tentang biaya operasi pembangkit listrik
5. Dibutuhkannya informasi tentang besarnya daya permintaan listrik dari tiap
pelanggan.
6. Dibutuhkannya informasi tentang energi terjual dari sektor jenis tegangan.
7. Dibutuhkannya informasi mengenai penyediaan tenaga listrik.
8. Dibutuhkannya penyimpanan data historikal.
Dari hasil wawancara tersebut telah diperoleh berbagai macam kebutuhan
(NEED) agar pekerjaan pegawai menjadi lebih optimal dan efisien, dari setiap
NEED tersebut diperoleh tujuan (GOAL) yang diharapkan sesuai dengan
keinginan pegawai tersebut, berikut ini adalah GOAL dari setiap NEED yang
ada:
101
1. Adanya informasi energi diproduksi pembangkit listrik.
2. Adanya informasi tentang penyaluran energi listrik
3. Adanya informasi total pendapatan energi listrik
4. Adanya informasi tentang biaya operasi pembangkit listrik
5. Adanya informasi tentang besarnya daya permintaan listrik
6. Adanya informasi tentang energi terjual dari sektor jenis tegangan.
7. Adanya informasi tentang penyediaan tenaga listrik.
8. Adanya sistem data warehouse yang menyimpan semua data historikal dan
non-historikal.
3.2.8.1 Analisis SWOT dari Sistem yang Diusulkan
Kondisi suatu perusahaan dapat diketahui melalui analisis SWOT, karena
analisis SWOT mengindentifikasikan faktor kekuatan, kelemahan, peluang, serta
ancaman bagi suatu perusahaan terhadap sistem baru yang akan dikembangkan.
Dari hasil analisis maka akan diperoleh Matriks Strategi SWOT yang dapat
dilihat pada Tabel 3.11 dibawah ini :
102
Internal
Strength
Eksternal
a. Pegawai telah
mengenal IT
b. Manajemen turut
mendukung
pengembangan sistem
c. Integritas data terjaga
Oppoturnities
a. Menghindari
kesalahan yang
dapat terjadi
b. Pekerjaan akan
menjadi lebih
efisien
Threat
a. Adanya ancaman
virus
b. Krisis dana dari
pemerintah
c. Adanya
gangguan dari
para hacker
terhadap sistem
database
Strategi SO :
•
Merealisasikan
pengembangan dan
mengimplementasikannya
Membiasakan user
dengan sistem yang
baru
•
Strategi ST :
•
•
•
Membeli antivirus
Membangun sistem
keamanan yang
handal
Membangun sistem
yang benar-benar
berguna ke depannya
Tabel 3.11 Matriks SWOT
Weakness
a. Anggaran dana terbatas
b. Sistem keamanan data
kurang terjamin
c. Analisis data kurang
detail
Strategi WO :
•
•
•
Menentukan bagian dari
sistem yang benar-benar
penting dan kritikal
Memilih teknologi yang
murah dalam
pengembangan sistem
Membangun sistem
keamanan yang handal
Strategi WT :
•
•
Memberikan pelatihan
terhadap user tentang
security
Membangun keamanan
yang tinggi terhadap
bagian-bagin dari sistem
yang sangat kritikal
103
3.2.9 Analisis Kebutuhan dan Tujuan Sistem
Setelah melalui proses wawancara, kami menyimpulkan bahwa
perancangan data warehouse sangat diperlukan untuk menunjang aktifitas yang
semakin meningkat. Dengan data warehouse, data yang dihasilkan merupakan
data yang akurat dan strategis yang berguna untuk proses analisis terhadap
pengambilan keputusan oleh pihak eksekutif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data dan informasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan operasional kelompok Perencanaan Energi, yaitu :
1. Data Detail Pelanggan
a.
Mengetahui harga jual listrik untuk tiap sektor pelanggan
b. Mengetahui pendapatan dari berbagai sektor pelanggan
2. Data Detail Pembangkitan
a.
Mengetahui jumlah energi yang diproduksi untuk masing-masing
pembangkit
b.
Mengetahui besarnya biaya bahan bakar.
c. Mengetahui besarnya kapasitas terpasang dan daya mampu dari setiap
jenis pembangkit.
3. Data Detail Penyaluran Listrik
a.
Mengetahui jumlah jaringan distribusi
b.
Mengetahui jumlah jaringan transmisi
4. Data Detail Permintaan Listrik
a.
Mengetahui jumlah daya listrik dari berbagai tipe permintaan
b.
Mengetahui jumlah permintaan listrik dilihat dari tiap sektor
104
5.
Data Detail Biaya Operasi
a.
Mengetahui jumlah biaya operasi pembangkit dari setiap jenis
pembangkit.
b.
6.
7.
Mengetahui jumlah biaya operasi pembangkit dari rata-rata per KWH.
Data Detail Pengusahaan
a.
Mengetahui besarnya energi terjual per pelanggan.
b.
Mengetahui besarnya energi terjual per jenis tegangan.
Data Detail Penyediaan Tenaga Listrik
a.
Mengetahui besarnya persentase dari faktor BKP (Beban, Kapasitas,
Permintaan).
Download