49 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Sinyal (Signaling Theory

advertisement
49
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang
akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil
keputusan
investasi.
Informasi
yang
dipublikasikan
sebagai
suatu
pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif,
maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar.43
Teori Sinyal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki
informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan.
Namun dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari
investor luar.Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak
penting pada struktur modal yang optimal. Asimetri informasi merupakan suatu
kondisi dimana informasi privat yang hanya dimiliki investor-investor yang
hanya mendapat informasi saja. Hal tersebut akan terlihat jika manajemen tidak
secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua
43
hlm. 570.
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (BPEE UGM: Yogyakarta, 2000),
50
hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, maka umumnya pasar akan
merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap suatu kejadian yang
akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham.44
Dasar dari teori ini adalah bahwa manajer dan pemegang saham tidak
memiliki akses informasi perusahaan yang sama atau adanya asimetri
informasi. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer,
sedangkan para pemegang saham tidak mengetahui informasi tersebut.
Akibatnya, ketika kebijakan pendanaan perusahaan mengalami perubahan, hal
itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan menjadikan
nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, muncul pertanda atau sinyal
(signaling).45
Teori ini juga mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung
informasi. Misalnya, tindakan suatu perusahaan menaikkan pembayaran
deviden per lembar saham dapat dipandang oleh investor sebagai perusahaan
memiliki keyakinan yang tinggi pada kondisi keuangan perusahaan di masa
datang.46 Sehingga teori pensinyalan sangat berpengaruh bagi setiap manajer
agar di dalam perusahaan
dapat memiliki informasi untuk memprediksi
keadaan saham yang dimiliki perusahan.
44
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba (Teori dan Model Empiris) (Jakarta: Grasindo,
2008), hlm. 75.
45
http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JUMMA/article/view/192/187- diunduhpada tanggal
4 Juni 2014.
46
hlm. 6.
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: CV. Andi).
51
B. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM) ini merupakan suatu model yang
menggunakan beta untuk menghubungkan risiko dan return secara bersama-sama.
CAPM ini dikembangkan oleh William F. Sharpe dan John Lintner.
Pengembangan model ini berfungsi untuk menjelaskan tingkah laku harga
sekuritas dan memberikan mekanisme bagi investor untuk menilai pengaruh suatu
sekuritas yang diusulkan terhadap risiko dan return folio.47
Implikasi utama model ini adalah return yang diharapkan atas asset
berhubungan dengan ukuran risiko asset yang disebut beta. Model ini
memberikan landasan intelektual bagi beberapa praktek dalam industri investasi.48
Fokus ini dilakukan dengan membuat asumsi tertentu mengenai
lingkungan. Asumsi - asumsi ini harus sederhana mungkin agar mampu
memberikan tingkat abstraksi yang diperlukan untuk menyusun model.
Sebaliknya ujian atas model ini adalah kemampuannya untuk membantu
seseorang memahami dan meramalkan proses yang dimodelkan itu.
Sebagian asumsi yang digunakan untuk CAPM juga digunakan untuk
pendekatan normatif dalam investasi. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:49
1.
Investor mengevaluasi portofolio dengan melihat return yang diharapkan dan
simpangan baku portofolio untuk rentang satu periode.
47
Nor Hadi, Pasar Modal “Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan
Pasar Modal” Cet. 2 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 204.
48
William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffery V. Bailey, InvestasiJilid 1, Edisi Ke
Enam, alih bahasa Pristina Hemastuti, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia,200), hlm. 210.
49
William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffery V. Bailey, InvestasiJilid 1, Edisi Ke
Enam, alih bahasa Pristina Hemastuti, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia,200), hlm. 211.
52
2.
Investor tidak pernah puas, jadi jika diberi pilihan antara dua portofolio yang
simpangan bakunya identik, mereka akan memilih portofolio yang
memberireturn yang diharapkan lebih tinggi.
3.
Investor adalah risk averse, jadi jika diberi pilihan antara dua portofolio
dengan return yang diharapkan identik, mereka memilih portofolio dengan
simpangan baku yang lebih rendah.
4.
Aset individual dapat dibagi tidak terbatas, artinya investor dapat membeli
sebagian saham jika dia berminat.
5.
Terdapat tingkat bebas risiko yang pada tingkat itu investor dapat memberi
pinjaman (berinvestasi) atau meminjam uang.
6.
Pajak dan biaya transaksi tidak relevan.
7.
Semua investor memiliki rentang satu periode yang sama.
8.
Tingkat bunga risiko sama untuk semua risiko.
9.
Informasi bebas diperoleh dan tersedia secara cepat untuk semua investor.
10. Para investor memiliki ekspektasi yang homogen, artinya mereka memiliki
persepsi yang sama dalam hal return yang diharapkan, simpangan baku,
dankovarian komunitas.
Dengan
mengkaji
perilaku
kolektif
semua
investor
di
pasar,
memungkinkan orang menyusun hubungan keseimbangan yang merupakan hasil
antara tiap risiko dan return sekuritas.
C. Penilaian Harga Saham
Setiap pelaku pasar modal memerlukan suatu alat analisis untuk menilai
suatu harga saham untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau
53
menjual suatu saham.50 Selain itukesan umum terhadap pasar modal adalah bahwa
pasar modal yang tercatat di bursa dan pergerakan harga tersebut kadang-kadang
menunjukkan pola pergerakan yang tidak dapat dipahami atau sulit dijelaskan.51
Untuk menjelaskan penilaian sebuah investasi dalam bentuk saham di antaranya,
yaitu:
1. The Firm Foundation Theory
The Firm Foundation Theory dinyatakan bahwa setiap instrument investasi
mempunyai nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui analisis terhadap
kondisi pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
Dengan kata lain investasi sperti ini semata-mata merupakan hal
memperbandingkan harga pasar suatu asset terhadap nilai intrinsiknya.
Sehingga dalam konteks ini nilai intrinsik yang dimaksud adalah sama dengan
nilai sekarang (present value) dari seluruh aliran penerimaan deviden yang
akan diterima dalam periode-periode yang akan datang.52
Teori ini berdasarkan pada pendekatan penerimaan deviden, dimana
semakin besar penerimaan deviden saat inidan prospek pertumbuhan nya di
masa yang akan datang, maka akan semakin besar nilai sahamnya. Teori ini
biasa disebut teori analisisfundamental.53
50
Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Bursa Efek Edisi Kedua(
Yogyakarta: STIM YKPN, 2010), hlm. 29.
51
Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi
Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 65.
52
Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi
Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 65.
53
Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi
Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 66.
54
2. The Castle in Air Theory
Teori ini memusatkan perhatian pada nilai psikologi. Pengikut teori ini
lebih menekankan pada pendekatan tingkah laku investor di masa yang akan
datang berdasarkan kebiasaan di masa yang lalu dan bukannya pada nilai
intrinsik saham itu sendiri.54 Teori ini biasa disebut dengan teori analisis
teknikal.
a. Analisis Fundamental
Analisis
fundamental merupakan salah satu cara yang lazim
digunakan oleh para pemodal untuk menilai saham. Analisis fundamental
merupakan
analisis
yang
berhubungan
dengan
kondisi
keuangan
perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan
mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya akan
menjadi milik investor apakahsehat atau tidak, ataukah menguntungkan atau
tidak dan sebagainya.55
Analisis fundamental digunakan untuk menghitung nilai intrinsik
suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Nilai suatu
saham dalam analisis fundamental ada tiga yaitu: nilai buku, nilai pasar dan
nilai intrinsik.56 Nilai buku dicatat pada saat sham dijual ketika IPO. Nilai
pasar terjadi pada saat saham telah beredar di bursa efek. Sedangkan nilai
54
Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi
Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 70.
55
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, ( Malang: UIN-Maliki Press,
2010), hlm. 90.
56
Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Bursa Efek Edisi Kedua(
Yogyakarta: STIM YKPN, 2010), hlm. 21.
55
intrinsik merupakan nilai senyatanya per lembar saham. Antara nilai saham
dengan nilai intrinsik belum tentu berbanding lurus. Ketika harga saham
lebih tinggi dari nilai intrinsik, itu menunjukkan bahwa saham memiliki
harga tinggi yang baik untuk dijual (over valued). Dan bila harga saham
labih rendah dari nilai intrinsik, maka harga saham melemah (under valued).
Dalam melakukan analisis penilian saham, investor dapat melakukan
analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan.
Pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi
yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan
analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan
yang mengeluarkan sekuritas yang bersangkutan.57
Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan
analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang di mana alokasi
investasi akan dilakukan (dalam negeri dan atau luar negeri), serta dalam
bentuk apa investasi tersebut dilakukan (saham, obligasi, kas properti, dan
lainnya). Tahap berikutnya yaitu analisis industri, meliputi analisis
berdasarkan hasil analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis
industri mana saja yang akan dipilih (tentu saja yang berprospek baik dan
menguntungkan). Tahap
yang terakhir yaitu analisis perusahaan yang
bertujuan untuk menentukan perusahaan-perusahaan atau saham mana saja
yang menguntungkan sehingga layak dijadikan pilihan investasi.58
57
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Kanisius, 2010), hlm. 338.
58
Ibid, hlm. 339.
56
Adapun beberapa analisis fundamental dalam menaksir nilai saham
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Deviden Approach
Pada Deviden Approach ini dapat digunakan formula sebagai
berikut:
a. Deviden Yield Approach
Pendekatan ini didasarkan pada perkiraan deviden yang akan
dibayarkan untuk satu tahun,dan hasilnya dibandingkan dengan
tingkat bunga umumnya di pasar (Risk Free Rate).
Rumus Deviden Yield Approach adalah:
DevidenYield =
b. Deviden Discount Model
DevidenPerShare
SharePrice
Deviden Discount Model merupakan model penialaian yang
berfokus pada penentuan nilai sebenarnya atau nilai intrinsik suatu
saham pada perusahaan tertentu, meskipun mempertimbangkan akan
dilakukan pembelian yang lebih besar jumlahnya.59 Hak ini
dilakukan atas dasar asumsi penbelian yang lebih besar jumlahnya
dapat dilakukan pada biaya yang merupakan kelipatan dari satu
lembar saham.
59
William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffery V. Bailey, InvestasiJilid 2, Edisi Ke
Enam, alih bahasa Krishna Kamil, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia,2006), hlm. 63.
57
Rumus Deviden Discount Model adalah:60
Vo = ?
?
?? ?
Vn
dt
+
+⋯
(i + k) (i + k)
Dimana:
Vo
= Harga Saham pada tahun ke-0
dt
= Deviden yang diberikan pada akhir tahun ke-1
Vn
= Harga saham setelah tahun ke-n
k
= Ekspektasi tingkat hasil investasi yang diharapkan (risk
free rate ditambah risk premium)
∑??? ?
=Jumlah deviden dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ken yang didiskonokan.
i
= Tingkat suku bunga.
Deviden disumsikan bertumbuh dengan presentase yang sama
dengan asumsi ini maka rumusnya adalah sebgai berikut:
?
Dimana:
??
? 0(? + ? )?
=
(? + ? )
(? − ? )
g
= Tingkat pertumbuhan deviden
d0
= Deviden pada tahun 0
Vo = ?
?? ?
60
Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi
Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 67.
58
2) Earning Approach
Pendekatan ini didasarkan pada perkiraan laba per saham di masa
datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi dalam suatu
saham akan kembali.
Rumus Earning Approach adalah:
PER =
b. Analisis Teknikal
HargaPerLembarSaham
× 100%
LabaPerSaham
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan
harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data
historis seperti informasi harga dan volume. Perbedaannya dengan analisis
fundamental terletak pada faktor yang mendasari analisis tersebut. Analisis
teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan harga saham dari
waktu ke waktu, sedangkan analisis fundamental secara
top-down
mendasarkan diri pada faktor-faktor fundamental perusahaan yang
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan industri.61
Analisis teknikal banyak digunakan oleh pelaku pasar modal (BEJ)
terutama karena tersedianya data dalam Real Time Information (RTI) dan
Information Market Quote (IMO).62 Analisis teknikal mempunyai 3 (tiga)
prinsip utama, yaitu:
61
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Kanisius, 2010), hlm. 392.
62
Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Bursa Efek Edisi Kedua(
Yogyakarta: TIM YKPN, 2010), hlm. 33.
59
a) Segalanya diskontokan dan digambarkan dalam harga pasar.
b) Harga-harga bergerak
dalam
suatu kecenderungan yang terus
berlangsung.
c) Kejadian pasar selalu berulang kembali.
Dan cara terbaik untuk menggunakan analisis teknikal tergantung
kepada suatu pendekatan terhadap pasar saham tersebut.63
D. Pengukuran Kinerja Perusahaan
Pengukuran Kinerja Perusahaan adalah kegiatan yang ditujukan untuk
menilai keberhasilan pengelolaan suatu perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan pada prinsipnya adalah menilai hasil yang didapat oleh perusahaan
tersebut.64
Secara umum pengukuran ini dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu
pengukuran dari sisi kinerja keuangan perusahaan (Financial Performance) saja,
maupun kinerja dari sisi non keuangan (Non Financial Performance).
E. Kinerja Keuangan, Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan
1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.65 Pada setiap
perusahaam, kinerja suatu perusahaan berhubungan dengan analisis data
63
Ibid.
64
Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan
Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 220
65
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 239.
60
keuangan yang dipublikasikan berupa laporan keuangan dimana dalam
pembuatannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Karena laporan
keuangan merupakan laporan bersifat periodik yang isinya memuat hasil
investasi, operasi, dan pembiayaan perusahaan yang mana fokus pada
hubungan dibidang keuangan pokok yang memungkinkan dapat menilai kinerja
masa lalu dan juga memproyeksikan hasil masa depan, di mana akan
menekankan manfaat serta keterbatasan yang terkandung di dalamnya.66
2. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan adalah mengenai kondisi keuangan (Financial
Condition) yang meliputi:67
a. Laporan Utama, terdiri dari:
1. Laporan mengenai kekayaan dan kewajiban keuangan perusahaan pada
suatu saat tertentu (moment opname) atau disebut juga dengan Neraca
(Balance Sheet)
2. Laporan mengenai hasil usaha yang didapat perusahaan pada suatu
periode tertentu, atau disebut juga dengan Laporan Rugi-Laba (Income
Statemen, atau Profit and Loss Statemen)
b. Laporan Tambahan, terdiri dari:
1. Laporan Sumber dan penggunaan dana perusahaan pada periode
tertentu.
66
Erich. A Helfert, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan
Mengukur KinerjaPerusahaan Edisi Ke Delapan, alih bahasa Herman Wibowo (Jakarta: Erlangga,
1997), hlm. 67
67
Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan
Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 220
61
2. Laporan Perubahan modal Perusahaan
Selain itu juga laporan keuangan berfungsi sebagai gambaran kondisi
finansial yang mana gambaran tersebut berisikan tentang aktiva dan kewajiban
perusahaan hanya pada saat tertentu saja, ketika laporan tersebut disusun.
Penyusunan pos-pos tersebut disusun berdasarkan urutan likuiditas (untuk
aktiva) dan jangka waktu jatuh tempo (untuk pasiva). Semakin likuid pos
aktiva maka semakin didahulukan penyajiannya. Sedangkan dalam sisi pasiva,
semakin jatuh tempo suatu kewajiban (hutang), maka penyajiannya semakin
didahulukan. Namun antara sisi aktiva dan sisi pasiva (kewajiban + ekuitas)
masing-masing harus sama jumlahnya sehingga menjadi seimbang.68
Dalam menganalisis sebuah laporan keuangan tersebuat memiliki tujuan
agar dapat menilai sebuah kinerja perusahaan dari kekuatannya dan
mengoreksi kelemahan perusahaan yang nantinya berpengaruh pada harga
saham itu sendiri.69 Adapun dalam menganalisis sebuah laporan keuangan
adalah dengan menggunakan rasio keuangan.
3. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan salah satu alat yang penting dalam evaluasi
kinerja keuangan Perusahaan. Rasio ini memberikan informasi yang penting
dan strategis bagi para stakeholder perusahaan. Misalnya bagi kreditur dan
investor, bagi manajemen, bagi vendor, untuk mengetahui kemampuan
68
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Palikasi (Yogyakarta:
KANISIUS, 2010), hlm. 365-366.
69
A. M. Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004), hlm. 29.
62
likuiditas, resko keuangan dan sebagainya.70 Dan adapun beberapa jenis rasio
keuangan yang penting untuk diketahui adalah:
a. Rasio Likuiditas
Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio)
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek.
b. Rasio Solvabilitas (Laverage)
Rasio Solvabilitas atau laverage ratio, merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang.
c. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan.71
70
Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan
Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 222.
71
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 111.
63
F. Jenis Analisis dan Tahapan dalam Menganalisis Laporan Keuangan
Efektifitas penggunaan rasio keuangan sebagai dasar analisis tidak dilihat
secara terpisah-pisah, melainkan harus dilihat sebagai kesatuan dari kinerja
keungan perusahaan secara keseluruhan.72
Agar analisis rasio ini dapat lebih berhasil guna secara optimal, biasanya
dilengkapi dengan analisis horizontal maupun vertikal.
1. Analisis Horizontal
Analisis horizontal (perbandingan laporan keuangan) adalah analisis
dengan cara dengan membandingkan Neraca atau Laporan Laba Rugi beberapa
tahun terakhir secara berurutan, untuk melihat trend yang terjadi selama
periode tersebut. Analisis horizontal ini dibedakan menjadi:
a. Comparative Analysis, yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan
dengan rasio keuangan perusahaan yang sejenis.
b. Trend Analysis adalah analisis atas resio mengenai perkembangan
keuangan, individu perusahaan yang bersangkutan dari waktu ke waktu.
2. Analisis Vertikal
Analisis vertikal adalah analisis terhadap porsi dari bagian atau komponen
tertentu laporan keuangan terhadap suatu komponen atau bagian lain dari
laporan keuangan yang sama.73
72
Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi
Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 222.
73
Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi
Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 222.
64
Secara umum, terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja
keuangan, diantaranya sebagai berikut:74
a) Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
b) Melakukan perhitungan.
c) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.
d) Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan.
e) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai
masalah yang ditemukan.
G. Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini dikenal dengan nama Price Earning Ratio (PER). Rasio ini
menunjukkan beberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang
dilaporkan.75 Misalnya nilai PER 10, artinya harga saham merupakan kelipatan
dari 10 kali earnings perusahaan. Jika earnings perusahaan tahunan dan semua
dibagikan dalam bentuk deviden, maka nilai PER 10 kali menunjukkan lama
investasi pembelian saham akan kembali dalam waktu 10 tahun.76 Werner R.
Murhadi mengatakan, analis sering kali membandingkan antara PER market
dengan rata-rata PER masa lalu untuk membuat penilaian apakah nilai pasar
ersebut under value atau over value.77
74
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 239.
A. M. Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004), hlm. 37.
76
Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced, Ed.1, Cet.2 (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009). hlm. 57.
75
77
Werner R. Murhadi, Analisis Saham (Pendekatan Fundamental), (Jakarta, PT. Macana
Jaya Cemerlang, 2009). hlm. 141.
65
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
PER =
H. Current Ratio (CR)
HargaPerLembarSaham
× 100%
LabaperSaham
Merupakan rasio yang paling umum disunakan dalam menaksir risiko
hutang yang disajikan oleh neraca. Rasio ini menghubungkan aktiva lancar
terhadap kewajiban lancar untuk mencoba memperlihatkan keamanan klaim
peberi hutang jika ada kegagalan.78 Yang intinya bahwa Current Ratio
dipergunakan untuk menunjukkan likuiditas perusahaan.79 Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
CR =
AktivaLancar
× 100%
KewajibanLancar
I. Debt To Equity Eartio (DER)
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang mengukur presentase dana yang
disediakan oleh kreditur. Kreditur lebih menyukai rasio total total hutang yang
rendah karena semakin rendah rasio ini semakin besar perlindungan terhadap
kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Rasio Debt to Equity ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
DER =
78
TotalUtang
× 100%
TotalEkuitas
Harmono,Op. Cit. hlm. 57
79
Arthur J. Koewn, John R. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott Jr, Manajemen
Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Ke Sepuluh, Jilid I, alih bahasa Marcus Prihminto
Widodo (Indonesia: PT. Macana Jaya, 2008), hlm. 75.
66
J. Total Assets Turnover (TATO)
Total Assets Turnover Merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk
mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan
sumber daya yang berupa asset.80 Dimana hal tersebut, merupakan faktor penentu
dalam pengembalian pendapatan usaha atas investasi.81 Semakin tinggi rasio Total
Assets Turnover, berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam
menghasilkan penjualan.82 Rasio ini mekuru perputaran semua aktiva perusahaan
di mana rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan aktiva. Total Assets
Turnover ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
K. Return On Assets (ROA)
TATO =
Penjualan
× 100%
TotalAktiva
Rasio ini dikenal dengan nama Return On Assets atau ROA. Rasio ini
mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil
pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen
dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan
mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang
80
Yemima Anggraeni, “Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Total
Asset Turnover Terhadap Price Earning Ratio (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2010)” ( Semarang: Skripsi
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2012), hal. 15-16.
81
Arthur J. Koewn, John R. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott Jr, Manajemen
Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Ke Sepuluh, Jilid I, alih bahasa Marcus Prihminto
Widodo (Indonesia: PT. Macana Jaya, 2008), hlm. 75.
82
Lukman Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam:
Perencanaan, Pengawasan dan Pengambial Keputusan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009) hlm. 62.
67
digunakan.83 Return On Assets ini dapat digunakan sebagai indikatorprofitabilitas
perusahaan yakni pengembalian atas aset-aset pendapatan bersih dibagi dengan
total aktiva.84 ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
L. Return On Equity (ROE)
Lababersih
× 100%
TotalAktiva
Rasio ini menunjukkan keberhsilan atau kegagalan pihak manajemen
dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham
dan
menekankan
pada
hasil
pendapatan
sehubungan
dengan
jumlah
diinvestasikan.85 Return on Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba setelah pajak dengan memanfaatkan
sendiri)
total equity (modal
yang dimilikinya. Secara matematis ROE dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ROE =
LabaBersih
× 100%
TotalEkuitas
83
A. M. Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004), hlm. 37.
84
Arthur J. Koewn, John R. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott Jr, Manajemen
Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Ke Sepuluh, Jilid I, alih bahasa Marcus Prihminto
Widodo (Indonesia: PT. Macana Jaya, 2008), hlm. 80.
85
Ibid.
68
Download