49 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Sinyal (Signaling Theory) Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.43 Teori Sinyal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan. Namun dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor luar.Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak penting pada struktur modal yang optimal. Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana informasi privat yang hanya dimiliki investor-investor yang hanya mendapat informasi saja. Hal tersebut akan terlihat jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua 43 hlm. 570. Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (BPEE UGM: Yogyakarta, 2000), 50 hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap suatu kejadian yang akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham.44 Dasar dari teori ini adalah bahwa manajer dan pemegang saham tidak memiliki akses informasi perusahaan yang sama atau adanya asimetri informasi. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan para pemegang saham tidak mengetahui informasi tersebut. Akibatnya, ketika kebijakan pendanaan perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan menjadikan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, muncul pertanda atau sinyal (signaling).45 Teori ini juga mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Misalnya, tindakan suatu perusahaan menaikkan pembayaran deviden per lembar saham dapat dipandang oleh investor sebagai perusahaan memiliki keyakinan yang tinggi pada kondisi keuangan perusahaan di masa datang.46 Sehingga teori pensinyalan sangat berpengaruh bagi setiap manajer agar di dalam perusahaan dapat memiliki informasi untuk memprediksi keadaan saham yang dimiliki perusahan. 44 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba (Teori dan Model Empiris) (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 75. 45 http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JUMMA/article/view/192/187- diunduhpada tanggal 4 Juni 2014. 46 hlm. 6. Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: CV. Andi). 51 B. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Capital Asset Pricing Model (CAPM) ini merupakan suatu model yang menggunakan beta untuk menghubungkan risiko dan return secara bersama-sama. CAPM ini dikembangkan oleh William F. Sharpe dan John Lintner. Pengembangan model ini berfungsi untuk menjelaskan tingkah laku harga sekuritas dan memberikan mekanisme bagi investor untuk menilai pengaruh suatu sekuritas yang diusulkan terhadap risiko dan return folio.47 Implikasi utama model ini adalah return yang diharapkan atas asset berhubungan dengan ukuran risiko asset yang disebut beta. Model ini memberikan landasan intelektual bagi beberapa praktek dalam industri investasi.48 Fokus ini dilakukan dengan membuat asumsi tertentu mengenai lingkungan. Asumsi - asumsi ini harus sederhana mungkin agar mampu memberikan tingkat abstraksi yang diperlukan untuk menyusun model. Sebaliknya ujian atas model ini adalah kemampuannya untuk membantu seseorang memahami dan meramalkan proses yang dimodelkan itu. Sebagian asumsi yang digunakan untuk CAPM juga digunakan untuk pendekatan normatif dalam investasi. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:49 1. Investor mengevaluasi portofolio dengan melihat return yang diharapkan dan simpangan baku portofolio untuk rentang satu periode. 47 Nor Hadi, Pasar Modal “Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan Pasar Modal” Cet. 2 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 204. 48 William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffery V. Bailey, InvestasiJilid 1, Edisi Ke Enam, alih bahasa Pristina Hemastuti, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia,200), hlm. 210. 49 William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffery V. Bailey, InvestasiJilid 1, Edisi Ke Enam, alih bahasa Pristina Hemastuti, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia,200), hlm. 211. 52 2. Investor tidak pernah puas, jadi jika diberi pilihan antara dua portofolio yang simpangan bakunya identik, mereka akan memilih portofolio yang memberireturn yang diharapkan lebih tinggi. 3. Investor adalah risk averse, jadi jika diberi pilihan antara dua portofolio dengan return yang diharapkan identik, mereka memilih portofolio dengan simpangan baku yang lebih rendah. 4. Aset individual dapat dibagi tidak terbatas, artinya investor dapat membeli sebagian saham jika dia berminat. 5. Terdapat tingkat bebas risiko yang pada tingkat itu investor dapat memberi pinjaman (berinvestasi) atau meminjam uang. 6. Pajak dan biaya transaksi tidak relevan. 7. Semua investor memiliki rentang satu periode yang sama. 8. Tingkat bunga risiko sama untuk semua risiko. 9. Informasi bebas diperoleh dan tersedia secara cepat untuk semua investor. 10. Para investor memiliki ekspektasi yang homogen, artinya mereka memiliki persepsi yang sama dalam hal return yang diharapkan, simpangan baku, dankovarian komunitas. Dengan mengkaji perilaku kolektif semua investor di pasar, memungkinkan orang menyusun hubungan keseimbangan yang merupakan hasil antara tiap risiko dan return sekuritas. C. Penilaian Harga Saham Setiap pelaku pasar modal memerlukan suatu alat analisis untuk menilai suatu harga saham untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau 53 menjual suatu saham.50 Selain itukesan umum terhadap pasar modal adalah bahwa pasar modal yang tercatat di bursa dan pergerakan harga tersebut kadang-kadang menunjukkan pola pergerakan yang tidak dapat dipahami atau sulit dijelaskan.51 Untuk menjelaskan penilaian sebuah investasi dalam bentuk saham di antaranya, yaitu: 1. The Firm Foundation Theory The Firm Foundation Theory dinyatakan bahwa setiap instrument investasi mempunyai nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui analisis terhadap kondisi pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Dengan kata lain investasi sperti ini semata-mata merupakan hal memperbandingkan harga pasar suatu asset terhadap nilai intrinsiknya. Sehingga dalam konteks ini nilai intrinsik yang dimaksud adalah sama dengan nilai sekarang (present value) dari seluruh aliran penerimaan deviden yang akan diterima dalam periode-periode yang akan datang.52 Teori ini berdasarkan pada pendekatan penerimaan deviden, dimana semakin besar penerimaan deviden saat inidan prospek pertumbuhan nya di masa yang akan datang, maka akan semakin besar nilai sahamnya. Teori ini biasa disebut teori analisisfundamental.53 50 Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Bursa Efek Edisi Kedua( Yogyakarta: STIM YKPN, 2010), hlm. 29. 51 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 65. 52 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 65. 53 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 66. 54 2. The Castle in Air Theory Teori ini memusatkan perhatian pada nilai psikologi. Pengikut teori ini lebih menekankan pada pendekatan tingkah laku investor di masa yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa yang lalu dan bukannya pada nilai intrinsik saham itu sendiri.54 Teori ini biasa disebut dengan teori analisis teknikal. a. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan salah satu cara yang lazim digunakan oleh para pemodal untuk menilai saham. Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya akan menjadi milik investor apakahsehat atau tidak, ataukah menguntungkan atau tidak dan sebagainya.55 Analisis fundamental digunakan untuk menghitung nilai intrinsik suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Nilai suatu saham dalam analisis fundamental ada tiga yaitu: nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik.56 Nilai buku dicatat pada saat sham dijual ketika IPO. Nilai pasar terjadi pada saat saham telah beredar di bursa efek. Sedangkan nilai 54 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 70. 55 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, ( Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 90. 56 Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Bursa Efek Edisi Kedua( Yogyakarta: STIM YKPN, 2010), hlm. 21. 55 intrinsik merupakan nilai senyatanya per lembar saham. Antara nilai saham dengan nilai intrinsik belum tentu berbanding lurus. Ketika harga saham lebih tinggi dari nilai intrinsik, itu menunjukkan bahwa saham memiliki harga tinggi yang baik untuk dijual (over valued). Dan bila harga saham labih rendah dari nilai intrinsik, maka harga saham melemah (under valued). Dalam melakukan analisis penilian saham, investor dapat melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas yang bersangkutan.57 Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang di mana alokasi investasi akan dilakukan (dalam negeri dan atau luar negeri), serta dalam bentuk apa investasi tersebut dilakukan (saham, obligasi, kas properti, dan lainnya). Tahap berikutnya yaitu analisis industri, meliputi analisis berdasarkan hasil analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri mana saja yang akan dipilih (tentu saja yang berprospek baik dan menguntungkan). Tahap yang terakhir yaitu analisis perusahaan yang bertujuan untuk menentukan perusahaan-perusahaan atau saham mana saja yang menguntungkan sehingga layak dijadikan pilihan investasi.58 57 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 338. 58 Ibid, hlm. 339. 56 Adapun beberapa analisis fundamental dalam menaksir nilai saham diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Deviden Approach Pada Deviden Approach ini dapat digunakan formula sebagai berikut: a. Deviden Yield Approach Pendekatan ini didasarkan pada perkiraan deviden yang akan dibayarkan untuk satu tahun,dan hasilnya dibandingkan dengan tingkat bunga umumnya di pasar (Risk Free Rate). Rumus Deviden Yield Approach adalah: DevidenYield = b. Deviden Discount Model DevidenPerShare SharePrice Deviden Discount Model merupakan model penialaian yang berfokus pada penentuan nilai sebenarnya atau nilai intrinsik suatu saham pada perusahaan tertentu, meskipun mempertimbangkan akan dilakukan pembelian yang lebih besar jumlahnya.59 Hak ini dilakukan atas dasar asumsi penbelian yang lebih besar jumlahnya dapat dilakukan pada biaya yang merupakan kelipatan dari satu lembar saham. 59 William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffery V. Bailey, InvestasiJilid 2, Edisi Ke Enam, alih bahasa Krishna Kamil, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia,2006), hlm. 63. 57 Rumus Deviden Discount Model adalah:60 Vo = ? ? ?? ? Vn dt + +⋯ (i + k) (i + k) Dimana: Vo = Harga Saham pada tahun ke-0 dt = Deviden yang diberikan pada akhir tahun ke-1 Vn = Harga saham setelah tahun ke-n k = Ekspektasi tingkat hasil investasi yang diharapkan (risk free rate ditambah risk premium) ∑??? ? =Jumlah deviden dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ken yang didiskonokan. i = Tingkat suku bunga. Deviden disumsikan bertumbuh dengan presentase yang sama dengan asumsi ini maka rumusnya adalah sebgai berikut: ? Dimana: ?? ? 0(? + ? )? = (? + ? ) (? − ? ) g = Tingkat pertumbuhan deviden d0 = Deviden pada tahun 0 Vo = ? ?? ? 60 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Cet 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 67. 58 2) Earning Approach Pendekatan ini didasarkan pada perkiraan laba per saham di masa datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi dalam suatu saham akan kembali. Rumus Earning Approach adalah: PER = b. Analisis Teknikal HargaPerLembarSaham × 100% LabaPerSaham Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data historis seperti informasi harga dan volume. Perbedaannya dengan analisis fundamental terletak pada faktor yang mendasari analisis tersebut. Analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu, sedangkan analisis fundamental secara top-down mendasarkan diri pada faktor-faktor fundamental perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan industri.61 Analisis teknikal banyak digunakan oleh pelaku pasar modal (BEJ) terutama karena tersedianya data dalam Real Time Information (RTI) dan Information Market Quote (IMO).62 Analisis teknikal mempunyai 3 (tiga) prinsip utama, yaitu: 61 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 392. 62 Djoko Susanto dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Bursa Efek Edisi Kedua( Yogyakarta: TIM YKPN, 2010), hlm. 33. 59 a) Segalanya diskontokan dan digambarkan dalam harga pasar. b) Harga-harga bergerak dalam suatu kecenderungan yang terus berlangsung. c) Kejadian pasar selalu berulang kembali. Dan cara terbaik untuk menggunakan analisis teknikal tergantung kepada suatu pendekatan terhadap pasar saham tersebut.63 D. Pengukuran Kinerja Perusahaan Pengukuran Kinerja Perusahaan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menilai keberhasilan pengelolaan suatu perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan pada prinsipnya adalah menilai hasil yang didapat oleh perusahaan tersebut.64 Secara umum pengukuran ini dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu pengukuran dari sisi kinerja keuangan perusahaan (Financial Performance) saja, maupun kinerja dari sisi non keuangan (Non Financial Performance). E. Kinerja Keuangan, Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan 1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.65 Pada setiap perusahaam, kinerja suatu perusahaan berhubungan dengan analisis data 63 Ibid. 64 Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 220 65 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 239. 60 keuangan yang dipublikasikan berupa laporan keuangan dimana dalam pembuatannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Karena laporan keuangan merupakan laporan bersifat periodik yang isinya memuat hasil investasi, operasi, dan pembiayaan perusahaan yang mana fokus pada hubungan dibidang keuangan pokok yang memungkinkan dapat menilai kinerja masa lalu dan juga memproyeksikan hasil masa depan, di mana akan menekankan manfaat serta keterbatasan yang terkandung di dalamnya.66 2. Laporan Keuangan Laporan Keuangan adalah mengenai kondisi keuangan (Financial Condition) yang meliputi:67 a. Laporan Utama, terdiri dari: 1. Laporan mengenai kekayaan dan kewajiban keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu (moment opname) atau disebut juga dengan Neraca (Balance Sheet) 2. Laporan mengenai hasil usaha yang didapat perusahaan pada suatu periode tertentu, atau disebut juga dengan Laporan Rugi-Laba (Income Statemen, atau Profit and Loss Statemen) b. Laporan Tambahan, terdiri dari: 1. Laporan Sumber dan penggunaan dana perusahaan pada periode tertentu. 66 Erich. A Helfert, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur KinerjaPerusahaan Edisi Ke Delapan, alih bahasa Herman Wibowo (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 67 67 Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 220 61 2. Laporan Perubahan modal Perusahaan Selain itu juga laporan keuangan berfungsi sebagai gambaran kondisi finansial yang mana gambaran tersebut berisikan tentang aktiva dan kewajiban perusahaan hanya pada saat tertentu saja, ketika laporan tersebut disusun. Penyusunan pos-pos tersebut disusun berdasarkan urutan likuiditas (untuk aktiva) dan jangka waktu jatuh tempo (untuk pasiva). Semakin likuid pos aktiva maka semakin didahulukan penyajiannya. Sedangkan dalam sisi pasiva, semakin jatuh tempo suatu kewajiban (hutang), maka penyajiannya semakin didahulukan. Namun antara sisi aktiva dan sisi pasiva (kewajiban + ekuitas) masing-masing harus sama jumlahnya sehingga menjadi seimbang.68 Dalam menganalisis sebuah laporan keuangan tersebuat memiliki tujuan agar dapat menilai sebuah kinerja perusahaan dari kekuatannya dan mengoreksi kelemahan perusahaan yang nantinya berpengaruh pada harga saham itu sendiri.69 Adapun dalam menganalisis sebuah laporan keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan. 3. Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan salah satu alat yang penting dalam evaluasi kinerja keuangan Perusahaan. Rasio ini memberikan informasi yang penting dan strategis bagi para stakeholder perusahaan. Misalnya bagi kreditur dan investor, bagi manajemen, bagi vendor, untuk mengetahui kemampuan 68 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Palikasi (Yogyakarta: KANISIUS, 2010), hlm. 365-366. 69 A. M. Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 29. 62 likuiditas, resko keuangan dan sebagainya.70 Dan adapun beberapa jenis rasio keuangan yang penting untuk diketahui adalah: a. Rasio Likuiditas Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. b. Rasio Solvabilitas (Laverage) Rasio Solvabilitas atau laverage ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. c. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. d. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.71 70 Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 222. 71 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 111. 63 F. Jenis Analisis dan Tahapan dalam Menganalisis Laporan Keuangan Efektifitas penggunaan rasio keuangan sebagai dasar analisis tidak dilihat secara terpisah-pisah, melainkan harus dilihat sebagai kesatuan dari kinerja keungan perusahaan secara keseluruhan.72 Agar analisis rasio ini dapat lebih berhasil guna secara optimal, biasanya dilengkapi dengan analisis horizontal maupun vertikal. 1. Analisis Horizontal Analisis horizontal (perbandingan laporan keuangan) adalah analisis dengan cara dengan membandingkan Neraca atau Laporan Laba Rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan, untuk melihat trend yang terjadi selama periode tersebut. Analisis horizontal ini dibedakan menjadi: a. Comparative Analysis, yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan perusahaan yang sejenis. b. Trend Analysis adalah analisis atas resio mengenai perkembangan keuangan, individu perusahaan yang bersangkutan dari waktu ke waktu. 2. Analisis Vertikal Analisis vertikal adalah analisis terhadap porsi dari bagian atau komponen tertentu laporan keuangan terhadap suatu komponen atau bagian lain dari laporan keuangan yang sama.73 72 Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 222. 73 Henry Faizal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Cet 1(Jakarta: Permata Puri Media, 2009), hlm. 222. 64 Secara umum, terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan, diantaranya sebagai berikut:74 a) Melakukan review terhadap data laporan keuangan. b) Melakukan perhitungan. c) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. d) Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. e) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai masalah yang ditemukan. G. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini dikenal dengan nama Price Earning Ratio (PER). Rasio ini menunjukkan beberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang dilaporkan.75 Misalnya nilai PER 10, artinya harga saham merupakan kelipatan dari 10 kali earnings perusahaan. Jika earnings perusahaan tahunan dan semua dibagikan dalam bentuk deviden, maka nilai PER 10 kali menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali dalam waktu 10 tahun.76 Werner R. Murhadi mengatakan, analis sering kali membandingkan antara PER market dengan rata-rata PER masa lalu untuk membuat penilaian apakah nilai pasar ersebut under value atau over value.77 74 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 239. A. M. Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 37. 76 Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced, Ed.1, Cet.2 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009). hlm. 57. 75 77 Werner R. Murhadi, Analisis Saham (Pendekatan Fundamental), (Jakarta, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2009). hlm. 141. 65 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: PER = H. Current Ratio (CR) HargaPerLembarSaham × 100% LabaperSaham Merupakan rasio yang paling umum disunakan dalam menaksir risiko hutang yang disajikan oleh neraca. Rasio ini menghubungkan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba memperlihatkan keamanan klaim peberi hutang jika ada kegagalan.78 Yang intinya bahwa Current Ratio dipergunakan untuk menunjukkan likuiditas perusahaan.79 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: CR = AktivaLancar × 100% KewajibanLancar I. Debt To Equity Eartio (DER) Debt to Equity Ratio adalah rasio yang mengukur presentase dana yang disediakan oleh kreditur. Kreditur lebih menyukai rasio total total hutang yang rendah karena semakin rendah rasio ini semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Rasio Debt to Equity ini dapat dirumuskan sebagai berikut: DER = 78 TotalUtang × 100% TotalEkuitas Harmono,Op. Cit. hlm. 57 79 Arthur J. Koewn, John R. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott Jr, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Ke Sepuluh, Jilid I, alih bahasa Marcus Prihminto Widodo (Indonesia: PT. Macana Jaya, 2008), hlm. 75. 66 J. Total Assets Turnover (TATO) Total Assets Turnover Merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang berupa asset.80 Dimana hal tersebut, merupakan faktor penentu dalam pengembalian pendapatan usaha atas investasi.81 Semakin tinggi rasio Total Assets Turnover, berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan.82 Rasio ini mekuru perputaran semua aktiva perusahaan di mana rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan aktiva. Total Assets Turnover ini dapat dirumuskan sebagai berikut: K. Return On Assets (ROA) TATO = Penjualan × 100% TotalAktiva Rasio ini dikenal dengan nama Return On Assets atau ROA. Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang 80 Yemima Anggraeni, “Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Total Asset Turnover Terhadap Price Earning Ratio (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2010)” ( Semarang: Skripsi Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2012), hal. 15-16. 81 Arthur J. Koewn, John R. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott Jr, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Ke Sepuluh, Jilid I, alih bahasa Marcus Prihminto Widodo (Indonesia: PT. Macana Jaya, 2008), hlm. 75. 82 Lukman Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan dan Pengambial Keputusan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009) hlm. 62. 67 digunakan.83 Return On Assets ini dapat digunakan sebagai indikatorprofitabilitas perusahaan yakni pengembalian atas aset-aset pendapatan bersih dibagi dengan total aktiva.84 ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = L. Return On Equity (ROE) Lababersih × 100% TotalAktiva Rasio ini menunjukkan keberhsilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah diinvestasikan.85 Return on Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dengan memanfaatkan sendiri) total equity (modal yang dimilikinya. Secara matematis ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE = LabaBersih × 100% TotalEkuitas 83 A. M. Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 37. 84 Arthur J. Koewn, John R. Martin, J. William Petty, dan David F. Scott Jr, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Ke Sepuluh, Jilid I, alih bahasa Marcus Prihminto Widodo (Indonesia: PT. Macana Jaya, 2008), hlm. 80. 85 Ibid. 68