2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari adanya proses manajemen. Aktivitas manajemen pada setiap lembaga atau organisasi yang pada umumnya berkaitan dengan usaha mengembangkan suatu tim kerja atau kelompok orang dalam satu kesatuan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu dalam organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Alam. S (2006:127) manajemen dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu: • Manajemen ditinjau dari segi seni (art), manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. • Manajemen dari segi ilmu pengetahuan, manajemen adalah bidang pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan. • Manajemen dari segi proses, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lain untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis mengambil kesimpilan bahwa manajemen adalah proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penempatan (stafing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling) dalam kegiatan bisnis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan 37 Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus mengetahui bagaimana mengelola segala unsur dan segi keuangan, hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Sebab itu, seorang manajer keuangan harus mampu mengetahui segala aktivitas manajemen keuangan, khususnya penganalisisan sumber dana dan penggunaannya untuk merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut. Menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2006:145) “Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah”. Sedangkan menurut Keown, Martin, petty, dan Scott (2005:4) menjelaskan, “Financial management is concerned with the maintenance and creation of economic value or wealth”. Artinya manajemen keuangan menitikberatkan pada pengelolaan dan penciptaan nilai ekonomi atau untuk menciptakan kemakmuran. Karena menurutnya tujuan didirikan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan (value of firm). Untuk mencapai tujuannya, perusahaan harus melakukan segala aktivitasnya dengan efektif dan efisien agar dapat menghasilkan laba maksimal yang tentunya diharapkan dapat pula memaksimulkan kemakmuran para investornya. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen keuangan merupakan seluruh aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam memaksimalkan nilai perusahaan. 2.2.2 Fungsi Manajemen keuangan 38 Untuk mengetahui tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsi keuangan dengan baik. Ruang lingkup manajemen manajemen keuangan menurut Mardianto (2008:2-3) mencangkup tiga hal utama, yaitu: 1. Keputusan Keuangan (Financial Decisions) Semua keputusan manajerial yang dilakukan untuk mencari dana. Keputusan itu tercermin pada sisi kanan neraca, yang mengungkapkan seberapa besar proporsi utang dan ekuitas suatu perusahaan. 2. Keputusan Investasi (Investment Decisions) Segala keputusan manajerial yang dilakukan untuk mengalokasikan dana pada berbagai macam aktiva. Boleh juga dikatakan bahwa keputusan investasi adalah keputusan bisnis, di luar keputusan keuangan. Keputusan itu tercermin pada sisi kiri neraca, yang mengungkapkan seberapa besar aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lainnya yang dimiliki perusahaan. 3. Keputusan Dividen (Dividend Decisions) Seluruh kebijakan manajerial yang dilakukan untuk menetapkan berapa laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa laba bersih yang tetap ditahan (retained earning) untuk cadangan investasi tahun depan. Kebijakan itu akan tercermin pada besarnya perbandingan laba yang dibayarkan terhadap dividen bersih (dividen payout). 2.2.3 Tujuan Manajem Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu dalam mencapi tujuan tersebut. Tujuan manajemen keuangan menurut Irawati (2006:4) “Tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expense atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan 39 perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion”. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual, maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin. Seorang manajer juga harus mampu menekan arus peredaran uang agar terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan. 2.3 Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: ”Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Menurut Eduardus Tandelilin (2010:26) mendefinisikan pasar modal sebagai berikut: “Pasar modal adalah petemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.” Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah suatu tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli didalam kegiatan jual beli dana jangka panjang baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, dan berfungsi sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan alternatif untuk melakukan investasi bagi investor maupun masyarakat. 40 2.3.4 Jenis-jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Eduardus Tandelilin (2010:28) ada beberapa macam, yaitu: 1. Pasar perdana, yaitu tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Harga pasar di pasar ini ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go-public 2. Pasar sekunder, yaitu tempat perdagangan atau jual beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana. Harga pasar di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang dipengaruhi faktor dari emiten. 3. Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. 4. Pasar keempat adalah sarana transaksi jual beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk atas pembawa. 2.3.5 Instrumen Di Pasar Modal Menurut “Panduan Bursa Efek Indonesia” mengenai instrumen pasar modal yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia, antara lain: 1. Saham Biasa (common stock) Merupakan bukti kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan. Keuntungan yang dimilki oleh pemilik saham berasal dari deviden dan kenaikan harga saham (capital gain). Pemilik saham biasa memiliki hak memilih dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) untuk keputusan-keputusan yang memerlukan pemungutan suara, seperti pembagian deviden, pengangkatan direksi, komisaris,dsb. 41 2. Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen adalah saham istimewa, yaitu pemilik akan menerima sejumlah deviden dengan jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak pilih dalam RUPS. 3. Obligasi (bond) Obligasi yaitu surat berharga yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (pemodal atau investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Obligasi dapat diartikan juga sebagai surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah. Obligasi tersebut membayarkan bunga yang ditunjukkan oleh coupon rate yang tercantum pada obligasi tersebut. 4. Obligasi Konversi Obligasi konversi hampir sama dengan obligasi biasa, yaitu mempunyai coupon rate, memiliki waktu jatuh tempo, dan punya nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu dapat dikonversi (tukar) menjadi saham biasa sesuai persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Right Issue Merupakan produk turunan (derifative) dari saham. Right Issue merupakan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten. Biasanya hak ini diberikan kepada pemegang harga saham lama ketika dilakukan penawaran umum terbatas. 6. Reksadana (mutual fund) Adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (disebut juga manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. 7. Waran Merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan yang menerbitkan waran tersebut, dengan harga tertentu, dan pada waktu tertentu. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun, 42 setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham, maupun waran dapat diperdagangkan terpisah. 2.4 Laporan keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang penting akan dicatat, diklasifikasikan, diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Laporan keuangan menunjukan data kuantitatif dari harta, modal, hutang, pendapatan, dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan. Seperti yang dijelaskan oleh Arif Sugiyono dan Eddy Untung (2008:3) bahwa, “Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan”. Menurut Sutrisno (2009:9) “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni (1) Neraca dan (2) laporan laba-rugi”. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dari kutipan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang menjadi salah satu informasi penting yang digunakan oleh para pengelola organisasi dalam pengembalian keputusan ekonomi di masa yang akan datang. 2.4.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mecari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis laporan keuangan. 43 Sugiyarso dan Winarni (2005:1) juga menjelaskan jenis-jenis laporan keuangan sebagai berikut: 1. Neraca Salah satu tujuan laporan keuangan adalah untuk membantu investor, kreditur dan pihak-pihak lain menaksir besar, waktu, serta ketidakpastian aliran kas suatu perusahaan. Tujuan yang lebih spesifik adalah untuk memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, dan modal sendiri suatu perusahaan. Informasi tersebut diringkas dalam bentuk neraca. Neraca meringkas posisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi meringkas hasil kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan ini sering dipandang sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan. Kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencangkup aktivitas rutin atau operasional di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang muncul. 3. Laporan Aliran Kas Tujuan laporan aliran kas adalah untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu selain itu laporan aliran kas juga memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan dan operasional perusahaan selama periode tertentu. 4. Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan Yang memuat tentang saldo awal dan akhir laba ditahan dalam neraca untuk menunjukan suatu analisa perubahan besarnya laba dalam jangka waktu tertentu. 2.4.3 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Bahwa pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sehingga laporan keuangan memegang peranan 44 yang luas dan mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keuptusan. Menurut Ross, Westerfield, Jordan (2008:101-102) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah: 1. Internal : Informasi keuangan memliki beragam kegunaan dalam perusahaan dan yang terpenting diantaranya adalah evaluasi kinerja serta perencanaan untuk masa depan. Laporan keuangan bersifat historis, berguna dalam membuat proyeksi tentang masa depan dan memeriksa kewajaran asumsiasumsi yang dibuat dalam proyeksi tersebut. 2. Eksternal : Laporan keuangan bermanfaat bagi pihak-pihak di luar perusahaan, termaksud kreditur jangka panjang, jangka pendek, serta investor. Bagi pemasok, mereka akan meninjau laporan keuangan untuk memutuskan memberi fasilitas kredit. Pelanggan-pelanggan besar menggunakan informasi laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan di masa depan. Badanbadan pemberi kredit mengandalkan laporan keuangan dalam menilai kelayakan kredit sebuah perusahaan secara keseluruhan. Informasi laporan keuangan ini juga dapat digunakan dalam mengevaluasi pesaing, serta mengidentifikasi kekuatan perusahaan-perusahaan lain sebelum memutuskan untuk berkerjasama. 2.5 Analisis Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Dalam pengambilan keputusan keuangan, manajer keuangan terlebih dahulu harus mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan maka perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Menurut Ross, Westerfield, Jordan (2008:101), analisis laporan keuangan adalah: “Analisis laporan keuangan merupakan suatu aplikasi dari manajemen berdasarkan pengecualian (management by exception)”. 45 Dari pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis laporan keuangan merupakan faktor yang sangat penting bagi investor untuk pengambilan keputusan dalam melakukan investasi sehingga investor dapat memilih investasi yang menguntungkan di masa yang akan datang. 2.5.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan Teknik analisis laporan keuangan menurut Husnan Suad (2006:57) dijelakan sebagai berikut: 1. Trend Analysis Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analisis ini biasanya disebut dengan grafik. 2. Common Size Financial Statement Metode ini adalah metode yang menyajikan analisis laporan keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi ini biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai penting, misanya asset untuk neraca atau penjualan untuk laba rugi. 3. Metode Indeks Time Series Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkoversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak dari tahun dasar ini maka dibuat indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah perkembangan angka-angka laporan keuangan tersebut pada periode lain. 4. Rasio Laporan Keuangan Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lainnya yang memiliki nilai signifikan (berarti). Adapun jenis-jenis laporan keuangan sebagai berikut: • Rasio Likuiditas, menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan kebutuhan jangka pendeknya • Rasio Solvabilitas, kemampuan perusahaan memenuhi atau menyelesaikan kebutuhan jangka panjang. 46 • Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas, kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui resorsis yang ada, penjualan, kas, assets, dan modal. • Rasio Leverage, mengetahui posisi utang perusahaan terhadap modal maupun aset. • Rasio Aktiviti, Mengetahui aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam penjualan dan kegiatan lainnya. • Rasio Produktivitas, mengetahui produktivitas unit yang dinilai. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas dan Dana Analisis sumber dan penggunaan kas dan dana dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan dan dilihat mutasinya. Teknis analisis apapun yang dilakukan ini semua adalah permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk mengalisis laporan keuangan, dan setiap teknik analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat data agar lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. 2.5.3 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analaisis laporan keuangan dengan menggunakan data historis akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa mendatang merupakan hal terpenting dari analisis laporan keuangan. Investor akan dapat menjamin tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Sedangkan dari sudut manajemen analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang. Arif Sugiyono dan Eddy Untung (2008:11) menjelaskan mengenai tujuan dari suatu analisis laporan keuangan, yaitu: 1. Screening (sarana informasi), analisa dilakukan hanya berdasarkan laporan keuangan saja. Dengan demikian seorang analis tidak perlu turun langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi perusahaan yang dianalisa. 47 2. Understanding (pemahaman), analisa dilakukan dengan cara memahami perusahaan, kondisi keuangannya dan bidang usahanya serta hasil dari usahanya. 3. Forecasting (peramalan), analisa juga dapat digunakan untuk meramalkan perusahaan di masa yang akan datang. 4. Diagnosis (diagnosa), analisa memungkinkan untuk melihat kemungkinan terdapatnya masalah baik dalam manajmen maupun masalah lain dalam perusahaan. 5. Evaluation (evaluasi), analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi kinerja perusahaan serta manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan maupun efisiensi. 2.6 Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan 2.6.1 Pengertian Rasio Keuangan Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang analis memerlukan adanya yardstick atau ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis adalah rasio. Rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Menurut Kuswadi (2008:2) “Analisis rasio adalah perhitungan-perhitungan cara menganalisis perbandingan atas dengan data menggunakan kuantitatif yang ditunjukan dalam Neraca atau laporan Laba-rugi perusahaan”. Artinya, analisis rasio melibatkan metode menghitung dan mengintepretasikan rasio keuangan untuk menganalisis dan memantau kinerja perusahaan. Menurut Gitman (2006:48) “Ratio analysis is involved method of calculating and interpreting financial ratio to analyze and minitor the firm’s performance”. Artinya, analisis rasio merupakan metode yang menggunakan perhitungan dan penafsiran dari rasio keuangan untuk menganalisa dan mengawasi pertumbuhan perusahaan. 48 Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio keuangan merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis data keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan tersebut. 2.6.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Terdapat banyak jenis rasio keuangan. Karena rasio dibuat berdasarkan kebutuhan analisis dalam memahami kinerja keuangan perusahaan. Menurut Irawati (2006:25) ada dua jenis rasio keuangan, yaitu : 1. Ditinjau dari Sumber Data a. Financial Analysis Ratio Merupakan rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari elemenelemen neraca. Misalnya current assets ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio. b. Operating Analysis Ratio Merupakan rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan rugi-laba, misalnya gross profit margin dan sebagainya. c. Operating Financial Analysis Ratio Merupakan rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan rugi-laba, misalnya assets turnover, inventory turnover, dan lain-lain. 2. Ditinjau dari tujuan atau Informasi Kondisi Keuangan a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b. Rasio Leverage (Leverage Ratio) Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa jauh perusahaan menggunakan hutangnuya jangka panjang. 49 c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. e. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar sampi melebihi biaya modalnya. 2.7 Penilaian Kinerja 2.7.1 Pengertian Penialaian Kinerja Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Kinerja dapat digunakan menejemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai efektifitas suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja keuangan itu sendiri adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Menurut Haruman, Ariyanti, dan Sari (2004:96) “Kinerja dinyatakan dengan rentabilitas yang dipengaruhi oleh jumlah laba dan aktiva serta modal yang dimilki”. Menurut Sugiyarso (2005:111) “Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, maupun tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual”. 50 Sehingga penilaian kinerja perusahaan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. Jadi penilaian kinerja merupakan suatu usaha formal yang dilaksanakan manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah dilaksanakan, lalu dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.7.2 Pengukuran Penilaian Kinerja Penialaian kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Selain itu, melalaui pengukuran kinerja perusahaan juga dapat memilih strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan perusahaan. Terdapat tiga ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu: 1. Kriteria Tunggal (Single Criteria) Mengukur kinerja karyawan, dimana orang akan memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut, dengan akibat akan diabaikanya kriteria lain yang mungkin sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan. 2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria) Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjannya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja. 3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria) Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer setelah memperhitungkan bobot beragam kinerja masing-masing. 2.8 Rasio Profitabilitas 2.8.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Dengan 51 demikian, investor akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini, misalnya bagi para pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Menurut Gitman (2006:59) rasio profitabilitas adalah: “These measure anable the analyst to evaluate the firm’s profit with respect to a given level of sales, a certain level of assets, or the owners investment”. Artinya rasio yang memungkinkan analis untuk menilai tingkat keuntungan perusahaan dari penjualan, tingkat aktiva tertentu, atau investasi pemilik perusahaan. Menurut Riyanto (2008:35) “Profitabilitas merupakan rentabilitas suatu perusahaan yang menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut”. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabiltas merupakan rasio yang yang menggambarkan tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan). Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut dalam menggunakan aktivanya. 2.8.3 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas Menurut Irham (2011:68-69), rasio profitabilitas secara umum ada empat, yaitu : 1. Gross Profit Margin Merupakan rasio yang mengukur seberapa besar laba yang tersisa dari setiap pejualan setelah dikurangi harga pokok penjualan terhadap penjualan. Rumus dari rasio ini adalah: 52 2. Net Profit Margin Rasio ini mengukur seberapa banyak laba yang tersisa setelah dikurangi semua biaya. Biaya ini adalah semua biaya operasional, biaya bunga, biaya pajak, dan dividen. Rumus dari rasio ini adalah: 3. Return On Investment Merupakan rasio yang mengukur seberapa besar pendapatan yang dihasilkan dari setiap aktiva yang digunakan. Rasio ini menggambarkan sebarapa efektifkan perusahaan menggunakan asetnya. Semakin tinggi nilai rasio ini berarti menunjukan manajemen menggunakan asetnya dengan efektif untuk menghasilkan keuntungan.Rumus dari rasio ini adalah: 4. Return On Equity Merupakan rasio yang mengukur kontribusi pendapatan perusahaan terhadap para pemilik saham biasa. Semakin tinggi nilai rasio ini berarti menunjukan efektifitas manajemen dalam menghasilkan pendapatan atau keuntungan bagi para pemilik modal perusahaan. Rumus dari rasio ini adalah: 2.9 Return On Equity (ROE) 2.9.1 Pengertian Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan oleh pemegang 53 saham atau investor yang dapat dihitung dengan membagi laba setelah pajak atau net income after tax terhadap modal sendiri yang berasal dari setoran modal pemilik. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahgaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Sutrisno (2009:223) “Return On Equity (ROE) atau sering disebut dengan rate of return on net worth merupakan kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimilikinya, sehingga ROE ini ada yang menyebutkan sebagai rentabilitas modal sendiri”. 2.9.2 Pengukuran Return On Equity (ROE) Menurut Sutrisno (2009:223), Return On Equity (ROE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham. Laba yang digunakan dalam menganalisis kinerja tersebut adalah laba bersih dipotong pajak dan bunga atau EAT. Rasio ini sangat umum digunakan oleh investor karena rasio ini merefleksikan kemungkinan tingkat laba yang diperoleh pemegang saham, karena pemegang saham berarti pemilik dari perusahaan. Dengan demikian Return On Equity yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Kondisi perusahaan yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi, sehingga kemungkinan menghasilkan tingkat pengembalian yang besar. 2.10 Return On Investment (ROI) 2.10.1 Pengertian Return On Investment (ROI) Analisis ROI dalam analisis keuangan merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh (comprehensive). ROI mengukur efektifitas dan efisiensi 54 perusahaan dengan keseluruhan dana atau sumber dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam proses memperoleh laba. Menurut Irawati (2006:63) “ROI yaitu suatu cara untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan”. 2.10.2 Pengukuran Return On Investment (ROI) Menurut Sutrisno (2009:223), Return On Investment (ROI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Dengan demikian rasio ini menghubungkan laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari kegiatan perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Selain itu, ROI merupakan ukuran penggunaan seluruh dana yang ada pada perusahaan dalam menghasilkan laba. 2.11 Net Profit Margin (NPM) 2.11.1 Pengertian Net Profit Margin (NPM) Net profit marngin merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. NPM atau sales margin digunakan untuk melihat berapa perbandingan laba yang dihasilkan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan. Apabila NPM perusahaan besar maka menunjukan bahwa perusahaan berkinerja dengan baik, karena dapat mengahasilkan laba bersih yang besar melalui aktivitas penjualannya, sehingga digunakan investor dalam mengambil saham apakah membeli saham emiten tersebut. 55 Menurut Gitman (2006:61) Net Profit Margin adalah: “Measure the percentage of each sales dollar remaining after all costs and expenses, including interest, taxes, and preferend stock dividends, have been deducted. The higher the firm’s net profit margin, the better”. Artinya, Net profit margin mengukur persentase dari setiap dolar penjualan yang tersisa setelah semua biaya dan pengeluaran, termaksud bunga, pajak, dan dividen saham preferen yang telah dikuasai. Semakin tinggi rasio laba bersih penjualan perusahaan akan semakin baik. Berdasarkan pengertian di atas, maka rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Disamping itu juga rasio ini bermanfaat untuk pengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. 2.11.2 Pengukuran Net Profit Margin (NPM) Salah satu indikator keberhasilan perusahaan adalah kemampuan mencetak laba secara efisien, yaitu bahwa manajer perusahaan tersebut mampu membukukan pendapatan dan sales yang signifikan, dan dalam waktu yang sama manajer mampu meminimalisir biaya-biaya. Mengingat laba selisih antara pendapatan dan biaya, maka ukuran efisisensi dapat dilihat dengan membandingkan (rasio) antara laba terhadap pendapatan. Tingginya NPM menyiratkan keahlian manajer menyetak laba dengan menimimalisir biaya-biaya. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya, semakin besar pula keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. 56 2.12 Saham 2.12.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu dari instrumen pasar modal yang paling banyak diperjualbelikan. Selain itu juga dikemukakan bahwa wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Tatang Ary Gumanti (2011:26) mendefinisikan saham sebagai berikut: “Ekuitas perusahaan mewakili kepemilikan dalam suatu badan usaha, dimana jika ekuitas tersebut merupakan kepemilikan gabungan dalam suatu perusahaan atas sejumlah investor.” Menurut Hin (2008:15) “Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seorang atau badan terhadap suatu perusahaan”. Menurut Andy Porman (2008:1) “Saham adalah bukti pernyertaan modal pada sebuah perusahaan”. Dengan demikian saham merupakan surat berharga yang menujukan kepemilikan perusahaan sehingga pemilik perusahaan memiliki klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya, termaksud hak laim atas aset perusahaan, dengan perioritas hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Bagi emiten, dana yang diterima dari hasil penjualan sahamnya bersifat permanen. Sedangkan bagi investor, saham bukan merupakan penanaman modal yang tetap karena sewaktuwaktu dapat menjual kembali sahamnya kepada investor lain. Keuntungan yang diperoleh dari berinvestasi saham, yaitu: 1. Dividen Dengan memiliki saham suatu perusahaan, baik perusahaan yang tercatat di BEI (emiten) maupun tidak tercatat di BEI (non-emiten), investor biasanya akan mendapatkan dividen. Dividen diartikan sebagai sejumlah pengembalian (return) bagi pemegang saham yang didasarkan pada proporsi kepemilikan atas seluruh saham perusahaan yang diterbitkan, tentunya dividen diberikan perusahaan apabila perusahaan bersangutan membukukan keuntungan. 57 2. Capital Gain Capital Gain adalah keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai saham yang lebih tinggi dari nilai beli saham. Biasanya, untuk merealisasikan keuntungan tersebut, para investor berusaha membeli saham ketika harga sedang turun (rendah) dan menjual ketika harga sedang naik (tinggi). 3. Bisa Dijaminkan Saham juga bisa dijaminkan ke bank sebagai agunan untuk memperoleh kredit. Namun, biasanya saham hanya dianggap sebagai agunan tambahan oleh bank, atau tidak bisa berdiri sendiri dengan alasan tingkat fluktuasi saham yang tidak bias diprediksi. 2.12.7 Jenis-Jenis Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Untuk lebih menjelaskan mengenai jenis-jenis saham, Anoraga dan Parkati (2006:54) membagi saham dari berbagai saham di BEI dikenal dua jenis saham, yaitu : 1. Saham Biasa (Common Stock) Saham yang tidak mendapat hak istimewa. Hak dari pemegang saham biasa adalah mendapat dividen hanya jika perusahaan tersebut mengeluarkan pengumuman tentang pembagian dividen. Jika tidak ada pengumuman, maka pemilik saham biasa tidak bisa memiliki klain atas perusahaan meskipun perusahaan pada periode tersebut mendapat keuntungan. Selanjutnya, pemilik saham biasa memiliki hak suara pada rapat umum pemegang saham. Apabila terjadi likuidasi atas perusahaan, pemegang saham memiliki hak atas pembagian kekayaan setelah kewajiban terhadap kreditor dan pemegang saham preferen dipenuhi. 2. Saham Preferen (Preferent Stock) Saham yang didalamnya disertai dengan hak-hak istimewa. Hak tersebut adalah hak untuk mendapatkan dividen atau pembagian kekayaan pada saat perusahaan mengalami likuidasi lebih dahulu dari pada pemegang saham biasa. 58 Samping itu, Pemegang saham preferen memiliki preferen untuk pengajuan usul pencalonan direksi atau komisaris perusahaan. 2.12.8 Nilai Saham Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan tersebut akan dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai deviden dalam jumlah yang tinggi pula. Pemberian deviden yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Beberapa konsep dasar nilai saham yaitu: 1. Nilai Buku (book value) Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai ini adalah nilai nominal, agio saham, nilai modal yang disetor dan laba yang ditahan. Nilai buku perlembar saham diperoleh dengan membagi nilai buku ekuitas dengan jumlah lembar saham yang ada. 2. Nilai Pasar (market value) Nilai pasar merupakan harga dari saam di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Sehingga nilaipasar ini berbeda dengan nilai buku. 3. Nilai Intrinsik (intrinsic value) Nilai intrinsik merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah dengan analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisi teknis (technical analysis). 59 2.12.9 Harga Saham Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh perilaku pasar. Harga saham merupakan nilai pasar dari selembar saham sebuah perusahaan atau emiten pada watu tertentu. Nilai pasar (market value) dari suatu saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di pasar bursa. Nilai pasar adalah nilai penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Fannani (2006:21) “Harga saham memberikan ukuran yang objektif mengenai nilai investasi pada sebuah perusahaan. Oleh karena itu, harga saham merupakan harapan investor”. Jadi dapat disimpulkan harga saham merupakan harga yang terbentuk karena kekuatan jual-beli yang terjadi di pasar sekunder dan merupakan perkiraan atau estimasi seberapa besar harga saham yang diperjualbelikan dapat menjadi harga saham yang sesungguhnya. Menurut Joko Salim (2010:31-32) ada dua macam harga dalam transaksi saham, yaitu: 1. Harga Bid, merupakan harga permintaan pasar, artinya pasar siap membeli saham yang kita miliki pada harga tersebut. Jika kita memiliki saham dan ingin menjual pada saat itu juga, transaksi yang diberlakukan adalah harga bid. 2. Harga Offer, harga penawaran pasar, artinya pasar siap menjual saham yang kita inginkan pada harga tersebut. Jika kita menjual dana tunai dan ingin membeli saham tersebut saat itu juga, transaksi yang diberlakukan kepada kita menggunakan harga offer. Arus permintaan ditentukan oleh harga, jika permintaan lebih besar dari penawaran, harga akan naik tetapi jika penawaran lebih besar dari permintaan harga akan turun. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh persepsi investor tentang nilai wajar (intrinstic value) dari suatu perusahaan terhadap nilai pasarnya (market value). Jika hasil perhitungan nilai wajar berbeda dengan nilai pasar berarti ada peluang investasi, yaitu : 60 1. Apabila nilai wajar > nilai pasar (undervalue), maka investor yang telah memiliki saham sebaiknya mempertahankan saham tersebut, sedangkan bagi investor yang belum memiliki saham tersebut dapat melakukan transaksi beli. 2. Apabila nilai wajar < nilai pasar (overvalue), makan investor yang telah memiliki saham sebaiknya menjual saham tersebut untuk mendapatkan capital gain. 2.12.10 Indeks Harga Saham Tatang Ary Gumanti (2011:72) mendefinisikan indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham (IHS) juga merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian–kejadian ekonomi, bahkan kejadian non-ekonomi seperti misalnya sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian HIS juga dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu negara. Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki lima macam indeks harga saham, yaitu : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. 2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang terasuk dalam masingmasing sektor. 3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa macam seleksi. 4. Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam kriteria Syariah dan termasuk saham yang likuid. 5. Indeks Individual, yaitu indeks haga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. 2.12.7 Analisa Terhadap Harga Saham Analisis saham adalah analisis yang dilakukan untuk melihat apakah harga saham di pasar bursa telah mencerminkan nilai perusahaan sebernarnya. Analisis 61 saham bertujuan untuk menaksir nilai sebenarnya dari suatu sahan dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar pada saat ini, dan juga untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk tumbuh dan berkembang di masa mendatang. Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan, yaitu: 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang (penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan sebagainya), dan penerapan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperlukan taksiran harga saham. Analisa fundamental digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang, pertumbuhan, dan kemampuanlabaan perusahaan dengan kaitannya dengan perekonomian secara makro, ekonomi nasional, perkembangan industri perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Analisis yang menggunakan analisis fundamental mengemukakan bahwa harga saham menggambarkan nilai intrinsik (intrinsic value) dari saham itu sendiri. Nilai intrinsik adalah cara penentuan nilai saham berdasarkan kemampuan masa depan suatu perusahaan. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan upaya memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya diwaktu yang lalu. Analisis teknikal menyatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut ditujukan oleh perubahan harga di waktu yang lalu dan karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan terulang. Merupakan suatu teknik analisis sekuritas dengan menggunakan data historis perkembangan harga dan volumen perdagangan sebagai elemen utama. Karena analisis ini mendasarkan pada perubahan harga saham di masa lalu sehingga alat analisisnya adalah grafik atau chart yang akan membantu dalam mengetahui trend harga saham. 62 2.13 Pengaruh Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham 2.13.1 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham Tingkat ROE yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan akan memberikan tingkat pengembalian atau pendapatan yang cukup besar bagi para investor. Tingkat pengembalian yang tinggi memiliki kemungkinan pendapatan yang diharapkan oleh investor akan naik pula dan hal ini akan berdampak pada harga saham. Menurut Van Horne (2005:226) menyatakan: “Rasio ini menunjukan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama”. Pada kenyataanya hukum permintaan berlaku di pasar bursa. Jika permintaan terhadap suatu saham meningkat maka harga saham tersebut akan meningkat, demikian pula sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu perusahaan memiliki nilai ROE yang tinggi maka para investor tersebut akan tertarik untuk menanamkan modalnya pada saham perusahaan tersebut, semakin banyak investor yang berminat terhadap saham tersebut maka permintaan terhadap saham tersebut akan meningkat dan berdampak terhadap kenaikan harga saham bersangkutan. 2.13.2 Pengaruh Return On Investment (ROI) terhadap Harga Saham Analisis ROI ini merupakan teknik analisis yang sudah lazim digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI itu sendiri adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Jhon J. Wild K.R Subramanyam dan Robert F. Hasley (2005:62) 63 “Hubungan antara return dengan pengembalian atas investasi (ROI), merupakan ukuran kinerja perusahaanyang diakui secara luas”. Dengan ROI kita dapat membandingkan keberhasilan perusahaan atas pengelolaan investasi. Ukuran ini juga memungkinkan kita untuk menilai pengembalian perusahaan. Semakin tinggi nilai ROI, semakin baik keadaan perusahaan, karena ROI yang tinggi, selain menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari keseluruhan laba yang ditanamkan dalam bentuk aktiva, juga bisa berarti terjaminnya kebutuhan dana bagi perusahaan dalam beroperasi di masa yang akan datang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ROI berpengaruh terhadap return para investor. 2.13.3 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham Net Profit Margin mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan tertentu. Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan semua aktivitasnya dapat dilihat dari keuntungan yang diperolehnya. Margin adalah hasil dari penghasilan bersih perusahaan per satu rupiah penjualan. Semakin tinggi nilai NPM maka semakin baik perusahaan menhasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Bagi investor, NPM dapat menjadi pertimbangan dalam menilai kondisi perusahaan, karena semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka secara teoritis harga saham di pasar modal juga akan meningkat. Semakin tinggi perusahaan yang menghasilkan Net Profit Margin, maka akan semakin banyak investor ingin menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, karena dengan laba yang tinggi tersebut secara teoritis akan mampu membagikan dividen yang besar pula. Semakin banyak investor yang meningkat pula. Dengan adanya permintaan yang sangat tinggi, maka semakin tinggi permintaan tersebut akan diikuti dengan kenaikan harga saham perusahaan tersebut. 64